LAYAK KHALAYAK
PROBLEM
Perlu peran
* lintas sektor (kader)
Lintas program
(Dokter,Bidan,petugas
gizi,poli MTBS)
World Health Organization (WHO) 2018 melaporkan data prevalensi balita yang
mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan adalah 28,7% dan Indonesia
termasuk dalam negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara
(WHO, 2018).
Tumbuh kembang anak di Indonesia masih perlu mendapatkan perhatian serius, Angka
keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan masih cukup tinggi yaitu sekitar 5-10%
mengalami keterlambatan perkembangan umum. Dua dari 1.000 bayi mengalami
gangguan perkembangan motorik dan 3 sampai 6 dari 1.000 bayi juga mengalami
gangguan pendengaran serta satu dari 100 anak mempunyai kecerdasan kurang dan
keterlambatan bicara Populasi anak di Indonesia menunjukkan sekitar 33% dari total
populasi yaitu sekitar 83 juta dan setiap tahunnya jumlah populasi anak akan
meningkat (Sugeng et al., 2019). Sementara, Departemen Kesehatan RI melaporkan
bahwa 0,4 juta (16%) balita di Indonesia mengalami gangguan perkembangan, baik
perkembangan motorik halus dan kasar, gangguan pendengaran, kecerdasan kurang
dan keterlambatan bicara.
Jumlah anak balita Indonesia mencapai 10% dari populasi penduduk. Jika jumlah
penduduk 220-240 juta jiwa, maka setidaknya ada 22 juta balita di Indonesia yang
harus dipantau tumbuh kembangnya. Dalam suatu penelitian di Indonesia
menunjukkan bahwa 20-30% anak balita mengalami gangguan perkembangan dan
sebagian besar mengalami keterlambatan pada aspek motorik kasar dan bahasa yang
diakibatkan karena kurangnya stimulasi (Sembiring, 2020).
Berdasarkan sumber data profil kesehatan Provinsi Lampung, terdapat balita dan anak
prasekolah berjumlah 1.055.526 jiwa, yang telah dilakukan deteksi tumbuh kembang
sebanyak 238.240 jiwa (26,38%). Sedangkan target yang telah ditetapkan untuk
deteksi dini balita dan prasekolah adalah 60%. Angka ini menunjukkan bahwa cakupan
sasaran Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) masih belum mencapai target
Berdasarkan data dalam Riskesdas tahun 2018 terkait status gizi balita, terdapat data
bahwa bayi pada usia lima tahun (balita) memiliki sebanyak 17,7% yang mengalami
masalah terhadap gizi anak, sehingga dapat dikatakan bahwa balita yang mengalami
gizi buruk yaitu sebanyak 3,9%.
Pada profil kesehatan lampung tahun 2019 prevalensi stunting provinsi lampung tahun
2018 sebesar 27,28% juga mengalami penurunan dari angka 42,6% tahun 2013. Pada
kabupaten Tulang Bawang Barat prevalensi Stunting tahun 2018 sebesar 27,2%
sedangkan untuk di puskesmas Sukajaya tahun 2022 prevalensi stunting adalah 7,7%
(Dinas kesehatan lampung,2019)
Jumlah Balita N %
Proses tumbuh kembang anak merupakan hal penting yang harus diperhatikan sejak
dini, mengingat bahwa anak merupakan generasi penerus bangsa memiliki hak untuk
mencapai perkembangan yang optimal, sehingga dibutuhkan anak dengan kualitas baik
demi masa depan bangsa yang lebih baik. Golden age period merupakan periode yang
kritis yang terjadi satu kali dalam kehidupan anak, dimulai dari umur 0 sampai 5 tahun
(Chamidah, 2018). Anak yang memiliki awal tumbuh kembang yang baik akan tumbuh
menjadi dewasa yang lebih sehat, hal ini dipengaruhi oleh hasil interaksi faktor genetik
dan faktor lingkungan, sehingga nantinya memiliki kehidupan yang lebih baik (Deki,
2015).
Pemerintah selalu mengupayakan kesehatan di Indonesia sudah dilakukan mulai dari
anak belum lahir sampai usia 5 tahun dengan tujuan untuk mengoptimalkan
perkembangan dan pertumbuhan anak dari sisi mental,emosional, sosial,fisik, dan
intelegensia yang kesemuanya dapat diperoleh dengan mempertahankan
kelangsungan hidup dan meningkatkan kualitas hidup anak.
Pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas yang
diselenggarakan melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan
tumbuh kembang balita dilakukan pada“masakritis”tersebut diatas.
Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
merupakan revisi dari program Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) yang telah
dilakukan sejak tahun 1988 dan termasuk salah satu program pokok Puskesmas.
Kegiatan ini dilakukan menyeluruh dan terkoordinasi diselenggarakan dalam bentuk
kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh anak dan anggota keluarga
lainnya),masyarakat (kader,organisasi profesi,lembaga swadaya masyarakat) dengan
tenaga professional.
SOLUSI KREATIF
1. SIDERA ( Stimulasi Deteksi dengan Ramah Anak)
Terintegrasi dengan PAUD (Pemberdayaan guru PAUD)
Posyandu dengan Bina Balita (pemberdayaan Kader dan Pemberdayaan
Orang Tua
Bila terdapat penyimpangan akan dilakukan Rujukan ke Poli MTBS
Sumber :
https://eprints.umm.ac.id
http://scholar.unand.ac.id
Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada hhttps://akper-sandikarsa.e-journal.id/JIKSH
Pedoman pelaksanaan SDIDTK Anak di tingkat pelayanan kesehtan dasar
Youtube: puskesmas tempeh