Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL

TERAPI BERMAIN ANAK DIRUANG PERAWATAN ANAK


RSUD KOTA MAKASSAR

OLEH :
KELOMPOK 1

Gustiayu Abdul Wahab,S.Kep Rosmini,S.Kep


Ainun Annisa, S.Kep Lisminarti Bunga Allo,S.Kep
Gregorius Mere,S.Kep Ainun Amalia,S.Kep
Sitti Halijah,S.Kep Rizal Ahmad Ape,S.Kep
Huriyah,S.Kep Nunung Kurniawati,S.Kep
Yulius Eliasar Langmau,S.Kep Mayalika Sirumba,S.Kep
Nurhilda Jalil,S.Kep Meilani Silvania Woromboni,S.Kep
Attiin Nur Hidayah,S.Kep

PROGRAM STUDI NERS


STIKES NANI HASANUDDIN MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesehatan pada kelompok 1 pelaksana terapi bermain, dan atas berkat
rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan kegiatan
terapi beemain ini.

Dalam perencanaan kegiatan terapi bermain ini, kami banyak mendapat


bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak institusi maupun lahan rumah sakit. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.

Kami menyadari bahwa penyusunan perencanaan terapi bermain yang akan


kami lakukan masih banyak kekurangan, dengan demikian kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan laporan
perencanaan ini, sehingga dapat bermanfaat bagi seluruh pihak, akhir kata kami
mengucapkan terimah kasih

Makassar, Mei 2022

Tim Pelaksana
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering menimbulkan


pengalaman traumatik, khususnya pada pasien anak yaitu ketakutan dan
ketegangan atau stress hospitalisasi. Stress ini disebabkan oleh berbagai faktor
diantaranya perpisahan dengan orang tua, kehilangan kontrol, dan akibat dari
tindakan invasif yang menimbulkan rasa nyeri. Akibatnya akan menimbulkan
berbagai aksi seperti menolak makan, menangis, teriak, memukul, menyepak,
tidak kooperatif atau menolak tindakan keperawatan yang diberikan.

Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah
satu alat paling penting untuk menatalaksanakan stres karena hospitalisasi
menimbulkan krisis dalam kehidupan anak, dan karena situasi tersebut sering
disertai stress berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa
takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam menghadapi stress.
Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan anak seperti
kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat
anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009)

Bermain pada anak dapat meningkatkan kecerdasan dalam berfikir dan


mengembangkan imajinasi serta melatih daya motorik halus dan kasar pada anak.
Pada anak pra sekolah umumnya perkembangan motorik kasar dan
motorik halusnya sudah baik (Soetjiningsih, 1995). Pada tahap ini mereka
berminat untuk mendapatkan pengetahuan dan mulai mengalami peningkatan
kompetensi. Dengan mengerti tentang dunia anak terutama usia anak pra sekolah,
maka dengan ini kami bermaksud untuk melaksanakan program terapi bermain
karena dengan bermain membuat anak menjadi lebih rileks.
Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya,
kognitifnya dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya,
perasaannya dan pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan
dimana dengan kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada
disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup untuk bermain juga
akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengenal sekitarnya sehingga
ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila
dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan
bermain
Terapi bermain yang akan dilaksanakan yaitu bermain melempar bola. Alasan
memilih terapi bermain dengan melempar bola adalah untuk mengurangi stres dan
kecemasan serta meningkatkan komunikasi dan melatih motorik anak.

2. TUJUAN
2.1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti terapi bermain dengan melempar bola diharapkan anak
dapat bersosialisasi, melanjutkan tumbuh kembang anak dan dapat membantu
mengurangi tingkat kecemasan atau ketakutan yang dirasakan oleh anak-anak
akibat hospitalisasi
2.2. Tujuan Instruksional Khusus
Dengan mengikuti terapi bermain melempar bola, diharapkan dapat
1) Melatih kemampuan kognitif anak
Anak mampu mengikuti intruksi yang diberikan oleh pemberi materi
2) Melatih kemampuan motorik halus anak.
Anak mampu melempar bola dengan benar
3) Melatih kemampuan sensorik anak
Anak dapat melempar bola
BAB II
SATUAN ACARA TERAPI BERMAIN MELEMPAR BOLA

1. JUDUL PERMAINAN
Melempar bola

2. DESKRIPSI PERMAINAN
Menurut (Sujiono, 2009), melempar adalah mengarahkan satu benda dipegang
dengan cara mengayunkan tangan kearah tertentu. Menurut (Lilis Madyawati, 2012),
tujuan bermain lempar tangkap bola itu untuk melatih konsentrasi anak, melatih
motorik kasar anak, melatih kemampuan kognitif anak, dan mengasah kecerdasan
kinestetik. Berdasarkan hasil penelitian (Huda,2013) dapat dilihat bahwa adanya perbedaan
yang signifikan rata-rata antara tingkat kecemasan pada anak sebelum diberi perlakuan terapi
bermain lempar bola, orang tua mengatakan anaknya menangis terus, gelisah, tidak bisa
tenang, selain itu orang tua juga mengatakan kalau malam anaknya sulit tidur dan ketika
diberikan terapi bermain anak terlihat menikmati dan tidak menangis lagi, selain itu juga sang
anak terlihat riang, Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh terapi bermain lempar
bola terhadap tingkat kecemasan pada anak. Terapi bermain lempar bola bisa digunakan
sebagai terapi dalam proses penyembuhan pasien anak karena diyakini mampu untuk
menghilangkan berbagai batasan, hambatan dalam diri, stres dan frustasi, karena bermain
memiliki efek healing (penyembuhan).

3. TUJUAN PERMAINAN MELEMPAR BOLA


a. Melatih konsentrasi
b. Melatih koordinasi mata,tangan, dan kaki
c. Melatih kekuatan otot tangan dan kaki
d. Melatih keseimbangan

4. SASARAN
1. Anak usia Toodler (1-3 tahun)
2. Anak yang dirawat di ruang perawatan anak RSUD Kota Makassar
3. Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang dapat
menghalangi proses terapi bermain.
4. Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai.
5. Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain melempar bola

4. JADWAL PELAKSANAAN

1) Hari / Tanggal : Selasa , 09 November 2021


2) Waktu : 10.00 WITA
3) Tempat : Ruang Perawatan Anak RSUD Kota Makassar
5. MEDIA
1) Bola Plastik
2) Karpet

6. METODE
1) Anak diberi penjelasan tentang prosedur pelaksanaan terapi bermain yang
meliputi waktu kegiatan, cara bermain, serta hal-hal lain yang terkait
dengan program terapi bermain.
2) Diawal permainan, anak diberikan bola.
3) Setelah itu dengan panduan leader, anak diminta untuk melempar bola ke
instruktur.
4) Fasilitator mendampingi dan mengarahkan anak selama bermain melempar
bola.
5) Ibu dapat berperan sebagai fasilitator, tetapi tidak boleh ikut terlibat dalam
kegiatan bermain melempar bola.
6) Setelah waktu yang ditentukan untuk terapi bermain habis, anak
dipersilahkan untuk berhenti, dan diberikan pujian atas keterlibatan anak
selama terapi bermain berlangsung.
7) Observer melakukan pengamatan dan memberikan evaluasi terhadap
perilaku anak dan proses jalannya terapi bermain.
8) Pada akhir kegiatan diberikan reward bagi anak yang sudah berpartisipasi
dalam terapi bermain.

7. KEGIATAN PERMAINAN
No. Waktu Kegiatan Respon Anak
1. H-1 kegiatan Persiapan :
1. Menyiapkan ruangan
H-1 kegiatan 2. Mengundang anak dan Ruangan, alat, anak
keluarga dan keluarga siap
10 menit
3. Menyiapkan alat-alat
4. Menyiapkan anak

2 Pembukaan :
1. Mengucapkan salam dan 1) Mendengarkan
memperkenalkan diri kontrak
2. Menyampaikan tujuan dan 2) Mendengarkan tujuan
maksud dari kegiatan dari penyuluhan
3. Menjelaskan kontrak 3) Mendengarkan
waktu dan mekanisme kontrak.
kegiatan bermain.
4. Menjelaskan cara 4) Mendengarkan
kegiatan apa yang akan instruksi
dilakukan.
3. 30 Menit Pelaksanaan :
1. Mengajak anak bermainBermain bersama dengan
melempar bola. antusias.
2. Fasilitator mendampingi
anak dan memberikan
motivasi kepada anak.
3. Memberitahu anak bahwa
waktu yang diberikan
telah selesai.
4. Memberikan pujian
terhadap anak yang
mampu bermain lempar
bola dengan baik

4. 10 Menit Evaluasi :
1. Melakukan review Anak mendengarkan
pengalaman bermain dan merespon dengan
Lempar bola menjawab kesan dan
2. Mengidentifiasi kejadian pengalamannya selama
yang berkesan selama bermain lempar bola.
bermain
3. Menganalisis kesan yang
didapat oleh anak
4. Menyimpulkan kegiatan
acara

8. PENGORGANISASIAN
Pembimbing Pendidikan : Ns. Nurafriani, S.Kep., M.Kep
Pembimbing Klinik :
Leader :
Co Leader :
Fasilitator : 1.
2.
3.
4.
5.
Observer : 1.
2.
3.
4.
5.
Dokumentasi : 1.
2.
3.
9. JOB DESCRIPTION
1. Leader
Bertanggung jawab terhadap terlaksananya terapi bermain, yaitu membuka
dan menutup kegiatan ini.
2. Co Leader
Menjelaskan pelaksanaan dan mendemonstrasikan aturan dan cara bermain
dalam terapi bermain.
3. Fasilitator
- Memfasilitasi anak untuk bermain.
- Membimbing anak bermain.
- Memperhatikan respon anak saat bermain.
- Mengajak anak untuk bersosialisasi dengan temannya.
4. Observer
- Mengawasi jalannya permainan.
- Mencatat proses permainan disesuaikan dengan rencana.
- Menyusun laporan dan menilai hasil permainan dibantu dengan Leader
dan fasilitator.
- Mencatat situasi penghambat dan pendukung proses bermain.
10. SETTING TEMPAT
Terapi bermain ini dilakukan di Ruang Merak Anak Lantai 3 dengan
setting tempat sebagai berikut :

Keterangan

: Peserta : Leader

: Fasilitator : Co Leader

: Observer

11. KRITERIA EVALUASI


1. Evaluasi struktur
1) Kesiapan media dan tempat
2) Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di Ruang Perawatan Anak
RSUD Kota Makassar
2. Evaluasi proses
1) Leader dapat memimpin jalannya permainan, dilakukan dengan tertib
dan teratur
2) Co. Leader dapat membantu tugas Leader dengan baik
3) Fasilitator dapat memfasilitasi dan memotivasi anak dalam permainan
4) 100 % anak dapat mengikuti permainan secara aktif dari awal sampai akhir
3. Evaluasi Hasil
1) Peserta memahami permainan yang telah dimainkan.
2) Anak telah belajar memecahkan masalah melalui eksplorasi
alat mainannya
3) Anak dapat mengembangkan hubungan social, komunikasi dan belajar untuk
sabar dan saling menghargai.
4) Anak merasa terlepas dari ketegangan dan stress selama hospitalisasi, anak
dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi dan relaksasi)
5) Anak dapat berintraksi dengan anak lain dan perawat.
6) Jumlah peserta 4-5 orang

LAMPIRAN MATERI KONSEP BERMAIN


2.1 Pengertian Bermain

Bermain adalah dunia anak-anak sebagai bahasa yang paling universal,


meskipun tidak pernah dimasukkan sebagai salah satu dari ribuan bahasa yang ada
di dunia. Melalui bermain, anak-anak dapat mengekspresikan apapun yang
mereka inginkan. Menurut Groos (Schaefer et al, 1991) bermain dipandang
sebagai ekspresi insting untuk berlatih peran di masa mendatang yang penting
untuk bertahan hidup (Nuryanti, 2007).
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan
sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan
bermain, anak akan berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan,
melakukan apa yang dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara
(Wong, 2000).

2.2 Fungsi Bermain


1. Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik
Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan melakukan
rangsangan pada sensorik dan motorik melalui rangsangan ini aktifitas anak
dapat mengeksplorasikan alam sekitarnya sebagai contoh bayi dapat dilakukan
rangsangan taktil,audio dan visual melalui rangsangan ini perkembangan
sensorik dan motorik akan meningkat.
Hal tersebut dapat dicontohkan sejak lahir anak yang telah dikenalkan
atau dirangsang visualnya maka anak di kemudian hari kemampuan visualnya
akan lebih menonjol seperti lebih cepat mengenal sesuatu yang baru dilihatnya.
Demikian juga pendengaran, apabila sejak bayi dikenalkan atau dirangsang
melalui suara-suara maka daya pendengaran di kemudian hari anak lebih cepat
berkembang.
2. Membantu Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini
dapat terlihat pada saat anak bermain, maka anak akan mencoba melakukan
komunikasi dengan bahasa anak, mampu memahami obyek permainan seperti
dunia tempat tinggal, mampu membedakan khayalan dan kenyataan, mampu
belajar warna, memahami bentuk ukuran dan berbagai manfaat benda yang
digunakan dalam permainan,sehingga fungsi bermain pada model demikian
akan meningkatkan perkembangan kognitif selanjutnya.
3. Meningkatkan Sosialisasi Anak
Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh dimana pada usia
bayi anak akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan ada
teman yang dunianya sama, pada usia toddler anak sudah mencoba bermain dengan
sesamanya dan ini sudah mulai proses sosialisasi satu dengan yang lain, kemudian bermain
peran seperti bermain-main berpura-pura menjadi seorang guru, jadi seorang anak, menjadi
seorang bapak, menjadi seorang ibu dan lain-lain, kemudian pada usia prasekolah sudah
mulai menyadari akan keberadaan teman sebaya sehingga harapan anak mampu melakukan
sosialisasi dengan teman dan orang.
4. Meningkatkan Kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak mulai
belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek yang
akan digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif melalui model permainan
ini, seperti bermain bongkar pasang mobil- mobilan.
5. Meningkatkan Kesadaran Diri
Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk ekplorasi tubuh
dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan bagian dari individu yang
saling berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku, membandingkan dengan perilaku
orang lain.
6. Mempunyai Nilai Terapeutik
Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya stres
dan ketegangan dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur diri anak terhadap
dunianya.
7. Mempunyai Nilai Moral Pada Anak
Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak, hal ini dapat
dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah, di sekolah dan
ketika berinteraksi dengan temannya, dan juga ada beberapa permainan yang memiliki
aturan-aturan yang harus dilakukan tidak boleh dilanggar.

2.3 Tujuan Bermain


Melalui fungsi yang terurai diatas, pada prinsipnya bermain mempunyai
tujuan sebagai berikut :
1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat
sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan
perkembangannya. Walaupun demikian, selama anak dirawat di rumah
sakit, kegiatan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan masih harus tetap
dilanjutkan untuk menjaga kesinambungannya.
2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuannya memecahkan masalah.
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat
dirumah sakit.

2.4 Manfaat Bermain


Bermain merupakan aktivitas penting pada masa anak-anak. Berikut ini
adalah bererapa manfaat bermain pada anak-anak :
1) Perkembangan aspek fisik. Anggota tubuh mendapat kesempatan untuk
digerakkan, anak dapat menyalurkan tenaga (energi) yang berlebihan,
sehingga ia tidak merasa gelisah.
2) Perkembangan aspek motorik kasar dan halus.
3) Perkembangan aspek sosial. Ia akan belajar tentang sistem nilai, kebiasaan-
kebiasaan dan standar moral yang dianut oleh masyarakat.
4) Perkembangan aspek emosi atau kepribadian. Anak mendapat kesempatan
untuk melepaskan ketegangan yang dialami, perasaan tertekan dan
menyalurkan dorongan-dorongan yang muncul dalam dirinya.
5) Perkembangan aspek kognisi. Anak belajar konsep dasar, mengembangkan
daya cipta, memahami kata-kata yang diucapkan oleh teman-temannya.
6) Mengasah ketajaman penginderaan, menjadikan anak kreatif, kritis dan bukan
anak yang acuh tak acuh terhadap kejadian disekelilingnya.
7) Sebagai media terapi, selama bermain perilaku anak-anak akan tampil bebas
dan bermain adalah sesuatu yang secara alamiah sudah dimiliki oleh seorang
anak.

8) Sebagai media intervensi, untuk melatih kemampuan-kemampuan tertentu dan


sering digunakan untuk melatih konsentrasi pada tugas tertentu, melatih
konsep dasar.

2.5 Macam - Macam Bermain


1. Bermain aktif
Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa
yang diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi :
a. Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan
tersebut, memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi, mencium,
meraba, menekan dan kadang-kadang berusaha membongkar.
b. Bermain konstruksi (Construction Play)
Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan.
c. Bermain drama (Dramatic Play)
Misalnya adalah bermain sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan
teman-temannya.
d. Bermain fisik
Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain.
2. Bermain pasif
Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan
mendengar. Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain aktif dan
membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya.
Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam
bermain, yaitu apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini :
a. Kesehatan anak menurun.
b. Tidak ada variasi dari alat permainan.
c. Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
d. Tidak mempunyai teman bermain.

2.6 Prinsip dalam Aktivitas Bermain


Menurut Soetjiningsih (1995), agar anak-anak dapat bermain dengan
maksimal, maka diperlukan hal-hal seperti:

a. Ekstra energi, untuk bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakit
kecil kemungkinan untuk melakukan permainan.
b. Waktu, anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga
stimulus yang diberikan dapat optimal.
c. Alat permainan, untuk bermain alat permainan harus disesuaikan dengan usia
dan tahap perkembangan anak serta memiliki unsur edukatif bagi anak.
d. Ruang untuk bermain, bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu,
halaman, bahkan di tempat tidur.
e. Pengetahuan cara bermain, dengan mengetahui cara bermain maka anak akan
lebih terarah dan pengetahuan anak akan lebih berkembang dalam
menggunakan alat permainan tersebut.
f. Teman bermain, teman bermain diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi
anak dan membantu anak dalam menghadapi perbedaan. Bila permainan
dilakukan bersama dengan orangtua, maka hubungan orangtua dan anak
menjadi lebih akrab.
2.7 Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain
Menurut Supartini (2004), ada beberapa faktor yang mempengaruhi anak
dalam bermain yaitu:
a. Tahap perkembangan anak, aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak yaitu
harus sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak, karena
pada dasarnya permainan adalah alat stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak.
b. Status kesehatan anak, untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan energi
bukan berarti anak tidak perlu bermain pada saat anak sedang sakit.
c. Jenis kelamin anak, semua alat permainan dapat digunakan oleh anak laki-
laki atau anak perempuan untuk mengembangkan daya pikir, imajinasi,
kreativitas dan kemampuan sosial anak. Akan tetapi, permainan adalah salah
satu alat untuk membantu anak mengenal identitas diri.
d. Lingkungan yang mendukung, dapat menstimulasi imajinasi anak dan
kreativitas anak dalam bermain.
e. Alat dan jenis permainan yang cocok, harus sesuai dengan tahap tumbuh
kembang anak.

2.8 Konsep Permainan Melempar Bola


2.8.1 Deskripsi

Pengertian Lempar Bola

Lempar tangkap bola merupakan salah satu permainan yang


menggunakan bola sebagai media. Permainan lempar tangkap bola ini seringkali
diterapkan bagi anak usia dini dengan tujuan dapat melatih kemampuan motorik.
Media dalam permainan lempar tangkap bola ini adalah bola berukuran kecil
ataupun besar. Melalui kegiatan melempar bola, anak distimulasi untuk
melenturkan jari jemarinya dan kemampuan berkoordinasi antara mata, gerakan
tangan dan kaki yang berguna untuk kegiatan menulis, menggunting dan
memperkuat otot-ototnya serta dapat melatih keakuratan dan kosentrasi, juga untuk
melatih keseimbangan badan.
2.8.2 Fungsi Melempar Bola
Umumnya sisi edukasi permainan puzzle ini berfungsi untuk:
a. Melatih konsentrasi
b. Melatih koordinasi mata,tangan, dan kaki
c. Melatih kekuatan otot tangan dan kaki
d. Melatih keseimbangan
DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih, 1995, Tumbuh Kembang Anak, Jakarta : EGC


Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4. Jakarta :
EGC.

https://radarsemarang.jawapos.com/artikel/untukmu-guruku/2021/06/21/bermain-melempar-
dan-menangkap-bola-tingkatkan-perkembangan-motorik-kas ar-anak-usia-dini/
Lembar Observasi Pelaksanaan Terapi Bermain

NO Aspek yang Dinilai Ya Tidak


I Struktur Terapi Bermain
1. Persiapan media terapi bermain
1. Bola Plastik
2. Tikar
2 Kelengkapan jumlah mahasiswa:
1. Leader (1)
2. Co-leader (1)
3. Fasilitator (5)
4. Observer (5)
II Proses Terapi Bermain
1. Pembukaan, Leader :
a. Membuka acara terapi bermain dengan
mengucapkan salam
b. Memperkenalkan diri dan meminta peserta
menyebutkan nama
c. Menjelaskan kontrak waktu
d. Menjelaskan permainan apa yang akan dilakukan
dan tujuan terapi bermain
e. Memberikan contoh kepada peserta cara
bermain melempar bola
f. Memimpin jalannya permainan dari awal
sampai akhir
2. Pelaksanaan
Co-leader :
a. Membantu Leader menjelaskan cara bermain
kepada peserta
b. Membantu Leader memberikan contoh kepada
peserta cara bermain melempar bola
c. Memberikan kesempatan pada peserta untuk ikut
memulai permainan
d. Mengatur waktu
permainan Fasilitator :
1.a.Mengarahkan peserta untuk bermain
1.b.Memotivasi peserta dalam menyelesaikan
permainan
1.c.Membantu leader dalam mengkondisikan peserta
agar fokus pada jalannya permainan
Pelaksanaan terapi berlangsung tepat waktu
3. Evaluasi : observer
a. Memberikan Check list pada lembar evaluasi
kemajuan peserta
b. Memberikan penilaian kemampuan anak
berdasarkan kriteria di lembar evaluasi kemajuan.
4. Terminasi :
a. Memberikan reward kepada peserta terbaik oleh
leader, dan fasilitator
b. Memberikan trik penyelesaian tugas dalam
permainan melempar bola
c. Leader mengucapkan terima kasih
III Hasil Terapi Bermain
1. Peserta Terapi Bermain :
1. Peserta terapi bermain antusias mengikuti kegiatan
terapi bermain
2. Peserta mengikuti terapi bermain sampai dengan
selesai.
3. Anak mampu menyelesaikan setidaknya
menyusun semua kepingan pada tahap sulit, dan
mampu menyusun setidak separo kepingan ringan
dan sedang dalam waktu yang telah ditentukan
LEMBAR EVALUASI KEMAJUAN
Kategori kemampuan anak Penilaian An... An... An... An... An... An... An... An...
Kognitif
- Anak mampu mengerti dan menjelaskan pesan
yang terkandung dalam permainan
- Anak mampu menyelesaikan tugas dalam
permainan dalam berbagai tahapan:
Tahap ringan
Tahap sedang
Tahap sulit

Total
Kriteria
Sosial
- Anak mau memperkenalkan diri di depan teman
sepermainan
- Anak mampu berkomunikasi baik dengan teman
sepermainan
- Anak dapat berkomunikasi baik dengan perawat

Total
Kriteria
Afektif
- Anak dapat mematuhi peraturan permainan

Total
Kriteria
Jumlah akhir
Keterangan skor: Kriteria tiap kategori:
0 : Tidak dapat melakukan Baik : jumlah skor 17-24
1 : Dapat melakukan dengan bantuan Cukup : jumlah skor 9-16
2 : Dapat melakukan dengan motivasi Kurang : jumlah skor 0-8
3 : Melakukan dengan mandiri

Anda mungkin juga menyukai