Anda di halaman 1dari 30

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS


DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA PASIEN GOITER

Disusun Oleh:

Puput Tri Wulandari (2017610174)

Program Ners
Universitas Trbhuwana Tunggadewi
Malang 2020

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah Goiter berarti terjadinya pembesaran pada kelenjar tiroid, yang dikenal dengan
goiter non toxik atau simpel goiter atau struma endemik, dengan dampak yang ditimbulkannya
hanya bersifat local yaitu sejauh mana pembesaran tersebut mempengaruhi organ disekitarnya
seperti pengaruhnya pada trachea dan esophagus.

Goiter adalah salah satu cara mekanisme kompensasi tubuh terhadap kurangnya unsure
yodium dalam makanan dan minuman. Asupan yodium dapat diperiksa secara langsung yaitu
dengan cara menganalisis makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu yang mengidap
goiter, sedangkan pemeriksaan secara tidak langsung dipakai berbagai cara antara lain :
pemeriksaan kadar yodium dalam urine dan dengan studi kinetik yodium.

Berdasarkan kejadiannya atau penyebarannya ada yang disebut struma endemis dan
sporadik. Secara sporadik dimana kasus-kasus struma ini dijumpai menyebar diberbagai tempat
atau daerah. Bila dihubungkan dengan penyebab maka struma sporadik banyak disebabkan oleh
faktor goitrogenik, anomali, penggunaan obat-obat anti tiroid, peradangan dan neoplasma,
secara endemis, dimana kasus-kasus struma ini dijumpai pada sekelompok orang didaerah
tertentu, sdihubungkan dengan penyakit defisiensi yodium.Pada umumnya goiter sering
dijumpai pada daerah pegunungan, namun ada juga yang ditemukan di dataran rendah dan
ditepi pantai.

1.2 Rumusan Masalah

Ada beberapa pokok permasalahan yang akan dibahas yakni:

1. Bagaimana konsep medis penyakit goiter?


2. Bagaimana asuhan keperawatan penyakit goiter?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembahasan ini yaitu:

1. Untuk mengetahui konsep medis dari penyakit goiter, dan


2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan penyakit goiter.

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Goiter

Goiter adalah pembesaran pada kelenjar tiroid. Pembesaran ini dapat terjadi pada kelenjar
yang normal (eutirodisme), pasien yang kekurangan hormon tiroid (hipotiroidisme) atau
kelebihan produksi hormon (hipetiroidisme). Terlihat pembengkakan atau benjolan besar pada
leher sebelah depan (pada tenggorokan) dan terjadi akibat pertumbuhan kelenjar tiroid yang
tidak normal. Kelenjar tiroid yang membesar disebut goiter. Goiter dapat menyertai hipo
maupun hiperfungsi tiroid. Bila secara klinik tidak ada tanda-tanda khas, disebut giter non-
toksik

Gondok adalah suatu pembengkakan pada kelenjar tiroid yang abnormal dan penyebabnya
bisa bermacam-macam, dimana kelenjar tiroid diperlukan untuk memproduksi hormon tiroid
yang berfungsi mengontrol metabolisme tubuh, keseimbangan tubuh dan pertumbuhan
perkembangan yang normal.

2.2 Etiologi Goiter

Berbagai faktor diidentifikasikan sebagai penyebab terjadinya hipertropi kelenjar tiroid


termasuk didalamnya defisiensi yodium, goitrogenik glikosida agent (zat atau bahan ini dapat
mensekresi hormon tiroid) seperti ubi kayu, jagung, lobak, kangkung, kubis bila dikonsumsi
secara berlebihan, obat-obatan anti tiroid, anomali, peradangan dan tumor/neoplasma.

a. Auto-imun (dimana tubuh menghasilkan antibodi yang menyerang komponen spesifik pada
jaringan tersebut).
Tiroiditis Hasimoto’s adalah kondisi autoimun di mana terdapat kerusakan kelenjar tiroid
oleh sistem kekebalan tubuh sendiri. Sebagai kelenjar menjadi lebih rusak, kurang mampu
membuat persediaan yang memadai hormon tiroid.Penyakit Graves. Sistem kekebalan
menghasilkan satu protein, yang disebut tiroid stimulating imunoglobulin (TSI). Seperti
dengan TSH, TSI merangsang kelenjar tiroid untuk memperbesar memproduksi sebuah
gondok.
b. Defisiensi Yodium.
Yodium sendiri dibutuhkan untuk membentuk hormon tyroid yang nantinya akan diserap di
usus dan disirkulasikan menuju bermacam-macam kelenjar. Kelenjar tersebut diantaranya
Choroid, Ciliary body, Kelenjar susu, Plasenta, Kelenjar air ludah, Mukosa lambung,
Intenstinum tenue, Kelenjar gondok. Sebagaian besar unsur yodium ini dimanfaatkan di
kelenjar gondok. Jika kadar yodium di dalam kelenjar gondok kurang, dipastikan seseorang
akan mengidap penyakit gondok.
c. Obat-obatan tertentu yang dapat menekan produksi hormon tiroid.
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

d. Peningkatan Thyroid Stimulating Hormone (TSH) sebagai akibat dari kecacatan dalam
sintesis hormon normal dalam kelenjar tiroid.
e. Kerusakan genetik, yang lain terkait dengan luka atau infeksi di tiroid. Tiroiditis adalah
peradangan dari kelenjar tiroid sendiri dapat mengakibatkan pembesaran kelenjar tiroid.
f. Beberapa disebabkan oleh tumor (Baik dan jinak tumor kanker). Multinodular Gondok.
Individu dengan gangguan ini memiliki satu atau lebih nodul di dalam kelenjar tiroid yang
menyebabkan pembesaran. Hal ini sering terdeteksi sebagai nodular pada kelenjar perasaan
pemeriksaan fisik. Pasien dapat hadir dengan nodul tunggal yang besar dengan nodul kecil di
kelenjar, atau mungkin tampil sebagai nodul beberapa ketika pertama kali terdeteksi.
g. Kanker Tiroid. Thyroid dapat ditemukan dalam nodul tiroid meskipun kurang dari 5% dari
nodul adalah kanker. Sebuah gondok tanpa nodul bukan merupakan resiko terhadap kanker.
h. Kehamilan. Sebuah hormon yang disekresi selama kehamilan yaitu gonadotropin dapat
menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid.

2.3 Patofisiologi Goiter


Defisiensi
Yodium

Hipotiroid TSH

Hiperplasi Kel.
Goiter Hipertrofi
Tiroid

g3 Citra Kompresi
Tubuh
Trakea & Esofagus

Disfagia Penekanan Pd
Depresi
Pita Suara
Ventilasi

Suara Menjadi
Perubahan Nutrisi Serak & Parau
Kurang Dari Keb Tubuh
g3 Pemenuhan
Oksigen
Resti g3 Komunikasi

Verbal

Aktifitas utama kelenjar tiroid adalah untuk berkonsentrasi yodium dari darah untuk
membuat hormon tiroid. Kelenjar tersebut tidak dapat membuat hormon tiroid cukup jika tidak
memiliki cukup yodium. Oleh karena itu, dengan defisiensi yodium individu akan menjadi
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

hipotiroid. Akibatnya, tingkat hormon tiroid terlalu rendah dan mengirim sinyal ke tiroid. Sinyal
ini disebut thyroid stimulating hormone (TSH). Seperti namanya, hormon ini merangsang tiroid
untuk menghasilkan hormon tiroid dan tumbuh dalam ukuran yang besar Pertumbuhan
abnormal dalam ukuran menghasilkan apa yang disebut sebuah gondok

Kelenjar tiroid dikendalikan oleh thyroid stimulating hormone (TSH) yang juga dikenal
sebagai thyrotropin. TSH disekresi dari kelenjar hipofisis, yang pada gilirannya dipengaruhi
oleh hormon thyrotropin releasing hormon (TRH) dari hipotalamus. Thyrotropin bekerja pada
reseptor TSH terletak pada kelenjar tiroid. Serum hormon tiroid levothyroxine dan
triiodothyronine umpan balik ke hipofisis, mengatur produksi TSH. Interferensi dengan sumbu
ini TRH hormon tiroid TSH menyebabkan perubahan fungsi dan struktur kelenjar tiroid.
Stimulasi dari reseptor TSH dari tiroid oleh TSH, TSH reseptor antibodi, atau agonis reseptor
TSH, seperti chorionic gonadotropin, dapat mengakibatkan gondok difus. Ketika sebuah
kelompok kecil sel tiroid, sel inflamasi, atau sel ganas metastasis untuk tiroid terlibat, suatu
nodul tiroid dapat berkembang.

Kekurangan dalam sintesis hormon tiroid atau asupan menyebabkan produksi TSH
meningkat. Peningkatan TSH menyebabkan peningkatan cellularity dan hiperplasia kelenjar
tiroid dalam upaya untuk menormalkan kadar hormon tiroid. Jika proses ini berkelanjutan,
maka akan mengakibatkan gondok. Penyebab kekurangan hormon tiroid termasuk kesalahan
bawaan sintesis hormon tiroid, defisiensi yodium, dan goitrogens.

Gondok dapat juga terjadi hasil dari sejumlah agonis reseptor TSH. Pendorong reseptor
TSH termasuk antibodi reseptor TSH, resistensi terhadap hormon tiroid hipofisis, adenoma
kelenjar hipofisis hipotalamus atau, dan tumor memproduksi human chorionic gonadotropin.

Pemasukan iodium yang kurang, gangguan berbagai enzim dalam tubuh, hiposekresi
TSH, glukosil goitrogenik (bahan yang dapat menekan sekresi hormone tiroid), gangguan pada
kelenjar tiroid sendiri serta factor pengikat dalam plasma sangat menentukan adekuat tidaknya
sekresi hormone tiroid. Bila kadar-kadar hormone tiroid kurang maka akan terjadi mekanisme
umpan balik terhadap kelenjar tiroid sehingga aktifitas kelenjar meningkat dan terjadi
pembesaran (hipertrofi).

Dampak goiter terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang dapat
mempengaruhi kedudukan organ-organ lain di sekitarnya. Di bagian posterior medial kelenjar
tiroid terdapat trakea dan esophagus. Goiter dapat mengarah ke dalam sehingga mendorong
trakea, esophagus dan pita suara sehingga terjadi kesulitan bernapas dan disfagia yang akan
berdampak terhadap gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit.
Penekanan pada pita suara akan menyebabkan suara menjadi serak atau parau. Bila pembesaran

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

keluar, maka akan memberi bentuk leher yang besar dapat simetris atau tidak, jarang disertai
kesulitan bernapas dan disfagia.

2.3 Klasifikasi Goiter

a. Goiter kongenital.
Hampir selalu ada pada bayi hipertiroid kongenital, biasanya tidak besar dan sering terjadi
pada ibu yang memiliki riwayat penyakit graves.
b. Goiter endemik dan kretinisme.
Biasa terjadi pada daerah geografis dimana detistensi yodium berat, dekompensasi dan
hipotiroidisme dapat timbul karenanya, goiter endemik ini jarang terjadi pada populasi yang
tinggal disepanjang laut.
c. Goiter sporadis.
Goiter yang terjadi oleh berbagai sebab diantaranya tiroiditis fositik yang terjadi lazim pada
saudara kandung, dimulai pada awal kehidupan dan kemungkinan bersama dengan
hipertiroidisme yang merupakan petunjuk penting untuk diagnosa.
d. Goiter yodium.
Goiter akibat pemberian yodium biasanya keras dan membesar secara difus, dan pada
beberapa keadaan, hipotirodisme dapat berkembang.
e. Goiter sederhana (Goiter kollot).
Yang tidak diketahui asalnya. Pada pasien bistokgis tiroid tampak normal atau menunjukan
berbagai ukuran follikel, koloid dan epitel pipih.
f. Goiter multinodular.
Goiter keras dengan permukaan berlobulasi dan tunggal atau banyak nodulus yang dapat
diraba, mungkin terjadi perdarahan, perubahan kistik dan fibrosis.
g. Goiter intratrakea.
Tiroid intralumen terletak dibawah mukosa trakhea dan sering berlanjut dengan tiroid
ekstratrakea yang terletak secara normal.
h. Klasifikasi Goiter menurut WHO :
1) Stadium O – A : tidak ada goiter.
2) Stadium O – B : goiter terdeteksi dari palpasi tetapi tidak terlihat walaupun leher
terekstensi penuh.
3) Stadium I : goiter palpasi dan terlihat hanya jika leher terekstensi penuh.
4) Stadium II : goiter terlihat pada leher dalam Potersi.
5) Stadium III : goiter yang besar terlihat dari Darun.

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

2.4 Manifiestasi Klinis Goiter

Penderita mungkin mengalami aritmia dan gagal jantung yang resisten terhadap terapi
digitalis. Penderita dapat pula memperlihatkan bukti-bukti penurunan berat badan, lemah, dan
pengecilan otot. Biasanya ditemukan goiter multi nodular pada pasien-pasien tersebut yang
berbeda dengan pembesaran tiroid difus pada pasien penyakit Graves

Penderita goiter nodular toksik mungkin memperlihatkan tanda-tanda mata (melotot,


pelebaran fisura palpebra, kedipan mata berkurang) akibat aktivitas simpatis yang berlebihan.
Meskipun demikian, tidak ada manifestasi dramatis oftalmopati infiltrat seperti yang terlihat
pada penyakit Graves. Gejala disfagia dan sesak napas mungkin dapat timbul. Beberapa goiter
terletak di retrosternal .

Pada umumnya pasien struma nodosa datang berobat karena keluhan ketakutan akan
keganasan. Sebagian kecil pasien, khususnya yang dengan struma nodosa besar, mengeluh
adanya gejala mekanis, yaitu penekanan pada esophagus (disfagia) atau trakea (sesak napas).
Gejala penekanan ini data juga oleh tiroiditis kronis karena konsistensinya yang keras. Biasanya
tidak disertai rasa nyeri kecuali bila timbul perdarahan di dalam nodul

Keganasan tiroid yang infiltrasi nervus rekurens menyebabkan terjadinya suara parau.
Kadang-kadang penderita datang dengan karena adanya benjolan pada leher sebelah lateral atas
yang ternyata adalah metastase karsinoma tiroid pada kelenjar getah bening, sedangkan tumor
primernya sendiri ukurannya masih kecil. Atau penderita datang karena benjolan di kepala yang
ternyata suatu metastase karsinoma tiroid pada kranium. Gejala utama :

a. Peningkatan frekuensi denyut jantung


b. Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap katekolamin
c. Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran terhadap
panas, keringat berlebihan.
d. Penurunan berat badan, peningkatan rasa lapar
e. Mata melotot
f. Dapat terjadi eksoftalmus (penonjolan bola mata) Peningkatan frekuensi buang air besar
g. Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid.
h. Pembengkakan, mulai dari ukuran sebuah nodul kecil untuk sebuah benjolan besar, di bagian
depan leher tepat di bawah Adam’s apple.
i. Perasaan sesak di daerah tenggorokan.
j. Kesulitan bernapas (sesak napas), batuk, mengi (karena kompresi batang tenggorokan).
k. Kesulitan menelan (karena kompresi dari esofagus).
l. Suara serak.
m. Distensi vena leher.

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

n. Pusing ketika lengan dibangkitkan di atas kepala


o. Kelainan fisik (asimetris leher)

2.5 Komplikasi Goiter

a. Jantung
b. Hiperkalsemia
c. Nefrokalsinosis
d. Penurunan libido
e. Impotensi
f. Berkurangnya jumlah sperma
g. Ginekomastia
h. Oftalmopati graves
i. Dermopati graves
j. Infeksi karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik Goiter

a. Tes pengambilan RAI : meningkat pada penyakit graves dan toksik goiter noduler, menurun
pada tiroiditis.
b. T4 dan T3 serum : meningkat
c. T4 dan T3 bebas serum : meningkat
d. TSH : tertekan dan tidak berespon terhadap TRH (tiroid releasing hormon)
e. Tiroglobulin : meningkat
f. Stimulasi TR : dikatakan hipertiroid jika TRHdari tidak ada sampai meningkat setelah
pembetian TRH.
g. Ambilan tiroid 131 : meningkat
h. Ikatan protein oidium : meningkat
i. Gula darah : meningkat ( seiring dengan kerusakan pada adrenal)
j. Fosfat alkali dan kalsium serum : meningkat
k. Pemeriksaan fungsi hepar : abnormal
l. lElektrolit : hiponatemian yang mungkin sebagai akibat dari respon adrenal atau efek dilusi
dalam terapi cairan pengganti. Hipokalsemia terjadi dengan sendirinya pada kehilangan
melalui gastrointestinal dan diuresis.
m. Katekolamin serum : menurun
n. Kreatinin urine : menurun
o. EKG : fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek, kardiomegali.

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

2.7 Penatalaksanaan Goiter

Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon tiroid yang


berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak jaringan tiroid
(yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).

a. Konservatif
1) Obat Anti-Tiroid. Obat ini menghambat produksi hormon tiroid. Jika dosis berlebih,
pasien mengalami gejala hipotiroidisme.
Contoh obat adalah sebagai berikut :
a) Thioamide
b) Methimazole dosis awal 20 -30 mg/hari
c) Propylthiouracil (PTU) dosis awal 300 - 600 mg/hari, dosis maksimal
d) 2.000 mg/hari
e) Potassium Iodide
f) Sodium Ipodate
g) Anion Inhibitor
2) Beta-adrenergic reseptor antagonist. Obat ini adalah untuk mengurangi gejala-gejala
hipotiroidisme.
Contoh: Propanolol . Indikasi :
a) Mendapat remisi yang menetap atau memperpanjang remisi pada pasien muda
dengan struma ringan sedang dan tiroktosikosis.
b) Untuk mengendalikan tiroktosikosis pada fase sebelum pengobatan atau sesudah
pengobatan yodium radioaktif.
c) Persiapan tiroidektomi.
d) Pasien hamil, usia lanjut .
e) Krisis tiroid

Penyekat adinergik ß pada awal terapi diberikan, sementara menunggu pasien menjadi
eutiroid setelah 6-12 minggu pemberian anti tiroid. Propanolol dosis 40-200 mg dalam 4
dosis pada awal pengobatan, pasien kontrol setelah 4-8 minggu. Setelah eutiroid,
pemantauan setiap 3-6 bulan sekali: memantau gejala dan tanda klinis, serta Lab.FT4/T4/T3
dan TSHs.

Setelah tercapai eutiroid, obat anti tiroid dikurangi dosisnya dan dipertahankan dosis
terkecil yang masih memberikan keadaan eutiroid selama 12-24 bulan. Kemudian
pengobatan dihentikan , dan dinilai apakah tejadi remisi. Dikatakan remisi apabila setelah 1
tahun obat antitiroid di hentikan, pasien masih dalam keadaan eutiroid, walaupun kemudian
hari dapat tetap eutiroid atau terjadi kolaps.

Obat antitiroid yang sering digunakan :


DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

 Karbimazol 30-60 5-20


 Metimazol 30-60 5-20
 Propiltourasil 300-600 5-200

b. Surgical

1) Radioaktif iodine. Tindakan ini adalah untuk memusnahkan kelenjar tiroid yang
hiperaktif.
2) Tiroidektomi. Tindakan pembedahan ini untuk mengangkat kelenjar tiroid yang
membesar.

Tiroidektomi subtotal efektif untuk mengatasi hipertiroidisme.

Indikasi :

a) Pasien umur muda dengan struma besar serta tidak berespons terhadap obat antitiroid.
b) Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan obat antitiroid dosis besar
c) Alergi terhadap obat antitiroid, pasien tidak dapat menerima yodium radioaktif
d) Adenoma toksik atau struma multinodular toksik
e) Pada penyakit Graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul
f) Multinodular

Banyak gondok, seperti gondok multinodular, terkait dengan tingkat normal hormon
tiroid dalam darah. Gondok ini biasanya tidak memerlukan perawatan khusus setelah dibuat
diagnosa yang tepat.

b. Radioaktif

Pengobatan dengan yodium radioaktif dengan Indikasi :

1) Pasien umur 35 tahun atau lebih


2) Hipertiroidisme yang kambuh
3) Gagal mencapai remisi sesudah pemberian obat antitiroid
4) Adenoma toksik, goiter multinodular toksik

c. Pengobatan Non Medis


Obat Penyakit Gondok Ace Maxs adalah pilihan solusi terbaiknya. Ace Maxs adalah
Obat Penyakit Gondok herbal yang berbahan dasar dari kulit buah manggis dan daun buah
sirsak, yang kemudian dipadukan dengan apel dan madu murni sebagai pemanis dan
pengawet alaminya. Tidak terdapat sedikitpun zat kimiawi yang terkandung dalam Obat
Penyakit Gondok herbal Ace Maxs ini, sehingga sangat aman dikonsumsi penderita penyakit
gondok usia berapa saja tanpa akan menimbulkan efek samping.

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

Obat Penyakit Gondok Ace maxs juga mengandung nutrisi Vitamin B1, B2, C,
memperbaiki sistem kerusakan tubuh, memperkuat daya tahan tubuh, serta efektif dalam
mengontrol kadar berlebih seperti darah tinggi, kolesterol tinggi serta gula darah tinggi
dalam tubuh. Nah itulah mengapa pengobatan penyakit gondok dengan Obat Penyakit
Gondok herbal Ace Maxs lebih tepat, efektif, mujarab tanpa menimbulkan efek samping.
Dan sebagai pengawetnya, obat penyakit gondok Ace Maxs menggunakan madu murni
sebagai pengawet obat alami.
Obat Penyakit Gondok Ace maxs mengandung beberapa manfaat penting untuk
pengobatan gondok, kandungan didalamnya mampu mengembalikan kadar normal hormon
tiroid secara bertahap dan efektif tanpa menimbulkan reaksi negatif terhadap tubuh yang
mengkonsumsinya. Selain itu obat penyakit gondok yang terbuat dari kulit buah manggis dan
daun buah sirsak mempunyai senyawa aktif yang bekerja sebagai pembersih tubuh,yaitu zat
antioksidan xanthone penangkal radikal bebas mampu melancarkan peredaran darah dan
memperlebar pembuluh darah sehingga tubuh menjadi lebih segar dan sehat. dari komposisi
alami lainnya seperti anggur, apel, madu murni serta rosella hitam. Rosella hitam yang
terkandung dalam obat penyakit gondok ace maxs berfungsi sebagai penghilang keasaman
dilambung sehingga obat penyakit gondok ace maxs aman dikonsumsi oleh penderita
gondok yang memiliki keluhan sakit Maag

2.8 Pencegahan Goiter

Penggunaan yodium yang cukup, makan makanan yang banyak mengandung yodium,
seperti ikan laut, ganggang-ganggangan dan sayuran hijau. Untuk penggunaan garam
beryodium dalam masakan perlu diperhatikan. Garam yodium bisa ditambahkan setelah
masakan matang, bukan saat sedang memasak sehingga yodium tidak rusak karena panas.

a. Pada ibu hamil dianjurkan agar tidak menggunakan obat-obatan yang beresiko untuk
ketergantungan goiter kongenital.
b. Hindari mengkonsumsi secara berlebihan makanan-makanan yang mengandung goitrogenik
glikosida agent yang dapat menekan sekresi hormone tiroid seperti ubi kayu, jagung, lobak,
kankung, dan kubis.

Penyakit goiter dapat dicegah dengan pemberian senyawa yodium pada anak-anak
dikawasan yang kandungan yodiumnya buruk. Hipertropi terjadi karena asupan rerata yodium
kurang dari 40 mg/hari, WHO menganjurkan yodiosasi garam hingga mencapai konsentrasi satu
bagian dalam 100.000 yang sudah cukup untuk pencegahan goiter. Pengenalan garam
beryodium merupakan satu-satunya cara yang paling efektif untuk mencegah Penyakit goiter
dalam masyarakat yang rentan.

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

DAFTAR PUSTAKA

Bruner & Suddarth, 2018, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta: EGC

Doenges Marilynn E, 2019, Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta: EGC

Guyton Hall, 2017, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta: EGC

http://www.google.co.id/#sclient=psy

http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=7&ved=0CDwQFjAG&url=http%3A%2F
%2Fismar71.files.wordpress.com%2F2008%2F03%2F5-askep-klien-hipotiroidisme.

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN

I. INFORMASI UMUM
Tanggal Pengkajian: 15/12/2020 Waktu :
08:00

IDENTITAS DIRI PASIEN

Nama : Nn. L RM : XXXXXX

Jenis kelamin : Perempuan Suku Bangsa : WNI

Tanggal Lahir : 16-12-2002 Agama : ISLAM

Pendidikan
Usia : 21 tahun : Mahasiswa
Terakhir

Tanggal MRS : 29/12/2020 Pekerjaan : Pelajar

Nama keluarga
Alamat : Lowokwaru - kota malang : Tn. D
dekat / Wali
No. Telp (Hp)
Status pernikahan : Belum menikah : 085333xxxxxx
Keluarga / Wali

RIWAYAT KESEHATAN

Diagnosa Medis : goiter

Keluhan Utama
Saat MRS : nyeri pada tenggorokan bekas oprasi (Tiroidektomi)

Saat Pengkajian : Pasien mengeluh terdapat benjolan di leher bagian depan dan terasa sulit
untuk menelan 3 bulan yang lalu. 2 minggu (12-12-2020) yang lalu pasien berobat ke poli
THT untuk memeriksa keadaannya dan untuk pemeriksaan lab, pasien terdiagnosa Struma
Nodusa Non Toxic, dan akan dilaksanakan tindakan tiroidektomi 26-12-2020. Pada saat
melakukan pengkajian, pasien sudah post op hari pertama. Pasien terlihat lemah, dengan
terpasang infus RL 20 tetes permenit, dan drain pada luka, Pasien mengeluh nyeri pada
leher post oprasi, tampak meringis, dan bersikap protektif pada daerah yang sakit, hilang
timbul.

Riwayat Kesehatan Saat Ini :


Pasien mengatakan sebelum pernah melaukan oprasi di tenggorokan (tiroidektomi)
Riwayat Kesehatan Sebelumnya :
pasien mengatakan tidak pernah mengalami sakit ini sebelumnya

Genogram : : Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Tinggal serumah
: Keturunan
: Pasien

II. FISIOLOGIS
OKSIGENASI
Batuk :  Ya √ Tidak Sesak : √ Ya  Tidak
 Produktif  Non Produktif Fatique : √ Ya  Tidak
 Bersih  Putih  Hijau
Kuning  Merah
Inspeksi
Nafas : RR : 30 Irama : √Normal  Bradypnea  Takypnea
 Cheyne-stokes  Kussmaul
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

Simetris : √ Tidak  Ya
Retraksi dada :  Tidak √ Ya
Palpasi
Taktil Fermitus : Kanan Kiri
Normal, yaitu getaran atau gerakan dada kanan dan kiri sama

Perkusi
 Resonance - Letak
 Hiperresonance - Letak
 Flat - Letak
 Dullnes - Letak
 Tympany - Letak

Auskultasi Letak Letak


 Bronchial ________-___________  Krakles _________ __________
 Bronchovesikuler _________-__________  Whezze ___________________

 Vesicukuler _________ya__________  Ronchi _________________


 Friction Rub ______________
Pemeriksaan Foto Thorak :

SIRKULASI
Fisik
TD : 120/80mmhg Nadi : 100 X/M Irama √ Reguler  Irreguler
Konjungtiva : √ Normal Pucat Kekuatan  Kuat √ Lemah
 Absent
Membran : √ Normal Pucat Sianosis  Ya √ Tidak
mukosa/ bibir Kulit pucat  Ya √ Tidak
Kapillary refill : 1 detik Akral dingin  Ya √ Tidak
Bunyi jantung √ S1 – S2 normal  Gallop
 Paradoksial  Murmur
Laboratorium :
Darah Rutin Hasil Nilai Normal

GDA 91 mg/dL <200

Bun 7,0 MG/dL 10-24

WBC 5.99 10^3/uL 4.00-10.00

RBC 6.26 10^6/uL 3,5-5,50

HGB 10.7 g/dL 11,0-16,00

PLT 279 10^3/uL 100-300

NUTRISI
Fisik
TB : 55 cm BB : 145 kg IMT : 27,2

Gangguan makan : √ Tidak nafsu makan  Mual  Muntah : ___________


 Stomatitis  Gangguan mengunyah  Gangguan menelan

Penurunan berat badan dalam 3 bulan terakhir :


√ Tidak  Tidak yakin / tahu  Ya, ______ kg

Makanan yang dikonsumsi sebelumnya :  Padat √  Lunak  Cair


DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

Jenis Diet : ikan, sayur, buah


Porsi makan besar : 3 /hr ½ porsi
:
Abdomen
Inspeksi : √ Normal  Asites _______cm  Stoma  Luka
 Caput medusa  Spider nevi

Auskultasi : Bowel Sound


RUQ : √ Normal  Meningkat  Menurun  Absent
LUQ : √ Normal  Meningkat  Menurun  Absent
RLQ : √ Normal  Meningkat  Menurun  Absent
LLQ : √ Normal  Meningkat  Menurun  Absent
Perkusi √ Normal  Abnormal di Quadran ______________

Palpasi √ Lunak  Padat  Tegang Quadran ____________

EKG :
Thorax Normal

FNA-B
FNA-B Koloid nodul

ELIMINASI
Fisik
BAK : Keluhan =
 Anuria (< 50 ml/hr)  Dysuria (kesusahan kemih)
 Nocturia  Polyuria  Inkontenensia
 Rasa Panas  Distensi bladder
Jumlah Sebelum sakit : 500-1000 cc Saat sakit : 300 cc
Warna √ Kuning  Merah
Penggunaan obat : tidak ada
dieuretik

BAB : Keluhan
√ Belum BAB ___1___hari
 Konstipasi ____-____hari
 Diare _____-_______hari
 Hemoroid
Frekuensi Sebelum sakit : ____1______2-3/hr Saat sakit : ______-_____x/hr
Warna √ Kuning  Merah  Hitam
Penggunaan obat  Iya √ Tidak
Pencahar
AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT
Fisik
ADL √ Independent  Bantuan sebagian  Dependent
Kemampuan rentang gerak : ada
Kepala √Fleksi  Ektensi  Rotasi
Bahu √ Elevasi  Depresi

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

Ekstermitas atas kanan


√ Flexi  Ekstensi  Abduksi  Aduksi
 Supinasi  Pronasi  Sirkumduksi
Ekstermitas atas kiri
√ Flexi  Ekstensi  Abduksi  Aduksi
 Supinasi  Pronasi  Sirkumduksi
Ekstermitas bawah kanan
√ Flexi  Ekstensi  Abduksi  Aduksi
 Supinasi  Pronasi  Sirkumduksi
Ekstermitas bawah kiri
√ Flexi  Ekstensi  Abduksi  Aduksi
 Supinasi  Pronasi  Sirkumduksi

Kekuatan otot

Segmen Kanan Kiri


Lengan atas 4 4

Lengan bawah 4 4

Tangan 4 4

Kaki 4 4

Barthel Indek
(Lingkari pada data yang ada temukan)
1 Mengendalikan rangsang 0 Tak terkendali/tak teratur (perlu pencahar)
pembuangan tinja 1 Kadang-kadang tak terkendali (1x seminggu)
2 Terkendali teratur
2  
2 Mengendalikan rangsang 0 Tak terkendali atau pakai kateter
berkemih 1 Kadang-kadang tak terkendali (hanya 1x/ 24 jam)
2 Mandiri
2
3 Membersihkan diri (seka muka, 0 Butuh pertolongan orang lain
sisir rambut, sikat gigi) 1 Mandiri
 0  
4 Penggunaan jamban, masuk dan 0 Tergantung pertolongan orang lain
keluar (melepaskan, memakai 1 Perlu pertolongan pada beberapa kegiatan tetapi dapat
celana, membersihkan, mengerjakan sendiri beberapa kegiatan yang lain
menyiram) 2 Mandiri
 0  
5 Makan 0 Tidak mampu
1 Perlu ditolong memotong makanan
2 Mandiri
 1  
6 Berubah sikap dari berbaring ke 0 Tidak mampu
duduk 1 Perlu banyak bantuan untuk bisa duduk (2 orang)
2 Bantuan minimal 1 orang
3 Mandiri
 2  
7 Berpindah / berjalan 0 Tidak mampu
1 Bisa (pindah) dengan kursi roda
2 Berjalan dengan bantuan 1 orang
3 Mandiri
0   

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

8 Memakai baju 0 Tergantung orang lain


1 Sebagian di bantu (misalnya mengancing baju)
2 Mandiri
 0  
0 Tidak mampu
9 Naik turun tangga 1 Butuh pertolongan
2 Mandiri
0   
10 Mandi 0 Tergantung orang lain
1 Mandiri
 ___0___  
Total Skor 20

Keterangan :

20 : Mandiri

12 – 19 : Ketergantungan ringan

9 – 11 : Ketergantungan sedang

5–8 : Ketergantungan berat

0–4 : Ketergantungan total

Keluhan Tidur dan √ Tidak  Ya  Insomnia Lainnya:________________


Istirahat Kualitas tidur : √ Cukup  Kurang
Kebiasaan tidur Malam : dari jam ____21;00__ sampai jam___05:00__ total :__6-7___jam
Siang : dari jam ____12;00_____ sampai jam____14;00_____ total :____1-2__jam
Kegiatan pengantar √ Lampu redup  Lampu terang  Membaca
tidur  Minum minuman hangat  lainnya : ______________

PROTEKSI DAN PERLINDUNGAN


Fisik
0
Suhu : 36,8 C
Luka :  Tidak √ Ya
Risiko jatuh : √ Tidak  Ya
Skor Penilaian Skala Jatuh Pada Pasien dengan skala Morse (lingkari pada data yang ditemukan)

1. Riwayat Jatuh Tidak 0


Ya 25

2. Diagnosis Sekunder Tidak 0


Ya 15

3. Bantuan Ambulasi Tidak ada/ bedrest/ bantuan 0


Kruk/tongkat/walker 15
Furniture 30

4. IV/Heparin Lock Tidak 0


Ya 2
5. Mobilisasi/Gaya Normal/bedrest/kursi roda 0
berjalan Lemah 10
Gangguan 20

6. Status Mental Orientasi pada kemampuan sendiri 0


Lupakan keterbatasan 15
____

Total Skor 10

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

Level Risiko Jatuh


Level Risiko Skore Morse Fall Tindakan
Tidak ada risiko 0-24 Tidak ada
Risiko lemah 25-50 Lakukan intervensi pencegahan risiko rendah
Risiko tinggi >51 Lakukan intervensi pencegahan risiko jatuh

SENSORI
Nyeri P : Provokatif __post op tiroidektomi_______________________________________________
Q: Quality __di tusuk-tusuk_______________________________________________
R: Regio __leher kanan _______________________________________________
S: Severy __6 _______________________________________________
T: Timing __hilang timbul _______________________________________________
Penglihatan : ___normal_______________________________________________________________
Penciuman :  Sumbatan Kanan/Kiri  Perdarahan Kanan/ Kiri
Pengecapan :  Manis  Asin  Asam
Pendengaran :  Kanan  Kiri
CAIRAN ELEKTROLIT
Intake cairan sebelumnya : ____2000_____cc.
Intake Output
Minum : ___1500_ ml/hr Urine : ___500 ______ ml/hr
Intravena : _____500________ ml/hr Drain : _____________ ml/hr
IWL : _____________ ml/hr
Diare : _____________ ml/hr
Muntah : _____________ ml/hr
Perdarahan : _____________ ml/hr

Total (In) : ____2000_______ ml/hr Total (Out) : ____500______ ml/hr

Balance : ______1000_______ ml/hr

Tanda  Rasa haus  Kulit kering  Mukosa bibir kering


Dehidrasi √ Turgor kulit 1 dtk
Distensi vena jugularis √Tidak  Ya
Edema √  Tidak  Ya  Sacral  Anasarca
Ektermitas atas (lingkari pada data yang ditemukan)
RU +1 +2 +3 +4 LU +1 +2 +3 +4
RL +1 +2 +3 +4 LL +1 +2 +3 +4
Ektermitas bawah (lingkari pada data yang ditemukan)
RU +1 +2 +3 +4 LU +1 +2 +3 +4
RL +1 +2 +3 +4 LL +1 +2 +3 +4

NEUROLOGI
Status Mental
LOC (Level of Consiousness) :  Alert  Letargi  Unreponsive
Memory : √ Panjang  Pendek
Perhatian : √ Dapat mengulang  Tidak dapat mengulang
Bahasa : √ Baik  Tidak
Kognisi : √ Baik  Tidak
Orientasi : √ Orang  Tempat Waktu
Saraf sensori : √ Nyeri tusuk  Suhu  Sentuhan

Saraf koordinasi (cerebral)  Ya √ Tidak


Refleks Patella 0 1 2 3 4
Achilles 0 1 2 3 4
Bisep 0 1 2 3 4
Trisep 0 1 2 3 4
Brankioradialis 0 1 2 3 4
Babinski +/-
Glasgow Coma Scale E(4) V(5) M(6)

ENDOKRIN
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

Kalenjar tiroid Pembesaran:  Tidak √Ya


Tremor : √ Tidak  Ya
Pankreas Trias DM : √ Tidak  Ya
Adrenal Tanda Syndrom cushing

III. KONSEP DIRI


1. Identitas Personal (Personal Identity)
 Bagaimana anda menggambarkan diri anda ? pasien mengenal dirinya
 Apabila saya memiliki 10 karakter orang, maka karakter mana yang menggambarkan anda?
 Sebutkan kekuatan yang anda miliki dan hal – hal apa saja yang dapat membantu anda dalam hal ini pada
mas lalu dan sekarang?
 Jelaskan kondisi yang membuat anda cemas atau ketakutan terhadap kondisi ini terhadap harga diri?
 Tidak berdaya
 Kesabaran dan rajin
 Takut tidak bisa berjalan ataberaktifitas seperti biasanya
2. Body image (Citra diri)
 Bagian tubuh mana yang anda sukai? Kenapa?
 Bagian tubuh mana yang anda tidak seukai dan ingin dirubah?
 Jelaskan kondisi yang membuat anda cemas atau ketakutan terhadap kondisi ini terhadap harga diri?
 Semua kecuali bagian kanker
 Mamae dengan Ca ingin dihilangkan
 Takut tidak bisa berjalan atau beraktifitas seperti biasanya, contohnya tidak bisa membungkuk seperti dulu
lagi.
3. Self esteem (Harga Diri )
 Dalam kondisi seperti ini, apakah hal ini mengganggu tujuan hidup anda? Merasa gagal?
 Dalam kondisi ini, apakah anda merasa dicintai, dihargai dan dihormati oleh lainnya?
 Jelaskan kondisi yang membuat anda cemas atau ketakutan terhadap kondisi ini terhadap harga diri?
 Iya mengganggu, tapi mencoba tetap semangat dengan dukungan keluarga
 Iya
 Tidak ada
4. Ideal diri
 Apa yang menjadi tujuan hidup anda?
 Dengan kondisi sekarang apakah tujuan tersebut bisa realistik tercapai?
 Apa yang dapat anda lakukan dengan kondisi sekarang untuk mencapai tujuan anda?
 Apa harapan anda dengan kondisi saat ini?
 Menjadi istri yang bisa membantu kehidupan keluarga
 Merawat anak dan suami, melakukan tugas pekerjaan rumah tangga

IV. Fungsi Peran


 Apa yang menjadi peran terbesar dalam hidup anda? sebagai istri
 Ceritakan peran terbaik yang ingin anda lakukan tersebut? Menjaga, melayani, merawat anak dan suami
 Ceritakan peran anda dengan kondisi sekarang ? tidak bisa merawat keluarga dan memenuhi kebutuhan keluarga
 Ceritakan rencana peran yang akan anda lakukan nanti ?dapat mengerjakan pekerjaan seperti sebelumnya
 Pasien menggambarkan dirinya sebagai ibu rumah tangga dengan 2 anak, tidak dapat membantu mengerjakan
pekerjaan rumah karena tidak dapat bergerak

V. Interdependen
 Siapakah orang yang anda rasa sangat penting untuk anda? Suami
 Ceritakan arti atau kedekatana orang tersebut sehingga penting untuk anda? Sangat berrti dalam hidup saya
 Adakah orang lain yang dekat dengan anda? Selain suami, Tidak ada
 Siapakah orang yang anda percayai dalam setiap masalah anda? suami
 Bagaimana hubungan anada dengan keluarga, teman atau lingkungan sosial lain ? sangat baik karena saya sering atau
mudah untuk bersosialisasi
Suami dan anak sangat dekat dengan saya dan mendukung saya

Terapi :
Terapi Dosis Rute Indikasi Efek

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

Infus ringer laktat 1:1 Intravena Pemulihan Nyeri dada


dan dexthosa 1000cc/24 jam penurunan tekanan
darah
Ceftriaxone 1gr Intravena Mengatasi dan Bengkak, kemerahan
mencegah infeksi
bakteri
Ketorolac 30mg Intravena Meredakan nyeri Mual, pusing \

VI. ANALISA DATA

Nama Pasien : _Nn. L_______________________________________


Umur : __18 tahun______________________________________
No. Register : __XXXXXX______________________________________

Data penunjang Etiologi Masalah keperawatan


DS : Pasien mengeluh nyeri pada leher Defisiensi yodium, hiposekresi TSH, Nyeri akut
bagian kanan Glukosil goitrogenik

DO : Hypothalamus
1. Tampak meringis ↓
2. Frekuensi nadi meningkat saat nyeri TRH
80-90 ↓
3. Bersikap protektif Hipodise anterior
4. Nafsu makan berubah ↓
P :Post op tiroidektomi TSH
Q :Ditusuk-tusuk ↓
R :Leher kanan Kelenjar tiroid
S:6 ↓
T Hilang timbul ±15 𝑚𝑒𝑛𝑖 Sekresi hormone tiroksin ↓

Hasil lab Mekanisme umpan balik negative
RBC 6.26 10^6/uL ↓
FNA-B Koloid nodul Aktifitas kelenjar Tiroid

Hipertrofit kelenjar tiroid (goiter nono)

Goiter btumbuh ke dalam

Menekan trakea

Kesulitan bernafas

Pola nafas infektif

Post op

Nyeri

DS : pasien mengatakan sulit menelan Defisiensi yodium, hiposekresi TSH, Definisit nutrisi
Glukosil goitrogenik
DO : ↓
1. Terpasang drain di leher dengan Hypothalamus
produksi darh 5cc ↓
2. Porsi makan hanya ½ porsi TRH

Hipodise anterior
Hasil lab ↓
RBC 6.26 10^6/uL TSH
FNA-B Koloid nodul ↓

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

Kelenjar tiroid

Sekresi hormone tiroksin ↓

Mekanisme umpan balik negative

Aktifitas kelenjar Tiroid

Hipertrofit kelenjar tiroid (goiter nono)

Goiter btumbuh ke dalam

Menekan esophagus

Disfagia

Nutrisi adekuat

Pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Definisit nutrisi

VII. DIAGNOSA KEPERAWATAN

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


BERDASARKAN PRIORITAS

No Diagnosa Keperawatan Tanggal Ditemukan Tanggal Teratasi

1 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik 22-12-2020

2 Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 2

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

VIII. PERENCANAAN

No.
Diagnosa SLKI Intervensi SIKI
Dx
1 Nyeri akut Termoregulasi Manajemen jalan nafas
Observasi
- Monitor suhu badan
Setelah dilakukan intervensi selama 1x24 - Monitor asupan cairan
jam, maka hipertermia menurun dengan - Monitor adanya nyeri kepala
Terapeutik
keriteria hasi
- Anjurkan memberikan kompres hangat
- Anjurkan banyak minum air putih
- Menggigil menurun
- Anjurkan mengecek suhu ketika demam
- Tidak tampak kulit yang memerah - Anjurkan memakai pakaian yang menyerap keringat
- Tidak ada kejang - Anjurkan memakai pakaian tipis
- Tidak tampak Akrosianosis Edukasi
- Konsumsi oksigen menurun - Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, bila tidakada kontraindikasi
- Piloereksi menurun - Ajarkan teknik kompres yang benar
- Idak tampak pucat Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antipirektik sesuai anjuran dokter
- Tidak terdapat takikardia
- Tidak tampak takipnea
- Tidak terdapat bradikardia
- Tidak ada hipoksia
- Suhu tubuh membaik
- Suhu kulit membaik
- Kadar glukosa membaik
-
2 Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari status nutrisi Utama :
kebutuhan tubuh Ekspektasi : membaik - Manajemen energy
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 - Terapi aktivitas
jam kebutuhan asupan nutrisi memenuhi kebutuhan Pendukung
metabolism dengan kriteria hasil : - Dukungan ambulasi
- Porsi makanan yang dihabiskan meningkat - Dukungan medetasi

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

- Pengetahuan standart tentang asupan nutrisi - Dukungan perawatan diri


yang tepat - Dukungan tidur
- IMT membaik - Dukungan spiritual
- Frekuensi makan membaik - Edukasi latihan fisik
- Nafsu makan membaik Terapeutik
- Membrane mukosa membaik - Pemberian obat inhalasi
- Pemberian obat oral
Edukasi
- Jelaskan prosedur dan tujuan pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

Diagnosa Keperawatan No 1 : Hipertermia


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x8 jam diharapkan suhu tubuh tetap pada
rentang normal
Kriteria Hasil :
SLKI (Kode) : D.0130
No. Indikator 1 2 3 4 5
1 - menggigil √
- memburuk

- suhu tubuh
- suhu kulit √

Keterangan Penilaian :
1 : i Menurun/meningkat/membaik dak sesuai
2 : g Cukup menurun/cukup meningkat/cukup memburuk tidak sesuai
3 : a Sedang ang tidak sesuai
4 : a Cukup meningkat/cukup menurun/cukup membaik ng tidak sesuai
5 : e Meningkat/menurun/membaik uai

Diagnosa Keperawatan No 2 : toleransi aktivitas


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x12 jam, oksigen pada membrane
alveolus kapiler dalam batas normal
Kriteria Hasil :
SLKI (Kode) : L.05047
No. Indikator 1 2 3 4 5
2 - Saturasi √
- Pemenuhan ADL secara mandiri √
- Curah jantung √
- Konsevasi energy √
- Tingkat keletihan
Keterangan Penilaian :
1 : i meningkat/memburuk dak sesuai
2 : g Cukup meningkat/cukup memburuk tidak sesuai
3 : a Sedang ang tidak sesuai
4 : a cukup menurun/cukup membaik ng tidak sesuai
5 : e menurun/membaik

IX. IMPLEMENTASI

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

Nama Klien :Tn. T Tanggal Pengkajian : 15/12/2020


No Reg : XXXXXX Diagnosa Medis : Bisitopenia

TTD &
No. Dx.
Tgl Jam Tindakan Keperawatan Respon Klien Nama
Kep.
Terang
15/12/ 1 10:00 Manajemen jalan nafas Kooperatif
2020 Observasi
- Monitor suhu badan
- Monitor asupan cairan
- Monitor adanya nyeri kepala
Terapeutik
- Anjurkan memberikan
kompres hangat
- Anjurkan banyak minum air
putih
- Anjurkan mengecek suhu
ketika demam
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, bila tidakada
kontraindikasi
- Ajarkan teknik kompres
yang benar
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat
antipirektik sesuai anjuran dokter

15/12/ 2 10:00 Observasi : Kooperatif


2020 - Monitoring Manajemen
energy
- Mpnitoring Terapi aktivitas
- Monitoring adanya dyspnea
saat/setelah aktivitas
- Monitoring tidak nyaman
setelah aktivitas
- Monitoring pasien merasa
lemah/tidak
- Monitoring TTV
- Monitoring adanya
sianosis/tidak
Terapeutik
- Pemberian obat inhalasi
- Pemberian obat oral
Edukasi

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

Jelaskan prosedur dan tujuan


-
pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika
perludan tujuan pemantauan

Catatan Perkembangan (Progress Note)


Diagnosa Keperawatan No. 1
SLKI : pola nafas
No. Tanggal Observasi dan Hasil
Indikator 15/12/2020 16/12/2020 17/12/2020
1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S
1 menggigil + 3 + 4 + 5
2 memburuk + 3 - 1 + 4
3 suhu tubuh + 3 - 1 + 4
4 suhu kulit + 3 + 4 + 5

Diagnosa Keperawatan No. 2


SLKI : intoleransi aktivitas

No. Tanggal Observasi dan Hasil


Indikator 15/12/2020 16/12/2020 17/12/2020
1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S
1 Dyspnea + 3 + 4 + 4
2 PO2 + 3 - 1 + 4
3 Pola nafas + 4 + 4 + 4
4 Warna kulit + 3 + 4 + 5

X. EVALUASI

Hari/Tanggal
No. Dx Kep Evaluasi TTD
Jam
17/12/2020 1 DS : Pasien mengatakan sudah tidak demam

DO :
td : 120/80 mmhg,
S :36,8 C,
Nadi : 100x/m,
RR 30 x/m,
SPO2 98%, GCS 456,
Akral hangat

A : termoregulasi

P:

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

Observasi
- Suhu tubuh pasien
- Akral pasien
- Mukosa bibir
Terapeutik
- Kompres hangat
- Memakai pakaian yang menyerap keringat
- Memakai pakaian tipis
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, bila tidakada
kontraindikasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antipiretik

17/12/2020 2 DS : pasien mengatakan untuk pemenuhan kebutuhan dibantu keluarga

DO : pemenuhan aktivitas di bantu keluarga ketika makan


Terpasang canul 4 lt/menit, td : 120/80 mmhg, S :36,8 C, Nadi : 100x/m,
RR 30 x/m, SPO2 90-93, GCS 456
Terdengar ronchi pada dada kanan

A : intoleransi aktivitas

P:
Observasi
- Monitor frekuensi, irama upaya dan kedalaman nafas
- Monitor pola nafas
- Monitor saturasi oksigen
Terapeutik
- Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

RESUME KEPERAWATAN

NAMA KLIEN :Tn. W TANGGAL : 17/12/20


NO. REG:xxxx DX. MEDIS : GGK
S O A P I E

- Pasien - Keadaan umum Pola 1.Monitor pola nafas ( frekuensi, 1.Memonitor pola nafas S:
mengeluh sulit untuk lemah nafas kedalaman, usaha nafas) ( frekuensi, kedalaman, usaha
bernafas - RR=29x/ menit tidak 2.Monitor bunyi nafas tambahan nafas) -pasien mengatakan sesak berkurang
- Nadi=135x/menit efektif 3.Monitor sputum 2.Memonitor bunyi nafas
-pasien mengatakan kadang masih terasa
- Pasien dipsnoe 4.Posisikan semifowler atau fowler tambahan
sesak bila di buat berbaring
- Pasien mengatakan menggunakan otot 5.Beri oksigen jika perlu 3.Memonitor sputum
sesak yang dirasakan bantu nafas 6. Ajarkan batuk efektif 4.Memberikan posisi semifowler O:
memberat saat pasien
- Pernapasan cuping atau fowler
dalam posisi 7. Berikan minum air hangat -keadaan umum cukup
hidung.
berbaring dan -pasien posisi semifowler
- suara nafas creckles
membaik saat pasien -RR: 22x/mnt
- Hasil foto thorak : 5.Memberikan oksigen jika perlu
duduk/berdiri
Terdapat edema dan -Nadi: 90x/mnt
kongesti vaskular -pasien memakai oksigen 3 lpm
pulmoner -pasien dipsnoe berkurang dan tidak
6. Mengajarkan batuk efektif menggunakan otot bantu nafas
7. Memberikan pasien minum air
hangat -tidak tampak pernafasan cuping hidung

-suara nafas creckles berkurang

A: Pola nafas tidak efektif belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

RESUME KEPERAWATAN

NAMA KLIEN :Ny. L TANGGAL : 18/12/20


NO. REG:xxxxx DX. MEDIS : CVA
S O A P I E

-pasien mengatakan -keadaan umum Konstipasi 1. Periksa tanda dan 1.Memeriksa tanda dan gejala S:
susah BAB lemah gejala konstipasi konstipasi
2. Periksa pergerakan 2.Memeriksa pergerakan usus, -pasien mengatakan sudah bisa BAB
-Pasien mengatakan -pasien tampak usus, karakteristik karakteristik feses (konsistensi,
sdh 5 hari tidak BAB bedrest O:
feses (konsistensi, bentuk, warna dan volume)
bentuk, warna dan 3.Mengidentifikasi factor resiko -keadaan umum cukup
-pasien tampak tidak
volume) konstipasi
nyaman
3. Identifikasi factor 4.Menganjurkan diet tinggi serat -bising usus 14x/mnt
-bising usus 8x/mnt resiko konstipasi 5.Melakukan massase abdomen
-perut supel
4. Anjurkan diet tinggi 6.Melakukan evakuasi feses secara
-Distensi abdomen serat manual , jika perlu -pasien tampak nyaman
5. Lakukan massase 7.Memberikan enema atau irigasi
abdomen jika perlu A: Konstipasi teratasi
6. Lakukan evakuasi 8.Menjelaskan etiologi masalah
feses secara dan alas an tindakan P: Hentikan intervensi
manual , jika perlu
7. Byerikan enema 9.Menganjurkan peningkatan
atau irigasi jika perlu asupan cair
8. Jelaskan etiologi
masalah dan alas an
tindakan
9. Anjurkan
peningkatan asupan
cair

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Anda mungkin juga menyukai