1
b. Batuk/batuk berdarah
c. Sesak napas
d. Nyeri dada
e. Malaise
f. Keringat malam
g. Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada
h. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit
i. Pada anak
- Berkurangnya BB 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau
gagal tumbuh.
- Demam tanpa sebab jelas, terutama jika berlanjut sampai 2 minggu.
- Batuk kronik ≥3 minggu, dengan atau tanpa wheeze
- Riwayat kontak dengan pasien TB paaru dewasa.
4. Patofisiologi
2
Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala
pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya
sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus,
dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga
menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjar bening regional.
Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian
bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloit, yang dikelilingi oleh
fosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10 sampai 20 hari.
Terjadi proses
peradangan
3
Limfaddinitis regional
Kerusakan membran
Berkembang Pembentukan tuberkel alveolar
menghancurkan jaringan
ikat sekitar
Pembentukan sputum Menurunnya
berlebihan permukaan efek paru
Bgian tengah nekrosis
Ketidakefektif bersihan
alveolus
Membentuk jaringan keju jalan nafas
Alveolus mengalami
Sekret keluar saat batuk konsolidasi & eksudasi
4
Droplet infection Batuk berat
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
5. Komplikasi
Komplikasi berikut sering terjadi pada pasien lanjut:
a. Hemoptisis masif (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena sumbatan jalan napas, atau syok
hipovolemik,
b. Kolaps lobus akibat sumbatan bronkus,
c. Bronkietasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru,
d. Pneumotoraks (pnemotorak/ udara didalam rongga pleura) spontan:
kolaps spontan karena bula/ blep yang pecah,
e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal dan
sebagainya,
f. Insufisiensi kardio pulmoner (cardio pulmonary insufficiency).
5
6. Pemeriksaan khusus
Kultur sputum: positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif
penyakit.
Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan
darah): positif untuk basil asam cepat
Foto torak : dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal paada arrea paru atas,
simpanan kalsium lesi sembuh primer,atau effusi cairan. Perubahan
menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk rongga, area fibrosa.
Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster, urine, dan
cairanserebrospinal, biopsi kulit): positif untuk Mycobacterium tuberculosis.
Biopsi jarum pada jaringan parut: positif untuk granuloma TB, adanya sel
raksasa menunjukkan nekrosis.
Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi;
contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat
ditemukan pada TB paru kronis luas
GDA : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa kerusakan paru.
Pemeriksaan fungsi paru: penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati,
peningkatan rasio udara residu dan kapasitas paru total, dan penurunan
saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan
jaringan paru, dan penyakit pleural (TB paru kronis luas)
7. Penatalaksanaan/terapi
A.Terapi Umum
1. Istirahat
Tidak perlu dirawat inap
2. Diet
Bebas, tetapi TKTP
3. Medikamentosa
Dasar terapi medikamentosa TBC :
a. Kombinasi : Minimal dua macam tuberkulostatika
6
b. Kontinyu : Makan obat setiap hari
c. Lama : Berbulan-bulan/tahun
d. Bila obat pertama sudah diganti, di anggap sudah resisten terhadap
obat tersebut.
e. Semua obat sebaiknya di berikan dalam dosis tunggal (kecuali
pirazinamid)
7
Di berikan setiap hari selama 1-2 bulan, dilanjutkan dengan :
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian fokus
1. Pengumpulan data
Dalam pengumpulan data ada urutan – urutan kegiatan yang dilakukan
yaitu :
a. Identitas klien
Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin,
tempat tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan dan status
ekonomi menengah kebawah dan satitasi kesehatan yang kurang
ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat
kontak dengan penderita TB patu yang lain.
b. Riwayat penyakit sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan
penyakit yang di rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas,
batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu makan menurun dan
suhu badan meningkat mendorong penderita untuk mencari
pengonbatan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh
penderita yang mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru
8
antara lain ISPA efusi pleura serta tuberkulosis paru yang kembali
aktif.
d. Riwayat penyakit keluarga
Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang
menderita penyakit tersebut sehingga sehingga diteruskan
penularannya.
e. Riwayat psikososial
Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan
sanitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya
penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita
tuberkulosis paru yang lain
f. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang
berdesak – desakan, kurang cahaya matahari, kurang ventilasi
udara dan tinggal dirumah yang sumpek.
2) Pola nutrisi dan metabolik
Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia,
nafsu makan menurun.
3) Pola eliminasi
Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan
dalam miksi maupun defekasi
4) Pola aktivitas dan latihan
Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan
menganggu aktivitas
5) Pola tidur dan istirahat
Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita
TB paru mengakibatkan terganggunya kenyamanan tidur dan
istirahat.
9
6) Pola hubungan dan peran
Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi
karena penyakit menular.
7) Pola sensori dan kognitif
Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan,
dan pendengaran) tidak ada gangguan.
8) Pola persepsi dan konsep diri
Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan
emosi dan rasa kawatir klien tentang penyakitnya.
9) Pola reproduksi dan seksual
Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual
akan berubah karena kelemahan dan nyeri dada.
10) Pola penanggulangan stress
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan
mengakibatkan stress pada penderita yang bisa mengkibatkan
penolakan terhadap pengobatan.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan
terganggunya aktifitas ibadah klien.
g. Pemeriksaan fisik
Berdasarkan sistem – sistem tubuh
1) Sistem integumen
Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit
menurun
2) Sistem pernapasan
Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai
inspeksi : adanya tanda – tanda penarikan paru, diafragma,
pergerakan napas yang tertinggal, suara napas melemah.
Palpasi : Fremitus suara meningkat.
Perkusi : Suara ketok redup.
10
Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki
basah, kasar dan yang nyaring.
3) Sistem pengindraan
Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan
4) Sistem kordiovaskuler
Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 syang
mengeras.
5) Sistem gastrointestinal
Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun.
6) Sistem muskuloskeletal
Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur
dan keadaan sehari – hari yang kurang meyenangkan.
7) Sistem neurologis
Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 456
8) Sistem genetalia
Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia
11
- Foto thorax --> Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area
paru, simpanan kalsium lesi sembuh primer, efusi cairan, akumulasi
udara, area cavitas, area fibrosa dan penyimpangan struktur
mediastinal.
- Histologi atau kultur jaringan (termasuk bilasan lambung, urine,
cairan serebrospinal, biopsi kulit) --> Hasil positif dapat
menunjukkan serangan ekstrapulmonal
- Biopsi jarum pada jaringan paru --> Positif untuk gralunoma TB,
adanya giant cell menunjukkan nekrosis.
- Darah:
LED --> Indikator stabilitas biologik penderita, respon
terhadap pengobatan dan predeksi tingkat penyembuhan.
Sering meningkat pada proses aktif.
Limfosit --> Menggambarakan status imunitas penderita
(normal atau supresi)
Elektrolit --> Hiponatremia dapat terjadi akibat retensi cairan
pada TB paru kronis luas.
Analisa Gas Darah --> Hasil bervariasi tergantung lokasi dan
beratnya kerusakan paru
Tes faal paru --> Penurunana kapasitas vital, peningkatan
ruang mati, peningkatan rasio udara residu dan kapasitas paru
total, penurunan saturasi oksigen sebagai akibat dari infiltrasi
parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyaki
pleural
2. Diagnosa keperawatan
1) Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
bronkospasme
12
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran
alveolar-kapiler
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan dyspneu
4) Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi aktif.
3. Rencana asuhan
1) Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekret kental,
kelemahan, upaya baruk yang buruk
Tujuan :
Bersihan jalan nafas kembali efektif.
Intervensi Rasional
1. Kaji fungsi pernafasan 1. Penurunan bunyi nafas dapat
seperti, bunyi nafas, menunjukan atelektasis, ronkhi,
kecepatan, irama, dan mengi menunjukkan akumulasi
kedalaman penggunaan sekret / ketidakmampuan untuk
otot aksesori membersihkan jalan nafas yang
dapat menimbulkan
penggunaan otot aksesori
pernafasan dan peningkatan
kerja penafasan.
2. Catat kemampuan untuk Pengeluaran sulit jika sekret sangat
mengeluarkan mukosa / batuk tebal sputum berdarah kental
efektif. diakbatkan oleh kerusakan paru
atau luka brongkial dan dapat
memerlukan evaluasi lanjut..
13
batuk dan latihan untuk nafas upaya pernapasan. Ventilasi
dalam. maksimal meningkatkan gerakan
sekret kedalam jalan napas bebas
untuk dilakukan.
4. Bersihkan sekret dari mulut dan Mencegah obstruksi /aspirasi
trakea. penghisapan dapat diperlukan bila
klien tak mampu mengeluaran
sekret.
5. Pertahanan masukan cairan Pemasukan tinggi cairan membantu
seditnya 2500 ml / hari, kecuali untuk mengecerkan sekret
ada kontraindikasi. membuatnya mudah dilakukan
6. Lembabkan udara respirasi. Mencegah pengeringan mambran
mukosa, membantu pengenceran
sekret.
7. Berikan obat-obatan sesuai Menurunkan kekentalan dan
indikasi : agen mukolitik, perlengketan paru, meningkatkan
bronkodilator , dan ukuran kemen percabangan
kortikosteroid. trakeobronkial berguna padu
adanya keterlibatan luas dengan
hipoksemia.
Intervensi Rasional
1. berikan posisi yang nyaman, Meningkatkan inspirasi maksimal,
biasanya dengan peninggian meningkatkan ekpsnsi paru dan
kepala tempat tidur. Balik ke ventilasi pada sisi yang tidak sakit.
14
sisi yang sakit. Dorong klien
untuk duduk sebanyak
mungkin.
2. Observasi fungsi pernapasan, Distress pernapasan dan perubahan
catat frekuensi pernapasan, pada tanda vital dapat terjadi
dispnea atau perubahan tanda- sebagai akibat stress fisiologi dan
tanda vital. nyeri atau dapat menunjukkan
terjadinya syock sehubungan
dengan hipoksia.
3. Jelaskan pada klien bahwa Pengetahuan apa yang diharapkan
tindakan tersebut dilakukan dapat mengurangi ansietas dan
untuk menjamin keamanan. mengembangkan kepatuhan klien
terhadap rencana teraupetik.
4. Jelaskan pada klien tentang Pengetahuan apa yang diharapkan
etiologi/faktor pencetus dapat mengembangkan kepatuhan
adanya sesak atau kolaps paru- klien terhadap rencana teraupetik.
paru.
5. Pertahankan perilaku tenang, Membantu klien mengalami efek
bantu pasien untuk kontrol diri fisiologi hipoksia, yang dapat
dengan menggunakan dimanifestasikan sebagai
pernapasan lebih lambat dan ketakutan/ansietas.
dalam.
6. Kolaborasi dengan tim Mengevaluasi perbaikan kondisi
kesehatan lain : Dengan dokter klien atas pengembangan parunya.
: pemberian antibiotika,
pemeriksaan sputum dan
kultur sputum, konsul photo
toraks.
15
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan dyspneu
Tujuan :
Menunjukkan berat badan meningkat.
Intervensi Rasional
1. catat status nutrisi pasien, catat Berguna dalam mendefinisikan
turgor kulit, berat badan dan derajat / masalah dalam
derajat kekurangan berat menentukan pilihan interfensi yang
badan, kemampuan / ketidak tepat.
mampuan menelan, riwayat
mual-muntal.
2. awasi masukan atau Berguna dalam mengukur
pengeluaran dan berat badan keefektifan nutrisi dan dukungan
secara periodic cairan.
3. berikan perawatan mulut Menurunkan rasa tidak enak karena
sebelum dan sesudah tindakan sisa sputum atau sisa obat.
pernapasan
4. dorong makan sedikit dan Memaksimalkan masukan nutrisi
sering dengan makanan TKTP sebagai kebutuhan energi dan
menurunkan iritasi gaster.
5. Kolaborasi dengan ahli gizi Memberikan bantuan dalam
untuk menentukan komposisi perencanaan diet dengan nutrisi
diet. adekuat untuk kebutuhan metabolic
dan diet
16
Intervensi Rasional
1. Kaji suhu tubuh pasien. Mengetahui peningkatan suhu
Beri kompres air hangat tubuh, memudahkan intervensib.
Mengurangi panas dengan
pemindahan panas secara
konduksi. Air hangat mengontrol
pemindahan panas secara
perlahan tanpa menyebabkan
hipotermi atau menggigil.
2. Berikan/anjurkan pasien untuk Untuk mengganti cairan tubuh
banyak minum 1500-2000 yang hilang akibat evaporasi
cc/hari (sesuai toleransi)
3. Anjurkan pasien untuk Memberikan rasa nyaman dan
menggunakan pakaian yang pakaian yang tipis mudah
tipis dan mudah menyerap menyerap keringat dan tidak
keringat merangsang peningkatan suhu
tubuh.
4. Observasi intake dan output, Mendeteksi dini kekurangan
tanda vital (suhu, nadi, tekanan cairan serta mengetahui
darah) tiap 3 jam sekali atau keseimbangan cairan dan
sesuai indikasi elektrolit dalam tubuh. Tanda
vital merupakan acuan untuk
mengetahui keadaan umum
pasien.
5. Kolaborasi : pemberian cairan Pemberian cairan sangat penting
intravena dan pemberian obat bagi pasien dengan suhu tubuh
sesuai program. yang tinggi. Obat khususnya
untuk menurunkan panas tubuh
pasien.
17
5) Gangguan pemenuhan tidur dan istirahat berhubungan dengan batuk dan
sesak napas.
Tujuan :
kebutuhan tidur terpenuhi
Intervensi Rasional
1. kaji kebiasaan tidur Untuk mengetahui sejauh mana
penderita sebelum sakit dan gangguan tidur penderita
saat sakit
2. Observasi efek abot – obatan Gangguan psikis dapat terjadi
yang dapat di derita klien bila dapat menggunakan
kartifosteroid temasuk perubahan
mood dan uisomnia
3. Mengawasi aktivitas Untuk mengetahui apa penyebab
kebiasaan penderita gangguan tidur penderita
4. Anjurkan klien untuk Memudahkan klien untuk bisa
relaksasi pada waktu akan tidur
tidur.
5. Ciptakan suasana dan Lingkungan dan siasana yang
lingkungan yang nyaman nyaman akan mempermudah
penderita untuk tidur.
18
Intervensi rasional
1. Kaji kemampuan klien Belajar tergantung pada emosi dan
untuk belajar mengetahui kesiapan fisik dan ditingkatkan
masalah, kelemahan, pada tahapan individu.
lingkungan, media yang
terbaik bagi klien.
2. Identifikasi gejala yang Dapat menunjukkan kemajuan
harus dilaporkan atau pengaktifan ulang penyakit
keperawatan, contoh atau efek obat yang memerlukan
hemoptisis, nyeri dada, evaluasi lanjut.
demam, kesulitan bernafas
3. Jelaskan dosis obat, Meningkatkan kerjasama dalam
frekuensi pemberian, kerja program pengobatan dan
yang diharapkan dan alasan mencegah penghentian obat sesuai
pengobatan lama,kaji perbaikan kondisi klien.
potensial interaksi dengan
obat lain.
4. Kaji potensial efek samping Mencegah dan menurunkan
pengobatan dan pemecahan ketidaknyamanan sehubungan
masalah. dengan terapi dan meningkatkan
kerjasama dalam program.
5. Dorong klien atau orang Memberikan kesempatan untuk
terdekat untuk menyatakan memperbaiki kesalahan konsepsi /
takut atau masalah, jawab peningkatan ansietas.
pertanyaan secara nyata.
6. Berikan intruksi dan Informasi tertulis menurunkan
imformasi tertulis khusus hambatan klien untuk mengingat
pada klien untuk rujukan sejumlah besar informasi.
contoh jadwal obat Pengulangan penguatkan belajar.
19
DAFTAR PUSTAKA
Huda Nurarif, Amin dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 2. Yogyakarta.
MediAction.
http://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaksanaan-pada
tuberkulosis-paru-tb-paru.html, Diakses pada 23 desember 2014
http://ephan17ay.blogspot.com/2012/09/asuhan-keperawatan-ketidakefektifan.html,
diakses pada 23 desember 2014
20