LAPORAN PENDAHULUAN
DAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN GASTROENTERITIS AKUT (GEA)
Oleh :
Puput Tri Wulandari
NIM : 202061103
1
2
2021
Laporan Pendahuluan
A. Pengertian
Gastroenteritis akut adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang
terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer
atau cair (Poerwati, 2013).
Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus yang di
tandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan elektrolit yang
menimbulkan dehidrasi dan gejala keseimbangan elektrolit.Gastroenteritis adalah penyakit
akut dan menular menyerang pada lambung dan usus yang di tandai berak-berak encer 5 kali
atau lebih (Poerwati, 2013)
Gastroenteritis akan di tandai dengan muntah dan diare yang dapat menghilangkan
cairan dan elektrolit terutama natrium dan kalium yang akhirnya menimbulkan asidosis
metabolic dapat juga terjadi cairan atau dehidrasi ( Setiati dalam Poerwati, 2013).
Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain kultur bakteri dan sensitivitas
antibiotik, dapat digunakan dalam menentukan terapi antibiotik yang sensitif untuk
mengeradikasi bakteri penyebab infeksi, pengecatan gram, digunakan untuk melihat bakteri
penyebab infeksi, apabila ditemukan bakteri gram positif dengan bentuk coccus (bulat) dan
berkelompok dapat menunjukkan adanya Staphylococcus aureus, pengecatan kalium
hidroksida (KOH), digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi jamur dan
pengecatan tzank atau biakan virus, digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi
herpes simpleks (Robbins, 2009).
B. Etiologi
1. Faktor Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada
anak. Infeksi internal meliputi
a) Infeksi bakteri : vibrio, E-coli, salmonella, shigela, poliomyelitis, yersinia dll
b) Infeksi virus : enterovirus (virus ECHO), Adenovirus, rotavirus dll
c) Infeksi parasit : cacing, protozoa dan jamur
2. Factor makanan
2
3
Makanan yang terkontaminasi /makanan yang diolah dengan temperatur yang tidak
cukup tinggi sehingga tidak dapat membunuh organisme penyebab Gastroenteritis,
Makanan basi beracun dan alergi makanan
3. Factor kebersihan
Penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak mecuci tangan
setelah buang air besar sebelum mengkonsumsi makanan
4. Factor psikologi
Rasa takut dan cemas dapat menyebabkan diare karena dapat merangsang peningkatan
peristaltic usus (Poerwati, 2013)
5. Faktor lingkungan
Jumlah penduduk yang padat/ramai, Sanitasi lingkungan yang jelek.
C. Klasifikasi Diare
1. Diare akut : diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya
sehat. Diare berlangsung kurang dari 14 hari bahkan ebanyakan kurang dari 7 hari dengan
disertai pengeluaran feses lunak atau cair, sering tanpa darah, mungkin disertai panas,
dan muntah. Penyebabnya adalah rotavirus, Escherichia coli, shigella dll
2. Disentri : diare yang disertai darah dalam feses, menyebabkan anoreksia, penurunan berat
badan yang cepat kerusakan mukosa usus karena baksteri invasive
3. Diare persisten: diare bersifat akut lebih dari 14 hari, kejadian dapat dimulai sebagai diare
cair atau disentri (Poerwati, 2013).
D. Manifestasi Klinis
Dimulai dengan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan naik, nafsu makan
berkurag atau tidak ada, kemudian timbul diare. Feses makin cair atau mungkin disertai
darah. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Apabila penderita telah
banyak mengalami kehilangan air dan elektrolit, maka dapat terjadi dehidrasi: BB turun,
ubun-ubun cekung, tonus otot dan turgor kulit turun, mukosa bibir kering, oliguri lalu anuria
Dehidrasi dibagi menjadi 4 kategori, yaitu: tidak ada dehidrasi (bila terjadi penurunan
BB 2.5%), dehidrasi ringan (bila terjadi penurunan BB 2,5%-5%), dehidrasi sedang
(penurunan BB 5-10%), dehidrasi berat( penurunan BB >10%) (Poerwati, 2013).
3
4
E. Patofisiologi
Virus/bakteri masuk saluran pencernaan bersama makanan yang terkontaminasi sehingga
menimbulkan respon dengan gejala Gastroenteritis melalui cara :
1. Organisme melepaskan toksin (enterotoksin) pada usus halus maka terjadilah peradangan
yang ditandai diare (Shigela dan E. Coli).
2. Organisme masuk ke intestinal sehingga menimbulkan distruksi nekrosis ulcerasi
diare terus-menerus (Shigella dan Compylobacter).
3. Organisme yang masuk saluran pencernaan merusak mukosa/epitelium villi saluran
pencernaan hancur malabsorbsi dan hancurnya villi ini menyebabkan motilitas gastro-
intestinal meningkat sehingga cairan dan elektrolit (dalam lumen usus) meningkat.
4
5
Pathway
Isi usus
Penyerapan makanan di Meningkat tekanan
usus menurun osmotik
diare
Mual muntah
Hilang cairan & elektrolit Kerusakan integritas kulit
berlebihan perianal
Sesak
Dehidrasi
5
6
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan objektif utama pada pasien dengan diare akut adalah penentuan tingkat
keparahan dehidrasi dan penurunan eletrolit. Adanya demam menunjukan infeksi spesies
salmonella, shigella atau kampilobachter.
1. Pemeriksaan feces
Diperiksa dalam hal volume, warna dan konsistensinya serta diteliti adanya mukus darah
dan leukosit. Pada umumnya leukosit tidak dapat ditemukan jika diare berhubungan
dnegan penyakit usus halus. Tetapi ditemukan pada penderita Salmonella, E. Coli,
Enterovirus dan Shigelosis. Terdapatnya mukus yang berlebihan dalam tinja
menunjukkan kemungkinan adanya keradangan kolon. PH tinja yang rendah
menunjukkan adanya malabsorbsi HA, jika kadar glukosa tinja rendah / PH kurang dari
5,5 maka penyebab diare bersifat tidak menular. Dapat disimpulkan sebagai berikut:
a) Volume tinja yang banyak diare berasal dari kelainan usus halus dan permulaan
usus besar.
b) Tinja yang sedikit dan berlendir (dengan peningkatan kemendadakan serta kekerapan
buang air besar) kelainan berasal dari kolon desenden, sigmoid dan rektum.
c) Tinja yang berlendir dan bercampur dengan darah peradangan usus besar.
d) Tinja yang berbau busuk menunjukan adanya pembusukan asamamino yang tidak
diserap.
2. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan elektrolit dapat dilakukan karena terjadi kehilangan cairan secara terus
menerus sehingga kadar natrium, kalium, dan klorida mengalami penurunan yang tidak
dapat memenuhi kebutuhan tubuh
3. Kolonoskopi
Pemeriksaan ini di anjurkan pada pasien yang menderita peradangan kolon, dan
mengalami diare secara terus menerus. Tindakan ini jarang sekali dilakukan pada pasien
anak – anak.
G. Komplikasi
1. Dari komplikasi Gastroenteritis, tingkat dehidrasi dapat di klasifikasikan sebagai berikut:
a) Dehidrasi ringan
6
7
Kehilangan cairan 2 – 5% dari BB dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis,
suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.
b) Dehidrasi sedang
Kehilangan 5 – 8% dari BB dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak,
penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam
c) Dehidrasi berat
Kehilangan cairan 8 – 10% dari BB dengan gambaran klinik seperti tanda dihidrasi
sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot kaku sampai
sianosis
2. Kejang
3. Bakterikimia
4. Malnutrisi
5. Hipoglikimia
6. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus
H. Penatalaksanaan
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan.
a) Jenis cairan
Pada diare akut yang ringan dapat diberikan oralit. Diberikan cairan RL, bila tak
tersedia dapat diberikan NaCl isotonik ditambah satu ampul Na bikarbonat 7,5 % 50
ml.
b) Jumlah cairan
Diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang dikeluarkan, Kehilangan cairan tubuh
dapat dihitung dengan beberapa cara, salah satunya dengan metode pierce:
Derajat Dehidrasi Kebutuhan cairan ( X kg BB)
Ringan 5%
Sedang 8%
Berat 10 %
7
8
Untuk input atau cara pemberian cairan dapat dipilih oral atau IV
5. Kaji status hidrasi anak
Tidakan rehidrasi dengan perhitungan kebutuhan cairan diberikan pada 2 jam pertama.
Selanjutnya dilakukan penilaian kembali status hidrasi untuk memperhitungkan
kebutuhan cairan. Rehidrasi diharapkan terpenuhi lengkap pada akhir jam ke-3.
6. Timbang BB setiap hari
7. Anjurkan ibu untuk memberikan oralit tiap anak diare
8. Pengaturan diet
Berikan makan dengan makanan rendah serat pada anak
9. Terapi definitive
Pemberian edukatif sebagai langkah pencegahan. Hiegene perseorangan, sanitasi
lingkungan, dan imunisasi pada anak melalui vaksinasi sangat berarti, selain terapi
farmakologi.
10. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat dan therapy
a) Terapi cairan
Pada diare akut yang ringan dapat diberikan oralit. Diberikan cairan RL, bila tak
tersedia dapat diberikan NaCl isotonik ditambah satu ampul Na bikarbonat 7,5 % 50
ml.
b) Terapi simtomatik
Antibiotik diberikan secara klinis :
o Tetrasiklin untuk cholera
o Kloramphenikol untuk Shigella
o Neomycin untuk Campylobacter
Anti diare
Absorben
Obat yang digunakan : anti diare, antidotum, antipiretik, antibiotik, oralit, dll.
Obat diare bersifat simtomatik dan diberikan sangat hati-hati atas pertimbangan yang
rasional.
8
9
Sifat antiemetik.
I. Pencegahan Diare
1. Pemberian ASI eksklusif
2. Menghindari penggunaan susu botol
3. Memperbaiki cara penyiapan dan penyimpanan makanan PASI
4. Penggunaan air bersih untk minum
5. Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyiapkan makanan
6. Membuang fese secara benar (Poerwati, 2013)
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama : Dimulai dengan keluhan mual, muntah dan diare/ BAB cair > 5 x
sehari dengan volume yang banyak, Kadang demam/suhu badan meningkat, nyeri
perut/kolik pada perut bagian bawah yang berkurang dengan pergerakan usus,
Peningkatan bising usus (khususnya di kuadran kanan bawah), Obstruksi intestinal,
Peningkatan pengeluaran tinja, Adanya lendir atau pus di dalam tinja, Tinja yang
lembek atau cair, Flatus, Anoreksia, Penurunan berat badan, Malaise.
9
10
c. Tanda-tanda vital
1. Suhu badan; kadang-kadang demam
2. Denyut nadi: meningkat
3. Pernapasan; meningkat
4. Tekanan darah; menurun
10
11
Nutrisi
Makan menurun karena adanya mual dan muntah yang disebabkan lambung yang
meradang.
Istirahat tidur
Mengalami gangguan karena adanya muntah dan diare serta dapat juga disebabkan
demam.
Kebersihan
Personal hygiene mengalami gangguan karena seringnya mencret dan kurangnya
menjaga personal hygiene sehingga terjadi gangguan integritas kulit. Hal ini disebabkan
karena faeces yang mengandung alkali dan berisi enzim dimana memudahkan terjadi
iritasi ketika dengan kulit berwarna kemerahan, lecet disekitar anus.
Eliminasi
Pada BAB juga mengalami gangguan karena terjadi peningkatan frekuensi, dimana
konsistensi lunak sampai cair, volume tinja dapat sedikit atau banyak. Dan pada buang air
kecil mengalami penurunan frekuensi dari biasanya.
e. Keadaan Psikososial
1. Persepsi pasien terhadap kesehatannya.
2. Pengetahuan tentang sakit yang diderita.
3. Tingkat kecemasan pasien.
f. Keadaan Spiritual
Pengaruh sakitnya terhadap keyakinan kepada Tuhan.
g. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan feces
Diperiksa dalam hal volume, warna dan konsistensinya serta diteliti adanya mukus
darah dan leukosit. Pada umumnya leukosit tidak dapat ditemukan jika diare
berhubungan dnegan penyakit usus halus. Tetapi ditemukan pada penderita
Salmonella, E. Coli, Enterovirus dan Shigelosis. Terdapatnya mukus yang berlebihan
dalam tinja menunjukkan kemungkinan adanya keradangan kolon. PH tinja yang
11
12
rendah menunjukkan adanya malabsorbsi HA, jika kadar glukosa tinja rendah / PH
kurang dari 5,5 maka penyebab diare bersifat tidak menular.
2. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan elektrolit dapat dilakukan karena terjadi kehilangan cairan secara terus
menerus sehingga kadar natrium, kalium, dan klorida mengalami penurunan yang
tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh
3. Kolonoskopi
Pemeriksaan ini di anjurkan pada pasien yang menderita peradangan kolon, dan
mengalami diare secara terus menerus. Tindakan ini jarang sekali dilakukan pada
pasien anak – anak.
Diagnosa Keperawatan
No Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
(SDKI)
1 Diare Eliminasi fekal dapat membaik Manajemen Diare
Definisi: pngeluaran feces Kriteria hasil: Observasi
yang sering, lunak, dan tidak 1) Kontrol pengeluaran feses 1) Identifikasi penyebab diare
berbentuk. meningkat 2) Identifikasi riwayat pemberian
Penyebab: 2) Keluhan sering defekasi makanan
a) Fisiologis: inflamasi menurun 3) Identifikasi gejala invagiansi
gastrointestinal, iritasi 3) Distensi abdomen menurun (tangisan keras pada anak, pucat
gastrointesinal, proses 4) Nyeri abdomen menurun pada bayi)
infeksi, malabsorpsi 5) Konsistensi feses membaik 4) Monitor warna, volume, frekuensi,
b) Psikologis: kecemasan 6) Frekuensi BAB membaik dan konsistensi tinja
dan tingkat stres tinggi 7) Peristaltik usus membaik 5) Monitor tanda gejala hipovolemi
c) Situasional: terpapar 6) Monitor iritasi kuliat pada perianal
kontaminan, terpapar Terapeutik
toksin, penyalahgunaan 1) Berikan asupan cairan oral
laksatif, penyalahgunaan 2) Pasang jalur intravena dan berikan
zat, perubahan air dan cairan intravena
makanan, bakteri pada 3) Ambil sampel darah pemeriksaan UL
air, dan program dan elektrolit
pengobatan (agen tiroid, 4) Ambil sampel feces untuk kultur,
analgesik, pelunak feces, bila perlu
ferosulfat, antasida, Edukasi
cimetidine, dan 1) Anjurkan makanan porsi kecil dan
antibiotik) sering secara bertahap
2) Anjurkan menghindari makanan
pembentuk gas, pedas, dan
mengandung laktosa
3) Anjurkan melanjutkan pemberian
ASI
12
13
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian terapi
pengeras fese (smektit, kaolin-
pektin)
2) Kolaborasi pemberian terapi
antimotilitas (new diatab, lopramide)
2 Hipovolemi Status cairan dapat membaik Manajemen Hipovolemi
Definisi: Penurunan volume Kriteria hasil: Observasi
cairan intravaskular, 1) Kekuatan nadi meningkat 1) Periksa tanda dan gejala hipovolemi
interstitial, dan atau 2) Output urin meningkat 2) Monitor intake dan output cairan
interseluler 3) Membran mukosa lembab Terapeutik
Penyebab: meningkat 1) Hitung kebutuhan cairan
1) Kehilangan cairan aktif 4) Berat badan membaik 2) Berikan asupan cairan oral
2) Kegagalan mekanisme 5) Perasaan lemah menurun Edukasi
regulasi 6) Frekuensi nadi membaik 1) Anjurkan memperbanyak asupan
3) Peningkatan 7) Tekanan darah membaik cairan oral
perrmeabilitas kapiler 8) Tekanan nadi membaik 2) Anjurkan menghindari perubahan
4) Kekurangan intake cairan 9) Turgor kulit membaik posisi mendadak
5) Evaporasi 10) Intake cairan membaik Kolaborasi
11) Suhu tubuh membaik 1) Kolaborasi pemberian cairan isotonis
(NS, RL) dan hipotonis
3 Gangguan integritas kulit Integrias kulit dan jaringan Perawatan Integritas Kulit
Definisi: kerusakan kulit meningkat Observasi:
(dermis dan atau epidermis) Kriteria hasil: 1) Identifikasi penyebabgangguan
atau jaringan (membran 1) Elastisitas meningkat integritas kulit
mukosa, kornea, fasia, otot, 2) Hidrasi meningkat Terapeutik
tendon, tulang, kartilago, 3) Perfusi jaringan meningkat 1) Bersihkan perianal dengan air
kapsul sendi dan atau 4) Kerusakan jaringan menurun hangat, terutama selama periode
ligamen) 5) Kerusakan lapisan kulit diare
Penyebab: menurun 2) Gunakan produk berbahan minyak
1) Perubahan sirkulasi 6) Suhu kulit membaik pada kulit kering, dan hindari produk
2) Perubahan status nutrisi berbahan dasar alkohol pada kulit
(kelebihan/ kekurangan) kering
3) Kekurangan/ kelebihan 3) Gunakan produk berbahan ringan/
cairan alami pada kulit sensitif
4) Penurunan mobilitas Edukasi
5) Bahan kimia iritatif 1) Anjurkan menggunakan pelembab
6) Suhu lingkungan yang 2) Anjurkan minum air yang cukup
ekstrem 3) Anjurkan meningkatkan asupan
7) Faktor mekanis nutrisi
(penekanan pada tonjolan
tulang, gesekan) atau
faktor elektris
(elektrodiatermi, energi
listrik bertegangan tinggi)
8) Efek samping terapi
radiasi
9) Kelembaban
10) Proses penuaan
11) Neuropati perifer
12) Perubahan pigmentasi
13
14
14
15
DAFTAR PUSTAKA
M. Horne, Mima & L. Swearingan, Pamela. 2001.Keseimbangan cairan, elektrolit & asam
basa.Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC.
Poerwati.Endang. 2013. Determinan Lama Rawat Inap Pasie Balita Dengan Diare. Jakarta:
EGC
15
16
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI - MALANG
A. PENGKAJIAN
1. Biodata Klien
a. Nama : An. H
b. Umur : 5 tahun
c. Jenis kelamin : Laki – laki
d. Agama : Islam
e. Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
f. Alamat : Klayatan
g. No. Register : 123456
h. Tanggal Masuk RS : 15 – 6 – 2021
i. Tanggal Pengkajian : 15 – 6 – 2021
j. Diagnosa Medis : GEA
k. Nama Orang Tua : Tn. C & Ny. D
2. Keluhan Utama
BAB cair selama 2 hari
16
17
5. Riwayat Imunisasi
Orangtua pasien mengatakan anaknya sudah mendapatkan imunisasi
HB 1 : Saat lahir
BCG , HB 2 : Umur 1 bulan
DPT 1, Polio 1 : umur 2 bulan
DPT 2, Polio 2 : umur 4 bulan
DPT 3, Polio 3 : umur 6 bulan
Campak : Umur 9 bulan
17
18
Ibu mengatakan anaknya tidak pernah sakit sebelumnya. Hanya batuk dan pilek
kemudian diperiksakan kedokter dan diberi obat kemudian sembuh.
Keterangan :
Perempuan : Laki-laki : Meinggal : penderita :
9. Pola Aktifitas-Latihan
Rumah Rumah Sakit
Makan/minum 1....................................................... 2.......................................................
Mandi 2....................................................... 2.......................................................
Berpakaian/berdandan 2....................................................... 2.......................................................
Toileting 2....................................................... 2.......................................................
18
19
BAK:
- Frekuensi/pola 4-5x/hr............................................... 4-5x/hr............................................
- Warna & Bau Kuning jernih..................................... Kuning............................................
- Kesulitan Tidak ada........................................... Tidak ada.........................................
- Upaya mengatasi Tidak ada........................................... Tidak ada.........................................
19
20
Pola Perkembangan
Anak suka mengkhayal dan kreatif
Anak punya inisiatif bermain dengan alat-alat dirumah
Anak suka bermain dengan teman sebaya
Anak mudah berpisah dengan orangtua
Anak mengerti mana yang benar dan yang salah
Anak belajar merangkai kata dan kalimat
Anak mengenal berbagai warna
Anak membantu melakukan pekerjaan rumah sederhana
Anak mengenal jenis kelaminnya
Belajar ketrampilan baru melalui permainan
20
21
Auskultasi: Suara BJ1 katub mitralis terdengar tunggal di ics 5 terdengar lup,
katub aorta di ics 2 sinistra terdengar tunggal dan lup. Suara BJ 2
katub pulmonal terdengar tunggaldi ics 2 sinistra terdengar dup,
katub trikuspidalis terdengar dup di ics 4 sinistra
Paru : Inspeksi: Bentuk bulat, simetris,pergerakkan dinding dada simetris, tida ada
retraksi intercostae
Palpasi: Taktil fremitus teraba sama antara dinding dada kanan kiri
Perkusi: Terdengar resonan diseluruh lapang paru,kecuali di ics 3-5 midclavicula
line sinistra terdengar pekak
Auskultasi: Tidak terdengar suara nafas tambahan (whezzing dan ronchi) pada
lapang paru
4. Payudara dan Ketiak :
Benjolan/massa: Tidak terbaNyeri/nyeri tekan: Tidak ada
Bengkak: Tidak ada
5. Abdomen :
Inspeksi: Tidak terdapat bekas luka, Warna kulit merata, tidak ada pernafasan abdomen
Auskultasi: Bising usus 35x/mnt
Palpasi: Tidak ada pembesaran hepar, tidak ada nyeri tekan di titik mc. Burney
Perkusi: Terdengar suara thympani pada ke 4 kuadran
6. Genetalia :
Inspeksi: tidak ada rambut pubis, lubang uretra tepat ditengah penis
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan, skrotum tepat ditengah, dan testis teraba
dua pasang kanan dan kiri
7. Ekstremitas : Kekuatan otot
5 5
5 5
21
22
Elektrolit
Natrium 130 (L) mEq/L 136-145
Kalium 3.30 (L) mEq/L 3.5-5.0
Klorida 100 mEq/L 98-106
Kalsium 2.2 mmol/L 2.00-2.60
1. Injeksi
Infus HSD 800cc/24 jam
Terfacef 2x500mg (antibiotic)
Ondancentraon 3x2mg iv (antiemetik)
Ranitidine 2x25mg iv (pelapis lambung)
Sanmol infuse 3x100mg k/p panas (penurun panas)
Norages 100mg k/p panas > 38,5
Cernevit 1 fls/hari/ drip (vitamin)
2. PO (PerOral)
Lacto-B 1X1 sach
Zinkid syr 1x1 cth (5ml)
17. Kesimpulan
Anak H, laki – laki usia 5 tahun datang ke IGD dengan keluhan BAB cair selama 2 hari
ini sebanyak 7-8x.hari. Saat dirumah pasien hanya diberikan obat antidiare, tetapi tidak
ada perbaikan pada kondisi pasien, saat di IGD pasien BAB cair 5x, dan muntah 2x. Serta
didapatkan hasil pemeriksaan mata tampak cowong, turgor jelek >2 dtk, membran
mukosa tampak kering, diare, mual, muntah, perut kaku, pasaien tampak sayu, dan
tempak kelelahan, peristaltik usus meningkat (35x/mnt), frekuensi nadi meningkat, dan
suhu tubuh meningkat, BB 17kg, hasil TTV: TD: 90/60mmHg, N: 120x/mnt, S: 37.70C,
RR: 20x/mnt, didapatkan hasil laborat elektrolit Na: 130, K: 3.30, Cl: 106. Dari hasil
pemeriksaan yang didapat, pasien menderita gastroentritis (diare), untuk penanganan
pertama, Px di UGD mendapatkan terapi infuse RL 600cc/3jam, Inj Antrain 100mg,
ondancentron 2mg iv. Kemudian pasien dipindahan ke ruangan, untuk mendapatkan
terapi tindak lanjut.
22
23
Malang. 15 – 6 – 2021
Pengkaji
Puput Tri W
PSIK-B
A. ANALISIS DATA
HARI/TGL: Senin, 15 – 6 – 2021
NO DATA PENYEBAB MASALAH KEPERAWATAN
1 DS : Infeksi Hipovolemia b/d kehilangan
cairan aktif (diare)
- Orangtua pasien mengatakan anaknya
seperti lemas tidak bertenaga, hari ini
Berkembang di usus
total BAB cair 8x
DO :
Hiperexresi air & elektrolit
- K/u lemas
- Mata tampak cowong
- Membrane mukosa tampak pucat dan Diare
kering
- Turgor kulit menurun (> 2 dtk)
Frekuensi BAB meningkat
- Frekuensi nadi meningkat
- Suhu tubuh meningkat
- Hasil laborat:
Hilang cairan & elektrolit
Lekosit 12.000 H berlebih
Natrium 130 L
Kalium 3.30 L
Dehidrasi
- TTV:
TD: 90/60 mmHg
N: 120 x/mnt
Hipovolemia
S: 37,70C
RR: 20 x/mnt
23
24
ANALISIS DATA
HARI/TGL: Senin, 15 – 6 – 2021
NO DATA PENYEBAB MASALAH KEPERAWATAN
1 Infeksi Diare b/d proses infeksi
S:
- Orangtua pasien mengatakan
anaknya BAB cair 2 hari ini Berkembang di usus
DO :
- K/u lemas Diare
- Mata tampak cowong
- Mukosa bibir tampak pucat dan
kering
- BAB cair tampak 5x (saat di RS)
- Feces tampak cair
- Frekuensi bising usus meningkat
- Bising usus hiperaktif terdengar
30x/mnt
- Hasil laborat:
Lekosit 12.000 H
Natrium 130 L
Kalium 3.30 L
- TTV:
TD: 90/60 mmHg
N: 120 x/mnt
S: 37,70C
RR: 20 x/mnt
24
25
ANALISIS DATA
HARI/TGL: Senin, 15 – 6 – 2021
NO DATA PENYEBAB MASALAH KEPERAWATAN
1 Infeksi Ketidakseimbangan nutrisi
S: kurang dari kebutuhan tubuh
- Orangtua pasien mengatakan anaknya
tidak ada nafsu makan Berkembang di usus
- Orangtua pasien mengatakan anaknya
setiap kali makan selalu mual dan
Hiperexresi air & elektrolit
muntah
O:
Diare
- k/u lemas
- membran mukosa tampak pucat dan
kering Distensi abdomen
- pasien tampak tidak nafsu makan
- pasien tampak tidak dapat
Mual muntah
menghabiskan satu porsi makanan yang
telah disediakan
- pasien tampak selalu mual dan muntah
Nafsu makan menurun
setiap kali makanan masuk
- Hasil laborat:
Lekosit 12.000 H Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
Natrium 130 L
Kalium 3.30 L
- TTV:
TD: 90/60 mmHg
N: 120 x/mnt
S: 37,70C
RR: 20 x/mnt
25
26
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
26
27
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan
27
28
28
29
29
30
Pemantauan elektrolit
Observasi
- Mengidentifikasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolit
- Memonitor kadar elektrolit serum
- Memonitor mual, muntah dan diare
- Memonitor kehilangan cairan
Terapeutik
- Mengatur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
- Mendokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Menjelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Menginformasikan hasil pemantauan
30
31
31
32
32
33
E. EVALUASI
DIAGNOSA TANGGAL
NO
KEPERAWATAN 15 – 6 – 2021 16– 6 – 2021 17 – 6 – 2021
1 Hipovolemia b/d S: S: S:
kehilangan cairan Orangtua pasien mengatakan anaknya Orangtua pasien mengatakan lemas Orangtua pasien mengatakan hari ini
aktif (diare)
masih lemas tidak bertenaga anaknya sudah mulai berkurang anaknya tampak lebih segar
O: O: O:
EVALUASI
33
34
DIAGNOSA TANGGAL
NO
KEPERAWATAN 15 – 6 – 2021 16 – 6 – 2021 17 – 6 – 2021
2 Diare b/d proses S: S: S:
infeksi
- Orangtua pasien mengatakan - Orangtua pasien mengatakan Orangtua pasien mengatakan hari ini
anaknya BAB cair sudah 2 hari ini BAB cair anaknya berkurang anaknya tidak BAB cair
- Mata tampak cowong - Mata cowong berkurang - Hari ini tidak BAB cair
- Mukosa bibir tampak pucat dan kering - membrane mukosa mulai tampak - Frekuensi bising usus membaik
- BAB cair tampak 5x (saat di RS) lembab - Bising usus terdengar 20x/mnt
- Feces tampak cair - BAB cair hari ini 4x/hari - Hasil evaluasi lab membaik: Lekosit
- Frekuensi bising usus meningkat - Frekuensi bising usus menurun 9.000 (N), Natrium 135 (N), Kalium 4.0
34
35
O: O: O:
- k/u lemas - k/u cukup - k/u baik
- membran mukosa tampak pucat dan - membrane mukosa mulai tampak lembab - anak tampak lebih segar
kering - nafsu makan anak tampak mulai - membrane mukosa tampak lembab
- pasien tampak tidak nafsu makan membaik - mual muntah anak berkurang
- pasien tidak dapat menghabiskan - anak tampak dapat merasakan lapar - nafsu makan anak membaik
makanan yang telah disediakan - anak dapat menghabiskan 1/5 porsi - 1 porsi makanan dapat dihabiskan
- pasien tampak selalu mual dan muntah makanan yang disediakan - Hasil evaluasi lab membaik: Lekosit
setiap kali makanan masuk - mual dan muntah tampak berkurang 9.000 (N), Natrium 135 (N), Kalium
- Hasil lab: Lekosit 12.000 (H), Natrium - TTV: 4.0 (N)
130 (L), Kalium 3.30 (L) TD: 80/60 mmHg - TTV:
- TTV: N: 100 x/mnt TD: 100/60 mmHg
TD: 90/70 mmHg S: 37,50C N: 90 x/mnt
N: 115 x/mnt RR: 19 x/mnt S: 36,80C
S: 37,80C A : Masalah teratasi sebagian
RR: 18 x/mnt
RR: 20 x/mnt A : Masalah teratasi
P :Lanjutkan intervensi manajemen nutrisi
A : Masalah belum teratasi
P : Hentikan intervensi manajemen nutrisi
35