Teknologi Modalitas
Pembimbing:
Disusun Oleh:
Kelompok I (A 2017 1)
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Terapi Bermain Meniup
Balon pada Pasien Anak Prasekolah dengan Asma”. Tidak lupa kami juga mengucapkan
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Modalitas
pada Semester ganjil (V) Fakultas Keperawatan, jurusan Ilmu Keperawatan tahun ajaran
2019/2020.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Asma ...................................................................................................... 6
2.2 Patofisiologi ......................................................................................................... 6
2.2 Konsep Bermain................................................................................................... 7
2.3.1 Pengertian Bermain ..................................................................................... 7
2.3.2 Fungsi Bermain di Rumah Sakit ................................................................. 7
2.3.3 Prinsip Bermain di Rumah Sakit................................................................. 8
2.3.4 Bermain Meniup ......................................................................................... 8
2.3.5 Standart Operasional Prosedur (SOP) Relaksasi Pernapasan Dengan
Meniup Balon (Balloon Blowing)……………………………………….9
PENDAHULUAN
Asma adalah penyakit gangguan pernapasan yang dapat menyerang anak-anak hingga
orang dewasa, tetapi penyakit ini lebih banyak terjadi pada anak-anak. Menurut para ahli,
prevalensi asma akan terus meningkat. Sekitar 100 - 150 juta penduduk dunia terserang asma
dengan penambahan 180.000 setiap tahunnya. Di Indonesia, prevalensi asma menurut data
Survei Kesehatan Rumah Tangga 2004 sebesar 4%. Sedangkan berdasarkan Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi asma untuk seluruh kelompok usia sebesar 3,5%
dengan prevalensi penderita asma pada anak usia 1 - 4 tahun sebesar 2,4% dan usia 5 - 14 tahun
sebesar 2,0%..
Untuk dapat mengetahui prevalensi asma di seluruh dunia, maka disusunlah kuesioner
International Study on Asthma and Allergy in Childhood (ISAAC) dengan salah satu tujuannya
adalah untuk membandingkan prevalensi asma di suatu negara. Survei dengan menggunakan
kuesioner ISAAC telah dilakukan di 155 pusat Asma yang berada di 56 negara salah satunya
adalah Indonesia.4-7 Kuesioner ISAAC ditujukan pada kelompok usia 6 - 7 tahun dan usia 13 -
14 tahun. Hasil dari survei tersebut bervariasi di beberapa negara dengan prevalensi asma antara
2,1 - 32,2%. Hasil survei dengan menggunakan kuesioner ISAAC pada siswa usia 13 - 14 tahun
di Indonesia menunjukkan bahwa di Jakarta Timur prevalensi asma pada tahun 2001 sebesar
8,9% dan meningkat menjadi 13,4% pada tahun 2008.4,5 Survei yang sama dilakukan pada
kelompok usia 13 - 14 tahun di Jakarta Barat, hasilnya adalah prevalensi asma sebesar 13,1%.
Asma didefinisikan sebagai suatu kondisi ketika terjadi gangguan pada sistem pernapasan
yang menyebabkan penderita mengalami mengi (wheezing), sesak napas, batuk, dan sesak di
dada terutama ketika malam hari atau dini hari. Menurut Canadian Lung Association,10 asma
dapat muncul karena reaksi terhadap faktor pencetus yang mengakibatkan penyempitan dan
penyebab yang mengakibatkan inflamasi saluran pernafasan atau reaksi hipersensitivitas. Kedua
faktor tersebut akan menyebabkan kambuhnya asma dan akibatnya penderita akan kekurangan
udara hingga kesulitan bernapas. Secara medis, penyakit asma sulit disembuhkan, hanya saja
penyakit ini dapat dikontrol sehingga tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Pengendalian asma
dilakukan dengan menghindari faktor pencetus, yaitu segala hal yang menyebabkan timbulnya
gejala asma. Apabila anak menderita serangan asma terus-menerus, maka mereka akan
mengalami gangguan proses tumbuh kembang serta penurunan kualitas hidup.
Faktor pencetus asma banyak dijumpai di lingkungan baik di dalam maupun di luar
rumah, tetapi anak dengan riwayat asma pada keluarga memiliki risiko lebih besar terkena asma.
Tiap penderita asma akan memiliki faktor pencetus yang berbeda dengan penderita asma lainnya
sehingga orangtua perlu mengidentifikasi faktor yang dapat mencetus kejadian asma pada anak.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa setiap unsur di udara yang kita hirup dapat mencetus
kambuhnya asma pada penderita. Faktor pencetus asma dibagi dalam dua kelompok, yaitu
genetik, di antaranya atopi/alergi bronkus, eksim; faktor pencetus di lingkungan, seperti asap
kendaraan bermotor, asap rokok, asap dapur, pembakaran sampah, kelembaban dalam rumah,
serta alergen seperti debu rumah, tungau, dan bulu binatang.
Penelitian tentang asma dengan menggunakan data Riskesdas tahun 2007 pernah
dilakukan oleh Sihombing M, dkk.11 Penelitian tersebut menganalisis data Riskesdas pada
responden berusia ≥ 10 tahun. Variabel yang diteliti yaitu (1) karakteristik responden, yang
terdiri dari tempat tinggal pedesaan dengan odds ratio (OR) = 1,18, usia ≥ 60 tahun (OR = 3,66),
tidak bersekolah (OR = 1,86), tidak bekerja (OR = 1,20) dan indeks massa tubuh (IMT) kurus
(OR = 1,45); perilaku responden, meliputi kebiasaan merokok pada mantan perokok (OR =
2,12), aktivitas fisik kurang (OR = 1,13), konsumsi makanan yang diawetkan dan bumbu
penyedap dengan frekuensi sering (OR = 1,12) serta status ekonomi responden rendah (OR =
1,09).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada data Riskesdas 2007 pada responden ≥
10 tahun, maka studi ini bermaksud untuk menganalisis data Riskesdas tahun 2013 pada anak
usia 6 - 14 tahun. Studi ini akan menggali lebih dalam variabel yang tidak dianalisis pada
penelitian sebelumnya, yaitu peran faktor genetik dan lingkungan rumah dengan kejadian asma.
Selain itu, akan dianalisis faktor yang menjadi pencetus utama penyebab asma pada anak di
Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dalam ilmu keperawatan tentang terapi
bermain yang cocok untuk anak yang menderita asma.
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Patofisiologi
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan oleh reaksi
hiperresponsif sel imun tubuh seperti mast sel, eosinophils, dan T-lymphocytes terhadap
stimulus tertentu dan menimbulkan gejala dyspnea, whizzing, dan batuk akibat obstruksi
jalan napas yang bersifat reversibel dan terjadi secara episodik berulang (Brunner and
suddarth, 2011).
Bermain merupakan aspek yang penting dalam kehidupan anak dan salah satu cara
yang efektif untuk mengurangi stress. Saat sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan suatu
krisis pada kehidupan anak dan sering menyebabkan stres yang terbesar, dengan bermain
ketakutan dan kecemasan dapat diminimalkan (Hockenberry &Wilson, 2009). Menurut
Hockenberry dan Wilson (2009), bermain secara umum berfungsi untuk menstimulus
perkembangan pada diri anak, diantaranya adalah perkembangan sensori dan motorik,
intelektual, meningkatkan kemampuan soialisasi, meningkatkan kreatifitas, membentuk
kesadaran diri, sebagai terapi, dan untuk perkembangan moral. Bermain meniup dapat
dianalogikan dengan latihan napas dalam (pursed lip breathing), merupakan suatu permainan
atau aktivitas yang memerlukan inhalasi lambat dan dalam untuk mendapatkan efek terbaik.
Dengan teknik tersebut maka ekspansi alveolus pada semua lobus dapat meningkat, dan
tekanan didalamnya pun menjadi meningkat.
3.2 Saran
Kami menyadari bahwa dalam menyusun dan pembuatan makalah ini jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kami membutuhkan kritik san saran yang membangun dari berbagai
pihak demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Kim, Jin S. (2012). Effects Of Balloon-Blowing Exercise On Lung Function Of Young Adult
Smokers. J. Phys. Ther. Sci. 24: 531-534
Boyle, Kyndall. (2010). The Value Of Blowing Up A Balloon. N Am Jsports Phys Ther 2010
Sep ; 5 (30 : 179-188
Natalia, Dewi. (2007). Efektifitas Pursed Lips Breathing Dan Tiup Balon Dalam
Peningkatan Arus Puncak Respirasi Pasien Asma Bronkilae Di RSUD Banyumas. Jurnal
ilmiah kesehatan keperawatan, volume 3, no. 1. Dikases tanggal 5 Desember 2019