Anda di halaman 1dari 29

KEPERAWATAN ANAK

HEALTH PROMOTION PADA INFANT-REMAJA

Oleh:

Luh Ade Oka Pujastuti (17C10057)


Ni Made Wirastuti Shanti (17C10058)
NLP Fumika Venaya Dewi (17C10059)
Ida Ayu Putu Mourdani (17C10060)
Ni Made Sintya Indriantari (17C10061)
Ni Luh Putu Noviyanti (17C10062)
Putu Lely Anggreni (17C10063)
Desak Yunitha Dewi (17C10064)
Made Dwita Pertiwi (17C10065)
Komang Ayu Trisna Oktaviani (17C10066)
Kadek Ayu Riska Citra Pratiwi (17C10067)

Kelas. A Tk.III

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

2019/2020

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Anak Indonesia adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan
bangsa Indonesi, yang memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus.
Mereka perlu dipersiapkan demi kelangsungan eksistensi bangsa dan negara di masa
mendatang. Mereka tidak hanya merupakan masa depan bangsa, tetapi juga masa kini dari
bangsa Indonesia. Agar setiap anak Indonesia kelak mampu memikul tanggung jawab
masa depan bangsa Indonesia, maka setiap anak tanpa terkecuali harus bisa terpenuhi
segala yang menjadi haknya. Anak Indonesia berhak untuk hidup, tumbuh dan
berkembang, terlindungi dari segala perlakuan salah, serta berhak mengeluarkan
pendapatnya dan didengarkan suaranya (Departemen Kesehatan RI,2004).
Dewasa ini, pertumbuhan dan perkembangan anak semakin meningkat. Pertumbuhan
dan perkembangan yang sangat pesat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya
adalah gizi yang baik. Pesatnya perkembangan seorang anak dapat dilihat dengan aktifnya
anak bergerak serta mudahnya anak bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Anak
yang semakin aktif bergerak tentu akan memiliki risiko cedera lebih besar apabila
dibandingkan dengan anak yang cenderung pasif. Anak yang aktif bergerak akan diiringi
dengan rasa ingin tahu yang tinggi, sehingga anak tersebut akan menyentuh semua alat
atau barang yang ia pikir menarik untuk dipelajari, tanpa anak tersebut sadari bahwa
barang tersebut berbahaya untuk disentuh. Kejadian yang tidak dalam pengawasan orang
tua akan menimbulkan kecelakaan pada anak, untuk itu dibutuhkan anticipatory guidance
dan health promotion bagi keluarga sebagai pedoman untuk menghindari kecelakaan pada
anak.
Kecelakaan yang terjadi seringkali mengakibatkan ketidaknyamanan bagi si anak bahkan
dapat mengakibatkan anak masuk rumah sakit, mengalami kecacatan permanen bahkan
kematian. Akibat kecelakaan tersebut anak-anak sering mengalami luka iris, memar,
radang, luka bakar, patah tulang dan gangguan lainnya. Menurut penelitian yang
dilakukan WHO (2005) tentang kejadian kecelakaan pada anak didapatkan bahwa 34%
kematian disebabkan oleh kendaraan bermotor, 5% oleh jatuh, 4% oleh kebakaran, 13%
oleh tenggelam, dan 21% oleh cedera tidak disengaja.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan peninjauan pustaka tentang konsep
dasar anticipatory guidanceyang dapat menjadi pedoman orang tua untuk menjaga
kesehatan anak. Maka dari itu, dalam makalah ini akan diuraikan penjelasan terkait
dengan konsep dasar mengenai anticipatory guidancebeserta health promotion pada
masyarakat khususnya terhadap infant-remaja.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apa definisi dari Health promotion?
1.2.2. Apa saja tujuan dan manfaat Health Promotion?
1.2.3. Bagaimana Sasaran dari Health Promotion ?
1.2.4. Apa Saja Prinsip Health Promotion?
1.2.5. Apa saja media Health Promotion?
1.2.6. Bagaimanakah Health promotion pada Bayi?
1.2.7. Bagaimanakah Health promotion pada Anak Balita?
1.2.8. Bagaimanakah Health promotion pada Remaja?
1.3. Tujuan
1.3.1. Mahasiswa mampu memahami definisi Health promotion.
1.3.2. Mahasiswa mampu memahami tujuan dan manfaat Health Promotion
1.3.3. Mahasiswa mampu memahami Sasaran dari Health Promotion
1.3.4. Mahasiswa mampu memahami Prinsip Health Promotion
1.3.5. Mahasiswa mampu memahami Media Health Promotion
1.3.6. Mahasiswa mampu memahami ruang lingkup Health promotion pada Bayi.
1.3.7. Mahasiswa mampu memahami ruang lingkup Health promotion pada Anak Balita.
1.3.8. Mahasiswa mampu memahami ruang lingkup dari Health promotion pada
Remaja.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Health Promotion


Green dan Kreuter (2005) menyatakan bahwa “Promosi kesehatan adalah kombinasi
upaya-upaya pendidikan, kebijakan (politik), peraturan, dan organisasi untuk mendukung
kegiatan-kegiatan dan kondisi-kondisi hidup yang menguntungkan kesehatan individu,
kelompok, atau komunitas”.
Definisi/pengertian yang dikemukakan Green ini dapat dilihat sebagai
operasionalisasi dari definisi WHO (hasil Ottawa Charter) yang lebih bersifat
konseptual. Di dalam rumusan pengertian diatas terlihat dengan jelas aktivitas-aktivitas
yang harus dilakukan dalam kerangka “promosi kesehatan”.
Sedangkan Kementerian/Departemen Kesehatan Republik Indonesia merumuskan
pengertian promosi kesehatan sebagai berikut: “Upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam mengendalikan faktor-faktor kesehatan melalui pembelajaran dari,
oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya
setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.” Hal tersebut
tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 1114/Menkes/SK/VIII/2005.
2.2 Tujuan Health Promotion

Promosi kesehatan merupakan suatu proses yang bertujuan memungkinkan


individu meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan kesehatannya
berbasis filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri sendiri. Proses pemberdayaan
tersebut dilakukan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat serta sesuai dengan sosial
budaya setempat. Demi mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik dari fisik,
mental maupun sosial, masyarakat harus mampu mengenal dan mewujudkan aspirasi dan
kebutuhannya, serta mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (Kemenkes,
2011).
Berdasarkan beberapa pandangan pengertian tersebut diatas, maka tujuan dari
penerapan promosi kesehatan pada dasarnya merupakan visi promosi kesehatan itu
sendiri, yaitu menciptakan/membuat masyarakat yang:
1. Mau (willingness) memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
2. Mampu (ability) memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
3. Memelihara kesehatan, berarti mau dan mampu mencegah penyakit,
4. Melindungi diri dari gangguan-gangguan kesehatan.
5. Meningkatkan kesehatan, berarti mau dan mampu meningkatkan kesehatannya.
Kesehatan perlu ditingkatkan karena derajat kesehatan baik individu, kelompok atau
masyarakat itu bersifat dinamis tidak statis.
Tujuan Promosi Kesehatan menurut WHO:
1. Tujuan Umum: Mengubah perilaku individu/masyarakat di bidang Kesehatan
2. Tujuan Khusus:
a) Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai bagi masyarakat.
b) Menolong individu agar mampu secara mandiri/berkelompok mengadakan
kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
c) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan
kesehatan yang ada.
Tujuan operasional:
1. Agar orang memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistensi dan perubahan-
perubahan sistem dalam pelayanan kesehatan serta cara memanfaatkannya secara
efisien & efektif.
2. Agar klien/masyarakat memiliki tanggung jawab yang lebih besar pada kesehatan
(dirinya), keselamatan lingkungan dan masyarakatnya.
3. Agar orang melakukan langkah2 positip dlm mencegah terjadinya sakit, mencegah
berkembangnya sakit menjadi lebih parah dan mencegah keadaan ketergantungan
melalui rehabilitasi cacat karena penyakit.
4. Agar orang mempelajari apa yang dapat dia lakukan sendiri dan bagaimana
caranya, tanpa selalu meminta pertolongan kepada sistem pelayanan kesehatan
yang normal.
Sedangkan menurut Green, tujuan promosi kesehatan terdiri dari 3 tingkatan tujuan,
yaitu:
1. Tujuan Program Merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam
periode waktu tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan.
2. Tujuan Pendidikan Merupakan deskripsi perilaku yang akan dicapai dapat
mengatasi masalah kesehatan yang ada.
3. Tujuan Perilaku Merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus tercapai
(perilaku yang diinginkan). Oleh sebab itu, tujuan perilaku berhubungan dengan
pengetahuan dan sikap.
4. Tujuan Intervensi Perilaku dalam promosi kesehatan:
a) Mengurangi perilaku negatif bagi kesehatan. Misalnya: mengurangi kebiasaan
merokok
b) Mencegah meningkatnya perilaku negatif bagi kesehatan. Misalnya: mencegah
meningkatnya perilaku ‘seks bebas'
c) Meningkatkan perilaku positif bagi kesehatan. Misalnya: mendorong kebiasaan
olah raga
d) Mencegah menurunnya perilaku positif bagi kesehatan. Misalnya: mencegah
menurunnya perilaku makan kaya serat.
2.3. Sasaran Health Promotion
Menurut Maulana (2009), pelaksanaan promosi kesehatan dikenal memiliki 3 jenis
sasaran yaitu sasaran primer, sekunder dan tersier.
1. Sasaran primer
Sasaran primer kesehatan adalah pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga)
sebagai komponen dari masyarakat. Masyarakat diharapkan mengubah perilaku hidup
mereka yang tidak bersih dan tidak sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS). Akan tetapi disadari bahwa mengubah perilaku bukanlah sesuatu yang
mudah. Perubahan perilaku pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) akan
sulit dicapai jika tidak didukung oleh sistem nilai dan norma sosial serta norma hukum
yang dapat diciptakan atau dikembangkan oleh para pemuka masyarakat, baik pemuka
informal maupun pemuka formal.
Keteladanan dari para pemuka masyarakat, baik pemuka informal maupun formal
dalam mempraktikkan PHBS. Suasana lingkungan sosial yang kondusif (social
pressure) dari kelompok-kelompok masyarakat dan pendapat umum (public opinion).
Sumber daya dan atau sarana yang diperlukan bagi terciptanya PHBS, yang dapat
diupayakan atau dibantu penyediaannya oleh mereka yang bertanggung jawab dan
berkepentingan (stakeholders), khususnya perangkat pemerintahan dan dunia usaha
(Maulana, 2009).

2. Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal (misalnya
pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun pemuka formal (misalnya petugas
kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-lain), organisasi kemasyarakatan dan media
massa. Mereka diharapkan dapat turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien,
individu sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan cara: berperan sebagai panutan
dalam mempraktikkan PHBS. Turut menyebarluaskan informasi tentang PHBS dan
menciptakan suasana yang kondusif bagi PHBS. Berperan sebagai kelompok penekan
(pressure group) guna mempercepat terbentuknya PHBS (Maulana, 2009).
3. Sasaran Tersier
Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang lain yang berkaitan serta mereka
yang dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya. Mereka diharapkan turut
serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga (rumah
tangga) dengan cara:
a) Memberlakukan kebijakan/peraturan perundang-undangan yang tidak merugikan
kesehatan masyarakat dan bahkan mendukung terciptanya PHBS dan kesehatan
masyarakat.
b) Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-lain) yang dapat
mempercepat terciptanya PHBS di kalangan pasien, individu sehat dan keluarga
(rumah tangga) pada khususnya serta masyarakat luas pada umumnya (Maulana,
2009).
Sedangkan Menurut Notoatmodjo (2005), perlu dilaksanakan strategi promosi
kesehatan paripurna yang terdiri dari pemberdayaan, bina suasana, advokasi dan
kemitraan.
a) Pemberdayaan adalah pemberian informasi dan pendampingan dalam mencegah
dan menanggulangi masalah kesehatan, guna membantu individu, keluarga atau
kelompok-kelompok masyarakat menjalani tahap-tahap tahu, mau dan mampu
mempraktikkan PHBS. Dalam upaya promosi kesehatan, pemberdayaan
masyarakat merupakan bagian yang sangat penting dan bahkan dapat dikatakan
sebagai ujung tombak. Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi kepada
individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus-menerus dan
berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu klien,
agar klien tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek
knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude) dan dari mau menjadi mampu
melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice) (Notoatmodjo, 2005).
b) Bina suasana adalah pembentukan suasana lingkungan sosial yang kondusif dan
mendorong dipraktikkannya PHBS serta penciptaan panutan-panutan dalam
mengadopsi PHBS dan melestarikannya (Notoatmodjo, 2005).
c) Advokasi adalah pendekatan dan motivasi terhadap pihak-pihak tertentu yang
diperhitungkan dapat mendukung keberhasilan pembinaan PHBS baik dari segi
materi maupun non materi (Notoatmodjo, 2005).

2.4. Prinsip Health Promotion


Sebagai seorang calon perawat profesional yang akan menjalani tugas-tugas kesehatan
termasuk didalamnya adalah promosi kesehatan, maka anda akan berhasil mengatasi
keadaan jika menguasai sub bidang keilmuan yang terkait berikut ini, diantaranya:
1. Komunikasi
2. Dinamika Kelompok
3. Pengembangan dan Pengorganisasian Masyarakat (PPM)
4. Pengambangan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD)
5. Pemasaran Sosial (Social Marketing)
6. Pengembangan Organisasi
7. Pendidikan dan Pelatihan
8. Pengembangan Media (Teknologi Pendkes)
9. Perencanaan dan evaluasi.
10. Antropologi Kesehatan
11. Sosiologi Kesehatan
12. Psikologi Kesehatan, dll.
Selain itu, ada beberapa prinsip promosi kesehatan yang harus diperhatikan oleh kita
sebagai calon/perawat profesional, seperti Prinsip-prinsip Promosi Kesehatan dalam
Keperawatan. Interaksi Perawat/petugas kesehatan dan Klien merupakan hubungan
khusus yang ditandai dengan adanya saling berbagi pengalaman, serta memberi sokongan
dan negosiasi saat memberikan pelayanan kesehatan. Pembelajaran yang efektif terjadi
ketika klien dan perawat/petugas kesehatan sama-sama berpartisipasi dalam Proses
Belajar Mengajar yang terjadi. Agar hubungan pembelajaran memiliki kualitas positif,
baik secara individual, kelompok maupun masyarakat, hendaknya diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1. Berfokus pada Klien
Klien mempunyai nilai, keyakinan, kemampuan kognitif dan gaya belajar yang unik,
yang dapat berpengaruh terhadap pembelajaran. Klien dianjurkan untuk
mengekspresikan perasaan dan pengalamannya kepada perawat, sehingga perawat
lebih mengerti tentang keunikan klien dan dalam memberikan pelayanan dapat
memenuhi kebutuhan klien secara individual.
2. Bersifat menyeluruh dan utuh (holistik)
Dalam memberikan promosi kesehatan harus dipertimbangkan klien secara
keseluruhan, tidak hanya berfokus pada muatan spesifik.
3. Negosiasi
Perawat/Petugas kesehatan dan klien bersama-sama menentukan apa yang telah
diketahui dan apa yang penting untuk diketahui. Jika sudah ditentukan, buat
perencanaan yang dikembangkan berdasarkan masukan tersebut. Jangan memutuskan
sebelah pihak.
4. Interaktif
Kegiatan dalam promosi kesehatan adalah suatu proses dinamis dan interaktif yang
melibatkan partisipasi perawat/ petugas kesehatan dan klien. Keduanya saling belajar.
Untuk itu, maka perlu diperhatikan dan dipelajari pula Prinsip-prinsip dalam Proses
Belajar Mengajar (PBM), yang mencakup:
a) Faktor-faktor pendukung (misalnya : Motivasi , Kesiapan , Pelibatan
Aktif /Active Involvement, Umpan Balik / feedback, memulai dari hal yang
sederhana sampai kompleks, adanya pengulangan materi / repetition, waktu/
timing dan lingkungan / environment)
b) Penghambat belajar (seperti emosi, kejadian/keadaan fisik dan psikologis yang
sedang terganggu atau budaya)
c) Fase-fase dalam PBM (mulai dari persiapan, pembuka, pelaksanaan dan
penutup Topik), serta
d) Karakteristik perilaku belajar

2.5. Media Health Promotion


Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan
pesaninformasi yang ingin disampaikan oleh komunikator sehingga sasaran dapat
meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah
positif terhadap kesehatan.Media memiliki multi makna, dilihat secara terbatas maupun
secara luas. Dalam dunia pendidikan, penggunaan media/bahan/saranabelajar seringkali
menggunakan prinsip Kerucut Pengalaman yang membutuhkan media belajar seperti
buku teks, bahan belajar yang dibuat oleh pengajar dan “audio-visual” (Edgar Dale,
dalam Susilowati 2016). AECT (Association for Education and Communicatian
Technology) menyatakan media sebagai segala bentuk yang dimanfaatkan dalam proses
penyaluran informasi (Harsoyo.2002, dalam Susilowati 2016) NEA (National Education
Association) memaknai media sebagai segala benda yang dapat dimanipulasi, dilihat,
didengar, dibaca, atau dibincangkan beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan
tersebut.
Media dalam health promotion dilihat dari keeffektifannya dimulai dari yang
paling terrendah adalah membaca yaitu meembaca (10%) dilanjutkan dengan
mendengarkan (20%), melihat gambar, video dan demonstrasi (30%), lalu terlibat
dalam diskusi (50%), lewat presentasi (70%) dan yang paling besar ada pada
bermain peran, melakukan simulasi, melakukan hal nyata yaitu sebanyak 90%.
Tingkat keterlibatan dimulai dari yang paling rendah sampai paling besar yaitu
Verbal, visual, terlibat dan berbuat. Adanya perbedaan kemampuan daya ingat
seseorang yaitu:
Sesudah 3 jam Sesudah 3 hari
Verbal 70% 10%
Visual 72 % 20 %
Verbal+Visual 85% 65%

1. Peran media Health Promotion


Media sangat penting peranannya dalam pelaksanaan penyuluhan kesehatan,karena:
a) Media dapat mempermudah penyampaian informasi.
b) Media dapat menghindari kesalahan persepsi.
c) Media dapat memperjelas informasi.
d) Media dapat mempermudah pengertian
e) Media dapat mengurangi komunikasi verbalistik.
f) Media dapat menampilkan objek yang tidak dapat ditangkap dengan mata.
g) Media dapat memperlancar komunikasi.
2. Jenis media Health Promotion
Berdasarkan peran-fungsinya sebagai penyaluran pesan/informasi kesehatan,
mediapromosi kesehatan dibagi menjadi 3 yakni:
a) Media cetak
Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari gambaran
sejumlahkata, gambar atau foto dalam tata warna. Yang termasuk dalam media ini
adalahbooklet, leaflet, flyer (selebaran), flip chart (lembar balik), rubrik atau
tulisan padasurat kabar atau majalah, poster, foto yang mengungkapkan informasi
kesehatan. Media cetak ini memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menstimulir efek
gerak dan efek suara.
b) Media elektronik
Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan
didengar dan penyampaiannya melalui alat bantu elektronika. Yang termasuk
dalam media ini adalah televisi, radio, video film, cassette, CD, VCD, internet
(computer dan modem), SMS (telepon seluler).kelebihan antara lain lebih mudah
dipahami, lebih menarik, sudah dikenal masyarakat, bertatap muka, mengikut
sertakan seluruh panca indera. Kelemahan dari media ini adalah biayanya lebih
tinggi, sedikit rumit, perlu listrik dan alat canggih untuk produksinya.
c) Media luar ruang
Media menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui media cetak maupun
elektronik misalnya papan reklame, spanduk, pameran, banner dan televisi layar
lebar, umbul-umbul, yang berisi pesan, slogan atau logo. Kelebihan dari media
ini adalah lebih mudah dipahami, lebih menarik, sebagai informasi umum dan
hiburan, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajian dapat
dikendalikan dan jangkauannya relatif besar. Kelemahan dari media ini adalah
biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu alat canggih untuk produksinya, persiapan
matang, peralatan selalu berkembang dan berubah, memerlukan keterampilan
penyimpanan dan keterampilanuntuk mengoperasikannya.
2.6. Health Promotion Pada Bayi
Perawat sebagai salah satu profesi kesehatan memiliki tanggung jawab untuk
mempromosikan kesehatan keluarga dan anak, menyediakan layanan pada klien yang
meliputi dukungan, pendidikan kesehatan dan pelayanan keperawatan yang dapat
berkontribusi dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan ibu dalam
merawat bayinya (Mercer, 2006).
Menurut (Alimul, 2005) Beberapa promosi kesehatan yang dapat dilakukan pada bayi
diantaranya, yaitu:
1) Pemberian ASI
Pemberian ASI pada bayi merupakan hal yang penting. Pemberian promosi
kesehatan berperan dalam menunjang ibu untuk memberikan ASI pada bayinya.
Beberapa hal berikut dapat mendukung pemberian ASI kepada bayi, yaitu:
a. Membiarkan bayi bersama ibunya segera setelah lahir selama beberapa jam
pertama.
b. Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah
masalah umum yang timbul.
c. Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.
d. Menempatkan bayi di dekat ibu pada kamar yang sama (rawat gabung).
e. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.
f. Memberikan kolustrum dan ASI saja
g. Menghidari susu botol dan “dot empeng”
2) Mempromosikan Vaksinasi
Imunisasi merupakan usaha dalam memberikan kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk
mencegah terhadap infeksi penyakit tertentu.
Vaksin merupakan bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti
yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan ataupun per oral.
Imunisasi yang dapat diberikan kepada bayi, yaitu:

a. Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)


Pemberian vaksi ini diberikan pada usia 0-11 bulan, namun umumnya diberikan
pada bayi usia 2 atau 3 bulan. Pemberian vaksin ini hanya 1 kali melalui
intradermal.
b. Hepatitis B
Vaksin ini diberikan secara 3 kali, dengan waktu pemberian pada usia 0-11
bulan dengan interval 4 minggu. Pemberiannya dilakukan secara intramuscular.
c. Imunisasi Polio
Pemberian vaksin ini 4 kali sewaktu pada usia 0-11 bulan dengan interval 4
minggu. Pemberiannya melalui oral.
d. Imunisasi DPT (Diphteri, Pertusis, dan Tetanus)
Frekuensi dari pemberian vaksin ini yaitu 3 kali. Waktu pemberian antara usia 2-
11 bulan dengan interval 4 minggu. Pemberiannya dengan memlalui
intramuscular.
e. Imunisasi Campak
Frekuensi pemberian vaksin ini diberikan 1 kali. Waktu pemberian pada usia 9-
11 bulan. Cara pemberiannya melalui subcutan.
f. Imunisasi MMR (Measles, Mumps, dan Rubella)
Imunisasi yang digunakan untuk mencegah penyakit campak (measles)
gondong, parotis epidemika (mumps) dan rubella (campak jerman). Pemberian
imunisasi campak yang monovalent pada usia 4-6 bulan atau 9-11 bulan, khusus
pada daerah endemik dan boster dapat dilakukan MMR pada usia 15-18 bulan.
g. Imunisasi Tiphus Abdominalis
Terdapat 3 jenis vaksin tiphus abdominalis di Indonesia, yaitu:
a. Kuman yng dimatikan, diberikan untuk bayi usia 6-12 bulan dengan dosis
0,1 ml, 1-2 tahun 0,2 ml, 2-12 tahun diberikan sebanyak 2 kali dengan
interval 4 minggu.
b. Kuman yang dilemahkan (vivotif, berna), dapat diberikan dalam bentuk
kapsul enteric coated sebelum makan pada hari ke-1, 2 dan 5 pada anak usia
6 tahun.
c. Antigen kapsular Vi polysaccaharide (Typhim Vi, Pasteur Meriux) diberikan
pada usia 2 tahun dan dapat diulang tiap 2 tahun.

h. Imunisasi Varicella
Pemberiannya tunggal pada usia 12 tahun di daerah tropic dan bila usia 13 tahun
dapat diberikan 2 kali suntikan interval 4-8 minggu.
i. Imunisasi Hepatitis A
Diberikan pada usia 2 tahun untuk pemberian awal menggunakan vaksin havrix
dengan 2 suntikan interval 4 minggu dan boster 6 bulan kemudian.
j. Imunisasi HiB (Haemophilus Influenzae Tipe B)
Untuk pemberian awal PRP-T dilakukan 3 kali suntikan interval 2 bulan.
Suntikan PRP-OMPC dilakukan 2 kali suntikan interval 2 bulan kemudian
bosternya diberikan pada usia 18 bulan.
3) Perawatan Tali Pusar
Beberapa hal yang perlu diingat saat merawat tali pusar bayi, yaitu:
a. Jaga kebersihan area pusrt dan sekitarnya, serta upayakan selalu dalam keadaan
kering.
b. Gunakan kapas baru pada setiap basuhan.
c. Agar tali pusar lebih cepat lepas, gunakan kain kasa pada bagian pusar yang
terus dibalut sehingga mendapat udara cukup.
d. Saat membersihkan, pastikan suhu kamar tidak terlalu dingin.
e. Agar praktis, kenakan popok dan atasan dari bahan kaos yang longgar.
f. Ini dilakukan 1-2 kali sehari.
2.7. Health Promotion Pada Anak Balita
Kegiatan promosi kesehatan yang dapat dilakukan pada sasaran anak balita (Irianti,
2001) antara lain:
1. Pemeriksaan dan penimbangan anak dilaksanakan setiap bulan agar terjamin
pertumbuhan dan kesehatannya.
2. Berikan anak balita satu kapsul vitamin A takaran tinggi setiap 6 bulan untuk
mencegah kebutaan.
3. Berikan makanan seimbang sesuai dengan perkembangan umurnya.
4. Berikan oralit jika terjadi diare dan periksa suhu tubuh jika mengalami gejala panas.
5. Perhatikan kasih sayang dengan mengajak berbicara dan bermain bersama, agar
terpenuhi kebutuhan mental dan emosi anak.
6. Anak balita yang tumbuh dan berkembang dengan baik akan menjamin kelangsungan
hidup yang lebih baik.
Anggota keluarga, guru, taman kanak-kanak atau pengasuh anak diikutsertakan dalam
kegiatan pembinaan kesehatan. Kegiatan pelayanan dan pembinaan kesehatan anak
balita akan berhasil dengan baik dengan adannya dukungan dari lingkungan sekitar. Para
ibu perlu didorong pula untuk rutin memeriksakan kesehatan anaknya

2.8. Health promotion


pada Preschool
Anak usia prasekolah banyak mengalami permasalahan kesehatan yang sangat
menentukan kualitas anak dikemudian hari. Masalah kesehatan tersebut meliputi
kesehatan umum, gangguan perkembangan, gangguan perilaku, dan gangguan
belajar. Permasalahan kesehatan tersebut pada umumnya akan menghambat
pencapaian prestasi pada peserta didik disekolah (Dermawan, 2012). Pada anak usia
prasekolah, anak sering menggunakan fungsi biologisnya untuk menemukan
berbagai hal yang ada dalam dunianya. Dimana anak lebih sukabermain dengan
segala sesuatu yang dekat dengan dirinya, seperti menggunakan untuk meletakan
sesuatu barang dimulutnya, makan dan membuang sekretnya sendiri (Wong,
2009)

Perilaku yang kurang sehat dapat berdampak pada tingginya kejadian


infeksi pada anak usia prasekolah karena memudahkan penyebaran penyakit
infeksi melalui tangan. Bibit penyakit akan mudah masuk kedalam tubuh melalui
tangan yang akan mengakibatkan timbulnya penyakit seperti diare, cacingan, TB,
infeksi tangan dan mulut, dan ISPA (Depkes, 2011).
Membiasakan anak untuk hidup bersih dan sehat memang tidak mudah,
diperlukan kesabaran dan ketelatenan. Untuk itu, kebiasaan hidup bersih
dan sehat perlu diajarkan sedini mungkin. Hal ini perlu dilakukan agar
anak-anak terbiasa dengan kebiasaaan hidup bersih dan sehat, sehingga nantinya
akan terbawa sampai dewasa bahkan akan diajarkan kembali pada keturunan
mereka (Rahman, 2014).
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), pelaksanaan bidang
pengembangan pembiasaan perilaku di Taman Kanak-kanak dapat dilakukan
dengan cara kegiatan rutin, kegiatan spontan, kegiatan teladan, kegiatan
terprogram. Pengembangan perilaku mencuci tangan disampaikan oleh pihak
sekolah melalui kegiatan rutin setiap harinya ketika waktu
istirahat/makan/bermain dengan pembiasaan perilaku mencuci tangan, terutama
sebelum dan sesudah makan.
Pendidikan kesehatan pada anak usia empat sampai dengan enam
tahun diperlukan metode yang memungkinkan anak dapat belajar secara nyata.
Promosi kesehatan dapat dilakukan di sekolah dengan menggunakan berbagai media.
Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan
atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu dari media cetak,
media elektronika (televisi (TV), radio, komputer dan lain sebagainya) dan media luar
ruang, agar sasaran dapat meningkatkan pengetahuannya yang akhirnya diharap dapat
berubah perilaku ke arah positif terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2007, hlm.290).
Ada beberapa metode pembelajaran untuk anak usia prasekolah,
diantaranya bercerita, demontrasi, bercakap-cakap, pemberian tugas, bermain
peran, karyawisata, eksperimen, bernyanyi, dan pembelajaran terpadu.(Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2014).
a. Metode Bercakap-cakap/ Tanya Jawab
Seorang pendidik dapat mengarahkan berbagai pikiran dan perasaan yang sedang
dialami anak dengan mengajak mereka bercakap-cakap tentang berbagai hal.
Banyak topik bisa dijadikan bahan percakapan, contohnya adalah bercakap-cakap
tentang topik yang disukai oleh anak-anak seperti makanan kesukaan, binatang
kesayangan, cita-cita, dan termasuk percakapan tentang kesehatan.
b. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi memiliki makna yang penting bagi anak usia dini, karena
melalui metode ini maka dapat membantu mengembangkan kemampuan untuk
melakukan segala pekerjaan secara teliti, cermat dan tepat; dan membantu
mengembangkan kemampuan peniruan dan pengenalan secara tepat.
c. Metode Bermain Peran
Bermain peran adalah permainan yang dilakukan anak untuk memainkan peran
tertentu, dengan menirukan perilaku seseorang dalam melakukan kegiatan sehari-
hari. Perkembangan anak yang dapat dikembangkan melalui metode bermian
peran adalah perkembangan kognitif, afektif dan psikomotor. Menggunakan
metode bermain peran pendidik dapat mengembangkan imajinasi anak tentang
pentingnya perilaku hidup sehat.
d. Metode Praktek Langsung
Metode praktek langsung ini disamping melibatkan aktivtas pikiran dan
penalaran dalam memecahkan masalah kehidupan seharihari, juga dapat
mengembangkan sikap dan keterampilan motorik dalam area kesehatan.
e. Metode Bercerita
Bercerita dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai media seperti
menggunakan buku cerita bergambar, boneka, atau media lainnya sehingga lebih
menarik bagi anak usia dini. Metode bercerita dapat melatih anak untuk belajar
mendengarkan.
f. Metode Bermain
Melalui kegiatan bermain akan mengembangkan seluruh aspek kecerdasan anak,
baik kecerdasan logika berpikir, bahasa, keterampilan motorik, kemandirian,
maupun kecerdasan sosial emosional anak. Berbagai bentuk permainan bisa
dipilih dalam mengambangkan perilaku hidup sehat pada anak, dan anak
sebaiknya diberi kesempatan untuk memilih permainan yang disukainya.
g. Pembiasaan
Melalui metode pembiasaan yang dilakukan dalam perilaku hidup sehat sejak
usia dini makan itu akan menjadi gaya hidupnya sampai dewasa kelak.
h. Metode Bernyanyi
Melalui kegiatan menyanyi banyak sekali pesan-pesan pendidikan yang bisa kita
sampaikan kepada anak. Dengan demikian maka pengetahuan dan keterampilan
perilaku hidup sehat bisa kita sampaikan kepada anak melalui kegiatan
bernyanyi.

2.9. Health Promotion Pada Anak Usia Sekolah


WHO (2009) mendefinisikan promosi kesehatan sebagai suatu proses untuk mencapai
keadaan fisik, mental dan kesejahteraan sosial. Individu atau kelompok harus mampu
mengetahui dan mewujudkan keinginan, memenuhi kebutuhan, dan mengubah atau
mengatasi lingkungan. Kesehatan, karena itu, dipandang sebagai sumber daya bagi
kehidupan sehari-hari, bukan tujuan hidup.
Promosi kesehatan adalah proses pemberdayaan masyarakat untuk dapat memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatannya. Dengan promosi kesehatan diharapkan masyarakat
mampu mengendalikan determinan kesehatan. Partisipasi merupakan sesuatu yang
penting dalam upaya promosi kesehatan (Lutfi, 2011).
Usia Sekolah Dasar (SD) merupakan usia yang sangat potensial untuk melakukan upaya
promosi kesehatan agar anak dapat mengadopsi kebiasaan sehat dan karakter yang kuat
untuk memenangkan tantangan dan persaingan hidup di masa depan karena pada masa
ini anak mengalami banyak kemajuan perkembangan secara keseluruhan, dari seorang
pra sekolah yang belum matang ke masa remaja. Kemampuan kognitif anak meningkat
secara dramatis, didukung dengan adanya keinginan untuk menguasai tugas-tugas dan
kemampuan untuk mengembangkan penilaian moral. Dunia anak juga berkembang pesat
di luar keluarga ketika sekolah dan teman sebaya mulai memberikan pengaruh yang
besar (Edelman and Mandle, 1994).
Prinsip dalam memberikan promosi kesehatan kepada anak usia sekolah yaitu bisa
menggunakan prinsip caring, caring disini berarti dengan kasih sayang dan kepedulian
(caring), anak-anak dapat memberikan dukungan sosial yang dibutuhkan oleh keluarga,
teman, dan orang- orang di sekitarnya. Pengembangan dukungan sosial akan sangat
berkontribusi positif terhadap pencegahan munculnya efek negatif dari peristiwa hidup
yang menimbulkan banyak tekanan (Pender, 1996). Nilai kasih sayang dan kepedulian
(caring) akan menjadi bekal anak untuk dapat menjalankan perannya secara optimal
dalam keluarga dan mampu mengatasi beban hidup yang dihadapi keluarga, baik secara
fisik, psikologis dan sosial.
Tujuan umum dari pengembangan sikap “caring” pada anak usia sekolah adalah untuk
menanamkan kasih sayang, kepedulian dan kerjasama agar dapat menjalankan perannya
secara optimal dalam keluarga dan masyarakat. Sedangkan tujuan khusus yang ingin
dicapai antara lain: Meningkatkan kesadaran anak tentang peran yang diharapkan oleh
keluarga dan masyarakat, Meningkatkan kemampuan anak untuk menunjukkan kasih
sayang dan kepedulian pada keluarga dan masyarakat, Meningkatkan kemampuan anak
untuk bekerjasama dalam lingkup keluarga dan masyarakat, Meningkatkan kemampuan
anak menghadapi meningkatnya beban dalam keluarga yang ditimbulkan oleh peristiwa
hidup yang penuh tekanan.
Anak usia sekolah berada pada stadium industry versus inferiority confussion. Pada
stadium ini, anak mengembangkan kapasitas untuk bekerja dan bekerjasama dengan
orang lain. Inferiority berkembang ketika pengalaman negatif di rumah, di sekolah, atau
dengan teman sebaya menyebabkan perasaan incompetence dan inferiority (Berk, 2001).
Masalah yang sering terjadi pada anak usia sekolah salah satunya yaitu masalah PBHS
dengan cara melakukan promosi kesehatan pada lingkungan sekolah.
Banyak sekolah yang dapat dimanfaatkan untuk menanamkan nilai PHBS melalui
promosi kesehatan terintegrasi dg program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Guru dan
Masyarakat Sekolah menjadi mitra pengembangan promosi kesehatan di sekolah Anak
sekolah menjadi kader kesehatan bagi keluarga dan masyarakat ,Ada peluang dan
dukungan dlm promosi kesehatan di sekolah (dana dan kebijakan)
Data Depkes tahun 2000 prevalensi penyakit kecacingan perut pada anak SD sebesar 60-
80%.Kejadian kecacingan berhubungan bermakna dengan perilaku tidak cuci tangan
sebelum makan dengan air dan sabun, BAB tidak dijamban, jajan bukan di kantin
sekolah Hasil penelitian dilakukan Yayasan Kusuma Buana di 17 Sekolah Dasar di
Jakarta, prevalensi anemia sebesar 23,2%. Hasil SKRT tahun 2001 prevalensi penyakit
karies dan periodontal anak usia 12 tahun sebesar 74,4%. Menurut data Susenas tahun
2004, sekitar 3% anak-anak mulai merokok sejak kurang dari umur 10 tahun. Perokok
pemula umur 10-14 tahun 2004 sebesar 11, 5 %. Persentase orang merokok tertinggi
(64%) berada pada kelompok umur remaja (15-19 tahun).
Upaya meningkatkan kemampuan peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan
sekolah agar mandiri dalam mencegah penyakit, memelihara kesehatan, menciptakan
dan memelihara lingkungan sehat, terciptanya kebijakan sekolah sehat serta berperan
aktif dalam meningkatkan kesehatan masyarakat sekitarnya.

a. Tujuan Promosi Kesehatan di Sekolah


1. Meningkatkan peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah untuk ber-
PHBS.
2. Meningkatkan lingkungan sekolah yang sehat, aman dan nyaman.
3. Meningkatkan pendidikan kesehatan di sekolah
4. Meningkatkan akses (kesempatan) untuk pelaksanaan pelayanan kesehatan di
sekolah
5. Meningkatkan peran aktif peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah
untuk meningkatkan kesehatan masyarakat di sekitar lingkungan sekolah
6. Meningkatkan penerapan kebijakan sehat dan upaya di sekolah untuk
mempromosikan kesehatan.
b. Sasaran Promosi Kesehatan
Sasaran promosi kesehatan perlu dikenali secara khusus, rinci, dan jelas agar
promosi kesehatan lebih efektif. Oleh karena itu, sasaran promosi kesehatan pada
anak usia sekolah tersebut dihubungkan dengan tatanan Keluarga , Tatatan di
Sekolah , Tatanan di sekitar Lingkungan Bermain, Tatanan lingkungan sekitar anak,
(Maulana, 2009).
1. Sasaran primer
Pada promosi kesehatan anak usia sekolah sasaran primernya yaitu pada anak
sekolah tersebut dimana mereka diharapkan dapat menerapkan PHBS.
2. Sasaran sekunder
Sasaran sekunder pada promosi kesehatan anak usia sekolah yaitu keluarga,
guru dan teman-teman bermainnya dimana guru merupakan panutan untuk para
anak di sekolah dan teman-temannya merupakan suatu pengaruh besar terhadap
tumbuh kembang anak di lingkungan bermainnya.
3. Sasaran tersier
Sasaran tersier disini bisa merupakan kepala desa dan kepala Sekolah dan lain-
lain, dimana mereka dapat memberikan dukungan dalam menentukan kebijakan
dan pendanaan dalam proses pembinaan kepada anak usia sekolah.
c. Strategi Promosi Kesehatan di Sekolah
WHO mencanangkan lima strategi promosi kesehatan di sekolah yaitu:
a. Advokasi
Kesuksesan program promosi kesehatan di sekolah sangat ditentukan oleh
dukungan dariberbagai pihak yang terkait dengan kepentingan kesehatan
masyarakat, khususnya kesehatan masyarakat sekolah. Guna mendapatkan
dukungan yang kuat dari berbagai pihak terkait tersebut perlu dilakukan upaya-
upaya advokasi untuk menyadarkan akan arti penting program kesehatan
sekolah. Advokasi lebih ditujukan kepada berbagai pihak yang akan menentukan
kebijakan program, termasuk kebijakan yang terkait dana untuk kegiatan
b. Kerjasama
Kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait sangat bermanfaat bagi jalannya
programpromosi kesehatan sekolah. Dalam kerjasama ini berbagai pihak dapat
saling belajar danberbagi pengalaman tentang keberhasilan dan kekurangan
program, tentang caramenggunakan berbagai sumber daya yang ada, serta
memaksimalkan investasi dalampemanfaatan untuk melakukan promosi
kesehatan.

c. Penguatan kapasitas
Kemampuan kerja dalam kegiatan promosi kesehatan di sekolah harus dapat
dilaksanakansecara optimal. Untuk itu berbagai sektor terkait harus diyakini
dapat memberikan dukunganuntuk memperkuat program promosi kesehatan di
sekolah. Dukungan berbagai sektor inidapat terkait dalam rangkapenyusunan
rencana kegiatan, pelaksanaan, monitoring danevaluasi program promosi
kesehatan sekolah
d. Kemitraan
Kemitraan dengan berbagai unit organisasi baik pemerintah, LSM maupun
usaha swasta akansangat mendukung pelaksanaan program promosi kesehatan
sekolah. Disamping itu, dengankemitraan akan dapat mendorong mobilisasi
guna meningkatkan status kesehatan di sekolah.
e. Penelitrian
Penelitian merupakan salah satu komponen dari pengembangan dan penilaian
programpromosi kesehatan. Bagi sektor terkait, penelitian merupakan akses
untuk masuk dalammengembangkan promosi kesehatan di sekolah baik secara
nasional maupun regional, disamping untuk melakukan evaluasi peningkatan
PHBS siswa sekolah.
f. Hasil yang Diharapkan
1. Anak sekolah menerapkan PHBS
2. Anak sekolah menjadi kader kesehatan bagi keluarganya
3. Sekolah menjadi lembaga pembelajaran dalam promkes
4. Para guru menjadi mitra pengembangan promkes di sekolah
5. Anak sekolah tumbuh sehat & berprestasi
g. Kegiatan promosi kesehatan PHBS di Sekolah
1. Jajan di kantin sekolah yang sehat
2. Membuang sampah pada tempatnya
3. Mengikuti kegiatan olah raga di sekolah
4. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi
5. Badan setiap 3-6 bulan
6. Tidak merokok di sekolah
7. Memberantas jentik nyamuk di sekolah secara rutin
8. Buang air besar dan buang air kecil di jamban sekolah
9. Menerapkan cuci tangan dimana saja dan kapan saja
6. Program promosi kesehatan pada anak usia sekolah di Sekolah

Promosi kesehatan disekolah pada prinsipnya adalah menciptakan sekolah


sebagai komunitas yang mampu meningkatan kesehatannya (health promoting
school). Oleh sebab itu, program promosi kesehatan sekurang-kurangnya
mencakup 3 usaha pokok, yakni :

1. Menciptakan lingkungan sekolah yang sehat (healthful school living)


:Lingkungan sekolah yang sehat, mencakup 2 aspek, yakni sosial (non-fisik)
dan fisik.
2. Pendidikan Kesehatan (Health Education)
Pendidikan kesehatan, khususnya bagi murid utamanya untuk menanamkan
kebiasaan hidup sehat agar dapat bertanggung jawab terhadap kesehatan diri
sendiri serta lingkungannya serta ikut aktif didalam usaha-usaha kesehatan.
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan tahap-tahap:
a. Memberikan pengetahuan tentang prinsip dasar hidup sehat.
b. Menimbulkan sikap dan perilaku hidup sehat.
c. Membentuk kebiasaan hidup sehat.
3. Pelayanan kesehatan disekolah (health services in school)
Karena sekolah adalah sebuah komunitas, meskipun interaksi efektif
diantara anggota komunitas hanya sekitar 6-8 jam, namun perlu adanya
pemeliharaan kesehatan, khususnya bagi murid-murid sekolah.
Pemeliharaan kesehatan disekolah ini mencakup:
a) Pemeriksaan kesehatan secara berkala, baik pemeriksaan umum atau
khusus, misalnya: gigi, paru-paru, kulit, gizi, dan sebagainya.
b) Pemeriksaan dan pengawasan kebersihan lingkungan.
c) Usaha-usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, antara
lain dengan imunisasi.
d) Usaha perbaikan gizi.
e) Usaha kesehatan gizi sekolah.
f) Mengenal kelainan-kelainan yang mempengaruhi pertumbuhan jasmani,
rohani, dan sosial. Misalnya, penimbangan berat badan, dan pengukuran
tinggi badan.
g) Mengirimkan murid yang memerlukan perawatan khusus atau lanjutan
ke puskesmas atau rumah sakit.
h) Pertolongan pertama pada kecelakaan dan pengobatan ringan.

2.10 Health Promotion Pada Remaja


Promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan
intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik dan organisasi yang dirancang untuk
memudahkan terjadinya perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi
kesehatan (Notoatmodjo, 2012). Promosi kesehatan (Pender,1996) adalah pemberian
motivasi untuk meningkatkan kesehatan individu dan mewujudkan potensi kesehatan
individu.
Promosi kesehatan menurut WHO adalah suatu proses yang memungkinkan individu
untuk meningkatkan kontrol dan mengembangkan kesehatan mereka. Promosi kesehatan
(Pender, 1996) adalah pemberian motivasi untuk meningkatkan kesehatan individu dan
mewujudkan potensi kesehatan individu. Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni
membantu masyarakat menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang
optimal didefinisikan sebagai keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan
intelektual. Ini bukan sekedar pengubahan gaya hidup saja, namun berkaitan dengan
pengubahan lingkungan yang diharapkan dapat lebih mendukung dalam membuat
keputusan yang sehat.
Menurut Sarwono (2012), remaja adalah suatu masa ketika individu berkembang dari
saat pertama kali ia menunjukan tanda-tanda sosial seksual sekundernya sampai saat
mencapai kematangan seksual. Indivudu mengalami perkembangan psikologis dan pola
identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. Terjadi peralihan dari ketergantungan
sosial ekonomi yang penuh pada keadaan yang relatif lebih mandiri. Remaja adalah
suatu periode transisi dari masa awal anak-anak hingga masa awal dewasa. Jumlah
remaja di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Perkembangan yang sangat menonjol terjadi pada masa remaja adalah pencapaian
kemandirian serta identitas (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan
semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga. Remaja pada masa
perkembangannya dihadapkan pada tuntutan yang sering bertentangan, baik dari
orangtua, guru, teman sebaya, maupun masyarakat di sekitar. Sehingga mereka juga
sering dihadapkan pada berbagai kesempatan dan pilihan, yang semuanya itu dapat
menimbulkan permasalahan bagi mereka. Permasalahan tersebut salah satunya yaitu
resiko-resiko kesehatan reproduksi.
Remaja memiliki suatu kemandirian tersendiri di dalam dirinya. Kemandirian
merupakan hasrat/keinginan seorang remaja untuk melakukan segala sesuatu bagi
dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain. Kemampuan seseorang untuk bertanggung
jawab atas apa yang dilakukan tanpa harus membebani orang lain. Salah satu tugas
perkembangan bagi remaja untuk belajar dan berlatih dalam membuat rencana,memilih
alternative,membuat keputusan serta tanggung jawab atas segala sesuatu yang
dilakukannya. Kemandirian merupakan sikap otonomi dari seorang remaja yang relative
bebas dari pengaruh, penilaian, pendapat dan keyakinan orang lain
Proses perkembangan kemandirian yaitu Kemandirian anak remaja berkembang
melalui latihan yang dilakukan secara terus-menerus dan dilakukan sejak dini. Remaja
diajarkan kepada remaja sesuai dengan kemampuan dan kesanggupan sampai tumbuh
rasa percaya diri. Dalam proses pencarian identitas diri, remaja mulai ingin melepaskan
diri dari ikatan phisikis orang tuanya. Remaja juga ingin mulai diperlakukan dan
dihargai seperti orang dewasa. Kemandirian seorang remaja diperkuat melalui proses
sosialisasi yang terjadi antara remaja dengan peer groupnya,dengan tujuan mendapatkan
pengakuan dan penerimaan kelompoknya.
1. Masalah Kesehatan pada Remaja
a) Narkotika
Adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semi sintetis yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi
mereka yang menggunakan dengan memasukkannya ke dalam tubuh manusia.
Pengaruh tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat ,
halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan yang menyebabkan efek
ketergantungan bagi pemakainya
b) Aborsi
Aborsi adalah berakhirnya atau gugurnya kehamilan sebelum kandungan
mencapai usia 20 minggu, yaitu sebelum janin dapat hidup diluar secara mandiri
(Munajat, N., 2000). Aborsi atau pengguguran berbeda dengan keguguran atau
keluron (bahasa jawa). Aborsi adalah terminasi (penghentian) kehamilan yang
disengaja ( abortus provokatus ), yakni kehamilan yang diprovokasi dengan
berbagai macam cara sehingga terjadi pengguguran. Sedangkan keguguran adalah
kehamilan yang berhenti karena faktor – faktor alamiah atau disebut abortus
spontaneous (Hawari, D., 2006).
Aborsi merupakan semua upaya atau tindakan yang dimaksudkan untuk
menghentikan kehamilan, baik dilakukan melalui pertolongan orang lain sepeti
dokter, dukun bayi, dukun pijat dan sebagainya, maupun dilakukan sendiri dengan
cara meminum obat-obatan atau ramuan tradisional (Wiknjosastro, Gulardi dalam
Ulfah,M. dan Ghalib,A., 2004). Namun tindakan aborsi tersebut mengandung
risiko yang cukup tinggi, apalagi bila dilakukan tidak sesuai dengan standard
profesi medis (Munajat, N.,2000).
c) HIV/AIDS
HIV adalah virus penyebab AIDS. HIV terdapat dalam cairan tubuh seseorang
seperti darah, cairan sindrom menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh
HIV. Orang yang mengidap AIDS amat mudah tertular oleh berbagai macam
penyakit karena sistem kekebalan tubuh penderita telah menurun.HIV dapat
menular ke orang lain melalui :Hubungan seksual, Jarum suntik/tindik/tato yang
tidak steril dan dipakai bergantian, Mendapatkan transfusi darah yang
mengandung virus HIV, dan Ibu penderita HIV Positif kepada bayinya ketika
dalam kandungan.
2. Tingkatan Promosi Kesehatan pada Remaja
Promosi kesehatan menggunakan pendekatan pada klien sebagai pusat dalam
pemberian pelayanan dan membantu mereka untuk membuat pilihan dan keputusan.
Istilah “promosi kesehatan” merupakan suatu payung dan digunakan untuk
menggambarkan suatu rentang aktivitas yang mencakup pendidikan kesehatan dan
pencegahan penyakit (Gillies,Ada tiga tingkatan dari pendidikan kesehatan menurut
Gillies:
a. Primary Health education, tujuannya tidak hanya mencegah perubahan kesehatan
tetapi juga meningkatkan kualitas kesehatan, dengan demikian kualitas hidup,
nutrisi, kontrasepsi dan hubungan seksual secara aman, pencegahan kecelakaan
dengan menggunakan helm dan lain-lain pada remaja.
b. Secondary health education, tujuannya adalah untuk membantu remaja dengan
masalah kesehatan yang reversible untuk menyesuaikan dengan gaya hidupnya,
contohnya berhenti merokok, merubah kebiasaan makan dan olahraga
c. Tertiary health education, tujuannya untuk membantu Remaja yang sakit dan
tidak sembuh total sehingga mereka dapat melewati hidup dengan sesuai
kemampuan yang dimiliki.
3. Sasaran Promosi Kesehatan pada Remaja
Dalam pelaksanaan promosi kesehatan dikenal adanya 3 (tiga) jenis sasaran, yaitu (1)
sasaran primer, (2) sasaran sekunder dan (3) sasaran tersier.
a) Sasaran Primer
Sasaran primer (utama) upaya promosi kesehatan sesungguhnya adalah Remaja
dan keluarga. Mereka ini diharapkan mengubah perilaku hidup mereka yang tidak
sehat menjadi perilaku hidup yang lebih sehat. Akan tetapi disadari bahwa
mengubah perilaku pada seorang remaja yang memiliki perubahan emosi dan
mental yang tidak stabil bukanlah sesuatu yang mudah.
b) Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal
(misalnya pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun pemuka formal
(misalnya petugas kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-lain), organisasi
kemasyarakatan dan media massa serta keluarga dan peran sekolah untuk remaja
tersebut. Mereka diharapkan dapat turut serta dalam upaya meningkatkan perilaku
kesehatan pada remaja, remaja dapat sehat dengan cara: Berperan sebagai panutan
dalam mempraktikkan perilaku yang sehat. Turut menyebarluaskan informasi
tentang kesehatan dan menciptakan suasana yang kondusif bagi remaja. Berperan
sebagai kelompok penekan (pressure group) guna mempercepat terbentuknya
remaja yang sadar akan kesehatan. Selain itu, sasarannya juga di tujukan kepada
teman sebaya, karena remaja tidak jauh beda dengan anak usia sekolah yang
emosionalnya masih belum stabil sehingga masih mudah terpengaruh oleh
lingkungan, rema juga akan lebih mudah dan memerankan peer group pada
lingkungannya.
c) Sasaran Tersier
Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang-bidang lain yang berkaitan
serta mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya. Mereka
diharapkan turut serta dalam upaya meningkatkan kesehatan remaja, dengan cara:
1. Memberlakukan kebijakan/peraturan perundang-undangan yang tidak
merugikan kesehatan remaja dan bahkan mendukung terciptanya kesehatan
pada remaja
2. Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-lain) yang dapat
mempercepat terciptanya penyuluhan dan Pendidikan kesehatan di kalangan
remaja.
d) Strategi Promosi Kesehatan pada Remaja
1. Advokasi
Strategi advokasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Wajo,
berupa bentuk pengusulan bantuan dana ke Pemerintah Daerah. Tujuan dari
pengusulan bantuan dana ini akan digunakan untuk melakukan penyuluhan
kesehatan yang berkaitan dengan pergaulan bebas, seks bebas, narkotika,
psikotropika dan zat adiktif lainnya (napza). Keberhasilan sebuah advokasi
dapat dilihat dari tenaga advokator yang mampu memperoleh dukungan, yang
dipengaruhi oleh kemampuannya dalam melakukan komunikasi interpersonal
untuk mengajukan usulan maupun tawaran konsep kepada pemberi kebijakan
dalam hal ini Pemerintah Daerah. Menurut Notoatmodjo (2005 dalam Ricky
Saida, 2012) bahwa dalam advokasi, peran komunikasi sangat penting sebab
advokasi merupakan aplikasi dari komunikasi interpersonal maupun massa
yang ditujukan kepada para penentu kebijakan (policy makers) atau pada
pembu-at keputusan (decission makers) pada semua tingkat dan tatanan sosial.
Menurut “John Hopkins, (1990) menjelaskan advokasi sebagai usaha untuk
mempengaruhi kebijakan melalui bermacam-macam bentuk komunikasi
persuasif, dengan menggunakan informasi yang akurat dan tepat.

2. Kemitraan
Selain melakukan tahap advokasi, Dinkes selanjutnya membangun strategi
kemitraan. Strategi ini dijalankan dengan bekerjasama dengan beberapa
instansi terkait, yang dianggap mampu membantu proses penanggulangan
narkoba di Kabupaten Wajo. Adapun instansi yang terlibat kerjasma lintas
sektor yaitu puskesmas, sekolah dan polres.
Bentuk kemitraan yang dilakukan antara dinas kesehatan dan puskesmas
berupa penyuluhan kepada remaja yang bertujuan menambah tingkat
pengetahuan remaja tentang dampak pergaulan bebas, seks bebas, dan napza
bagi kesehatan, sehingga diharapkan terciptanya pemberdayaan remaja
terhadap penanggulangan narkoba berupa pembentukan kader kesehatan
remaja. Bentuk kemitraan yang dilakukan antara dinas kesehatan dan sekolah
dalam penanggulangan narkoba yaitu membatu mengumpulkan remaja pada
saat dinas kesehatan melakukan penyuluhan di sekolah.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh informasi mengenai
manfaat kemitraan yang disampaikan oleh informan berupa terciptanya
efektifitas penyuluhan, pekerjaan terasa ringan dan dianggap mampu
membantu pemberantasan narkoba, pencegahan seks bebas dan pergaulan
bebas pada remaja.
Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh (Hasrat Jaya Siliwu,
(2007), bahwa kemitraan adalah suatu kerjasama formal antara individu-
individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai
suatu tugas atau tujuan tertentu. Konsep kemitraan merupakan upaya
melibatkan berbagai komponen baik sektor, kelompok, masyarakat, lembaga
pemerintah atau non pemerintah untuk bekerjasama mencapai tujuan bersama
berdasarkan atas kesepakatan, prinsip dan peran masing-masing.
3. Pemberdayaan
Pemberdayaaan yang dilakukan dinas kesehatan terhadap upaya
penanggulangan narkoba dengan cara membentuk kader kesehatan remaja di
sekolah. Tujuannya adalah memberikan pemahaman terhadap remaja tentang
bahaya penyalahgunaan napza, seks bebas bagi kesehatan, sehingga remaja
memiliki kesadaran untuk ikut terlibat memerangi tindak penyalahgunaan
narkoba, pergaulan bebas dan seks bebas.
Hal ini senada dengan peneliti sebelumnya yang menjelaskan bahwa
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah upaya atau proses untuk
menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan.
Pembentukan kader kesehatan remaja yang ditujukan kepada siswa remaja
diharapkan dapat menumbuhkan partisipasi aktif dari siswa akan pentingnya
penanggulangan narkoba dalam segala aktivitasnya sehari-hari. Partisipasi
yang bertanggung jawab sebaiknya dimiliki setiap masyarakat dan organisasi
lokal.Partisipasi dapat dicapai bila mengetahui dengan jelas apa yang
diharapkan dari kegiatan yang dilakukan. Dengan sendiriya dibutuhkan
pembagian tugas pada masing-masing anggota dalam organisasi tersebut.

4. Program Promosi Kesehatan pada Remaja


a) Sosialisasi
Sosialisasi pada remaja dimulai dari dalam lingkungan yaitu keluarga,
tetangga, sekolah, dan organisasi umum. Remaja sebagai permasalahan
,seperti masa peralihan, kebutuhan untuk mandiri, menyebabkan timbulnya
gejolak yang macam-macam. faktor lingkungan bagi remaja dalam proses
sosialisasi memegang peranan penting, sebab proses sosialisasi pemuda terus
berlanjut dengan segala daya imitasi dan identitasnya.lebih-lebih pada masa
peralihan atau transisi dari masa muda menjelang dewasa,ketika sering
terjadi konflik nilai,wadah pembinanya harus lebih fleksible,mampu dan
mengerti dalam membina remaja tanpa harus mematikan jiwa mudanya yang
penuh dengan vitalitas hidup.
b) Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan dikalangan remaja sangat dibutuhkan
dalam membibing remaja untuk lebih memperhatikan kesehatan hidup.
Batasan pendidikan kesehatan meliputi:
1. Perbaikan sanitasi lingkungan
2. Perubahan perilaku sehat pada remaja
3. Mencegah penyakit menular
4. Pendidikan kebersihan perorangan
5. Pelayanan medis
6. Untuk menjamin setiap orang hidup yang layak dalam pemeliharaan
kesehatan.
Pendidikan kesehatan remaja mencakup masalah kesehatan
reproduksi,sexsualitas,kebersihan diri dan lain sebagainya,agar remaja bisa lebih
menjaga dan memperhatikan perilaku kesehatannya.

a) Pendidikan Pergaulan
Pergaulan dikalangan remaja adalah salah satu kebutuhan hidup dari manusia,
sebab manusia adalah makhluk sosial yang dalam kesehariannya membutuhkan
orang lain, dan hubungan antar manusia dibina melalui suatu pergaulan
(interpersonal relationship)Pergaulan yang terjadi saat ini sudah sangat
memperhatikan. Banyak sekali terjadi perilaku yang telah menyimpang dan
melanggar nilai sosial yang ada dalam masyarakat. Perilaku anak muda atau
remaja zaman sekarang telah jauh dari norma agama sebagi pegangan hidup.
Sehingga, pergaulan remaja saat ini harus lebih dipilah dan dipilih untuk
menentukan yang baik dan yang buruk dengan diberikannya Pendidikan
pergaulan pada remaja.

Bentuk – bentuk pergaulan bebas di kalangan remaja :

a. Penyalahgunaan narkoba dan narkotika


b. Perilaku seksual yang menyimpang dari norma-norma agama
c. Pesta Miras (minuman keras) atau mabuk-mabukan dan masih banyak lagi.

Beberapa factor-faktor yang menyebabkan terjadinya pergaulan bebas dikalangan


remaja yaitu:

a. Faktor agama dan iman


Remaja sedang dihadapkan pada kondisi sistem-sistem nilai, dan kemudian
sistem nilai tersebut terkikis oleh sistem nilai yang lain yang bertentangan
dengan nilai moral dan agama.
b. Faktor Lingkungan seperti orangtua, teman, tetangga dan media.
Kurang perhatian orangtua, kurangnya Pendidikan hidup dan perilaku sehat
di dalam rumah, kurangnya penanaman nilai-nilai agama berdampak pada
pergaulan bebas sehingga remaja memiliki permasalahan kesehatan yang
tidak diinginkan, pengetahuan yang minim ditambah rasa ingin tahu yang
berlebihan.
c. Perubahan Zaman.
Cara menangani pergaulan bebas dikalangan remaja yaitu pendidikan
pergaulan yang harus dilakukan antara lain sebagai berikut :
1. Tidak menonton film – film, media - media yang menyimpang
2. Para remaja harus bisa memfilter pergaulan yang mana yang harus diikuti
3. Memberikan pendidikan tentang kesehatan secara terbuka, sabar dan
bijaksana
4. Remaja hendaknya diberi pengarahan tentang penyimpngan perilaku
sehat serta segala akibat baik dan buruk
5. Menghindari hal – hal yang menyimpang dari norma- norma agama dan
kesusilaan
6. Menumbuhkan rasa malu untuk melakukan hal – hal yang dianggap buruk
7. Menumbuhkan rasa takut untuk melakukan penyimpangan perilaku
kesehatan
8. Menjauhi atau “Say No To Drugs”
9. Orang tua harus selalu mengontrol apa yang dilakukan oleh anak
remajanya
10. Orang tua harus lebih memberi perhatian pada anak remajanya
11. Adanya rasa keterbukaan antara orang tua dengan anak remajanya

d. Pendidikan pada Orang Tua Remaja


Pada promosi kesehatan ini peranan orang tua sangat penting dalam
perubahan sikap dan perilaku remaja terhadap kesehatan.
1. Memperlakukan anak sesuai karak teristiknya masing-masing, tidak untuk
disamakan atau disbanding-bandingkan
2. Memantau kegiatan anak mulai dari yang di dalam rumah dan di lar
rumah
3. Mengajarkan, membiasakan serta mempraktikan langsung perilaku-
perilaku sehat sehingga anak mudah dan terbiasa mencontoh kebiasaan
baik orang tua di dalam rumah.
4. Mengantarkan anak ke dalam religious yang kuat dalam membangun
komunikasi dan hubungan spiritual yang kokoh baik dengan cara
habluminallah maupun habluminannas.
5. Memfasilitasi anak dalam berbagai keterampilan praktis,serta di berbagai
sektor kehidupan sesuai dengan kemampuan dan bakat, serta kepribadia
anak.
6. Melatih anak untuk belajar mengambil keputusan
yang konsisten dan responbility.
7. Mengerti perasaan dan keinginan anak
8. Tegas namun lembut dalam mengambil suatu kebijakn yang nantinya
akan di terapkan pada remaja tersebut.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Promosi kesehatan merupakan suatu proses yang bertujuan memungkinkan individu
meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan kesehatannya berbasis
filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri sendiri. Proses pemberdayaan tersebut
dilakukan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat serta sesuai dengan sosial budaya
setempat. Demi mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik dari fisik, mental
maupun sosial, masyarakat harus mampu mengenal dan mewujudkan aspirasi dan
kebutuhannya, serta mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (Kemenkes,
2011).
Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan
pesaninformasi yang ingin disampaikan oleh komunikator sehingga sasaran dapat
meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah
positif terhadap kesehatan.Media memiliki multi makna, dilihat secara terbatas maupun
secara luas. Dalam dunia pendidikan, penggunaan media/bahan/saranabelajar seringkali
menggunakan prinsip Kerucut Pengalaman yang membutuhkan media belajar seperti
buku teks, bahan belajar yang dibuat oleh pengajar dan “audio-visual” (Edgar Dale,
dalam Susilowati 2016).

3.2. Saran
Dalam pemberian promosi kesehatan, diperlukan metode dan media yang sesuai dengan
usia sasaran. Karena hal tersebut sangat berpengaruh bagi penerimaan dari infant-remaja.

DAFTAR PUSTAKA

Dangaboy.2013.”Health Promotion”. https://www.scribd.com/doc/139814713/Health-


Promotion. Diakses pada tanggal 19 September 2019.

Kasim,R.2018. “Health Promotion Infant Remaja”.


https://www.scribd.com/document/372517291/Health-Promotion-Infant-remaja.
Diakses pada tanggal 19 September 2019.

Anda mungkin juga menyukai