Disusun Oleh
Nurbaiti Rahmadani
21.14901.026
TUBERCULOSIS
A. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman Mycrobacterium Tuberculosis.Sebagian bersar kuman tuberculosis menyerang
paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya (Depkes, 2010).
Tuberkulosis (TB) paru- paru adalah infeksi pada paru- paru dan kadang pada
struktur- struktur disekitarnya, yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis (Saputra, 2010)
2. Etiologi
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis ditemukan oleh Robet Koch pada tahun 1882.
Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering,
tetapi dalam cairan mati dalam suhu 600C dalam 15-20 menit. Fraksi protein basil
tuberkulosis menyebabkan nekrosis jaringan, sedangkan lemaknya menyebabkan sifat
tahan asam dan merupakan faktor terjadinya fibrosis dan terbentuknya sel epiteloid dan
tuberkel.(FKUI,2007)
Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan sinar matahari
dan sinar ultraviolet. Ada dua macam mikobakterium tuberculosis yaitu tipe human dan
tipe bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberkulosis
usus.
Basil tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) di udara yang berasal dari
penderita TBC terbuka dan orang yang rentan terinfeksi TBC ini bila menghirup bercak
ini. Perjalanan TBC setelah terinfeksi melalui udara. Bakteri juga dapat masuk ke sistem
pencernaan manusia melalui benda/bahan makanan yang terkontaminasi oleh bakteri.
Sehingga dapat menimbulkan asam lambung meningkat dan dapat menjadikan infeksi
lambung. (Wim de Jong, 2005)
3. Manifestasi Klinis
Menurut Wong (2008) tanda dan gejala tuberkulosis adalah:
a. Demam
b. Malaise
c. Anoreksia
d. Penurunan berat badan
e. Batuk ada atau tidak (berkembang secara perlahan selama berminggu– minggu
sampai berbulan – bulan)
f. Peningkatan frekuensi pernapasan
g. Ekspansi buruk pada tempat yang sakit
h. Bunyi napas hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat perkusi
i. Demam persisten
j. Manifestasi gejala yang umum: pucat, anemia, kelemahan, dan penurunan berat
badan
4. Patofisiologi
Menurut Somantri (2008), infeksi diawali karena seseorang menghirup basil
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju alveoli lalu
berkembang biak dan terlihat bertumpuk. Perkembangan Mycobacterium tuberculosis
juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari paru (lobus atas). Basil juga menyebar
melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks
serebri) dan area lain dari paru (lobus atas). Selanjutnya sistem kekebalan tubuh
memberikan respons dengan melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag
melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit spesifik-tuberkulosis
menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan normal. Infeksi awal biasanya timbul
dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri.Interaksi antara Mycobacterium
tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada masa awal infeksi membentuk sebuah
massa jaringan baru yang disebut granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil
hidup dan mati yang dikelilingi oleh makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya
berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut
disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri yang menjadi
nekrotik yang selanjutnya membentuk materi yang berbentuk seperti keju (necrotizing
caseosa).Hal ini akan menjadi klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen,
kemudian bakteri menjadi nonaktif.
Menurut Widagdo (2011), setelah infeksi awaljika respons sistem imun tidak
adekuat maka penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul
akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi aktif,
Pada kasus ini, ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga menghasilkan necrotizing
caseosa di dalam bronkus.Tuberkel yang ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan
membentuk jaringan parut.Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang,
mengakibatkan timbulnya bronkopneumonia, membentuk tuberkel, dan
seterusnya.Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan
terus dan basil terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Makrofag yang
mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel
tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10-20 hari). Daerah yang
mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas akan
memberikan respons berbeda kemudian pada akhirnya membentuk suatu kapsul yang
dikelilingi oleh tuberkel.
5. Komplikasi
a. Hepatitis karena efek terapi obat-obatan
b. TB miliaris
c. Dermatitis
d. Gangguan GI
e. Hiperurisemia
f. Neuritis optika
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif
penyakit
2) Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan
darah) : Positif untuk basil asam-cepat.
3) Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi 10 mm
atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradcrmal antigen)
menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti
menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik
sakit berani bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan
oleh mikobakterium yang berbeda.
4) Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster; urine dan cairan
serebrospinal, biopsi kulit): Positif untuk Mycobacterium tuberculosis.
5) Biopsi jarum pada jaringan paru: Positif untuk granuloma TB; adanya sel
raksasa menunjukkan nekrosis.
6) Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi;
contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat
ditemukan pada TB paru kronis luas.
7) Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital, peningkatan rasio udara
residu dan kapasitas paru total, dan penurunan saturasi oksigen sekunder
terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit
pleural (Tuberkulosis paru kronis luas).
b. Pemeriksaan Radiologis
1) Foto thorak: Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas,
simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau effusi cairan. Perubahan
menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk rongga, area fibrosa.
7. Penatalaksanaan
Tuberkulosis paru terutama diobati dengan agens kemoterapi selama periode 6-12
bulan. 5 medikasi garis depan digunakan: isoniasid (INH), rifampin (RIF),
Streptomisin (SM), etambutol (EMB), dan Pirasinamid (PZA).
Pengobatan yang direkomendasikan bagi kasus tuberkulosis paru yang baru
didiagnosa adalah regimen pengobatan beragam, terutama INH, RIF, PZA selama 4
bulan, dengan INH dan RIF dilanjutkan untuk tambahan 2 bulan (totalnya 6 bulan).
8. Pathway
Udara tercemar
mycrobacterium Dihirup individu rentan Kurang informasi
tuberculose
produksi sekret
tuberkel berlebih
Mengalami
Mengganggu
klasifikasi Ketidakefektifan
Sekret susah keluar Resiko infeksi penyebaran
meluas perkejuan
perfusi bersihan jalan nafas pada orang lain
bersin
Penyebaran
hematogen limfogen
Difusi O2
mual, anoreksia
Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar dan
yang nyaring.
4) Sistem pengindraan
Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan
5) Sistem kordiovaskuler
Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 syang mengeras.
6) Sistem gastrointestinal
Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun.
7) Sistem musculoskeletal
Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan keadaan sehari
– hari yang kurang meyenangkan.
8) Sistem neurologis
Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 456
9) Sistem genetalia
Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret kental atau
sekret darah
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveoler-kapiler
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
d. Nyeri Akut berhubungan dengan nyeri dada pleuritis
e. Hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi
3. RENCANA KEPERAWATAN
a. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan defisiensi
pengetahuan teratasi.
Kriteria hasil :
1) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis, dan program pengobatan
2) Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara
benar
3) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat
Intervensi ( NIC ) :
1) Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw trust bila perlu
I. PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 03/04/2022
Tanggal pengkajian : 05/04/2022
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. Mumu
Umur : 50 thn
Alamat : Jl. Betet VII No.4 RT01/RW01 Cibodas
No Register : 1455933
Ruang : ICU
Cara Pengkajian : Anamnesa, pemeriksaan fisik, catatan rekam medis
Diagnosa Medis : TB Paru,Anemia
Penanggung jawab : Rivan (anak)
3. Kepala
Bentuk Kepala : bentuk mesochepal, tidak ada luka atau
benjolan, warna rambut hitam dan lurus
Wajah : bentuk oval
hidung Bentuk simetris, tidak polip, tidak ada peradangan pada sinus
telinga Bentuk simetris antara tlinga kanan dan telinga kiri, tidak ada
serumen
mulut Bentuk simetris, mukosa bibir kering
4. Dada
Inspeksi ictus cordis, Adanya retraksi dinding dada, nafas cuping hidung,
Palpasi teraba pada clavicula sinistra, Vocal premitus kanan dan kiri sama,
pengembangan dada simetris
,
5. Abdomen
Inspeksi Bentuk simetris, tidak ada lsi disekitar abdomen
Perkusi Tympani
Gerak
Kekuatan Otot : 4 4
4 4
Ekstremitas Bawah
Tanggal/ Kanan Kiri
jam Kesemutan Edema Nyeri Kesemutan Edema Nyeri
Terdapat Terda
udem pat
udem
Gerak
Kekuatan Otot :
2 2
2 2
8. Genetalia
Terpasang kateter, kondisi kateter bersih, ada rembesan pada saluran kateter, jenis kelamin laki-
laki, jumlah urin 1000 cc warna kuning bercampur darah (hematuria).
Anus : Tidak ada lesi, dan tidak ada hemoroid
10. Eliminasi
BAB dibantu dan menggunakan pempers, konsistensinya lembek, saat BAK menggunakan
Cateter urin
Dressing 4
Toileting 4
Transfering 4
Continence 4
Feeding 4
Indeks KATZ 24
STATUS MENTAL
1) Laboratorium
Pemeriksaan Nilai Satuan
Nilai Nilai Nilai
Hb 13 - 16 % 17,27 ribu
Ht 40 - 54 % 9,1 gr/dl
Eritrosit 45 - 65 jt/ mmk
Leukosit 4 - 11 ribu/ mmk
Trombosit 150 - 400 ribu/mmk 176 ribu
Creatinin 0.6 - 1.3 mg/ dL 2,84
mg/dl
Albumin 3.4 - 5 mg/ dL
Gula Sewaktu 80 - 120 mg/ dL 176 mg/dl
Ureum 15 - 39 mg/ dL 99 mg/dl
Na 136 - 145 mmol/ L 143 mmol
- Pemeriksaan Sputum
13.Therapy
RR = 38x/mnt
Suara napas kedua lapang paru keras, ronkhi (+), rales
sekresi perdarahan dari tube ET
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
DS : -
DO : obat masuk iv bolus
Ranitidine 2x1 ( 25 mg)
Asam tranex 2x1 ( 50 mg)
Dexsametason 3x1 (5 mg)
kanamicyn 1x1 gr
2. DS : -
DO : adanya sumbatan jalan nafas suara nafas.
3. memonitor ttv
3. DS : -
DO : pasien mengalami penurunan kesadaran
GCS E1 V1 M1 = 3, pasien apneu
DS : -
DO : terpasang 02 sungkup 10L/menit
DS : -
4. Memberikan 02 sesui perintah dokter
DO : kesadaran pasien coma, GCS E1 V1 M1,
pasien apneu
DS : -
DO : pasien tidak makan, kesadaran coma.
DS : -
DO : pasien tidak makan, kesadaran coma.
3. anjurkan makan sedikit tapi sering
DS : -
DO : pasien mengalami penurunan kesadaran
EVALUASI
Nama : No CM :
Usia : Diagnosa Medis :
TGL/JAM NO EVALUASI ( SOAP ) TTD &
DX nama
jelas
I S:-
O : posisi pasien semi fowler terpasang 02 sungkup 10L/menit.
A : Masalah belum teratasi.
P : lanjutkan intervensi.
S:-
II O : pasien makan menggunakan NGT (makanan cair) makanan yang di sediakan RS .
A : masalah teratasi sebagian.
P : lanjutkan intervensi.
S:-
III
O : pasien tampak sedang istirhat / tidur.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : lanjutkan intervensi.
Hari ke 2
1 S:-
O : pasien mengalami penurunan kesadaran coma GCS E1 V1 M1
Pasien apneu
Lakukan RJP 30: 2 selama 5 siklus
A : pasien MD
P : hentikan intervensi
S:-
2 O : pasien mengalami penurunan kesadaran coma GCS E1 V1 M1
Pasien apneu
Lakukan RJP 30 : 2 selama 5 siklus
A ; pasien MD
P : hentikan intervensi
S:-
O : Pasien mengalami penurunan kesadaran coma GCS E1, V1, M1.
3 Pasien apneu
Lakukan RJP 30:2 selama 5 siklus
A : pasien MD
P : hentikan intervensi