Disusun Oleh:
Program Ners
Universitas Trbhuwana Tunggadewi
Malang 2020
BAB I
PENDAHULUAN
Istilah Goiter berarti terjadinya pembesaran pada kelenjar tiroid, yang dikenal dengan
goiter non toxik atau simpel goiter atau struma endemik, dengan dampak yang ditimbulkannya
hanya bersifat local yaitu sejauh mana pembesaran tersebut mempengaruhi organ disekitarnya
seperti pengaruhnya pada trachea dan esophagus.
Goiter adalah salah satu cara mekanisme kompensasi tubuh terhadap kurangnya unsure
yodium dalam makanan dan minuman. Asupan yodium dapat diperiksa secara langsung yaitu
dengan cara menganalisis makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu yang mengidap
goiter, sedangkan pemeriksaan secara tidak langsung dipakai berbagai cara antara lain :
pemeriksaan kadar yodium dalam urine dan dengan studi kinetik yodium.
Berdasarkan kejadiannya atau penyebarannya ada yang disebut struma endemis dan
sporadik. Secara sporadik dimana kasus-kasus struma ini dijumpai menyebar diberbagai tempat
atau daerah. Bila dihubungkan dengan penyebab maka struma sporadik banyak disebabkan oleh
faktor goitrogenik, anomali, penggunaan obat-obat anti tiroid, peradangan dan neoplasma,
secara endemis, dimana kasus-kasus struma ini dijumpai pada sekelompok orang didaerah
tertentu, sdihubungkan dengan penyakit defisiensi yodium.Pada umumnya goiter sering
dijumpai pada daerah pegunungan, namun ada juga yang ditemukan di dataran rendah dan
ditepi pantai.
1.3 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Goiter adalah pembesaran pada kelenjar tiroid. Pembesaran ini dapat terjadi pada kelenjar
yang normal (eutirodisme), pasien yang kekurangan hormon tiroid (hipotiroidisme) atau
kelebihan produksi hormon (hipetiroidisme). Terlihat pembengkakan atau benjolan besar pada
leher sebelah depan (pada tenggorokan) dan terjadi akibat pertumbuhan kelenjar tiroid yang
tidak normal. Kelenjar tiroid yang membesar disebut goiter. Goiter dapat menyertai hipo
maupun hiperfungsi tiroid. Bila secara klinik tidak ada tanda-tanda khas, disebut giter non-
toksik
Gondok adalah suatu pembengkakan pada kelenjar tiroid yang abnormal dan penyebabnya
bisa bermacam-macam, dimana kelenjar tiroid diperlukan untuk memproduksi hormon tiroid
yang berfungsi mengontrol metabolisme tubuh, keseimbangan tubuh dan pertumbuhan
perkembangan yang normal.
a. Auto-imun (dimana tubuh menghasilkan antibodi yang menyerang komponen spesifik pada
jaringan tersebut).
Tiroiditis Hasimoto’s adalah kondisi autoimun di mana terdapat kerusakan kelenjar tiroid
oleh sistem kekebalan tubuh sendiri. Sebagai kelenjar menjadi lebih rusak, kurang mampu
membuat persediaan yang memadai hormon tiroid.Penyakit Graves. Sistem kekebalan
menghasilkan satu protein, yang disebut tiroid stimulating imunoglobulin (TSI). Seperti
dengan TSH, TSI merangsang kelenjar tiroid untuk memperbesar memproduksi sebuah
gondok.
b. Defisiensi Yodium.
Yodium sendiri dibutuhkan untuk membentuk hormon tyroid yang nantinya akan diserap di
usus dan disirkulasikan menuju bermacam-macam kelenjar. Kelenjar tersebut diantaranya
Choroid, Ciliary body, Kelenjar susu, Plasenta, Kelenjar air ludah, Mukosa lambung,
Intenstinum tenue, Kelenjar gondok. Sebagaian besar unsur yodium ini dimanfaatkan di
kelenjar gondok. Jika kadar yodium di dalam kelenjar gondok kurang, dipastikan seseorang
akan mengidap penyakit gondok.
c. Obat-obatan tertentu yang dapat menekan produksi hormon tiroid.
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
d. Peningkatan Thyroid Stimulating Hormone (TSH) sebagai akibat dari kecacatan dalam
sintesis hormon normal dalam kelenjar tiroid.
e. Kerusakan genetik, yang lain terkait dengan luka atau infeksi di tiroid. Tiroiditis adalah
peradangan dari kelenjar tiroid sendiri dapat mengakibatkan pembesaran kelenjar tiroid.
f. Beberapa disebabkan oleh tumor (Baik dan jinak tumor kanker). Multinodular Gondok.
Individu dengan gangguan ini memiliki satu atau lebih nodul di dalam kelenjar tiroid yang
menyebabkan pembesaran. Hal ini sering terdeteksi sebagai nodular pada kelenjar perasaan
pemeriksaan fisik. Pasien dapat hadir dengan nodul tunggal yang besar dengan nodul kecil di
kelenjar, atau mungkin tampil sebagai nodul beberapa ketika pertama kali terdeteksi.
g. Kanker Tiroid. Thyroid dapat ditemukan dalam nodul tiroid meskipun kurang dari 5% dari
nodul adalah kanker. Sebuah gondok tanpa nodul bukan merupakan resiko terhadap kanker.
h. Kehamilan. Sebuah hormon yang disekresi selama kehamilan yaitu gonadotropin dapat
menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid.
Hipotiroid TSH
Hiperplasi Kel.
Goiter Hipertrofi
Tiroid
g3 Citra Kompresi
Tubuh
Trakea & Esofagus
Disfagia Penekanan Pd
Depresi
Pita Suara
Ventilasi
Suara Menjadi
Perubahan Nutrisi Serak & Parau
Kurang Dari Keb Tubuh
g3 Pemenuhan
Oksigen
Resti g3 Komunikasi
Verbal
Aktifitas utama kelenjar tiroid adalah untuk berkonsentrasi yodium dari darah untuk
membuat hormon tiroid. Kelenjar tersebut tidak dapat membuat hormon tiroid cukup jika tidak
memiliki cukup yodium. Oleh karena itu, dengan defisiensi yodium individu akan menjadi
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
hipotiroid. Akibatnya, tingkat hormon tiroid terlalu rendah dan mengirim sinyal ke tiroid. Sinyal
ini disebut thyroid stimulating hormone (TSH). Seperti namanya, hormon ini merangsang tiroid
untuk menghasilkan hormon tiroid dan tumbuh dalam ukuran yang besar Pertumbuhan
abnormal dalam ukuran menghasilkan apa yang disebut sebuah gondok
Kelenjar tiroid dikendalikan oleh thyroid stimulating hormone (TSH) yang juga dikenal
sebagai thyrotropin. TSH disekresi dari kelenjar hipofisis, yang pada gilirannya dipengaruhi
oleh hormon thyrotropin releasing hormon (TRH) dari hipotalamus. Thyrotropin bekerja pada
reseptor TSH terletak pada kelenjar tiroid. Serum hormon tiroid levothyroxine dan
triiodothyronine umpan balik ke hipofisis, mengatur produksi TSH. Interferensi dengan sumbu
ini TRH hormon tiroid TSH menyebabkan perubahan fungsi dan struktur kelenjar tiroid.
Stimulasi dari reseptor TSH dari tiroid oleh TSH, TSH reseptor antibodi, atau agonis reseptor
TSH, seperti chorionic gonadotropin, dapat mengakibatkan gondok difus. Ketika sebuah
kelompok kecil sel tiroid, sel inflamasi, atau sel ganas metastasis untuk tiroid terlibat, suatu
nodul tiroid dapat berkembang.
Kekurangan dalam sintesis hormon tiroid atau asupan menyebabkan produksi TSH
meningkat. Peningkatan TSH menyebabkan peningkatan cellularity dan hiperplasia kelenjar
tiroid dalam upaya untuk menormalkan kadar hormon tiroid. Jika proses ini berkelanjutan,
maka akan mengakibatkan gondok. Penyebab kekurangan hormon tiroid termasuk kesalahan
bawaan sintesis hormon tiroid, defisiensi yodium, dan goitrogens.
Gondok dapat juga terjadi hasil dari sejumlah agonis reseptor TSH. Pendorong reseptor
TSH termasuk antibodi reseptor TSH, resistensi terhadap hormon tiroid hipofisis, adenoma
kelenjar hipofisis hipotalamus atau, dan tumor memproduksi human chorionic gonadotropin.
Pemasukan iodium yang kurang, gangguan berbagai enzim dalam tubuh, hiposekresi
TSH, glukosil goitrogenik (bahan yang dapat menekan sekresi hormone tiroid), gangguan pada
kelenjar tiroid sendiri serta factor pengikat dalam plasma sangat menentukan adekuat tidaknya
sekresi hormone tiroid. Bila kadar-kadar hormone tiroid kurang maka akan terjadi mekanisme
umpan balik terhadap kelenjar tiroid sehingga aktifitas kelenjar meningkat dan terjadi
pembesaran (hipertrofi).
Dampak goiter terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang dapat
mempengaruhi kedudukan organ-organ lain di sekitarnya. Di bagian posterior medial kelenjar
tiroid terdapat trakea dan esophagus. Goiter dapat mengarah ke dalam sehingga mendorong
trakea, esophagus dan pita suara sehingga terjadi kesulitan bernapas dan disfagia yang akan
berdampak terhadap gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit.
Penekanan pada pita suara akan menyebabkan suara menjadi serak atau parau. Bila pembesaran
keluar, maka akan memberi bentuk leher yang besar dapat simetris atau tidak, jarang disertai
kesulitan bernapas dan disfagia.
a. Goiter kongenital.
Hampir selalu ada pada bayi hipertiroid kongenital, biasanya tidak besar dan sering terjadi
pada ibu yang memiliki riwayat penyakit graves.
b. Goiter endemik dan kretinisme.
Biasa terjadi pada daerah geografis dimana detistensi yodium berat, dekompensasi dan
hipotiroidisme dapat timbul karenanya, goiter endemik ini jarang terjadi pada populasi yang
tinggal disepanjang laut.
c. Goiter sporadis.
Goiter yang terjadi oleh berbagai sebab diantaranya tiroiditis fositik yang terjadi lazim pada
saudara kandung, dimulai pada awal kehidupan dan kemungkinan bersama dengan
hipertiroidisme yang merupakan petunjuk penting untuk diagnosa.
d. Goiter yodium.
Goiter akibat pemberian yodium biasanya keras dan membesar secara difus, dan pada
beberapa keadaan, hipotirodisme dapat berkembang.
e. Goiter sederhana (Goiter kollot).
Yang tidak diketahui asalnya. Pada pasien bistokgis tiroid tampak normal atau menunjukan
berbagai ukuran follikel, koloid dan epitel pipih.
f. Goiter multinodular.
Goiter keras dengan permukaan berlobulasi dan tunggal atau banyak nodulus yang dapat
diraba, mungkin terjadi perdarahan, perubahan kistik dan fibrosis.
g. Goiter intratrakea.
Tiroid intralumen terletak dibawah mukosa trakhea dan sering berlanjut dengan tiroid
ekstratrakea yang terletak secara normal.
h. Klasifikasi Goiter menurut WHO :
1) Stadium O – A : tidak ada goiter.
2) Stadium O – B : goiter terdeteksi dari palpasi tetapi tidak terlihat walaupun leher
terekstensi penuh.
3) Stadium I : goiter palpasi dan terlihat hanya jika leher terekstensi penuh.
4) Stadium II : goiter terlihat pada leher dalam Potersi.
5) Stadium III : goiter yang besar terlihat dari Darun.
Penderita mungkin mengalami aritmia dan gagal jantung yang resisten terhadap terapi
digitalis. Penderita dapat pula memperlihatkan bukti-bukti penurunan berat badan, lemah, dan
pengecilan otot. Biasanya ditemukan goiter multi nodular pada pasien-pasien tersebut yang
berbeda dengan pembesaran tiroid difus pada pasien penyakit Graves
Pada umumnya pasien struma nodosa datang berobat karena keluhan ketakutan akan
keganasan. Sebagian kecil pasien, khususnya yang dengan struma nodosa besar, mengeluh
adanya gejala mekanis, yaitu penekanan pada esophagus (disfagia) atau trakea (sesak napas).
Gejala penekanan ini data juga oleh tiroiditis kronis karena konsistensinya yang keras. Biasanya
tidak disertai rasa nyeri kecuali bila timbul perdarahan di dalam nodul
Keganasan tiroid yang infiltrasi nervus rekurens menyebabkan terjadinya suara parau.
Kadang-kadang penderita datang dengan karena adanya benjolan pada leher sebelah lateral atas
yang ternyata adalah metastase karsinoma tiroid pada kelenjar getah bening, sedangkan tumor
primernya sendiri ukurannya masih kecil. Atau penderita datang karena benjolan di kepala yang
ternyata suatu metastase karsinoma tiroid pada kranium. Gejala utama :
a. Jantung
b. Hiperkalsemia
c. Nefrokalsinosis
d. Penurunan libido
e. Impotensi
f. Berkurangnya jumlah sperma
g. Ginekomastia
h. Oftalmopati graves
i. Dermopati graves
j. Infeksi karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid.
a. Tes pengambilan RAI : meningkat pada penyakit graves dan toksik goiter noduler, menurun
pada tiroiditis.
b. T4 dan T3 serum : meningkat
c. T4 dan T3 bebas serum : meningkat
d. TSH : tertekan dan tidak berespon terhadap TRH (tiroid releasing hormon)
e. Tiroglobulin : meningkat
f. Stimulasi TR : dikatakan hipertiroid jika TRHdari tidak ada sampai meningkat setelah
pembetian TRH.
g. Ambilan tiroid 131 : meningkat
h. Ikatan protein oidium : meningkat
i. Gula darah : meningkat ( seiring dengan kerusakan pada adrenal)
j. Fosfat alkali dan kalsium serum : meningkat
k. Pemeriksaan fungsi hepar : abnormal
l. lElektrolit : hiponatemian yang mungkin sebagai akibat dari respon adrenal atau efek dilusi
dalam terapi cairan pengganti. Hipokalsemia terjadi dengan sendirinya pada kehilangan
melalui gastrointestinal dan diuresis.
m. Katekolamin serum : menurun
n. Kreatinin urine : menurun
o. EKG : fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek, kardiomegali.
a. Konservatif
1) Obat Anti-Tiroid. Obat ini menghambat produksi hormon tiroid. Jika dosis berlebih,
pasien mengalami gejala hipotiroidisme.
Contoh obat adalah sebagai berikut :
a) Thioamide
b) Methimazole dosis awal 20 -30 mg/hari
c) Propylthiouracil (PTU) dosis awal 300 - 600 mg/hari, dosis maksimal
d) 2.000 mg/hari
e) Potassium Iodide
f) Sodium Ipodate
g) Anion Inhibitor
2) Beta-adrenergic reseptor antagonist. Obat ini adalah untuk mengurangi gejala-gejala
hipotiroidisme.
Contoh: Propanolol . Indikasi :
a) Mendapat remisi yang menetap atau memperpanjang remisi pada pasien muda
dengan struma ringan sedang dan tiroktosikosis.
b) Untuk mengendalikan tiroktosikosis pada fase sebelum pengobatan atau sesudah
pengobatan yodium radioaktif.
c) Persiapan tiroidektomi.
d) Pasien hamil, usia lanjut .
e) Krisis tiroid
Penyekat adinergik ß pada awal terapi diberikan, sementara menunggu pasien menjadi
eutiroid setelah 6-12 minggu pemberian anti tiroid. Propanolol dosis 40-200 mg dalam 4
dosis pada awal pengobatan, pasien kontrol setelah 4-8 minggu. Setelah eutiroid,
pemantauan setiap 3-6 bulan sekali: memantau gejala dan tanda klinis, serta Lab.FT4/T4/T3
dan TSHs.
Setelah tercapai eutiroid, obat anti tiroid dikurangi dosisnya dan dipertahankan dosis
terkecil yang masih memberikan keadaan eutiroid selama 12-24 bulan. Kemudian
pengobatan dihentikan , dan dinilai apakah tejadi remisi. Dikatakan remisi apabila setelah 1
tahun obat antitiroid di hentikan, pasien masih dalam keadaan eutiroid, walaupun kemudian
hari dapat tetap eutiroid atau terjadi kolaps.
b. Surgical
1) Radioaktif iodine. Tindakan ini adalah untuk memusnahkan kelenjar tiroid yang
hiperaktif.
2) Tiroidektomi. Tindakan pembedahan ini untuk mengangkat kelenjar tiroid yang
membesar.
Indikasi :
a) Pasien umur muda dengan struma besar serta tidak berespons terhadap obat antitiroid.
b) Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan obat antitiroid dosis besar
c) Alergi terhadap obat antitiroid, pasien tidak dapat menerima yodium radioaktif
d) Adenoma toksik atau struma multinodular toksik
e) Pada penyakit Graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul
f) Multinodular
Banyak gondok, seperti gondok multinodular, terkait dengan tingkat normal hormon
tiroid dalam darah. Gondok ini biasanya tidak memerlukan perawatan khusus setelah dibuat
diagnosa yang tepat.
b. Radioaktif
Obat Penyakit Gondok Ace maxs juga mengandung nutrisi Vitamin B1, B2, C,
memperbaiki sistem kerusakan tubuh, memperkuat daya tahan tubuh, serta efektif dalam
mengontrol kadar berlebih seperti darah tinggi, kolesterol tinggi serta gula darah tinggi
dalam tubuh. Nah itulah mengapa pengobatan penyakit gondok dengan Obat Penyakit
Gondok herbal Ace Maxs lebih tepat, efektif, mujarab tanpa menimbulkan efek samping.
Dan sebagai pengawetnya, obat penyakit gondok Ace Maxs menggunakan madu murni
sebagai pengawet obat alami.
Obat Penyakit Gondok Ace maxs mengandung beberapa manfaat penting untuk
pengobatan gondok, kandungan didalamnya mampu mengembalikan kadar normal hormon
tiroid secara bertahap dan efektif tanpa menimbulkan reaksi negatif terhadap tubuh yang
mengkonsumsinya. Selain itu obat penyakit gondok yang terbuat dari kulit buah manggis dan
daun buah sirsak mempunyai senyawa aktif yang bekerja sebagai pembersih tubuh,yaitu zat
antioksidan xanthone penangkal radikal bebas mampu melancarkan peredaran darah dan
memperlebar pembuluh darah sehingga tubuh menjadi lebih segar dan sehat. dari komposisi
alami lainnya seperti anggur, apel, madu murni serta rosella hitam. Rosella hitam yang
terkandung dalam obat penyakit gondok ace maxs berfungsi sebagai penghilang keasaman
dilambung sehingga obat penyakit gondok ace maxs aman dikonsumsi oleh penderita
gondok yang memiliki keluhan sakit Maag
Penggunaan yodium yang cukup, makan makanan yang banyak mengandung yodium,
seperti ikan laut, ganggang-ganggangan dan sayuran hijau. Untuk penggunaan garam
beryodium dalam masakan perlu diperhatikan. Garam yodium bisa ditambahkan setelah
masakan matang, bukan saat sedang memasak sehingga yodium tidak rusak karena panas.
a. Pada ibu hamil dianjurkan agar tidak menggunakan obat-obatan yang beresiko untuk
ketergantungan goiter kongenital.
b. Hindari mengkonsumsi secara berlebihan makanan-makanan yang mengandung goitrogenik
glikosida agent yang dapat menekan sekresi hormone tiroid seperti ubi kayu, jagung, lobak,
kankung, dan kubis.
Penyakit goiter dapat dicegah dengan pemberian senyawa yodium pada anak-anak
dikawasan yang kandungan yodiumnya buruk. Hipertropi terjadi karena asupan rerata yodium
kurang dari 40 mg/hari, WHO menganjurkan yodiosasi garam hingga mencapai konsentrasi satu
bagian dalam 100.000 yang sudah cukup untuk pencegahan goiter. Pengenalan garam
beryodium merupakan satu-satunya cara yang paling efektif untuk mencegah Penyakit goiter
dalam masyarakat yang rentan.
DAFTAR PUSTAKA
Bruner & Suddarth, 2018, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta: EGC
Guyton Hall, 2017, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta: EGC
http://www.google.co.id/#sclient=psy
http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=7&ved=0CDwQFjAG&url=http%3A%2F
%2Fismar71.files.wordpress.com%2F2008%2F03%2F5-askep-klien-hipotiroidisme.
I. INFORMASI UMUM
Tanggal Pengkajian: 15/12/2020 Waktu :
08:00
Pendidikan
Usia : 21 tahun : Mahasiswa
Terakhir
Nama keluarga
Alamat : Lowokwaru - kota malang : Tn. D
dekat / Wali
No. Telp (Hp)
Status pernikahan : Belum menikah : 085333xxxxxx
Keluarga / Wali
RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan Utama
Saat MRS : nyeri pada tenggorokan bekas oprasi (Tiroidektomi)
Saat Pengkajian : Pasien mengeluh terdapat benjolan di leher bagian depan dan terasa sulit
untuk menelan 3 bulan yang lalu. 2 minggu (12-12-2020) yang lalu pasien berobat ke poli
THT untuk memeriksa keadaannya dan untuk pemeriksaan lab, pasien terdiagnosa Struma
Nodusa Non Toxic, dan akan dilaksanakan tindakan tiroidektomi 26-12-2020. Pada saat
melakukan pengkajian, pasien sudah post op hari pertama. Pasien terlihat lemah, dengan
terpasang infus RL 20 tetes permenit, dan drain pada luka, Pasien mengeluh nyeri pada
leher post oprasi, tampak meringis, dan bersikap protektif pada daerah yang sakit, hilang
timbul.
Genogram : : Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Tinggal serumah
: Keturunan
: Pasien
II. FISIOLOGIS
OKSIGENASI
Batuk : Ya √ Tidak Sesak : √ Ya Tidak
Produktif Non Produktif Fatique : √ Ya Tidak
Bersih Putih Hijau
Kuning Merah
Inspeksi
Nafas : RR : 30 Irama : √Normal Bradypnea Takypnea
Cheyne-stokes Kussmaul
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
Simetris : √ Tidak Ya
Retraksi dada : Tidak √ Ya
Palpasi
Taktil Fermitus : Kanan Kiri
Normal, yaitu getaran atau gerakan dada kanan dan kiri sama
Perkusi
Resonance - Letak
Hiperresonance - Letak
Flat - Letak
Dullnes - Letak
Tympany - Letak
SIRKULASI
Fisik
TD : 120/80mmhg Nadi : 100 X/M Irama √ Reguler Irreguler
Konjungtiva : √ Normal Pucat Kekuatan Kuat √ Lemah
Absent
Membran : √ Normal Pucat Sianosis Ya √ Tidak
mukosa/ bibir Kulit pucat Ya √ Tidak
Kapillary refill : 1 detik Akral dingin Ya √ Tidak
Bunyi jantung √ S1 – S2 normal Gallop
Paradoksial Murmur
Laboratorium :
Darah Rutin Hasil Nilai Normal
NUTRISI
Fisik
TB : 55 cm BB : 145 kg IMT : 27,2
EKG :
Thorax Normal
FNA-B
FNA-B Koloid nodul
ELIMINASI
Fisik
BAK : Keluhan =
Anuria (< 50 ml/hr) Dysuria (kesusahan kemih)
Nocturia Polyuria Inkontenensia
Rasa Panas Distensi bladder
Jumlah Sebelum sakit : 500-1000 cc Saat sakit : 300 cc
Warna √ Kuning Merah
Penggunaan obat : tidak ada
dieuretik
BAB : Keluhan
√ Belum BAB ___1___hari
Konstipasi ____-____hari
Diare _____-_______hari
Hemoroid
Frekuensi Sebelum sakit : ____1______2-3/hr Saat sakit : ______-_____x/hr
Warna √ Kuning Merah Hitam
Penggunaan obat Iya √ Tidak
Pencahar
AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT
Fisik
ADL √ Independent Bantuan sebagian Dependent
Kemampuan rentang gerak : ada
Kepala √Fleksi Ektensi Rotasi
Bahu √ Elevasi Depresi
Kekuatan otot
Lengan bawah 4 4
Tangan 4 4
Kaki 4 4
Barthel Indek
(Lingkari pada data yang ada temukan)
1 Mengendalikan rangsang 0 Tak terkendali/tak teratur (perlu pencahar)
pembuangan tinja 1 Kadang-kadang tak terkendali (1x seminggu)
2 Terkendali teratur
2
2 Mengendalikan rangsang 0 Tak terkendali atau pakai kateter
berkemih 1 Kadang-kadang tak terkendali (hanya 1x/ 24 jam)
2 Mandiri
2
3 Membersihkan diri (seka muka, 0 Butuh pertolongan orang lain
sisir rambut, sikat gigi) 1 Mandiri
0
4 Penggunaan jamban, masuk dan 0 Tergantung pertolongan orang lain
keluar (melepaskan, memakai 1 Perlu pertolongan pada beberapa kegiatan tetapi dapat
celana, membersihkan, mengerjakan sendiri beberapa kegiatan yang lain
menyiram) 2 Mandiri
0
5 Makan 0 Tidak mampu
1 Perlu ditolong memotong makanan
2 Mandiri
1
6 Berubah sikap dari berbaring ke 0 Tidak mampu
duduk 1 Perlu banyak bantuan untuk bisa duduk (2 orang)
2 Bantuan minimal 1 orang
3 Mandiri
2
7 Berpindah / berjalan 0 Tidak mampu
1 Bisa (pindah) dengan kursi roda
2 Berjalan dengan bantuan 1 orang
3 Mandiri
0
Keterangan :
20 : Mandiri
12 – 19 : Ketergantungan ringan
9 – 11 : Ketergantungan sedang
Total Skor 10
SENSORI
Nyeri P : Provokatif __post op tiroidektomi_______________________________________________
Q: Quality __di tusuk-tusuk_______________________________________________
R: Regio __leher kanan _______________________________________________
S: Severy __6 _______________________________________________
T: Timing __hilang timbul _______________________________________________
Penglihatan : ___normal_______________________________________________________________
Penciuman : Sumbatan Kanan/Kiri Perdarahan Kanan/ Kiri
Pengecapan : Manis Asin Asam
Pendengaran : Kanan Kiri
CAIRAN ELEKTROLIT
Intake cairan sebelumnya : ____2000_____cc.
Intake Output
Minum : ___1500_ ml/hr Urine : ___500 ______ ml/hr
Intravena : _____500________ ml/hr Drain : _____________ ml/hr
IWL : _____________ ml/hr
Diare : _____________ ml/hr
Muntah : _____________ ml/hr
Perdarahan : _____________ ml/hr
NEUROLOGI
Status Mental
LOC (Level of Consiousness) : Alert Letargi Unreponsive
Memory : √ Panjang Pendek
Perhatian : √ Dapat mengulang Tidak dapat mengulang
Bahasa : √ Baik Tidak
Kognisi : √ Baik Tidak
Orientasi : √ Orang Tempat Waktu
Saraf sensori : √ Nyeri tusuk Suhu Sentuhan
ENDOKRIN
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
V. Interdependen
Siapakah orang yang anda rasa sangat penting untuk anda? Suami
Ceritakan arti atau kedekatana orang tersebut sehingga penting untuk anda? Sangat berrti dalam hidup saya
Adakah orang lain yang dekat dengan anda? Selain suami, Tidak ada
Siapakah orang yang anda percayai dalam setiap masalah anda? suami
Bagaimana hubungan anada dengan keluarga, teman atau lingkungan sosial lain ? sangat baik karena saya sering atau
mudah untuk bersosialisasi
Suami dan anak sangat dekat dengan saya dan mendukung saya
Terapi :
Terapi Dosis Rute Indikasi Efek
DS : pasien mengatakan sulit menelan Defisiensi yodium, hiposekresi TSH, Definisit nutrisi
Glukosil goitrogenik
DO : ↓
1. Terpasang drain di leher dengan Hypothalamus
produksi darh 5cc ↓
2. Porsi makan hanya ½ porsi TRH
↓
Hipodise anterior
Hasil lab ↓
RBC 6.26 10^6/uL TSH
FNA-B Koloid nodul ↓
Kelenjar tiroid
↓
Sekresi hormone tiroksin ↓
↓
Mekanisme umpan balik negative
↓
Aktifitas kelenjar Tiroid
↓
Hipertrofit kelenjar tiroid (goiter nono)
↓
Goiter btumbuh ke dalam
↓
Menekan esophagus
↓
Disfagia
↓
Nutrisi adekuat
↓
Pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
↓
Definisit nutrisi
VIII. PERENCANAAN
No.
Diagnosa SLKI Intervensi SIKI
Dx
1 Nyeri akut Termoregulasi Manajemen jalan nafas
Observasi
- Monitor suhu badan
Setelah dilakukan intervensi selama 1x24 - Monitor asupan cairan
jam, maka hipertermia menurun dengan - Monitor adanya nyeri kepala
Terapeutik
keriteria hasi
- Anjurkan memberikan kompres hangat
- Anjurkan banyak minum air putih
- Menggigil menurun
- Anjurkan mengecek suhu ketika demam
- Tidak tampak kulit yang memerah - Anjurkan memakai pakaian yang menyerap keringat
- Tidak ada kejang - Anjurkan memakai pakaian tipis
- Tidak tampak Akrosianosis Edukasi
- Konsumsi oksigen menurun - Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, bila tidakada kontraindikasi
- Piloereksi menurun - Ajarkan teknik kompres yang benar
- Idak tampak pucat Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antipirektik sesuai anjuran dokter
- Tidak terdapat takikardia
- Tidak tampak takipnea
- Tidak terdapat bradikardia
- Tidak ada hipoksia
- Suhu tubuh membaik
- Suhu kulit membaik
- Kadar glukosa membaik
-
2 Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari status nutrisi Utama :
kebutuhan tubuh Ekspektasi : membaik - Manajemen energy
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 - Terapi aktivitas
jam kebutuhan asupan nutrisi memenuhi kebutuhan Pendukung
metabolism dengan kriteria hasil : - Dukungan ambulasi
- Porsi makanan yang dihabiskan meningkat - Dukungan medetasi
Keterangan Penilaian :
1 : i Menurun/meningkat/membaik dak sesuai
2 : g Cukup menurun/cukup meningkat/cukup memburuk tidak sesuai
3 : a Sedang ang tidak sesuai
4 : a Cukup meningkat/cukup menurun/cukup membaik ng tidak sesuai
5 : e Meningkat/menurun/membaik uai
IX. IMPLEMENTASI
TTD &
No. Dx.
Tgl Jam Tindakan Keperawatan Respon Klien Nama
Kep.
Terang
15/12/ 1 10:00 Manajemen jalan nafas Kooperatif
2020 Observasi
- Monitor suhu badan
- Monitor asupan cairan
- Monitor adanya nyeri kepala
Terapeutik
- Anjurkan memberikan
kompres hangat
- Anjurkan banyak minum air
putih
- Anjurkan mengecek suhu
ketika demam
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, bila tidakada
kontraindikasi
- Ajarkan teknik kompres
yang benar
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat
antipirektik sesuai anjuran dokter
X. EVALUASI
Hari/Tanggal
No. Dx Kep Evaluasi TTD
Jam
17/12/2020 1 DS : Pasien mengatakan sudah tidak demam
DO :
td : 120/80 mmhg,
S :36,8 C,
Nadi : 100x/m,
RR 30 x/m,
SPO2 98%, GCS 456,
Akral hangat
A : termoregulasi
P:
Observasi
- Suhu tubuh pasien
- Akral pasien
- Mukosa bibir
Terapeutik
- Kompres hangat
- Memakai pakaian yang menyerap keringat
- Memakai pakaian tipis
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, bila tidakada
kontraindikasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antipiretik
A : intoleransi aktivitas
P:
Observasi
- Monitor frekuensi, irama upaya dan kedalaman nafas
- Monitor pola nafas
- Monitor saturasi oksigen
Terapeutik
- Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
RESUME KEPERAWATAN
- Pasien - Keadaan umum Pola 1.Monitor pola nafas ( frekuensi, 1.Memonitor pola nafas S:
mengeluh sulit untuk lemah nafas kedalaman, usaha nafas) ( frekuensi, kedalaman, usaha
bernafas - RR=29x/ menit tidak 2.Monitor bunyi nafas tambahan nafas) -pasien mengatakan sesak berkurang
- Nadi=135x/menit efektif 3.Monitor sputum 2.Memonitor bunyi nafas
-pasien mengatakan kadang masih terasa
- Pasien dipsnoe 4.Posisikan semifowler atau fowler tambahan
sesak bila di buat berbaring
- Pasien mengatakan menggunakan otot 5.Beri oksigen jika perlu 3.Memonitor sputum
sesak yang dirasakan bantu nafas 6. Ajarkan batuk efektif 4.Memberikan posisi semifowler O:
memberat saat pasien
- Pernapasan cuping atau fowler
dalam posisi 7. Berikan minum air hangat -keadaan umum cukup
hidung.
berbaring dan -pasien posisi semifowler
- suara nafas creckles
membaik saat pasien -RR: 22x/mnt
- Hasil foto thorak : 5.Memberikan oksigen jika perlu
duduk/berdiri
Terdapat edema dan -Nadi: 90x/mnt
kongesti vaskular -pasien memakai oksigen 3 lpm
pulmoner -pasien dipsnoe berkurang dan tidak
6. Mengajarkan batuk efektif menggunakan otot bantu nafas
7. Memberikan pasien minum air
hangat -tidak tampak pernafasan cuping hidung
P: Lanjutkan intervensi
RESUME KEPERAWATAN
-pasien mengatakan -keadaan umum Konstipasi 1. Periksa tanda dan 1.Memeriksa tanda dan gejala S:
susah BAB lemah gejala konstipasi konstipasi
2. Periksa pergerakan 2.Memeriksa pergerakan usus, -pasien mengatakan sudah bisa BAB
-Pasien mengatakan -pasien tampak usus, karakteristik karakteristik feses (konsistensi,
sdh 5 hari tidak BAB bedrest O:
feses (konsistensi, bentuk, warna dan volume)
bentuk, warna dan 3.Mengidentifikasi factor resiko -keadaan umum cukup
-pasien tampak tidak
volume) konstipasi
nyaman
3. Identifikasi factor 4.Menganjurkan diet tinggi serat -bising usus 14x/mnt
-bising usus 8x/mnt resiko konstipasi 5.Melakukan massase abdomen
-perut supel
4. Anjurkan diet tinggi 6.Melakukan evakuasi feses secara
-Distensi abdomen serat manual , jika perlu -pasien tampak nyaman
5. Lakukan massase 7.Memberikan enema atau irigasi
abdomen jika perlu A: Konstipasi teratasi
6. Lakukan evakuasi 8.Menjelaskan etiologi masalah
feses secara dan alas an tindakan P: Hentikan intervensi
manual , jika perlu
7. Byerikan enema 9.Menganjurkan peningkatan
atau irigasi jika perlu asupan cair
8. Jelaskan etiologi
masalah dan alas an
tindakan
9. Anjurkan
peningkatan asupan
cair