FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
OLEH:
PUPUT TRI WULANDARI
2020611053
2021
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN & PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
KONSEP DASAR
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
A. Pengertian
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan. Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu
proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam
berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Keseimbangan cairan yaitu
keseimbangan antara intake dan output. Dimana pemakaian cairan pada orang dewasa antara
1.500ml - 3.500ml/hari, biasanya pengaturan cairan tubuh dilakukan dengan mekanisme haus
(Abdul H, 2008).
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan
intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh
bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang
lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya (Tarwoto &
Wartonah, 2004).
mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut
sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau
jantung.
2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan
seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai
dengan 5 L per hari.
3. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit. Ketika intake nutrisi tidak
adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan
cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
4. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glikogen otot.
Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan
dapat meningkatkan volume darah.
5. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh Misalnya :
a. Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
b. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses Pasien dengan
penurunan tingkat kesadaran.
c. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan
intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus
dikendalikan berada di otak Sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi
intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan
yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi
bersama dengan sensasi haus walupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera
hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal. Kehilangan
cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu (Obet, 2010) :
a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan
proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal outputurine sekitar 1400-
1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam pada orang dewasa. Pada orang yang
sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar
keringat meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap
mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
b. IWL (Invisible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui kulit dengan mekanisme difusi.
Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-
400 mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat
meningkat.
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN & PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
c. Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini
berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang
belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
d. Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur
melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
Kebutuhan Cairan Sesuai Umur dan Berat Badan menurut Abdul, (2008) :
.
Manifestasi klinis :
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan
hipovolemia antara lain : pusing, kelemahan, keletihan, sinkope, anoreksia, mual,
muntah, haus, kekacauan mental, konstipasi, oliguria. Tergantung jenis kehilangan
cairan hipovolemia dapat disertai ketidak seimbangan asam basa, osmolar/elektrolit.
Penipisan (CES) berat dapat menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme kompensasi
tubuh pada kondisi hipolemia adalah dapat berupa peningkatan rangsang sistem syaraf
simpatis (peningkatan frekwensi jantung, inotropik (kontraksi jantung) dan tahanan
vaskuler), rasa haus, pelepasan hormon antideuritik (ADH), dan pelepasan aldosteron.
Kondisi hipovolemia yang lama menimbulkan gagal ginjal akut.
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN & PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
Penatalaksanaan
- Pemulihan volume cairan normal dan koreksi gangguan penyerta asam-basa dan
elektrolit.
- Perbaikan perfusi jaringan pada syok hipovolemik.
- Rehidrasi oral pada diare pediatrik.
Tindakan berupa hidrasi harus secara berhati-hati dengan cairan intravena sesuai
pesanan / order dari medis.Catatan : Rehidrasi pada kecepatan yang berlebihan
dapat menyebabkan GJK (gagal ginjal jantung kongestif)
- Tindak an terhadap penyebab dasar.\
1. Hipervolemia (kelebihan Volume Cairan)
Kelebihan volume cairan mengacu pada perluasan isotonok dari CES yang disebabkan
oleh retensi air dan natrium yang abnormal dalam proporsi yang kurang lebih sama
dimana mereka secara normal berada dalam CES. Hal ini selalu terjadi sesudah ada
peningkatan kandungan natrium tubuh total, yang pada akhirnya menyebabkan
peningkatan air tubuh total. (Brunner & Suddarth. 2002).
Etiologi :
Hipervolemia ini dapat terjadi jika terdapat :
- Stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air
- Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air
- Kelebihan pemberian cairan intra vena (IV)
- Perpindahan interstisial ke plasma
Patofisiologi
Terjadi apabila tubuh menyimpan cairan elektrolit dalam kompartemen ekstraseluler
dalam proporsi seimbang. Karena adanya retensi cairan isotonik, konsentrasi natrium
dalam serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh hampir selalu disebabkan oleh
peningkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload
cairan/adanya gangguan mekanisme homeostatis pada proses regulasi keseimbangan
cairan.
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan hipervolemia
antara lain : sesak nafas, ortopnea. Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi
hiperlemia adalah berupa pelepasan Peptida Natriuretik Atrium (PNA), menimbulkan
peningkatan filtrasi dan ekskresi natrium dan air oleh ginjal dan penurunan pelepasan
aldosteron dan ADH. Abnormalitas pada homeostatisiselektrolit, keseimbangan asam-
basa dan osmolalitas sering menyertai hipervolemia. Hipervolemia dapat
menimbulkan gagal jantung dan edema pulmuner, khususnya pada pasien dengan
disfungsi kardiovaskuler.
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN & PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
Penatalaksanaan
Pengobatan yang paling nyata dari hiponatremia adalah pemberian natrium yang
hati-hati. Pembatasan air. Jika hiponatremia terjadi pada pasien dengan volume
cairan normal atau berlebih, pengobatan pilihannya adalah pembatasan air. Hal ini
jauh lebih aman dibandingkan dengan pemberian natrium .
2. Hipokalemia
Hipokalemia adalah kekurangan kadar potasium dalam cairan extrasel sehingga
potasium keluar dari sel mengakibatkan hidrogen dan sodium ditahan oleh sel maka
terjadi gangguan (perubahan) pH plasma.
Etiologi
-Peningkatan ekskresi dari kalium
-Obat-obat seperti furosemide, steroid, aspirin, dan antibiotik tertentu
-Disfungsi ginjal
-Kehilangan cairan tubuh karena muntah yang berlebihan, diare atau berkeringat
Manifestasi klinis
-CNS dan neuromuskular: lelah, tidak enak badan.
-Pernapasan, otot-otot pernapasan lemah, napas dangkal
-Saluran cerna, menurunnya mobilitas usus besar, anoreksia, mual. Muntah
-Kardiovaskuler, hipotensi postural, perubahan pada EKG
Penatalaksanaan
-Pemberian kalium sebanyak 40-80 mEq/L
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN & PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
- Diet yang mengandung cukup kalium pada orang dewasa rata-rata 50-100
mEq/hari
-Pemberian kalium dapat melalui oral maupun bolus intravena dalam botol infus
-Pada situasi kriitis larutan yang lebih pekat (20 mEq) dapat diberikan melalui
jalur sentral bahkan pada hipoklemia yang sangat berat.
3. Hiperkalemia
Hiperkalemia yaitu kelebihan kadar potasium pada cairan ektrasel, hal ini jarang
terjadi, kalaupun ada hal ini sangat membahayakan kehidupan sebab akan
menghambat transmisi impuls jantung dan menyebabkan serangan jantung.
Etiologi
-Pemakaian obat tertentu yang menghalangi pembuangan kalium oleh ginjal
-Gagal ginjal
-Berbagai kondisi yang membuat pelepasan kalium yang berlebihan dari dalam sel,
misalnya pada cedera yang membuat banyak jaringan otot hancur, luka bakar hebat
atau overdosis kokain.
Manifestasi klinik
-Neuromuskular, kelemahan otot yang tidak begitu terlihat merupakan tanda awal.
Kelemahan otot yang berjalan naik dan berkembang kearah paralisis flaksid pada
tungkai bawah dan akhirnya pada badan dan lengan.
-Saluran cerna, mual, kolik usus, diare
-Kardiovaskuler, Distrimia jantung
Penatalaksanaan
Kalium bisa dibuang dari tubuh melalui saluran pencernaan. Kalium dapat
dibuang dengan meransang diare, sehingga keluar melalui tinja.
4. Hipokalsemia
Hipokalsemia yaitu kekurangan kadar calcium di cairan ekstrasel, bila berlangsung
lama, kondisi ini dapat manyebabkan osteomalasia sebab tubuh akan berusaha
memenuhi kebutuhan calcium dengan mengambilnya dari tulang.
Etiologi
-Kadar hormon paratiroid rendah
-Kekurangan kelenjar paratiroid bawaan
-Kekurangan vitamin D
-Kerusakan ginjal
-Kadar magnesium rendah
-Kadar albumin rendah
Manifestasi klinis
-Serangan akut
-Neuro,uskuler
-Cemas
-Gagal nafas
-Denyut jantung meningkat dan gangguan irama
-Denyut nadi melemah
-Bising usus meningkat
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN & PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
5. Hiperkalsemia (kadar kalsium darah yang tinggi) adalah suatu keadaan dimana
konsentrasi kalsium dalam darah lebih dari 10,5 mg/dL darah. Hiperkalsemia
didefinisikan sebagai kadar kalsium serum > 10,6 mg/dL atau ketika kalsium ion >
1,38 mmol/L.
Etiologi
-Hiperparatiroid
-Penyakit neuroplastik malignan
-Imobilisasi lama
-Penggunaan berlebih suplemen kalsium
-Kelebihan vitamin D
Manifestasi Klinis
-Nyeri epigastrik
-Kelemahan otot
-Anoreksia
-Mual/muntah
-Konstipasi
-Gangguan mental
-Penurunan berat badan
Penatalaksanaan
Tujuan terapeutik pada hiperkalsemia mencakup menurunkan kadar kalsium
serum dan memperbaiki proses yang menyebabkan hiperkalsemia. Mengatasi
penyebab yang mendasar (kemoterapi untuk malignansi atau paratiroidektomi
parsial untuk hiperparatiroidisme) adalah penting.
Tindakan umum temasuk pemberian cairan untuk mengencerkan kalsium
serum dan meningkatkan ekskresinya oleh ginjal, metabolisasi pasien, dan
membatasi masukan kalsium melalui diet.
Kalsitonin dapat digunakan bagi pasien dengan penyakit jantung atau gagal
ginjal yang tidak dapat mentoleransi beban natrium yang besar. Kalsitonin
mengurangi resorpsi tulang, meningkatkan deposit kalsium dan fosfor dalam
tulang, dan meningkatkan ekskresi kalsium dan fosfor urin.
3. Gangguan Ketidak Seimbangan Asam Basa yaitu :
1. Asidosis Respiratorik
Yaitu gangguan keseimbangan asam basa yang disebabkan oleh retensi CO 2 akibat
kondisi hiperkapnia. Karena jumlah CO2 yang keluar melalui paru berkurang, terjadi
peningkatan H2CO2 yang kemudian menyebabkan peningkatan [H+]. Tanda dan
gejala klinisnya meliputi :
a. Napas dangkal, gangguan pernapasan yang menyebabkan hipoventilasi
b. Adanya tanda-tanda depresi susunan saraf pusat, gangguan kesadaran, dan
disorientasi.
c. pH plasma <7,35; pH urine <6
d. PCO2 tinggi (>45 mm Hg)
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN & PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
2. Asidosis Metabolik
Yaitu gangguan yang mencakup semua jenis asidosis yg bukan disebabkan oleh
kelebihan CO2 dalam cairan tubuh. Tanda dan gejala klinisnya :
a. Pernapasan kussmaul (pernapasan cepat dan dalam)
b. Kelelahan (malaise)
c. Disorientasi
d. Koma
e. pH plasma <3,5
f. PCO2 normal atau rendah jika sudah terjadi kompensasi
g. Kadar bikarbonat rendah (anak-anak <20mEq/l, dewasa <21 mEq/l)
3. Alkalosis Respiratorik
Yaitu dampak utama pengeluaran CO2 berlebih akibat hiperventilasi. Tanda dan
gejala klinisnya :
a. Penglihatan kabur
b. Baal dan kesemutan pada ujung jari tangan dan kaki
c. Kemampuan konsentrasi terganggu
d. Tetani, kejang, aritmia jantung (pada kasus yang gawat)
e. pH >7,45
4. Alkalosis Metabolik
Yaitu penurunan H+ plasma yang disebabkan oleh defesiensi relatif asam-asam
nonkarbonat. Tanda dan gejala klinisnya :
a. Apatis
b. Lemah
c. Gangguan mental
d. Kram
e. pusing
jantung
bising usus.
6) B6 Integumen: keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot, tetani, dan
sensasi rasa
b. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap :pemeriksaan ini melewati jumlah sel darah merah
natrium,kalium,klorida,ion bikarbonat,
3) Ph dan berat jenis urine :berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur
darah dengan jumlah oksigen yang dapat di bawa oleh darah,normalnya di arteri
2. Kebutuhan Na+
Na+ ---------- 3 – 5 meq / KgBB / 24 jam
B. PENGHITUNGAN TETESAN
Cara menghitung tetesan ada 2 macam yaitu :
1. Makro (anak dgn BB>6kg)
a. Cara otsuka
faktor tetes(15) x jumlah cairan = tts/mnt
60 mnt x jam
b. Cara Terumo
faktor tetes(20) x jumlah cairan = tts/mnt
60 mnt x jam
C. JENIS-JENIS CAIRAN
1. Cairan Hipotonik.
Adalah cairan infuse yang osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum
(konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan
menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar ke
jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi),
sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel “mengalami”
dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien
hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang
membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel,
menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada
beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN & PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
2. Cairan Isotonik.
Adalah cairan infuse yang osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati
serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah.
Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga
tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan),
khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan
Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
3. Cairan hipertonik.
Adalah cairan infus yang osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga
“menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu
menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema
(bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya koloid, Dextrose
5%, produk darah (darah), dan albumin.
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN & PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Azis. 2006. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC
Anggriyana dan Saryono. 2010. Catatan Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia (KDM).
Yogyakarta: Nuha Medik
Faqih, Moh. Ubaidillah. 2009. ”Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia”.
(http://www.scribd.com/ diakses 23 Maret 2016)
Harnawatia. 2008 . Keseimbangan Cairan dan Elektrolit, (http://wordpress.com/, diakses
24 April 2010)
Mubarak, Wahid.I & Chayatin, NS.Nurul..2008.”Kebutuhan Dasar Manusia”. Jakarta:
EGC.
Nursing diagnoses: definitions and classification 2012-2014
Nursing interventions classification (NIC) / editors, Gloria M. Bulechek... [et al.].- 6th ed.
Nursing outcame classification (NOC) : measurement of health outcomes / editors, Sue
Moorhead ... [et al.].- 5th ed.
Obet. 2010. Kebutuhan Cairan dalam Tubuh, (http://akarrumput21.blogspot.com/,
diakses 24 April 2010)
Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan Edisi 4.
Jakarta: Salemba Medika
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN & PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
A. Identitas Klien
Nama :An.A............................................ No. RM : 23451xxxx..........................
Usia : 11 bulan . Tgl. Masuk : 1 nov 2020..........................
Jenis kelamin : laki-laki...................................... Tgl. Pengkajian : 3 nov 2020..........................
Alamat : jl. Indah ..................................... Sumber informasi : px........................................
No. telepon : 082345xxxx............................... Nama klg. dekat yg bisa dihubungi: ny. W.............
Status pernikahan : belum kawin............................... ..............................................
Agama : islam........................................... Status : Ibu.......................................
Suku : WNI........................................... Alamat : jl. Indah...............................
Pendidikan : belum sekolah............................ No. telepon : 081234xxxxx......................
Pekerjaan : ................................................... Pendidikan : SMA...................................
Lama berkerja : ................................................... Pekerjaan : wiraswasta..........................
d. Terakhir masuki RS : ibu mengatakan anak terakhir MRS setelah lahiran ..................................
2. Alergi (obat, makanan, plester, dll): ibu mengatkan anak tidak memiliki alergiobat
Tipe Reaksi Tindakan
................................................................ ......................................................... ...................................................
................................................................ ......................................................... ...................................................
3. Imunisasi:
(√) BCG (√) Hepatitis
(√) Polio (√) Campak
(√) DPT ( ) .....................
4. Kebiasaan:
Jenis Frekuensi Jumlah Lamanya
Merokok ........................................... .................................................. .........................................
Kopi ........................................... .................................................. .........................................
Alkohol ........................................... .................................................. .........................................
5. Obat-obatan yg digunakan:
Jenis Lamanya Dosis
................................................................ ......................................................... ...................................................
................................................................ ......................................................... ...................................................
D. Riwayat Perinatal
1. Antenatal
Ibu An. A mengatakan “saat hamil An. A saya rutin memeriksakan kehamilan saya setiap
bulan di bidan desa, saat usia kehamilan 1-4 bulan saya memiliki keluhan mual muntah
sehingga saya tidak makan nasi, saya hanya minum susu dan makan buah-buahan. Dari
bidan saya mendapat vitamin untuk menambah darah dan agar saya tidak lemas”.
2. Intra natal
Ibu An. A mengatakan “saya melahirkan An.A di bidan desa dengan usia kehamilan 9
bulan, setelah lahir An. A tidak langsung menangis, ± 3 menit setelah ditepuk-tepuk dan
dibersihkan hidungnya oleh bidan An.A menangis, kemudian An.A diletakkan di atas
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN & PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
perut saya kira-kira selama 30 menit. BB An. A saat lahir 3200 gr dengan panjang badan
45 cm.”
Ibu An. A mengatakan “7 hari setelah melahirkan, bidan desa datang kerumah saya untuk
melihat kondisi An.A dan An.A di suntik pada paha kanan dan kirinya.”.
E. Riwayat Keluarga
Ibu An. A mengatakan “biasanya saya dan anggota keluarga lainnya jika sakit hanya sakit
batuk, pilek dan pusing biasa yang sembuh dengan diobati dari obat yang dibeli diwarung
ataupun yang didapat dari bidan desa.
GENOGRAM
keterangan :
= laki-laki = perempuan = garis keturunan
= tinggal dalam 1 rumah = pasien = garis pernikahan
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN & PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
Perkembangan An. A:
Hal yang bisa dilakukan Usia
Tersenyum 1,5 bulan
Miring 3 bulan
Tengkurap dan bisa mengangkat kepala dengan tegak 4 bulan
Duduk 7 bulan
Merangkak 8 bulan
Berdiri 10 bulan
F. Riwayat Lingkungan
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN & PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
G. Pola Aktifitas-Latihan
Rumah Rumah Sakit
Makan/minum 2 ............................................................. 2 ....................................................
Mandi 2.............................................................. 2.....................................................
Berpakaian/berdandan 2.............................................................. 2.....................................................
Toileting 2.............................................................. 2.....................................................
Mobilitas di tempat tidur 2.............................................................. 2.....................................................
Berpindah 2.............................................................. 2.....................................................
Berjalan 2.............................................................. 2.....................................................
Naik tangga 2.............................................................. 2.....................................................
Pemberian Skor: 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain (1 orang) , 3 = dibantu orang lain
(min. 2 orang), 4 = tidak mampu
I. Pola Eliminasi
Rumah Rumah Sakit
BAB:
- Frekuensi/pola 1x/hari.......................................... 7-8x/hari
-
- Konsistensi lembek ............................................... cair ..............................................
- Warna & bau kuning kecoklatan .................................. kuning..........................................
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN & PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
J. Pola Tidur-Istirahat
Rumah Rumah Sakit
Tidur siang:Lamanya ......................................................... .......................................................
- Jam …s/d… 10.30-11.30..................................... 10.00-12.00..................................
- Kenyamanan stlh. tidur anak lebih segar.............................. anak lebih segar...........................
Tidur malam: Lamanya ......................................................... .......................................................
- Jam …s/d… 20.00-06.00..................................... 19.30-07.00..................................
- Kenyamanan stlh. tidur anak terlihat segar dan ceria........... anak terlihat segar dan ceria........
- Kebiasaan sblm. tidur ASI.................................................. ASI...............................................
- Kesulitan ........................................................
- Upaya mengatasi ........................................................ .....................................................
5. Perubahan yang dirasa setelah sakit: anak kurang aktif dan ......................................................................................
M. Konsep Diri
1. Gambaran diri: tidak terkaji........................................................................................................................................
2. Ideal diri: tidak terkaji.................................................................................................................................................
3. Harga diri: tidak terkaji...............................................................................................................................................
4. Peran: tidak terkaji
5. Identitas diri tidak terkaji............................................................................................................................................
P. Pola Seksualitas
1. Masalah dalam hubungan seksual selama sakit: ( ) tidak ada ( ) ada
2. Upaya yang dilakukan pasangan:
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN & PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
R. Pemeriksaan Fisik
Lingkarkepala : 48cm
Lingkar dada 44,5 cm
Lingkar lengan atas 14 cm
BB/umur< -1SD
Berat badan ideal : BBI = (n: 2) + 4
BBI = (11 :2) + 4
BBI = 9,5 kg
I : Bentuk kepala normochepal, rambut tipis, warna rambut hitam, distribusi rambut merata,
tidak terdapat benjolan, tidak ada lesi, tidak ada jejas pada kulit kepala, kulit kepala tampak
bersih.
P : Rambut tidak mudah rontok, rambat teraba lembut, dan kering
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN & PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
P :RaRambut tidak mudah rontok, rambat teraba lembut, ubun –ubun cowong dan kering
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
b. Mata:
I : Mata cowong/cekung , tidak ada odema palpebra, konjungtiva
berwarna merah muda (tidak anemis) pupil isokor, gerakan
bola mata normal, reflek cahaya mata kanan dan kiri positif,
dan distribusi bulu mata merata.
P : Tidak teraba benjolan pada mata.
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
c. Hidung:
I : Bentuk lubang hidung simetris, tidak ada sekret yang keluar
dari hidung, tidak ada pernafasan cuping hidung, dan tidak ada
polip hidung.
P : Tidak teraba adanya benjolan
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
d. Mulut & tenggorokan:
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
f. Leher:
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
- RH - WH (-)..................................................................................................................
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN & PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
..........................................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................................
- Auskultasi: - - ................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................................
- -
4. Payudara & Ketiak-
...........................................................................................................................................................................
Bawah: Kekuatan otot 4/4 kekuatan otot pasien sedikit berkurang, mampu melawan gravitasi sesaat lalu
jatuh, persebaran warna kulit merata dan tidak gatal
9. Sistem Neurologi
1.Nervus olfactorius : kepekaan penciuman pasien terhadap bau-bauan mulai berkurang
2.Nervus optikus : Pasien memakai kacamata, karena penglihatan kabur
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN & PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
B. Terapi
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN & PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
Tanggal Terapi
21 Juli 2016 Parenteral
Injeksi Antrain 100 mg
Cairan
Asering 75 cc/BB/3 jam = 555 cc dengan 60 tpm makro
WIDA D5 1/4 NS 740cc/24 jam dengan 10 tpm makro
Diit
ekstra bubur kasar
22 Juli 2016 Cairan
WIDA D5 1/4 NS 740cc/24 jam dengan 10 tpm makro
Oral
L- Bio 3x1
Zinc 1x2 dosh
Diit
ekstra bubur kasar
A. ANALISA DATA
Nama Pasien :
Umur :
No Data fokus Etiologi Problem Paraf
1 DS Faktor penyebab Deficit volume
Ibu An.A mengatakan An. A cairan kurang dari
muntah 1x dan BAB 7x, Masuk kesaluran cerna
kebutuhan tubuh
BAB cair ada ampas
berwarna kuning Mengiritasi saluran
cerna
DO Dinding usus terangsang
Mata cekung dengan adanya iritasi
Turgor kulit menurun
BAB cair, warna kuning Peristaltik usus
Mukosa bibir kering
Bising usus 10x/menit Gangguan absorbsi
Tampak kehausan
Volume rongga usus
Respon : BAB lebih
dari 3x
Diare
Cairan dan eletrolit
terbuang melalui feses
volume cairan elektrolit
kurang dari kebutuhan
tubuh
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN & PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI kEPERAWATAN
No Diagnosa Luaran
Intervensi Utama
1 Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi 1. Menentukan intervensi
berhubungan dengan keperawatan selama 1 x24 2. Ukur TTV setiap 8 jam selanjutnya
kehilangan cairan aktif jam, kebutuhan cairan adekuat 3. Observasi intake dan output 2. Kekurangan cairan akan
akibat diare dengan kriteria hasil: cairan setiap 8 jam mempengaruhi TTV pasien
1. TTVdalam batas normal 4. Anjurkan keluarga untuk 3. Mengetahui keseimbangan
- Suhu tubuh (36,5-37,5 memberi pasien banyak minum cairan
O
C) 5. Jelaskan pada keluarga tanda- 4. Mengurangi cairan yang hilang
- Nadi (60-120x/menit) tanda kekurangan cairan dan mengganti cairan yang
- RR dalam rentang 6. Berikan terapi rehidrasi cairan hilang
normal 30-60 x/menit) 5. Meningkatkan pengetahuan
2. Mukosa lembab orang tua
3. Turgor kulit normal 6. mengganti cairan yang hilang
4. mata tidak cekung/cowong
INTERVENSI kEPERAWATAN
No Diagnosa Luaran
Intervensi Utama
- RR dalam rentang pasien panas. 5. Untuk mengurangi panas pada
normal 30-60 x/menit) 6. Anjurkan keluarga untuk tidak pasien
- Akral hangat memakai selimut dari pakaian 6. Untuk memudahkan dalam
- Tidak menggigil yang tebal. proses penguapan.
7. Berikan terapi cairan intravena 7. untuk mengganti cairan yang
8. Laksanakan hasil kolaborasi obat- hilang
obatan sesuai dengan hasil 8. obat-obatan sebagai preparat
kolaborasi (obat anti piretik) yang di formulasikan untuk
penurunan panas.
3 Resiko gangguan integritas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji keadaan kulit daerah 1. Untuk mengetahui kondisi dan
kulit : perianal berhubungan keperawatan selama 2 x 24 perianal tingkat keparahan kulit
dengan frekuensi BAB jam, integritas kulit perianal 2. Anjurkan keluarga untuk menjaga 2. Mencegah timbulnya penyakit
(Diare) baik, dengan kriteria hasil: kulit
kebersihan kulit anak khususnya
1. Elastisitas kulit baik 3. untuk mencegah atau
2. Tidak terjadi iritasi daerah perianal mengurangi iritasi pada kulit
3. Anjurkan keluarga untuk segera 4. membantu memperbaiki sel
mengganti popok jika BAB dan yang rusak
BAK
4. Berikan salep sesuai indikasi dan
hasil kolaborasi jika terjadi iritasi
pada kulit
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN & PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN & PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
IMPLEMENTASI
Nama Klien : An. A Tanggal Pengkajian :
No Reg : Diagnosa Medis : Diare
No. TTD &
Respon
Tgl Dx. Jam Tindakan Keperawatan Nama
Klien
Kep. Terang
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN & PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
IMPLEMENTASI
Nama Klien : An. A Tanggal Pengkajian :
No Reg : Diagnosa Medis : Diare
No. TTD &
Respon
Tgl Dx. Jam Tindakan Keperawatan Nama
Klien
Kep. Terang
3/11/20 2 09.00 1. Memberikan terapi cairan
Hasil : memberikan terapi cairan WIDA D5 ¼ NS 740 cc/hari dengan 10 tpm.
2. Mengukur tanda-tanda vital
Hasil : Nadi = 110x/menit Suhu = 38,1
Fp = 32x/menit
3. Melaksanakan hasil kolaborasi dengan menginjeksikan terapi obat antrain 100 mg,
Hasil: An. A menangis saat diinjeksikan obat
4. Mengkaji keadaan kulit perianal pasien
Hasil tidak ada tanda-tanda iritasi pada perianal
5. Mengobservasi intake dan output cairan
Hasil :
Intake
- pasien terpasang infus dengan terapi cairan WIDA D5 ¼ NS dengan 740 cc/24 jam
- ASI
- Air putih
Output
- BAB 3x /hari
- BAK ± 5x/hari
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN & PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
IMPLEMENTASI
Nama Klien : An. A Tanggal Pengkajian :
No Reg : Diagnosa Medis : Diare
No. TTD &
Respon
Tgl Dx. Jam Tindakan Keperawatan Nama
Klien
Kep. Terang
3/11/20 3 09.00 Memberikan terapi cairan
Hasil : memberikan terapi cairan WIDA D5 ¼ NS 740 cc/hari dengan 10 tpm.
Mengukur tanda-tanda vital
Hasil : Nadi = 100x/menit Suhu = 36,3 oC
Fp = 34x/menit
Mengkaji keadaan kulit perianal pasien
Hasil tidak ada tanda-tanda iritasi pada perianal
Mengobservasi intake dan output cairan
Hasil :
Intake
pasien terpasang infus dengan terapi cairan WIDA D5 ¼ NS dengan 740 cc/24 jam
ASI
Air putih
output
BAB 2x /hari
BAK ± 5x/hari
Mengkaji ruam popok
Ruam popok sudah berkurang dan memberikan salep iritasi
-
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN & PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN & PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
E. EVALUASI
EVALUASI
Tgl Jam Diagnosa Evaluasi TTD
perawat
3/11/20 16.15 Kekurangan volume S: Ibu An. A mengatakan An.A BAB
cairan berhubungan 2x selama di rumah sakit, BAB cair
dengan kehilangan dan ada ampas berwarna kuning
cairan aktif akibat
diare O : Mata cekung
Turgor kulit tidak elastis
BAB cair, warna kuning
Mukosa bibir kering
O : Nadi = 100x/menit
Fp = 32x/menit
suhu = 36.2OC
Leokosit = 11,6
A : Masalah teratasi
P: Hentikan Intervensi
06.00 Resiko gangguan S: Ibu An. A mengatakan An.A BAB
integritas kulit : 1x selama di rumah sakit, BAB cair
perianal dan ada ampas berwarna kuning
berhubungan
dengan frekuensi O : BAB 1 cair dan berwarna kuning
BAB (Diare) Tidak ada tanda-tanda iritasi pada
daerah kulit perianal
A : Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN & PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
-
Berbaring dengan Berikan posisi semi fowler
kepala head up 300 Hindari manuver valsava
-
Kesadaran compos Cegah terjadinya kejang
mentis, GCS: 4 5 6 Hindari penggunaan PEEP
-
TTV Hindar pemberian cairan
intravena hipotonik
TD: 130/ 65 mmHg
Atur ventilator agar PaCO²
HR: 80 x/menit
optimal
RR: 21 x/menit Pertahankan suhu tubuh
Suhu: 36,30C normal.
3.Riwayat penyakit
dahulu : Hipertensi tidak
terkontrol
4. Riwayat penyakit
keluarga: nenek Pasien
penderita HT
5/4
-
Berbaring dengan
kepala head up 300
-
Kesadaran compos
mentis, GCS: 4 5 6
-
TTV
TD: 130/ 65 mmHg
HR: 80 x/menit
RR: 21 x/menit
Suhu: 36,30C
6. Pemeriksaan
diagnostic focus yang
menunjang:
HasilLaborat :
Hb 14,2 g/dl
Ureum 30 mg/dl
Kreatinin0,45 mg/dl
Gds 100 mg/dl
Kolesterol msh dlm
pemeriksaan.
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN & PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
Resume Keperawatan
tiduran
- Mual dan muntah
tiap makan
- Tanda – tanda
vital :
TD :130/80mmhg
S : 37,5°C
N : 90x/menit
RR : 18x/menit
6. Pemeriksaan diagnostik
fokus yangmenunjang:
Hasil laborat :
HB : 12,5
Lecosit 12
Trombosit : 310.000
Ureum : 21
Kreatinin : 0,74
BUN : 9,8
Natrium : 130,6
Kalium : 3,97
Klorida : 98,9
GDS Hight
RESUME PASIEN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN & PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
obat anti ansietas, jika
perlu
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN & PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
…………………………
……
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN & PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI