Anda di halaman 1dari 14

TERAPI BERMAIN MENIUP BALON

PADA PASIEN ANAK PRASEKOLAH DENGAN ASMA

Diajukan untuk memenuhi tugas mata ajar:

Teknologi Modalitas

Pembimbing:

Ns. Ganis Indriati, M.Kep., Sp.Kep.An

Disusun Oleh:

Kelompok I (A 2017 1)

Apriyani Darwin 1711110277


Hesti 1711111308
Lina Triwahyuni 1711110173

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Terapi Bermain Meniup
Balon pada Pasien Anak Prasekolah dengan Asma”. Tidak lupa kami juga mengucapkan
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Modalitas
pada Semester ganjil (V) Fakultas Keperawatan, jurusan Ilmu Keperawatan tahun ajaran
2019/2020.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 10 Desember 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i


DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................ 5
1.4 Manfaat Penulisan .............................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Asma ...................................................................................................... 6
2.2 Patofisiologi ......................................................................................................... 6
2.2 Konsep Bermain................................................................................................... 7
2.3.1 Pengertian Bermain ..................................................................................... 7
2.3.2 Fungsi Bermain di Rumah Sakit ................................................................. 7
2.3.3 Prinsip Bermain di Rumah Sakit................................................................. 8
2.3.4 Bermain Meniup ......................................................................................... 8
2.3.5 Standart Operasional Prosedur (SOP) Relaksasi Pernapasan Dengan
Meniup Balon (Balloon Blowing)……………………………………….9

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 12
3.2 Saran .................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 13


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asma adalah penyakit gangguan pernapasan yang dapat menyerang anak-anak hingga
orang dewasa, tetapi penyakit ini lebih banyak terjadi pada anak-anak. Menurut para ahli,
prevalensi asma akan terus meningkat. Sekitar 100 - 150 juta penduduk dunia terserang asma
dengan penambahan 180.000 setiap tahunnya. Di Indonesia, prevalensi asma menurut data
Survei Kesehatan Rumah Tangga 2004 sebesar 4%. Sedangkan berdasarkan Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi asma untuk seluruh kelompok usia sebesar 3,5%
dengan prevalensi penderita asma pada anak usia 1 - 4 tahun sebesar 2,4% dan usia 5 - 14 tahun
sebesar 2,0%..

Untuk dapat mengetahui prevalensi asma di seluruh dunia, maka disusunlah kuesioner
International Study on Asthma and Allergy in Childhood (ISAAC) dengan salah satu tujuannya
adalah untuk membandingkan prevalensi asma di suatu negara. Survei dengan menggunakan
kuesioner ISAAC telah dilakukan di 155 pusat Asma yang berada di 56 negara salah satunya
adalah Indonesia.4-7 Kuesioner ISAAC ditujukan pada kelompok usia 6 - 7 tahun dan usia 13 -
14 tahun. Hasil dari survei tersebut bervariasi di beberapa negara dengan prevalensi asma antara
2,1 - 32,2%. Hasil survei dengan menggunakan kuesioner ISAAC pada siswa usia 13 - 14 tahun
di Indonesia menunjukkan bahwa di Jakarta Timur prevalensi asma pada tahun 2001 sebesar
8,9% dan meningkat menjadi 13,4% pada tahun 2008.4,5 Survei yang sama dilakukan pada
kelompok usia 13 - 14 tahun di Jakarta Barat, hasilnya adalah prevalensi asma sebesar 13,1%.

Asma didefinisikan sebagai suatu kondisi ketika terjadi gangguan pada sistem pernapasan
yang menyebabkan penderita mengalami mengi (wheezing), sesak napas, batuk, dan sesak di
dada terutama ketika malam hari atau dini hari. Menurut Canadian Lung Association,10 asma
dapat muncul karena reaksi terhadap faktor pencetus yang mengakibatkan penyempitan dan
penyebab yang mengakibatkan inflamasi saluran pernafasan atau reaksi hipersensitivitas. Kedua
faktor tersebut akan menyebabkan kambuhnya asma dan akibatnya penderita akan kekurangan
udara hingga kesulitan bernapas. Secara medis, penyakit asma sulit disembuhkan, hanya saja
penyakit ini dapat dikontrol sehingga tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Pengendalian asma
dilakukan dengan menghindari faktor pencetus, yaitu segala hal yang menyebabkan timbulnya
gejala asma. Apabila anak menderita serangan asma terus-menerus, maka mereka akan
mengalami gangguan proses tumbuh kembang serta penurunan kualitas hidup.

Faktor pencetus asma banyak dijumpai di lingkungan baik di dalam maupun di luar
rumah, tetapi anak dengan riwayat asma pada keluarga memiliki risiko lebih besar terkena asma.
Tiap penderita asma akan memiliki faktor pencetus yang berbeda dengan penderita asma lainnya
sehingga orangtua perlu mengidentifikasi faktor yang dapat mencetus kejadian asma pada anak.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa setiap unsur di udara yang kita hirup dapat mencetus
kambuhnya asma pada penderita. Faktor pencetus asma dibagi dalam dua kelompok, yaitu
genetik, di antaranya atopi/alergi bronkus, eksim; faktor pencetus di lingkungan, seperti asap
kendaraan bermotor, asap rokok, asap dapur, pembakaran sampah, kelembaban dalam rumah,
serta alergen seperti debu rumah, tungau, dan bulu binatang.

Penelitian tentang asma dengan menggunakan data Riskesdas tahun 2007 pernah
dilakukan oleh Sihombing M, dkk.11 Penelitian tersebut menganalisis data Riskesdas pada
responden berusia ≥ 10 tahun. Variabel yang diteliti yaitu (1) karakteristik responden, yang
terdiri dari tempat tinggal pedesaan dengan odds ratio (OR) = 1,18, usia ≥ 60 tahun (OR = 3,66),
tidak bersekolah (OR = 1,86), tidak bekerja (OR = 1,20) dan indeks massa tubuh (IMT) kurus
(OR = 1,45); perilaku responden, meliputi kebiasaan merokok pada mantan perokok (OR =
2,12), aktivitas fisik kurang (OR = 1,13), konsumsi makanan yang diawetkan dan bumbu
penyedap dengan frekuensi sering (OR = 1,12) serta status ekonomi responden rendah (OR =
1,09).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada data Riskesdas 2007 pada responden ≥
10 tahun, maka studi ini bermaksud untuk menganalisis data Riskesdas tahun 2013 pada anak
usia 6 - 14 tahun. Studi ini akan menggali lebih dalam variabel yang tidak dianalisis pada
penelitian sebelumnya, yaitu peran faktor genetik dan lingkungan rumah dengan kejadian asma.
Selain itu, akan dianalisis faktor yang menjadi pencetus utama penyebab asma pada anak di
Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah

a. Apakah definisi dari asma?


b. Apakah patofisiologi asma?
c. Apakah definisi terapi bermain?
d. Apakah fungsi bermain di rumah sakit?
e. Bagaimanakah prinsip bermain di rumah sakit?
f. Bagaimana cara melakukan terapi bermain meniup balon?

1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui definisi dari asma


b. Untuk mengetahui patofisiologi asma
c. Untuk mengetahui definisi terapi bermain
d. Untuk mengetahui fungsi bermain di rumah sakit
e. Untuk mengetahui prinsip bermain di rumah sakit
f. Untuk mengetahui cara melakukan terapi bermain meniup balon

1.4 Manfaat

Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dalam ilmu keperawatan tentang terapi
bermain yang cocok untuk anak yang menderita asma.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Asma


Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan oleh reaksi
hiperresponsif sel imun tubuh seperti mast sel, eosinophils, dan T-lymphocytes terhadap
stimulus tertentu dan menimbulkan gejala dyspnea, whizzing, dan batuk akibat obstruksi
jalan napas yang bersifat reversibel dan terjadi secara episodik berulang (Brunner and
suddarth, 2011). Penyakit asma merupakan proses inflamasi kronik saluran pernapasan yang
melibatkan banyak sel dan elemennya. (GINA, 2011).
Asma adalah suatu penyakit dengan adanya penyempitan saluran pernapasan yang
berhubungan dengan tanggap reaksi yang meningkat dari trakea dan bronkus berupa
hiperaktivitas otot polos dan inflamasi, hipersekresi mukus, edema dinding saluran
pernapasan, deskuamasi epitel dan infiltrasi sel inflamasi yang disebabkan berbagai macam
rangsangan(Alsagaff, 2010)Bedasarkan beberapa definisi diatas maka peneliti dapat menarik
kesimpulan Asma adalah suatu penyakit yang di tandai oleh hiperresponsif cabang
trakeobronkial terhadap berbagai rangsangan yang akan menimbulkan obstruksi jalan nafas
dan gejala pernafasan (mengi dan sesak).

2.2 Patofisiologi

Corwin (2000) berpendapat bahwa pada penderita asma, terjadi bronkokonsentriksi.


Proses bronkokonsentriksi ini diawali dengan proses hypersensitivitas yang distimulasi agent
fisik seperti suhu dingin, debu, serbuk tanamana dan lainya. Asma juga dapat terjadi karena
adanya stimulasi agent psikis seperti kecemasan dan rasa takut. Pada suatu serangan asma
otot-otot polos dari bronki mengalami kejang dan jaringan yang melapisi saluran udara
mengalami pembengkakan karena adanya peradangan dan pelepasan lendir ke dalam saluran
udara. Hal ini memperkecil diameter dari saluran udara (disebut bronkokonstriksi) dan
penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas.
Sel-sel tertentu didalam saluran udara (terutama sel mast) diduga bertanggung jawab
terhadap awal terjadinya penyempitan ini.
Sel mast di sepanjang bronki melepaskan bahan seperti histamin dan leukotrien yang
menyebabkan terjadinya konstraksi otot polos, peningkatan pembentukan lender dan
perpindahan sel darah putih tertentu ke bronki. Sel mast mengeluarkan bahan tersebut
sebagai respon terhadap sesuatu yang mereka kenal sebagai benda asing (alergen), seperti
serbuk sari, debu halus yang terdapat di dalam rumah atau bulu binatang. Tetapi asma juga
bisa terjadi pada beberapa orang tanpa alergi tertentu. Reaksi yang sama terjadi jika orang
tersebut melakukan olah raga atau berada dalam cuaca dingin. Stres dan kecemasan juga bisa
memicu dilepaskanya histamin dan leukotrien.

2.3 Konsep Bermain


2.3.1 Pengertian Bermain
Bermain merupakan aspek yang penting dalam kehidupan anak dan salah satu
cara yang efektif untuk mengurangi stress. Saat sakit dan dirawat di rumah sakit
merupakan suatu krisis pada kehidupan anak dan sering menyebabkan stres yang
terbesar, dengan bermain ketakutan dan kecemasan dapat diminimalkan
(Hockenberry &Wilson, 2009).
2.3.2 Fungsi Bermain di Rumah Sakit
Menurut Hockenberry dan Wilson (2009), bermain secara umum berfungsi
untuk menstimulus perkembangan pada diri anak, diantaranya adalah perkembangan
sensori dan motorik, intelektual, meningkatkan kemampuan soialisasi, meningkatkan
kreatifitas, membentuk kesadaran diri, sebagai terapi, dan untuk perkembangan
moral. Kondisi sakit dan dirawat dirumah sakit, bukan alasan bahwa anak harus
dipisahkan dari aktivitas bermainnya. Aktivitas bermain merupakan bagian yang
terintegrasi dalam kehidupan anak dan tidak dapat dipisahkan. Menurut (Hockenberry
& Wilson, 2009), aktivitas bermain dirumah sakit sangat penting bagi anak, karena
bermain mempunyai peranan yang sangat penting yaitu sebagai upaya untuk:
a. Memfasilitasi penyesuaian diri terhadap situasi yang tidak dikenal
b. Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan kontrol diri
c. Memberi kesempatan untuk mempelajari tentang bagian-bagiantubuh, fungsinya
dan penyakit atau kecacatan tubuhnya.
d. Memperbaiki konsep yang salah tentang penggunaan dan tujuan peralatan dan
prosedur medis.
e. Membantu mengurangi stres akibat perpisahan,
f. Memberi hiburan dan relaksasi,
g. Membantu anak merasa lebih nyaman di lingkungan yang aman,
h. Memberi cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengekspresikan perasaan,
i. Untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap positif terhadap orang lain,
j. Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat serta
k. Memberi cara untuk mencapai tujuan-tujuan terapeutik.

2.3.3 Prinsip bermain di rumah sakit

Menurut Hockerberry dan Wilson (2009), dalam memberikan aktivitas


bermain di rumah sakit ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh perawat
anak, diantaranya adalah upayakan aktivitas bermain yang diberikan tidak
membutuhkan banyak energi, singkat dan sederhana. Hal yang paling penting
dipertimbangkan perawat adalah keamanan dan infeksi silang. Jika aktivitas bermain
diselenggarakan dalam bentuk kelompok, maka upayakan kelompok umur yang sama
serta libatkan keluarga dan orang tua untuk pendampingan anak selama proses
bermain.

2.3.4 Bermain Meniup


Bermain meniup dapat dianalogikan dengan latihan napas dalam (pursed lip
breathing), merupakan suatu permainan atau aktivitas yang memerlukan inhalasi
lambat dan dalam untuk mendapatkan efek terbaik. Dengan teknik tersebut maka
ekspansi alveolus pada semua lobus dapat meningkat, dan tekanan didalamnya pun
menjadi meningkat. Tekanan yang tinggi dalam alveolus dan lobus dapat
mengaktifkan silia pada saluran napas untuk mengevakuasi sekret keluar dari jalan
napas, sehingga jalan napas menjadi lebih efektif. Membersihkan sekret dari jalan
napas berarti akan menurunkan tahanan jalan napas dan meningkatkan ventilasi, yang
pada akhirnya memberikan dampak terhadap proses perfusi dan difusi oksigen ke
jaringan.
Alat yang digunakan berupa mainan yang disebut”tiupan lidah”. Cara
meniupnya menggunakan teknik pursed lip breathing, yaitu anak bernapas dalam dan
ekhalasi melalui mulut, dengan mulut dimonyongkan atau mencucu dan dikerutkan
sehingga mainan yang tadinya tergulung setelah ditiup menjadi mengembang dan
panjang karena terisi udara. Meniup dilakukan terus menerus sebanyak 30 kali dalam
rentang waktu 10-15 menit dan setiap tiupan diselingi dengan istirahat (napas biasa).
Posisi anak saat bermain adalah duduk atau bersandar dengan posisi setengah duduk
diatas tempat tidur atau kursi.
Dalam permainan ini anak berperan dalam memegang alat, memperhatikan,
mengikuti atau mendemonstrasikan yang dilakukan oleh perawat sedangkan perawat
berperan dalam memberikan contoh untuk bermain. Saat bermain perawat harus
memperhatikan keadaan umum anak serta dapat memberi pujian apabila anak dapat
melakukan permainan dengan benar.

2.3.5 Standart Operasional Prosedur (SOP) Relaksasi Pernapasan Dengan Meniup


Balon (Balloon Blowing)
a. Definisi
Relaksasi pernapasan dengan Balloon blowing atau latihan pernapasan dengan
meniup balon merupakan salah satu latihan relaksasi pernapasan dengan
menghirup udara melalui hidung dan mengeluarkan udara melalui mulut kedalam
balon
b. Tujuan
1. Memberikan informasi kepada pasien yang mengalami Asma untuk
melakukan relaksasi pernapasan
2. Membantu pasien Asma mencegah terjadinya perburukan penyakit
c. Manfaat
1. Meningkatkan volume ekspirasi maksimal
2. Memperbaiki gangguan sistem saraf pasien dengan perokok
3. Menguatkan otot pernapasan
4. Memperbaiki transport oksigen
5. Menginduksi pola napas lambat dan dalam
6. Memperpanjang ekshalasi dan meningkatkan tekanan jalan napas selama
ekspirasi
7. Mengurangi jumlah udara yang terjebak dalam paru-paru
8. Mencegah terjadinya kolaps paru
d. Persiapan Alat
1. 3 buah balon
2. Jam
e. Persiapan Pasien
1. Atur posisi pasien senyaman mungkin, jika pasien mampu untuk berdiri maka
lakukan sambil berdiri (karena dengan posisi berdiri tegak lebih meningkatkan
kapasitas paru dibandingkan dengan posisi duduk)
2. Jika pasien melakukan dengan posisi tidur maka tekuk kaki pasien atau
menginjak tempat tidur (posisi supinasi), dan posisi badan lurus atau tidak
memakai bantal
f. Pelaksanaan
1. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
2. Rilekskan tubuh, tangan dan kaki (motivasi dan anjurkan pasien untuk rileks)
3. Siapkan balon /pegang balon dengan kedua tangan, atau satu tangan
memegang balon tangan yang lain rilek disamping kepala
4. Tarik napas secara maksimal melalui hidung (3-4 detik), ditahan selama 2-3
detik kemudian tiupkan ke dalam balon secara maksimal selama 5-8 detik
(balon mengembang)
5. Tutup balon dengan jari-jari
6. Tarik napas sekali lagi secara maksimal dan tiupkan lagi kedalam balon
(ulangi prosedur nomor 5).
7. Lakukan 3 kali dalam 1 set latihan
8. Istirahat selama 1 menit untuk mencegah kelemahan otot
9. Sambil istirahat tutup balon/ikat balon yang telah mengembang
10. Ambil balon berikutnya dan ulangi prosedur nomor 5
11. Lakukan 3 set latihan setiap sesion (meniup 3 balon)
12. Hentikan latihan jika terjadi pusing atau nyeri dada.
g. Evaluasi
1. Pasien mampu mengembangkan balon
2. Perasaan merasakan otot-otot pernapasan rileks
3. Pasien rilek, tenang dan dapat mengatur pernapasan
4. Pertukaran gas dalam paru baik dengan peningkatan saturasi oksigen
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan oleh reaksi
hiperresponsif sel imun tubuh seperti mast sel, eosinophils, dan T-lymphocytes terhadap
stimulus tertentu dan menimbulkan gejala dyspnea, whizzing, dan batuk akibat obstruksi
jalan napas yang bersifat reversibel dan terjadi secara episodik berulang (Brunner and
suddarth, 2011).

Corwin (2000) berpendapat bahwa pada penderita asma, terjadi bronkokonsentriksi.


Proses bronkokonsentriksi ini diawali dengan proses hypersensitivitas yang distimulasi agent
fisik seperti suhu dingin, debu, serbuk tanamana dan lainya. Asma juga dapat terjadi karena
adanya stimulasi agent psikis seperti kecemasan dan rasa takut.

Bermain merupakan aspek yang penting dalam kehidupan anak dan salah satu cara
yang efektif untuk mengurangi stress. Saat sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan suatu
krisis pada kehidupan anak dan sering menyebabkan stres yang terbesar, dengan bermain
ketakutan dan kecemasan dapat diminimalkan (Hockenberry &Wilson, 2009). Menurut
Hockenberry dan Wilson (2009), bermain secara umum berfungsi untuk menstimulus
perkembangan pada diri anak, diantaranya adalah perkembangan sensori dan motorik,
intelektual, meningkatkan kemampuan soialisasi, meningkatkan kreatifitas, membentuk
kesadaran diri, sebagai terapi, dan untuk perkembangan moral. Bermain meniup dapat
dianalogikan dengan latihan napas dalam (pursed lip breathing), merupakan suatu permainan
atau aktivitas yang memerlukan inhalasi lambat dan dalam untuk mendapatkan efek terbaik.
Dengan teknik tersebut maka ekspansi alveolus pada semua lobus dapat meningkat, dan
tekanan didalamnya pun menjadi meningkat.

3.2 Saran

Kami menyadari bahwa dalam menyusun dan pembuatan makalah ini jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kami membutuhkan kritik san saran yang membangun dari berbagai
pihak demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Kim, Jin S. (2012). Effects Of Balloon-Blowing Exercise On Lung Function Of Young Adult
Smokers. J. Phys. Ther. Sci. 24: 531-534

Raju, Sherin. (2013). Effectiveness Of Balloon Therapy Vs Incentive Spirometry On


Physiological Parameters Among Children With Lower Respiratory Tract Infection In
Selected Hospital, Bangalore. Padmashree Institute of Nursing, Kommaghata, Kengerihobli
Bangalore-560060

Boyle, Kyndall. (2010). The Value Of Blowing Up A Balloon. N Am Jsports Phys Ther 2010
Sep ; 5 (30 : 179-188

Natalia, Dewi. (2007). Efektifitas Pursed Lips Breathing Dan Tiup Balon Dalam
Peningkatan Arus Puncak Respirasi Pasien Asma Bronkilae Di RSUD Banyumas. Jurnal
ilmiah kesehatan keperawatan, volume 3, no. 1. Dikases tanggal 5 Desember 2019

Anda mungkin juga menyukai