Anda di halaman 1dari 41

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN DUKUNGAN PETUGAS KESEHATAN, DUKUNGAN


KELUARGA DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN
ASI EKSKLUSIF PADA BAYI 7-12 BULAN DI PUSKESMAS
TANJUNG BARU KEC. BATURAJA TIMUR
KAB. OGAN KOMERING ULU
TAHUN 2021

Disusun Oleh :

FITRI UTARI

19251007P

YAYASAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN KADER BANGSA


UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG
FAKULTAS KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN
TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

World Health Organization (WHO) dan United Nations International

Children’s (UNICEF) dalam Global Strategy for Infant and Young Child

Feeding mengatur pola pemberian makan terbaik pada bayi dari lahir sampai usia

2 tahun untuk meningkatkan kualitas kesehatan pada bayi dan anak dengan cara

memberikan air susu ibu (ASI) kepada bayi segera dalam waktu satu jam setelah

bayi lahir, memberikan ASI saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir

sampai bayi berusia 6 (enam) bulan, memberikan makanan pendamping air susu

ibu (MPASI) sejak bayi berusia 6 (enam) bulan sampai 24 bulan serta

meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih. WHO

tahun 2012 menunjukkan hanya sekitar 38 persen bayi usia 0-6 bulan diseluruh

dunia yang diberi ASI eksklusif dimana target pemberian ASI eksklusif

meningkat menjadi 50 persen di tahun 2025. Menyusui 0-23 bulan dapat

menyelamatkan lebih dari 230.000 nyawa anak-anak dibawah 5 tahun setiap

tahunnya (WHO,2018).

Menurut data World Health Organization (WHO) (2016), cakupan

pemberian ASI eksklusif di seluruh dunia belum mencapai target yaitu 80 persen,

hanya sekitar 36 persen selama periode 2007-2014. Sedangkan untuk Negara

ASEAN pencapaian ASI eksklusif masih jauh dari target WHO seperti Filipina

mencapai 34 persen, Vietnam 27 persen, India 46 persen, dan Myanmar 24

persen (Septiani HU, et al, 2018).


Mendukung peningkatan dalam pemberian ASI eksklusif telah di

keluarkannya kesepakatan atau berbagai pengakuan baik secara global ataupun

nasional yang bertujuan melindungi, mempromosi, dan dukungan terhadap

pemberian ASI. Demikian diharapkan setiap bayi berhak mendapatkan ASI

Eksklusif dan setiap ibu dapat memberikan ASI. Ini sesuai dengan tujuan

Sustainable Depeloment Goals (SDGs) ke tiga target kedua yaitu pada tahun

2030, mengakhiri kematian bayi dan balita dapat dicegah, dengan seluruh Negara

berusaha menurunkan angka kematian neonatal setidaknya hingga 12 per 1000

kelahiran hidup.

Berdasarkan laporan (UNICEF, 2018) Infant Mortality Rate (IMR) di

Indonesia yaitu 18 per 1000 kelahiran hidup dan angka Under Five Mortality

Rate (UFMR) yaitu 39 per 1000 kelahiran hidup. Sustainable Development

Goals dalam The 2030 Agenda For Sustainable Development menargetkan

pada tahun 2030 dapat mengurangi angka Infant Mortality Rate (IFR) 12 per

1.000 kelahiran hidup dan angka Under Five Mortality Rate (UFMR) 25 per

1.000 kelahiran hidup. Hal tersebut dapat dicapai salah satunya dengan

pemberian ASI eksklusif dilaksanakan dengan baik (Kementerian Kesehatan,

2015).

Survei Demografi Indonesia (SDKI) 2017, persentase anak berumur 6

bulan yang mendapat ASI eksklusif meningkat dalam 5 tahun terakhir, dari

tahun 2012-2017 mengalami peningkatan yaitu dari 42 persen menjadi 52

persen. Separuh (52 persen) anak berumur dibawah 6 bulan mendapatkan ASI

eksklusif, persentase ASI eksklusif ini menurun seiring dengan bertambahnya

umur anak (SDKI, 2017).


Berdasarkan Hasil Pemantauan Status Gizi di Indonesia tahun 2017

diketahui cakupan ASI eksklusif sebanyak 35,7 persen. Provinsi Sumatera

Selatan merupakan provinsi urutan kedua setelah DIY (61,4 persen) yang target

ASI eksklusif tertinggi yaitu sebanyak 48,1 persen, Namun cakupan tersebut

masih jauh dari target nasional sebanyak 80 persen (Kemenkes, 2018).

Menteri Kesehatan melalui Kepmenkes RI No.450/MENKES/IV/2004

menetapkan perpanjangan pemberian Air Susu Ibu secara eksklusif dari yang

semula 4 bulan menjadi 6 bulan. Menteri Kesehatan telah menetapkan pemberian

ASI Eksklusif di Indonesia selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai anak berusia 2

tahun atau lebih dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai. (Nilam Sari

P, 2017).

Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) merupakan salah satu kawasan

yang mengalami peningkatan cakupan ASI eksklusif sebanyak 34,2 persen pada

tahun 2017 menjadi 48,5 persen pada tahun 2018. OKU memiliki angkatan kerja

wanita yang bekerja sebanyak 65.917 dari 97.628 Wanita Usia Subur, dimana

wanita tersebut berada di usia reproduktif (15-49 tahun) (BPS OKU 2018).

ASI eksklusif merupakan pemberian ASI kepada bayi tanpa makanan

dan minuman pendamping (termasuk air jeruk, madu, air gula). Tindakan

tersebut dapat dimulai sejak bayi baru lahir sampai dengan usia 6 bulan.

setelah bayi berumur enam bulan, bayi boleh diberikan makanan pendamping

ASI (MP-ASI). karena ASI tidak dapat memenuhi lagi keseluruhan

kebutuhan gizi bayi sesudah umur enam bulan. Namun, pemberian ASI bisa

diteruskan hingga bayi berusia 2 tahun (Susanto, et al, 2018).


Faktor – faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif

dibedakan menjadi tiga, yaitu faktor pemudah (pendidikan, pengetahuan,

nilai-nilai atau adat budaya) faktor pendukung (pendapatan keluarga,

pekerjaan/ketersediaan waktu, kesehatan ibu) faktor pendorong (dukungan

keluarga, dukungan suami dan dukungan petugas kesehatan). Petugas

kesehatan yang dimaksud adalah petugas yang menangani masalah laktasi

dan perawatan bayi sehingga diharapkan mampu memberikan asuhan dan

dukungan yang dapat diterima oleh ibu menyusui (Haryono, 2014).

Pengetahuan yang baik akan memudahkan seseorang untuk merubah

perilaku termasuk dalam praktik menyusui. Pengetahuan dan pemahaman ibu

tentang pemberian ASI eksklusif akan berdampak pada kepatuhan ibu dalam

memberikan ASI eksklusif pada anaknya. Informasi yang salah tentang

pentingnya ASI membuat para ibu tidak berhasil dalam pemberian ASI

Eksklusif kepada bayinya. Sekelompok yang peduli ASI secara konsisten

terus menerus menyuarakan pentingnya pemberian ASI diawal kehidupan

bayi, mereka yakin bahwa rendahnya keberhasilan pemberian ASI eksklusif

dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu (Solikhati et al, 2018).

Penelitian yang dilakukan oleh Fatkhus yang berjudul Analisis Faktor

yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Usia 0-6

bulan tahun 2018 menunjukan bahwa sebagian besar ibu mempunyai

pengetahuan baik tentang ASI Ekklusif, yaitu 86 responden dari kategori

pengetahuan kurang sebagian besar tidak memberikan ASI Eksklusif yaitu 9

ibu 90 persen dari kategori pengetahuan cukup sebagian besar juga tidak
memberikan ASI Eksklusif yaitu 21 ibu 87,5 persen dari kategori

pengetahuan baik sebagian besar memberikan ASI Eksklusif yaitu 30 ibu 57,7

persen (Fatkhus, 2018)

Dukungan kepada ibu menjadi satu faktor penting yang juga mempengaruhi

ibu dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Seorang ibu yang mempunyai

pikiran positif tentu saja akan senang melihat bayinya, sehingga muncul rasa kasih

sayang, terlebih bila sudah mencium dan menimang si buah hati. Semua itu terjadi

bila ibu dalam keadaan tenang. Keadaan tenang ini didapat oleh ibu jika adanya

dukungan-dukungan dari lingkungan sekitar ibu untuk memberikan ASI kepada

bayinya. Karena itu, ibu memerlukan dukungan yang kuat agar dapat memberikan

ASI eksklusif (Rohani, 2018).

Salah satu tujuan Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang

pemberian ASI eksklusif adalah untuk meningkatkan peran dan dukungan keluarga,

masyarakat, pemerintah daerah, dan pemerintah terhadap pemberian ASI ekkslusif.

Dukungan keluarga, terutama suami dapat menentukan keberhasilan atau kegagalan

menyusui, sebab dukungan suami akan menimbulkan rasa nyaman pada ibu sehingga

akan mempengaruhi produksi ASI serta meningkatkan semangat dan rasa nyaman

dalam menyusui (Adiningsih, 2015).

Penelitian yang dilakukan oleh Devi yang berjudul fator-faktor yang

berhubungan dengan pemberian ASI pada tahun 2018, dari 44 responden

yang memberikan dukungan keluarga yang baik dengan pemberian ASI

eksklusif sebanyak 17 responden 38,6 persen dan tidak ASI eksklusif

sebanyak 6 responden 13,6 persen dan kurangnya dukungan keluarga dengan

pemberian ASI eksklusif sebanyak 4 responden 9,1 persen dan yang tidak

ASI eksklusif sebanyak 17 responden 38,6 persen dengan p value= 0,000


(Devi, 2018).

Hasil studi pendahuluan pada tanggal 09 Juni 2021 yang dilakukan

peneliti di Puskesmas Tanjung Baru Tahun 2021, didapatkan data bulan

Januari-Mei 2021 ada kenaikan sebanyak 140 bayi 70,87 persen yang diberi

ASI Eksklusif. Adapun informasi yang diperoleh dari 5 orang ibu yang tidak

memberikan ASI eksklusif mengatakan alasan tidak diberi ASI eksklusif

karena ASI kurang (anak pertama ada yang ASI eksklusif namun ASI setelah

anak kedua ibu merasa ASI kurang sehingga memberi makanan tambahan),

Ibu yang bekerja mengatakan tidak sempat memberi ASI pada bayi.

Kurangnya mengetahui tentang ASI eksklusif, mengikuti kebiasaan yang

memberikan madu, air putih, bubur dan pisang. ASI tidak keluar setelah 30

menit bayi lahir sehingga penolong persalinan menyarankan memberikan

susu formula pada bayi serta, 1 ibu mengatakan kurangnya dukungan

keluarga.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik dan

mengadakan penelitian tentang “Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan,

Dukungan Keluarga dan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI

Eksklusif pada bayi 7-12 Bulan di Puskesmas Tanjung Baru Kec.

Baturaja Timur Kab. Ogan Komering Ulu Tahun 2021”.

1.2 Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dijelaskan bahwa ASI Eksklusif

adalah hanya memberikan ASI dan hanya ASI kepada bayi. Dari umur 0-6
bulan bayi tidak diberikan tambahan apapun, tanpa makanan dan minuman

selain ASI. Faktor – faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI

Eksklusif dibedakan menjadi tiga, yaitu faktor pemudah (pendidikan,

pengetahuan, nilai-nilai atau adat budaya) faktor pendukung (pendapatan

keluarga, pekerjaan/ketersediaan waktu, kesehatan ibu) faktor pendorong

(dukungan keluarga, dukungan suami dan dukungan petugas kesehatan).

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan Identifikasi masalah banyak faktor yang dapat

mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif. Namun, dikarenakan keterbatasan

waktu, biaya dan kemampuan, maka peneliti hanya menelititiga variabel saja

yaitu dukungan petugas kesehatan, dukungan keluarga dan pengetahuan

(variabel independen) dengan pemberian ASI Eksklusif (variabel dependen)

yang akan dilakukan di Puskesmas Tanjung Baru Kecamatan Baturaja Timur

Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2021.

1.4 Rumusan Masalah

1.4.1 Secara Simultan

Adakah hubungan antara dukungan petugas kesehatan,

dukungan keluarga dan pengetahuan secara simultan dengan

pemberian ASI Eksklusif pada bayi 7-12 bulan di Puskesmas Tanjung

Baru Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu

Tahun 2021?
1.4.2 Secara parsial

1. Adakah hubungan dukungan petugas kesehatan secara parsial

dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 7-12 bulan di

Puskesmas Tanjung Baru Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten

Ogan Komering Ulu Tahun 2021?

2. Adakah hubungan dukungan keluarga secara parsial dengan

pemberian ASI Eksklusif pada bayi 7-12 bulan di Puskesmas

Tanjung Baru Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan

Komering Ulu Tahun 2021?

3. Adakah hubungan pengetahuan secara parsial dengan pemberian

ASI Eksklusif pada bayi 7-12 bulan di Puskesmas Tanjung Baru

Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun

2021?

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan Umum

Ingin mengetahui hubungan dukungan petugas kesehatan,

dukungan keluarga dan pengetahuan secara simultan dengan pemberian

ASI Eksklusif pada bayi 7-12 bulan di Puskesmas Tanjung Baru

Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun

2021.
1.5.2 Tujuan Khusus

1. Ingin mengetahui hubungan dukungan petugas kesehatan secara

parsial dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 7-12 bulan di

Puskesmas Tanjung Baru Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten

Ogan Komering Ulu Tahun 2021.

2. Ingin mengetahui hubungan dukungan keluarga secara parsial

dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 7-12 bulan di Puskesmas

Tanjung Baru Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan

Komering Ulu Tahun 2021.

3. Ingin mengetahui hubungan pengetahuan secara parsial dengan

pemberian ASI Eksklusif pada bayi di Puskesmas Tanjung Baru

Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun

2021.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Secara Teoritis

1. Bagi Universitas Kader Bangsa

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

masukan dan informasi untuk melengkapi referensi kepustakaan

sehingga dapat menunjang pengetahuan dan wawasan mahasiswa

serta dapat melakukan penelitian lebih lanjut.


2. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi proses pembelajaran

yang berarti menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan

tentang pemberian ASI Eksklusif hingga dapat di jadikan sebagai

bekal pada saat peneliti terjun ke masyarakat.

3. Bagi peneliti yang akan datang

Bagi peneliti yang akan datang agar dapat melanjutkan penelitian

tentang pemberian ASI Eksklusif dalam waktu yang lebih lama dan

sampel yang lebih banyak.

1.6.2 Secara Praktis

1. Bagi Puskesmas Tanjung Baru

Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Puskesmas Tanjung

Baru dalam upaya peningkatan penyuluhan dan mensosialisaikan

program pemberian ASI Eksklusif pada Masyarakat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Air Susu Ibu (ASI)

2.1.1 Pengertian Air Susu Ibu (ASI)

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang ideal untuk bayi

terutama pada bulan-bulan pertama. ASI mengandung semua zat gizi untuk

membangun dan penyediaan energi dalam susunan yang diperlukan. ASI

tidak memberatkan fungsi traktus digestifus dan ginjal yang belum berfungsi

baik pada bayi yang baru lahir, serta menghasilkan pertumbuhan fisik yang

optimum. Lagipula ASI memiliki berbagai zat anti infeksi, mengurangi

kejadian eksimatopik dan proses menyusui menguntungkan ibunya dengan

terdapatnya laktational infertility, hingga memperpanjang child spacing

(WHO, 2018).

Pada awal bulan, bayi yang paling berisiko terhadap berbagai

penyakit, ASI diberikan minimal 6 bulan tanpa makanan pendamping ASI.

ASI terdiri dari air, alfa-laktoalbumin, laktosa, kasein, asam amino, antibodi

terhadap kuman, virus dan jamur. Demikian juga ASI mengandung growth

factor yang berguna diantaranya untuk perkembangan mukosa usus. Antibodi

yang terkandung dalam air susu ibu adalah Imunoglobulin A (lg A), bersama

dengan berbagai sistem komplemen yang terdiri dari makrofag, limfosit,


laktoferin, laktoperisidase, lisozim, laktoglobulin, interleukin sitokin dan

sebagainya (Proverawati, 2016).

2.1.2 Macam – macam ASI

ASI adalah makanan untuk bayi yang mengandung zat-zat berkualitas

tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan

bayi/anak. Asi dibedakan dalam tiga stadium, yaitu :

1. Kolostrum

Kolostrum adalah cairan yang pertama kali berwarna kekuning-kuningan.

Banyak mengandung protein, antybody (kekebalan tubuh),

immunoglobulin. Kolostrum berfungsi sebagai perlindungan terhadap

infeksi pada bayi. Meskipun kolostrum yang keluar sedikit menurut ukuran

kita tetapi volume kolostrum yang ada dalam payudara mendekati

kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Volume kolostrum antara

150-300 ml/24 jam (Maryunani, 2016).

2. Air Susu Transisi/Matur

Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI matur. Terjadi pada

hari ke 4-10, berisi karbohidrat, lemak dan volume ASI meningkat. Selama

dua minggu volume air susu bertambah banyak dan berubah warna serta

komposisinya. Kadar Immunoglobulin dan protein menurun, sedangkan

lemak dan laktosa meningkat (Maryunani, 2016).


3. Air Susu Matur

ASI matur disekresi pada hari kesepuluh dan seterusnya. ASI matur

tampak berwarna putih kekuning-kuningan karena mengandung casineat,

riboflaum dan karotin. Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak

menggumpal bila di panaskan (Maryunani, 2016).

2.1.3 Kandungan ASI

ASI mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5%, oleh karena itu bayi

yang mendapat cukup ASI tidak perlu mendapat tambahan air walaupun

berada ditempat suhu udara panas. Selain itu, berbagai komponen yang

terkandung dalam ASI antara lain :

1. Protein

Protein adalah bahan baku untuk tumbuh, kualitas protein sangat penting

selama tahun pertama kehidupan bayi, karena pada saatini pertumbuhan

bayi paling cepat. ASI mengandung total protein lebih rendah tapi lebih

banyak protein yang halus, lembut dan mudah dicerna

2. Lemak

Lemak ASI adalah komponen yang dapat berubah-ubah kadarnya. Kadar

lemak bervariasi disesuaikan dengan kebutuhan kalori untuk bayi yang

sedang tumbuh. ASI yang pertama kali keluar disebut susu mula

(foremelik), cairan ini kira-kira mengandung 1-2% lemak dan tampak

encer. ASI berikutnya disebut susu belakang (hindmilk), yang


mengandung lemak paling sedikit tiga seperempat kali lebih bnayak

daripada susu formula.

3. Karbohidrat

Laktosa merupakan komponen utama karbohidrat dalam ASI. Kandungan

laktosa dalam ASI lebih banyak dibandingkan dengan susu sapi.

4. Mineral

ASI mengandung mineral yang lengkap, walaupun kadarnya relatif

rendah tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan.

5. Vitamin

Vitamin dalam ASI dapat dikatakan lengkap, vitami A, D dan C cukup

sedangkan golongan vitamin B kurang.

(Haryono, 2014).

2.1.4 Upaya Memperbanyak ASI

Menurut Ambarwati, R (2016), Upaya-upaya untuk memperbanyak ASI

adalah :

1. Pemberian ASI segera 30 menit pertama setelah bayi lahir.

2. Meneteki bayi sering, siang dan malam, setiap waktu sampai bayi tidak

mau menetek.

3. Meneteki payudara kiri dan kanan secara bergantian.

4. Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong sebelum pindah ke

payudara lainnya.

5. Jika bayi telah tidur selama 3 jam, bangunkan dan langsung susui.
6. Cara menyusui yang benar sangat penting sekali dalam upaya

memperpanjang ASI.

7. Dukungan psikologis dari keluarga dan sekitarnya akan sangat

berpengaruh.

Cara meningkatkan kualitas ASI :

a. Minumlah susu satu liter setiap hari.

b. Daun pucuk katuk, jagung, kacang-kacangan dan sayur asin membuat air

susu lebih banyak keluar.

c. Faktor jiwa pun penting, ibu yang hidup tenang lebih banyak

mengeluarkan susu daripada ibu yang sedang dalam kesedihan.

d. Melakukan perawatan payudara

e. Obat-obatan sesuai petunjuk dokter.

(Haryono, 2014).

2.1.5 Tanda Bayi Cukup ASI

Menurut M. Djamil (2018), terdapat beberapa cara untuk menilai kecukupan

ASI yang diberikan ibu terhadap bayinya sebagai berikut :

1. Setiap menyusui, bayi menyusu dengan rakus, kemudian melemah dan

tertidur.

2. Payudara terasa lunak dibandingkan sebelumnya.

3. Payudara dan puting ibu tidak terasa terlalu nyeri.

4. Kulit bayi merona sehat dan pipinya kencang saat ibu mencubitnya.

5. Bayi lahir telah kembali setelah bayi berumur 2 minggu.


6. Kurva pertumbuhan/berat badan dalam KMS sesuai dengan seharusnya.

7. Setelah berumur beberapa hari, bayi akan buang air besar (BAB)

setidaknya dua kali sehari dengan tinja yang berwarna kun ing atau gelap

dan mulai berwarna lebih cerah setelah hari kelima belas.

(Badriah, 2017).

Tanda Bayi kurang ASI :

1. Tanda terpercaya

a. Kenaikan berat yang kurang : kurang dari 500 gram sebulan atau

setelah dua minggu berat bayi belum mencapai berat lahir.

b. Jumlah kencing sedikit dan terkonsentrasi : kurang dari 6 kali sehari,

kuning gelap dan berbau tajam.

2. Tanda-tanda kemungkinan

a. Bayi tidak puas setelah menyusu

b. Bayi sering menangis

c. Bayi sangat sering menyusu

d. Menyusu lama

e. Bayi menolak menyusu

f. Kotoran bayi keras, kering dan bewarna hijau

g. Payudara tidak membesar selama hamil

h. Setelah melahirkan ASI tidak keluar.

(Haryono, 2014).
2.2 Kosep Dasar Pemberian ASI Eksklusif

2.2.1 Pengertian ASI Eksklusif

ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan

cairan lain, seperti susus formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa

tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit,bubur

nasi dan tim (Maryunani, 2016).

Pada awal bulan, bayi yang paling beresiko terhadap berbagai

penyakit, ASI Eksklusif membantu melindungi terhadap diare dan infeksi

umum lainnya. ASI diberikan minimal enam bulan tanpa makanan

pendamping ASI (PASI) inilah yang disebut ASI Eksklusif (Proverawati,

2015).

2.2.2 Cara Mencapai ASI Eksklusif

WHO dan UNICEF merekomendasikan langkah-langkah berikut untuk

memulai dan mencapai ASI Eksklusif, antara lain :

1. Menyusui dalam satu jam setelah kelahiran

2. Menyusui secara Eksklusif : hanya ASI , artinya tidak ditambah makanan

atau minuman lain, bahkan air putih sekalipun.

3. Menyusui kapanpun bayi meminta (on-demand), sesering yang bayi mau,

siang dan malam.

4. Tidak menggunakan botol susu maupun empeng.

5. Mengeluarkan ASI dengan memompa atau memerah dengan tangan,

disaat tidak bersama anak.


6. Mengendalikan emosi dan pikiran agar tenang

(Maryunani, 2016).

2.2.3 Manfaat ASI Eksklusif

Manfaat Pemberian ASI Eksklusif dapat dibagi menjadi 4 yaitu;

1. Manfaat Bagi Bayi

a. Komposisi sesuai kebutuhan.

b. Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan.

c. ASI mengandung zat pelindung.

d. Perkembangan psikomotorik lebih cepat.

e. Menunjang perkembangan kognitif.

f. Menunjang perkembangan penglihatan.

g. Memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak.

h. Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat.

i. Dasar untuk perkembangan kepribadian yang percaya diri. (Soleha,

2019).

2. Manfaat Bagi Ibu

a. Mengurangi pendarahan setelah melahirkan. apabila bayi disusukan

segera setelah dilahirkan, maka kemungkinan terjadinya pendarahan

setelah melahirkan akan berkurang, pada ibu menyusui terjadi

peningkatan kadar oksitasin yang berguna juga untuk kontraksi atau

penutupan pembuluh darah sehingga pendarahan akan lebih cepat

berhenti.
b. Menjarangkan kehamilan menyusui merupakan cara kontrasepsi yang

aman, murah, dan cukup berhasil. Selama ibu memberi ASI Eksklusif

dan belum haid, 98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama setelah

melahirkan dan 96% tidak akan hamil sampai bayi berusia 12 bulan.

c. Menempelkan segera bayi pada payudara membantu pengeluaran

plasenta karena hisapan bayi merangsang kontraksi rahim, karena itu

menurunkan risiko pendarahan pasca persalinan.

d. Memberikan ASI segera (dalam waktu 60 menit), membantu

meningkatkan produksi ASI dan proses laktasi.

e. Hisapan puting yang segera dan sering membantu mencegah payudara

bengkak.

f. Pemberian ASI membantu mengurangi beban kerja ibu karena ASI

tersedia kapan dan dimana saja. ASI selalu bersih, sehat dan tersedia

dalam suhu yang cocok.

g. Pemberian ASI ekonomis/murah

h. Menurunkan resiko kanker payudara

i. Aspek psikologis

j. Memberi kepuasan pada ibu. Keuntungan menyusui bukan hanya

bermanfaat untuk bayi, tetapi juga untuk ibu. Ibu akan merasa bangga

dan diperlukan rasa sayang yang dibutuhkan oleh semua manusia.

(Rohan, 2017).

3. Manfaat Bagi Keluarga


a. Tidak perlu uang untuk membeli susu formula, botol susu, kayu bakar

atau minyak untuk merebus air susu atau peralatan.

b. Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit (hemat)

dalam perawatan kesehatan dan berkurangnya kekhawatiran bayi akan

sakit.

c. Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi MAL dari ASI

Eksklusif. Menghemat waktu keluarga bila bayi lebih sehat.

d. Memberikan ASI pada bayi berarti hemat tenaga bagi keluarga sebab

ASI selalu siap tersedia.

e. Lebih praktis saat akan bepergian, tidak perlu membawa botol, susu, air

panas, dll (Nurjanah, 2015).

4. Manfaat Bagi Lingkungan

Menyusui/memberi ASI, tidak menimbulkan sampah karena setiap ibu

yang menyusui dapat mengurangi masalah polusi dan sampah. Dengan

menyusui/memberi ASI tidak membutuhkan lahan, air, metal, plastik dan

minyak yang semuanya dapat merusak lingkungan. Dengan demikian,

menyusui/memberi ASI dapat melindungi lingkungan hidup kita (Rohan,

2017).

5. Manfaat Bagi Negara

a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi. Adanya faktor

protektif dan nutrient yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi

baik serta kesakitan dan kematiananak menurun. Beberapa penelitian


epidemiologis menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak dariu

penyakit infeksi, misalnya diare, otitis media, dan infeksi saluran

pernafasan akut bagian bawah.

b. Menghemat devisa Negara

ASI dapat dianggap kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui

diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp. 8,6 Milyar yang

seharusnya dipakai untuk membeli susu formula.

c. Mengurangi Subsidi untuk Rumah Sakit

Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat gabung akan

memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi

persalinan dan infeksi nosokomial serta serta mengurangi biaya yang

diperlukan untuk perawatan anak sakit. Anak mendapat ASI lebih

jarang masuk ke rumah sakit dibandingkan anak yang mendapaty susu

formula.

d. Peningkatan kualitas generasi penerus

Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal

sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.

(Rohan, 2017).

2.2.3 Peraturan Pemerintah (PP) dalam Pemberian ASI Eksklusif

Pemberian ASI Eksklusif telah masuk de dalam PP. No. 33 Tahun 2012 yang

dilampirkan dalam pasal 6 dan pasal 9, sebagai berikut :


Pasal 6

Setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI Eksklusif kepada bayi

yang dilahirkannya.

Pasal 9

(1) Tenaga Kesehatan dan penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Wajib melakukan inisiasi menyusu dini terhadap bayi yang baru lahir

kepada ibunya paling singkat selama 1 (satu) jam.

(2) Anisiasi menyusu dini sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

dengan cara meletakkan bayi secara tengkurap di dada atau perut ibu

sehingga kulit bayi melekat pada kulit ibu.

Peraturan pemerintah (PP) No. 33 Tahun 2012 tentang pemberian Air Susu

Ibu (ASI) Eksklusif telah diterbitkan sejak 1 Maret 2012. Tujuan PP tersebut

adalah untuk :

a. Menjamin pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif sejak

dilahirkan sampai dngan berusia 6 (enam) bulan dengan memperhatikan

pertumbuhan dan perkembangannya.

b. Memberikan perlindungan kepada bayi dalam memberikan ASI Eksklusif

kepada bayinya; dan

c. Meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat, Pemerintah

Daerah, dan Pemerintah terhadap pemberian ASI Eksklusif.

(Rohan, 2017).
2.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif

Menurut buku Haryono R (2014), faktor – faktor yang mempengaruhi pemberian

ASI Eksklusif dibedakan menjadi tiga, yaitu : faktor pemudah, faktor pendukung

dan faktor pendorong.

1. Faktor pemudah (predisposing factors)

a. Pendidikan

Pendidikan akan membuat seseorang untuk ingin tahu, untuk

mencari pengalaman sehingga informasi yang diterima akan menjadi

pengetahuan. Pendidikan mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif , ibu

yang berpendidikan tinggi akan lebih mudah menerima suatu ide baru

dibandingkan ibu yang berpendidikan rendah. Sehingga promosi dan

informasi mengnai ASI Eksklusif dengan mudah diterima dan dilaksanakan

(Lestari, 2015).

Pendidikan ada dua macam yaitu pendidikan formal dan informal,

dimana pendidikan formal dikategorikan menjadi SD, SMP, SMA, dan

perguruan tinggi (Tirtarahardja, 2005).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Widiyanto

(2012), responden yang berpendidikan SD 7 responden (23,3%), SMP 10

responden (33,3%), SMA 11 responden (36,7%), D3 1 responden (3,3%),

S1 1 responden (3,3%). Hal ini menunjukan semakin rendah pendidikan

semakin rendah kemampuan dasar seseorang dalam berfikir untuk


pengambilan keputusan khususnya dalam pemberian ASI eksklusif padabayi

usia 0 – 6 bulan.

b. Pengetahuan

Pengetahuan adalah suatu proses mengingat dan mengenal kembali

objek yang telah dipelajari melalui panca indera pada suatu bidang tertentu

secara baik (Lestari, 2015).

Untuk mengukur tingkat pengetahuan seseorang srcara rinci terdiri dari

enam tingkatan :

a) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu yang dipelajari sebelumnya

b) Memahami (comprehension)

Kemampauan untuk menjelaskan tentang objek yang diketahui dan

menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

c) Aplikasi (application)

Sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari

pada suatu kondisi atau situasi nyata.

d) Analisis (analysis)

Kemampuan untuk menjabarkan materi ke dalam komponen-komponen,

tapi dalam suatu struktur tersebut dan masih ada kaitannya satu sama

lain.

e) Sintesis (synthesis)
Kemampuan meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru atau menyusun formulasi baru dari

formulasi yang ada.

f) Evaluasi (evalution)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi /

penilaian terhadap suatu materi/objek.

(Lestari, 2015).

Adapun pemberian ASI Eksklusif ada hubungan dengan rendahnya

pengetahuan tentang manfaat pemberian ASI secara Eksklusif akan

menyebabkan rendahnya kemauan ibu untuk memberikan ASI. Hal ini

menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan tentang ASI dengan

pemberian ASI secara Eksklusif (Amiruddin, 2006).

Adapun batasan pengetahuan dikategorikan menjadi dua yaitu, ibu

berpengetahuan baik (bila responden dapat menjawab pertanyaan dengan

benar ≥ 75%) dan ibu yang berpengetahuan kurang (bila responden dapat

menjawab pertanyaan dengan benar < 75%).

Hasil penelitian yang dilakukan Siallagan, dkk (2013) di kelurahan

Batan Kecamatan Medan Tembung, dimana tingkat pengetahuan merupakan

faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif.

c. Nilai-nilai/adat budaya

Nilai budaya merupakan nilai-nilai yang disepakati dan tertanam

dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang


mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan, simbol-simbol, dengan

karakteristik tertentu yang dapat satu dan yang lainnya (Manurung, 2013).

Adat budaya akan mempengaruhi ibu untuk memberikan ASI secara

Eksklusif karena sudah menjadi budaya dalam keluarganya, salah satu adat

budaya yang masih banyak dilakukan di masyarakat yaitu adat selapanan,

dimana bayi diberi sesuap bubur dengan alasan untuk melatih alat

pencernaan bayi. Padahal itu tidak benar, namun tetap dilakukan oleh

masyarakat karena sudah menjadi adat budaya dalam keluarganya

(Haryono, 2014).

2. Faktor pendukung (enabling factors)

a. Pendapatan keluarga

Pendapatan keluarga adalah penghasilan yang diperoleh suami dan

istri dari berbagai kegiatan ekonomi sehari-hari, misalnya gaji. Keluarga

yang memiliki cukup pangan memungkinkan ibu untuk memberikan ASI

Eksklusif lebih tinggi dibandingkan keluarga yang tidak memiliki cukup

pangan. Hal tersebut memperlihatkan bahwa kondisi sosial ekonomi yang

saling terkait yaitu pendapatan keluarga memiliki hubungan dengan

keputusan untuk memberikan ASI Eksklusif bagi bayi (Haryono, 2014).

Menurut TribunSumsel Berdasarkan surat keputusan (SK) gubenur

Sumsel, mulai 1 januari 2016 upah minimum (UMK) kota palembang Kota

Palembang menjadi Rp 2.294.000, dengan ditetapkannya UMP tersebut


tidak ada alasan lagi bagi pengusaha untuk tidak mengikuti aturan UMK

yang telah disepakati (Irawan, 2015).

Menurut penelitian yang dilakukan Afifah (2007) dalam Agam

(2011) menyatakan bahwa pendapatan sangat mendukung pemberian ASI

Eksklusif, keluarga dengan pendapatan yang rendah cenderung melakukan

pemberian ASI Eksklusif.

b. Ketersediaan waktu/pekerjaan

Menurut penelitian Widdefrita. M ( 2012). Pekerjaan adalah tugas

yang dilaksanakan setiap hari dimana tugas tersebut dapat dilakukan

penghidupan mencari nafkah.

Bagi ibu yang bekerja, upaya pemberian ASI Eksklusif sering kali

mengalami hambatan lantaran singkatnya masa cuti hamil dan melahirkan.

sebelum pemberian ASI Eksklusif berakhir secara sempurna, dia harus

kembali bekerja. Kegiatan atau bekerja seringkali dijadikan alasan untuk

tidak memberikan ASI Eksklusif, terutama yang tinggal di perkotaan

(Prasetyono, 2009).

Ketersediaan waktu seorang ibu untuk menyusui secara eksklusif

berkaitan dengan status pekerjaannya. Banyak ibu yang tidak memberikan

ASI karena berbagai alasan diantaranya karena harus kembali bekerja

setelah cuti melahirkannya selesai. Padahal istilah harus kembali bekerja

bukan alasan untuk tidak memberikan ASI secara Eksklusif bagi ibu-ibu

yang bekerja (Haryono, 2014).


Menurut Roesli (2007) dalam penelitian Anggorowati dan Nuzulia

menyatakan bahwa, bekerja bukanlah salah satu alasan untuk ibu tidak

menyusui anaknya. Roesli mengemukakan ada tujuh langkah yang sangat

penting untuk keberhasilan pemberian ASI secara Eksklusif terutama bagi

ibu bekerja yaitu :

a) Mempersiapkan payudara

b) Mempelajari ASI dan tatalaksana menyusui

c) Menciptakan dukungan keluarga

d) Memilih tempat melahirkan yang sayang bayi

e) Memilih tenaga kesehatan yang mendukung pemberian ASI secara

Eksklusif

f) Mencari ahli persolan menyusui seperti klinik laksatasi untuk persiapan

apabila mereka mengalami kesukaran

g) Menciptakan suatu sikap positif tentang ASI dan menyusui.

Adapun batasan pekerjaan dikategorikan menjadi dua yaitu, ibu yang

bekerja (PNS, pegawai swasta, buruh) dan ibu tidak bekerja (jika ibu rumah

tangga).

Menurut penelitian Candriasih (2010) yang di lakukan di Puskesmas

Tambu Kabupaten Donggala mengatakan bahwa secara statistik tidak ada

hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan pemberian ASI

Eksklusif. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ASI Eksklusif tidak


dipengaruhi oleh pekerjaan, karena hasil penelitian ini didapat banyak ibu-

ibu yang tidak bekerja tetapi tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayinya.

c. Kesehatan ibu

Kondisi kesehatan ibu mempunyai pengaruh yang sangat penting

dalam keberlangsungan proses menyusui. Ibu yang mempunyai penyakit

menular (misalnya HIV/AIDS, TBC, hepatitis B) atau penyakit pada

payudara (misalnya kanker payudara, kelainan puting susu) sehingga tidak

boleh ataupun tidak bisa menyusui bayinya (Haryono, 2014).

3. Faktor pendorong (reinforcing factors)

a. Dukungan keluarga/suami

Dukungan keluarga didefinisikan dari dukungan soasial, dukungan

sosial sering dikenal dengan istilah lain yaitu dukungan emosi yang berupa

simpati, yang merupakan bukti kasih sayang, perhatian, dan keinginan untuk

mendengarkan keluhan kesah orang lain. Sejumlah orang lain. Sejumlah

orang lain yang potensial memberikan dukungan tersebut sebagai significant

other, misalnya sebagai seorang istri significant other nya adalah suami,

anak, orang tua, mertua, dan saudara-saudara (yanuasti, 2003).

Keluarga terutama suami merupakan bagian penting dalam

keberhasilan dan kegagalan menyusui, karena suami menentukan

kelancaran pengetahuan ASI yang sangat di pengaruhi oleh keadaan emosi

dan perasaan ibu (Roesli, 2007).


Dukungan seorang suami yang dengan tegas berpikiran bahwa ASI

adalah yang terbaik, akan membuat ibu lebih mudah memberikan ASI

Eksklusif pada bayinya (Purwoko, 2005).

Dukungan tersebut berupa dorongan, motivasi, empati, ataupun

bantuan yang dapat membuat individu yang lainnya merasa lebih tenang dan

aman. Dukungan yang didapatkan dari suami, orang tua, ataupun keluarga

dekat lainnya (Wawan, 2010).

b. Dukungan petugas kesehatan.

Menurut penelitian Widdefrita. M (2012). Petugas kesehatan adalah

seseorang yang dihargai, dihormati dimata klien karena mereka berstatus

tinggi sesuai dengan pendidikannya, misalnya bidan, dokter.

Petugas kesehatan yang profesional bisa menjadi faktor pendukung

ibu dalam memberikan ASI. Dukungan tenaga kesehatan kaitannya dengan

nasehat kepada ibu untuk memberikan ASI pada bayinya menentukan

keterlanjutan ibu dalam pemberian ASI.


2.3 Kerangka Teori
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Menurut Haryono (2014)

Faktor Pemudah
1. Pendidikan
2. Pengetahuan
3. Nilai-nilai atau adat
budaya

Faktor Pendukung
1. Pendapatan Keluarga
Pemberian ASI Eksklusif
2. Pekerjaan/Ketersediaan
Waktu pada Bayi Usia 7-12 Bulan

3. Kesehatan Ibu

Faktor Pendorong
1. Dukungan Keluarga
2. Dukungan Suami
3. Dukungan Petugas
Kesehatan
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan bagan atau skema yang menerangkan

tentang hubungan antar konsep-konsep yang berhubungan dengan variabel

yang akan diteliti (Sulistyaningsih, 2018).

Pengetahuan ibu merupakan sangat penting untuk terbentuknya suatu

tindakan dalam mendengar atau membaca informasi tentang gizi dalam

pemberian ASI Eksklusif sehingga ibu yang berpengetahuan baik

mendapatkan informasi mengenai manfaat ASI Eksklusif akan menyusui

secara Eksklusif.

Dukungan keluarga juga sangat berpengaruh terhadap pemberian ASI

Eksklusif karena semakin besar dukungan yang didapatkan untuk terus

menyusui, maka akan semakin besar pula kemampuan untuk dapat bertahan

terus untuk menyusui, namun jika seorang ibu yang kurang mendapatkan

dukungan keluarga, maka ibu akan terpengaruh untuk beralih ke susu

formula.

Dari kerangka acuan di atas Secara skematis, kerangka konsep

penelitian dapat digambarkan pada bagan berikut ini :


Bagan 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Independen Variabel Dependen

Dukungan Petugas
Kesehatan Pemberian
Dukungan Keluarga ASI Eksklusif
Pengetahuan

3.2 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian di

mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat

pertanyaan (Sugiyono, 2015).

3.2.1 Hipotesis Mayor

Ada hubungan dukungan petugas kesehatan, dukungan keluarga

dan pengetahuan secara simultan dengan pemberian ASI Eksklusif pada

bayi 7-12 bulan di Puskesmas Tanjung Baru Kecamatan Baturaja Timur

Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2021.

3.2.2 Hipotesis Minor

1. Ada hubungan dukungan petugas kesehatan secara parsial dengan

pemberian ASI Eksklusif pada bayi 7-12 bulan di Puskesmas Tanjung

Baru Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun

2021

2. Ada hubungan dukungan keluarga secara parsial dengan pemberian ASI

Eksklusif pada bayi 7-12 bulan di Puskesmas Tanjung Baru Kecamatan

Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2021


3. Adakah hubungan pengetahuan secara parsial dengan pemberian ASI

Eksklusif pada bayi 7-12 bulan di Puskesmas Tanjung Baru Kecamatan

Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2021.


BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian ini bersifat Survey Analitik dengan menggunakan

rancangan penelitian cross sectional dimana variabel dependen (Pemberian

ASI Eksklusif) dan variabel independen (dukungan petugas kesehatan,

dukungan keluarga dan pengetahuan) diobservarsi dan dikumpulkan secara

sekaligus dalam jangka waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2017).

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1 Waktu

Waktu penelitian akan direncanakan pada bulan Juli-Agustus tahun

2021

4.2.2 Tempat

Penelitian ini direncanakan dilakukan di Puskesmas Tanjung Baru

Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU).

4.3 Populasi dan sampel Penelitian

4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah keseluruhan objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2017). Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu

yang membawa bayi usia 7-12 bulan yang berkunjung ke Puskesmas

Tanjung baru dari bulan Januari – Mei 2021.


4.3.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah objek yang diteliti dan dianggap

mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2017). Pengambilan sampel

dalam penelitian ini menggunakan teknik Accidental Sampling yaitu

mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di

suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian dan yang diambil secara

Non Random (tidak secara acak) dimana total populasi dijadikan

sebagai sampel. Dengan demikian sampel pada penelitian ini adalah

semua bayi yang berkunjung ke Puskesmas Tanjung Baru.

4.4 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder. Data primer yaitu data diperoleh langsung melalui wawancara

dengan menanyakan kepada responden yang berhubungan dengan variabel

yang diteliti. Data sekunder yaitu data yang dikumpulkan dari hasil studi

kepustakaan beberapa buku dan internet relevan serta data yang diperoleh

dari rekam medik Puskesmas Tanjung Baru saat penelitian.

4.5 Pengolahan Data

Agar penelitian ini menghasilkan informasi yang benar, maka

pengolahan data akan dilakukan dengan tahapan menurut Notoatmodjo

(2017) yaitu sebagai berikut :


4.5.1 Editing (Pengeditan Data)

Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian

formulir atau kuisioner.

4.5.2 Coding (Pengkodean Data)

Coding yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi

data angka atau bilangan.

4.5.3 Entry (pemasukan data)

Data entry yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang

dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukan kedalam program

atau software computer.

4.5.4 Cleaning (pembersihan data)

Cleaning adalah mengecek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan

sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi

4.6 Analisis Data

4.6.1 Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk memperoleh distribusi frekuensi dari

variabel dependen (pemberian ASI Eksklusif) dan variabel independen

(dukungan petugas kesehatan, dukungan keluarga dan pengetahuan) dan

dituangkan dalam bentuk tabel.

4.6.2 Analisis Bivariat

Analisis data untuk mengetahui hubungan antara variabel

independen (dukungan petugas kesehatan, dukungan keluarga dan


pengetahuan) dengan variabel dependen (Pemberian ASI Eksklusif)

dianalisa dengan uji statistik Chi-Square dengan menggunakan system

komputerisasi staticial program. Dengan uji statistik menggunakan

“Chi-Square” menurut Notoatmodjo (2017). Batas kemaknaan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah α = 0,05.

Keputusan hasil statistik diperoleh dengan membandingkan nilai p (p

value) dengan nilai α.

Keputusan hasil :

1. Jika p value ≤ 0,05 berarti ada hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen.

2. Jika p value ≥ 0,05 berarti tidak ada hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen.

(Notoatmojo, 2017).

4.7 Definisi Operasional

Alat Ukur Alat


Definisi Skala
No Variabel dan Cara Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
ukur
Variabel Dependen
1 Pemberian Bayi hanya Wawancara Kuesioner a. Ya : Jika bayi hanya Nominal

ASI Eksklusif diberi ASI saja, diberi ASI saja

tanpa selama 6 bulan

tambahan cairan b. Tidak : Jika bayi

lainnya. diberi ASI dan

Makanan
pendamping

sebelum > 6 bulan

Variabel Independen
1 Dukungan Dukungan dari Wawancara Kuesioner 1. Mendukung : jika ordinal

Petugas petugas menjawab

Kesehatan kesehatan pertanyaan dengan

mengenai skor > 70% dari

pemberian ASI total skor

Eksklusif 2. Tidak mendukung:

jika menjawab

pertanyaan dengan

skor ≤ 70% dari

total

2. Dukungan Dukungan dari Wawancara Kuesioner 1. Mendukung : jika Ordinal

Keluarga keluarga menjawab

mengenai pertanyaan dengan

Pemberian ASI skor > 70% dari

Eksklusif total skor

2. Tidak mendukung:

jika menjawab

pertanyaan dengan

skor ≤ 70% dari

total
3. Pengetahuan Kempampuan Wawancara Kuesioner 1. Baik : jika Ordinal

ibu untuk menjawab

menjawab pertanyaan dengan

pertanyaan skor > 70% dari

dalam kuesioner total skor

tentang ASI 2. Kurang: jika

Eksklusif menjawab

pertanyaan dengan

skor ≤ 70% dari

total

Anda mungkin juga menyukai