Anda di halaman 1dari 5

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI GIZI MELALUI VIDEO


TERDAPAT TINGKAT PENGETAHUAN IBU BADUTA
MENEGNAI PEMBERIAN ASI EKSLUSIF

EUIS FITRIA SALSA BILLA

PO7131121043

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
PRODI DIII GIZI 2023
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI Eksklusif adalah ASI yang
diberikan kepada Bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan
dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain. (undang-undang)

ASI merupakan imunisasi pertama anak, memberikan perlindungan dari infeksi


saluran pernafasan, penyakit diare, dan penyakit lainnya yang berpotensi mengancam
jiwa. ASI eksklusif juga memiliki efek perlindungan terhadap obesitas dan penyakit
tidak menular (Aryatochter, 2018)

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi, terutama bayi yang masih
berusia 0-6 bulan yang fungsinya tidak dapat digantikan oleh makanan atau minuman
lain. Menyusui adalah pelaksanaan hak setiap ibu dan setiap anak. Selain itu,
menyusui berpotensi untuk mempererat bonding antara ibu dan anak, sehingga
diharapkan menjadi anak mandiri dengan ketahanan individu (Kemenkes, 2018).

Menurut data pemantauan status gizi di Indonesia pada tahun 2017 menunjukkan
bahwa cakupan pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan pertama oleh ibu
kepada bayinya masih sangat rendah yakni 35,7%, artinya ada sekitar 65% bayi yang
tidak mendapatkan ASI secara eksklusif selama 6 bulan kehidupannya (Buku Saku
Pemantauan Gizi, 2017). Sedangkan, pada tahun 2020 di Indonesia cakupan
pemberian ASI secara ekslusif masih dinilai tergolong rendah. Hanya ada 1 dari 2
bayi yang berusia di bawah 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif, dan hanya 5 %
anak yang masih mendapatkan ASI pada usia 23 bulan (WHO dan UNICEF, 2020).

Menurut World Health Organization (WHO) Cakupan ASI ekslusif Indonesia pada
2022 tercatat hanya 67,96%, turun dari 69,7% dari 2021, menandakan perlunya
dukungan lebih intensif agar cakupan ini bisa meningkat.

Pemberian ASI di Provinsi Sulawesi Tengah Secara rata-rata Persentase cakupan bayi
usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Ekslusif di Provinsi Sulawesi Tengah dari
tahun 2017 sampai tahun 2021 mengalami trend kenaikan yang tidak terlalu
signifikan dari tahun ke tahun, pada tahun tahun 2017 sebesar 56,6%, dan tahun 2018
sebesar 57,7%, namun pada tahun 2019 menurun menjadi 54,7%, tahun 2020 naik
menjadi 61,9% dan tahun 2021 menurun menjadi 53,5%. ASI eksklusif merupakan
salah satu masalah utama kesehatan dengan persentase masyarakat yang tidak
memberikan ASI Eksklusif sebesar 76,6%.

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2021, 52,5 persen – atau hanya
setengah dari 2,3 juta bayi berusia kurang dari enam bulan- yang mendapat ASI
eksklusif di Indonesia, atau menurun 12 persen dari angka di tahun 2019. Angka
inisiasi menyusui dini (IMD) juga turun dari 58,2 persen pada tahun 2019 menjadi
48,6 persen pada tahun 2021.

Sumber daya manusia yang berkualitas harus disiapkan dengan mengoptimalkan


tumbuh kembang bayi sesuai kemampuannya. Tumbuh kembang pada anak
dipengaruhi oleh banyak faktor salah satu yang terpenting adalah dengan pemberian
ASI (Air Susu Ibu). ASI adalah makanan satu-satunya yang sangat baik bagi bayi
karena memiliki kandungan gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan
perkembangan pada bayi, ASI diproduksi khusus oleh tubuh ibu untuk bayi. Produksi
ASI agar cepat keluar, maka dianjurkan bayi disusui dalam 30 menit pertama setelah
bayi dilahirkan (Sugiarti et al., 2011)

Pemberian ASI pada bayi merupakan cara terbaik meningkatkan kualitas SDM sejak
dini. Air susu ibu merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi, pemberian
ASI berarti memberikan zat-zat gizi yang bernilai tinggi yang di butuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan otak dan saraf, zat-zat kekebalan terhadap beberapa
penyakit serta mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan bayi (Sudargo et al.,
2019).

Pemberian ASI eksklusif pada bayi baru lahir merupakan salah satu upaya
pencegahan penyakit menular, gizi buruk, dan kematian
pada bayi dan balita (Ibrahim & Rahayu, 2021).

Kurangnya informasi tentang ASI Eksklusif dapat mempengaruhi minat ibu dalam
memberikan air susu ibu kepada bayinya, untuk itu petugas kesehatan terutama
melalui organisasi ASI diharapkan dapat memberikan sebuah bentuk atau wadah yang
tepat sebagai pusat informasi yang berkaitan dengan masalah menyusui.Salah satu
upaya yang dilakukan oleh tenaga kesehatan baik di puskesmas ataupun di Rumah
sakit adalah dengan memberikan penyuluhan yang diberikan setiap kali ibu datang
memeriksakan diri dan bayinya (Purwati, 2004). Upaya yang biasa diberikan pada
ibu-ibu yang bekerja diluar rumah harus diberikan arahan yang baik oleh tenaga
kesehatan agar tidak mengganti ASInya dengan susu formula, sehingga dapat
merugikan bayinya kelak yaitu dengan memberitahu bahwa menyusui itu biasa secara
langsung ataupun tidak langsung. Cara tidak langsung sering dipakai oleh ibu yang
bekerja diluar rumah yaitu dengan memerah ASI dan menempatkan di dalam botol

Kekurangan gizi merupakan faktor penyebab kematian lebih dari setengah jumlah
tersebut. Pemberian ASI eksklusif pada bayi satu jam pertama setelah lahir serta
sentuhan kulit antara ibu dan bayi merupakan faktor penting dalam awal proses
menyusui dimana bayi akan tetap hangat dan bayi mendapatkan kolostrum. Ini dapat
dicegah melalui pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif, faktor yang
mempengaruhi pemberian ASI eksklusif antara lain; tingkatpendidikan, adat budaya
dan peran tenaga kesehatan (Fakhidah & Palupi, 2018).

Video merupakan media audio visual telah berhasil membangkitkan ketertarikan dan
membangkitkan rasa kemandirian siswa sehingga partisipasi aktif siswa dalam proses
pembelajaran(Brame, 2016; Masitah, Pamungkasari and Suminah, 2020). Oleh
Karena itu, penulis tertarik untuk mengalisis pengaruh edukasi gizi melalui media
video mengenai tingkat pengetahuan ibu baduta tentang pemberina asi eksklusif di
desa binangga kecamatan marawola kabupaten sigi.

Pada penelitian Sari (2019) menunjukan bahwa kelompok yang menerima pendidikan
video mempunyai pengetahuan yang lebih unggul. Kelebihan media video anatra lain;
video dapat diputar kembali untuk memperoleh kejelasan materi, pesan yang
disampaikan cepat dan memudahkan untuk diingat (Sari, 2019). Karena itu, penulis
tertarik untuk membuat suatu media video yang berisi tentang pengaruh edukasi gizi
melalui media video mengenai tingkat pengetahuan ibu baduta tentang pemberina asi
eksklusif di desa binangga kecamatan marawola kabupaten sigi.sehingga bisa
mengetahui pengaruh setelah di berikan video mengenai pemberian asi eksklusif
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Winterfeld A. Improving Child Nutrition. NCSL Legisbrief. 2010;18(8):1–2.

BAPPENAS dan UNICEF. Laporan Baseline SDG tentang Anak-Anak di Indonesia.


Jakarta: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan United
Nations Children’s Fund; 2017.

World Bank. Repositioning Nutrition as Central to Development: A strategy for


Large-Scale
Action. World Bank. 2006;13(9):272.

Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan; 2013.

Nufra, R. (2020). The Relationship Of Knowledge And Attitude Of


Postpartum Mother With The Implementation Of Early Breast
Initiation (Imd) In Puskesmas Jeumpa Bireuen District, 2020.
Journal of Healthcare Technology and Medicine, 6 (1), 364–372.

Sugiarti, E., Zulaekah, S., & Puspowati, S. D. (2011). Faktor-Faktor


yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Karangmalang
Kabupaten Sragen. Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, 4(2), 195–206.
Depkes RI. 2017.cakupan ASI eksklusif. Jakarta Depkes RI. Diakses pada Juni 2019:
http//www.depkes.com.id.

Ramadhani, G., Kamil, A., & Lesmana, O. (2021). Determinan Kejadian Stunting
Pada Balita Di Desa Hiang Sakti Kecamatan Sitinjau Laut Kapupaten Kerinci Tahun
2020. Electronic Journal Scientific of Environmental Health And Disease, 2(2), 119–
128.

Putri, Y. H. (2018). PERBEDAAN TUMBUH KEMBANG BALITA STUNTING


DAN TIDAK STUNTING DI PUSKESMAS DUREN KABUPATEN SEMARANG.
MUHAMMADIYAH UNIVERSITY SEMARANG

Riskesdas. (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI


Tahun 2018. In Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (p. 674).
http://labdata.litbang.kemkes.go.id/images/download/laporan/RKD/2018/L
aporan_Nasional_RKD2018_FINAL.pdf

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Pedoman Perhitungan Status Gizi.

Noorhasanah, E., Tauhidah, N. I., & Putri, M. C. (2020). Faktor-Faktor Yang


Berhubungan Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Tatah Makmur Kabupaten Banjar. Journal of Midwifery and Reproduction, 4(1), 13–
20.

Kemenkes RI. (2018). Manfaat ASI Ekslusif untuk Ibu dan Bayi. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia
Kementerian Kesehatan RI. 2017. Buku Saku Pemantauan Status Gizi Tahun 2017.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

WHO Indonesia. (2020). Pekan Menyusui Dunia: Unicef dan WHO menyuarakan
Pemerintah dan Pemangku Kepentingan agar mendukung semua ibu menyusui selama
covid-19

Aryotochter, A. A. M., Prameswari, G. N., Azinar, M., Fauzi, L., & Nugroho, E.
(2018). Associationbetween Exclusive Breastfeeding with Health Belief Model in
Working Mothers. Indian Journal of Public Health Research & Development, 9(12).
WHO. (2014). Global Nutrition Targets 2025. Diakses melalui
https://www.who.int/nutrition/publications/globaltargets2025_policybrief_breastfeedi
ng/en/

Purwanti, Hubertin Sri. 2004. Konsep Penerapan Asi Ekslusif. Jakarta : EGC

Masitah, R., Pamungkasari, E. P. and Suminah, S. (2020) ‘the Effectiveness of Animation


Video To Increase Adolescents’ Nutritional Knowledge’, Media Gizi Indonesia, 15(3), p. 199.
doi: 10.20473/mgi.v15i3.199-204.

Sari, K. C. (2019). Pengaruh Media Video pada Kelas Ibu Hamil terhadap
Pengetahuan Sikap dan Perilaku Pemilihan Penolong Persalinan. Journal for Quality
in Women's Health, 2(2), 5-15.

Anda mungkin juga menyukai