Anda di halaman 1dari 6

Latar belakang

Stunting pada anak balita merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di Indonesia. Stunting
terjadi akibat kekurangan gizi kronis pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak, yang dapat
berdampak pada gangguan kognitif dan pertumbuhan yang tidak optimal. Menurut data Riskesdas
tahun 2018, prevalensi stunting pada anak balita di Indonesia mencapai 27,7%.

Program Posyandu telah diimplementasikan oleh pemerintah sebagai salah satu upaya dalam
meningkatkan status gizi dan kesehatan anak balita. Kader Posyandu merupakan tenaga sukarela yang
terlibat dalam program ini dan memiliki peran penting dalam memberikan informasi dan pelayanan
kesehatan pada masyarakat, termasuk dalam upaya pencegahan stunting pada anak balita. Namun,
masih terdapat kendala dalam pelaksanaan program pencegahan stunting, salah satunya adalah
kurangnya peran aktif dan efektif dari kader Posyandu dalam upaya pencegahan stunting.

Oleh karena itu, penelitian tentang peran kader Posyandu dalam upaya pencegahan stunting pada anak
balita perlu dilakukan. Penelitian ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi program kesehatan
di tingkat desa atau kelurahan dan dapat menjadi dasar untuk pengembangan program Posyandu yang
lebih efektif dan efisien dalam meningkatkan status gizi dan kesehatan anak balita.

Referensi:

Badan Pusat Statistik. (2019). Hasil Utama Riskesdas 2018.


https://www.bps.go.id/publication/2019/11/08/6a2f6f1404ed41b7f722b50f/hasil-utama-riskesdas-
2018.html

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Pedoman Pemantauan Status Gizi Anak.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Pramesthi, N. N. P., Nurhayati, E., & Kusuma, A. M. (2021). Keterlibatan Kader dalam Penanganan
Stunting pada Anak di Indonesia: Analisis Kebijakan. Journal of Health Policy and Management, 6(1), 1-
10.

Sari, E. R., Asfian, P., & Hidayati, D. (2020). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peran Kader
Posyandu dalam Penanganan Stunting pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Jampangkulon
Kabupaten Sukabumi. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(1), 1-8.

Kader memiliki peran yang sangat penting dalam upaya pencegahan stunting, terutama dalam hal
edukasi dan penyuluhan kepada masyarakat. Sebagai tenaga kesehatan yang berada di tingkat desa atau
kelurahan, kader memiliki akses langsung ke masyarakat dan dapat membantu meningkatkan kesadaran
tentang pentingnya gizi seimbang dan pola hidup sehat.
Tugas kader dalam pencegahan stunting meliputi:

Mengidentifikasi anak-anak yang berisiko stunting: Kader dapat mengidentifikasi anak-anak yang
berisiko stunting melalui pemeriksaan rutin, seperti penimbangan dan pengukuran tinggi badan. Kader
juga dapat membantu masyarakat memahami faktor-faktor risiko stunting, seperti kurangnya asupan
nutrisi, infeksi, dan sanitasi yang buruk.

Memberikan edukasi tentang gizi seimbang dan pola hidup sehat: Kader dapat memberikan edukasi
tentang pentingnya makanan yang seimbang dan pola hidup sehat, termasuk imunisasi, sanitasi, dan
kebersihan diri. Kader juga dapat memberikan informasi tentang cara membuat makanan bergizi dengan
bahan-bahan yang murah dan mudah didapat di sekitar lingkungan.

Membantu masyarakat mengakses layanan kesehatan: Kader dapat membantu masyarakat mengakses
layanan kesehatan, termasuk pemeriksaan kesehatan, imunisasi, dan pengobatan jika dibutuhkan.

Referensi:

Kemenkes RI. (2017). Panduan Kader Posyandu. Diakses dari


https://www.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/buku-kerja-kader-posyandu.pdf

World Health Organization. (2018). Strengthening the Role of Community Health Workers in Preventing
and Managing Childhood Stunting. Diakses dari
https://www.who.int/publications/i/item/strengthening-the-role-of-community-health-workers-in-
preventing-and-managing-childhood-stunting

Ada beberapa pelatihan yang dapat diberikan kepada kader untuk membantu mereka dalam upaya
pencegahan stunting, di antaranya:

Pelatihan Gizi Seimbang dan Pola Hidup Sehat: Pelatihan ini meliputi edukasi tentang gizi seimbang,
termasuk asupan nutrisi yang tepat untuk pertumbuhan dan perkembangan anak, serta pentingnya pola
hidup sehat seperti olahraga dan kebersihan diri.

Pelatihan Pengukuran Antropometri: Pelatihan ini memberikan keterampilan kepada kader dalam
pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas (LILA), dan lingkar kepala anak. Kader yang
terlatih dapat mengidentifikasi anak-anak yang berisiko stunting dengan lebih akurat.

Pelatihan Sanitasi dan Kebersihan Lingkungan: Pelatihan ini mengajarkan kader tentang pentingnya
sanitasi dan kebersihan lingkungan dalam pencegahan stunting, termasuk cara mengurangi penyebaran
penyakit dan menjaga kebersihan makanan.
Pelatihan Komunikasi dan Konseling: Pelatihan ini memberikan keterampilan kepada kader dalam
berkomunikasi dengan masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang dan pola hidup sehat serta
memberikan konseling tentang cara meningkatkan asupan nutrisi anak.

Referensi:

Kementerian Kesehatan RI. (2017). Buku Panduan Pelatihan Kader Gizi. Diakses dari
https://www.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/buku-panduan-pelatihan-kader-gizi.pdf

UNICEF. (2015). A Practical Guide to Building and Scaling Up Community-Based Management of Acute
Malnutrition Programs. Diakses dari
https://www.unicef.org/nutrition/files/A_Practical_Guide_to_Building_and_Scaling_Up_CMAM_progra
mmes_2015.pdf

Stunting adalah masalah kesehatan global yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Menurut data WHO, pada tahun 2019, 144 juta anak di seluruh dunia menderita stunting. Stunting
disebabkan oleh kurangnya asupan nutrisi yang cukup pada 1.000 hari pertama kehidupan anak, yaitu
dari sejak masa kehamilan hingga usia 2 tahun.

Kader merupakan tenaga kesehatan yang berada di tingkat desa atau kelurahan dan memiliki akses
langsung ke masyarakat. Kader memiliki peran penting dalam upaya pencegahan stunting karena
mereka dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang dan
pola hidup sehat. Kader juga dapat membantu mengidentifikasi anak-anak yang berisiko stunting dan
memberikan edukasi tentang cara mencegah stunting.

Tugas kader dalam upaya pencegahan stunting meliputi pemeriksaan kesehatan, edukasi gizi dan pola
hidup sehat, serta membantu masyarakat mengakses layanan kesehatan. Kader juga dapat membantu
membangun kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam program pencegahan stunting.

Referensi:

World Health Organization. (2019). Stunting - Key Facts. Diakses dari


https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/stunting

Kementerian Kesehatan RI. (2019). Pedoman Pemantauan Status Gizi Balita. Diakses dari
https://www.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-stunting-2019.pdf
World Health Organization. (2018). Strengthening the Role of Community Health Workers in Preventing
and Managing Childhood Stunting. Diakses dari
https://www.who.int/publications/i/item/strengthening-the-role-of-community-health-workers-in-
preventing-and-managing-childhood-stunting

Identifikasi masalah

Meskipun kader memiliki peran penting dalam upaya pencegahan stunting, terdapat beberapa masalah
yang dapat menghambat peran kader dalam upaya tersebut, antara lain:

Kurangnya pelatihan dan dukungan: Kader seringkali tidak mendapatkan pelatihan yang memadai dan
dukungan yang cukup dari pemerintah atau organisasi kesehatan. Karena itu, kader tidak memiliki
pengetahuan yang memadai tentang gizi dan kesehatan anak serta cara mencegah stunting.

Keterbatasan sumber daya: Kader seringkali menghadapi keterbatasan sumber daya dalam
melaksanakan tugasnya. Mereka mungkin tidak memiliki peralatan yang cukup untuk melakukan
pengukuran antropometri atau tidak memiliki akses yang mudah ke sumber daya lain seperti suplemen
gizi.

Terbatasnya akses ke masyarakat: Kader mungkin kesulitan dalam mengakses masyarakat yang tinggal di
daerah terpencil atau sulit dijangkau. Hal ini dapat menghambat upaya pencegahan stunting karena
kader tidak dapat memberikan edukasi dan layanan kesehatan kepada masyarakat secara efektif.

Tidak diakui dan tidak dibayar dengan baik: Kader seringkali tidak diakui dan tidak dibayar dengan baik
untuk tugas-tugas yang mereka lakukan. Hal ini dapat mengurangi motivasi mereka dan menghambat
upaya pencegahan stunting.

Referensi:

UNICEF. (2015). A Practical Guide to Building and Scaling Up Community-Based Management of Acute
Malnutrition Programs. Diakses dari
https://www.unicef.org/nutrition/files/A_Practical_Guide_to_Building_and_Scaling_Up_CMAM_progra
mmes_2015.pdf

Fikawati, S., Syafruddin, D., & Siregar, A. Y. (2019). Challenges of village midwives in preventing stunting
in Indonesia: a qualitative study. BMC public health, 19(1), 1-9.

Tujuan penelitian :
Tujuan umum peran kader dalam upaya pencegahan stunting adalah untuk membantu mengurangi
angka kejadian stunting dan meningkatkan status gizi anak melalui edukasi dan intervensi kesehatan
yang tepat.

Adapun tujuan khusus peran kader dalam upaya pencegahan stunting antara lain:

Mengidentifikasi anak-anak yang berisiko stunting dan memberikan edukasi tentang gizi seimbang dan
pola hidup sehat.

Membantu masyarakat untuk memahami pentingnya gizi seimbang dan pola hidup sehat dalam
mencegah stunting.

Membantu masyarakat untuk mengakses layanan kesehatan yang dibutuhkan untuk mencegah stunting.

Membangun kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam program pencegahan stunting.

Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan gizi yang baik bagi anak-anak.

Dengan mencapai tujuan-tujuan tersebut, diharapkan angka kejadian stunting dapat menurun dan
status gizi anak dapat meningkat. Hal ini akan berdampak positif pada kesehatan dan perkembangan
anak serta kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan.

Manfaat penenlitian

Manfaat Teoritis:

Kontribusi terhadap pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi stunting: Peran kader dalam
pencegahan stunting membantu meningkatkan pemahaman kita tentang faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap terjadinya stunting, seperti faktor lingkungan, gizi, sanitasi, dan kesehatan.

Kontribusi terhadap pemahaman tentang strategi intervensi yang efektif: Penelitian mengenai peran
kader dalam pencegahan stunting dapat memberikan informasi yang berguna dalam memahami strategi
intervensi yang efektif dalam mencegah stunting.

Kontribusi terhadap pengembangan model kader yang baik: Pemahaman tentang peran kader dalam
pencegahan stunting dapat membantu mengembangkan model kader yang baik dalam memastikan
keberhasilan program pencegahan stunting.

Manfaat Praktis:
Meningkatkan ketersediaan informasi dan edukasi mengenai stunting: Kader dapat memberikan
informasi dan edukasi yang tepat kepada masyarakat tentang stunting dan cara mencegahnya.

Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya pencegahan stunting: Peran kader dalam
pencegahan stunting dapat membantu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya pencegahan
stunting, termasuk partisipasi dalam program gizi dan kesehatan lainnya.

Meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan: Kader dapat membantu meningkatkan
akses masyarakat terhadap layanan kesehatan yang diperlukan untuk mencegah stunting.

Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan gizi yang baik bagi anak: Kader dapat
membantu meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan gizi yang baik bagi anak dan
mencegah stunting.

Dengan demikian, peran kader dalam pencegahan stunting memiliki manfaat teoritis dan praktis yang
signifikan bagi kesehatan masyarakat dan pengembangan program pencegahan stunting.

Ruang lingkup penelitian :

Anda mungkin juga menyukai