PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
VIOLA L LITA YOVA
NIM. 2020206203225 P
BAB I
PENDAHULUAN
Kematian Bayi (AKB). Target pada tahun 2030 yaitu mengakhiri kematian
bayi baru lahir dan balita yang dapat dicegah, dengan seluruh negara berusaha
bayi dan anak menyatakan bahwa pencegahan kematian bayi adalah dengan
pemberian makanan yang tepat yaitu pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan
dan bergizi pada usia 6 bulan bersamaan dengan pemberian ASI lanjutan
ASI merupakan nutrisi ideal untuk bayi yang mengandung zat gizi
seorang anak sangat penting, karena nutrisi yang optimal selama periode ini
karena itu, pemberian ASI yang optimal yaitu saat anak berusia 0-23 bulan
sangat penting karena dapat menyelamatkan nyawa lebih dari 820.000 anak di
namun hanya 42% yang mendapatkan ASI eksklusif (PAS, 2018). Pada tahun
2020 WHO kembali memaparkan data berupa angka pemberian ASI eksklusif
secara global, walaupun telah ada peningkatan, namun angka ini tidak
meningkat cukup signifikan, yaitu sekitar 44% bayi usia 0-6 bulan di seluruh
dunia yang mendapatkan ASI eksklusif selama periode 2015-2020 dari 50%
ASI eksklusif akan berdampak pada kualitas dan daya hidup generasi penerus.
Secara global pada tahun 2019, 144 juta balita diperkirakan stunting, 47 juta
diperkirakan kurus dan 38,3 juta mengalami kelebihan berat badan atau
dan program pemberian makan bayi dan anak (Infant-Young Child Feeding).
Secara nasional, data cakupan di Indonesia bayi yang mendapat ASI eksklusif
2019 yaitu Gorontalo, Maluku, dan Papua Barat (Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2019).
2019 yaitu 50% - < 75% yaitu kabupaten Mesuji, Way Kanan, Lampung
Tahun 2019).
Kota Metro, capaian pemberian ASI eksklusif tiga puskesmas tertinggi adalah
Karang Rejo 71,88%, dan ada beberapa puskesmas yang cakupan Asinya
Cakupan pemberian ASI pada bayi berpengaruh pada status gizi bayi.
prevalensi gizi buruk secara nasional sebesar 4,9%. Pada Riskesdas 2020
menyatakan bahwa angka pemberian ASI Eksklusif pada bayi berusia 6 bulan
Kesehatan Nomor 741 Tahun 2014 program ASI eksklusif adalah 80%.
derajat kesehatan dan gizi anak Indonesia masih sangat memprihatinkan dan
2020).
ASI eksklusif di Indonesia masih belum maksimal, dimana hanya 27,6% bayi
yang mendapatkan ASI eksklusif. Hal itu terjadi karena pemberian ASI
berupa umur, pekerjaan, pendidikan sosial ekonomi dan tempat tinggal, faktor
ibu, ayah, dan keluarga. Pelaksanaan manajemen laktasi dimulai pada masa
berdampak pada peningkatan angka gizi buruk atau gizi kurang yang berisiko
ASI Eksklusif, teknik menyusui, memeras ASI, cara dan teknik menyimpan
ASI peras, memberikan ASI peras dan pemenuhan gizi selama ibu menyusui
(Soraya, 2014).
dilakukan oleh ibu menyusui dari berbagai kalangan dan latar belakang.
Namun tidak semua ibu memiliki waktu dan kesempatan penuh untuk
harus kembali bekerja saat jatah cuti sudah habis, misalkan 3 bulan pasca
bayinya selama bekerja, dapat dilakukan dengan memberikan ASI secara tidak
dan memberikan ASI kepada bayi selama ibu bekerja (Febriyanti, 2017).
informasi dengan mudah oleh responden. Dewasa ini sudah banyak media
seperti media cetak berupa pamflet, leaflet, poster, dan booklet, dan media
audio visual berupa video. Pada penelitian yang dilakukan oleh Dian dkk
dari 4,80 menjadi 6,39, dengan rentang nilai responden 8-9,5 dengan nilai
menggunakan media booklet, media yang mudah dibawa ketika ibu bekerja
Anak Anugrah Medikal Senter Kota Metro pada bulan Oktober 2021,
diberikan saat kunjungan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Anugrah Medikal
Senter Kota Metro pada lima bulan terakhir dari 107 ibu menyusui baru
saat mengalami keluhan. Menurut bidan di Rumah Sakit Ibu dan Anak
nifas. Hasil wawancara dengan petugas kesehatan Rumah Sakit Ibu dan Anak
Anugrah Medikal Senter Kota Metro terdapat 107 ibu yang memiliki anak
usia di bawah 6 bulan dalam 5 bulan terakhir dan hanya 20% yang
anaknya tidak rewel karena ibu menganggap anak menjadi kenyang ketika
diberi makanan tambahan MP-ASI serta pencernaan yang menjadi lancar dan
tidak sering. Pada ibu bekerja lebih memilih memberikan susu formula kepada
bayi usia kurang dari 6 bulan sebagai selingan, karena lebih memudahkan ibu
dengan teknik menyusui yang belum tepat, belum terampil dalam praktik
ASI selama ibu bekerja. Hal ini dikarenakan ibu merasa bahwa ASI yang
diberikan dirasa tidak cukup untuk pemenuhan kebutuhan makan bayi dan
sebagai selingan saat ibu sedang bekerja. Pemberian ASI saat ibu bekerja
untuk bayinya. Namun fakta dilapangan hal ini belum dapat dilakukan oleh
semua ibu bekerja yang masih menyusui. Persiapan pemberian ASI sebelum
ibu bekerja seperti menyimpan ASI perah untuk persediaan, dan cara
pemberian ASI perah masih jarang dilakukan, pada ibu bekerja dalam sektor
Kepatuhan Ibu dalam Proses Menyusui di Rumah Sakit Ibu dan Anak
terhadap kepatuhan ibu dalam proses menyusui di Rumah Sakit Ibu dan Anak
laktasi terhadap kepatuhan ibu dalam proses menyusui di Rumah Sakit Ibu
Rumah Sakit Ibu dan Anak Anugrah Medikal Senter Kota Metro tahun
2021.
Sakit Ibu dan Anak Anugrah Medikal Senter Kota Metro tahun 2021
Ibu dan Anak Anugrah Medikal Senter Kota Metro tahun 2021.
terdahulu yang sudah ada serta dapat dijadikan sebagai referensi terbaru
1. Bagi perawat
Dapat dijadikan salah satu referensi ketika ingin melakukan terapi pada
asuhan keperawatan.
3. Institusi Pendidikan
Sebagai media pembelajaran dan juga penerapan ilmu yang telah didapat
4. Bagi Ibu