Anda di halaman 1dari 3

Namun Keluarga dalam hal ini orangtua biasanya tidak mengerti dan tidak mengetahui dengan jelas bahwa

anaknya mengalami gangguan pertumbuhan


dan perkembangan yaitu tumbuh kembang anaknya tidak sesuai dengan umurnya. Ketidaktahuan orangtua tentang tumbuh kembang pada anak, motivasi
yang rendah untuk membawa anak ke pusat pelayanan kesehatan, gizi yang buruk, dan lingkungan yang kurang baik akan memperberat anak yang
mengalami gangguan tumbuh kembang. Oleh karena itu, kader diharapkan dapat berperan sebagai change agent dalam meningkatkan tingkat kesehatan
anak pada kegiatan Posyandu. Kader Posyandu memiliki peran yang penting karena merupakan pihak yang berada di dekat kegiatan sasaran Posyandu dan
memiliki frekuensi tatap muka lebih sering dengan masyarakat daripada petugas kesehatan lainnya. Pada beberapa kasus keterlambatan tumbuh kembang,
ditemukan sejak awal oleh kader. Dengan alasan inilah diharapkan kader dapat melakukan deteksi dini tumbuh kembang pada anak, sehingga apabila ada
anak yang terdeteksi mengalami gangguan tumbuh kembang dapat segera dilakukan intervensi dan dirujuk. Oleh karena itu sangat penting untuk dilakukan
upaya pemberdayaan kader dalam stimulasi, deteksi dini atau screening, dan intervensi dini tumbuh kembang pada anak (Mardhiyah, Sriati dan Prawesti,
2017). Alat yang dapat digunakan dalam mendeteksi dini kelainan tumbuh kembang yang dapat digunakan oleh kader diantaranya adalah Kuesioner Pra
Skrining Perkembangan (KPSP), kuesioner ini sangat sederhana dan mudah dilakukan oleh masyarakat (Nurhasanah, 2017).

Manfaat dilakukan kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah sebagai berikut: a. Bagi Kader Meningkatkan kemampuan dan peranan atau partisipasi kader
dalam penerapan skrining deteksi dini pemantauan tumbuh kembang anak dengan menggunakan kuesioner KPSP. b. Bagi Puskesmas Dengan adanya
kegiatan edukasi ini maka telah membantu sektor kesehatan yang terkait yaitu Puskesmas dalam pelaksanaan bimbingan dan pelatihan secara
berkelanjutan supaya penerapan dari pengisian lembar pemantauan tumbuh kembang KPSP dalam kegiatan rutin kesehatan yaitu Posyandu dapat
terlaksana dengan baik.

Depkes. (2010). Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak. Direktorat Bina Kesehatan Anak Kementerian Kesehatan RI.

Diana, Fivi M. 2010, September. Studi Literatur : Pemantauan Perkembangan Anak Balita. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 4 No. 2.p-ISSN:1978-3833
eISSN:2442-6725. http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/79

Hasanah R., Astuti I. 2017, Desember. Pelatihan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak dengan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) Desa Sukamukti
Prosiding Artikel Seminar Nasional Pengabdian Masyarakat (SENIAS) 2018

Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung. SNIJA. ISBN:978-602-429-130-3. lppm.unjani.ac.id/wp-content/.../10/32-33-Rika-Nurhasanah.pdf.

Wijhati ER,. Suharmi dan Susilawati B. 2018, September. Pelatihan Deteksi Tumbuh Kembang Anak pada Kader Posyandu Ponowaren Gamping Sleman.
Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat. Vol. 2 No. 2.e-ISSN:2549-8347 p- ISSN: 2579-9126
Kader kesehatan merupakan perwujudan peran serta aktif masyarakat dalam pelayanan terpadu, yang dipilih oleh masyarakat, dan dalam pelaksanaan
kegiatannya mendapat bantuan bimbingan dari petugas kesehatan terutama pada kegiatan yang mereka tidak kompeten memberikannya. Kader posyandu
adalah seorang tenaga sukarela yang dipilih dari, oleh dan untuk masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan. Dalam hal ini
seorang kader juga disebut sebagai penggerak atau promotor kesehatan dalam masyarakat. Kader sering dikaitkan dengan pelayanan rutin di posyandu
(Ismawati, dkk., 2010).

Berkaitan dengan upaya pemerintah dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita, maka hal penting yang perlu dilakukan adalah kegiatan
pemantauan terhadap tumbuh kembang bayi dan balita. Hal ini sebagai upaya deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya kelainan tumbuh kembang
bayi yang bersifat permanen. Kegiatan pemantauan tumbuh kembang bayi dan balita ini menjadi tugas dan tanggung jawab bersama antara petugas
kesehatan profesional, seperti dokter dan bidan serta masyarakat melalui kader kesehatan, termasuk kader posyandu. Oleh sebab STIKES JENDERAL A. YANI
YOGYAKARTA PERPUSTAKAAN 3 itu, perlu ditumbuhkan kesadaran dan pemahaman terhadap setiap kader posyandu tentang pentingnya manfaat
pemantauan tumbuh kembang bayi dan balita (Hidayat, 2008).

Untuk itu petugas kesehatan profesional, khususnya dokter dan bidan perlu menyampaikan informasi atau penyuluhan kesehatan dalam rangka
meningkatkan tingkat pengetahuan kader tentang manfaat pemantauan tumbuh kembang bayi dan balita. Sehingga diharapkan dapat membentuk perilaku
dan kompetensi kader posyandu untuk dapat melakukan kegiatan pemantauan tumbuh kembang bayi dan balita secara teratur dan berkesinambungan
dibawah bimbingan dan arahan petugas kesehatan profesional ( Hidayat, 2008).

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan pemantauan tumbuh kembang bayi dan balita, diantaranya : mengetahui kelainan perkembangan
anak dan hal-hal lain yang merupakan risiko terjadinya kelainan perkembangan, mengetahui berbagai masalah perkembangan yang memerlukan
pengobatan atau konseling genetik dan mengetahui kapan anak perlu dirujuk ke pusat layanan kesehatan yang lebih tinggi. Pada prinsipnya manfaat
pemantauan tumbuh kembang bayi adalah sebagai upaya deteksi dini terjadinya kelainan tumbuh kembang bayi dan balita yang bersifat permanen (Ranuh,
2005).

Kader mempunyai tugas yang mulia, kader diharapkan dapat berperan sebagai pemberi informasi kesehatan pada masyarakat, penggerak masyarakat
untuk melaksanakan pesan-pesan kesehatan seperti mendatangi posyandu. Di STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA PERPUSTAKAAN 4 samping itu kader
dapat berperan sebagai orang pertama kali yang dapat menemukan jika ada masalah kesehatan pada masyarakat, khususnya terjadi kelainan pada
pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita yang ada di daerahnya agar dapat dengan segera melapor ke tenaga kesehatan setempat. Kader
merupakan penghubung antara masyarakat dengan tenaga kesehatan karena kader selalu berada di tengah-tengah masyarakat (KEMENKES RI,2010).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan kader adalah Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan setiap anak usia 12-59 bulan dilaksanakan melalui
pelayanan stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan) dan tercatat pada kohort anak balita dan
prasekolah atau pencatatan pelaporan lainnya. Pelayanan SDIDTK dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat dan
petugas sektor lain yang dalam menjalankan tugasnya melakukan stimulasi dan deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang anak (JUKNIS-SPM,2008).
Stimulasi / rangsangan adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap
anak perlu mendapatkan stimulasi/rangsangan rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan (KEMENKES RI,2010)

Pemantauan tumbuh kembang anak perlu dilakukan secara rutin antara lain dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (Buku KIA), dengan kartu ini setiap
ada penyimpangan tumbuh kembang anak dapat segera diketahui sedini mungkin. Pemanfaatan Buku KIA sebagai alat untuk memantau kesehatan dan gizi
balita perlu dimasyarakatkan sehingga pemantauan balita akan diperoleh manfaat yang besar apabila dilakukan pada semua balita yang ada pada suatu
daerah, namun untuk dapat melaksanakan hal ini bukanlah merupakan suatu yang mudah karena banyak faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Buku
KIA balita itu sendiri (Soejiningsih, 2002).

Anda mungkin juga menyukai