Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN TB PARU PADA ANAK

OLEH:

KOMANG MANIASIH

NIM.18089014033

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG
2020
A. Konsep Dasar Penyakit TB Paru
1. Pengertian
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri
dari Mycobacterium tuberculosis, yang mempengaruhi paru-paru
biasanya TB menular melalui airbone. Tuberkulosis adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh kuman TB (M. tuberculosis) sebagian
besar menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh
lainnya (Kementerian Kesehatan RI, 2015)
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
kuman M. tuberculosis atau dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam
(BTA). Untuk pemeriksaan bakterologis yang bisa mengidentifikasi
kuman M. tuberculosis menjadi sarana yang diagnosis yang ideal
untuk TB (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
2. Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium Tuberculosis,
sebagian besar struktur organisme ini terdiri atas asam lemak (lipid)
yang membuat mikobakterium lebih tahan terhadap asam.
Sumber penularan penyakit Tuberkulosis adalah penderita
Tuberkulosis BTA positif pada waktu batuk atau bersin. Penderita
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak).
Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu
kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet
tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman
Tuberkulosis masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan,
kuman Tuberkulosis tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh
lainnya melalui sistem peredaran darah, saluran nafas, atau penyebaran
langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.
3. Pathway

Micobacterium Droplet Infection Masuk lewat jalan nafas


Tuberkulosis
Menempel pada paru

Keluar dari
tracheobioncial Dibersihkan oleh makrofag Menetap di jaringan paru

bersama sekret
Terjadi proses peradangan

Sembuh tanpa
pengobatan
Pengeluaran zat Tumbuh dan berkembang
pirogen di sitoplasma makrofag

Mempengaruhi Sarang primer/afek primer


hipotalamus (focus ghon)

Mempengaruhi sel
point

Hipertermi

Komplek primer Limfangitis lokal Limfadinitis regional

Menyebar ke organ lain Sembuh sendiri Sembuh dengan


(paru lain, salurang tanpa pengobatan bekas fibrosis
pencernaan, tulang
melalui media)
(Bronchogen
percontinuitum,
hematogen, limfogen
Radang tahunan di Pertahanan primer
bronkus tidak adekuat

Berkembang Pembentukan turbekel Kerusakan


menghancurkan jaringan membrane alveolar
sekitar

Pembentukan sputum Menurunnya


Bagian tengah nekrosis
berlebihan permukaan efek paru

Ketidakefektifan
Membentuk jaringan
bersihan jalan Alveolus
keju

Alveolus mengalami
Sekret keluar saat batuk
konsolidasi dan eksudasi

Batuk produktif (batuk


Gangguan pertukaran gas
terus-menerus)

Droplet infection Batuk berat

Terhirup orang sehat Distensi abdomen

Mual muntah
Risiko Infeksi

Intake nutrisi kurang

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
4. Patofisologi
Individu terinfeksi melalui droplet dari pasien TB paru ketika
pasien batuk, bersin, tertawa. droplet ini mengandung basil TB dan
ukurannya kurang dari 5 mikron dan akan melayang-layang di udara.
Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka
dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular.
Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TB paru
ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling
bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu
membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TB
paru akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah
yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto
rontgen. Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi
inflamasi.
Fagosit (neutrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri,
limpospesifik-tubercolosis melisis (menghancurkan) basil dan jaringan
normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat
dalam alveoli, menyebabkan bronkopneumonia dan infeksi awal
terjadi dalam 2-10 minggu setelah pemajanan.
5. Tanda dan Gejala
1. Batuk lama yang tidak kunjung sembuh, biasanya hingga 3
minggu.
2. Batuk darah
Batuk darah yang terdapat dalam sputum dapat berupa titik
darah sampai berupa sejumlah besar darah yang keluar pada
waktu batuk. Penyebabnya adalah akibat peradangan pada
pembuluh darah paru dan bronchus sehingga pecahnya pembuluh
darah.
3. Sesak napas
Sesak napas berkaitan dengan penyakit yang luas di dalam
paru. Merupakan proses lanjut akibat retraksi dan obstruksi
saluran pernapasan.
4. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
5. Tubuh lemah
6. Berat badan tidak kunjung bertambah

7. Berkeringat di malam hari


8. Demam hingga lebih 2 minggu
9. Pertumbuhan terhambat
Gejala khusus
1. Bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke
paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang
membesar, akan menimbulkan suara mengi, suara nafas
melemah yang disertai sesak.
2. Jika ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada. Rasa nyeri dada pada waktu
mengambil napas dimana terjadi gesekan pada dinding pleura
dan paru. Rasa nyeri berkaitan dengan pleuritis dan tegangan
otot pada saat batuk.
6. Klasifikasi TB Paru
Ada beberapa klasifikasi Tb paru yaitu :
a. Tuberculosis Primer
Tuberculosis primer adalah bentuk penyakit yang terjadi pada
orang yang belum pernah terpajan (orang yang belum pernah
mengalami TB) atau peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai
kekebalan spesifik terhadap basil mikobakterium.
Dampak utama dari tuberculosis primer adalah
a) penyakit ini memicu timbulnya hipersensitivitas dan resistensi.
b) fokus jaringan parut mungkin mengandung basil hidup selama
bertahun-tahun bahkan seumur hidup
c) penyakit ini (meskipun jarang) dapat menjadi tuberculosis primer
progresif. Hal ini terjadi jika ada orang yang mengalami gangguan
akibat suatu penyakit (terutama penyakit yang menyerang sistem
kekebalan tubuh, seperti AIDS dan biasanya terjadi pada pada anak
yang mengalami malnutrisi atau usia lanjut).
b. Tuberculosis Sekunder (Tuberculosis Post Primer)
Merupakan penyakit yang terjadi pada seseorang yang telah
terpajan penyakit tuberculosis atau peradangan jaringan paru oleh
karena terjadi penularan ulang di mana di dalam tubuh terbentuk
kekebalan spesifik terhadap basil mikobakterium tersebut. Penyakit
ini mungkin terjadi segera setelah tuberculosis primer, tetapi
umumnya muncul karena reaktivasi lesi primer dorman beberapa
dekade setelah infeksi awal, terutama jika sistem pertahanan
penjamu (seseorang yang pernah terkena TB sebelumnya)
melemah.
c. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
1. Tuberkulosis paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang
jaringan (parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput paru)
dan kelenjar pada hilus.
2. Tuberkulosis ekstra paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium),
kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran
kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
d. Klasifikasi berdasarkan tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat
pengobatan sebelumnya.
Ada beberapa tipe pasien yaitu:
1. Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
2. Kasus kambuh (relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah
mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan
sembuh tetapi kambuh lagi.
3. Kasus setelah putus berobat (default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan
atau lebih dengan BTA positif.
4. Kasus setelah gagal (failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap
positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau
lebih selama pengobatan.
5. Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas,
dalam kelompok ini termasuk kasus kronik, yaitu pasien
dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai
pengobatan ulangan.
7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita TB paru adalah:
1. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum sangat penting karena dengan di
temukannya kuman BTA diagnosis tuberculosis sudah dapat di
pastikan. Pemeriksaan dahak dilakukan 3 kali yaitu: dahak sewaktu
datang, dahak pagi dan dahak sewaktu kunjungan kedua. Bila
didapatkan hasil dua kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA
positif. Bila satu positif, dua kali negatif maka pemeriksaan perlu
diulang kembali. Pada pemeriksaan ulang akan didapatkan satu
kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA negative.
2. Ziehl-Neelsen (Pewarnaan terhadap sputum). Positif jika
diketemukan bakteri taham asam.
3. Rontgen dada
Menunjukkan adanya infiltrasi lesi pada paru-paru bagian
atas, timbunan kalsium dari lesi primer atau penumpukan cairan.
Perubahan yang menunjukkan perkembangan Tuberkulosis
meliputi adanya kavitas dan area fibrosa.
4. Pemeriksaan histology / kultur jaringan, positif bila terdapat
Mikobakterium Tuberkulosis.
5. Biopsi jaringan paru
Menampakkan adanya sel-sel yang besar yang
mengindikasikan terjadinya nekrosis.
6. Pemeriksaan fungsi paru
Turunnya kapasitas vital, meningkatnya ruang fungsi,
meningkatnya rasio residu udara pada kapasitas total paru, dan
menurunnya saturasi oksigen sebagai akibat infiltrasi parenkim /
fibrosa, hilangnya jaringan paru, dan kelainan pleura (akibat dari
tuberkulosis kronis)
8. Penatalaksanaan Medis
Tujuan terpenting dari tata laksana pengobatan tuberkulosis adalah
eradikasi cepat M. tuberculosis, mencegah resistensi, dan mencegah
terjadinya komplikasi. Jenis dan dosis OAT :
1. Isoniazid (H)
Isoniazid (dikenal dengan INH) bersifat bakterisid, efektif
terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif, yaitu kuman yang
sedang berkembang. Efek samping yang mungkin timbul berupa
neuritis perifer, hepatitis rash, demam Bila terjadi ikterus,
pengobatan dapat dikurangi dosisnya atau dihentikan sampai
ikterus membaik. Efek samping ringan dapat berupa kesemutan,
nyeri otot, gatal-gatal. Pada keadaan ini pemberian INH dapat
diteruskan sesuai dosis.
2. Rifampisin (R)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dorman
(persisten). Efek samping rifampisin adalah hepatitis, mual, reaksi
demam, trombositopenia. Rifampisin dapat menyebabkan warnam
merah atau jingga pada air seni dan keringat, dan itu harus
diberitahukan pada keluarga atau penderita agar tidak menjadi
cemas. Warna merah tersebut terjadi karena proses metabolism
obat dan tidak berbahaya.
3.  Pirazinamid (P)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada
dalam sel dengan suasana asam. Efek samping pirazinamid adalah
hiperurikemia, hepatitis, atralgia.
4.  Streptomisin (S)
Bersifat bakterisid, efek samping dari streptomisin adalah
nefrotoksik dan kerusakan nervus kranialis VIII yang berkaitan
dengan keseimbangan dan pendengaran.
5. Ethambutol (E)
Bersifat bakteriostatik, ethambutol dapat menyebabkan
gangguan penglihatan berupa berkurangnya ketajaman penglihatan,
buta warna merah dan hijau, maupun optic neuritis.
B. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Data umum
 Identitas pasien meliputi: nama, umur, jenis kelamin,
agama, alamat, tempat tanggal lahir, suku, diagnose medis,
dan golongan darah.
 Identitas penanggung jawab meliputi: nama, umur,
hubungan dengan pasien, pendidikan, pekerjaan, alamat, no
telp/Hp.
2. Riwayat kesehatan saat ini
 Keluhan utama (keluhan yang dirasakan saat ini)
 Riwayat penyakit (tanyakan pada klien apakah memiliki
riwayat penyakit sebelumnya seperti dahulu)
3. Riwayat kesehatan dahulu
 Penyakit yang pernah dialami
 Riwayat perawatan (apakah pernah melakukan perawatan
di RS atau tidak pernah)
 Riwayat pengobatan
 Riwayat alergi (tanyakan apakah memiliki alergi terhadap
makanan atau obat)
4. Riwayat psikologi dan spiritual
 Riwayat psikologi
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi
yang dialami klien sehubungan dengan penyakitnya serta
tanggapan keluarga terhadap penyakit klien.
 Riwayat spiritual (kegiatan keagamaan/kepercayaan)
5. Pola fungsi kesehatan (11 pola pengkajian Gordon)
a. Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pengkajian meliputi kebiasaan pasien terhadap
pemeliharaan kesehatan baik sebelum atau sesudah sakit.
Misalnya : pola hidup yang tidak sehat
b. Nutrisi / Metabolik
Pasien mengalami penurunan nafsu makan.
Gejala: adanya anoreksia (kehilangan nafsu makan), adanya
penurunan berat badan, makanan yang disediakan kadang-
kadang habis dan kadang tersisa.
Tanda: Pasien tampak kurus.
c. Eliminasi
Pada pasien dengan TBC kemungkinan mengalami
gangguan pada system eliminasi jika bakteri tersebut sudah
pmenyebar sampai ke system gastrointestinal.
d. Aktivitas dan Latihan
Pada pasien dengan TBC kemungkinan ditemukan
gangguan aktivitas dan latihan karena pasien mengalami
keletihan, kelelahan, malaise, ketidakmampuan untuk
melakukan aktvitas sehari-hari karena sulit bernapas, ketidak
mampuan untuk tidur.
Gejala: adanya kelelahan dan kelemahan, kesulitan tidur pada
malam karena batuk dan harus mengeluarkan serkret.
Tanda: Dispnea saat beraktivitas, kelelahan otot
e. Persepsi, Sensori, Kognitif
Pasien mengalami gangguan berupa batuk terus-menerus dan
mengalami perasaan takut.
Gejala: Adanya faktor stres dalam waktu yang lama, adanya
perasaan berduka karena penyakitnya.
Tanda: ansietas, perasaan bersalah (menyalahkan diri sendiri),
kesedihan.
f. Tidur dan Istirahat
Pasien mengalami gangguan pada pola tidurnya karena sulit
untuk tidur karena batuk dan terkadang merasa sesak napas
serta kadang harus bangun untuk mengeluarkan sekret.
g. Konsep Diri
Pasien mungkin mengalami gangguan pada harga diri, dan
menganggap akan membahayakan orang lain karena kondisi
yang terkena TBC.
Gejala : Adanya perasaan rendah diri karena mengidap
penyakit menular, adanya perubahan kapasitas fisik untuk
melaksanakan peran, perubahan interaksi dalam keluarga,
seperti: perubahan tugas dalam keluarga.
h. Peran dan Hubungan
Gangguan pada pernafasan sangat membatasi pasien untuk
menjalani kehidupan secara normal. Pasien perlu
menyesuaikan kondisinya dengan hubungan dan peran pasien,
baik di lingkungan rumah tangga, masyarakat ataupun
lingkungan kerja secara perubahan peran yang terjadi setelah
pasien mengalami gangguan pernafasan ( Muttaqin, 2008 ).
Menurut DiGiulio (2014) menjelasakan bahwa pasien dengan
TB paru akan mengalami perasaan isolasi karena menderita
penyakit menular.
i. Seksual dan Reproduksi
Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hebungan seks
intercourse akan terganggu karena pasien mengalami
ketidakmampuan umum (Doenges,2000). Menurut
Efendi,2009, menjelaskan bahwa pada pasien TB paru akan
mengalami perubahan pada reproduksi dan seksual karena
kelemahan dan nyeri dada.
j. Koping Stres dan Adaptasi
Klien kemungkinan mengalami gangguan pada pola koping
stress dan adaptasi, ansietas, ketakutan, peka rangsang.
k. Nilai dan Kepercayaan
Pada pasien dengan pada tbc kemungkinan pasien
mengalami gangguan dalam melakukan aktivitas beribadah
diluar rumah (tempat-tempat ibadah).
B. Diagnosa
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d mucus berlebih
2. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti paru, hipertensi pulmonal,
penurunan perifer, yang mengakibatkan asidosis laktat dan
penurunan curah jantung.
3. Hipertermia b.d reaksi inflamasi
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakadekuatan intake nutrisi, dyspneu
5. Resiko infeksi berhubungan dengan organisme purulent
C. Intervensi
1. Ketidakefektifan NOC NIC
bersihan jalan nafas Respiratory Status: 1. Atur posisi
b.d mucus berlebih Airway Patency pasien untuk
kriteria Hasil: memaksimalk
 Mendemonstrasikan an ventilasi
batuk efektif dan 2. Ajarkan
suara nafas yang teknik batuk
bersih, tidak ada efektif
sianosis dan dyspneu 3. Buang sekret
(mampu dengan
mnegeluarkan sputum, memotivasi
mampu bernafas klien untuk
dengan mudah, tidak melakukan
ada pursed lips) batuk efektif
 Menunjukkan dan meyedot
jalannafas yang paten lender
(klien tidak merasa 4. Ajarkan
tercekik, irama nafas, teknik posisi
frekuensi pernafasan nyaman untuk
dalam rentang normal, meringankan
tidak ada suara nafas sesak nafas
abnormal) 5. Monitor status
 Mampu oksigen pasien
mengidentifikasikan 6. Buka jalan
dan mencegah factor napas gunakan
yang dapat teknik chin lift
menghambat jalan atau jaw thrust
nafas. bila perlu.
7. Berikan
bantuan terapi
nafas jika
diperlukan
(misalnya
nebulizer)

2. Gangguan pertukaran NOC NIC


gas b.d kongesti paru, Respiratory status: Gas 1. Buka jalan
hipertensi pulmonal, exchange nafas,
penurunan perifer, Kriteria hasil: gunakan
yang mengakibatkan Mendemonstrasikan tehnik chin lift
asidosis laktat dan peningkatan ventilasi atau jaw trhust
penurunan curah dan oksigenasi yang bila perlu.
jantung adekuat 2. Posisikan
Memelihara pasien untuk
kebersihan paru-paru memaksimalk
dan bebas dari tanda- an ventilasi
tanda distress 3. Lakukan
Tanda-tanda vital fisioterapi
dalam rentang normal dada bila
perlu.
4. Berikan
bronkodilator
bila perlu.
5. Atur intake
untuk cairan
mengoptimalk
an
keseimbangan
.
6. Monitor
respirasi dan
status O2

3. Hipertermia b.d reaksi NOC NIC


inflamasi Thermoregulation 1. Monitor
Kriteria hasil warna dan
Suhu tubuh dalam suhu kulit
rentang normal 2. Monitor
Tidak ada perubahan tanda-tanda
warna kulit dan tidak hipertermi dan
ada pusing hipotermi
3. Tingkatkan
intake cairan
dan nutrisi
4. Selimuti
pasien untuk
mencegah
hilangnya
kehangatan
tubuh.
5. Ajarkan pada
keluarga
pasien cara
mencegah
keletihan
akibat panas
4. Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari Nutritional status: food 1. Kaji adanya
kebutuhan tubuh b.d and fluid. alergi
ketidakadekuatan Kriteria hasil: makanan
intake nutrisi, dyspneu  Mampu 2. Kolaborasi
mengidentifikasi dengan ahli
kebutuhan nutrisi. gizi untuk
 Tidak ada tanda- menentukan
tanda malnutrisi jumlah kalori
 Menunjukkan dan nutrisi
peningkatan fungsi yang
pengecapan dari dibutuhkan
menelan pasien
 Tidak terjadi 3. Anjurkan
penurunan berat pasien untuk
badan yang berarti meningkatkan
intake FE
4. Anjurkan
pasien untuk
meningkatkan
protein dan
vitamin C
5. Berikan
informasi
kepada
keluarga
tentang
kebutuhan
nutrisi
5. Resiko infeksi b.d NOC NIC
organisme purulen Immune status 1. Bersihkan
knowledge: infection lingkungan
control setelah
Kriteria hasil: dipaiak pasien
 Klien bebas dari lain
tanda dan gejala 2. Pertahankan
infeksi teknik isolasi
 Mendeskripsikan 3. Instruksikan
proses penularan pada
penyakit, factor yang pengunjungng
mempengaruhi untuk
penularan serta mencuci
penatalaksanaannya tangan saat
 Menunjukkan berkunjung
kemampuan untuk dan setelah
mencegah timbulnya berkunjung
infeksi meninggalkan
 Menunjukkan pasien
perilaku hidup sehat 4. Monitor tanda
dan gejala
infeksi
sistemik dan
lokal
5. Instruksiakn
pasien untuk
minum
antibiotik
sesuai resep
6. Ajarkan
pasien dan
keluarga tanda
dan gejala
infeksi

D. Implementasi
Implementasi adalah tahap pelaksanaan terhadap rencana tindakan
keperawatan yang telah ditetapkan. Implementasi dilakukan sesuai
dengan rencana setelah dilakukan validasi. Selain itu diperlukan
keterampilan interpersonal, intelektual serta teknikal yang dilakukan
dengan cermat dan efesien dan tepat dengan memperhatikan
kenyamanan dan keamanan fisik dan psikologis. Setelah implementasi
kemudian dilakukan dokumentasi dan bagaimana respon klien.

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Kegiatan
ini adalah untuk membandingkan hasil yang telah dicapai setelah
implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan. Adapun 3
alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai yaitu:
1. Berhasil: perilaku klien menunjukkan sudah sesuai dengan apa yang
diharapkan pada intervensi dan implementasi dan dalam waktu yang
ditentukan.
2. Tercapai sebagaian: klien menunjukkan perilaku tetapi tidak sebaik
yang diharapkan pada intervensi dan implementasi.
3. Belum tercapai: klien tidak mampu sama sekali dalam menunjukkan
perilaku yang diharapkan pada intervensi dan implementasi yang
ditentukan.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/12368231/Makalah_Tuberkulosis_Paru diakses pada
17 Januari 2021
https://www.alodokter.com/tuberkulosis/pencegahan diakses diakses pada 17
Januari 2021
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1362/4/BAB%20II.pdf diakses pada 17 Januari
2021
http://www.ljj-kesehatan.kemkes.go.id/pluginfile.php/4602/coursecat/description
Modul%20Kebijakan%20Penanggulangan%20TB%20%202017.pdf diakses
pada 17 Januari 2021
http://promkes.kemkes.go.id/apa-itu-toss-tbc-dan-kenali-gejala-tbc diakses pada
17 Januari 2021
http://repository.ump.ac.id/2726/3/Eka%20Purwanti%20BAB%20II.pdf diakses
pada 17 Januari 2021
https://www.slideshare.net/CiciSatriMaulani/makalah-tb-paru-analisis-178702492
diakses pada 17 Januari 2021
Amin Huda Nurarif, Hardhi Kusuma. 2015.Aplikasi Asuhan Kepperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Med Action
Publishing. Diakses pada 17 januari 2021

Anda mungkin juga menyukai