Anda di halaman 1dari 7

Volume 4, Issue 2.

April 2023
P- ISSN 2715-9566; E-ISSN 2775-1171

DEMO INOVASI MAKANAN PENDAMPING ASI (MPASI) SEBAGAI BENTUK


GERAKAN ANTI STUNTING DI DESA BANGLAS

Demo of the Innovation of Supplementary Foods (MPASI) as a Form Anti Stunting


Movement in Banglas Village

Sumarto1*, Farhan Syahdani1, Farhan Ar Rabbani1, Fauzan Gymnastiar Daffa1,


Aldy Saputra1, Andra Wina2, Mutiara Permatasari2, Sakinah Aidah3,
Nur Fadhilah Azzahra3, Ellya Syafriani4, Khairun Nisa4
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau
1

2Fakultas Hukum, Universitas Riau

3Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Riau

4Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Riau

Kampus Bina Widya KM. 12,5, Simpang Baru, Kec. Bina Widya, Pekanbaru, Riau 28293
sumarto@lecturer.unri.ac.id

Diterima: 20 November 2022; Disetujui: 09 Maret 2023

Abstrak
Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan untuk memberikan solusi Gerakan Tutup Mulut (GTM) pada
bayi yang merupakan salah satu faktor terjadinya stunting. Stunting merupakan dimana tubuh anak
mengalami kegagalan tumbuh akibatnya dapat terjadi kekurangan gizi kronis hingga anak terlalu
pendek pada usianya. Kejadian balita pendek atau biasa disebut dengan stunting merupakan salah
satu masalah gizi yang dialami oleh balita di dunia saat ini. Tim Kukerta Desa Banglas melaksanakan
demo makanan pendamping ASI yang terbuat dari ikan nila dengan tujuan menurunkan angka
stunting yang cukup tinggi di Desa Banglas. Ikan nila mengandung banyak vitamin dan gizi yang
baik untuk bayi. Bahan ini juga mudah dijangkau oleh masyarakat dan diinovasikan menjadi cake
ikan nila dengan visual yang lebih menarik perhatian bayi.

Kata Kunci: Stunting, Gerakan Tutup Mulut, Balita, Ikan Nila.

Abstract
This service activity was carried out to provide a solution for the Close Mouth Movement (GTM) in infants
which is one of the factors for stunting. Stunting is where the child's body fails to grow because of chronic
malnutrition so that the child is too short in age. The incidence of short toddlers or commonly referred to as
stunting is one of the nutritional problems experienced by toddlers in the world today. The Banglas Village
Kukerta Team held a demonstration of complementary breast milk made from parrotfish with the aim of reducing
the high stunting rate in Banglas Village. Parrot Fish contains many vitamins and nutrients that are good for
babies. This material is also easily accessible by the public and has been innovated into a parrot fish cake with a
visual that is more attractive to babies.

Keywords: Stunting, Close Mouth Movement, Toddler, Parrot Fish.

1. PENDAHULUAN Selatan (58,7%) dan proporsi paling sedikit di


Kejadian balita pendek atau biasa Asia Tengah (0,9%) (Sary, 2020). Data
disebut dengan stunting merupakan salah satu Prevalensi balita stunting yang dikumpulkan
masalah gizi yang dialami oleh balita di dunia World Health Organization (WHO)
saat ini. Pada tahun 2017, lebih dari setengah menunjukkan bahwa Indonesia termasuk ke
balita stuntingdi dunia berasal dari Asia (55%) dalam negara ketiga dengan prevalensi
sedangkan lebih dari sepertiganya (39%) tertinggi di regional Asia Tenggara/South- East
tinggal di Afrika. Dari 83,6 juta balita stunting Asia Regional (SEAR). Stunting merupakan
di Asia, proporsi terbanyak berasal dari Asia dimana tubuh anak mengalami kegagalan

Journal of Rural and Urban Community Empowerment 65


Volume 4, Issue 2. April 2023
P- ISSN 2715-9566; E-ISSN 2775-1171

tumbuh akibatnya dapat terjadi kekurangan Masalah stunting memiliki dampak yang
gizi kronis hingga anak terlalu pendek pada cukup serius; antara lain, jangka pendek
usianya. Berdasarkan World Health terkait dengan morbiditas dan mortalitas pada
Organization (WHO) dalam Kementerian bayi/balita, jangka menengah terkait dengan
Kesehatan Republik Indonesia pada tahun intelektualitas dan kemampuan kognitif yang
2018, prevalensi stunting pada balita menurut rendah, dan jangka panjang terkait dengan
World Health Organization (WHO), negara kualitas sumberdaya manusia dan masalah
dengan prevalensi tertinggi ketiga regional penyakit degeneratif di usia dewasa. Stunting
Asia Tenggara/South-East Asia Regional (SEAR), pada balita perlu menjadi perhatian khusus
prevalensi Indonesia terkait stunting pada karena dapat menghambat perkembangan fisik
balita tahun 2017 yaitu 36,4% dan pada tahun dan mental anak. Stunting berkaitan dengan
2018 yaitu 30,8%. peningkatan risiko kesakitan dan kematian
Di Indonesia, stunting merupakan serta terhambatnya pertumbuhan kemampuan
masalah serius dan juga merupakan masalah motorik dan mental. Balita yang mengalami
gizi utama yang sedang dihadapi. Bila masalah stunting memiliki risiko terjadinya penurunan
ini bersifat kronis, maka akan memengaruhi intelektual, produktivitas, dan peningkatan
fungsi kognitif yakni tingkat kecerdasan yang risiko penyakit degeneratif di masa
rendah dan berdampak pada kualitas mendatang.
sumberdaya manusia. Tingginya angka Faktor penyebab stunting yaitu keluarga
kematian bayi dan anak merupakan ciri yang dan rumah tangga, pemberian makanan
umum dijumpai di negara yang sedang pendamping ASI (MP-ASI) yang tidak
berkembang termasuk Indonesia. Salah satu adekuat, beberapa masalah dalam pemberian
penyebabnya adalah keadaan gizi kurang yang ASI, infeksi, dan kelainan endokrin. Sementara
terjadi pada anak. Keadaan gizi kurang itu, anak merupakan aset bangsa di masa
merupakan keadaan gizi yang disebabkan oleh depan. Bisa dibayangkan, bagaimana kondisi
rendahnya konsumsi energi dan protein dari sumber daya manusia Indonesia di masa
makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu mendatang jika saat ini banyak anak Indonesia
lama. yang menderita stunting. Bangsa ini akan tidak
Kekurangan gizi juga dapat diartikan mampu bersaing dengan bangsa lain dalam
sebagai suatu proses kekurangan asupan menghadapi tantangan global. Maka, untuk
makanan ketika kebutuhan normal terhadap mencegah hal tersebut permasalahan stunting
satu atau beberapa zat gizi tidak terpenuhi. mesti segera diatasi secara serius.
Dampak dari kekurangan gizi kronis yaitu Disamping itu, pertumbuhan optimal
anak tidak dapat mencapai pertumbuhan yang dapat mengurangi beban terhadap risiko
optimal. Keadaan ini jika berlangsung secara penyakit degeneratif sebagai dampak sisa yang
terus menerus dapat mengakibatkan kejadian terbawa dari dalam kandungan. Penyakit
stunting pada anak. degeneratif seperti diabetes, hipertensi,
Dampak jangka pendek dari Stunting jantung, ginjal, merupakan penyakit yang
yaitu meningkatnya kejadian kesakitan dan membutuhkan biaya pengobatan yang tinggi.
kematian, perkembangan kognitif, motorik, Dengan demikian, bila pertumbuhan stunting
dan verbal pada anak tidak optimal, dan dapat dicegah, maka diharapkan pertumbuhan
meningkatnya biaya kesehatan. Sedangkan ekonomi bisa lebih baik, tanpa dibebani oleh
dampak jangka panjangnya yaitu postur tubuh biaya-biaya pengobatan terhadap penyakit
yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek degeneratif.
dibandingkan pada umumnya), meningkatnya Bayi berusia 0-6 bulan, hanya
risiko obesitas dan penyakit lainnya, memerlukan Air Susu Ibu (ASI) saja sebagai
menurunnya kesehatan reproduksi, kapasitas nutrisi utama. Setelah 6 bulan, bayi baru dapat
belajar dan performa yang kurang optimal saat diberikan Makanan Pendamping ASI (MP-
masa sekolah, dan produktivitas dan kapasitas ASI). MP-ASI diberikan atau mulai di
kerja yang tidak optimal. perkenalkan pada bayi ketika umur balita
diatas 6 bulan (Depkes, 2009). Selain berfungsi

Journal of Rural and Urban Community Empowerment 66


Volume 4, Issue 2. April 2023
P- ISSN 2715-9566; E-ISSN 2775-1171

untuk mengenalkan jenis makan baru pada (6) inappropriate feeding practice atau praktik
anak, MP-ASI juga dapat mencukupi pemberian makan pada anak yang tidak
kebutuhan nutrisi bayi yang tidak dipenuhi sepantasnya. Diantara 6 faktor tersebut,
oleh ASI saja, serta dapat membentuk daya kesalahan dalam praktik pemberian makanan
tahan tubuh dan perkembangan sistem merupakan faktor yang paling banyak ditemui
imunologis anak terhadap makanan dan sebanyak 83%.
minuman (Kemenkes, 2017). WHO Kesalalahan yang sering dilakukan
merekomendasikan pemberian ASI ekslusif 6 biasanya berupa pemberian makan anak yang
bulan pertama kehidupan dan dilanjutkan tidak sesuai dengan tahapan usia dan
dengan pengenalan MP-ASI akan tetapi ASI pengenalan MPASI yang tidak tepat waktu
tetap dilanjutkan sampai usia 2 tahun. Balita dan pemberian MPASI yang terlalu dini.
dikatakan MP-ASI dini apabila balita tersebut Perilaku yang salah dalam pemberian MPASI
diberikan makanan atau minuman selain ASI secara terus menerus dapat berdampak buruk
sebelum balita berusia 6 bulan. pada status gizi baduta, karena baduta
Orangtua yang kesulitan saat mengalami kekurangan intake makanan yang
memberikan MPASI yangbenar bergizi untuk pertumbuhan dan
mengakibatkan anak menjadi sulit menerima perkembangannya. Usia balita 6-23 bulan
beragam jenis makanan yang dihidangkan. merupakan masa kritis pengenalan makanan
Sebanyak 1 –2% bayi mengalami gerakan pada anak setelah sebelumnya hanya
tutup mulut (GTM) yang serius sehingga mendapatkan ASI. Pada usia ini, baduta
malnutrisi (Chatoor, 2009). Gerakan tutup banyak mengalami penolakan makanan atau
mulut atau lebih dikenal dengan istilah GTM yang disebut dengan gerakan tutup mulut.
yaitu kesulitan makan atau menolak makan Kebiasaan ini bila tidak ditangani dengan baik,
yang sering kali dialami anak pada tahun akan menyebabkan kesulitan makan pada
pertama. Usia 6–9 bulan merupakan masa anak dan berlanjut hingga usia pra sekolah.
kritis dalam memperkenalkan makanan padat Ikan merupakan sumber makanan yang
secara bertahap. memiliki kandungan lemak tak jenuh yang
Penyebab GTM yang lain adalah terdiri dari Omega 3, 6, dan 9, yodium,
komposisi yang diberikan atau dikenalkan selenium, flouride, zat besi, magnesium, serta
pada bayi tidak adekuat, tekstur yang tidak seng. Dikutip dari website Departemen
sesuai dan cara pemberian MPASI. Gerakan Kesehatan, sumber protein ikan memiiki
Tutup Mulut (GTM) dapat juga disebut kelebihan dibandingkan susu. Ikan tidak
sebagai cara baduta dalam menolak atau hanya mengandung protein namun juga
menghindari makanan yang diberikan oleh mengandung senyawa yang alami, yakni
orang tua atau pengasuhnya kepadanya. PUFA, EPA, dan DHA. Ikan yang tinggi
gerakan tutup mulut pada baduta disebabkan nutrisi dan direkomendasikan untuk segera
oleh banyak faktor. Unit Kerja Koordinasi dikenakan pada anak sebenarnya tidak selalu
Nutrisi dan Penyakit Metabolik meng- ikan yang mahal, seperti ikan nila.
klasifikasikan penyebab masalah makan Ikan nila cukup mudah dijangkau
tersebut ke dalam 6 jenis, yakni: (1) anoreksia khususnya bagi masyarakat Desa Banglas.
infantil, atau penolakan makanan oleh anak Ikan nila khususnya ikan nila merah sangat
secara menyolok, kehilangan nafsu makan bermanfaat untuk tumbuh kembang bayi. Hal
yang khas, dan gangguan pertumbuhan (2) ini dikarenakan ikan nila merah mengandung
sensory food aversions, atau anak menolak selenium, fosfor dan omega yang sangat
jenis makanan tertentu (3) posttraumatic dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi,
feeding disorder, atau gangguan makan pasca terutama perkembangan organ, sel otak,
trauma, (4) feeding disorder associated with a tulang dan gigi. Disamping itu, kandungan
concurrent medical condition, atau gangguan vitamin B12 yang terdapat dalam ikan nila
makan akibat kondisi medis, (5) parental merah juga bermanfaat dalam pembentukan
misperception, atau kesalahan persepsi orang sel darah merah.
tua dalam pemberian makan pada anak, dan

Journal of Rural and Urban Community Empowerment 67


Volume 4, Issue 2. April 2023
P- ISSN 2715-9566; E-ISSN 2775-1171

Desa Banglas merupakan salah satu dan pembinaan secara langsung. Terdapat
desa dengan angka stunting yang cukup beberapa tahap yang harus dilalui dalam
tinggi. Pada tahun ini terdapat 42 anak yang kegiatan ini diantaranya tahap persiapan, tahap
terkena stunting di Desa Banglas. Hal ini pelaksanaan, dan tahap akhir.
melatarbelakangi pelaksanaan kegiatan Demo
Inovasi MP-ASI sebagai kegiatan yang Persiapan
diharapkan dapat menekan angka stunting Tahap persiapan yang dilakukan itu
khususnya di Desa Banglas. Perlu adanya dimulai dari membentuk konsep penyuluhan
gebrakan untuk menekan tingginya angka kepada masyarakat. Berdasarkan informasi dari
stunting di Desa Banglas untuk masa depan Pemerintah Desa bahwa sudah terlalu sering
Desa Banglas itu sendiri. Ditambah mengenai dilakukan sosialisasi kepada masyarakat
inovasi untuk memberikan penyuluhan mengenai stunting. Oleh karena itu, Tim
kepada ibu-ibu untuk melawan GTM pada Kukerta Desa Banglas 2022 memberikan
anak. inovasi baru dengan memberikan demo secara
langsung dalam pembuatan MP-ASI.
2. METODE Persiapan yang dilakukan cukup panjang
Penerapan yang dilakukan untuk dengan mendengar beberapa pendapat dari
melakukan program Demo Inovasi MP-ASI berbagai instansi seperti dari Dinas Kesehatan
sebagai Bentuk Gerakan Anti Stunting di Desa Selatpanjang yakni Bapak Dendi, S.Kep dan
Banglas yaitu dengan memberikan pelatihan Saudari Nita yang merupakan ahli gizi.

Gambar 1. Diskusi bersama Dinas Kesehatan dan ahli gizi Selatpanjang mengenai stunting dan
pembuatan cake ikan nila

Dari diskusi tersebut kami menyimpul- ikan nila. Perlu percobaan dalam membuat
kan untuk membuat cake atau kue yang cake ikan nila ini. Dengan adanya diskusi
digunakan sebagai MP-ASI untuk upaya dengan Puskesman maka Tim Kukerta Desa
pencegahan stunting. Bahan yang digunakan Banglas langsung mengirimkan surat mitra
harus terjangkau oleh masyarakat tapi juga untuk demo dan Ibu Sri Rezeki bersedia untuk
harus kaya akan gizi. Ikan nila merupakan menjadi pemateri dalam kegiatan ini. Tim
sumber daya yang cukup melimpah di Desa Kukerta Desa Banglas cukup kesulitan
Banglas dan sangat mudah untuk ditemui awalnya dalam percobaan ini karena kue yang
Sempat terjadi perdebatan untuk membuat dibuat tidak bisa mengembang. Tidak akan
cake dari ikan nila yang sangat bertolak hasil mengkhianati usaha, Tim Kukerta
belakang bahannya. Saudari Nita memberikan Banglas berhasil membuat cake ikan nila
saran untuk coba berkonsultasi dengan ahli dipercobaan yang ketiga.
gizi lain.
Tim Kukerta Desa Banglas kemudian Pelaksanaan
berkunjung ke Puskemas untuk berkonsultasi Pada hari Kamis tanggal 14 Juli 2022,
dengan ahli gizi mereka, yaitu Ibu Sri Rezeki. Tim Kukerta Desa Banglas 2022 melaksanakan
Hasil konsultasi mengenai inovasi cake ikan kegiatan “Demo Inovasi Makanan
nila sebagai MP- ASI diberi respon positif. Ibu Pendamping ASI (MP-ASI) sebagai Bentuk
Sri Rezeki juga memberikan resep dari cake Gerakan Anti Stunting di Desa Banglas.

Journal of Rural and Urban Community Empowerment 68


Volume 4, Issue 2. April 2023
P- ISSN 2715-9566; E-ISSN 2775-1171

Masyarakat yang hadir dalam kegiatan ini kemudian penjelasan stunting oleh Ibu Sri
diantaraya kader stunting dari empat dusun Rezeki hingga terakhir demo masak yang kami
Desa Banglas, Bidan, Ibu-Ibu PKK, serta warga lakukan. Ibu Kepala Desa pun ikut
yang memiliki anak dengan kategori stunting. membersamai kami saat demo. Kegiatan
Kegiatan ini cukup banyak dihadiri oleh berlangsung sejak pukul 14.00 WIB hingga
masyarakat Desa Banglas. Dimana 16.00. Dibuka oleh sambutan Kepala Desa dan
berdasarkan data presensi, terdapat 56 orang ditutup dengan membagikan cake ikan nila
yang hadir. tersebut kepada anak-anak dan ibu PKK serta
Semua hadirin antusias mengikuti foto bersama.
kegiatan ini. Dimulai dari kata sambutan,

Gambar 2. Pelaksanaan kegiatan Gerakan Anti Stunting (GASING) di Kantor Desa Banglas

Resep Cake Ikan Nila gizi yang sangat baik untuk mencegah
Bahan : stunting.
1. Tepung terigu 150g
2. Mentega 250 (dilelehkan) Berikut adalah gambar dari hasil jadi
3. Telur 6 butir cake ikan nila yang di demo oleh Tim Kukerta
4. Gula 100 g (10sendok makan) Desa Banglas. Cake ini menarik perhatian
5. Tempe 100g (kukus blender) anak-anak dari segi visual dan memiliki
6. Ikan fillet 75 g (blender halus) kandungan gizi yang sangat baik untuk
mencegah stunting (Gambar 3).
Cara Pembuatan:
1. Gula, telur, baking powder dihaluskan
sampai mengembang menggunakan
blender.
2. Kecilkan volume blender masukan
tepung sedikit demi sedikit, masukan
mentega yg sudah dilelehkan serta ikan
dan tempe yang sudah dihaluskan
3. Siapkan panci untuk mengukus
usahakan sudah mendidih ketika mau
masukan adonan
4. Siapkan panci untuk mengukus
usahakan sudah mendidih ketika mau Gambar 3. Hasil akhir cake ikan nila yang
masukanadonan. dibuat oleh tim Kukerta Desa
5. Adonan dicetak dicetakan kecil kira-kira Banglas
50 g perporsi
6. Kukus selama 30 menit. Berikut adalah Untuk memudahkan masyarakat yang
gambar dari hasil jadi cake ikan nila yang menghadiri demo, maka dari Tim Kukerta
di demo oleh Tim Kukerta Desa Banglas. Desa Banglas memberikan selembaran
Cake ini menarik perhatian anak-anak panduan cara pembuatan cake ikan nila.
dari segi visual dan memiliki kandungan Sehingga bahan, alat hingga cara pembuatan

Journal of Rural and Urban Community Empowerment 69


Volume 4, Issue 2. April 2023
P- ISSN 2715-9566; E-ISSN 2775-1171

bisa disimpan dan digunakan oleh masyarakat 3. HASIL DAN PEMBAHASAN


khususnya ibu-ibu (Gambar 4). Adapun hasil dari kegiatan pengabdian
kepada masyarakat dengan program
peningkatan gizi anak sebagai upaya
pencegahan stunting melalui pembuatan MP-
ASI berbahan ikan nila di Desa Banglas berjalan
dengan lancar sesuai dengan jadwal. Kegiatan
ini melibatkan bidan desa, kader stunting, dan
kelompok ibu yang memiliki anak di Desa
Banglas. Tahap Pelaksanaan diawali dengan
pretest kepada mitra yang berisikan pertanyaan
mengenai pengertian stunting, penyebab,
pencegahan, waktu pemberian MP-ASI, serta
bahan makanan sumber protein. Hasil setelah
menerima penyuluhan terlihat bahwa terdapat
peningkatan pengetahuan mengenai penyebab
dan pencegahan stunting, waktu terbaik
pemberian MP-ASI dan jenis makanan
tambahan berbahan lokal yang kaya akan
sumber protein, seperti ikan nila.
Gambar 4. Resep pembuatan cake ikan nila Rangkaian kegiatan dilanjutkan dengan
yang dibuat oleh tim Kukerta demonstrasi pembuatan MPASI yang seimbang
Desa Banglas kepada kelompok ibu. Pelaksana memberikan
komposisi MPASI yang seimbang disertai
Tim Kukerta Desa Banglas juga dengan panduan dan poster mengenai stunting
menyebarkan poster atau selebaran mengenai dari Tim Kukerta Desa Banglas. Demontrasi
Gerakan Anti Stunting (GASING). Poster ini yang diberikan kepada mitra adalah pembutan
secara singkat menjelaskan mengenai stunting cake ikan nila sebagai makanan pendamping
baik dari efek, faktor penyebab hingga solusi ASI pangan lokal satu gigit sejuta gizi, dengan
untuk pencegahannya. menggunakan sumber pangan yang mudah
didapatkan disekitar rumah mitra.

4. KESIMPULAN DAN SARAN


Proses kegiatan peningkatan
pengetahuan mengenai pencegahan stunting
disertai strategi pemberian MP-ASI yang baik
yaitu melalui suatu promosi kesehatan
pencegahan stunting dan pengolahan menu
MP-ASI dengan memanfaatkan bahan lokal di
Desa Banglas berjalan dengan lancar. Kegiatan
ini berhasil meningkatkan pengetahuan
kelompok ibu mengenai stunting dan MPASI
Seimbang.
Kami Tim Kukerta Desa Banglas
berharap agar kegiatan serupa dapat terus
dilaksanakan secara berkelanjutan oleh petugas
puskesmas maupun kader stunting yang ada di
Desa Banglas, sehingga dapat membantu
meningkatkan pengetahuan ibu mengenai
Gambar 5. Poster mengenai Gerakan Anti
stunting dan gizi seimbang pada anak. Harapan
Stunting (GASING) yang dibuat
jangka panjangnya dapat meningkatkan gizi
oleh tim Kukerta Desa Banglas

Journal of Rural and Urban Community Empowerment 70


Volume 4, Issue 2. April 2023
P- ISSN 2715-9566; E-ISSN 2775-1171

anak dalam upaya pencegahan stunting melalui Budiarti, T., Pangesti, I., Kartiyani, T.,
pembuatan MP- ASI berbahan pangan lokal Kusumawati, D.D. (2020). Upaya
yaitu ikan nila. Peningkatan Pengetahuan dan
Ketrampilan Kader dalam Pemantauan
DAFTAR PUSTAKA Pertumbuhan dan Gizi Anak Melalui
Andriyanti, D. (2017). Hubungan Pengetahuan, Penimbangan di Desa Slarang.
Sikap, dan Tindakan Ibu dalam WIDYABHAKTI Jurnal Ilmiah Populer,
Pemberian Makanan dengan Status Gizi 3(1), 117 123.
Balita di Lingkungan VII Desa Bagan Cahyadi, A. (2020). Hubungan Faktor Sosial
Deli Belawan Tahun 2017 Ekonomi dan Pola Asuh Orang Tua
Ayu, W.K., Zen, R.M., Pradigdo, S.F. (2017). Terhadap Kejadian Stunting pada Balita
Hubungan Perilaku Ibu Terkait MPASI dengan Pendekatan Teori Family Centered
Standar WHO dengan Status Gizi Baduta Nursing. Universitas Airlangga.
Usia 6-23 Bulan (Studi di Kelurahan Rahmawati, R., Bagata, D.T.R., Raodah, R.,
Punggawa Kota Surakarta), vol. 5, Almah, U., Azis, M.I., Zadi, B.S.
pp.202–9. Noormansyah, D.A., Khodijah, S., Al
Aryastami, N.K. (2017). Kajian Kebijakan dan Jauhariy, M.R., Risyki, M.F. (2020).
Penanggulangan Masalah Gizi Stunting Sosialisasi Pencegahan Stunting untuk
di Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan, Meningkatkan Sumber Daya Manusia
45(4), 233–240. Unggul. Jurnal Pembelajaran Pemberdayaan
Masyarakat (JP2M), 1(2): 79–84.
Sastria, A., Hasnah, H., Fadli, F. (2019). Faktor
Kejadian Stunting pada Anak dan Balita.
Jurnal Ilmiah Keperawatan.

Journal of Rural and Urban Community Empowerment 71

Anda mungkin juga menyukai