Anda di halaman 1dari 7

NO ABSEN : 30

NAMA : RENY SEPRIANA SANTI,Amd.Keb


UNIT KERJA : Puskesmas Rawat Inap Mampu Poned Sukajaya
Jabatan : Terampil - Bidan

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi


Birokrasi Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2019 Tentang Jabatan Fungsional
Bidan, uraian kegiatan tugas jabatan fungsional bidan terampil antara lain:
1. melakukan pengkajian pada ibu hamil fisiologis
2. melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana pada pelayanan kebidanan
3. merencanakan asuhan kebidanan kasus fisiologis sesuai kesimpulan
4. memfasilitasi informed choice dan/atau informed consent
5. melakukan tindakan pencegahan infeksi
6. memberikan nutrisi dan rehidrasi/oksigenisasi/ personal hygiene
7. memberikan vitamin/suplemen pada klien/ asuhan kebidanan kasus fisiologis
8. melaksanakan kegiatan asuhan pada kelas Ibu hamil
9. memberikan KIE tentang kesehatan ibu pada individu/keluarga sesuai dengan
kebutuhan
10. melakukan asuhan Kala I persalinan fisiologis
11. melakukan asuhan Kala II persalinan fisiologis
12. melakukan asuhan Kala III Persalinan fisiologis
13. melakukan asuhan Kala IV Persalinan fisiologis
14. melakukan pengkajian pada ibu nifas
15. melakukan asuhan kebidanan masa nifas 6 jam sampai dengan hari ke tiga
pasca persalinan (KF 1)
16. melakukan asuhan kebidanan masa nifas hari ke 4-28 pasca persalinan (KF 2)
17. melakukan asuhan kebidanan masa nifas hari ke 29-42 pasca persalinan (KF 3)
18. melakukan asuhan kebidanan pada gangguan psikologis ringan dengan
pendampingan
19. melakukan fasilitasi Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada persalinan normal
20. melakukan asuhan bayi baru lahir normal
21. melakukan penanganan awal kegawatdaruratan pada Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR)
22. memberikan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) tentang kesehatan anak
pada individu/keluarga sesuai kebutuhan
23. melakukan pelayanan Keluarga Berencana (KB) oral dan kondom
24. memberikan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) tentang kesehatan
reproduksi perempuan dan Keluarga Berencana (KB) pada individu/keluarga
sesuai kebutuhan
25. melakukan promosi dan edukasi tentang perilaku pola hidup sehat untuk remaja
termasuk personal hygiene dan nutrisi
26. melakukan pendataan sasaran pada individu (WUS/PUS/Keluarga
Berencana/Ibu hamil/ ibu nifas/ibu menyusui/ bayi dan balita) di wilayah kerja
Puskesmas melalui kunjungan rumah
27. melakukan tabulasi sasaran pada individu (WUS/PUS/Keluarga Berencana/Ibu
hamil/ ibu nifas/ibu menyusui/ bayi dan balita)
28. mengikuti pelaksanaan kegiatan Survei Mawas Diri (SMD) atau Musyawarah
Masyarakat Desa (MMD)
29. melaksanakan pelayanan kebidanan di Posyandu/Posbindu/kampung
Keluarga Berencana (KB) atau tempat lain sesuai penugasan
30. melakukan pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah pada anak
sekolah;
AKTUAL

Masih banyaknya balita


yang tidak di SDIDTK

LAYAK KHALAYAK

Sesuai dengan Mendukung


PERMENPAN RB Sumber daya
SIDERA manusia yang
NO. 36 Tahun 2019
tentang jabatan berkualitas
Stimulasi deteksi
Fungsional Bidan dengan ramah mendeteksi
anak secara dini balita
sehingga dapat
segera di atasi

PROBLEM

Perlu peran
* lintas sektor (kader)
Lintas program
(Dokter,Bidan,petugas
gizi,poli MTBS)
World Health Organization (WHO) 2018 melaporkan data prevalensi balita yang
mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan adalah 28,7% dan Indonesia
termasuk dalam negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara
(WHO, 2018).

Tumbuh kembang anak di Indonesia masih perlu mendapatkan perhatian serius, Angka
keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan masih cukup tinggi yaitu sekitar 5-10%
mengalami keterlambatan perkembangan umum. Dua dari 1.000 bayi mengalami
gangguan perkembangan motorik dan 3 sampai 6 dari 1.000 bayi juga mengalami
gangguan pendengaran serta satu dari 100 anak mempunyai kecerdasan kurang dan
keterlambatan bicara Populasi anak di Indonesia menunjukkan sekitar 33% dari total
populasi yaitu sekitar 83 juta dan setiap tahunnya jumlah populasi anak akan
meningkat (Sugeng et al., 2019). Sementara, Departemen Kesehatan RI melaporkan
bahwa 0,4 juta (16%) balita di Indonesia mengalami gangguan perkembangan, baik
perkembangan motorik halus dan kasar, gangguan pendengaran, kecerdasan kurang
dan keterlambatan bicara.

Jumlah anak balita Indonesia mencapai 10% dari populasi penduduk. Jika jumlah
penduduk 220-240 juta jiwa, maka setidaknya ada 22 juta balita di Indonesia yang
harus dipantau tumbuh kembangnya. Dalam suatu penelitian di Indonesia
menunjukkan bahwa 20-30% anak balita mengalami gangguan perkembangan dan
sebagian besar mengalami keterlambatan pada aspek motorik kasar dan bahasa yang
diakibatkan karena kurangnya stimulasi (Sembiring, 2020).

Berdasarkan sumber data profil kesehatan Provinsi Lampung, terdapat balita dan anak
prasekolah berjumlah 1.055.526 jiwa, yang telah dilakukan deteksi tumbuh kembang
sebanyak 238.240 jiwa (26,38%). Sedangkan target yang telah ditetapkan untuk
deteksi dini balita dan prasekolah adalah 60%. Angka ini menunjukkan bahwa cakupan
sasaran Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) masih belum mencapai target

Berdasarkan data dalam Riskesdas tahun 2018 terkait status gizi balita, terdapat data
bahwa bayi pada usia lima tahun (balita) memiliki sebanyak 17,7% yang mengalami
masalah terhadap gizi anak, sehingga dapat dikatakan bahwa balita yang mengalami
gizi buruk yaitu sebanyak 3,9%.
Pada profil kesehatan lampung tahun 2019 prevalensi stunting provinsi lampung tahun
2018 sebesar 27,28% juga mengalami penurunan dari angka 42,6% tahun 2013. Pada
kabupaten Tulang Bawang Barat prevalensi Stunting tahun 2018 sebesar 27,2%
sedangkan untuk di puskesmas Sukajaya tahun 2022 prevalensi stunting adalah 7,7%
(Dinas kesehatan lampung,2019)

sehingga di perlukan intervensi spesifik diataranya pemantauan tumbuh kembang bayi


dan balita. Berdasarkan data dari UPTD Puskesmas Sukajaya yang di dapat dari
laporan LB3 Anak capaian SDIDTK di puskesmas sukajaya tahun 2022 semester I
(Bulan januari-juni) masih rendah yakni 32,7 dari target 100 % yaitu 443 balita dideteksi
dini tumbuh kembangnya dari 1356 balita di seluruh wilayah puskesmas sukajaya dari
hasil laporan LB3 tersebut pemeriksaan SDIDTK terendah yaitu tiyuh mekar jaya

Tabel 1 Capaian SDIDTK Puskesmas Suka JayaTahun 2022 (Januari-Juni)

Naman Tiyuh Capaian SDIDTK Balita Januari-Juni 2022

Jumlah Balita N %

Sukajaya 245 73 29,8

Mulya jaya 248 83 33,5

Marga jaya 230 53 23,0

Mekar jaya 290 51 17,6

Bangun jaya 175 56 32

Mulya sari 106 80 75,5

Sumber rejeki 62 47 75,8

Jumlah 1.356 443 32,7

Proses tumbuh kembang anak merupakan hal penting yang harus diperhatikan sejak
dini, mengingat bahwa anak merupakan generasi penerus bangsa memiliki hak untuk
mencapai perkembangan yang optimal, sehingga dibutuhkan anak dengan kualitas baik
demi masa depan bangsa yang lebih baik. Golden age period merupakan periode yang
kritis yang terjadi satu kali dalam kehidupan anak, dimulai dari umur 0 sampai 5 tahun
(Chamidah, 2018). Anak yang memiliki awal tumbuh kembang yang baik akan tumbuh
menjadi dewasa yang lebih sehat, hal ini dipengaruhi oleh hasil interaksi faktor genetik
dan faktor lingkungan, sehingga nantinya memiliki kehidupan yang lebih baik (Deki,
2015).
Pemerintah selalu mengupayakan kesehatan di Indonesia sudah dilakukan mulai dari
anak belum lahir sampai usia 5 tahun dengan tujuan untuk mengoptimalkan
perkembangan dan pertumbuhan anak dari sisi mental,emosional, sosial,fisik, dan
intelegensia yang kesemuanya dapat diperoleh dengan mempertahankan
kelangsungan hidup dan meningkatkan kualitas hidup anak.
Pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas yang
diselenggarakan melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan
tumbuh kembang balita dilakukan pada“masakritis”tersebut diatas.
Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
merupakan revisi dari program Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) yang telah
dilakukan sejak tahun 1988 dan termasuk salah satu program pokok Puskesmas.
Kegiatan ini dilakukan menyeluruh dan terkoordinasi diselenggarakan dalam bentuk
kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh anak dan anggota keluarga
lainnya),masyarakat (kader,organisasi profesi,lembaga swadaya masyarakat) dengan
tenaga professional.
SOLUSI KREATIF
1. SIDERA ( Stimulasi Deteksi dengan Ramah Anak)
 Terintegrasi dengan PAUD (Pemberdayaan guru PAUD)
 Posyandu dengan Bina Balita (pemberdayaan Kader dan Pemberdayaan
Orang Tua
 Bila terdapat penyimpangan akan dilakukan Rujukan ke Poli MTBS

2. TIKUNG (Timbangan berkunjung bayi/balita)


Kunjungan ke Rumah jika ada balita yang tidak datang ke posyandu

3. SI KUMBANG MADU (Inovasi Pemantauan Tumbuh Kembang Balita secara


mandiri oleh Ibu)
Melalui pemanfaatan buku KIA,WA group

Sumber :
https://eprints.umm.ac.id
http://scholar.unand.ac.id
Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada hhttps://akper-sandikarsa.e-journal.id/JIKSH
Pedoman pelaksanaan SDIDTK Anak di tingkat pelayanan kesehtan dasar
Youtube: puskesmas tempeh

Anda mungkin juga menyukai