-Maria Yasfa -Sandi Kurniawan Kelas : Reguler 5 A Mata Kuliah : Seminar Kesehatan Nasional
Pengutan Posyandu Guna Mencegah Masalah Stunting di Indonesia
Stunting adalah masalah kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya
asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) berdasarkan standar usianya (Depkes, 2018). Status gizi menjadi sangat penting mengingat masa pertumbuhan pada 2 tahun pertama merupakan periode kritis bagi tumbuh kembang seorang anak. Kurang gizi pada anak merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di negara berkembang termasuk Indonesia ( Lendy, 2018 ). Walaupun dalam beberapa dekade ini Indonesia mengalami penurunan masalah kekurangan gizi, namun data nasional memperlihatkan adanya 30,8% anak usia bawah lima tahun (balita) mengalami stunting (pendek sangat pendek diukur dengan tinggi badan menurut umur) (Riskesdas, 2018). Indikator ini menunjukkan terjadinya kekurangan gizi dalam jangka waktu yang panjang atau kronis yang dikarenakan tingginya angka kesakitan atau rendahnya asupan makanan. Masalah gizi anak sangat penting dan perlu diperhatikan mengingat 54% kematian bayi dan balita terkait dengan masalah gizi (Depkes, 2010). Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan pusat pelayanan kesehatan masyarakat dimana masyarakat dapat melakukan konsultasi kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat mempunyai nilai strategis untuk mengembangkan sumber daya manusia sejak dini (BKKBN, 2009). Peran Posyandu dalam penanggulangan stunting di Indonesia sangatlah penting, khususnya upaya pencegahan stunting pada masa Balita. Melalui pemantauan pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita yang dilakukan satu bulan sekali melalui kurva KMS, balita yang mengalami permasalahan pertumbuhan dapat dideteksi sedini mungkin, sehingga tidak jatuh pada permasalah pertumbuhan kronis atau stunting. Selain kegiatan pemantauan tumbuh kembang, juga disediakan kegiatan-kegiatan yang bersifat diseminasi informasi tentang gizi seimbang dan ASI eksklusif di posyandu, di antaranya adalah kegiatan Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu), pemberian makanan bayi dan anak (PMBA), atau Gerakan Sayang Ibu (GSI) yang bertujuan meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku positif ibu balita dalam mencegah stunting pada balitanya. (Intan, 2019 ) Salah satu komponen penting dalam penanganan kejadian stunting adalah melalui keterlibatan kader posyandu. Secara teknis, tugas kader yang terkait dengan gizi adalah melakukan pendataan balita, melakukan penimbangan serta mencatatnya dalam Kartu Menuju Sehat (KMS), memberikan makanan tambahan, mendistribusikan vitamin A, melakukan penyuluhan gizi serta kunjungan ke rumah ibu yang menyusui dan ibu yang memiliki balita. Kader diharapkan berperan aktif dan mampu menjadi pendorong, motivator dan penyuluh masyarakat ( Dwi Nastiti, 2010 ). Kualitas kader posyandu sangat menentukan dalam usaha meningkatkan kualitas pelayanan yang dilaksanakan. Dengan demikian, kemampuan kader harus dikembangkan untuk berpotensi secara maksimal, dengan bekal pengetahuan dan keterampilan yang disesuaikan dengan tugas yang diemban, dalam mengelola posyandu, agar dapat berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan masyarakat (Departemen Kesehatan RI, 2015).