Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN DIAGNOSA TUBERCULOSIS


DI RUANG UGD RSUD HAJI
MAKASSAR

OLEH
NUR HILDA JALIL, S.KEP
NS0621117

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( Faisal Asdar, S.Kep., Ns., M.Biomed )


NIP. NIDN.

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES NANI HASANUDDIN MAKASSAR
2022
1. 1 Konsep Medis
1.1.1. Definisi
Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman Mycrobacterium Tuberculosis.Sebagian bersar
kuman tuberculosis menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ
tubuh lainnya. Tuberkulosis (TB) paru- paru adalah infeksi pada paru- paru
dan kadang pada struktur- struktur disekitarnya, yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru-paru merupakan
penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis.
Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis yang dapat menyerang pada berbagai organ tubuh mulai dari
paru dan organ di luar paruseperti kulit, tulang, persendian, selaput otak,
usus serta ginjal yang sering disebut dengan ekstrapulmonal TBC.
1.1.2. Etiologi
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis ditemukan
oleh Robet Koch pada tahun 1882. Basil tuberculosis dapat hidup dan
tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi dalam cairan
mati dalam suhu 600C dalam 15-20 menit. Fraksi protein basil
tuberkulosis menyebabkan nekrosis jaringan, sedangkan lemaknya
menyebabkan sifat tahan asam dan merupakan faktor terjadinya fibrosis
dan terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel.
Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan
pemanasan sinar matahari dan sinar ultraviolet. Ada dua macam
mikobakterium tuberculosis yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil tipe
bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberkulosis usus.
Basil tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) di udara
yang berasal dari penderita TBC terbuka dan orang yang rentan terinfeksi
TBC ini bila menghirup bercak ini. Perjalanan TBC setelah terinfeksi
melalui udara. Bakteri juga dapat masuk ke sistem pencernaan manusia
melalui benda/bahan makanan yang terkontaminasi oleh bakteri.
Sehingga dapat menimbulkan asam lambung meningkat dan dapat
menjadikan infeksi lambung

1.1.3. Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala tuberkulosis adalah:
a. Demam
b. Malaise
c. Anoreksia
d. Penurunan berat badan
Batuk ada atau tidak (berkembang secara perlahan selama berminggu–
minggu sampai berbulan – bulan)
e. Peningkatan frekuensi pernapasan
f. Ekspansi buruk pada tempat yang sakit
g. Bunyi napas hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat perkusi
h. Demam persisten
Manifestasi gejala yang umum: pucat, anemia, kelemahan, dan
penurunan berat badan.

1.1.4. Patofisiologi
Infeksi diawali karena seseorang menghirup basil Mycobacterium
tuberculosis. Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju alveoli lalu
berkembang biak dan terlihat bertumpuk. Perkembangan Mycobacterium
tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari paru (lobus
atas). Basil juga menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian
tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks serebri) dan area lain dari paru (lobus
atas). Selanjutnya sistem kekebalan tubuh memberikan respons dengan
melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag melakukan aksi
fagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit spesifik-tuberkulosis
menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan normal. Infeksi awal
biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri.Interaksi
antara Mycobacterium tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada masa
awal infeksi membentuk sebuah massa jaringan baru yang disebut
granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang
dikelilingi oleh makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya berubah
bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut
disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri yang
menjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk materi yang berbentuk
seperti keju (necrotizing caseosa).Hal ini akan menjadi klasifikasi dan
akhirnya membentuk jaringan kolagen, kemudian bakteri menjadi nonaktif.
Setelah infeksi awaljika respons sistem imun tidak adekuat maka
penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul
akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali
menjadi aktif, Pada kasus ini, ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga
menghasilkan necrotizing caseosa di dalam bronkus.Tuberkel yang ulserasi
selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk jaringan parut.Paru-paru yang
terinfeksi kemudian meradang, mengakibatkan timbulnya
bronkopneumonia, membentuk tuberkel, dan seterusnya.Pneumonia seluler
ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus
difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Makrofag yang mengadakan
infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel
tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10-20 hari).
Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel
epiteloid dan fibroblas akan memberikan respons berbeda kemudian pada
akhirnya membentuk suatu kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel.
Pathway

Udara tercemar
mycrobacterium Dihirup individu rentan Kurang informasi
tuberculose

Masuk paru Kurang pengetahuan

reaksi inflamasi /peradangan Hipertermi


a

penumpukan eksudat dalam elveoli

tuberkel produksi sekret


berlebih
Mengalami
Mengganggu
klasifikasi Sekret susah keluar Resiko
Ketidakefektifan bersin
infeksi penyebaran
meluas perkejuan
perfusi bersihan jalan nafas pada orang lain

Penyebaran
hematogen limfogen

Difusi O2

As. Lambung naik

mual, anoreksia

Ketidakseimbangan Resti penyebaran


nutrisi kurang dari infeksi pada diri
kebutuhan tubuh sendiri
1.1.5. Komplikasi
a. Hepatitis karena efek terapi obat-obatan
b. TB miliaris
c. Dermatitis
d. Gangguan GI
e. Hiperurisemia
f. Neuritis optika

1.1.6. Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan Laboratorium
Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada
tahap aktif penyakit Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas
kaca untuk usapan cairan darah) : Positif untuk basil asam-cepat.
Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area
indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi
intradcrmal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi
tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna
pada pasien yang secara klinik sakit berani bahwa TB aktif tidak dapat
diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mikobakterium yang berbeda.
Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster; urine dan
cairan serebrospinal, biopsi kulit): Positif untuk Mycobacterium
tuberculosis.
Biopsi jarum pada jaringan paru: Positif untuk granuloma TB;
adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis. Elektrolit : Dapat tak normal
tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi; contoh hiponatremia
disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat ditemukan pada TB paru
kronis luas. Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital,
peningkatan rasio udara residu dan kapasitas paru total, dan
penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi
parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural
(Tuberkulosis paru kronis luas).
1.1.7. Pemeriksaan Radiologis
Foto thorak: Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru
atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau effusi cairan. Perubahan
menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk rongga, area fibrosa.

1.1.8. Penatalaksanaan
Tuberkulosis paru terutama diobati dengan agens kemoterapi
selama periode 6-12 bulan. 5 medikasi garis depan digunakan: isoniasid
(INH), rifampin (RIF), Streptomisin (SM), etambutol (EMB), dan
Pirasinamid (PZA).
Pengobatan yang direkomendasikan bagi kasus tuberkulosis paru
yang baru didiagnosa adalah regimen pengobatan beragam, terutama
INH, RIF, PZA selama 4 bulan, dengan INH dan RIF dilanjutkan untuk
tambahan 2 bulan (totalnya 6 bulan).

1. 2 Konsep Keperawatan
1.2.1 Pengkajian Keperawatan
a. Identitas klien: selain nama klien, asal kota dan daerah,
jumlah keluarga.
b. Keluhan: penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
c. Riwayat penyakit sekarang:
d. Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul pada tempat-
tempat kelenjar seperti: leher, inguinal, axilla dan sub mandibula.
e. Riwayat penyakit dahulu
f. Riwayat sosial ekonomi dan lingkungan.
g. Riwayat keluarga.
Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama.
h. Pola fungsi kesehatan.
1) Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan.
Kurang menerapkan PHBS yang baik, rumah kumuh, jumlah
anggota keluarga banyak, lingkungan dalam rumah lembab,
jendela jarang dibuka sehingga sinar matahari tidak dapat
masuk, ventilasi minim menybabkan pertukaran udara kurang,
sejak kecil anggita keluarga tidak dibiasakan imunisasi.
2) Pola nutrisi - metabolik.
Anoreksia, mual, tidak enak diperut, BB turun, turgor kulit
jelek, kulit kering dan kehilangan lemak sub kutan, sulit dan
sakit menelan.
3) Pola eliminasi
Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada
kuadran kanan atas dan hepatomegali, nyeri tekan pada
kuadran kiri atas dan splenomegali.
4) Pola aktifitas – latihan
Pola aktivitas pada pasien TB Paru mengalami penurunan
karena sesak nafas, mudah lelah, tachicardia, jika melakukan
aktifitas berat timbul sesak nafas (nafas pendek).
5) Pola tidur dan istirahat
sulit tidur, frekwensi tidur berkurang dari biasanya, sering
berkeringat pada malam hari.
6) Pola kognitif – perceptual
Kadang terdapat nyeri tekan pada nodul limfa, nyeri tulang
umum, sedangkan dalam hal daya panca indera (perciuman,
perabaan, rasa, penglihatan dan pendengaran) jarang ditemukan
adanya gangguan.
7) Pola persepsi diri
Pasien tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah, selain itu
Ketakutan dan kecemasan akan muncul pada penderita TB paru
dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang pernyakitnya yang
akhirnya membuat kondisi penderita menjadi perasaan tak
berbedanya dan tak ada harapan
8) Pola peran – hubungan
Penderita dengan TB paru akan mengalami gangguan
dalam hal hubungan dan peran yang dikarenakan adanya
isolasi untuk menghindari penularan terhadap anggota
keluarga yang lain.
9) Pola reproduksi dan seksual
Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan
berubah karena kelemahan dan nyeri dada.
10) Pola penanggulangan stress
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan
mengakibatkan stress pada penderita yang bisa mengkibatkan
penolakan terhadap pengobatan.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan
terganggunya aktifitas ibadah klien.
i.  Pemeriksaan fisik
j. Berdasarkan sistem – sistem tubuh
1) Sistem integument
Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit
menurun
2) Sistem pernapasan
3) Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai

  inspeksi :  adanya tanda – tanda penarikan paru, diafragma,


pergerakan napas yang tertinggal, suara napas melemah.
  Palpasi   : Fremitus suara meningkat.
  Perkusi      : Suara ketok redup.
  Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki
basah, kasar dan yang nyaring.
4) Sistem pengindraan
Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan

5) Sistem kordiovaskuler
Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 syang mengeras.
6) Sistem gastrointestinal
Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun.
7) Sistem musculoskeletal
Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan
keadaan sehari – hari yang kurang meyenangkan.
8) Sistem neurologis
Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 456
9) Sistem genetalia
Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia.

1.2.2 Diagnosa Keperawatan


a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya secret
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan jalan nafas
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi
1.2.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN& KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN


KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas Setelah di lakukan intervensi Manajemen jalan nafas
tidak efektif keperawatan selama 1x 24 jam di observasi
harapkan masalah dapat teratasi 1. Monitor jalan nafas (frekuensi, kedalaman,
dengan Kriteria hasil: usaha napas)
1. Dipsnea menurun 2. Monitor bunyi nafas tambahan (mis: gurgling,
2. Frekuensi nafas membaik mengi, wheezing, ronki kering)
3. Tidak menggunakan otot bantu 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
nafas Terapeutik
1. Posisikan semi-fowler atau fowler
2. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
3. Lakukan penghisapan lendir

2. Pola nafas tidak efektif Setelah di lakukan intervensi Pemantauan Respirasi


keperawatan selama 1x 24 jam di observasi
harapkan masalah dapat teratasi 1. Monitor jalan nafas (frekuensi, kedalaman,
dengan Kriteria hasil: usaha napas)
1. Dipsnea menurun 2. Auskultasi bunyi nafas
2. Frekuensi nafas membaik 3. Monitor saturasi oksigen
3. Tidak menggunakan otot bantu Terapeutik
nafas 4. Atur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
Edukasi
5. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

3. Nyeri akut Setelah di lakukan intervensi Manajemen nyeri


keperawatan selama 1x 24 jam di Observasi
harapkan masalah dapat teratasi 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
dengan Kriteria hasil: frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
1. Nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
2. Meringis menurun Terapeutik
3. Gelisah menurun 1. Berikan terapi nonfarmakologi untuk
4. Frekuensi nadi membaik mengurangi rasa nyeri
2. Anjurkan istirahat dan tidur
Edukasi
3. Jelaskan penyebab,periode dan pemicu nyeri
Kolaborasi
4. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Sudoyo dkk. 2017. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta: FKUI.

Depkes RI., 2018. Pedoman Nasional penanggulangan Tuberculosis. Jakarta : Gerdunas


TB. Edisi 2 hal 4-6

Chandra B, 2020. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran


EGC

Soemantri A, 2018. Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Kencan Prenada Media Group

Anda mungkin juga menyukai