Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Corona Virus Disease 2019 atau COVID-19 adalah jenis penyakit baru yang
disebabkan oleh infeksi Virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2
(SARSCOV-2) atau yang dikenal dengan novel coronavirus (2019-nCoV) (Singhal,
2020). Dari awal kemunculannya di akhir tahun 2019 hingga 20 Mei 2020, penyakit ini
telah menginfeksi 4.789.205 orang dan menyebabkan kematian terhadap 318.789 orang
di seluruh dunia. (WHO, 2020 dalam Zukmadin,dkk.2020). Penyakit ini adalah jenis baru
yang ditemukan pada tahun 2019 dan belum pernah diidentifikasi menyerang manusia
sebelumnya (Pramita Sari, Sholihah, 2020). Kemunculan corona virus , menyebabkan
berbagai macam dampak bagi kehidupan manusia (Corona Virus Disease 2019) . Virus
ini pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini
menular dengan sangat cepat dan telah menyebar ke hampir semua negara, termasuk
Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan. Hal tersebut membuat beberapa negara
menerapkan kebijakan untuk memberlakukan lockdown dalam rangka mencegah
penyebaran virus Corona. (Nasruddin, Haq.,2020).
Kasus pertama COVID-19 di Indonesia terjadi pada 2 Maret 2020 dengan 2
pasien dari Depok yang terjangkit virus tersebut karena berinteraksi dengan warga
Jepang. Virus tersebut dengan cepat menyebar diseluruh daerah Indonesia. (Zulva.,2020).
Covid-19 di Indonesia pada tanggal 11 November 2020 tercatat 448.118 dengan jumlah
kematian sebanyak 14.836 dan sembuh sebanyak 378.982 jiwa. (Satgas Penanganan
Covid-19 Indonesia, 2020). Virus Covid-19 di Bali pada Kamis 11 November ini
mencatat pertambahan kasus terkonfirmasi sebanyak 93 orang (87 orang melalui
Transmisi Lokal dan 6 PPDN). Jumlah kasus secara kumulatif terkonfirmasi positif
12.430 orang, sembuh 11.433 orang (91,98%), dan meninggal dunia 402 orang (3,23%).
(Satgas penanganan Covid-19 di Provinsi Bali,2020). Kabupaten Badung per 11
November 2020 mencatat 2.157 kasus positif, 2.002 sembuh dan meninggal dinia 45
jiwa. (Perkembangan Akumulatif Covid-19 Provinsi Bali, 2020). Kecamatan Kuta Utara
Kerobokan Kaja mencatat 88 kasus positif, 80 jiwa sembuh, dan 1 meninggal dunia.
(Pemantauan Covid-19 Kabupaten Badung, 2020).
Penyakit ini ditularkan melalui droplet (percikan) pada saat berbicara, batuk, dan
bersin dari orang yang terinfeksi virus Corona. Selain itu penyakit ini juga dapat
ditularkan melalui kontak fisik (sentuhan atau jabat tangan) dengan penderita serta
menyentuh wajah, mulut, dan hidung oleh tangan yang terpapar virus Corona (Singhal,
2020). Salah satu upaya pencegahan dasar COVID-19 adalah dengan rajin mencuci
tangan secara menyeluruh. Hal ini karena virus corona bisa menular lewat tangan sebagai
media penularan.(Lestari,dkk,2020).
Pedoman WHO tentang kesiapsiagaan, kesiapan, dan tindakan respons kritis
untuk COVID-19 membahas beberapa strategi yang dapat diterapkan oleh negara-negara
untuk memperlambat penyebaran penyakit dan pencegah pada sistem kesehatan.
Penatakalksanaan yang harus diterapkan oleh seluruh masyarakat adalah menggunakan
masker, tidak melakukan kontak fisik, menjaga jarak minimal 2 meter, rajin cuci tangan
menggunakan sabun di air mengalir, membawa antiseptik, menggunakan alat makan
sendiri, dan tindakan lainnya (Utami, Mose, Liu et al.). Banyak negara telah melakukan
dan memperkenalkan cara pencegahan penyebaran COVID-19 dengan megikuti petunjuk
WHO dan mencuci tangan menjadi hal yang paling banyak dilakukan sebagai wujud
tindakan pencegahan dini. Karena selain sederhana, mencuci tangan juga dinilai sangat
efisien dalam pencegahan penyebaran COVID-19 jika dilakukan dengan benar (Alzyood,
Jackson, Aveyard, & Brooke, 2020). Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) untuk
pencegahan virus COVID-19 dapat berupa cara mencuci tangan yang baik dan benar,
cara menerapkan etika batuk, cara melakukan Physical Distancing (menjaga jarak fisik),
dan cara menjaga kebersihan diri. (Razi dkk, Zukmadini,dkk.,2020).
Tangan adalah media utama penularan kuman-kuman penyebab penyakit yang
diakibatkan kurangnya kebiasaan cuci tangan. Perilaku Sehat Cuci Tangan Pakai Sabun
(CTPS) saat ini juga telah menjadi perhatian dunia, hal ini karena masalah kurangnya
praktek perilaku cuci tangan tidak hanya terjadi di negara berkembang saja, tetapi
ternyata di negara maju pun kebanyakan masyarakatnya masih lupa untuk melakukan
perilaku cuci tangan. (Umi Kalsum., 2018). Pentingnya membiasakan cuci tangan pakai
sabun juga didukung oleh program dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yaitu dengan
menetapkan tanggal 15 Oktober sebagai “Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia”
(HCTPS). (Depkes RI, 2014 dalam Rachmawati.,2016).
Melakukan CTPS merupakan salah satu usaha pencegahan penyakit yang mudah
untuk dilakukan. Perilaku CTPS menjadi penting mengingat fungsi dari tangan yang
sering kontak dengan tubuh sendiri atau orang lain baik secara langsung maupun
menggunakan media atau kontak tidak langsung. Bahaya muncul apabila kontak
dilakukan dalam kondisi tangan yang sedang kotor, hal ini dapat memicu penyebaran
penyakit melalui pemindahkan bakteri, virus, dan parasit dari satu orang ke orang lain
tanpa disadari. (Halim, Soedirham 2018).
Kemenkes mengabungkan 51 penelitian membandingkan intervensi untuk
mencegah penularan virus,bakteri dan kuman , secara individual ditemukan bahwa
mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu pencegahan serta apabila digabungkan
dengan memakai masker dan sarung tangan lebih efektif . Dari data kemenkes pada 2013
prilaku mencuci tangan dengan teknik yang benar pada tahun 2013 sebesar 47,0 % serta
ada provinsi terendah yaitu (aceh 33,6%). (Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan hasil
penelitian Risnawaty 2016, sebanyak 52 orang (74,3%) memiliki pengetahuan yang baik
tentang perilaku CTPS dan terdapat 18 orang (25,7%) yang memiliki pengetahuan kurang
baik tentang perilaku CTPS. Penelitian yang dilakukan Siahaineinia 2020 pada
masyarakat di Pasar Sukaramai, Kecamatan Medan yang berumur 21-60 tahun dengan 30
responden yang diteliti di dapatkan hasil mayoritas masyarakat tidak mencuci tangan
yaitu sebanyak 22 orang (73.33%), dan minoritas mencuci tangan yaitu sebanyak 8 orang
(26.67%).

Dampak yang sering muncul akibat kurang pedulinya terhadap cuci tangan
diantaranya diare dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Terjadinya diare
disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus. Jalur masuknya bakteri atau virus tersebut
melalui benda-benda yang dipegang, hewan, makanan, air dan udara yang menempel
ditangan dan berinteraksi dengan mulut kedalam pencernaan. (Mukhtar Hadi,2017). Saat
ini masih belum ada vaksin untuk mencegah infeksi COVID-19. Cara terbaik untuk
mencegah infeksi adalah dengan menghidari terpapar virus penyebab dengan tindakan-
tindakan pencegahan penularan dalam praktik kehidupan sehari-hari. Upaya pencegahan
yang dapat dilakukan pada masyarakat salah satunya dengan cuci tangan dengan sabun
dan air sedikitnya selama 20 detik (Saida,dkk, 2020).
Kepatuhan melakukan protokol kesehatan seperti melaksanakan Prilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) salah satunya adalah mencuci tangan dengan 6 langkah, agar
dapat memutus rantai penyebaran virus Covid-19. (DinKes Prov Bali.2020). Pencegahan
virus COVID-19 sebagaimana di anjurkan oleh pemerintah salah satunya yaitu dengan
sesering mungkin untuk mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir sampai
tangan bersih. Dan sebaiknya tidak menyentuh bagian muka yang meliputi hidung, mata
dan mulut jika tangannya dalam kondisi kotor. (Tabi’in, 2020).

World Health Organisation (WHO, 2009) telah menetapkan langkah-langkah cuci


tangan pakai sabun sebagai berikut : membasahi kedua tangan dengan air mengalir, beri
sabun secukupnya, menggosokan kedua telapak tangan dan punggung tangan,
menggosok sela-sela jari kedua tangan, menggosok kedua telapak dengan jari-jari rapat,
jari-jari tangan dirapatkan sambil digosok ke telapak tangan, tangan kiri ke kanan, dan
sebaliknya, menggosok ibu jari secara berputar dalam genggaman tangan kanan, dan
sebaliknya, menggosokkan kuku jari kanan memutar ke telapak tangan kiri, dan
sebaliknya, basuh dengan air, dan mengeringkan. Tujuan dari edukasi ini adalah untuk
membantu memutus rantai penularan covid-19 melalui cuci tangan pakai sabun yang
dapat ditularkan dari kontak langsung dengan benda atau orang yang telah terpapar virus
covid-19. Adanya peningkatan kasus terkonfirmasi covid 19 secara signifikan, serta
kurangnya pemahaman masyarakat tentang cara pencegahan penyakit covid 19.
(Saida,dkk, 2020)

Hasil penelitian terkait yang dilakukan oleh Bambang Murwanto 2017 di SMP
Negeri 1 Penengahan Lampung di dapatkan hasil perilaku cuci tangan pakai sabun
sebesar 55,9%, Sikap terhadap CTPS 46,5% , Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
masih relatif rendahnya Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun.

Anda mungkin juga menyukai