TAHUN 2021
INDANA ZULFA
2014901064
KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
TAHUN 2021
TAHUN 2021
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Profesi Ners
INDANA ZULFA
2014901064
KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
Juli 2021
Indana Zulfa
ABSTRAK
penyebab secara pasti belum diketahui sampai saat ini, akan tetapi beberapa faktor
(WHO) tahun 2014 menunjukkan bahwa terdapat 400 juta penduduk di dunia
mengalami Cholelithiasis dan mencapai 700 juta penduduk pada tahun 2016.
komponen empedu.
indikasi Colelithiasis di ruang operasi Rumah Sakit A.Yani Metro. Metode yang
digunakan pada laporan tugas akhir ini ialah pengambilan data melalui wawancara,
diagnosa keperawatan ansietas dan nyeri pada fase pre operatif, resiko hipotermia
prioperatif pada fase intra operatif, dan risiko aspirasi pada fase post operatif.
Setelah diberikan tindakan keperawatan dan dievaluasi pada tahap pre operatif
masalah teratasi. Tahap post operasi risiko aspirasi tidak terjadi. Diharapkan
perawat untuk lebih teliti dan memahami dalam melakukan asuhan keperawatan
perioperatif pada pasien kasus Colelithiasis terutama yang akan dilakukan tindakan
pembedahan colesastektomi.
NURSING MAJOR
Indana Zulfa
Perioperative Nursing Care for Colelithiasis Patients with Cholesastectomy in the
ABSTRACT
is not yet known, but some of the most important predisposing factors seem to be
Organization (WHO) in 2014 shows that there are 400 million people in the world
the operating room of A. Yani Metro Hospital. The method used in this final report
documentation studies.
The results of the problems found were patients with nursing diagnoses of
anxiety and pain in the preoperative phase, the risk of preoperative hypothermia in
the intraoperative phase, and the risk of aspiration in the postoperative phase. After
being given nursing actions and evaluated at the preoperative stage, anxiety
hypothermia is resolved. The postoperative stage of aspiration risk does not occur.
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
Ok Rumah Sakit Jend.A.Yani Kota Metro”. Penulisan laporan ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Profesi Ners. penyusun
mendapat bantuan dari berbagai pihak, dalam kesempatan ini penyusun berkenan
6. Dwi Agustanti, S.Kp., M.Kep., Sp.Kom selaku dosen penguji yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
7. Pihak Rumah Sakit Umum Daerah Jend A Yani Metro yang telah banyak
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan ini membawa
Penulis
BIODATA PENULIS
NIM : 1614301025
Agama : Islam
Kota Metro
Email : Indanazulfa119@yahoo.co.id
RIWAYAT PENDIDIKAN
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL......................................................................................ii
BIODATA PENULIS........................................................................................vi
MOTTO .............................................................................................................viii
ABSTRACT.......................................................................................................xi
KATA PENGANTAR………………………………………………………...xii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………….xv
BAB 1 : PENDAHULUAN
c. Tujuan ………………………………………………………………………4
d. Manfaat …………………………………………………………………….4
e. Ruang Lingkup 5
BAB 3 : METODE
b. Subyek Asuhan……………………………………………………………... 33
d. Pengumpulan Data…………………………………………………………. 33
e. Penyajian Data……………………………………………………………… 35
f. Prinsip Etik…………………………………………………………………. 35
a. Pengkajian………………………………………………………………….. 37
1. Praoperatif………………………………………………………………. 37
2. Intraoperatif …………………………………………………………….. 42
3. Postoperatif……………………………………………………………… 46
b. Pembahasan………………………………………………………………… 55
1. Pre Operasi……………………………………………………………… 59
3. Post Operasi…………………………………………………………….. 70
a. Kesimpulan ………………………………………………………………… 74
b. Saran ………………………………………………………………………. 76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dari 50%, atau bentuk campuran 20-50% berunsurkan kolesterol dan predisposisi
dari batu kolesterol adalah orang dengan usia yang lebih dari 40 tahun, wanita,
obesitas, kehamilan, serta penurunan berat badan yang terlalu cepat (Cahyono,
2014).
penyebab secara pasti belum diketahui sampai saat ini, akan tetapi beberapa faktor
yang sangat signifikan dari tahun ke tahun. Tercatat ditahun 2011 terdapat 140 juta
pasien seluruh rumah sakit di dunia, sedangkan pada tahun 2012 data mengalami
peningkatan sebesar 148 juta jiwa. Hal ini menyebabkan tindakan pembedahan
dilakukan mampu sebagai pilihan yang penting dalam pengobatan pasien. Prosedur
operasi (perioperatif) merupakan salah satu bentuk terapi yang dapat menimbulkan
rasa takut, cemas hingga stress, karena dapat mengancam integritas tubuh, jiwa dan
dapat menimbulkan rasa nyeri. Ansietas adalah kondisi emosi dan pengalaman
subyektif individu terhadap obyek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi
diklasifikasikan sebagai elektif, urgen, dan emergensi. Semua prinsip yang terkait
persiapan perioperatif sangat terbatas (Baradero, Dayrit & Siswadi, 2009). Kondisi
ini menuntut persiapan yang baik dilakukan oleh perawat untuk menjamin
terdapat 400 juta penduduk di dunia mengalami Cholelithiasis dan mencapai 700
juta penduduk pada tahun 2016. Cholelithiasis atau batu empedu terbentuk
merupakan masalah kesehatan umum dan sering terjadi di seluruh dunia, walaupun
memiliki prevalensi yang berbeda beda di setiap daerah (Arif Kurniawan , Yunie
Jepang sekitar 3,2 %, China 10,7%, India Utara 7,1%, dan Taiwan 5,0% (Chang et
orang, dengan 70% di antaranya di dominasi oleh batu kolesterol dan 30%
sisanya terdiri dari batu pigmen dan komposisi yang bervariasi (Heuman, 2017).
Insiden kolelithiasis di negara barat adalah 10 – 20% dan biasanya terjadi pada
orang dewasa tua dan lanjut usia. Kira – kira 700.000 kolesistektomi disebabkan
oleh batu empedu, setiap tahunnya komplikasi batu empedu menyebabkan 3000
kematian (0,12% dari seluruh angka kematian), rasio penderita batu empedu
pada wanita terhadap pria adalah 3:1 pada usia dewasa dan berkurang 2:1 pada
usia di atas 70 tahun. Sekitar 1 juta pasien baru terdiagnosis mengidap batu
empedu pertahun, dengan dua per tiganya menjalani pembedahan. Angka kematian
pasien meninggal setiap tahun akibat penyakit batu empedu atau penyulit
pada wanita sebesar 76% dan pada laki-laki 36%dengan usia lebih dari 40 tahun.
Sebagian besar pasien dengan batu empedu tidak mempunyai keluhan. Risiko
penyandang batu empedu untuk mengalami gejala dan komplikasi relatif kecil.
Walaupun demikian, sekali batu empedu mulai menimbulkan serangan nyeri kolik
yang spesifik maka resiko untuk mengalami masalah dan penyulit akan terus
Data Rumah Sakit RS. A.Yani Kota Metro, pada April hingga juni 2021
insidensi kolelitiasis terjadi pada wanita sebesar 75% dan pada laki-laki 25%
dengan usia lebih dari 40 tahun. Sebagian besar pasien dengan batu empedu tidak
serangan nyeri kolik yang spesifik maka risiko untuk mengalami masalah dan
dengan usia lebih dari 40 tahun. Sebagian besar pasien dengan batu empedu tidak
serangan nyeri kolik yang spesifik maka risiko untuk mengalami masalah dan
penyulit akan terus meningkat (Cahyono, 2014). Pasien kolelithiasis dengan kolesistektomi
memiliki beberapa masalah
masalah pada pasien dengan kolelithiasis adalah perawat sebagai pemberi asuhan
sehingga keluarga juga dapat berperan aktif dalam pemeliharaan kesehatan baik
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum :
Tahun 2021.
2. Tujuan khusus :
2021.
2021.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat teoritis
karya tulis ilmiah ini dapat dipakai sebagai salah satu bahan bacaan
diperpustakaan.
2. Manfaat praktis
kolelithiasis dan bagi rumah sakit sebagai masukan yang diperlukan dalam
kolelithiasis.
E. Ruang lingkup
Ok Rumah Sakit Ahmad Yani Kota Metro Tahun 2021. Lokasi dilakukan
diruang operasi Rumah Sakit Ahmad Yani Kota Metro. Penelitian ini
dilakukan pada bulan 17 Juni 2021, subjek pada penulisan asuhan keperawatan
keperawatan pada pasien pre operasi di ruang persiapan , intra operasi, post
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Pembedahan
tubuh atau ketika bagian tubuh di angkat. Asuhan keperawatan yang hati hati
dan penuh perhatian sering kali membuat perbedaan antara pengalaman bedah
negatif atau positif dan dapat mempengaruhi pemulihan klien. Caroline Bunker
2. Jenis Pembedahan
Caroline Bunker & Mary T (2017). Tingkat pilihan klien dalam pembedahan
adalah:
lain bedah plastik, penghilang tanda lahir nonmaligna ( tidak ganas), dan
antara lain perbaikan hernia, prolaps uterus, dan perbaikan posisi sendi
pinggul.
segera, untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada klien. Contohnya antara
serangan jantung
3. Klasifikasi Pembedahan
sederhana sehingga mereka bisa cemas, takut dan nyeri.Bedah mayor adalah
pembedahan yang mengandung risiko cukup tinggi untuk pasien dan biasanya
4. Etiologi Pembedahan
masalah.
5. Konsep Perioperatif
Menurut Muttaqin & Kumala (2009), terdapat tiga fase perioperatif yaitu
sampai berakhir di meja operasi. Pada tahap ini akan dilakukan pengkajian
b. Fase intra operatif dimulai saat pasien dipindahkan ke meja operasi dan
berakhir di ruang pemulihan atau ruang pasca anastesi. Pada tahap ini pasien
tahap ini lebih kompleks dan dilakukan secara cepat serta ringkas agar
segera bisa dilakukan tindakan keperawatan yang sesuai. Perawat berusaha
untuk meminimalkan risiko cedera dan risiko infeksi yang merupakan efek
c. Fase post operatif dimulai saat pasien masuk ke ruang pemulihan sampai
pasien dalam kondisi sadar sepenuhnya untuk dibawa ke ruang rawat inap.
tim operasi, mempunyai peran dari dari tahap pra operasi sampai pasca
1) Pengkajian
dicatat dan data dasar ditegakkan untuk perbandingan di masa yang akan
infeksi luka, juga terhadap kesulitan teknik dan mekanik selama dan
2) Informed consent
perubahan perilaku.
4) Informasi lain
seperti ventilator, selang drainase atau alat lain agar pasien siap menerima
2) Penjadwalan staf
5) Pengaturan kinerja
setiap jenis pembedahan (Majid, 2011). Peran spesifik dan tanggung jawab
menerimanya kembali.
3) Perawat instrumen harus terbiasa dengan anatomi dasar dan teknikteknik bedah yang sedang
dikerjakan.
Mengatur alat-alat yang akan dan telah digunakan. Pada kondisi ini,
perawat instrumen harus benar-benar mengetahui dan mengenal alatalat yang akan dan telah
digunakan beserta nama ilmiah dan mana
selama pembedahan.
menghindari kecelakaan.
kesalahan pemakaian.
pembedahan.
operasi.
peralatan telah siap dan dapat digunakan. Semua peralatan harus dicoba
pembedahan.
steril).
area steril.
suplai steril.
14) Mengeluarkan semua benda yang sudah dipakai dari ruang operasi
prainduksi.
anestesi, spuit, dan jarum yang akan digunakan; dan secara umum
dan ektubasi.
menempatkan tim bedah setelah pasien ditutup duk dan sesudah operasi
berjalan.
bedah.
regional)
10) Memberi informasi dan bantuan pada ahli anestesi setiap terjadi
kondisi pasien sampai sadar penuh agar bisa dikirim kembali ke ruang
rawat inap. Tanggung jawab perawat ruang pemulihan sangat banyak
karena kondisi pasien dapat memburuk dengan cepat pada fase ini.
Perawat yang bekerja di ruangan ini harus siap dan mampu mengatasi
(Muttaqin, 2009).
1. Pre Operasi
sebagai berikut:
1) Identitas klien yaitu nama, umur, jenis kelamin, agama, suku atau
sbb :
abdomen
b. Diagnosa Keperawatan
c. Rencana Keperawatan
• Intervensi utama:
a) Reduksi ansietas
b) Terapi relaksasi
• Intervensi pendukung:
a) Biblioterapi
b) Dukungan emosi
c) Dukungan kelompok
d) Dukungan keyakinan
e)Dukungan pelaksanaan
ibadah
f)Dukungan pengungakapan
kebutuhan
g) Persiapan pembedahan
h) Teknik distraksi
i) Teknik hipnosis
k) Teknik menenangkan
l) Terapi musik
• Intervensi utama:
a) Manajemen nyeri
b) Pemberian analgesic
• Intervensi pendukung:
a) Aromaterapi
b) Edukasi manajemen nyeri
d) Kompres dingin
e) Kompres hangat
f) Konsultasi
g) Latihan pernapasan
h) Manajemen sedasi
i) Manajemen kenyamanan
lingkungan
j) Pemantauan nyeri
l) Pengaturan posisi
m) Teknik distraksi
n) Terapi murratal
o) Terapi musik
p) Terapi relaksasi
q) Transcutaneous Electrical
2. Intra Operasi
b. Diagnosa Keperawatan
c. Rencana Keperawatan
• Intervensi utama:
a. Pencegahan perdarahan
• Intervensi pendukung:
a. Balut tekan
d. Edukasi kemoterapi
f. Identifikasi resiko
g. Manajemen kemoterapi
i. Manajemen
nedikasi
j. Manajemen
trombolitik
k. Pemantauan cairan
l. Pemantauan
tanda vital
m. Pemberian obat
n. Pencegahan cidera
o. Pencegahan jatuh
p. Pencegahan syok
s. Perawatan persalinan
t. Perawatan sirkumsisi
u. Promosi keamanan
berkendara
keselamatan
• Intervensi utama:
a. Manajemen hipotermia
• Intervensi pendukung:
obat
b.Edukasi kemoterapi
c.Edukasi pengukuran
suhu tubuh
d.Edukasi pengurangan
resiko
e.Edukasi Preoperatif
f.Edukasi Proses
Tindakan
h.Kompres [anas
i. Induksi hipotermia
k. Manajemen caian
l. Manajemen kemoterapi
m. Manajemen syok
p. Pemberian anastesi
q.Pemantauan cairan
r. Pendampingan pembedahan
t. Regulasi temepratur
3. Post Operasi
a. Pengkajian Fokus Keperawatan Post Operasi
status sirkulasi, status neurologis dan respon nyeri, status integritas kulit
1) Pengkajian Awal
b. Usia dan kondisi umum pasien, kepatenan jalan nafas, tandatanda vital
2) Status Respirasi
a. Kontrol pernafasan
pernapasan
c. Status Sirkulasi
kardiovaskuler pasien.
4. Status Neurologi
respon nyeri
3) Muskuloskletal
Kaji kondisi organ pada area yang rentan mengalami cedera posisi
post operasi
b. Diagnosa Keperawatan
c. Rencana Keperawatan
• Intervensi utama:
b) Pencegahan aspirasi
• Intervensi pendukung:
buatan
b) Manajemen sedasi
c) Manajemen ventilasi
mekanik
d)Pemantauan respirasi
g) Pengaturan posisi
1. Definisi Kolelithiasis
predisposisi dari batu kolesterol adalah orang dengan usia yang lebih dari 40
tahun, wanita, obesitas, kehamilan, serta penurunan berat badan yang terlalu
penyebab secara pasti belum diketahui sampai saat ini, akan tetapi beberapa
dan merupakan salah satu penyebab insiden kolelitiasis yang tinggi, serta
empedu kolesterol, billirubin, garam, empedu, kalsium, protein, asam lemak, dan
empedu memiliki ukuran, bentuk, dan komposisi yang sangat bervariasi. Batu
empedu yang tidak lazim dijumpai pada anak-anak dan dewasa muda tetapi
insidenya semakin sering pada individu yang memiliki usia lebih diatas 40
tahun. Insiden kolelithiasis atau batu empedu semakin meningkat hingga sampai
pada suatu tingkat yang diperkirakan bahwa pada usia 75 tahun satu dari 3
orang akan memiliki penyakit batu empedu, etiologi secara pastinya belum
empedu, adanya statis empedu, dan infeksi atau radang pada empedu.
Perubahan yang terjadi pada komposisi empedu sangat mungkin menjadi faktor
kandung empedu (dengan cara yang belum diketahui secara pasti) untuk
atau radang empedu dapat menjadi penyebab terbentuknya batu empedu. Mukus
dapat meningkatkan viskositas empedu dan unsur sel atau bakteri dapat berperan
sebagai pusat pengendapan. Infeksi lebih timbul akibat dari terbentuknya batu,
2. Etiologi
maka ia akan diangkut oleh vesikel yang mana vesikel dapat digambarkan
empedu. Musin tersebut akan semakin kental dan semakin pekat sehingga
3. Klasifikasi
a. Batu kolesterol
70% kolesterol. Lebih dari 90% batu empedu adalah kolesterol (batu yang
1. Supersaturasi kolesterol
b. Batu pigmen
Batu pigmen merupakan 10% dari total jenis baru empedu yang
sfingter oddi, striktur, operasi bilier, dan infeksi parasit. Bila terjadi
infeksi saluran empedu, khususnya E. Coli, kadar enzim Bglukoronidase yang berasal dari
bakteri akan di hidrolisasi menjadi
bilirubin bebas dan asam glukoronat. Kalsium mengikat bilirubin
yang terinfeksi.
c. Batu campuran
kolesterol.
4. Patofisiologi
asam empedu dan fosfolipid (terutama lesitin) dengan kolesterol turun di bawah
harga tertentu. Secara normal kolesterol tidak larut dalam media yang
koloid yang mempunyai inti sentral kolesterol, dikelilingi oleh mantel yang
hidrofilik dari garam empedu dan lesitin. Jadi sekresi kolesterol yang
berlebihan, atau kadar asam empedu rendah, atau terjadi sekresi lesitin,
Pembentukan batu dimulai hanya bila terdapat suatu nidus atau inti
kolesterol keluar dari larutan membentuk suatu nidus, dan membentuk suatu
fragmen parasit, epitel sel yang lepas, atau partikel debris yang lain
diperlukan untuk dipakai sebagai benih pengkristalan. Batu pigmen terdiri dari
garam kalsium dan salah satu dari keempat anion ini: bilirubinat,
karena kurang atau tidak adanya enzim glokuronil tranferase tersebut yang akan
karena bilirubin tak terkonjugasi tidak larut dalam air tapi larut dalam
5. Manifestasi Klinis
Gejala klinik kolelithiasis bervariasi dari tanpa gejala hingga munculnya gejala.
Lebih dari 80% pasien kolelithiasis bersifat asimptomatik (pasien tidak
menyadari gejala apapun). Gejala klinik yang biasnya timbul pada orang dewasa
yaitu:
c. Mual, muntah
d. Demam
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
dengan cepat dan akurat, dan dapat digunakan pada penderita disfungsi
hati dan ikterus. Disamping itu, pemeriksaan USG tidak membuat pasien
terpapar radiasi inisasi. Prosedur ini akan memberikan hasil yang paling
akurat jika pasien sudah berpuasa pada malam harinya sehingga kandung
b. Radiografi: Kolesistografi
Kolesistografi digunakan bila USG tidak tersedia atau bila hasil USG
kolesistografi tidak digunakan bila pasien jaundice karena liver tidak dapat
hanya dapat dilihat pada saat laparatomi. Pemeriksaan ini meliputi insersi
c. Pemeriksaan Laboratorium
5. Penurunan urobilirubin.
7.Penatalaksanaan medis
dua yaitu penatalaksanaan non bedah dan bedah. Ada juga yang membagi
antibiotik. Intervensi bedah harus ditunda sampai gejala akut mereda dan
mengatasi syok.
2. Disolusi medis
mencapai lebih kurang 10%, terjadi dalam 3-5 tahun setelah terapi.
terapi ini tidak dianjurkan, kecuali pada anak- anak dengan risiko
Suharso, 2009).
kasus. Kurang dari 4 dari setiap 1.000 penderita yang meninggal dan
dilakukan pada penderita batu saluran empedu yang lebih tua, yang
1. Kolesistektomi terbuka
Operasi ini merupakan standar terbaik untuk penanganan pasien dengan
2. Kolesistektomi laparaskopi
a. Pre operatif
b. Intra operatif
c. Post operatif
1. Bersihan jalan napas berhubungan dengan efek agen farmakologis
perioperatif
Pre Operatif
Ansietas b.d
krisis
situasional operasi
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
hasil:
mendemonstrasikan
teknik menurunkan
cemas
dapat menurunkan
cemas
3. Menggunakan teknik
relaksasi unntuk
menurunkan cemas
4. Menerima status
kesehatan
keluarga
dengan atesi
perasaannya
membuat cemas
Pre Operatif
cedera fisiologis
hasil:
1. mengatakan nyeri
berkurag
presipitasi)
2. Observasi tanda – tanda vital
mungkin
dalam
nyeri timbul
tindakan
operasi
yang dilakukan
Intra Operatif
Resiko perdarahan
b.d tindakan
pembedahan
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
diharapkan resiko
gejala
2. perdarahan
keluar.
pembedahan
couter
Intra Operatif
prosedur
pembedahan
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
hasil:
dari cedera
sesuai
instrumen bedah
Post Operatif
Bersihan jalan
agen farmakologis
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
hasil:
3. Produksi sputum
menurun
napas,
tambahan
kadar elektrolit
oksigenasi
napas dalam
7. Kolaborasi dalam pemberian
Post Operatif
Hipotermi b.d
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
terpapar suhu
lingkungan rendah
hasil:
batas normal
(>36,5)
3.Menggigil tampak
berkurang
Post Operatif
cedera fisik
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
diharapkan nyeri
berkurang/teratasi,
nyeri -2
tenang
4. lokasi,karakteristik,durasi,
frekuensi,kualitasdanfase
presipitasi)
2. Observasi reaksi ekspresi
nyeri pasien
kebisingan
mengontrol nyeri
nyeri
7. Evaluasi tindakan
pengurangan
nyeri
kolesistitis akut dan pasien dengan batu duktus koledokus. Secara teoritis
kolesistektomi laparoskopi.
9.Komplikasi
b. Kolik bilier
c. Pankreatitis
d. Perforasi
d. Jurnal Terkait
bahwa ansietas dapat dicegah dengan terapi yaitu terdapat terapi relaksasi napas
dalam, distraksi lima jari, atau hipnosis lima jari, terapi genggam jari, terapi
uji statistik di dapatkan p-value = 0,011 < α (0.05) artinya H0 ditolak sehingga
kejadian hipotermi pada pasien pasca general anestesi di IBS Rumah Sakit
(41,8%) dan lama oprasi responden pasca nasntesi spinal tergolong cepat yaitu
sebanyak 33 orang (62,3%). Ada hubungan antara faktor usia (p=0,028) dan
yang didapat yaitu adanya hubungan antara usia dan lama operasi dengan
besar mengalami hipotermi pasca anestesi (65,5%). Kejadian waktu pulih sadar
lambat akibat hipotermi sebesar (52,7%) dari keseluruhan responden. Hasil uji
chisqure didapat hasil nilai x2 hipotermi sebesar 4,954 dengan signifikansi (p)
0,026 dan nilai kontingensi 0,323 . Hasil uji statistik menunjukkan bahwa p
value 0,026 lebih kecil dari 0,05 (0,026<0,05), terdapat hubungan dengan
waktu pulih sadar pasca general anestesi, sedangkan untuk nilai kontingensi
dari hasil uji statistic didapatkan adanya hubungan yang significan antara tingkat
kecemasan pre operasi dengan derajat nyeri post sectio caesaria dengan v-value
0,010. Hasil penelitian Mario & Vandri (2017) didapat hasil yaitu terdapat
Pasien Pre Operasi Fraktur di Rumkit Tk.III R.W. Monginsidi Teling dan RSU
METODE
keperawatan area pre, intra, post operatif di ruang operasi yang meliputi
Metro.
B. Subyek Asuhan
Subyek asuhan keperawatan ini fokus pada Ny.M yang berusia 51 tahun
D. Pengumpulan Data
a. Pengamatan (Observasi)
yang terjadi (Pamungkas & Usman, 2017). Dalam laporan akhir ini
b. Wawancara
keluarga.
c. Pemeriksaan Fisik
E. Penyajian Data
dikelompokkan menjadi empat bentuk yaitu, narasi, tabel, numerik, dan grafik.
Narasi atau textural merupakan penyajian data dalam bentuk uraian kalimat,
dalam kolom atau jajaran, sedangkan numerik data yang disajikan dalam
kuantitatif maka lebih baik disajikan dalam bentuk grafik. Laporan akhir ini
F. Prinsip Etik
penelitian, diantaranya:
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (Respect for human
dignity)
inclusiveness)
A. KESIMPULAN
Pengkajian yang didapat pada saat pre oprasi adalah terdapat nyeri
tekan pada perut bagian kanan atas, pasien mengeluh nyeri diseluruh
lapang perut, nyeri dirasakan terus menerus, nyeri yang dirasa seperti
tanda tanda vital pasien TD : 110/70 mmHg, nadi: 78x/m, RR: 20x/m, S:
36,4 ºC. Selain itu pasien mengatakan cemas dengan tindakan operasi
dan ini merupakan operasi pertamanya, wajah tampak tegang dan gelisah,
Crt < 3 detik, wajah tampak pucat, dilakukan general anastesi, suhu
yaitu : dimana dalam hal ini perawat harus memonitor suhu tubuh,
seperti pemberian selimut dan tutup kepala serta memonitor tanda dan
Kulit teraba dingin, suhu : 35,8 C, crt < 3 detik, wajah tampak pucat
secret pada jalan nafas, tidak ada reflek batuk/ menelan, kesadaran
somnolen e3m5v2, lama oprasi 45 menit, RR: 22x/ mnt dan Spo2: 99%.
B. SARAN
2. Bagi Perawat
DAFTAR PUSTAKA
B, Mary W, & Y. (2009). buku ajar prinsip & etik keperawatan perioperative.
Jakarta: EGC
Caroline Bunker Rosdahl & Mary T. Kowaiski. (2017). buku ajar keperawatan
Hanifa, A. (2017). Hubungan Hipotermi dengan Waktu Pulih sadar Pasca General
2–3.
Bedah.
Kustiawan & Hilmansyah. (2013). Kecemasan Pasien Pre Operatif Bedah Mayor
di RSU Kota
Kusumawati, F., & Hartono, Y. (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.
Proses, dan
oses
Padang, Katuuk, & Kallo. (2017). Perubahan Skala Nyeri Pada Pasien Pre Operasi.
Pane, D. N., Fikri, M. EL, & Ritonga, H. M. (2018). Asuhan Keperawatan Pada
Robbin, dkk. (2007). Buku Ajar Patologi Edisi 7 Volume 2. Jakarta: EGC
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 1, Tim Pokja SDKI DPP
PPNI 2016
Standar Luaran Keperawatan Indonesi (SLKI) Edisi 1. Cetakan 2, Tim Pokja SLKI
DPP PPNI
Tanjungkarang. http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/1605/
Sylvia A. Price and Lorraine M. Wilson, 2005. Patofisiologi : konsep klinis proses
empedu dan hati. Dalam: Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku ajar ilmu
Widiyono, W., Suryani, S., & Setiyajati, A. (2020). Hubungan antara Usia dan
Lama Operasi dengan Hipotermi pada Pasien Paska Anestesi Spinal di
Instalasi Bedah Sentral. Jurnal Ilmu Keperawatan Medikal Bedah, 3(1), 55.
JL. SOEKARNO HATTA NO. 1 HAJIMENA BANDAR LAMPUNG TELP. (O721) 703580
FAX. (O721) 703580
INFORMED CONSENT
Nama :
Umur :
Alamat :
Saya menyatakan bersedia diikutsertakan dalam asuhan ini. Saya yakin apa yang
Penyusun
( INDANA ZULFA )
NIM. 2014901064
Responden
(.…………………….)
BAB IV sing hurung ana