Disusun oleh :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan proposal ini yang
Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Terapi Bermain Menyusun Puzzle pada
Anak Usia Prasekol.ah 3-6 Tahun di Rumah Sakit “ Makalah ini berisikan tentang preplaining
terapi bermain yang akan diberikan oleh kelompok kepada anak di rumah sakit.
Diharapkan proposal ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang
bagaimana cara melakukan terapi bermain, salah satunya terapi bermain purzzle Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
Penulis
2
PROPOSAL
TERAPI BERMAIN PADA ANAK PRASEKOLAH
DI RUANG ANGGREK
RSUD NGUDI WALUYO WLINGI
1. LATAR BELAKANG
Masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering menimbulkan pengalaman
traumatik, khususnya pada pasien anak yaitu ketakutan dan ketegangan atau stress
hospitalisasi. Stress ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya perpisahan dengan orang
tua, kehilangan control, dan akibat dari tindakan invasif yang menimbulkan rasa nyeri.
Akibatnya akan menimbulkan berbagai aksi seperti menolak makan, menangis, teriak,
memukul, menyepak, tidak kooperatif atau menolak tindakan keperawatan yang diberikan.
Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat
paling penting untuk menatalaksanakan stres karena hospitalisasi menimbulkan krisis dalam
kehidupan anak, dan karena situasi tersebut sering disertai stress berlebihan, maka anak-anak
perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat
koping dalam menghadapi stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan
kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga
terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009)
Bermain pada anak dapat meningkatkan kecerdasan dalam berfikir dan mengembangkan
imajinasi serta melatih daya motorik halus dan kasar pada anak. Pada anak pra sekolah
umumnya perkembangan motorik kasar dan motorik halusnya sudah baik (Soetjiningsih,
1995). Pada tahap ini mereka berminat untuk mendapatkan pengetahuan dan mulai
mengalami peningkatan kompetensi. Dengan mengerti tentang dunia anak terutama usia anak
pra sekolah, maka dengan ini kami bermaksud untuk melaksanakan program terapi bermain
karena dengan bermain membuat anak menjadi lebih rileks.
Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya, kognitifnya dan juga
emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya, perasaannya dan pikirannya.
Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana dengan kesenangan ini mereka
mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan
cukup untuk bermain juga akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengenal
sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan
cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan
bermain
Terapi bermain yang akan dilaksanakan yaitu bermain menyusun puzzle. Alasan memilih
3
terapi bermain menyusun puzzle adalah untuk mengembangkan motorik halus, keterampilan
kognitif dan kemampuan berbahasa. Puzzle merupakan salah satu bentuk permainan yang
membutuhkan ketelitian, melatih untuk memusatkan pikiran, karena kita harus berkonstrasi
ketika meyusun kepingan-kepingan puzzle tersebut hingga menjadi sebuah gambar yang utuh
dan lengkap. Sehingga puzzle merupakan jenis permainan yang memiliki nilai-nilai edukatif.
2. TUJUAN
2.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti terapi bermain menyusun puzzle diharapkan dapat mengurangi dampak
stress hospitalisasi pada anak
2.2 Tujuan Instruksional Khusus
Dengan mengikuti terapi bermain menyusun puzzle, diharapkan dapat:
1) Melatih kemampuan kognitif anak.
2) Melatih kemampuan motorik halus anak.
3) Melatih kemampuan sosial personal anak.
4) Melatih kemampuan berbahasa anak.
3. SASARAN
1) Anak usia prasekolah (3-6 tahun)
2) Anak yang dirawat di ruang Anggrek
3) Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang dapat menghalangi
proses terapi bermain.
4) Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai.
5) Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain menyusun puzzle.
4. JADWAL PELAKSANAAN
1) Hari / Tanggal : Jumat, 20 Desember 2019
2) Waktu : 11.00 WIB
3) Tempat : Ruang Inap Anak Anggrek RSUD Ngudi Waluyo Wlingi
5. MEDIA
1) Puzzle
2) Karpet
4
6. METODE
1) Anak diberi penjelasan tentang prosedur pelaksanaan terapi bermain yang meliputi
waktu kegiatan, cara membuat, serta hal-hal lain yang terkait dengan program terapi
bermain.
2) Diawal permainan, anak diperkenalkan dengan puzzle, lalu diberikan penjelasan
mengenai cara bermain puzzle.
3) Setelah itu dengan panduan leader, anak diminta untuk mengamati terlebih dahulu
gambar yang ada di dalam puzzle, memencar kepingan puzzle, menyusun kembali
kepingan puzzle sesuai gambar semula dengan benar.
4) Fasilitator mendampingi dan mengarahkan anak selama bermain puzzle berlangsung.
5) Ibu dapat berperan sebagai fasilitator, tetapi tidak boleh ikut terlibat dalam kegiatan
membentuk mainan.
6) Setelah waktu yang ditentukan untuk terapi bermain habis, anak dipersilahkan untuk
berhenti, dan diberikan pujian atas keterlibatan anak selama terapi bermain
berlangsung.
7) Observer melakukan pengamatan dan memberikan evaluasi terhadap perilaku anak
dan proses jalannya terapi bermain.
8) Setelah anak selesai menyusun puzzle, anak diharapkan untuk bercerita tentang
gambar yang ada di dalam puzzle sesuai dengan imajinasi anak.
9) Pada akhir kegiatan diberikan pengumuman hasil bangun terbaik dan memberikan
bangun tersebut sebagai reward.
10) Kemudian fasilitator mengembalikan hasil karya mereka dan memberikan pujian
kepada semua peserta sebagai reward.
7. KEGIATAN PERMAINAN
No. Waktu Kegiatan Respon Anak
1. H-1 Persiapan :
kegiatan 1. Menyiapkan ruangan Ruangan, alat, anak dan
H-1 2. Mengundang anak dan keluarga siap
kegiatan keluarga
10 menit 3. Menyiapkan alat-alat
4. Menyiapkan anak dan
membagi kelompok
2 Pembukaan :
1. Mengucapkan salam dan
5
memperkenalkan diri 1) Mendengarkan kontrak
2. Menyampaikan tujuan dan2) Mendengarkan tujuan
maksud dari kegiatan dari penyuluhan
3. Menjelaskan kontrak waktu
3) Mendengarkan kontrak.
dan mekanisme kegiatan
4) Mendengarkan
bermain. instruksi
4. Menjelaskan cara bermain
menyusun puzzle.
3. 30 Menit Pelaksanaan :
1. Mengajak anak bermain Bermain bersama
menyusun puzzle. dengan antusias.
2. Fasilitator mendampingi
anak dan memberikan
motivasi kepada anak.
3. Menanyakan kepada anak
apakah sudah selesai dalam
menyusun puzzle.
4. Memberitahu anak bahwa
waktu yang diberikan telah
selesai.
5. Memberikan pujian
terhadap anak yang mampu
menyusun sampai selesai.
4. 10 Menit Evaluasi :
1. Melakukan review Anak mendengarkan
pengalaman bermain dan merespon dengan
menyusun puzzle menjawab kesan dan
2. Mengidentifiasi kejadian pengalamannya selama
yang berkesan selama bermain ular tangga
bermain
3. Menganalisis kesan yang
didapat oleh anak
4. Menyimpulkan kegiatan
acara
8. PENGORGANISASIAN
6
Leader : Lailul Khotimah
Co Leader : Okky Cintya P.D
Observer & Notulen : Adinda Dwi K
Fasilitator : Rina Wahyu A
Farikha Nur M.S
9. JOB DESCRIPTION
1) Leader
Bertanggung jawab terhadap terlaksananya terapi bermain, yaitu membuka dan
menutup kegiatan ini.
2) Co Leader
Menjelaskan pelaksanaan dan mendemonstrasikan aturan dan cara bermain dalam
terapi bermain.
3) Fasilitator
- Memfasilitasi anak untuk bermain.
- Membimbing anak bermain.
- Memperhatikan respon anak saat bermain.
- Mengajak anak untuk bersosialisasi dengan temannya.
4) Observer
- Mengawasi jalannya permainan.
- Mencatat proses permainan disesuaikan dengan rencana.
- Mencatat situasi penghambat dan pendukung proses bermain.
- Menyusun laporan dan menilai hasil permainan dibantu dengan Leader dan fasilitator.
9
menyadari akan keberadaan teman sebaya sehingga harapan anak mampu melakukan
sosialisasi dengan teman dan orang.
4. Meningkatkan Kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak mulai
belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek yang
akan digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif melalui model permainan
ini, seperti bermain bongkar pasang mobil-mobilan.
5. Meningkatkan Kesadaran Diri
Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk ekplorasi tubuh
dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan bagian dari individu yang
saling berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku, membandingkan dengan perilaku
orang lain.
6. Mempunyai Nilai Terapeutik
Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya stres
dan ketegangan dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur diri anak terhadap
dunianya.
7. Mempunyai Nilai Moral Pada Anak
Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak, hal ini dapat
dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah, di sekolah dan
ketika berinteraksi dengan temannya, dan juga ada beberapa permainan yang memiliki aturan-
aturan yang harus dilakukan tidak boleh dilanggar.
2.3 Tujuan Bermain
Melalui fungsi yang terurai diatas, pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan sebagai
berikut :
1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit anak
mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Walaupun
demikian, selama anak dirawat di rumah sakit, kegiatan stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan masih harus tetap dilanjutkan untuk menjaga kesinambungannya.
2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuannya memecahkan masalah.
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat dirumah
sakit.
10
Bermain merupakan aktivitas penting pada masa anak-anak. Berikut ini adalah
bererapa manfaat bermain pada anak-anak :
1) Perkembangan aspek fisik. Anggota tubuh mendapat kesempatan untuk digerakkan,
anak dapat menyalurkan tenaga (energi) yang berlebihan, sehingga ia tidak merasa
gelisah.
2) Perkembangan aspek motorik kasar dan halus.
3) Perkembangan aspek sosial. Ia akan belajar tentang sistem nilai, kebiasaan-kebiasaan
dan standar moral yang dianut oleh masyarakat.
4) Perkembangan aspek emosi atau kepribadian. Anak mendapat kesempatan untuk
melepaskan ketegangan yang dialami, perasaan tertekan dan menyalurkan dorongan-
dorongan yang muncul dalam dirinya.
5) Perkembangan aspek kognisi. Anak belajar konsep dasar, mengembangkan daya cipta,
memahami kata-kata yang diucapkan oleh teman-temannya.
6) Mengasah ketajaman penginderaan, menjadikan anak kreatif, kritis dan bukan
anak yang acuh tak acuh terhadap kejadian disekelilingnya.
7) Sebagai media terapi, selama bermain perilaku anak-anak akan tampil bebas dan
bermain adalah sesuatu yang secara alamiah sudah dimiliki oleh seorang anak.
8) Sebagai media intervensi, untuk melatih kemampuan-kemampuan tertentu dan sering
digunakan untuk melatih konsentrasi pada tugas tertentu, melatih konsep dasar.
2.5 Macam - Macam Bermain
1. Bermain aktif
Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa yang
diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi :
a. Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut,
memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi, mencium, meraba, menekan dan
kadang-kadang berusaha membongkar.
b. Bermain konstruksi (Construction Play)
Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan.
c. Bermain drama (Dramatic Play)
Misalnya adalah bermain sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan teman-
temannya.
d. Bermain fisik
Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain.
2. Bermain pasif
11
Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan mendengar.
Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk
mengatasi kebosanan dan keletihannya.
Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam bermain,
yaitu apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini :
a. Kesehatan anak menurun.
b. Tidak ada variasi dari alat permainan.
c. Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
d. Tidak mempunyai teman bermain.
12
pada dasarnya permainan adalah alat stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak.
b. Status kesehatan anak, untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan energi
bukan berarti anak tidak perlu bermain pada saat anak sedang sakit.
c. Jenis kelamin anak, semua alat permainan dapat digunakan oleh anak laki-laki
atau anak perempuan untuk mengembangkan daya pikir, imajinasi, kreativitas
dan kemampuan sosial anak. Akan tetapi, permainan adalah salah satu alat
untuk membantu anak mengenal identitas diri.
d. Lingkungan yang mendukung, dapat menstimulasi imajinasi anak dan
kreativitas anak dalam bermain.
e. Alat dan jenis permainan yang cocok, harus sesuai dengan tahap tumbuh
kembang anak.
14
15
DAFTAR PUSTAKA
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4. Jakarta : EGC.
16
Lembar Observasi Pelaksanaan Terapi Bermain
NO Aspek yang Dinilai Ya Tidak
I Struktur Terapi Bermain
1. Persiapan media terapi bermain
Kotak Puzzle
Tikar
2 Kelengkapan jumlah mahasiswa:
Leader (1)
Co-leader (1)
Fasilitator (3)
Observer (1)
II Proses Terapi Bermain
1. Pembukaan, Leader :
Membuka acara terapi bermain dengan mengucapkan salam
Memperkenalkan diri dan meminta peserta menyebutkan
nama
Menjelaskan kontrak waktu
Menjelaskan permainan apa yang akan dilakukan dan tujuan
terapi bermain
Memberikan contoh kepada peserta cara bermain puzzle
Memimpin jalannya permainan dari awal sampai akhir
2. Pelaksanaan
Co-leader :
Membantu Leader menjelaskan cara bermain kepada peserta
Membantu Leader memberikan contoh kepada peserta cara
bermain puzzle
Memberikan kesempatan pada peserta untuk ikut memulai
permainan
Mengatur waktu permainan
Fasilitator :
Mengarahkan peserta untuk bermain
Memotivasi peserta dalam menyelesaikan permainan
Membantu leader dalam mengkondisikan peserta agar fokus
pada jalannya permainan
Pelaksanaan terapi berlangsung tepat waktu
17
3. Evaluasi : observer
Memberikan Check list pada lembar evaluasi kemajuan
peserta
Memberikan penilaian kemampuan anak berdasarkan kriteria
di lembar evaluasi kemajuan.
4. Terminasi :
Memberikan reward kepada peserta terbaik oleh leader, dan
fasilitator
Memberikan trik penyelesaian tugas dalam permainan puzzle
Leader mengucapkan terima kasih
III Hasil Terapi Bermain
1. Peserta Terapi Bermain :
Peserta terapi bermain antusias mengikuti kegiatan terapi
bermain
Peserta mengikuti terapi bermain sampai dengan selesai.
Anak mampu menyelesaikan setidaknya menyusun semua
kepingan pada tahap sulit, dan mampu menyusun setidak
separo kepingan ringan dan sedang dalam waktu yang telah
ditentukan
18
Lembar Evaluasi Kemajuan
Kategori kemampuan anak Penilaian An... An... An... An... An... An... An... An...
Kognitif
Anak mampu mengerti dan menjelaskan pesan yang
terkandung dalam permainan
Anak mampu menyelesaikan tugas dalam permainan Total
dalam berbagai tahapan: Kriteria
Tahap ringan
Tahap sedang
Tahap sulit
Sosial
Anak mau memperkenalkan diri di depan teman
sepermainan
Total
Anak mampu berkomunikasi baik dengan teman Kriteria
sepermainan
Anak dapat berkomunikasi baik dengan perawat
Afektif
Anak dapat mematuhi peraturan permainan
Total
Kriteria
Jumlah akhir
Keterangan skor: Kriteria tiap kategori:
0 : Tidak dapat melakukan Baik : jumlah
skor 17-24
1 : Dapat melakukan dengan bantuan Cukup : jumlah
skor 9-16
2 : Dapat melakukan dengan motivasi Kurang : jumlah
skor 0-8
3 : Melakukan dengan : mandiri