Anda di halaman 1dari 28

PROPOSAL

RONDE KEPERAWATAN PASIEN DHF

PRAKTEK PROFESI MANEJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANG BOUGENVILLE RSUD Dr. SOEROTO NGAWI

OLEH :
KELOMPOK D

1. AKHIRUL T. H.P ,S.Kep NIM (1812B0290)


2. ICHSANUDIN ,S.Kep NIM (1812B0314)
3. ISMIATI ,S.Kep NIM (1812B0354)
4. INDRAWAS S.L, S.Kep NIM (1812B0318)
5. TINTIN YULIASTUTIK S.Kep NIM (1812B0345)
6. WITO DWI WIDODO S.Kep NIM (1812B0339)
7. SARJONO S.Kep NIM (1812B0333)
8. RIRIEN NURHAYATI S.Kep NIM (1812B0330)
9. TITIK SULISTYAWATI S.Kep NIM (1812B0346)
10. YENNY RAKHMAWATI S.Kep NIM (1812B0346)
11. AHMAD HARI S S.Kep NIM (1812B0289)
12. RINA HAYATI DEWI S.Kep NIM (1812B0329)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA MITRA HUSADA KEDIRI
KEDIRI
2018
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Balakang
Pelayanan keperawatan pada pasien secara profesional dapat membantu
klien dalam mengatasi masalah keperawatan yang dihadapi pasien. Salah satu
bentuk pelayanan keperawatan yang profesional tersebut dengan
memperhatikan seluruh keluhan yang dirasakan pasien kemudian
mendiskusikannya dengan tim keperawatan untuk merencanakan pemecahan
masalahnya.
Pelayanan keperawatan yang perlu dikembangkan untuk mencapai hal
tersebut adalah dengan ronde keperawatan. Dimana ronde keperawatan
merupakan sarana bagi perawat baik kepala tim maupun perawat staf untuk
membahas masalah keperawatan yang terjadi pada pasien yang melibatkan
pasien dan seluruh tim keperawatan termasuk konsultan keperawatan. Salah
satu tujuan dari kegiatan ronde keperawatan adalah meningkatkan kepuasan
pasien terhadap pelayanan keperawatan.
II. Tujuan
a) Tujuan Umum :
Setelah dilakukan ronde keperawatan masalah keperawatan yang dialami
klien dapat diatasi.
b) Tujuan Khusus :
Setelah dilaksanakan ronde keperawatan, perawat mampu :
1. Menumbuhkan cara berfikir kritis dan sistimatis dalam
pemecahan masalah keperawatan klien
2. Memberikan tindakan yang berorientasi pada masalah
keperawatan klien
3. Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.
4. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa
keperawatan.
5. Meningkatkan kemampuan justifikasi.
6. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
7. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana
asuhan keperawatan
8. Melaksanakan asuhan keperawatan secara menyeluruh.
III. Manfaat
1. Masalah pasien dapat teratasi
2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
3. Terciptanya komunitas keperawatan yang propesional
4. Terjalinnya kerjasama antar tim.
5. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan
benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

IV. Pengertian
Ronde keperawatan adalah suatu bagian kegiatan asuhan keperawatan
yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan pasien yang
dilaksanakan oleh perawat disamping melibatkan pasien dengan membahas
kasus tertentu dengan harapan adanya transfer pengetahuan dan aplikasi
pengetahuan secara teoritis kedalam praktek keperawatan secara langsung
yang dilakukan oleh perawat konselor, kepala ruangan, kabid keperawatan
dengan melibatkan seluruh tim keperawatan. Karakteristik :
- Pasien dilibatkan secara langsung
- Pasien merupakan fokus kegiatan.
- Ka tim, perawat staf dan konselor melakukan diskusi
- Konselor memfasilitasi kreativitas
- Konselor membantu mengembangkan kemampuan ka tim dan perawat staf
dalam meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.
A. Metode :
 Diskusi
 Bed side teaching
B. Materi :
 Pengertian ronde keperawatan
 Karakteristik
 Langkah-langkah kegiatan ronde keperawatan
 Peran masing-masing perawat (terlampir)
C. Peserta :
Peserta ronde keperawatan meliputi :
 Mahasiswa Program STUDI PENDIDIKAN NERS SURYA MITRA
HUSADA KEDIRI yang ditunjuk sebagai kepala ruangan.
 Kepala Tim
 Perawat Staf
 Pembimbing pendidikan
 Pembimbing lapangan
 Kepala ruangan
 Wakil kepala ruangan
D. Alat Bantu :
a. Ruang perawatan sebagai sarana diskusi
b. Status klien

E. Alur Ronde Keperawatan

Ruang Bougenville

KEPALA RUANG
Tahap Pra

Katim
m

Penetapan Pasien

Persiapan Pasien:
Informed Concent
Hasil Pengkajian / Validasi Data

Tahap Apa diagnosis Kep.?


Pelaksanaan di Tahap Pra Apa data yang
Nurse Station mendukung?
Bagaimana intervensi
yang telah dilakukan?
Apa hambatan yang
ditemukan?

Validasi Data

Tahap
Pelaksanaan di
Diskusi Katim-
Kamar Pasien Katim, konselor,
Karu, Perawat Staf

Lanjutan diskusi di
nurse station

Kesimpulan dan
Rekomendasi,
Solusi Masalah
Pasca
Ronde

G. DHF

V. Defenisi
Demam berdarah adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh Virus
Dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk
Aedes Aegypti (Suriadi, 2006 : 57). Menurut (Nelson, 2000, Vol 2 : 1134)
Demam berdarah adalah suatu penyakit demam berat yang sering
mematikan, disebabkan oleh virus, ditandai oleh permeabilitas kapiler,
kelainan hemostaksis dan pada kasus berat, sindrom syok kehilangan
protein. Sedangkan menurut (Rasyid, 2012 : 3) Demam berdarah dengue
(DBD), adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue
dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot, dan atau nyeri sendi yang
disertai penurunan dari sel darah putih, adanya bercak kemerahan di
kulit, pembesaran kelenjar getah bening, penurunan jumlah trombosit dan
kondisi terberat adalah perdarahan dari hampir seluruh jaringan
tubuh. Kesimpulan dari uraian diatas, Demam Berdarah Dengue (DBD)
merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh Virus Dengue
(arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti dan ditandai dengan demam yang disertai menifestasi perdarahan
dan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya.
VI. Etiologi

Menurut Suriadi (2006 : 57) demam berdarah dengue (DBD) disebabkan


oleh Virus dengue sejenis arbovirus. Arbovirus adalah kependekan dari
Arthropod Borne Virus, merupakan golongan virus penyebab penyakit
yang ditularkan oleh vektor/binatang kelompok Arthropoda antara lain
nyamuk.

VII. Patofisiologi

Infeksi virus dengue, akan mengeluarkan toksin, reaksi


imunologis, trombositoposis destruksi trombosit dalam darah naik.
Saat virus mengeluarkan toksin dapat melepaskan pirogen ke dalam
darah yang menstimulasi pusat termoregulasi (Hipothalamus) dan
mengirim impuls ke pusat vasomotor sehingga menyebabkan
peningkatan suhu tubuh. Dari peningkatan suhu tubuh tersebut terjadi
kesalahan interpretasi dan mukosa mulut/lidah kotor dan tidak nyaman.
Kesalahan interpretasi tersebut dikarenakan kurang pengetahuan dan
membutuhkan hospitalisasi sehingga menyebabkan ansietas (kecemasan),
sedangkan dari mukosa yang kotor menyebabkan mual muntah atau
anoreksia sehingga intake nutrisi tidak adekuat yeng kemudian bisa
terjadi penurunan daya tahan tubuh dan beresiko terjadi infeksi,
sementara perubahan nutrisi bisa terjadi dan kondisi tubuh dapat
melemah selanjutnya akan terjadi intoleransi aktivitas.
Reaksi imunologis menyebabkan permeabilitas vaskuler meningkat dan
dapat terjadi ekstraksi cairan yang menimbulkan kebocoran plasma yaitu
hemokonsentrasi, hipoproteinuria, efusi pleura, serta acites. Kemudian
hipovolemia yang terjadi dapat menyebabkan hipotensi dan vasodilatasi
arteri sehingga kulit menjadi panas dan terjadi peningkatan penguapan
cairan tubuh yang berujung pada deficit volume cairan tubuh.
Sedangkan dari kerusakan trombosit, agregasi trombosit akan meningkat
sehingga terjadi trombositopenia yang menyebabkan menurunnya faktor
koagulasi akan memanifestasikan perdarahan ringan – berat yang
beresiko terhadap perdarahan lebih lanjut sehingga vaskositas darah
menurun dan dapat terjadi perdarahan dan suplai O2 dalam zat makanan
ke dalam tubuh menurun yang menyebabkan penumpukan asam laktat
dalam otak dan sendi yang berujung pada
nyeri yang akut.

4. Klasifikasi demam berdarah dengue

Menurut Suriadi, (2006 : 60) klasifikasi demam berdarah dengue adalah :


 Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdahan spontan, uju
turniket positif, Trombositopenia dan hemokonsentrasi
 Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan
lain
 Derajat III : Kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin
lembab, gelisah
 Derajat IV : Renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat diukur

5. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik dari demam berdarah menurut Suriadi (2006 : 59) :


1. Demam tinggi selama 5 – 7 hari
2. Perdarahan terutama pada bawah kulit (petechia)
3. Epistaksis, melena, hematuri, dan hematemesis
4. Mual, muntah, tidak nafsu makan, diare, dan konstipasi
5. Nyeri otot dan tulang sendi, nyeri abdomen dan ulu hati
6. Sakit kepala
7. Pembengkakan sekitar mata
8. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening
9. Tanda-tanda rejantan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah

menurun, gelisah, CRT >3 detik, serta nadi cepat dan lemah)

6. Komplikasi

Komplikasi dari demam berdarah dengue menurut Indartoas (2009 : 7) yaitu :


 Perdarahan luas : Karena peningkatan suhu yang tinggi, pecahan-pecahan
pembuluh darah terjadi pada sebagian besar tubuh.

 Syok (rejatan) : Rejatan dapat terjadi pada pasien DSS (Dengue Shock
Syndrome).

 Pleural Effusion : Efusi pleura terjadi disebabkan oleh permeabilitas vaskuler


yang meningkat sehingga menyebabkan ekstrasi cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler.

 Penurunan kesadaran : Terjadi karena hipovolemia yang hebat sehingga sel


darah berkurang dan tidak mampu membawa oksigen secara adekuat ke dalam
otak.

7. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan demam berdarah dengue menurut


Suriadi (2006 :59) adalah sebagai berikut :
 Darah lengkap

1. Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih)


2. Trombositopenia (trombosit 100.000/mm³ atau kurang)

 Serologi atau Uji HI (Hemoaglutination Inhibition test)


 Rontgen Thoraks apakah terdapat efusi pleura
8. Penatalaksanaan umum (medik dan keperawatan)

Penatalaksanaan pada pasien dengan demam berdarah dengue menurut Suriadi,


(2006 :60) adalah sebagai berikut :
 Penatalaksanaan medik

1. Pemberian Antipiretik jika terdapat demam


2. Berikan antikoavulsan jika kejang
3. Pemberian terapi IVFD, jika pasien mengalami kesulitan minum dan
hematokrit cenderung meningkat

 Penatalaksanaan keperawatan

1. Minum banyak 1,5 sampai 2 L/hari dengan air teh, gula, atau susu,Hal ini
karena pasien dengan DBD beresiko tinggi mengalami kekurangan volume
cairan berlebih. Mencegah terjadinya kekurangan volume cairan.
2. Meningkatkan perfusi jaringan adekuat,Mengkaji dan mencatat tanda-tanda
vital (kualitas dan frekuensi denyut nadi, tekanan darah, CRT)
3. Memberikan nutrisi secara adekuat.Berikan makanan yang disertai suplemen
nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi
4. Mensupport koping keluarga yang adaptif.Ijinkan orangtua dan keluarga
untuk memberikan respons secara panjang lebar, dan identifikasi faktor yang
paling mencemaskan keluarga.
5. Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.Ukur tanda-tanda vital :
suhu dan ajarkan keluarga dalam mengukur suhu tubuh. Suhu tubuh normal
360C sampai 370C
H. Langkah - Langkah Kegiatan Ronde Keperawatan :
1. Pra ronde
- Pembukaan oleh moderator
- Kepala ruang menunjuk ka tim untuk menentukan kasus dan topik
- Menentukan tim ronde
- Mencari sumber atau literatur
- Membuat Proposal
- Membuat imformed concent
- Diskusi
2. Ronde
- Penjelasan tentang pasien oleh ka tim yang difokuskan pada prioritas
masalah dan tindakan Yang sudah dilaksanakan serta memilih
prioritas masalah.
- Diskusi
- Bed side teaching
3. Pasca ronde
- Kepala ruang mengevaluasi pelaksanaan ronde
- Revisi dan perbaikan
- Kesimpulan dan rekomendasi penegakkan diagnosis, intervensi
keperawatan.
VIII. Evaluasi :
Persiapan ronde keperawatan
Pelaksanaan ronde keperawatan
Peran masing-masing tim dalam pelaksanaan ronde keperawatan
Tingkat kepuasan klien.
IX. Peran masing-masing tim :
 Peran ka tim dan perawat staf
- Menjelaskan keadaan dan data demografi pasien
- Menjelaskan masalah keperawatan utama
- Menjelaskan intervensi yang dilakukan.
- Menjelasakan hasil yang didapat
- Menentukan tindakan selanjutnya
- Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang diambil.
- Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji.
 Peran Perawat konselor :
- Memberikan justifikasi
- Memberikan reinforcement
- Menilai kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta
rasional tindakan.
- Mengarahkan dan koreksi
- Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah di pelajari.
BAB III
PERENCANANAAN

Topik : Perawatan pasien dengan Dx. Medis DHF


Sasaran : Pasien An.L
Waktu : 60 Menit ( Pukul 14.00 – 15.00 wib )
Hari/tanggal : Kamis , 2 Oktober 2018

1. Tujuan Ronde Keperawatan


a. Tujuan Umum :
Menyelesaikan masalah-masalah pasien yang belum teratasi.
b. Tujuan Khusus :
1) Menjustifikasi masalah yang belum teratasi.
2) Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan ka tim lain.
2. Sasaran
Pasien An. L, Umur 13 tahun yang dirawat diruang Bougenville RSUD Dr.
SOEROTO NGAWI.
3. Materi
a. Teori Perawatan Dengan diagnose medis DHF.
b. Masalah-masalah Keperawatan yang muncul pada pasien
4. Metode
Diskusi + Bed s` ide teaching
5. Media
a. Papan White Board
b. Dokumen / status pasien.
c. Penghapus, spidol
d. Materi yang disampaikan secara lisan.
6. Proses Ronde

NO TAHAP KEGIATAN WAKTU PENANGGUNG TEMPAT


JAWAB
1. Pembukaan 5 Menit Sarjono.S.kep Ners
Stasion
2. PRA
RONDE  Menentukan kasus & topik
 Menentukan Tim ronde Karu

 Menentukan literatur 10 Menit (Ismiati, S.kep) Ners

 Membuat proposal Stasion

 Mempersiapkan pasien
 Informed Consent
 Diskusi pelaksanaan.

3. RONDE PEMBUKAAN :
1. Salam pembuka Ka Tim
2.Memperkenalkan tim ronde 5 Menit ( Ichsan,S. kep) Ners
3. Menyampaikan identitas dan masalah Stasion
pasien
4. Menjelaskan tujuan ronde

4 Penyajian masalah :
1) Memberi salam dan memperkenalkan
pasien dan keluarga kepada tim ronde 30 Menit Ka Tim Ners
2) Menjelaskan riwayat pasien dan ( Ichsan ,S..kep) Stasion
keperawatan pasien
3) Menjelaskan masalah pasien dan
rencana tindakan yang telah
dilaksanakan dan serta menetapkan
prioritas yang perlu didiskusikan.
Validasa data :
1. Mencocokkan
dan menjelaskan kembali data yang
telah disampaikan
2. Diskusi antara
anggota tim dan pasien tentang
masalah keperawatan tersebut
3. Pemberian
justifikasi oleh ka tim atau
konselor atau kepala ruang tentang
masalah pasien serta rencana
tindakan yang akan dilakukan
4. Menentukan
tindakan keperawatan pada
masalah prioritas yang telah
ditetapkan
3 Post  Evaluasi dan rekomendasi intervensi
Ronde : keperawatan 10 Menit Karu, Ners
 Penutup Supervisisor, Stasion
Konselor

7. Kriteria Evaluasi
1. Struktur
- Ronde keperawatan di Ruang Bougenville RSUD Dr. SOEROTO NGAWI.
- Peserta ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde.
- Persiapan dilaksanakan sebelumnya.
2. Proses
- Peserta mengikuti dari awal hingga akhir.
- Seluruh peserta berperan aktif
3. Hasil
- Pasien puas dengan hasil kegiatan
- Masalah pasien dapat teratasi
8. Pengorganisasian
Pembimbing Akademik : Aprin Rusmawati,S.Kep.Ns, M.Kes
Pembimbing Klinik : Sriyatun, S,Kep,Ners
Supervisor : Yati,S.Kep Ners
9. Struktur Pengorganisasian Tim Ronde Keperawatan
Moderator : SARJONO ,S.Kep
Kepala ruangan : SUYATI, S.Kep
Konselor : - Dr. SISWANTO ,SPa

Ka tim 1 : ICHSANUDIN, s.kep


1. TITIK S.kep
2. YENNY, s.kep

Katim 2 : AKHIRUL THP, ,S.kep


Staf Perawat : 1. TINTIN Y,S.kep
2. RIRIEN.S.kep

Katim 3 : WITO. DW ,S.kep


INDRAWAS,S.kep

Katim 4 : AHMAD HARI,S.Kep


.RINA,S.Kep
Lampiran Resume Pasien – Ronde Keperawatan

A. IDENTITAS :

Nama : An. L

Umur : 13 tahun.

Status : Belum Menikah

Pendidikan : SMP.

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Ds Dumplengan 1/1 Kec,Pitu,Kab. Ngawi.

MRS : 02 Oktober 018 pkl .14.00 WIB.

Tgl pengkajian : 02 - Oktober- 2018

No.Reg. : 00217711

B. DIAGNOSA MEDIS : DHF

C. KELUHAN UTAMA

Badan Panas

D. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien datang di IGD RSU dr,Soeroto Ngawi pada tanggal 2 Oktober 2018

jam 14.00 WIB. Dengan keluhan badan Panas 3 Hari ,nyeri

perut,mual,muntah dan badan lemes,Pada pemeriksaan di IGD didapatkan

TD : 100/70 MM/HG,N : 104 X/MNT,RR: 20 X/MNT ,SH: 39 X/MNT.Pasien

mendapat infus Asering 40 x/mnt ,Injeksi Ranitidin 40 mg.Santagesic 400mg

dan Ondancetron 4 mg.

E. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU.

Pasien tidak pernah sakit seperti sekarang ini, tidak pernah menderita Diabetes

melitus, Hipertensi, Hepatitis, Asma,dan tidak pernah mengalami alergi


F. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Tidak ada keluarga yang sakit seperti yang dialami pasien. Keluarga pasien tidak

ada yang pernah menderita penyakit Hipertensi, Diabetes Melitus, penyakit kulit

maupun penyakit degeneratif lainnya.

G. PEMERIKSAAAN FISIK ( Tanggal 04 Oktober 2018 )

- Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 100/70 mmHg . Nadi 104 x / mnt. Temp.39°C, RR 22 x/mnt.

- Sistem Pernapasan ( B1- Breath )

Tidak ada sesak, tidak ada batuk, pola napas regular, tidak ada penggunaan otot

bantu napas, ronchi -/-, wheezing -/-. RR: 22 x/ mnt.

- Sistem Kardiovaskuler ( B2- Blood )

Irama jantung irregular, bunyi jantung S1 S2, suara tambahan ektra sistol, CRT

< 3 detik, akral hangat, tidak ada cianosis.

- Sistem Persyarafan ( B3- Brain )

Kesadaran Compos mentis, tidak ada mual muntah, GCS : 4 -5 – 6, tidak nyeri

kepala.

- Sistem Perkemihan ( B4 – Bladder )

Kencing spontan, warna urine kuning jernih, Urine tidak ada darah, jumlah

800cc/24 jam.

- Sistem Pencernaan ( B5 – Bowel )

Pasien nyeri perut,mual,muntah pasien makan habis 1/4 porsi RS, Perut tidak

nampak membuncit, tymphani, bising usus ± 10 x/ mnt, turgor kulit baik,

konjungtiva tidak nampak anemis. Pasien BAB 1 x per hari. Pasien minum ±

500 cc/hari .

- Sistem Muskuloskeletal dan Integumen ( B6 – Bone )

Kemampuan pergerakan sendi tangan bebas, pergerakan kaki kanan terganggu

dan nyeri saat digerakan.


Kekuatan otot :

5 5
5 5
Warna kulit sawo matang tidak ada anemis, turgor kulit baik,

- Sistem Endokrin

Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar getah bening

- Personal Higiene

Pasien hanya disibin di tempat tidur 2x sehari.

- Psikososial Spiritual

Keluarga pasien tampak kurang tenang,keluarga pasien sering menanyakan

tentang penyakit yang diialami anaknya, pasien menjalankan sholat diatas

tempat tidur.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan Laboratorium tanggal 4 Oktober 2018

Hb : 11,6 g/dl 11.0-16.00 g/dl

WBC : 4.05 4.00-10.00 10^ 3/ UL

PLT : 44 100-300 10 ^3/UL

HCT : 36,8 37.0-54 0 %

RBC : 4.35 3.50- 5.50 10^3/ul

I. TERAPI

Terapi tanggal 02 OKTOBER 2018

Infus Range Lactat : 40 tts/ mnt

Injeksi Ranitidin : 32x 40 mg

santagesic : 3 x 400 mg

ondancetron : 3 x 4 mg

Diet : BB

Terapi tanggal 03 OKTOBER 2018


Infus Range Lactat : 40 tts/ mnt

Injeksi Ranitidin : 32x 40 mg

santagesic : 3 x 400 mg

ondancetron : 3 x 4 mg

Diet : BB

Terapi tanggal 04 OKTOBER 2018

Infus Range Lactat : 40 tts/ mnt

Injeksi Ranitidin : 32x 40 mg

santagesic : 3 x 400 mg

ondancetron : 3 x 4 mg

Diet : BB

Terapi tanggal 05 OKTOBER 2018

Infus Range Lactat : 40 tts/ mnt

Injeksi Ranitidin : 32x 40 mg

santagesic : 3 x 400 mg

ondancetron : 3 x 4 mg

Diet : BB

J. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Tanggal 2 OKTOBER 2018

1. Hipertermia b.d proses inflamasi


2. Perubahan perfusi jaringan perifer b.d perdarahan
3. Kekurangan volume cairan b.d intake yang tidak adekuat dan diaphoresis
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah, anoreksia
5. Resiko terjadi perdarahan berulang b.d tromobositopenia
6. Resiko Syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan,
pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler

Tanggal 02 OKTOBER 2018

Masalah Keperawatan :

 Hipertermia b.d proses inflamasi

Tujuan : Anak menunjukkan temperatur tubuh dalam batas normal

Intervensi

1. Pantau TTV klien


2. Observasi suhu
3. Kaji saat timbul demam
4. Anjurkan keluarga untuk kompres hangat klien
5. Berikan antipiretik
6. Ajarkan pada orang tua cara mengukur suhu tubuh anak

Rasional

1. Membantu mengetahui keadaan klien


2. Mengetahui tingkat suhu tubuh klien
3. Membantu untuk menentukan intervensi selanjutnya
4. Kompres berguna untuk mengeluarkan panas dalam tubuh
5. Terapi yang adekuat dapat menurunkan demam
6. Agar orang tua dapat memonitor suhu anak secara mandir

 Perubahan perfusi jaringan perifer b.d perdarahan

Tujuan : Agar tidak terjadi perdarahan terutama pada bawah kulit


Intervensi
1. Mengkaji dan mencatat tanda-tanda vital (kualitas, frekuensi denyut nadi,
tekanan darah, dan CRT)
2. Mengkaji dan mencatat sirkulasi pada ekstremitas (suhu, kelembaban, dan
warna)
3. Menilai kemungkinan terjadinya kematian jaringan pada ekstremitas sepert
dingin, nyeri, pembengkakan kaki
4. Pantau frekuensi irama jantung, perhatikan distritmia
5. Perhatikan kualitas atau kekuatan dari denyut perifer
6. Kaji kulit terhadap perubahan warna, suhu, kelembaban
7. Kolaborasi :Berikan cairan parental (rujuk pada DK : kekurangan volume
cairan)

Rasional
1. Tanda-tanda vital seperti tekanan darah rendah, nadi lemah, frekuensi cepat,
dan CRT >3 detik dapat menunjukkan terjadinya perdarahan
2. Suhu rendah, kulit kering, dan warna sianosis menunjukkan terjadinya
perubahan perfusi jaringan perifer yang tidak adekuat
3. Kematian jaringan dapat diketahui dengan pemeriksaan pada jaringan seperti
suhu, ada nyeri atau tidak, serta adakah pembengkakan pada kaki atau
ekstremitas lain
4. Bila terjadi takikardia mengacu pada stimulasi sistem sekunder, sistem saraf
simpatis untuk menekankan respons dan untuk menggantikan kerusakan pada
hipovolemia dan hipertensi
5. Nadi dapat menjdai lemah atau lambat karena hipotensi terus menerus,
penurunan curah jantung
6. Mekanisme kompensasi dari pasodilatasi menyebabkan kulit hangat, merah
muda kering
7. Untuk mempertahankan perfusi jaringan sejumlah besar cairan mungkin
dibutuhkan untuk mendukung volume sirkulasi

 Resiko kekurangan volume cairan b.d intake yang tidak adekuat dan
diaphoresis
Tujuan : Keseimbangan cairan dapat dipertahankan yang ditandai dengan : Turgor
kulit elastis dan membran mukosa lembab

Intervensi

1. Observasi kesadaran, suhu, nadi, TD, penatalaksanaan


2. Kaji tanda dan gejala yang kurang volume cairan (selaput mukosa kering,
haus, produksi urine menurun)
3. Monitor dan catat cairan masuk dan keluar
4. Jelaskan pada klien/ keluarga upaya untuk menambah volume cairan
5. Beri minum yang cukup dan jelaskan dengan cairan infuse
6. Kolaborasi : pemberian cairan perantal (RL/asering)

Rasional
1. Mengetahui keadaan umum klien
2. Mengetahui seberapa banyak volume cairan yang dibutuhkan
3. Agar dapat mengetahui seberapa jauh dari cairan yang kurang atau keluar
4. Untuk mempertahankan kesimbangan cairan
5. Agar cairan dapat terpenuhi
6. Untuk mempertahankan cairan yang ada didalam tubuh

 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah,


anoreksia

Tujuan : Anak menunjukkan tanda-tanda kebutuhan nutrisi yang adekuat

Intervensi
1. Timbang BB sesuai kebutuhan
2. Identifikasi makanan yang disukai pasien
3. Pertahankan kebersihan mulut klien
4. Anjurkan keluarga untuk makan bersama
5. Anurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan tekhnik kecil
tapi sering
6. Kolaborasi :Pemberian suplemen vitamin, antiemetic nutrisi parental

Rasional
1. Indikator kebutuhan nutrisi atau pemasukan yanga adekuat
2. Untuk mengidentifikasi makanan yang disukai klien
3. Kebersihan mulut dapat meningkatkan nafsu makan
4. Untuk meningkatkan nafsu makan klien keluarga itu sangat diperlukan
5. Dengan makan sedikit tapi sering dapat memenuhi kebutuhan nutrisi
6. Membantu dalam pemenuhan nutrisi pada klien dan mempertahankannya

 Resiko terjadi perdarahan berulang b.d trombositopenia

Tujuan : Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan lebih lanjut dan jumlah


Intervensi
1. Observasi suhu, tekanan darah, nadi, pernapasan, dan kesadaran
2. Monitor jumlah cairan yang masuk dan keluar
3. Perhatikan keluhan pusing, lemah dan nyeri perut
4. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis
5. Monitor trombosit setiap hari
6. Anjurkan klien untuk banyak istirahat
7. Berikan penjelasan pada klien dan keluarga untuk melaporkan jika ada tanda
perdarahan seperti : hematemesis, melena, dan epistaksis
8. Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara
kebersihan mulut, berikan tekanan 5 sampai 10 menit setiap selesai ambil
darah
9. Berikan infus RL/asering
10. Berikan obat sesuai indikasi

Rasional
1. Mengetahui seberapa jauh perdarahan yang muncul
2. Menanggulangi resiko perdarahan terulang kembali
3. Mengetahui seberapa jauh syok yang diderita klien
4. Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah
yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti :
petiki, epistaksis
5. Dengan trombosit yang dipantau setiap hari dapat diketahui tingkat
kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang dialami pasien
6. Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya
perdarahan
7. Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk penanganan dini bila
terjadi perdarahan
8. Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut
9. Menanggulangi terjadinya syok kembali
10. Pemberian obat seperti antibiotik dapat mengurangi terjadinya perdarahan
berulang

 Resiko Syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang


berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.

Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik

Intervensi
1. Monitor keadaan umum pasien
2. Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih
3. Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika
terjadi perdarahan
4. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
5. Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombosit

Rasional
1. Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama saat terjadi
perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda presyok /syok.
2. Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk memastikan tidak terjadi
presyok / syok.
3. Dengan melibatkan psien dan keluarga maka tanda-tanda perdarahan dapat
segera diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat dapat segera diberikan
4. Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara
hebat.
5. Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien
dan untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

 Hidayat, Aziz Alimul.(2008). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:


Salemba Medika

 Nelson. (2000).ilmu kesehatan anak.edisi 15 vol 2 Jakarta: EGC


 Rasyid. (2012). Demam Berdarah. diakses pada tanggal 3 Juli 2013 dalam
web ttp://kesehatan.kompasiana.com/medis/2012/01/20/demam-berdarah-
haruskah-kita-kembali-menjadi-nomor-satu-di-asean/
 Soedarto. (2012). Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Salemba Medika
 Suriadi. (2006). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 2. Jakarta : Sagung
Seto
 Wong, D.L. (2004). Keperawatan Pediatric, (Edisi 4) Jakarta, EGC
PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN
PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN
STIKES SURYA MITRA HUSADA KEDIRI NGAWI
KELOMPOK D

SURAT PERSETUJUAN RONDE KEPERAWATAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Tn. W
Umur : 45 Tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
No.KTP/SIM/lainnya : 3521194337770002
Alamat : Ds Dumplengan 1/1 Kec,Pitu,Kab. Ngawi

Untuk : Diri sendiri ‫ ڤ‬Isteri Suami


Anak Orang Tua Lainnya
Nama Klien : AN. L
Umur : 13 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Ds Dumplengan 1/1 Kec,Pitu,Kab. Ngawi

Ruangan : Bougenville
Rekam Medis No. : 00217711
Dengan ini menyatakan sesungguhnya telah :
Memberikan Persetujuan dan telah mendapatkan penjelasan
tentang maksud dan tujuan dilakukannya Ronde Keperawatan.
Demikianlah persetujuan ini diberikan agar dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Ngawi, 2 Oktober 2018


Perawat Yang Menerangkan Pasien

Saksi-saksi : Tanda Tangan

1. …………………………….. 1. ……………………
2. …………………………….. 2..……………………
PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN
PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN
STIKES SURYA MITRA HUSADA KEDIRI

KELOMPOK D

DOKUMENTASI RONDE KEPERAWATAN

I. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : AN.L
Umur : 13 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Ruangan : Bougenvil
Rekam Medis No. : 00217711
Diagnosa Medis : DHF

II. MASALAH-MASALAH KEPERAWATAN

1. Hipertermia b.d proses inflamasi

2. Perubahan perfusi jaringan perifer b.d perdarahan

3. Kekurangan volume cairan b.d intake yang tidak adekuat dan diaphoresis

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah, anoreksia

5. Resiko terjadi perdarahan berulang b.d tromobositopenia

6. Resiko Syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan,


pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
III. SARAN
……………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………….
Ngawi, …………….

Kepala Ruangan Katim


DAFTAR KEPUSTAKAAN

Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd

ed ). Philadelpia, F.A. Davis Company.

Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing

Process Approach St. Louis. Cv. Mosby Company.

Anda mungkin juga menyukai