Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DENGAN HEMODIALISA

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL


BEDAH II

OLEH :
1. A.A YOGA MAHENDRA PUTRA (17C10162)
2. NI LUH PUTU DEVI WARDANI (17C10173)
3. NI MADE MONIKA TARI (17C10174)
4. GEK AYU PUTU DIAH SULASIH (17C10176)
5. NI PUTU LINDA ANDINI (17C10187)
6. NYOMAN INDAH DWI PRATYWI (17C10191)

TINGKAT II C
ILMU KEPERAWATAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI


TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga mendapat kemampuan untuk menyelesaikan
tugas makalah mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II “Laporan Pendahuluan dan Asuhan
Keperawatan Chronic Kidney Disease (CKD) dengan Hemodialisa ”.
Dalam menyusun makalah ini, kami telah mendapat bantuan dan bimbingan dari banyak
pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing selaku
pengampu mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II yang telah membimbing dan juga
berterima kasih kepada teman-teman yang sudah memberi dukungan dalam menyelesaikan
makalah ini.
Kami sabagai penyusun menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kesalahan.
Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran agar menjadi lebih baik dalam menyusun makalah
berikutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun dan pembaca pada
umumnya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………... iii
BAB I………………………………………………………………………………….. 1
1.1 Latar belakang…………………………..…………………………………… 1
1.2 Rumusan masalah…………………….……………………………………... 2
1.3 Tujuan penulisan…………………………………………………………….. 2
BAB II………………………………………………………………………………… 3
2.1 Pengertian CKD ….…………………………………………………………. 3
2.2 Etiologi CKD ………………………………………………………………… 3
2.3 Patofisiologi CKD ………………………………………..…..……………… 4
2.4 Klasifikasi CKD …………………………………………….………………. 4
2.5 Manifestasi klinis CKD ……………………………………………………… 5
2.6 Pemeriksaan penunjang CKD ……………………………………..………… 8
2.7 Penatalaksanaan keperawatan CKD ……………………………………….… 9
2.8 WOC CKD..…………………………………………………………………… 13
2.8 asuhan keperawatan ckd…………………………………………….………. 14
BAB III……………………………………………………………………………….. 26
3.1 Kesimpulan…………………………,………………………………………. 26
3.2 Saran…………………………………………………………………………. 26
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………… 27
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan filtrasi glomelurus
(Glomerular Filtration Rate/GFR) kurang dari 60 mL/min/1,73 m2 selama 3 bulan atau lebih yang
irreversible dan didasari oleh banyak faktor (NKF K/DOQI 2000; Kallenbach et al. 2005). Apabila
kerusakan ini mengakibatkan laju filtrasi glomelurus/GFR berkurang hingga di bawah 15 ml/min/1,73
m2 dan disertai kondisi uremia, maka pasien mengalami gagal ginjal tahap akhir atau disebut dengan
End Stage Renal Disease (ESRD).
Penyakit ginjal kronis di dunia saat ini mengalami peningkatan dan menjadi masalah kesehatan
serius, hasil penelitian Global Burden of Desease tahun 2010, penyakit ginjal kronis merupakan
penyebab kematian peringkat ke 27 di dunia tahun 1990 dan meningkat menjadi urutan ke 18 pada
tahun 2010. Lebih dari 2 juta penduduk di dunia mendapatkan perawatan dengan dialisis atau
transplantasi ginjal dan hanya sekitar 10% yang benar-benar mengalami perawatan tersebut. Sepuluh
persen penduduk di dunia mengalami penyakit ginjal kronis dan jutaan meninggal setiap tahun karena
tidak mempunyai akses untuk pengobatan.
Penatalaksanaan untuk mengatasi masalah CKD terdapat dua pilihan (Markum 2009) yaitu
pertama, penatalaksanaan konservatif meliputi diet protein, diet kalium, diet natrium, dan pembatasan
cairan yang masuk. Kedua, dialisis dan transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti pada pasien.
Terapi pengganti yang sering dilakukan pada pasien CKD adalah dialisis.
1.2Rumusan Masalah
A. Apa pengertian CKD ?
B. Apa saja etiologi CKD ?
C. Bagaimana patofisiologi CKD ?
D. Apa saja klasifikasi CKD ?
E. Bagaimana manifestasi klinis CKD ?
F. Apa saja pemeriksaan penunjang CKD ?
G. Bagaimana penatalaksanaan keperawatan CKD ?
H. Bagaimana WOC CKD ?
I. Bagaiaman asuhan keperawatan CKD ?

1.3Tujuan Penulisan
A. Unutk mengetahui apa pengertian CKD
B. Unutk mengetahui apa saja etiologi CKD
C. Unutk mengetahui bagaimana patofisiologi CKD
D. Unutk mengetahui apa saja klasifikasi CKD
E. Unutk mengetahui bagaimana manifestasi klinis CKD
F. Unutk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang CKD
G. Unutk mengetahui bagaimana penatalaksanaan keperawatan CKD
H. Untuk mengetahui bagaimana WOC CKD
I. Unutk mengetahui bagaiaman asuhan keperawatan CKD
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai
kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan glomerulus filtration rate
(GFR) (Nahas & Levin,2010)
Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Disease (ESRD) merupakan gangguan fungsi
renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001; 1448)
CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal
mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana
kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan
elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009)

B. ETIOLOGI
1. Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonephritis
2. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosismaligna,
stenosis arteria renalis
3. Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis
nodosa, sklerosis sistemik progresif
4. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus
ginjal
5. Penyakit metabolik misalnya DM, gout, hiperparatiroidisme, amyloidosis
6. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan obat-obatan seperti obat analgesik dan obat
antibiotik, penyalahgunaaan suplemen, nefropati timbal
7. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas : kalkuli neoplasma, fibrosis
netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra, anomali
kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
8. Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis
C. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus)
diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh
hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam
keadaan penurunan GFR atau daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk
berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih
besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus.
Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi
produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul
gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada
tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau
lebih rendah itu. (Barbara C Long, 1996, 368).
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan
ke dalam urin) tertimbun dalam darah.Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh.
Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala
uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).

D. KLASIFIKASI
Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium
1. Stadium 1
Penurunan cadangan ginjal, pada stadium ini kadar kreatinin serum normal dan
penderita asimptomatik.
2. Stadium 2
Insufisiensi ginjal, dimana lebih dari 75 % jaringan telah rusak, Blood Urea Nitrogen (
BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
3. Stadium 3
Gagal ginjal stadium akhir atau uremia.
Berikut ini adalah pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG :
1. Stadium 1
Kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG yang masih
normal > 90 ml/ menit/ 1,73 m2.
2. Stadium 2
Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-89 mL/ menit/ 1,73
m2 .
3. Stadium 3
Kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/ menit/ 1,73 m2
4. Stadium 4
Kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29 mL/ menit/ 1,73 m2
5. Stadium 5
Kelainan ginjal dengan LFG <15 mL/ menit/ 1,73 m2 atau gagal ginjal terminal.

LFG (Laju Filtrasi Glomeruli) atau GFR (Glomerular Filtration Rate) adalah
jumlah filtrat glomeruli yang terbentuk setiap menit dari seluruh nefron kedua ginjal.
Normalnya ±125 ml/menit.

E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369):
1. Gejala dini
Sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang, mudah tersinggung,
depresi
2. Gejala yang lebih lanjut
Anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak nafas baik waktu ada
kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi
mungkin juga sangat parah.
Derajat edema :
a. Derajat I : Menekan sedalam 2 mm akan kembali dengan cepat
b. Derajat II : menekan lebih dalam 4 mm dan akan kembali dalam waktu 10-15 detik
c. Derajat III : menekan lebih dalam (6 mm) akan kembali dalam waktu > 1 menit,
tampak bengkak
d. Derajat IV : menekan lebih dalam lagi (8 mm) akan kembali dalam waktu 2-5
menit, tampak sangat bengkak yang nyata
Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
1. Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, efusi perikardial dan gagal
jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan edema.
2. Gangguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels.
3. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan vomitus yang berhubungan dengan metabolisme protein dalam
usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas bau
ammonia.
4. Gangguan muskuloskeletal
Resiles leg sindrom (pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan), burning feet
syndrom (rasa kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak kaki), tremor, miopati
(kelemahan dan hipertropi otot – otot ekstremitas).
5. Gangguan Integumen
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan akibat penimbunan
urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh
6. Gangguan endokrin
Gangguan metabolik glukosa, gangguan metabolik lemak dan vitamin D.
7. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa
Biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan
dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.
8. Sistem hematologi
Ginjal merupakan sumber pembentukan Erytropoetic Stimulating Factor (ESF). Anemia
yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin, menyebabkan rangsangan
eritropoesis pada sum – sum tulang berkurang. Hemolisis juga terjadi akibat
berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik. Dapat juga terjadi
gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni.
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, efusi perikardial dan gagal
jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan edema.
9. Gangguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels.
10. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan vomitus yang berhubungan dengan metabolisme protein dalam
usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas bau
ammonia.
11. Gangguan muskuloskeletal
Resiles leg sindrom (pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan), burning feet
syndrom (rasa kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak kaki), tremor, miopati
(kelemahan dan hipertropi otot – otot ekstremitas).
12. Gangguan Integumen
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan akibat penimbunan
urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh
13. Gangguan endokrin
Gangguan metabolik glukosa, gangguan metabolik lemak dan vitamin D.
14. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa
Biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan
dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.
15. Sistem hematologi
Ginjal merupakan sumber pembentukan Erytropoetic Stimulating Factor (ESF). Anemia
yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin, menyebabkan rangsangan
eritropoesis pada sum – sum tulang berkurang. Hemolisis juga terjadi akibat
berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik. Dapat juga terjadi
gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Urine
a. Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/ 24 jam (oligouria) atau urin tidak ada
b. Warna : Secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus, bakteri, lemak,
partikel koloid, fosfat atau urat. Sedimen kotor, kecoklatan menunjukkan adanya
darah, hemoglobin, mioglobin, porifirin.
c. Berat jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal
berat)
d. Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular, dan rasio
urine/serum sering 1:1
e. Klirens kreatinin : Mungkin agak menurun
f. Natrium : Lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi
natrium
g. Protein : Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkan kerusakan
glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada
2. Darah
a. BUN atau kreatinin : Meningkat, biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar
kreatinin meningkat dalam 10 mg/dL diduga tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5)
b. Hitung darah lengkap : Hematokrit menurun karena adanya anemia. Hemoglobin
biasanya kurang dari 7-8 g/dL
c. Sel darah merah : Waktu hidup menurun pada defisiensi eritropoetin seperti pada
azotemia
d. GDA : pH menunjukkan penurunan asidosis metabolik (kurang dari 7,2) terjadi
karena kehilangan kemampuan ginjal untuk mengekskresi hidrogen dan amonia
atau hasil akhir katabolisme protein. Bikarbonat menurun. PCO2 menurun.
e. Natrium serum : Mungkin rendah (bila ginjal “kehabisan natrium” atau normal
(menunjukkan status dilusi hipernatremia)
f. Kalium : Peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai dengan perpindahan
selular (asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis SDM). Pada tahap akhir,
perubahan EKG mungkin tidak terjadi sampai kalium 6,5 mEq atau lebih besar.
g. Magnesium atau fosfat : Meningkat
h. Kalsium : Menurun
i. Protein (khususnya albumin) : Kadar serum menurun dapat menunjukkan
kehilangan protein melalui urin, perpindahan cairan, penurunan pemasukan, atau
penurunan sintesis karena kurang asam amino esensial.
3. Osmolalitas serum : Lebih besar dari 285 mOsm/kg, sering sama dengan urin
4. KUB foto : Menunjukkan ukuran ginjal atau ureter atau kandung kemih dan adanya
obstruksi (batu)
5. Pielogram retrogard : Menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
6. Arteriogram ginjal : Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskuler,
massa
7. Sistouretrogram berkemih : Menunjukkan ukuran kandung kemih, refluks ke dalam
ureter, retensi
8. Ultrasono ginjal : Menentukan ukuran ginjal dan adanya massa, kista, obstruksi pada
saluran perkemihan bagian atas
9. Biopsi ginjal : Mungkin dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan
untuk diagnosis histologis
10. Endoskopi ginjal, nefroskopi : Dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu,
hematuria dan pengangkatan tumor selektif
11. EKG : Mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa
12. Foto kaki, tengkorak, kolumna spinal dan tangan : Dapat menunjukkan demineralisasi,
kalsifikasi.
(Doenges, 1999; 628).

G. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Konservatif
a. Mencegah memburuknya fungsi ginjal
1) Hati-hati dengan pemberian obat yang bersifat nefrotoksik
2) Hindari keadaan yang menyebabkan diplesi volume cairan ekstraseluler dan
hipotensi
3) Hindari gangguan keseimbangan elektrolit
4) Hindari pembatasan ketat konsumsi protein hewani
5) Hindari proses kehamilan dan pemberian obat kontrasepsi
6) Hindari instrumentasi dan sistokopi tanpa indikasi medis yang kuat
7) Hindari pemeriksaan radiologis dengan kontras yang kuat tanpa indikasi
medis yang kuat
b. Pendekatan terhadap penurunan fungsi ginjal progresif lambat
1) Kendalikan hipertensi sistemik dan intraglomerular
2) Kendalikan terapi ISK
3) Diet protein yang proporsional
4) Kendalikan hiperfosfatemia
5) Terapi hiperurekemia bila asam urat serum >10 mg%
6) Terapi hiperfosfatemia
7) Terapi keadaan asidosis metabolik
8) Kendalikan keadaan hiperglikemia
c. Terapi alleviative gejala azotemia
1) Pembatasan konsumsi protein hewani
2) Terapi keluhan gatal-gatal
3) Terapi keluhan gastrointestinal
4) Terapi keluhan neuromuskuler
5) Terapi keluhan tulang dan sendi
6) Terapi anemia
7) Terapi setiap infeksi
2. Dialisis
a. Peritoneal dialisis
Biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency. Sedangkan dialisis yang bisa
dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD (Continues
Ambulatori Peritonial Dialysis)
b. Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan invasif di vena dan arteri dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah
femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan
1) AV fistula : menggabungkan vena dan arteri
2) Double lumen : langsung pada daerah jantung (vaskularisasi ke jantung)
Indikasi dilakukannnya hemodialisis sebagai berikut
1) Pasien yang memerlukan hemodialisis adalah pasien CKD dan Gagal Ginjal
Akut (GGA) untuk sementara sampai fungsi ginjalnya pulih.
2) Pasien-pasien tersebut dinyatakan memerlukan hemodialisis apabila terdapat
indikasi :
a) Hiperkalemia
b) Asidosis
c) Kegagalan terapi konservatif
d) Kadar ureum atau kreatinin tinggi dalam darah
e) Kelebihan cairan
f) Mual dan muntah hebat
Sedangkan kontraindikasi dilakukannya hemodialisis adalah :
1) Gangguan pembekuan darah
2) Anemia berat
3) Trombosis atau emboli pembuluh darah yang berat
Komplikasi yang dapat terjadi dari terapi hemodialisis adalah
1) Ketidakseimbangan cairan
a) Hipervolemia
b) Ultrafiltrasi
c) Rangkaian Ultrafiltrasi (Diafiltrasi)
d) Hipovolemia
e) Hipotensi
f) Hipertensi
g) Sindrom disequilibrium dialisis
2) Ketidakseimbangan elektrolit
a) Natrium serum
b) Kalium
c) Bikarbonat
d) Kalsium
e) Fosfor
f) Magnesium
3) Infeksi
4) Perdarahan dan heparinisasi
5) Troubleshooting
a) Masalah-masalah peralatan
b) Aliran dialisat
c) Konsentrat dialisat
d) Suhu
e) Aliran darah
f) Kebocoran darah
g) Emboli udara
6) Akses ke sirkulasi
a) Fistula arteriovenosa
b) Otot tandur
c) Tandur sintetik
d) Kateter vena sentral berlumen ganda
Tanda-tanda dialisis adekuat diantaranya :
1) Tercapai BB kering
2) Pasien tampak baik
3) Bebas simtom uremia
4) Nafsu makan baik
5) Aktif
6) TD terkendali
7) Hb > 10 gr/dl
c. Operasi : pengambilan batu, transplantasi ginjal
H. WOC

Infeksi, DM, Glomerulonefritis, Pielonefritis, HT, Obs. Traktus urinarius, Lesi herediter,
Gangguan vaskuler

Penurunan GFR

Penurunan fungsi ginjal

Hipertropi nefron

Aliran darah ginjal kurang

GFR <15%

CKD

Perioneal dialysis (CAPD) Hemodialisa Transplantasi Ginjal

Pre HD Intra HD Post HD

Metabolisme Aliran darah Proses HD Adanya akses vacular


ke ginjal
HCL Area Uremic Adanya
Retensi Na+H2O pemasangan frost kanulasi
Iritasi lambung akses
Odema vaskuler Adanya luka pungsi
Mual, muntah luka
Intoleransi akibat Port entere
Kelebihan penusukan masuknya
Perubahan aktivitas
volume kuman
nutrisi :
cairan Preuritis,
kurang dari
kebutuhan iritasi
Risiko
tubuh infeksi
Kerusakan
integritas
kulit
I. ASUHAN KEPERAWATAN CKD (GAGAL GINJAL KRONIK)
1) PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, tanggal masuk RS, tanggal
pengkajian, no. MR, diagnosa medis, nama orang tua, umur orang tua, pekerjaan, agama,
alamat, dan lain-lain.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan adanya DM, nefrosklerosis, GNC/GGA yang tidak teratasi,
obstruksi/infeksi tr.urinaria, penyalahgunaan analgetik.
b. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat asidosis tubulus ginjal dan penyakit polikistik dengan keluarga.
c. Riwayat kesehatan sekarang
a) Aktivitas/ istirahat
Gejala : Kelelahan ekstremitas, kelemahan, malaise, gangguan tidur (insomnia/
gelisah atau somnolen)
Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak
b) Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi lama, atau berat, palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda : Hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki,
telapak tangan, disritmia jantung. Nadi lemah halus, hipotensi ortostatik
menunjukan hipovolemia, pucat, kecenderungan perdarahan.
c) Integritas ego
Gejala : Faktor stress, contoh finansial, hubungan dan sebagainya, perasaan tak
berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan
kepribadian .
Eliminasi Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria, abdomen
kembung, diare, atau konstipasi. Tanda Perubahan warna urine, contoh kuning
pekat, merah, cokelat, berawan, oliguria, dapat menjadi anuria.
d) Makanan/ cairan
Gejala : Peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan
(malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati, mual/ muntah, rasa metalik tak sedap di
mulut (pernapasan amonia), penggunaan diuretik
Tanda : Distensi abdomen/ asites, pembesaran hati, perubahan turgor kulit/
kelembaban, edema (umum, tergantung), ulserasi gusi, perdarahan gusi/ lidah,
penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tidak bertenaga.
e) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/ kejang
Tanda : Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat
kesadaran, stupor, koma, rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
f) Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/ nyeri kaki (memburuk saat
malam hari)
Tanda : Perilaku berhati-hati/ distraksi, gelisah.
g) Pernapasan
Gejala : Napas pendek, dispnea, nocturnal paroksimal, batuk dengan/ tanpa
sputum kental dan banyak.
Tanda : Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi/ kedalaman (pernapasan
kusmaul), batuk produktif dengan sputum merah muda – encer (edema paru).
h) Keamanan
Gejala : Kulit gatal, ada/ berulangnya infeksi
Tanda : Pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara aktual
terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari
normal.
i) Interaksi sosial
Gejala : Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.
j) Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Riwayat DM keluarga (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit
polikistik, nefritis herediter,kalkulus urinaria, malignasi, riwayat terpajan oleh
toksin, contoh obat, racun lingkungan

2) DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin, diet berlebih
dan retensi cairan serta natrium.
2.Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual,
muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut.
3.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah dan
prosedur dialisis.
4. Resiko infeksi berhubugan dengan prosedur invasif berulang.
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan preuritis.

3) INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
1. Kelebihan volume Keseimbangan cairan Manajement cairan :
cairan Tujuan : 1. Pertahankan intake dan
Definisi : Setelah dilakukan tindakan output secara akurat
Peningkatan asupan keperawatan selama …x24 2. Batasi intake cairan pada
dan/ atau retensi cairan jam kelebihan volume cairan hiponatremi dilusi dengan
Batasan teratasi dengan kriteria: serum Na dengan jumlah
Karakteristik: 1. Tekanan darah kurang dari 130 mEq/L
Bunyi napas tambahan 2. Nilai nadi radial dan 3. Atur dalam pemberian
Gangguan tekanan perifer produk darah (platelets dan
darah 3. MAP fresh frozen plasma)
Perubahan status 4. CVP 4. Monitor status hidrasi
mental 5. Keseimbangan intake dan (kelembaban membrane
Perubahan tekanan output dalam 24 jam mukosa, TD ortostatik, dan
arteri pulmonal 6. Kestabilan berat badan keadekuatan dinding nadi)
Gangguan pola nafas 7. Serum elektrolit 5. Monitor hasil laboratorium
Perubahan berat jenis 8. Hematokrit yang berhubungan dengan
urin 9. Asites retensi cairan (peningkatan
Anasarka 10. Edema perifer kegawatan spesifik,
Ansietas peningkatan BUN,
Azotemia penurunan hematokrit, dan
Penurunan peningkatan osmolalitas
hematookrit urin)
Penurunan hemoglobin 6. Monitor status
Dispnea hemodinamik (CVP, MAP,
Edema PAP, dan PCWP) jika
Ketidakseimbangan tersedia
elektrolit 7. Monitor tanda vital
Hepatomegali
Peningkatan tekanan Hemodialysis Therapy:
vena sentral 1. Timbang BB sebelum dan
Asupan melebihi sesudah prosedur
haluaran 2. Observasi terhadap
Distensi vena jugularis dehidrasi, kram otot dan
Oliguria aktivitas kejang
Ortopnea 3. Observasi reaksi tranfusi
Dispnea nocturnal 4. Monitor TD
Efusi pleura 5. Monitor BUN,Creat, HMT
Refleks hepatojugular danelektrolit
positif 6. Monitor CT
Ada bunyi jantung S3
Kongesti pulmonal Peritoneal Dialysis Therapy:
Gelisah 1. Jelaskan prosedur dan
Penambahan berat tujuan
badan dalam waktu 2. Hangatkan cairan dialisis
sangat singkat sebelum instilasi
3. Kaji kepatenan kateter
Faktor-Faktor yang 4. Pelihara catatan volume
berhubungan: inflow/outflow dan
Kelebihan asupan keseimbangan cairan
cairan 5. Kosongkan bladder
KeKelebihan asupan sebelum insersi peritoneal
natrium kateter
6. Hindari peningkatan stres
mekanik pada kateter
dialisis peritoneal (batuk)
7. Pastikan penanganan
aseptik pada kateter dan
penghubung peritoneal
8. Ambil sampel laboratorium
dan periksa kimia darah
(jumlah BUN, serum
kreatinin, serum Na, K, dan
PO4)
9. Cek alat dan cairan sesuai
protokol
10. Kelola perubahan dialysis
(inflow, dwell, dan
outflow) sesuai protokol
11. Ajarkan pasien untuk
memonitor tanda dan gejala
yang mebutuhkan
penatalaksanaan medis
(demam, perdarahan, stres
resipratori, nadi irreguler,
dan nyeri abdomen)
12. Ajarkan prosedur kepada
pasien untuk diterapkan
dialisis di rumah.
13. Monitor TD, nadi, RR,
suhu, dan respon klien
selama dialisis
14. Monitor tanda infeksi
(peritonitis)
2. Perubahan nutrisi: Status nutrisi : asupan Manajemen nutrisi
kurang dari kebutuhan makanan dan cairan 1. Kaji adanya alergi
tubuh Setelah dilakukan tindakan makanan
Definisi: Asupan keperawatan selama … x 24 2. Kolaborasi dengan ahli
nutrisi tidak cukup jam perubahan nutrisi kurang gizi untuk menentukan
untuk memenuhi dari kebutuhan tubuh dapat jumlah kalori dan nutrisi
kebutuhan metabolik teratasi dengan kriteria hasil : yang dibutuhkan pasien.
Batasan 1. Asupan makanan 3. Anjurkan pasien untuk
Karakteristik: secara oral meningkatkan intake Fe
Kram abdomen 2. Asupan makan secara 4. Anjurkan pasien untuk
Nyeri abdomen tube feeding meningkatkan protein dan
Gangguam sensasi rasa 3. Asupan cairan secara vitamin C
Berat badan 20% atau oral 5. Berikan substansi gula
lebih dibawah rentang 4. Asupan cairan 6. Yakinkan diet yang
berat badan ideal intravena dimakan mengandung
Kerapuhan kapiler 5. Asupan nutrisis tinggi serat untuk
Diare parenteral mencegah konstipasi
Kehilangan rambut 7. Berikan makanan yang
berlebihan terpilih (sudah
Enggan makan dikonsultasikan dengan
Asupan makanan ahli gizi)
kurang dari 8. Ajarkan pasien bagaimana
recommended daily membuat catatan makanan
allowance (RDA) harian.
Bising usus hiperaktif 9. Monitor jumlah nutrisi
Kurang informasi dan kandungan kalori
Kurang minat pada 10. Berikan informasi tentang
makanan kebutuhan nutrisi
Tonus otot menurun 11. Kaji kemampuan pasien
Kesalahan informasi untuk mendapatkan nutrisi
Kesalahan persepsi yang dibutuhkan
Membran mukosa
pucat Monitor nutrisi
Ketidakmampuan 1. BB pasien dalam batas
memakan makanan normal
Cepat kenyang setelah 2. Monitor adanya
makan penurunan berat badan
Sariawan rongga mulut 3. Monitor tipe dan jumlah
Kelemahan otot aktivitas yang biasa
pengunyah dilakukan
Kelemahan otot untuk 4. Monitor interaksi anak
menelan atau orangtua selama
Penurunan berat badan makan
dengan asupan 5. Monitor lingkungan
makanan adekuat selama makan
Faktor-Faktor yang 6. Jadwalkan
berhubungan: pengobatan dan tindakan
As Asupan diet kurang tidak selama jam makan
7. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan mudah
patah
10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
12. Monitor makanan
kesukaan
13. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
14. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
15. Monitor kalori dan intake
nuntrisi
16. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
17. Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
3. Intoleransi aktivitas Toleransi aktivitas Toleransi aktivitas
Definisi : Tujuan 1. Kolaborasikan dengan
Ketidakcukupan energi Setelah dilakukan Tenaga Rehabilitasi Medik
psikologis atau keperawatan selama …x24 dalam merencanakan
fisiologis untuk jam pasien bertoleransi program terapi yang tepat.
mempertahankan atau terhadap aktivitas 2. Bantu klien untuk
menyelesaikan Kriteria hasil: mengidentifikasi aktivitas
aktivitas kehidupan 1. Saturasi oksigen saat yang mampu dilakukan
sehari-hari yang harus aktivitas tidak terganggu 3. Bantu untuk memilih
atau yang ingin 2. Nadi saat aktivitas normal aktivitas konsisten yang
dilakukan 3. RR saat aktivitas normal sesuai dengan kemampuan
Batasan 4. Tekanan darah sistol dan fisik, psikologi dan social
Karakteristik: diastol saat istirahat 4. Bantu untuk
Respon tekanan darah normal mengidentifikasi dan
abnormal terhadap 5. Mampu melakukan mendapatkan sumber yang
aktivitas aktivitas sehari-hari diperlukan untuk aktivitas
Respon frekuensi (ADLs) secara mandiri yang diinginkan
jantung abnormal 5. Bantu untuk mendapatkan
terhadap aktivitas alat bantuan aktivitas
Perubahan seperti kursi roda, krek.
elektrokardiogram 6. Bantu klien untuk membuat
(EKG) jadwal latihan diwaktu
Ketidaknyamanan luang
setelah beraktivitas 7. Bantu pasien/keluarga
Dispnea setelah untuk mengidentifikasi
beraktivitas kekurangan dalam
Keletihan beraktivitas
Kelemahan umum 8. Sediakan penguatan positif
Faktor-Faktor yang bagi yang aktif beraktivitas
berhubungan: 9. Bantu pasien untuk
ketidakseimbangan mengembangkan motivasi
antara suplai dan diri dan penguatan
kebutuhan oksigen 10. Observasi adanya
Im Imobilitas pembatasan klien dalam
Tidak pengalaman melakukan aktivitas.
dengan suatu aktivitas 11. Monitor nutrisi dan sumber
Fisik tidak bugar energi yang adekuat
Gaya hidup kurang 12. Monitor pasien akan
gerak adanya kelelahan fisik dan
emosi secara berlebihan
13. Monitor respon
kardiovaskular terhadap
aktivitas (takikardia,
disritmia, sesak nafas,
diaphoresis, pucat,
perubahan hemodinamik)
14. Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat
pasien
Monitor responfisik, emosi,
social dan spiritual.
4. Risiko infeksi Keparahan infeksi Kontrol infeksi :
Definisi : Rentan Tujuan : 1. Bersihkan lingkungan
mengalami invasi dan Setelah dilakukan tindakan dengan baik setelah
multiplikasi organisme keperawatan selama 2 x 24 digunakan untuk setiap
patogenik yang dapat jam resiko infeksi dapat pasien
mengganggu teratasi dengan kriteria hasil : 2. Ganti perawatan per
kesehatan. 1. Tidak ada kemerahan protokol sesuai dengan
Batasan 2. Tidak ada cairan yang institusi
Karakteristik: - berbau busuk 3. Batasi jumlah pengunjung
Faktor risiko : 3. Ketidaksabilan suhu 4. Ajarkan pasien mengenai
Gangguan peristaltis 4. Nyeri ringan (1-3) teknik mencuci tangan
Gangguan integritas 5. Tidak ada malaise dengan tepat
kulit 5. Gunakan sabun anti
Vaksinasi tidak mikroba untuk cuci tangan
adekuat yang sesuai
Kurang pengetahuan 6. Cuci tangan sebelum dan
untuk menghindari sesudah kegiatan
pemajanan pathogen perawatan pasien
Malnutrisi 7. Pakai sarung tangan
Obesitas sebagaimana dianjurkan
Merokok oleh kebijakan
Stasis cairan tubuh pencegahan universal
8. Pastingan penanganan
aseptik dari semua saluran
IV
5. Risiko kerusakan Integritas jaringan : kulit Manajemen pruritus :
integritas kulit dan mukosa 1. Tentukan penyebab
Definisi : rentan Pengendalian risiko dari pruritus
mengalami kerusakan Tujuan : 2. Berikan kompres
epidermis dan/ atau Setelah dilakukan tindakan dingin untuk
dermis, yang dapat keperawatan selama … x 24 meringankan iritasi
mengganggu jam resiko kerusakan 3. Intruksikan pasien
kesehatan. integritas kulit dapat teratasi untuk menghindari
Batasan dengan kriteria hasil : sabun mandi dan
Karakteristik: 1. Mempertahankan minyak yang
- keutuhan struktur mengandung parfum
Faktor risiko : epidermis dan dermis 4. Intruksikan pasien
Eksternal 2. Melakukan tekhnik untuk tidak memakai
Agens cedera kimiawi untuk meningkatkan bahan pakain yang
Ekskresi integritas kulit ketat dan berbahan wol
Kelembapan atau sintetis
Hipertermia 5. Intruksikan pasien
Hipotermia untuk mempertahankan
Lembap potong kuku dalam
Tekanan pada tonjolan keadaan pendek
tulang sekresi 6. Intruksikan pasien
Internal untuk meminimalisir
Gangguan volume keringat dengan
cairan menghindari
Nutrisi tidak adekuat lingkungan yang
Faktor psikogenik hangat dan panas
7. Intruksikan pasien
untuk menggunakan
telapak tangan ketika
menggosok area kulit
yang luas atau cubit
kulit dengan lembut
menggunakan area
diantara ibu jari dan
telunjuk untuk
mengurangi gatal
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal
mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana
kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan
elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia. Etiologi penyakit ini adalah infeksi, penyakit
vaskuler hipertensif, gangguan jaringan penyambung, gangguan kongenital dan herediterm
penyakit metabolik, nefropati toksik, nefropati obstruktif dan batu saluran kencing. Ada 3
klasifikasi berdasarkan keparahan CKD dan ada 5 kalsifikasi CKD berdasarkan LFG.
Manifestasi klinis CKD yaitu gejala dini (sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan
berkurang, mudah tersinggung, depresi) dan gejala yang lebih lanjut (anoreksia, mual disertai
muntah, nafas dangkal atau sesak nafas baik waktu ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai
lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah). Pemeriksaan
penunjangnya yaitu urine, darah, osmolalitas serum, KUB foto, pielogram retrogard, arteriogram
ginjal, sistouretrogram berkemih, ultrasono ginjal, biopsi ginja, endoskopi ginjal, nefroskopi,
EKG, foto kaki, tengkorak, kolumna spinal dan tangan. Diagnosa keperawatan yang muncul
yaitu kelebihan volume cairan, perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, dan intoleransi
aktivitas,resiko infeksi, kerusakan integritas kulit.

3.2 SARAN
Sakit dan sehat memang sudah ada yang mengatur takdir kita sebagai manusia. Tetapi
kita bisa menjauhkan keadaan sakit itu dengan berusaha untuk tetap prima dan fit agar tubuh kita
tetap sehat dengan cara Pola Hidup Sehat (PHS), yaitu dengan pola makan dan minum yang
sehat, Olahraga yang cukup, Hygienis, dan istirahat yang cukup.Jika mengalami keadaan tubuh
yang kurang sehat segeralah berobat untuk mendapatkan tindakan dan pengobatan secara dini
sebelum terjadi sakit yang kronis.
DAFTAR PUSTAKA

Andra dan Yessie. 2017. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika
Dosen Keperawatan Medikal Bedah-Bedah Indonesia. 2017. Rencana Asuhan Keperawatan
Medikal-Bedah. Jakarta: EGC.
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey:
Upper Saddle River
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika

Anda mungkin juga menyukai