Anda di halaman 1dari 22

MODUL

PROMOSI KESEHATAN
METODE PENYULUHAN KEPADA KADER KESEHATAN

Dosen pengampu :
Affi Zakiyya, MPH

Disusun oleh :
01. Elisa Junicahyani 201091009
02. Paskaria Yeyen
03. Siti Nur Hazizah 201091047
04. Windi Melania

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI DIPLOMA EMPAT
2022/2023
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga modul ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam untuk
junjungan Nabi Agung, Nabi Muhammad SAW. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada Ibu Affi Zakiyya, MPH selaku dosen mata kuliah Promosi
Kesehatan dan seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu dalam
menyelesaikan modul ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih terdapat
banyak kesalahan dan masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang ada relevansinya dengan modul ini sangat penulis harapkan. Oleh karena itu
penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketaksempurnaan yang pembaca
temukan dalam modul ini, kritik dan saran sekecil apapun akan penulis perhatikan
dan pertimbangkan guna penyempurnaan modul berikutnya.
Semoga modul ini dapat memberikan manfaat dan nilai tambah kepada
para pembaca. Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran dari pembaca
apabila menemukan kesalahan dalam modul ini. Terimakasih.

Pontianak, Februari 2023

Penulis
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stunting merupakan permasalahan kesehatan di Indonesia dan global
yang menjadi salah satu prioritas utama saat ini dan kunci utama kekurangan
gizi kronis yaitu perkembangan otak dan daya tangkap yang rendah serta
terhambatnya pertumbuhan. Balita yang stunting akan meningkatkan resiko
penurunan produktivitas, kemampuan intelektual, terhambatnya motorik, dan
meningkatkan resiko penyakit degenaratif (Kemenkes RI, 2018).
Prevalensi data stunting nasional pada Riset Kesehatan Daerah
(Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan angka sebesar 30,8% dan menunjukkan
penurunan sebesar 6,4%. Prevalensi data stunting Riset Kesehatan Daerah
(Riskesdas) 2018 masih jauh dari target yang ditetapkan oleh Kementrian
Kesehatan Indonesia yaitu 14% dan WHO 20% (Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2018).
Pada tahun 2018 upaya dalam menangani permasalahan stunting di
Indonesia dibahas pada rakerkesnas dan disepakati bahwa pemerintah pusat
dan daerah harus sinergis dalam melakukan Universal Health Coverage.
Upaya pencegahan stunting yaitu dimulai dari 1000 hari pertama kehidupan,
pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil, dan melakukan intervensi pada
balita yang menderita stunting. Intervensi dilakukan melalui bidang kesehatan
dengan intervensi gizi secara spesifik 30% dan melalui lintas sektor yang
terkait dengan intervensi gizi secara sensitive 70% (Kemenkes RI, 2018).
Kader kesehatan adalah sumber daya manusia yang berpotensi dalam
membantu tenaga kesehatan dalam mewujudkan dan mendukung
pemberdayaan masyarakat untuk mempunyai perilaku hidup sehat. Tugas
kader kesehatan secara teknis berkaitan dengan gizi adalah mendata hasil
penimbangan balita pada Kartu Menuju Sehat (KMS), mendistribusikan
makanan tambahan dan vitamin A, kunjungan kerumah ibu serta melakukan
penyuluhan. Dengan adanya kader kesehatan diharapkan mampu mendorong
dan menjembatani masyarakat dan petugas kesehatan serta pejabat kesehatan
dalam mengidentifikasi kebutuhan dan permasalahan kesehatan masyarakat
dalam membangun kemampuan dan mengadvokasi masyarakat (Kemenkes
RI, 2018).
Menurut WHO kesehatan adalah keadaan sejahteranya mental, fisik dan
sosial. Kesejahteraan kesehatan dipengaruhi berbagai faktor yaitu perilaku,
karakter, lingkungan serta keadaan sosial dan ekonomi masyarakat yang
dipengaruhi oleh gaya hidup. Contohnya, seorang anak yang mengalami
stunting atau gizi buruk dapat mengakibatkan penyakit diare, tuberculosis
serta penyakit degenerative lainnya dikarenakan anak yang tidak tercukupi
gizi sesuai usianya berkaitan dengan pola asuh, lingkungan, sosial dan
ekonomi. Pertimbangan determinan sosial ini adalah salah satu hal penting
dalam menilai kebutuhan kesehatan masyarakat untuk mengatasi
permasalahan kesehatan dan upaya kader sebagai mitra dan tangan kanan
tenaga kesehatan dalam permasalahan kesehatan masyarakat (Kemenkes RI,
2018).
Intervensi kesehatan melalui promosi kesehatan perlu dilakukan dan
direncanakan seefektif mungkin, Model perencanaan mempunyai metode yang
berbeda-beda. Dalam model perencanaan metode promosi kesehatan kepada
kader digunakan metode perencaan sederhana dan dasar dalam menetapkan
sasaran, tujua, pencapaian serta strategi dalam mengatasi permasalahan
kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, modul ini akan menjawab pertanyaan
yang timbul mengenai metode dalam promosi kesehatan kepada kader
(Kemenkes RI, 2018).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu promosi kesehatan dalam lima tingkat pencegahan ?
2. Bagaimana peran dan tugas kader kesehatan ?
3. Bagaimana strategi promosi kesehatan yang dapat diterapkan oleh kader
kesehatan ?
4. Bagaimana media promosi kesehatan yang dapat diterapkan oleh kader
kesehatan ?
5. Bagaimana langkah dan perencanaan dalam meningkatkan kemampuan
kader kesehatan ?
1.3 Tujuan
1. Umum
Mengetahui pandangan ilmu Promosi Kesehtaan dalam ilmu
kesehatan terutama kebidanan
2. Khusus
Mengetahui bagaimana konsep Promosi Kesehatan dalam praktik
kebidanan yaitu metode promosi kesehatan kepada kader.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Promosi Kesehatan dalam Lima Tingkat Pencegahan


A. Promosi Kesehatan (Health Promotion)
Promosi kesehatan adalah tahap pertama dalam pencegahan
penyakit dengan menyamakan persepsi bahwa promosi kesehatan adalah
proses memberikan informasi mengenai kesehatan kepada masyarakat
yang bertujuan mengubah, memelihara dan meningkatkan perilaku
kesehatan masyarakat. Kegiatan promosi kesehatan yaitu Pendidikan
kesehatan dengan merubah kebiasaan hidup, meningkatkan gizi,
memperbaiki sanitasi lingkungan dan menyiapkan kehidupan pranikah
serta menopause. Contoh kegiatan promosi kesehatan yaitu :
(Rachmawati, 2019)
a. Menyediakan makanan dengan baik dilihat dari kualitas dan kuantitas
makanan
b. Melakukan perbaikan kebersihan lingkungan
c. Memberikan penyuluhan atau pendidikan kesehatan
d. Olahraga teratur yang disesuaikan dengan kemampuan masyarakat
e. Kesempatan mendapat ilmu dan hiburan mengenai perkembangan
mental dan sosial
f. Memberikan nasihat pendidikan mengenai seks dan penikahan serta
tanggung jawab
B. Perlindungan Khusus (Specific Protection)
Perlindungan khusus adalah tindakan yang dilakukan oleh
masyarakat untuk mencegah penyakit seperti melakukan imunisasi,
pemberian makanan dengan memperhatikan gizi, perlindugan dari bahan-
bahan zat allergen, dan karsinogenik yang ada di lingkungan masyarakat
(Rachmawati, 2019).
C. Diagnosis Dini dan Pengobatan Segera (Early Diagnosis and Prompt
Treatment)
Diagnosis dini dan pengobatan segera adalah tindakan deteksi
sedini mungkin terhadap penyakit dan melakukan pengobatan dengan
segera. Contoh kegiatan dari diagnosis dini dan pengobatan segera, yaitu :
(Rachmawati, 2019)
a. Pemberian tablet tambah daran dan pendidikan kesehatan mengenai
makanan yang dibutuhkan oleh ibu hamil dengan anemia
b. Melakukan screening kesehatan masyarakat dengan pemeriksaan
rontgen paru dan dahak untuk deteksi dini penyakit tuberculosis.
c. Melakukan screening kesehatan pada masyarakat yang menderita
penyakit menular agar mendapatkan pengobatan yang tepat
d. Melakukan screening deteksi dini kanker pada masyarakat
D. Mengurangi Kecacatan (Dissability Limitation)
Mengurangi kecacatan adalah tindakan terapi dengan semaksimal
mungkin untuk mencegah tingkat keparahan penyakit dan mengurangi
kemungkinan kecacatan (Rachmawati, 2019).
E. Rehabilitasi (Rehabilitation)
Rehabilitasi adalah tindakan pencegahan terakhir pada masyarakat
yang bisa disembuhkan dan kembali menjalani kehidupan seperti biasa
dan bertujuan mengembalikan fungsi masyarakat dilingkungan.
Masyarakat yang berada dalam tahap pengobatan mempunyai tiga opsi
yaitu sembuh total, sembuh tetapi cacat dan meninggal, Contohnya
masyarakat yang mengalai kecelakaan dan patah tulang bisa
menggunakan tangan palsu sebagai tindakan rehabilitasi (Rachmawati,
2019).

2.2 Peran dan Tugas Kader Kesehatan


A. Pengertian Kader Kesehatan
Kader kesehatan adalah masyarakat yang bekerja dengan sukarela
dalam membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
dipilih oleh masyarakat yang berada dilingkungan tersebut. Kader
kesehatan dilatih dalam bidang kesehatan untuk memberdayakan dan
menggerakkan masyarakat dibawah binaan petugas kesehatan (Kemenkes
RI, 2018).
Dengan adanya kader kesehatan ini diharapkan dapat menjadi
motor terwujudnya upaya primer kesehatan dan sebagai pelopor kegiatan
kesehatan dengan menyebarkan informasi yang berkaitan dengan
kesehatan kepada masyarakat dan diharapkan dapat merubah perilaku
kesehatan masyarakat yang disesuaikan dengan sosial budaya masyarakat
(Kemenkes RI, 2018).
B. Peran Kader Kesehatan
Kader memiliki peran aktif sebagai penyebar informasi dan
penggerak dalam bidang kesehatan agar masyarakat menjadi tau, dan
mampu merubah perilaku kesehatan. Peran kader kesehatan, yaitu :
(Kemenkes RI, 2018)
a. Penghubung masyarakat dan petugas kesehatan
b. Menyiapkan kebutuhan intervensi program kesehatan salah satunya
lapangan
c. Penggerak masyarakat agar berperan aktif dalam mewujudkan
perubahan perilaku kesehatan sesuai dengan kewenangan kader
kesehatan
d. Pendorong masyarakat dalam menggunakan pelayanan UKBM dan
kesehatan dasar
e. Mengelola UKBM
f. Menyebarkan informasi kesehatan
g. Membuat laporan pemberdayaan masyarakat dalam bidan kesehatan
h. Pelapor dalam permasalahan kesehatan masyarakat ke tenaga
kesehatan
Peran kader dalam menurunkan angka stunting dimasyarakat,
sebagai berikut : (Kemenkes RI, 2018)
a. Ibu Hamil
1. Membuat peta ibu hamil dengan KEK dan merupakan keluarga
miskin untuk dilakukan pemberian makanan tambahan
2. Mendampingi ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe dan
mendorong ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan ke
tenaga kesehatan
3. Berkoordinasi dengan tenaga kesehatan dalam melakukan
kegiatan pendidikan kesehatan melalui kelas ibu hamil
b. Bayi Baru Lahir – Bayi Berusia 23 Bulan
1. Membuat peta ibu yang mempunyai anak berusia 0 – 6 bulan
untuk pendampingan pemberian asi eksklusif oleh tenaga
kesehatan
2. Melakukan koordinasi dengan tenaga kesehatan dalam melakukan
kegiatan penyuluhan seperti kelas ibu, kunjungan rumah, dan
konseling untuk pemberian pendidikan mengenai pola asuh dan
pemberian makan bayi
3. Mendorong masyarakat dalam berpartisipasi mengunjungi
posyandu untuk imunisasi
4. Mencatat dan memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi
dan anak dari usia 0-59 bulan
c. Keluarga
1. Penggerak masyarakat dalam penggunaan dan penyediaan air
bersih
2. Penggerak masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sanitasi
lingkungan dalam mengelola limbah sampah dan menggunakan
jamban sehat
3. Menyebarkan informasi kesehatan seperti kebutuhan gizi
seimbang dan PHBS yang didampingi oleh tenaga kesehatan
4. Membuat peta masyarakat yang mengalami gejala tuberculosis
C. Tugas Kader Kesehatan
Tugas kader kesehatan adalah melaksanakan kegiatan di wilayah
binaannya yang sudah direncanakan secara sedergana dan bermanfaat
bagi masyarakat dalam mewujudkan upaya kesehatan. Tahapan dalam
melaksanakan tugas kader kesehatan : (Kemenkes RI, 2018)
a. Pembagian Tugas
Tugas kader kesehatan dibagi berdasarkan tempat tinggalnya
agar memudahkan tenaga kesehatan mengidentifikasi permasalahan
yang sedang terjadi dimasyarakat
b. Pendampingan
Kader kesehatan bertugas mendampingi tenaga kesehatan
saat kunjungan rumah dan konseling ke masyarakat
c. Meminta Informasi
Kader kesehatan memiliki hak meminta informasi kepada
tenaga kesehatan tentang data dan permasalahan di wilayahnya
d. Pemetaan Lokasi Rumah
Membuat peta lokasi rumah dengan sederhana yang meliputi
informasi permasalahan masyarakat serta menyusun rencana
kegiatan untuk mengatasi permasalahan masyarakat.
D. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Kader Kesehatan
Faktor yang mempengaruhi kinerja kader adalah faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal yaitu pengalaman, usia, lama dedikasi,
keadaan ekonomi dan sosial, serta dukungan keluarga. Sedangkan faktor
eksternal adalah kondisi dari instansi kesehatan dan masyarakat yang
dapat mempengaruhi retensi dan motivasi kader dalam bekerja
(Kemenkes RI, 2018).
Manfaat non-finansial bagi kader juga merupakan salah satu kunci
suksesnya program kesehatan. Kader yang menjalani tugasnya dengan
bangga dan bahagia karna merasa dianggap bagian dari tim kesehatan dan
pemerintah melalui pertemuan dan supervisi yang diadakan puskesmas.
Kader akan merasa bahagia dan bangga apabila harapan dan tujuan
program kesehatan tercapai yaitu masyarakat datang ke posyandu untuk
memeriksakan kesehatannya dan anaknya. Oleh karena itu, pemerintah
dan tenaga kesehatan diharapkan mampu melihat permasalahan dan
potensi di lingkungan masyarakat (Kemenkes RI, 2018).
2.3 Strategi Promosi Kesehatan pada Kader
A. Advokasi (Advocacy)
Advokasi adalah tindakan atau upaya dalam meyakinkan
masyarakat untuk membantu suatu kegiatan dan mencapai tujuan
bersama. Advokasi didalam promosi kesehatan adalah upaya pendekatan
dengan pembuat kebijakan dan keputusan di wilayah tersebut yang
diharapkan dapat mendukung dan mewujudkan program kesehatan untuk
mengatasi permasalahan di masyarakat. Salah satu bentuk dari dukungan
tersebut yaitu peraturan, undang-undang, instruksi formal, keputusan dan
lain-lain (Rachmawati, 2019).
Pada advokasi dilakukan dalam dua cara yaitu formal dan informal.
Upaya advokasi secara formal seperti melakukan kegiatan seminar atau
presentasi yang memberikan informasi mengenai latar belakang
permasalahan yang sedang terjadi di masyarakat, dan program yang
direncanakan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Sedangkan
advokasi secara informal dilakukang melalui pertemuan ataupun
kunjungan kepada tokoh-tokoh yang berkaitan dan dapat mendukung
program kesehatan seperti mendapat dukungan administrative berupa
kebijakan, dana dan fasilitas yang diusulkan oleh kader (Rachmawati,
2019).
B. Dukungan Sosial (Social Support)
Dukungan sosial adalah tindakan upaya dalam mencari tokoh
masyarakat baik formal ataupun informal sebagai tali jembatan
penghubung antara sektor kesehatan dan masyarakat serta diharapkan
masyarakat menjadi mau menerima sosialisasi dari program kesehatan
yang dilakukan agar lebih kondusif (Rachmawati, 2019).
C. Pemberdayaan Masyarakat (Empowement)
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya dalam promosi kesehatan
yang langsung berfokus kepada masyarakat untuk menciptakan
masyarakat yang mampu memelihara dan meningkatkan perilaku
kesehatan. Pemberdayaan masyarakat ini juga sebagai bentuk dan upaya
melaksanakan berbagai program kesehatan baik perorangan, kelompok
dan masyarakat dengan terencana, berkesinambungan dan terpadu dalam
mencapai tujuan bersama (Rachmawati, 2019).
Bentuk dari pemberdayaan masarakat adalah dengan mewujudkan
melalui sektor ekonomi berupa koperasi dan pelatihan atau seminar
menigkatkan ekonomi masyarakat yang berdampak langsung dalam
kemampuan masyarakat. Dampak dari sektor ekonomi ini dilihat dari
adanya polindes, poskesdes dan pos obat desa (Rachmawati, 2019)

2.4 Media Promosi Kesehatan pada Kader


A. Media Promosi Kesehatan
Media promosi kesehatan adalah salah satu sarana yang dapat
digunakan untuk menyampaikan informasi kepada masyarakan dengan
mudah melalui media cetak dan elektronik. Semakin banyak dan jelas
informasi yang diterima apabila pancaindra yang digunakan semakin
banyak. Seperti penggunaan alat peraga untuk mengerahkan pancaindra
dengan sebaik mungkin agar dapat menggambarkan sesuatu yang tidak
bisa digambarkan dengan perkataan. Alat peraga memiliki intensitas yang
berbeda-beda dalam mengatasi permasalahan masyarakat yang
digambarkan seperti kerucut dari yang paling rendah ke paling tinggi
seperti kata-kata, tulisan, radio, film, Tv, pameran kesehatan, field trip,
demonstrasi, sandiwara, duplikat benda / tiruan dan benda asli (Siregar et
al., 2020).
B. Jenis Media Promosi Kesehatan
a. Media Cetak
Media cetak menggunakan pesan visual seperti gambaran
sejumlah kata, tata pewarnaan media dan gambar. Kelebihan dari
media cetak ini adalah tahan lama, biaya lebih murah, bisa dibawa dan
dibaca kapan saja, tidak memerlukan listrik dan memudahkan dalam
memahami serta meningkatkan semangat belajar. Tetapi, media cetak
ini mempunyai kelemahan tidak dapat memberikan efek suara, gerak
dan mudah terlipat. Beberapa jenis dari media cetak yang bisa
digunakan, yaitu : (Siregar et al., 2020)
1. Booklet
2. Leaflet
3. Poster
4. Flyer (Selebaran)
5. Flip Chart (Lembar Balik)
6. Slide
b. Media Elektronik
Media elektronik adalah media promosi kesehatan yang bisa
bergerak secara dinamis dan dapat didengar suaranya melalui alat
elektronik yang digunakan. Media elektronik ini memiliki kelebihan
yaitu lebih menarik, mudah dipahami, dikenal banyak masyarakat,
melibatkan banyak pancaindra, dapat diulang kapan saja, dan
jangkauan lebih luas. Tetapi, media elektronik ini memiliki kelemahan
yaitu biaya yang dibutuhkan lebih besar, rumit dan perlu alat canggih
dalam produksi dan persiapan media promosi kesehatan serta
peralatan yang sering berubah seiring perkembangan zaman dan perlu
keterampilan dalam mengoperasikan dan menyimpan peralatan
elektronik ini. Beberapa jenis media elektronik yang dapat digunakan
yaitu : (Siregar et al., 2020).
1. Televisi
2. Radio
3. Video
4. Slide
5. Film Strip
C. Dasar Pertimbangan Pemilihan Media Promosi Kesehatan
Dalam pemilihan media promosi kesehatan sebagai alat bantu
dalam melakukan pendidikan kesehatan sangat berdampak dengan
keberhasilannya suatu program yang sudah direncanakan dan perlu
pertimbangan yang baik. Faktor yang termasuk dalam pertimbangan
pemilihan media promosi kesehatan yaitu berkaitan dengan karakter
sasaran, tujuan program, Hasil dari program yang diinginkan, kondisi
lingkungan masyarakat dan jangkauan pelayanan masyarakat (Siregar et
al., 2020).
Salah satu upaya dalam pemilihan media promosi kesehatan yaitu
membuat materi yang baik dengan singkat dan lugas, menekankan pada
permasalahan melalui penulisan dan pewarnaan huruf saat membuat
materi baik melalui poster, leaflet, booklet dan audiovisual serta
menggunakan Bahasa yang mudah dimengerti oleh masyarakat. Pesan dan
informasi harus dapat dipahami oleh masyarakat dalam bentuk gambar
atau kata-kata (Siregar et al., 2020).
2.5 Langkah-Langkah dan Perencanaan Peningkatan Kemampuan Kader
A. Inventaris Sumber Daya
Inventaris sumber daya terdiri dari sarana, dana dan tenaga. Dana
yang tersedia didapatkan melalui anggaran kesehatan, anggaran desa,
BLUD, dan kemitraan luar. Tenaga yang didapatkan bisa melalui kader
yang terlatih atau tenaga kesehatan setempat. Sarana yang digunakan bisa
berasal dari dinas kesehatan dan puskesmas setempat (Rachmawati, 2019)
B. Penyusunan Rencana Aksi Peningkatan Kemampuan Kader
Kesehatan
Jenis kegiatan yang dilakukan disesuaikan dengan kondisi tempat
dan waktu melalui penyuluhan, kelas kader, lokakarya, dan pengajian
untuk menambah ilmu kader. Materi yang diberikan disiapkan oleh tenaga
kesehatan yang disesuaikan dengan kompetensi, kemampuan, dan
permasalahan masyarakat yang sedang terjadi. Metode yang digunakan
dalam peningkatan kemampuan kader kesehatan adalah intervensi yaitu
bertukar pendapat dengan kader dan dillakukan pemberian informasi
berkaitan dengan tingkat pengetahuan kader kesehatan. Adapun metode
lain yang dapat digunakan, yaitu : (Kemenkes RI, 2018)
a. Metode Demonstrasi dan Contoh
Demonstrasi yang memperlihatkan rencana dari program itu
harus dilakukan dan melibatkan penguraian dan peragaan. Metode ini
sangat mudah digunakan oleh tenaga kesehatan dalam memberikan
informasi kepada kader melalui tahap “Bagaimana dan apa
penyebabnya” kader kesehatan akan melakukan pekerjaan yang ia
kerjakan. Metodi ini lebih mudah dan sangat efektif dalam melakukan
dan membantu tugas kader karna telah dikombinasikan dengan alat
bantu seperti teks materi, gambar, ceramah dan diskusi (Kemenkes RI,
2018).
b. Metode Simulasi
Metode simulasi adalah kegiatan yang menciptakan realitas
sesungguhnya dalam pekerjaan sebagai pelengkap dan teknik
duplikasi yang mendekati kejadian nyata pada lingkungan pekerjaan.
Metode simulasi ini adalah metode pelatihan mahal tetapi bermanfaat
dan diperlukan dalam pekerjaan (Kemenkes RI, 2018)
c. Metode On The Job Training
90% pengetahuan para pekerja diperoleh dari metode ini yang
bersifat observasi sederhana, informal dan praktis. Pada metode ini
kader akan mempelajari pekerjaannya dengan mengamati kader lain
yang sedang bekerja. Kader lama akan memberikan contoh kepada
kader baru mengenai pekerjaan yang harus dilakukan menggunakan
peta, gambar, sampel masalah ataupun langsung
mendemonstrasikannya kepada kader baru (Kemenkes RI, 2018).
d. Metode Vestibule atau Balai
Metode ini menggunakan ruangan terpisah atau terisolasi
khusus untuk kegiatan pelatihan kader baru dalam memegang suatu
jabatan. Metode ini biasanya dilakukan dalam beberapa minggu
hingga bulan dengan instruktur yang mengawasi dalam pelatihan
kader kesehatan (Kemenkes RI, 2018).
e. Metode Apprenticeship
Metode ini adalah cara dalam pengempangan keterampilan
kader kesehatan dan metode ini tidak mempunyai standar format. Para
kader kesehatan akan mendapat bimbingan umum dan langsung
mengerjakan pekerjaannya di wilayah masing-masing (Kemenkes RI,
2018).
f. Metode Ruang Kelas
Metode ini adalah salah satu metode yang dapat digunakan
yaitu mealalui training didalam ruangan kelas seperti konferensi,
perkuliahan, pembahasan kasus dan bermain peran (Kemenkes RI,
2018).
BAB III
ANALISA JURNAL

1. Jurnal Pemberdayaan Masyarakat dalam Kesehatan Ibu


dan Anak Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat
Kesehatan. (Ambarwati, et al, 2021)
a. Isi Penelitian
Terdapat peningkatan sebesar 11,9%, pada
penyuluhan sadari terdapat peningkatan sebesar 19%, pada
kegiatan penimbangan balita terdapat peningkatan sebesar
14,3%, pada pemeriksaan deteksi dini stimulasi
pertumbuhan dan perkembangan terdapat peningkatan
sebesar 100% sedangkan pada penyuluhan pentingnya gizi
balita terdapat peningkatan sebesar 16,1%. Pemberdayaan
masyarakat pada ibu dan anak dapat meningkatan
pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dalam
mengatasi permasalahan kesehatan kesehatan ibu dan anak
sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan ibu dan
anak.
Kesimpulan: Pemberdayaan Masyarakat pada ibu
dan anak dapat menjadi upaya strategis yang perlu terus
dilanjutkan sehingga kampanye gerakan hidup sehat
kepada masyarakat dapat terus berlanjut secara lebih masif
dan sistemis
b. Hasil Analisa
Berdasarkan review jurnal diatas dapat disimpulkan
pemberdayaan masyarakat melalui media penyuluhan
sadari, kegiatan penimbangan balita, pemeriksaan deteksi
dini stimulasi pertumbuhan dan perkembangan dan
penyuluhan pentingnya gizi
balita yang dilakukan oleh posyandu dapat meningkatan
pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dalam
mengatasi permasalahan kesehatan di bidang kesehatan ibu
dan anak, ibu bisa melakukan deteksi dini masalah
Kesehatan dan melaporkan adanya masalah Kesehatan
dengan cepat. Dengan demikian berdasarkan pemberdayaan
masyarakat tersebut derajat Kesehatan ibu dan anak akan
meningkat, peran bidan dalam pemberdayaan masyarakat
ini juga memberikan pengaruh positif baik bagi bidan itu
sendiri maupun pada masyarakat, khususnya ibu dan anak.

A. Pemanfaatan Media Booklet Sebagai Optimalisasi Peran Kader


Posyandu Bagi Anak Golden Age Period

B. Peningkatan Kemampuan Kader Kesehatan dalam Deteksi Stunting


pada Anak Usia 6-24 Bulan melalui Pelatihan Penggunaan Meteran
Deteksi Risiko Stunting

C. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Audiovisual terhadap


Kemampuan Sadari pada Kader Posyandu

D. Pengaruh Media Leaflet terhadap Pengetahuan Kader Kesehatan


tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Tatanan Rumah Tangga
di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Talise
E. Pengaruh Leaflet terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Praktek
Mahasiswa Kebidanan dalam Upaya Pemberian Asi Eksklusif

F. Efektivitas Pelatihan Kader Posyandu dalam Penggunaan Buku KIA


dengan Metode Make a Match
Daftar Pustaka

Kemenkes RI. (2018). Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan. Pusat
Pelatihan SDM Kesehatan Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Hasil Utama Riskesdas. 30–
40.
Rachmawati, W. C. (2019). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Siregar, P. A., Kesehatanmasyarakat, F., Negeri, U. I., & Utara, S. (2020). BUKU
AJAR PROMOSI KESEHATAN.

Anda mungkin juga menyukai