Anda di halaman 1dari 11

i

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MANAJEMEN


LAKTASI TERHADAP KEPATUHAN IBU DALAM PROSES
MENYUSUI DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ANUGRAH
MEDIKAL SENTER KOTA METRO
TAHUN 2021

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh:
VIOLA L LITA YOVA
NIM. 2020206203225 P

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH P
RINGSEWU LAMPUNG
2021

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah


1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indikator kesejahteraan suatu negara salah satunya dilihat dari Angka

Kematian Bayi (AKB). Target pada tahun 2030 yaitu mengakhiri kematian

bayi baru lahir dan balita yang dapat dicegah, dengan seluruh negara berusaha

menurunkan Angka Kematian Neonatal setidaknya hingga 12 per 1000 KH

(Kelahiran Hidup) dan Angka Kematian Balita 25 per 1000 KH (SDGs,

tujuan-3). World Health Organization (WHO) dan United Nations of

Children’s Fund (UNICEF) dalam strategi global pemberian makanan pada

bayi dan anak menyatakan bahwa pencegahan kematian bayi adalah dengan

pemberian makanan yang tepat yaitu pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan

kehidupan dan pengenalan makanan pendamping ASI (MPASI) yang aman

dan bergizi pada usia 6 bulan bersamaan dengan pemberian ASI lanjutan

hingga usia 2 tahun atau lebih (WHO, 2020).

ASI merupakan nutrisi ideal untuk bayi yang mengandung zat gizi

paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan mengandung seperangkat zat

perlindungan untuk memerangi penyakit. Dua tahun pertama kehidupan

seorang anak sangat penting, karena nutrisi yang optimal selama periode ini

menurunkan morbiditas dan mortalitas, mengurangi risiko penyakit kronis,

dan mendorong perkembangan yang lebih baik secara keseluruhan. Oleh

karena itu, pemberian ASI yang optimal yaitu saat anak berusia 0-23 bulan

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah


2

sangat penting karena dapat menyelamatkan nyawa lebih dari 820.000 anak di

bawah usia 5 tahun setiap tahun (WHO, 2020).

Data World Health Organization (WHO) tahun 2016 menunjukkan

ratarata pemberian ASI eksklusif di dunia berkisar 38%. Di Indonesia,

sebanyak 96% perempuan telah menyusui anak dalam kehidupan mereka,

namun hanya 42% yang mendapatkan ASI eksklusif (PAS, 2018). Pada tahun

2020 WHO kembali memaparkan data berupa angka pemberian ASI eksklusif

secara global, walaupun telah ada peningkatan, namun angka ini tidak

meningkat cukup signifikan, yaitu sekitar 44% bayi usia 0-6 bulan di seluruh

dunia yang mendapatkan ASI eksklusif selama periode 2015-2020 dari 50%

target pemberian ASI eksklusif menurut WHO. Masih rendahnya pemberian

ASI eksklusif akan berdampak pada kualitas dan daya hidup generasi penerus.

Secara global pada tahun 2019, 144 juta balita diperkirakan stunting, 47 juta

diperkirakan kurus dan 38,3 juta mengalami kelebihan berat badan atau

obesitas (WHO, 2020).

Angka pemberian ASI eksklusif dibeberapa daerah di Indonesia masih

tergolong rendah. Berdasarkan data yang dikumpulkan International Baby

Food Action Network (IBFAN) Indonesia menduduki peringkat ke tiga

terbawah dari 51 negara di dunia yang mengikuti penilaian status kebijakan

dan program pemberian makan bayi dan anak (Infant-Young Child Feeding).

Secara nasional, data cakupan di Indonesia bayi yang mendapat ASI eksklusif

pada tahun 2019 yaitu sebesar 67,74%. Persentase tertinggi cakupan

pemberian ASI eksklusif terdapat pada provinsi Nusa Tenggara Barat

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah


3

(86,26%), sedangkan persentase terendah terdapat di Provinsi Papua Barat

(41,12%).Terdapat empat provinsi yang belum mencapai target Renstra tahun

2019 yaitu Gorontalo, Maluku, dan Papua Barat (Profil Kesehatan Indonesia

Tahun 2019).

Cakupan ASI Eksklusif per kabupaten kota se-provinsi Lampung tahun

2019 yaitu 50% - < 75% yaitu kabupaten Mesuji, Way Kanan, Lampung

Tengah, Lampung Utara, Lampung Tengah, Lampung Brat, Pringsewu,

Lampung Timur, Bandar Lampung, Lampung Selatan, kemudian untuk

cakupan >75% yaitu Kabupaten Tulang Bawang, Tulang bawang Barat,

Pesawaran, Pesisir Barat, Tanggamus (Profil Kesehatan Provinsi Lampung

Tahun 2019).

Cakupan pemberian ASI eksklusif di Kota Metro tahun 2019 yang

mendapatkan ASI eksklusif adalah 65,55% (Dinas kesehatan Kota Metro,

2019). Cakupan ASI eksklusif terdistribusi di 12 wilayah kerja puskesmas di

Kota Metro, capaian pemberian ASI eksklusif tiga puskesmas tertinggi adalah

Puskesmas Yosodadi 74,70%, Puskesmas Margorejo 73,15%, Puskesmas

Karang Rejo 71,88%, dan ada beberapa puskesmas yang cakupan Asinya

masih rendah yaitu Puskesmas Yosomulyo 54,35%, Puskesmas Mulyojati

55,79%, Puskesmas Tejo Agung 59,09%, Puskesmas Metro 61,32%,

Puskesmas Banjarsari 62,50%, Puskesmas Purwosari 67,09%, Puskesmas

Ganjar Agung 63,93%. (Dinas Kesehatan Kota Metro, 2019).

Cakupan pemberian ASI pada bayi berpengaruh pada status gizi bayi.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2020

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah


4

prevalensi gizi buruk secara nasional sebesar 4,9%. Pada Riskesdas 2020

menyatakan bahwa angka pemberian ASI Eksklusif pada bayi berusia 6 bulan

hanya mencapai 30,2%. Standar Pelayanan Minimal (SPM) Menteri

Kesehatan Nomor 741 Tahun 2014 program ASI eksklusif adalah 80%.

Pemberian ASI eksklusif yang kurang sesuai di Indonesia menyebabkan

derajat kesehatan dan gizi anak Indonesia masih sangat memprihatinkan dan

berdampak pada peningkatan Angka Kematian Bayi (AKB) (Kemenkes RI,

2020).

Survey yang dilakukan Lambantoruan (2018) di Desa Bangun Rejo,

Kecamatan Tanjung Morawa, membuktikan bahwa pencapaian pemberian

ASI eksklusif di Indonesia masih belum maksimal, dimana hanya 27,6% bayi

yang mendapatkan ASI eksklusif. Hal itu terjadi karena pemberian ASI

eksklusif dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti faktor sosiodemografi

berupa umur, pekerjaan, pendidikan sosial ekonomi dan tempat tinggal, faktor

psikososial (dukungan suami, dukungan keluarga, keyakinan, keinginan,

persepsi), faktor pra/post natal (paritas, jenis persalinan, penyulit, konseling).

Manajemen laktasi merupakan penatalaksanaan yang dibutuhkan

sebagai penunjang keberhasilan pada proses menyusui yang dilakukan oleh

ibu, ayah, dan keluarga. Pelaksanaan manajemen laktasi dimulai pada masa

kehamilan (antenatal), segera setelah melahirkan (postnatal) dan pada masa

menyusui. Manajemen laktasi pada masa kehamilan dilakukan dengan

perawatan payudara selama kehamilan. Manajemen Laktasi segera setelah

melahirkan adalah dengan memberikan IMD (Inisiasi Menyusui Dini), dan

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah


5

pijat oksitosin. Apabila manajemen laktasi tidak terlaksana maka akan

berdampak pada peningkatan angka gizi buruk atau gizi kurang yang berisiko

meningkatkan Angka Kesakitan dan Kematian pada Bayi (AKB). Ruang

lingkup Manajemen Laktasi pada periode pasca melahirkan meliputi tentang

ASI Eksklusif, teknik menyusui, memeras ASI, cara dan teknik menyimpan

ASI peras, memberikan ASI peras dan pemenuhan gizi selama ibu menyusui

(Soraya, 2014).

Pemberian ASI atau menyusui merupakan proses fisiologis untuk

memberikan nutrisi kepada bayi secara optimal dan bermanfaat bagi

pertumbuhan dan perkembangan bayi sehat. Praktik menyusui juga dapat

dilakukan oleh ibu menyusui dari berbagai kalangan dan latar belakang.

Namun tidak semua ibu memiliki waktu dan kesempatan penuh untuk

menyusui bayinya secara langsung, termasuk ibu bekerja. Adakalanya ibu

harus kembali bekerja saat jatah cuti sudah habis, misalkan 3 bulan pasca

melahirkan. Agar seorang ibu mampu memberikan ASI Eksklusif kepada

bayinya selama bekerja, dapat dilakukan dengan memberikan ASI secara tidak

langsung, ibu bekerja juga hendaknya mengetahui cara memerah, menyimpan

dan memberikan ASI kepada bayi selama ibu bekerja (Febriyanti, 2017).

Pendidikan kesehatan diberikan dengan perlu adanya metode dan media

untuk menyampaikan informasi yang sesuai dan tepat. Media dalam

pemberian pendidikan kesehatan memiliki pengaruh dalam penyerapan

informasi dengan mudah oleh responden. Dewasa ini sudah banyak media

yang dapat digunakan dalam membantu pelaksanaan pendidikan kesehatan

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah


6

seperti media cetak berupa pamflet, leaflet, poster, dan booklet, dan media

audio visual berupa video. Pada penelitian yang dilakukan oleh Dian dkk

(2012) tentang efektifitas modul/booklet sebagai media pendidikan kesehatan.

Pada penelitian tersebut terdapat sejumlah 38 responden dengan diberikan

pretest dan posttest berkaitan dengan pemberian pendidikan kesehatan

menggunakan modul/booklet, hasilnya menunjukkan bahwa media booklet

sangat efektif untuk meningkatkan pengetahuan. Hasil rata-rata yang didapat

dari 4,80 menjadi 6,39, dengan rentang nilai responden 8-9,5 dengan nilai

sebelumnya sebanyak 0% menjadi 13,2%. Pada penelitian yang dilakukan

menggunakan media booklet, media yang mudah dibawa ketika ibu bekerja

dengan susunan konten yang disesuaikan dengan kebutuhan ibu menyusui.

Berdasarkan wawancara dengan petugas kesehatan Rumah Sakit Ibu dan

Anak Anugrah Medikal Senter Kota Metro pada bulan Oktober 2021,

diperoleh pemberian pendidikan kesehatan tentang manajemen laktasi kepada

ibu menyusui masih kurang. Pendidikan kesehatan secara langsung yang

diberikan saat kunjungan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Anugrah Medikal

Senter Kota Metro pada lima bulan terakhir dari 107 ibu menyusui baru

diberikan kepada 2 orang ibu menyusui saat berkunjung ke puskesmas atau

saat mengalami keluhan. Menurut bidan di Rumah Sakit Ibu dan Anak

Anugrah Medikal Senter Kota Metro pemberian pendidikan kesehatan terkait

pemberian ASI Eksklusif hanya diberikan ketika posyandu untuk selebihnya

terkait manajemen laktasi kurang terpantau dengan baik. Pemberian

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah


7

pendidikan kesehatan tentang manajemen laktasi terutama untuk ibu menyusui

belum diberikan secara langsung di Posyandu.

Studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Oktober 2021 yang

dilakukan dengan wawancara dengan memberikan 10 pertanyaan tentang

manajemen laktasi menunjukkan bahwa dari 10 ibu nifas terdapat 2 ibu

memiliki pengetahuan yang baik, 3 berpengetahuan cukup dan 5

berpengetahuan kurang tentang manajemen laktasi pada saat menyusui dimasa

nifas. Hasil wawancara dengan petugas kesehatan Rumah Sakit Ibu dan Anak

Anugrah Medikal Senter Kota Metro terdapat 107 ibu yang memiliki anak

usia di bawah 6 bulan dalam 5 bulan terakhir dan hanya 20% yang

memberikan ASI Eksklusif. Ibu lebih memilih memberikan MP-ASI agar

anaknya tidak rewel karena ibu menganggap anak menjadi kenyang ketika

diberi makanan tambahan MP-ASI serta pencernaan yang menjadi lancar dan

tidak sering. Pada ibu bekerja lebih memilih memberikan susu formula kepada

bayi usia kurang dari 6 bulan sebagai selingan, karena lebih memudahkan ibu

dalam memenuhi asupan makanan bayi selama ditinggal bekerja. Ibu

menyusui memiliki keterampilan yang masih rendah, yang ditunjukkan

dengan teknik menyusui yang belum tepat, belum terampil dalam praktik

menyusui, sehingga perlu adanya pemberian pendidikan kesehatan.

Adanya fenomena yang ditemukan di kalangan ibu menyusui dalam

praktik pemberian ASI masih memberikan susu formula sebagai pendamping

ASI selama ibu bekerja. Hal ini dikarenakan ibu merasa bahwa ASI yang

diberikan dirasa tidak cukup untuk pemenuhan kebutuhan makan bayi dan

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah


8

sebagai selingan saat ibu sedang bekerja. Pemberian ASI saat ibu bekerja

berdasarkan teori sangat memungkinkan ibu bekerja tetap memberikan ASI

untuk bayinya. Namun fakta dilapangan hal ini belum dapat dilakukan oleh

semua ibu bekerja yang masih menyusui. Persiapan pemberian ASI sebelum

ibu bekerja seperti menyimpan ASI perah untuk persediaan, dan cara

pemberian ASI perah masih jarang dilakukan, pada ibu bekerja dalam sektor

non formal masih kurang memperhatikan hal ini.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengangkat judul

yaitu: Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Manajemen Laktasi Terhadap

Kepatuhan Ibu dalam Proses Menyusui di Rumah Sakit Ibu dan Anak

Anugrah Medikal Senter Kota Metro tahun 2021.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena tersebut maka pertanyaan penelitian ini adalah:

“Apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang manajemen laktasi

terhadap kepatuhan ibu dalam proses menyusui di Rumah Sakit Ibu dan Anak

Anugrah Medikal Senter Kota Metro tahun 2021?.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang manajemen

laktasi terhadap kepatuhan ibu dalam proses menyusui di Rumah Sakit Ibu

dan Anak Anugrah Medikal Senter Kota Metro tahun 2021.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah


9

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pendidikan kesehatan tentang manajemen laktasi di

Rumah Sakit Ibu dan Anak Anugrah Medikal Senter Kota Metro tahun

2021.

2. Untuk mengetahui kepatuhan ibu dalam proses menyusui di Rumah

Sakit Ibu dan Anak Anugrah Medikal Senter Kota Metro tahun 2021

3. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang manajemen

laktasi terhadap kepatuhan ibu dalam proses menyusui di Rumah Sakit

Ibu dan Anak Anugrah Medikal Senter Kota Metro tahun 2021.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijelaskan sebagai penguat teori

terdahulu yang sudah ada serta dapat dijadikan sebagai referensi terbaru

bagi ilmu keperawatan yang sedang berkembang.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi perawat

Dapat dijadikan salah satu referensi ketika ingin melakukan terapi pada

pasien, serta sebagai media perbandingan ketika perawat melakukan

asuhan keperawatan.

2. Rumah Sakit Ibu dan Anak

Sebagai media untuk melakukan penelitian dan perbaharuan terhadap

ilmu yang telah diterapkan di Rumah Sakit Ibu dan Anak.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah


10

3. Institusi Pendidikan

Sebagai media pembelajaran dan juga penerapan ilmu yang telah didapat

oleh mahasiswa selama masa perkuliahan.

4. Bagi Ibu

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mendapatkan informasi

kemampuan ibu yang menyusui tentang manajemen laktasi sehingga ibu

lebih patuh terhada program pemberian ASI Eksklusif.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Anda mungkin juga menyukai