DISUSUN OLEH:
KELOMPOK B1
DISUSUN OLEH:
1. Aisyah Putri Aritami (1930005)
2. Essa Nevya Putri (1930028)
3. Herda Mentary Sitorus (1930035)
4. Rismawati (1930076)
5. Tyas Solit Naomiyah (1930087)
Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmatnya dan karunianya. Penulis dapat menyelesaikan makalah seminar kasus dengan
tepat waktu. Penulisan makalah seminar kasus ini dibuat sebagai salah satu tugas dari
Prodi Profesi di Stikes Hang Tuah Surabaya. Makalah seminar kasus ini berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan Diagnosa Medis Cronic Kidney Disease
(CKD) di Ruang A2 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya”. Dalam penyusunan makalah
seminar kasus ini, penulis mendapatkan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kolonel Laut (K) TNI dr. Ahmad Samsul Hadi selaku Kepala Rumkital Dr.
Ramelan Surabaya.
5. Dwi., A.md.Kep dan Muharini. S.Kep., Ns kepala ruangan dan pembimbing lahan
yang penuh kesabaran dan perhatian memberikan saran, masukan, demi
kesempurnaan penyusunan makalah seminar kasus ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................
1.3.1 Tujuan Umum.....................................................................................
1.3.2 Tujuan Khusus....................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan .............................................................................
1.4.1 Akademis............................................................................................
1.4.2 Secara Praktis.....................................................................................
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan ........................................................................................
4.2 Saran ..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
Chronic Kidney Disease (CKD) atau Gagal Ginjal Kronik merupakan salah satu
kelainan yang terjadi pada ginjal dimana terjadi gangguan sehingga perlahan-lahan
struktur atau fungsi ginjal mengalami penurunan. Gangguan pada ginjal ini berlangsung
selama lebih dari tiga bulan. Ginjal yang tidak berfungsi dengan baik secara perlahan
dan progresif dapat mempengaruhi fungsi organ tubuh yang lain misalnya tingkat
kerusakan ginjal dapat menentukan derajat anemia. CKD kadang muncul dengan
nefropati diabetic, nefropati refluk, ginjal polikistik, obstruksi dan gout (Arif, 2007).
2025 akan terjadi peningkatan pasien dengan penyakit ginjal yaitu sebesar 41.4%.
penurunan fungsi ginjal yang berarti sekitar lebih dari 25 juta penduduk mengalami
CKD. Berdasarkan hasil data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2018,
prevalensi dan insiden CKD di Indonesia sekitar 3.8% orang sedangkan di Provinsi
Jawa Timur sebanyak 2.2% orang mengalami CKD. Data rekam medik bulan Oktober
2019, didapatkan pasien CKD di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya berjumlah ± 168
orang. Pasien dengan komplikasi diabetes melitus sebanyak 24% sedangkan pasien
akumulasi produk sisa metabolisme dan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dalam
tubuh yang akan mempengaruhi keseimbangan seluruh sistem tubuh. Banyak pasien
ginjal kronik, salah satu dan mayoritas masalah tersebut adalah anemia, yang
berkembang sejak awal pasien terkena gagal ginjal kronik dan berkontribusi pada
kemungkinan efek samping yang terjadi, termasuk komplikasi dan kematian karena
dunia. Pasien yang memilih terapi pengganti ginjal HD harus memahami hal-hal penting
seperti pembatasan asupan cairan, hal ini mempunyai tujuan untuk mengurangi resiko
edema dan komplikasi kardiovaskuler. Cairan yang dikonsumsi kedalam tubuh harus
sama jumlahnya dengan air yang keluar, maka jumlah asupan cairan harus dibatasi
sesuai dengan jumlah urine yang keluar pada hari sebelumnya ditambah dengan cairan
yang keluar melalui insensible water losses (IWL) (Setiati, 2014); (Smeltzer & Bare,
2013). Pemberian suplemen zat besi baik secara oral maupun intravena akan membantu
meningkatkan kadar hemoglobin pada pasien gagal ginjal kronik. Selain itu pemberian
edukasi tentang diet tinggi zat besi, protein, asam folat, eritropoetin rekombinan dan
vitamin B12 dari ahli gizi sangat diperlukan untuk dapat memelihara status hemoglobin
kasus ini ialah “Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan Diagnosa
Surabaya?”
Diagnosa Medis Chronic Kidney Disease (CKD) Di Ruang A2 Rumkital Dr. Ramelan
Surabaya.
Ramelan Surabaya.
Ramelan Surabaya.
Ramelan Surabaya.
5 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Ny.R dengan
Ramelan Surabaya.
1.4.1 Akademis
Hasil studi kasus ini merupakan sumbangan ilmu pengetahuan khususnya dalam
hal melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis CKD di ruang
lebih baik tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis
CKD.
Hasil studi kasus ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi penulis berikutnya,
yang akan melakukan studi kasus psa asuhan keperawatan pada pasien dengan
CKD.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
merusak ginjal sehingga mengganggu keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh yang
Chronic kidney disease (CKD) adalah suatu kerusakan pada struktur atau fungsi
ginjal yang berlangsung ≥ 3 bulan yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang
racun dan produk sisa darah, yang ditandai dengan adanya protein dalam urin dengan
kerusakan jaringan ginjal atau menurunnya LFG <15 ml/min/1,73 m2 selama >3 bulan
Penyakit Ginjal Kronis (PGK) adalah suatu gangguan pada ginjal ditandai
dengan abnormalitas struktur ataupun fungsi ginjal yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
PGK ditandai dengan satu atau lebih tanda kerusakan ginjal yaitu albuminuria,
abnormalitas sedimen urin, elektrolit, histologi, struktur ginjal, ataupun adanya riwayat
Penyebab tersering terjadinya CKD adalah diabetes dan tekanan darah tinggi
(hipertensi) yang paling banyak diderita pada kelompok usia >50 tahun, jika penyakit
ginjal kronis terjadi pada usia yang lebih dini maka dimungkinkan karena gaya hidup
yang tidak sehat terutama yang berkaitan dengan kebiasaan konsumsi zat-zat tertentu
yang bersifat nefrotoksik. Keadaan lain yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal
suplemen vitamin C, minuman bersoda/ Soft drink, merokok, konsumsi obat AINS (Anti
2.1.4 Klasifikasi
GFR, yaitu:
GFR
Stadium Penjelasan
ml/min/1,73 m2
Kerusakan ginjal dengan GFR normal atau
1 >90
meningkat
2 Kerusakan ginjal dengan penurunan ringan 60-89
Kerusakan ginjal dengan penurunan GFR ringan
3a 45-59
sampai sedang
Kerusakan ginjal dengan penurunan GFR sedang
3b 30-44
hingga berat
4 Kerusakan ginjal dengan penurunan berat GFR 15-29
5 Gagal ginjal <15
Sumber : (KDIGO, 2012 Clinical practice guideline for the evaluation and
72 x creatinin serum
Tanda dan gejala klinis pada gagal ginjal kronis dikarenakan gangguan yang
bersifat siskemik. ginjal sebagai koordinasi dalam peran sirkulasi yang memiliki banyak
gangguan keseimbangan sirkulasi dan vasomotor. Berikut ini adalah tanda gejala gagal
1. Manifestasi Dermatologis
a. Uremic Pruritus
Rasa gatal yang berhubungan dengan CKD telah lama dikenal dengan uremic
maupun di seluruh tubuh dan dengan intensitas sedang hingga berat (Sanai et al,
2010). Pada penelitian Mirza R, Wahid Z, & Talat H (2012) ditemukan bahwa
dialisis yang tidak adekuat, anemia, neuropati perifer, uremic toxins dan
hiperparatiroid sekunder (Mirza, Wahid, & Talat, 2012). Etter, L & Myers,
S.A (2002) melaporkan bahwa xerosis merupakan salah satu etiologi dari uremic
pruritus.
b. Xerosis
Xerosis merupakan kondisi kutan yang abnormal (kasar dan bersisik) yang
paling banyak ditemukan pada pasien CKD dengan intensitas sedang hingga
berat. Xerosis dominan terlihat pada permukaan extensor dari lengan bawah,
kaki dan paha (Sanai et al, 2010). Xerosis merupakan faktor penting yang
berpengaruh pada kejadian pruritus dan xerosis intensitas sedang hingga berat
2004). Angka kejadian xerosis pada pasien CKD dengan dialisis ditemukan
sekitar 50-85% dan xerosis dengan proporsi lebih besar ditemukan pada pasien
dari populasi studi (Kolla, et al., 2012). Berbeda dengan penelitian sebelumnya,
penelitian oleh Mirza R, Wahid Z, & Talat H (2012) menemukan bahwa xerosis
diantaranya adalah penurunan ukuran dan fungsi kelenjar keringat ekrin serta
atropi kelenjar sebasea (Gagnon, & Desai, 2013; Mirza, Wahid, & Talat H,
2012), penggunaan diuretik dosis tinggi dan perubahan metabolisme vitamin A
utama dari perdarahan abnormal pada pasien CKD (Sanai et al, 2010). Purpura
Wahid Z, & Talat H (2012) ditemukan bahwa 13,6% pasien mengalami purpura.
d. Perubahan Pigmentasi
Perubahan pigmentasi dapat terlihat pada pasien gagal ginjal melalui dua tipe
kecoklatan pada terik matahari dapat bersifat retensi dari kromogen dan deposisi
melanin pada lapisan dasar dan superficial dermis terkait kegagalan ginjal
2010). Bercak hiperpigmentasi pada telapak tangan dan kaki telah dilaporkan
Pada penelitian Mirza R, Wahid Z, & Talat H (2012) ditemukan bahwa 54%
pasien terjadi perubahan pigmentasi dengan jumlah yang sama antara pasien
e. Pallor
Pallor pada kulit terjadi akibat anemia yang terjadi pasien CKD. Pada pasien
f. Uremic Frost
Pada waktu sebelum ada penanganan berupa dialisis, banyak ditemukan uremic
menunjukkan kadar blood urea nitrogen (BUN) lebih dari 250-300 mg/dl
(Sanai et al, 2010). Hal ini menyebabkan konsentrasi urea pada keringat
meningkat dan setelah evaporasi, terjadi deposisi kristal urea pada permukaan
kulit. Kondisi ini sekarang jarang ditemukan karena telah dilakukan intervensi
Half and half nails disebut juga dengan Lindsay’s nail ditemukan sebanyak 21%
dari pasien dengan dialisis (Udayakumar, et al., 2006). Lindsay’s nail ini terlihat
diskolorasi pada kuku dengan porsi warna putih pada bagian proksimal dan
bagian distal berwarna pink kemerahan hingga coklat. Diskolorasi ini tidak
nail bed. Diskolorasi ini juga tidak menjadi samar dengan tekanan. Patofisiologis
dari Lindsay’s nail in belum diketahui secara pasti, tetapi peningkatan jumlah
kapiler dan penebalan dinding kapiler telah diobservasi pada bagian nail bed
2. Manifestasi Gastroenterologis
Manifestasi yang dapat ditemukan diantaranya adalah nausea, vomitus, penurunan
selera makan, hiccup, stomatitis dan fetor uremikum (Smeltzer & Bare, 2000).
3. Manifestasi Kardiovaskular
tekanan darah/hipertensi, anemia, heart failure dan adanya perikarditis akibat iritasi
4. Manifestasi Neurologis
1. Penyakit ginjal kronis biasanya tidak menimbulkan gejala pada stadium awal.
2. Pemeriksaan laboratorium
kreatinin serum, dan penurunan laju filtrasi glomerolus (LFG) yang dapat
1) Tes Urin
a) Urinalisis
jumlah yang sangat minimal. Hasil positif pada tes dipstick untuk
glomerulus (GFR).
(eGFR) dapat dihitung dari tes darah rutin pasien. Pasien CKD
GFRnya.
2) Tes Darah
Urea darah dan kreatinin serum nitrogen adalah tes darah yang
memburuk.
abnormal.
(Kathuria, 2014).
3. Pemeriksaan Lain
kerusakan.
e. USG
merupakan jenis tes pencitraan yang non invasive. Secara umum, ginjal
pada beberapa penyakit dapat juga ditemukan ukuran yang normal atau
adanya obstruksi saluran kemih, batuginjal dan juga untuk menilai aliran
f. Biopsi
1. Terapi konservatif
Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah memburuknya faal ginjal secara
dan elektrolit.
a. Peranan diet
Kebutuhan jumlah kalori (sumber energi) untuk PGK harus adekuat dengan
c. Kebutuhan cairan
Bila ureum serum > 150 mg% kebutuhan cairan harus adekuat supaya
disease).
2. Terapi simtomatik
a. Asidosis metabolik
b. Anemia
Dapat diberikan eritropoetin pada pasien gagal ginjal kronik. Dosis inisial
Transfusi darah misalnya Paked Red Cell (PRC) merupakan salah satu
c. Keluhan gastrointestinal
ulserasi mukosa mulai dari mulut sampai anus. Tindakan yang harus
d. Kelainan kulit
e. Kelainan neuromuskular
paratiroidektomi.
f. Hipertensi
Pemberian obat-obatan anti hipertensi terutama penghambat enzim
Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu
pada LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat berupa hemodialisis,
a. Hemodialisis
Tindakan terapi dialisis tidak boleh terlambat untuk mencegah gejala toksik
azotemia, dan malnutrisi. Tetapi terapi dialisis tidak boleh terlalu cepat pada
pasien yang belum tahap akhir akan memperburuk faal ginjal (LFG).
Indikasi tindakan terapi dialisis, yaitu indikasi absolut dan indikasi selektif.
CAPD, yaitu pasien anak-anak dan orang tua (umur lebih dari 65 tahun),
pasien GGT (gagal ginjal terminal) dengan residual urin masih cukup, dan
melakukan sendiri (mandiri), dan di daerah yang jauh dari pusat ginjal.
c. Transplantasi ginjal
b. B1 (Blood)
Pada kondisi uremia berat tindakan auskultasi akan menemukan adanya
friction rub yang merupakan tanda khas efusi pericardial. Didapatkan tanda dan
gejala yang kongestif, TD meningkat, akral dingin, CRT >3 detik, palpitasi,
nyeri dada atau angina dan sesak napas, gangguan irama jantung, edema
penurunan perfusi perifer sekunder dari penurunan curah jantung akibat
hiperkalemi, dan gangguan konduksi elektrikal otot ventrikel. Pada sistem
hematologi sering didapatkan adanya anemia, Anemia sebagai akibat dari
penurunan produksi produksi eritroprotein, lesi gastrointestinal uremik,
penurunan usia sel darah merah dan kehilangan darah, biasanya dari saluran GI,
kecenderungan mengalami perdarahan sekunder dari trombosipenia.
c. B3 (Brain)
Didapatkan penurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral, seperti
perubahan proses pikir dan disorientasi. Klien sering didapatkan adanya kejang,
adanya neuropati perifer, burning feet syndrome, retless leg syndrome, kram
otot dan nyeri otot.
d. B4 (Bladder)
Penurunan urine output <400ml/hari sampai anuri, terjadi penurunan
libido berat.
c. B5 (Bowel)
Didapatkan adanya mual muntah, anoreksia dan diare sekunder dari bau
mulut amonia, peradangan mukosa mulut, dan ulkus saluran cerna sehingga
cerna sehingga sering didapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.
c. B6 (Bone)
Didapatkan adanya nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki
(memburuk saat malam hari), kulit gatal, ada/berulangnya infeksi, prutitus,
demam (sepsis, dehidrasi), ptekie, area ekimosis pada kulit, fraktur tulang,
defosit fosfat kalsium, pada kulit, jaringan lunak dan sendi keterbatasan gerak
sendi, Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum sekunder dari anemia
dan penurunan perfusi perifer dari hipertensi.
kulit
2.2.3 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
7. Kolaborasi pemberian
heparin pada blood line,
sesuai indikasi
3. Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan Observasi : R/ mengetahui lebih pasti
berhubungan dengan beban keperawatan diharapkan 1. Identifikasi tanda dan penyebab primer penurunan
jantung yang meningkat. curah jantung meningkat gejala primer penurunan curah jantung
dengan KH : curah jatung (meliputi
R/ mengetahui lebih pasti
dipsnea, kelelahan,
1. Nilai laborat penyebab sekunder
edema,
menurun penurunan curah jantung
ortopnea,paroximal
2. TD dalam rentang
nocturnal dipsnea, R/ mengetahui jumlah intake
normal
peningkatan cvp) dan output untuk menghitung
3. Nyeri dada
2. Identifikasi tanda dan balance
berkurang
gejala sekunder
4. Intake output normal R/ mengetahui keparahan
penurunan curah jantung
nyeri dan menyiapkan untuk
meliputi (peningkatan
tindakan keperawatan yang
BB, hepatomegali,
cocok untuk managemen
distensi vena jugularis, nyeri tersebut
palpitasi, ronkhi basah,
R/ memudahkan pasien
oliguria, batuk, kulit
untuk bernapas,
pucat).
meningkatkan ekspansi paru.
3. Monitor intake dan
output cairan R/ diit membantu pasien
4. Monitor keluhan nyeri memperburuk keadaan
dada (misalkan
R/ memberikan pengetahuan
intensitas, lokasi, radiasi,
baru untuk pasien dan
durasi, presipitasi yang
keluarga, memandirikan
mengurangi nyeri)
pasien dan keluarga
Terapeutik :
5. Posisikan pasien semi R/ membantu meningkatkan
fowler atau fowler kerja otot
dengan kaki ke bawah
R/ mengurangi buruknya
atau posisi nyaman
keadaan.
6. Berikan diit jantung
Edukasi :
7. Anjurkan pasien dan
keluarga mengukur
intake dan output.
8. Anjurkan beraktivitas
fisik sesuai toleransi.
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
antiaritmia.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
Riwayat Sakit dan Kesehatan
Keluhan Utama Pasien mengeluh sesak napas
Riwayat Penyakit Keluarga mengatakan pasien sesak napas sejak kemarin, badan lemas
Sekarang tidak berdaya 2 hari ini, kemudian oleh keluarga dibawa ke RSAL
DR. Ramelan Surabaya masuk ke IGD pada tanggal 27 Oktober 2019
pada pukul 00.22:52 WIB. Waktu di IGD pasien mendapatkan
observasi yaitu TTV, EKG, Pengecekan DL, KK, SE, RFT, GDA dan
Photo thoraks, terpasang infus dengan cairan natrium sodium (NS)
dan tepasang oksigen nasal canule 3 lpm, dan terapi novorapid 3x8
unit SC, Episan 3X1, neurodex 1x1, asam folat 1x1, candesartan 8 mg
(1-0-0), amlodipine 10 mg (0-0-1). Dengan hasil observasi TTV :
Suhu = 36,5℃
Nadi = 92x/menit
RR = 28x/menit
SPO2= 97%
TD = 144/76 mmHg
GCS = Eye : 4 Verbal : 5 Motoric : 6 Total = 15
EWS = 0
GDA = 493 mg/dl
Pada tanggal 27 Oktober 2019 Pukul 07.04 WIB pasien digeser ke
ruang A2 dengan hasil Observasi TTV :
Nadi = 85 x/menit
RR = 24 x/menit
SPO2 = 99%
TD =140/81 mmHg
GCS = Eye : 4 Verbal : 5 Motoric : 6 Total = 15
EWS = 0
Riwayat Penyakit Pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit Diabetes Mellitus
Dahulu (DM), dan Hipertensi
Riwayat Penyakit Pasien mengatakan keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit yang
Keluarga sama dengan pasien seperti DM (-), dan Hipertensi (-)
Riwayat Alergi Pasien mengatakan tidak ada alergi obat (-), makanan (-), dan
minuman (-)
Keadaan Umum : Kesadaran :
- Lemah - Composmentis
- Kooperatif
- Pasien terlihat sesak
Tanda Vital TD : 130/70 mmHg
N : 88 x/menit
S : 37,2℃ Axilla
RR : 26 x/menit
Genogram
B1 : Breath/Pernafasan
Pola napas
Irama napas : Teratur Alat bantu napas : O2 nasal canule 3 lpm
Sesak napas : Ya RR : 26 x/menit
Otot bantu napas : Ya Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan
Bentuk dada : Simetris Sianosis : Tidak ada sianosis
Suara Napas : Vesikuler CTR : 60,7 % ( >50%)
Batuk : Tidak ada batuk (Kardiomegali)
Sputum : Tidak ada sputum
Suara Napas Tambahan: Tidak ada
Pernapasan cuping hidung : Ya
Masalah Keperawatan : Pola nafas tidak efektif (D.0005, SDKI 2017)
B2 : Blood/Sirkulasi
Irama Jantung : Reguler Akral : Hangat, Kering, Merah
Bunyi jantung : S1/S2 Tunggal Tekanan darah: 130/70 mmHg
Ictus Cordis : Tidak terlihat Edema : Terdapat Edema
CRT : < 3 Detik Sianosis : Tidak ada sianosis
CVP : Tidak ada
Perdarahan : Tidak ada Perdarahan
(Terpasang Double lumen di inguinal D)
B3 : Brain/Persarafan
GCS : Eye : 4 , Verbal : 5 , Motorik : 6 Total : 15
Kesadaran : Composmentis
Pupil : Isokor
Nervus I Olfactorius : Pasien mampu mencium bau parfum
Nervus II Opticus : Pasien mampu melihat dengan jelas
Nervus III Oculomotorius : Pasien mampu melihat ke segala arah
Nervus IV Trochlearis : pasien mampu menggerakkan bola mata kearah atas
dan bawah
Nervus V Trigeminus : Pasien mampu merasakan rangsangan
Nervus VI Abducens : Pasien mampu menggerakkan bola mata kearah
lateral
Nervus VII Facialis : Pasien mampu tersenyum dan mengerutkan dahi
Nervus VIII Vestibulocochlearis: Pasien mampu mendengarkan bising
Nervus IX Glossopharyngeus : Pasien mampu mengecap
Nervus X Vagus : Pasien mampu menelan
Nervus XI Accessorius : Otot bantu napas terlihat
Nervus XII Hypoglossus : Pasien mampu menjulurkan lidah
B4 : Bladder/Perkemihan
Kebersihan : Bersih
Kateter : Tidak Terpasang Kateter
Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan
Input : 2045 ml/24 jam
Output : 1145 ml/24 jam
Warna : Kuning pekat
Jenis minum : Teh manis dan air mineral
Oliguri : (+)
Masalah Keperawatan : Hipervolemia (D.0129-SDKI 2017)
B5 : Bowel/Pencernaan
Kebersihan mulut : Bersih
Gangguan makan : Tidak ada gangguan makan
Bentuk perut : Simetris
Pola makan : 2x sehari habis ½ porsi
Mukosa Bibir : kering
Rektum dan anus : Tidak ada Hemoroid
Nyeri abdomen : Tidak ada nyeri abdomen
Bising Usus : 12x/menit
Mual muntah : Tidak ada mual muntah
Kembung : tidak ada gangguan perut kembung
Hematemesis melena : Tidak ada
NGT : Tidak terpasang NGT
Diare : Tidak ada diare
BAB : Belum BAB selama MRS
B6 : Bone/Muskuloskeletal
Wawancara : Pasien mengatakan sesak dan lemas bila berdiri
atau duduk dan hanya bisa berbaring
Kemampuan pergerakan sendi : Terbatas
Kelainan eksremitas atas : Tidak ada kelainan
Kelainan eksremitas bawah : Tidak ada kelainan
Fraktur : Tidak terdapat fraktur
Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan
Kekuatan otot :
4444 4444
4444 4444
Sistem Integumen
Warna kulit : Sawo matang
Rambut, kulit kepala : Tampak tidak rapi, tidak ada kelainan, dan tidak rontok
Turgor kulit : kering
Keloid : Tidak ada keloid
Pruritus : Tidak ada pruritus
Luka dekubitus : Tidak ada luka dekubitus
Akral : Hangat, Kering, Merah
Reflek sensori : Terdapat reflek
Sistem Penginderaan
Sistem Penglihatan Sistem Pendengaran
Mata : Simetris Telinga : Simetris
Reflek cahaya : (+) Kebersihan : Bersih
Sklera : Anikterik Kelainan : Tidak ada kelainan
Pupil : Isokor Alat bantu : Tidak ada alat bantu
Konjungtiva : Anemis
Sistem Penciuman
Hidung : Simetris
Polip : Tidak ada polip
Septum : Tepat di tengah
Gangguan : Tidak ada gangguan
Sistem Endokrin
Keadaan tiroid : Tidak ada pembesaran tiroid
Terkait Diabetes Mellitus : Pasien mempunyai diabetes mellitus tipe 2 ± 15 tahun
GDA = 493 mg/dl
Terkait pertumbuhan : Tidak ada gangguan pada hormon pertumbuhan
Terkait hormon reproduksi : Tidak ada gangguan pada hormon reproduksi
Terkait hormon adrenal : Tidak ada gangguan pada hormon adrenal
Wawancara
Sistem : Keluarga pasien mengatakan tidak ada masalah pada sistem
Reproduksi/genetalia
reproduksi dan area genitalia
Payudara : Tidak ada lesi, tidak ada edema, dan tidak ada benjolan pada
payudara
Inspeksi : Genetalia bersih, tidak ada lesi, dan tidak ada edema
Siklus haid : Siklus haid teratur
Psikososiocultural
Dukungan keluarga : Aktif (keluarga selalu memberikan dukungan kepada pasien)
Konsep diri
Ideal diri: Pasien berharap agar lekas sembuh dan cepat pulang
Gambaran diri: Pasien percaya diri dengan keadaan yang dialaminya saat ini
Peran diri: Pasien adalah seorang ibu dari 3 anaknya, dan istri dari
suaminya
Harga diri: Pasien merasa bangga pada dirinya sendiri
Identitas diri: Pasien adalah seorang perempuan yang berusia 49 tahun, dan
pasien adalah seorang ibu rumah tangga
Orang yang paling Suami
dekat:
Bahasa sehari-hari: Jawa dan Indonesia
Hubungan dengan pasien dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya
lingkungan sekitar:
Keyakinan dan nilai: Pasien mengatakan sakit ini adalah ujian dari
Allah dan karena semua penyakit pasti ada obatnya jika mau
bersabar
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
CTR = x 100%
= x 100%
= 0.60 x 100%
= 60,7% (Kardiomegali) (>50%)
Keterangan:
Terapi Medis
Surabaya,.......................................
.....................................................
NIM
.................................................. ........................................................
NIP. NIP .
ANALISA DATA
DS : Gangguan MekanismeHipervolemia
- Px mengatakan hanya BAK ± 110 ml/24 Regulasi (D.0129-SDKI 2017)
jam
- Px mengatakan 3 hari belakangan lebih
sering minum karena cuaca panas ± 600
ml
DO :
- BUN : 50 mg/dl
- Kreatinin : 5,7 mg/dl
- Na : 132,5 mmol/L
- K : 4,42 mmol/L
- Cl : 110,1 mmol/L
- Albumin : 3,27 mg/dl
- HB : 9,7 g/dl
- Hct : 28,1 %
- Oliguri : (+)
- Pitting edema pada eksremitas bawah dan
pipi
- Input cairan
Infus : 500cc + 500cc + 100cc = 1100cc
Injeksi : 8 + 8 + 8 + 5 + 5 + 5 = 39 ml
Minum : 600 ml
Air Metabolisme: 5cc/kgBB/hari
: 5 x 63
: 315/hari
Total Input: 1100 + 39 + 600 + 315
: 2045 ml/hari
- Output Cairan
IWL : (15 x BB) / 24 jam
(15 x 63) /24 jam
39,37/24 jam
945 cc/24 jam
Urine: 200cc/24 jam
Feses: Belum BAB
Muntah: Tidak muntah
Perdarahan: Tidak ada perdarahan
Cairan NGT terbuka: Tidak ada
Total Output: 945 + 200
: 1145 ml/hari
- Balance cairan : Output – Input
: 1145 – 2045
: - 900 ml/hari
DS : Hiperglikemia Ketidakstabilan kadar
- Keluarga pasien mengatakan lemas tidak glukosa darah
berdaya sejak 2 hari ini (D.0027-SDKI
- Keluarga pasien mengatakan memiliki 2017)
riwayat penyakit Diabetes Mellitus tipe 2
± 15 tahun
- Keluarga pasien mengatakan sering haus
- Pasien mengatakan selalu meminum teh
1 gelas/ hari selama ± 20 tahun
DO :
- GDA : 493 mg/dl
- Pasien tampak lelah dan lesu
- Mulut pasien tampak kering
- Pasien tampak haus meningkat
Tanggal Ttd
No. Masalah Keperawatan
Ditemukan Teratasi
1. Pola nafas tidak efektif b/d sindrom hipoventilasi (D.0005,SDKI- 28 Oktober 2019 Masalah belum teratasi √
2017)
2. Hipervolemia b/d Gangguan Mekanisme Regulasi (D.0129-SDKI 28 Oktober 2019 Masalah belum teratasi √
2017)
3. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b/d Hiperglikemia (D.0027- 28 Oktober 2019 Masalah Belum Teratasi √
SDKI 2017)
3.4 Intervensi
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI & EVALUASI
Hari /Tgl No Dx
Hari/Tgl Evaluasi formatif SOAPIE
No Dx Implementasi Paraf Waktu
Waktu. / Catatan perkembangan
28/10/19 28/10/19 1 Diagnosa Keperawatan: Pola Nafas Tidak
08.00 - Memantau keluhan utama pasien 19.10 Efektif
3 - Memantau tanda dan gejala hiperglikemia S:
08.05 - Melakukan cek darah 2jpp (ambil darah - Pasien mengatakan sesak
vena) O:
18.15 3 - Observasi TTV - RR 14x/menit
- Injeksi novorapid 8 ui, sirup sukralfat 1cc Kedalaman ± 2 cm
11.30 - Menganjurkan untuk menghabiskan diit dari Otot nafas tambahan ( + )
1,2,3 RS Pernafasan cuping hidung ( + )
13.35 - dr. Herjun acc HD transfusi PRC 1 bag - Bunyi nafas tambahan ( - )
durante HD tanpa infus, pamol (k/p) bila - Sputum ( - )
13.37 3 demam > 37.5ºC - Terpasang O2 Nasal 3 lpm
- Memantau tanda dan gejala hipervolemik - SPO2 97%
13.39 - Rencana besok HD 4-5 jam UF 3000 A: Masalah belum teratasi.
Heparin standar, transfusi PRC 1 bag, masuk Lanjutkan intervensi
durante HD tanpa infus P: Lanjutkan intervensi no 1,2,3,7
13.40 2 - Memberikan paracetamol tablet 500 mg k/p
suhu > 37.5ºC
13.45 - Menganjurkan mengurangi aktivitas 28/10/19 2 Diagnosa Keperawatan : Hipervolemia
termasuk toileting yang berlebihan 19.20 S:-
- Memantau keluhan utama pasien (pasien O:
belum tidur) - Ortopnea ( - )
- Memantau pola nafas - Dyspneu ( + )
- Memposisikan pasien semifowler RR 14x/menit
13.50 - Membatasi cairan dan garam - BB awal 63 kg
- Observasi TTV BB saat ini 63.70 kg
- Memberikan terapi obat - Pitting edema pada kaki dan pipi derajat 1
13.54 3 (neurodex 1 tab, asam folat 1 tab, A: Masalah belum teratasi.
candesartan 8 mg 1 tab, nabic 1 tab dan Lanjutkan intervensi
injeksi novorapid 8 ui SC). P : Intervensi dilanjutkan No 1,2 dan 3
14.00 - Memberikan diit sesuai advis dokter
- Mengganti cairan infus PZ : Kidmin = 2 : 1
- Mengajarkan pengelolaan diabetes 28/10/19 3 Diagnosa Keperawatan : Ketidakstabilan kadar
14.20 1 19.30 glukosa darah
14.24 1 S:
14.30 1 - Pasien mengatakan suka merasa haus
16.30 1,2,3 O:
17.30 1,2,3 - Pasien tampak lesu
- Pandangan kabur ( - )
- Pusing ( - )
- GDA 468
- Mukosa bibir lembab
18.37 3 - Input infus PZ 600 cc
Input minum ± 1200 cc
Input makan ± ¼ porsi
19.00 1,2,3 Output urine ± 500 cc
Output BAB (-)
20.00 3 A: Masalah belum teratasi.
Lanjutkan intervensi
P : Intervensi dilanjutkan No 1, 2, 3
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gagal ginjal kronik merupakan suatu penyakit yang menyebabkan fungsi organ
dengan baik. Penurunan fungsi ginjal ditandai dengan peningkatan kadar BUN
dan kreatinin serta adanya oedema anasarka atau perifer. Penanganan kasus gagal
cairan serta membatasi cairan dalam waktu 24 jam dan juga terapi hmodialisa.
4.2 Saran
mengetahui konsep gagal ginjal kronik dan mengetahui teori asuhan keperawatan
gagal ginjal kronik dan bisa menjalankan asuhan keperawatan pada pasien gagal
perawat maupun perawat ruangan memperhatikan pasien gagal ginjal kronik dan
Arif, M. (2007). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid II. Jakarta: Media
Aesculapius.
C.E, L., & J.B, W. (2010). Anemia in Renal Disease: Diagnosis and
Management, Blood Reviews, 24, 39–47.
Setiati, D. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 (IV). Jakarta: FKUI.
Smeltzer, & Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Bruner &.
Suddarth (VIII). Jakarta: EGC.