Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL

TERAPI BERMAIN MENYUSUN PUZZLE


PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH 3-6 TAHUN
DI RUANG ANGGREK RSUD NGUDI WALUYO WLINGI

Disusun oleh :

ADINDA DWI KARNITA


FARIKHA NUR MULYA SAPUTRI
LAILUL KHOTIMAH
OKKY CINTYA PERMATA DEWI
RINA WAHYU ANGGRAENI

Program Studi Pendidikan Ners


Program Studi STIKes Patria Husada Blitar
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan proposal ini yang
Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Terapi Bermain Menyusun Puzzle pada
Anak Usia Prasekol.ah 3-6 Tahun di Rumah Sakit “ Makalah ini berisikan tentang preplaining
terapi bermain yang akan diberikan oleh kelompok kepada anak di rumah sakit.
Diharapkan proposal ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang
bagaimana cara melakukan terapi bermain, salah satunya terapi bermain purzzle Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.

Blitar, 19 Desember 2019

                                                                                                              Penulis  

2
PROPOSAL
TERAPI BERMAIN PADA ANAK PRASEKOLAH
DI RUANG ANGGREK
RSUD NGUDI WALUYO WLINGI

1. LATAR BELAKANG
Masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering menimbulkan pengalaman
traumatik, khususnya pada pasien anak yaitu ketakutan dan ketegangan atau stress
hospitalisasi. Stress ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya perpisahan dengan orang
tua, kehilangan control, dan akibat dari tindakan invasif yang menimbulkan rasa nyeri.
Akibatnya akan menimbulkan berbagai aksi seperti menolak makan, menangis, teriak,
memukul, menyepak, tidak kooperatif atau menolak tindakan keperawatan yang diberikan.
Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat
paling penting untuk menatalaksanakan stres karena hospitalisasi menimbulkan krisis dalam
kehidupan anak, dan karena situasi tersebut sering disertai stress berlebihan, maka anak-anak
perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat
koping dalam menghadapi stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan
kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga
terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009)
Bermain pada anak dapat meningkatkan kecerdasan dalam berfikir dan mengembangkan
imajinasi serta melatih daya motorik halus dan kasar pada anak. Pada anak pra sekolah
umumnya perkembangan motorik kasar dan motorik halusnya sudah baik (Soetjiningsih,
1995). Pada tahap ini mereka berminat untuk mendapatkan pengetahuan dan mulai
mengalami peningkatan kompetensi. Dengan mengerti tentang dunia anak terutama usia anak
pra sekolah, maka dengan ini kami bermaksud untuk melaksanakan program terapi bermain
karena dengan bermain membuat anak menjadi lebih rileks.
Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya, kognitifnya dan juga
emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya, perasaannya dan pikirannya.
Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana dengan kesenangan ini mereka
mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan
cukup untuk bermain juga akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengenal
sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan
cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan
bermain
Terapi bermain yang akan dilaksanakan yaitu bermain menyusun puzzle. Alasan memilih
3
terapi bermain menyusun puzzle adalah untuk mengembangkan motorik halus, keterampilan
kognitif dan kemampuan berbahasa. Puzzle merupakan salah satu bentuk permainan yang
membutuhkan ketelitian, melatih untuk memusatkan pikiran, karena kita harus berkonstrasi
ketika meyusun kepingan-kepingan puzzle tersebut hingga menjadi sebuah gambar yang utuh
dan lengkap. Sehingga puzzle merupakan jenis permainan yang memiliki nilai-nilai edukatif.

2. TUJUAN
2.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti terapi bermain menyusun puzzle diharapkan dapat mengurangi dampak
stress hospitalisasi pada anak
2.2 Tujuan Instruksional Khusus
Dengan mengikuti terapi bermain menyusun puzzle, diharapkan dapat:
1) Melatih kemampuan kognitif anak.
2) Melatih kemampuan motorik halus anak.
3) Melatih kemampuan sosial personal anak.
4) Melatih kemampuan berbahasa anak.

3. SASARAN
1) Anak usia prasekolah (3-6 tahun)
2) Anak yang dirawat di ruang Anggrek
3) Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang dapat menghalangi
proses terapi bermain.
4) Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai.
5) Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain menyusun puzzle.

4. JADWAL PELAKSANAAN
1) Hari / Tanggal : Jumat, 20 Desember 2019
2) Waktu : 11.00 WIB
3) Tempat : Ruang Inap Anak Anggrek RSUD Ngudi Waluyo Wlingi

5. MEDIA
1) Puzzle
2) Karpet

4
6. METODE
1) Anak diberi penjelasan tentang prosedur pelaksanaan terapi bermain yang meliputi
waktu kegiatan, cara membuat, serta hal-hal lain yang terkait dengan program terapi
bermain.
2) Diawal permainan, anak diperkenalkan dengan puzzle, lalu diberikan penjelasan
mengenai cara bermain puzzle.
3) Setelah itu dengan panduan leader, anak diminta untuk mengamati terlebih dahulu
gambar yang ada di dalam puzzle, memencar kepingan puzzle, menyusun kembali
kepingan puzzle sesuai gambar semula dengan benar.
4) Fasilitator mendampingi dan mengarahkan anak selama bermain puzzle berlangsung.
5) Ibu dapat berperan sebagai fasilitator, tetapi tidak boleh ikut terlibat dalam kegiatan
membentuk mainan.
6) Setelah waktu yang ditentukan untuk terapi bermain habis, anak dipersilahkan untuk
berhenti, dan diberikan pujian atas keterlibatan anak selama terapi bermain
berlangsung.
7) Observer melakukan pengamatan dan memberikan evaluasi terhadap perilaku anak
dan proses jalannya terapi bermain.
8) Setelah anak selesai menyusun puzzle, anak diharapkan untuk bercerita tentang
gambar yang ada di dalam puzzle sesuai dengan imajinasi anak.
9) Pada akhir kegiatan diberikan pengumuman hasil bangun terbaik dan memberikan
bangun tersebut sebagai reward.
10) Kemudian fasilitator mengembalikan hasil karya mereka dan memberikan pujian
kepada semua peserta sebagai reward.

7. KEGIATAN PERMAINAN
No. Waktu Kegiatan Respon Anak
1. H-1 Persiapan :
kegiatan 1. Menyiapkan ruangan Ruangan, alat, anak dan
H-1 2. Mengundang anak dan keluarga siap
kegiatan keluarga
10 menit 3. Menyiapkan alat-alat
4. Menyiapkan anak dan
membagi kelompok
2 Pembukaan :
1. Mengucapkan salam dan

5
memperkenalkan diri 1) Mendengarkan kontrak
2. Menyampaikan tujuan dan2) Mendengarkan tujuan
maksud dari kegiatan dari penyuluhan
3. Menjelaskan kontrak waktu
3) Mendengarkan kontrak.
dan mekanisme kegiatan
4) Mendengarkan
bermain. instruksi
4. Menjelaskan cara bermain
menyusun puzzle.
3. 30 Menit Pelaksanaan :
1. Mengajak anak bermain Bermain bersama
menyusun puzzle. dengan antusias.
2. Fasilitator mendampingi
anak dan memberikan
motivasi kepada anak.
3. Menanyakan kepada anak
apakah sudah selesai dalam
menyusun puzzle.
4. Memberitahu anak bahwa
waktu yang diberikan telah
selesai.
5. Memberikan pujian
terhadap anak yang mampu
menyusun sampai selesai.
4. 10 Menit Evaluasi :
1. Melakukan review Anak mendengarkan
pengalaman bermain dan merespon dengan
menyusun puzzle menjawab kesan dan
2. Mengidentifiasi kejadian pengalamannya selama
yang berkesan selama bermain ular tangga
bermain
3. Menganalisis kesan yang
didapat oleh anak
4. Menyimpulkan kegiatan
acara

8. PENGORGANISASIAN
6
Leader : Lailul Khotimah
Co Leader : Okky Cintya P.D
Observer & Notulen : Adinda Dwi K
Fasilitator : Rina Wahyu A
Farikha Nur M.S

9. JOB DESCRIPTION
1) Leader
Bertanggung jawab terhadap terlaksananya terapi bermain, yaitu membuka dan
menutup kegiatan ini.
2) Co Leader
Menjelaskan pelaksanaan dan mendemonstrasikan aturan dan cara bermain dalam
terapi bermain.
3) Fasilitator
- Memfasilitasi anak untuk bermain.
- Membimbing anak bermain.
- Memperhatikan respon anak saat bermain.
- Mengajak anak untuk bersosialisasi dengan temannya.
4) Observer
- Mengawasi jalannya permainan.
- Mencatat proses permainan disesuaikan dengan rencana.
- Mencatat situasi penghambat dan pendukung proses bermain.
- Menyusun laporan dan menilai hasil permainan dibantu dengan Leader dan fasilitator.

10. SETTING TEMPAT


Terapi bermain ini dilakukan di Ruang Bermain anak Ruang Anggrek dengan setting
tempat sebagai berikut :

11. KRITERIA EVALUASI


1. Evaluasi struktur
1) Kesiapan media dan tempat
7
2) Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Anggrek RSUD Ngudi Waluyo
Wlingi
3) Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum terapi
bermain dilaksanakan.
2. Evaluasi proses
1) Leader dapat memimpin jalannya permainan, dilakukan dengan tertib dan
teratur
2) Co. Leader dapat membantu tugas Leader dengan baik
3) Fasilitator dapat memfasilitasi dan memotivasi anak dalam permainan
4) 100 % anak dapat mengikuti permainan secara aktif dari awal sampai akhir
3. Evaluasi Hasil
1) Peserta memahami permainan yang telah dimainkan.
2) Anak telah belajar memecahkan masalah melalui eksplorasi alat mainannya
3) Anak dapat mengembangkan hubungan social, komunikasi dan belajar untuk
sabar dan saling menghargai.
4) Anak merasa terlepas dari ketegangan dan stress selama hospitalisasi, anak
dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya(distraksi dan relaksasi)
5) Anak dapat berintraksi dengan anak lain dan perawat.
6) Jumlah peserta 10-15 orang.

LAMPIRAN MATERI KONSEP BERMAIN

2.1 Pengertian Bermain


8
Bermain adalah dunia anak-anak sebagai bahasa yang paling universal, meskipun
tidak pernah dimasukkan sebagai salah satu dari ribuan bahasa yang ada di dunia. Melalui
bermain, anak-anak dapat mengekspresikan apapun yang mereka inginkan. Menurut Groos
(Schaefer et al, 1991) bermain dipandang sebagai ekspresi insting untuk berlatih peran di
masa mendatang yang penting untuk bertahan hidup (Nuryanti, 2007).
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan
bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan
berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat
dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2000).
2.2 Fungsi Bermain
1. Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik
Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan melakukan rangsangan
pada sensorik dan motorik melalui rangsangan ini aktifitas anak dapat mengeksplorasikan
alam sekitarnya sebagai contoh bayi dapat dilakukan rangsangan taktil,audio dan visual
melalui rangsangan ini perkembangan sensorik dan motorik akan meningkat. Hal tersebut
dapat dicontohkan sejak lahir anak yang telah dikenalkan atau dirangsang visualnya maka
anak di kemudian hari kemampuan visualnya akan lebih menonjol seperti lebih cepat
mengenal sesuatu yang baru dilihatnya. Demikian juga pendengaran, apabila sejak bayi
dikenalkan atau dirangsang melalui suara-suara maka daya pendengaran di kemudian hari
anak lebih cepat berkembang.
2. Membantu Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini dapat terlihat
pada saat anak bermain, maka anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan bahasa
anak, mampu memahami obyek permainan seperti dunia tempat tinggal, mampu membedakan
khayalan dan kenyataan, mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan berbagai
manfaat benda yang digunakan dalam permainan,sehingga fungsi bermain pada model
demikian akan meningkatkan perkembangan kognitif selanjutnya.
3. Meningkatkan Sosialisasi Anak
Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh dimana pada usia
bayi anak akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan ada
teman yang dunianya sama, pada usia toddler anak sudah mencoba bermain dengan
sesamanya dan ini sudah mulai proses sosialisasi satu dengan yang lain, kemudian bermain
peran seperti bermain-main berpura-pura menjadi seorang guru, jadi seorang anak, menjadi
seorang bapak, menjadi seorang ibu dan lain-lain, kemudian pada usia prasekolah sudah mulai

9
menyadari akan keberadaan teman sebaya sehingga harapan anak mampu melakukan
sosialisasi dengan teman dan orang.
4. Meningkatkan Kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak mulai
belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek yang
akan digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif melalui model permainan
ini, seperti bermain bongkar pasang mobil-mobilan.
5. Meningkatkan Kesadaran Diri
Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk ekplorasi tubuh
dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan bagian dari individu yang
saling berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku, membandingkan dengan perilaku
orang lain.
6. Mempunyai Nilai Terapeutik
Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya stres
dan ketegangan dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur diri anak terhadap
dunianya.
7. Mempunyai Nilai Moral Pada Anak
Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak, hal ini dapat
dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah, di sekolah dan
ketika berinteraksi dengan temannya, dan juga ada beberapa permainan yang memiliki aturan-
aturan yang harus dilakukan tidak boleh dilanggar.
2.3 Tujuan Bermain
Melalui fungsi yang terurai diatas, pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan sebagai
berikut :
1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit anak
mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Walaupun
demikian, selama anak dirawat di rumah sakit, kegiatan stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan masih harus tetap dilanjutkan untuk menjaga kesinambungannya.
2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuannya memecahkan masalah.
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat dirumah
sakit.

2.4 Manfaat Bermain

10
Bermain merupakan aktivitas penting pada masa anak-anak. Berikut ini adalah
bererapa manfaat bermain pada anak-anak :
1) Perkembangan aspek fisik. Anggota tubuh mendapat kesempatan untuk digerakkan,
anak dapat menyalurkan tenaga (energi) yang berlebihan, sehingga ia tidak merasa
gelisah.
2) Perkembangan aspek motorik kasar dan halus.
3) Perkembangan aspek sosial. Ia akan belajar tentang sistem nilai, kebiasaan-kebiasaan
dan standar moral yang dianut oleh masyarakat.
4) Perkembangan aspek emosi atau kepribadian. Anak mendapat kesempatan untuk
melepaskan ketegangan yang dialami, perasaan tertekan dan menyalurkan dorongan-
dorongan yang muncul dalam dirinya.
5) Perkembangan aspek kognisi. Anak belajar konsep dasar, mengembangkan daya cipta,
memahami kata-kata yang diucapkan oleh teman-temannya.
6) Mengasah ketajaman penginderaan, menjadikan anak kreatif, kritis dan bukan
anak yang acuh tak acuh terhadap kejadian disekelilingnya.
7) Sebagai media terapi, selama bermain perilaku anak-anak akan tampil bebas dan
bermain adalah sesuatu yang secara alamiah sudah dimiliki oleh seorang anak.
8) Sebagai media intervensi, untuk melatih kemampuan-kemampuan tertentu dan sering
digunakan untuk melatih konsentrasi pada tugas tertentu, melatih konsep dasar.
2.5 Macam - Macam Bermain
1. Bermain aktif
Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa yang
diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi :
a. Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut,
memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi, mencium, meraba, menekan dan
kadang-kadang berusaha membongkar.
b. Bermain konstruksi (Construction Play)
Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan.
c. Bermain drama (Dramatic Play)
Misalnya adalah bermain sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan teman-
temannya.
d. Bermain fisik
Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain.
2. Bermain pasif
11
Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan mendengar.
Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk
mengatasi kebosanan dan keletihannya.
Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam bermain,
yaitu apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini :
a. Kesehatan anak menurun.
b. Tidak ada variasi dari alat permainan.
c. Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
d. Tidak mempunyai teman bermain.

2.6 Prinsip dalam Aktivitas Bermain


Menurut Soetjiningsih (1995), agar anak-anak dapat bermain dengan maksimal, maka
diperlukan hal-hal seperti:
a. Ekstra energi, untuk bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakit
kecil kemungkinan untuk melakukan permainan.
b. Waktu, anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga
stimulus yang diberikan dapat optimal.
c. Alat permainan, untuk bermain alat permainan harus disesuaikan dengan usia
dan tahap perkembangan anak serta memiliki unsur edukatif bagi anak.
d. Ruang untuk bermain, bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu,
halaman, bahkan di tempat tidur.
e. Pengetahuan cara bermain, dengan mengetahui cara bermain maka anak akan
lebih terarah dan pengetahuan anak akan lebih berkembang dalam
menggunakan alat permainan tersebut.
f. Teman bermain, teman bermain diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi
anak dan membantu anak dalam menghadapi perbedaan. Bila permainan
dilakukan bersama dengan orangtua, maka hubungan orangtua dan anak
menjadi lebih akrab.

2.7 Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain


Menurut Supartini (2004), ada beberapa faktor yang mempengaruhi anak dalam
bermain yaitu:
a. Tahap perkembangan anak, aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak yaitu
harus sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak, karena

12
pada dasarnya permainan adalah alat stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak.
b. Status kesehatan anak, untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan energi
bukan berarti anak tidak perlu bermain pada saat anak sedang sakit.
c. Jenis kelamin anak, semua alat permainan dapat digunakan oleh anak laki-laki
atau anak perempuan untuk mengembangkan daya pikir, imajinasi, kreativitas
dan kemampuan sosial anak. Akan tetapi, permainan adalah salah satu alat
untuk membantu anak mengenal identitas diri.
d. Lingkungan yang mendukung, dapat menstimulasi imajinasi anak dan
kreativitas anak dalam bermain.
e. Alat dan jenis permainan yang cocok, harus sesuai dengan tahap tumbuh
kembang anak.

2.8 Konsep Puzzle


Puzzel berasal dari bahasa Inggris yang berarti teka-teki atau bongkar pasang, media
puzzle merupakan media sederhana yang dimainkan dengan bongkar pasang. Berdasarkan
pengertian tentang media puzzle, maka dapat disimpulkan bahwa media puzzle merupakan
alat permainan edukatif yang dapat merangsang kemampuan matematika anak, yang
dimainkan dengan cara membongkar pasang kepingan puzzle berdasarkan pasangannya.
Ada beberapa jenis puzzle, antara lain:
a. Puzzle konstruksi
Puzzle rakitan (construction puzzle) merupakan kumpulan potongan-potongan yang
terpisah, yang dapat digabungkan kembali menjadi beberapa model. Mainan rakitan yang
paling umum adalah blok-blok kayu sederhana berwarna-warni. Mainan rakitan ini sesuai
untuk anak yang suka bekerja dengan tangan, suka memecahkan puzzle, dan suka
berimajinasi.
b. Puzzle batang (stick)
Puzzle batang merupakan permainan teka-teki matematika sederhana namun
memerlukan pemikiran kritis dan penalaran yang baik untuk menyelesaikannya. Puzzle
batang ada yang dimainkan dengan cara membuat bentuk sesuai yang kita inginkan ataupun
menyusun gambar yang terdapat pada batang puzzle.
c. Puzzle lantai
Puzzle lantai terbuat dari bahan sponge (karet/busa) sehingga baik untuk alas bermain
anak dibandingkan harus bermain di atas keramik. Puzzle lantai memiliki desain yang sangat
menarik dan tersedia banyak pilihan warna yang cemerlang. Juga dapat merangsang
13
kreativitas dan melatih kemampuan berpikir anak. Puzzle lantai sangat mudah dibersihkan
dan tahan lama.
d. Puzzle angka
Mainan ini bermanfaat untuk mengenalkan angka. Selain itu anak dapat melatih
kemampuan berpikir logisnya dengan menyusun angka sesuai urutannya. Selain itu, puzzle
angka bermanfaat untuk melatih koordinasi mata dengan tangan, melatih motorik halus serta
menstimulasi kerja otak.
e. Puzzle transportasi
Transportasi merupakan permainan bongkar pasang yang memiliki gambar berbagai
macam kendaraan darat, laut dan udara. Fungsinya selain untuk melatih motorik anak, juga
untuk stimulasi otak kanan dan otak kiri. Anak akan lebih mengetahui macam-macam
kendaraan.
f. Puzzle logika
Puzzle logika merupakan puzzle gambar yang dapat mengembangkan keterampilan
serta anak akan berlatih untuk memecahkan masalah. Puzzle ini dimainkan dengan cara
menyusun kepingan puzzle hingga membentuk suatu gambar yang utuh.
g. Puzzle geometri
Puzzle geometri merupakan puzzle yang dapat mengembangkan keterampilan
mengenali bentuk geometri (segitiga, lingkaran, persegi dan lain-lain), selain itu anak akan
dilatih untuk mencocokkan kepingan puzzle geometri sesuai dengan papan puzzlenya.
h. Puzzle Penjumlahan dan Pengurangan
Puzzle penjumlahan dan pengurangan merupakan puzzle yang dapat mengembangkan
kemampuan logika matematika anak. Dengan puzzle penjumlahan dan pengurangan anak
memasangkan kepingan puzzle sesuai dengan gambar pasangannya.
Fungsi Puzzle
Permainan puzzle berfungsi untuk:
a. Melatih konsentrasi, ketelitian dan kesabaran
b. Melatih koordinasi mata dan tangan. Anak belajar mencocokkan keping-keping puzzle dan
menyusunnya menjadi satu gambar.
c. Memperkuat daya ingat
d. Mengenalkan anak pada konsep hubungan
e. Dengan memilih gambar/bentuk, dapat melatih anak untuk berfikir matematis
(menggunakan otak kiri).

14
15
DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih, 1995, Tumbuh Kembang Anak, Jakarta : EGC

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4. Jakarta : EGC.

16
Lembar Observasi Pelaksanaan Terapi Bermain
NO Aspek yang Dinilai Ya Tidak
I Struktur Terapi Bermain
1. Persiapan media terapi bermain
Kotak Puzzle
Tikar
2 Kelengkapan jumlah mahasiswa:
Leader (1)
Co-leader (1)
Fasilitator (3)
Observer (1)
II Proses Terapi Bermain
1. Pembukaan, Leader :
Membuka acara terapi bermain dengan mengucapkan salam
Memperkenalkan diri dan meminta peserta menyebutkan
nama
Menjelaskan kontrak waktu
Menjelaskan permainan apa yang akan dilakukan dan tujuan
terapi bermain
Memberikan contoh kepada peserta cara bermain puzzle
Memimpin jalannya permainan dari awal sampai akhir
2. Pelaksanaan
Co-leader :
Membantu Leader menjelaskan cara bermain kepada peserta
Membantu Leader memberikan contoh kepada peserta cara
bermain puzzle
Memberikan kesempatan pada peserta untuk ikut memulai
permainan
Mengatur waktu permainan
Fasilitator :
Mengarahkan peserta untuk bermain
Memotivasi peserta dalam menyelesaikan permainan
Membantu leader dalam mengkondisikan peserta agar fokus
pada jalannya permainan
Pelaksanaan terapi berlangsung tepat waktu

17
3. Evaluasi : observer
Memberikan Check list pada lembar evaluasi kemajuan
peserta
Memberikan penilaian kemampuan anak berdasarkan kriteria
di lembar evaluasi kemajuan.
4. Terminasi :
Memberikan reward kepada peserta terbaik oleh leader, dan
fasilitator
Memberikan trik penyelesaian tugas dalam permainan puzzle
Leader mengucapkan terima kasih
III Hasil Terapi Bermain
1. Peserta Terapi Bermain :
Peserta terapi bermain antusias mengikuti kegiatan terapi
bermain
Peserta mengikuti terapi bermain sampai dengan selesai.
Anak mampu menyelesaikan setidaknya menyusun semua
kepingan pada tahap sulit, dan mampu menyusun setidak
separo kepingan ringan dan sedang dalam waktu yang telah
ditentukan

18
Lembar Evaluasi Kemajuan
Kategori kemampuan anak Penilaian An... An... An... An... An... An... An... An...
Kognitif
Anak mampu mengerti dan menjelaskan pesan yang
terkandung dalam permainan
Anak mampu menyelesaikan tugas dalam permainan Total
dalam berbagai tahapan: Kriteria

Tahap ringan
Tahap sedang
Tahap sulit
Sosial
Anak mau memperkenalkan diri di depan teman
sepermainan
Total
Anak mampu berkomunikasi baik dengan teman Kriteria
sepermainan
Anak dapat berkomunikasi baik dengan perawat

Afektif
Anak dapat mematuhi peraturan permainan

Total
Kriteria
Jumlah akhir
Keterangan skor: Kriteria tiap kategori:
0 : Tidak dapat melakukan Baik : jumlah
skor 17-24
1 : Dapat melakukan dengan bantuan Cukup : jumlah
skor 9-16
2 : Dapat melakukan dengan motivasi Kurang : jumlah
skor 0-8
3 : Melakukan dengan : mandiri

Anda mungkin juga menyukai