Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN PRAKTEK KLINIK MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANG NUSA INDAH RSUD MAJALENGKA


TAHUN 2013

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan


Program Pendidikan Ners PSIK STIKes Cirebon

Disusun Oleh :
1. Andi Kurniawan
2. Aan Nurhasanah
3. Ade Sudarsono
4. Deasy Andiyanti
5. Dewi Nurmaya
6. Eni Rohayati
7. Engkus Kusliah
8. Iis Indra Yuniasih
9. Jaja Sutarja
10. Jajang Suteja
11. Rini Abriyani
12. Sri Hastuti Meilani
13. Sujana

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) CIREBON
CIREBON
2013
LAPORAN PRAKTEK KLINIK MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI RUANG NUSA INDAH RSUD MAJALENGKA
TAHUN 2013

Disusun Oleh :
1. Andi Kurniawan
2. Aan Nurhasanah
3. Ade Sudarsono
4. Deasy Andiyanti
5. Dewi Nurmaya
6. Eni Rohayati
7. Engkus Kusliah
8. Iis Indra Yuniasih
9. Jaja Sutarja
10. Jajang Suteja
11. Rini Abriyani
12. Sri Hastuti Meilani
13. Sujana

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) CIREBON
CIREBON
2013
LEMBAR PERSETUJUAN
SATUAN MATA AJAR KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)

Cirebon, September 2013


Disahkan Oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Sri Lestari, S.Kep, Ners, M.Si Yuyun Fitri Rayandini, S.Kep, Ners

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayahnya-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
dengan judul ’’Laporan Praktek Klinik Manajemen Keperawatan di Ruang Nusa
Indah RSUD Majalengka Tahun 2013’’.
Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini untuk memenuhi salah satu syarat
dalam menempuh pendidikan Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)
Cirebon.
Penulis telah berupaya seoptimal mungkin untuk dapat menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini dengan sebaik-baiknya, namun penulis menyadari banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak.
Penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi penulis khususnya
dan pembaca pada umumnya.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih pada yang terhormat :
1. Drs. H. E. Djumhana Cholil, MM, selaku Ketua Yayasan RISE Cirebon.
2. dr. H. Asep Suandi, M.Epid, selaku direktur RSUD Majalengka
3. Mokh. Firman Ismana, M.M, selaku Ketua STIKes Cirebon.
4. Supriatin, S.Kep, Ners, selaku Ketua Program Studi Peofesi Ners STIKes
Cirebon.
5. Sri Lestari, S.Kep, Ners, M.Si, selaku Pembimbing Akademik.
6. Yuyun Fitri Rayandini, S.Kep, Ners, selaku Pembimbing Klinik.
7. Yani Meliani Nalle, AM.Kep, selaku Kepala Ruangan Nusa Indah RSUD
Majalengka
8. Semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Mudah-mudahan bantuan, bimbingan dan budi baik yang telah diberikan pada
penulis mendapat balasan dengan limpahan berkat dan anugrah dari Allah SWT.
Amin...
DAFTAR ISI
Majalengka, September 2013

Penulis
Lembar Persetujuan
Kata Pengantar................................................................................................ 0
Daftar Isi......................................................................................................... 0
Daftar Tabel.................................................................................................... 0
Daftar Gambar................................................................................................ 0
Daftar Lampiran.............................................................................................. 0

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 0


1.1 Latar Belakang........................................................................ 0
1.2 Tujuan Penulisan..................................................................... 0
1.3 Manfaat Penulisan................................................................... 0
1.4 Sistematika Penulisan.............................................................. 0

BAB II PERSPEKTIF PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANGAN


2.1 Konsep Manajemen Keperawatan........................................... 0
2.2 Konsep Pelayanan Keperawatan Di Ruang Perawatan Bedah. 0

BAB III KAJIAN SITUASIONAL MANAJEMAN KEPERAWATAN.. 0


3.1 Analisa Situasi Ruangan.......................................................... 0
3.2 Analisa SWOT........................................................................ 0
3.3 Rumusan dan Prioritas Masalah.............................................. 0

BAB IV PLANNING OF ACTION ............................................................ 0

BAB V PEMBAHASAN............................................................................ 0

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 0

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut WHO (World Health Organization) tahun 1974, rumah sakit adalah bagian
integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan
pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan
pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik. Pelayanan
kesehatan di rumah sakit berjalan secara sinergis antar disiplin profesi kesehatan dan
non kesehatan.
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Dalam
pelayanan kesehatan, keberadaan perawat merupakan posisi kunci, yang dibuktikan
oleh kenyataan bahwa 40-60 % pelayanan rumah sakit merupakan pelayanan
keperawatan dan hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan
penyakit baik di rumah sakit maupun tatanan pelayanan kesehatan lain dilakukan
oleh perawat. (Wiwiek, 2008)
Menurut Nursalam (2002), keperawatan sebagai pelayanan yang professional bersifat
humanistik, menggunakan pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat
keperawatan, berorientasi kepada kebutuhan obyektif klien, mengacu pada standard
professional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntunan
utama. Keperawatan profesional secara umum merupakan tanggung jawab seorang
perawat yang selalu mengabdi kepada manusia dan kemanusiaan, sehingga dituntut
untuk selalu melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar (rasional) dan baik
(etikal).
Kontribusi pelayanan keperawatan terhadap pelayanan kesehatan, yang dilaksanakan
di sarana kesehatan sangat tergantung pada manajemen pelayanan perawatan.
Manajemen pelayanan keperawatan merupakan suatu proses perubahan atau
transformasi dari sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan. Manajemen
merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu
kegiatan di organisasi. Dimana di dalam manajemen tersebut mencakup kegiatan
koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan
organisasi (Grant & Massey, 1999). Sedangkan menurut Gillies (1986), manajemen
didefinisikan sebagai suatu proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang
lain.
Manajemen keperawatan menurut Nursalam (2002), merupakan suatu pelayanan
keperawatan profesional dimana tim keperawatan dikelola dengan menjalankan
empat fungsi manajemen antara lain perencanaan, pengorganisasian, motivasi, dan
pengendalian. Keempat fungsi tersebut saling berhubungan dan memerlukan
keterampilan-keterampilan teknis, hubungan antar manusia, konseptual yang
mendukung asuhan keperwatan yang bermutu, berdaya guna dan berhasil guna bagi
masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen keperawatan perlu mendapat
prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di masa depan, karena berkaitan
dengan tuntutan profesi dan global bahwa setiap perkembangan serta perubahan
memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan
yang terjadi.
Ciri–ciri mutu asuhan keperawatan yang baik antara lain : memenuhi standar profesi
yang ditetapkan, sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan
secara wajar, efisien, dan efektif, aman bagi pasien dan tenaga keperawatan,
memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan serta aspek sosial, ekonomi, budaya,
agama, etika dan tata nilai masyarakat diperhatikan dan dihormati. Hal ini dapat
dicapai dengan adanya manajemen yang baik. (Arwani, 2002)
Asuhan keperawatan merupakan titik sentral pelayanana keperawatan, asuhan
keperawatan yang bermutu hanya dapat dicapai dengan pengelolaan asuhan
keperawatan yang profesional. Model pemberian asuhan keperawatan merupakan
salah satu pendekatan dalam pengelolaan asuhan keperawatan profesional yang
menjamin terwujudnya kesinambungan dalam pemberihan asuhan keperawatan dan
akuntabilitas. (Nursalam, 2002)
Ruang Nusa Indah RSUD Majalengka dalam pengelolaan asuhan keperawatan
profesionalnya menerapkan model pemberian asuhan keperawatan dengan metode
TIM, melalui kerja kelompok yang terkoordinasi dan kooperatif dapat terwujud
pemberian asuhan keperawatan yang menyeluruh lengkap terhadap pasien.
Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk memiliki
kemampuan manajerial yang tangguh, sehingga pelayanan yang diberikan mampu
memuaskan kebutuhan klien. Dalam rangka meningkatkan keterampilan manajerial
peserta didik keperawatan selain mendapatkan materi kepemimpinan dan manajemen
keperawatan juga melakukan praktek langsung di lapangan. Mahasiswa Program
Profesi Ners, Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK), Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKes) Cirebon melakukan praktek Stase Kepemimpinan dan
Manajemen Keperawatan di Ruang Nusa Indah RSUD Majalengka dengan arahan
pembimbing klinik dan pembimbing akademik.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melakukan praktek kepemimpinan dan manajeman keperawatan di Ruang
Nusa Indah RSUD Majalengka mahasiswa mampu melakukan pengelolaan
pelayanan keperawatan profesional tingkat dasar secara bertanggung jawab dan
menunjukan sikap kepemimpinan yang profesional.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek kepemimpinan dan manajeman keperawatan selama 4
minggu di Ruang Nusa Indah RSUD Majalengka mahasiswa mampu :
1. Melakukan pengkajian data yang meliputi profil umum ruang
keperawatan, unsur input, unsur proses dan unsur output.
2. Menganalisa hasil kajian pada setiap sub unsur pada unsur input,
unsur proses dan unsur output.
3. Membuat identifikasi permasalahan yang ada, memprioritaskan
masalah tersebut dan menyusun rencana kegiatan.
4. Melaksanakan dan mengevaluasi tindakan sesuai rencana yang
sudah disusun.
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Manfaat Teoritis
Sebagai sumber informasi khususnya bagi mahasiswa program profesi ners dalam
aplikasi konsep kepemimpinan dan manajemen keperawatan secara langsung.
1.3.2 Manfaat Praktis
Sebagai bahan masukan bagi perawat khususnya di Ruang Nusa Indah RSUD
Majalengka untuk meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan yang
mangacu kepada model praktek keperawatan profesional (MPKP).
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
1.3 Manfaat Penulisan
1.4 Sistematika Penulisan
BAB IIPERSPEKTIF PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANGAN
BAB III KAJIAN SITUASIONAL MANAJEMEN KEPERAWATAN
3.1 Analisa Situasi Ruangan
3.2 Analisa SWOT
3.3 Perumusan dan Prioritas Masalah
BAB IV PERENCANAAN, IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
BAB V PEMBAHASAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB II
PERSPEKTIF PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANGAN

2.1 Konsep Manajemen Keperawatan


A. Definisi
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan pro aktif dalam
menjalankan suatu kegiatan diorganisasi yang mencakup kegiatan koordinasi dan
supervisi terhadap staf sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi.
(Grant & Massey, 1999)
Sedangkan manajemen menurut Fayol adalah memperkenalkan dan merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin, mengkoordinasi, dan mengendalikan.
Memperkirakan dan merencanakan berarti mempertimbangkan masa depan dan
menyusun rencana aktifitas. (Fayol dalam bukunya Russel, 2000)
Manajemen Keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui
upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan
rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat. (Gillies, 1985)

B. Komponen Manajemen Keperawatan


Terdapat tiga komponen penting dalam manajemen asuhan keperawatan, yaitu :
Sistem pengorganisasian dalam pemberian asuhan keperawatan, sistem klasifikasi
pasien dan metode proses asuhan keperawatan
1. Sistem pengorganisasian
Sistem pengorganisasian dalam pemberian asuhan keperawatan terdiri dari :
1) Metode fungsional
Metode fungsional yaitu suatu metode pemberian asuan keperawatan dengan cara
membagi habis tugas pada perawat yang berdinas.
a. Kelebihan metode fungsional
 Menekankan efisiensi, pembagian tugas jelas dan pengawasan
baik untuk RS yang kekurangan tenaga.
 Perawat senior bertanggung jawab pada tugas manajerial
sedangkan perawat junior bertanggung jawab pada perawatan
pasien.
b. Kelemahan metode fungsional
 Pasien merasa tidak puas karena pelayanan keperawatan yang
terpisah-pisah atau tidak dapat menerapkan proses keperawatan.
 Perawat hanya melakukan tindakan yang berkaitan dengan
ketrampilan saja.
2) Metode tim
Metode tim yaitu pemberian asuhan keperawatan secara total kepada sekelompok
pasien yang telah ditentukan. Perawat terdiri dari tenaga profesional, teknikal dan
pembantu.
a. Konsep metode tim
 Ketua TIM harus mampu menerapkan berbagai teknik
kepemimpinan.
 Komunikasi yang efektif agar rencana keperawatan tercapai.
 Anggota TIM harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
b. Kelebihan metode tim
 Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
 Mendukung pelaksanaan proses perawatan
 Komunikasi antara tim berjalan dengan baik sehingga konflik
mudah diatasi
 Memberikan kepuasan pada anggota tim
c. Kelemahan metode tim
 Komunikasi antar anggota tim dalam bentuk konferensi tim
yang sulit terbentuk pada waktu-waktu sibuk.
3) Model keperawatan primer
Metode primer yaitu metode pemberian asuan asuhan kerawatan komprehensif yang
merupakan penggabungan model praktik keperawatan profesional. Setiap perawat
profesional bertanggunng jawab terhadap asuhan keperwatan pasien yang menjadi
tanggung jawabnya.
a. Konsep dasar metode primer
 Ada tanggung jawab dan tanggung gugat.
 Ada otonomi
 Ketertiban pasien dan keluarga.
b. Ketenagaan metode primer
 Setiap perawat primer adalah perawat “bed side”
 Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat
 Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
 Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lainnya
maupun non profesional sebagai perawat asisten.
c. Kelebihan metode keperawatan primer
 Bersifat kontinuitas dan komprehensif
 Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap
hasil dan memungkinkan pengembangan diri.
d. Kelemahan metode keperawatan primer
 Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman
dan pengetahuan yang memadai dan kriteria assertife, self
direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat,
menguasai keperawatan klinik, accountable serta mampu
berkolaborasi dengan berbagai disiplin.
2. Sistem klasifikasi Pasien
Sistem klasifikasi pasien yaitu mengelompokkan pasien sesuai dengan
ketergantungannya dengan perawat atau waktu dan kemampuan yang dibutuhkan
untuk memberi asuahan keperawatan yang dibutuhkan.
Klasifikasi tingkat ketergantungan pasien menurut Douglas (1984), adalah :
1) Minimal care
Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1-2 jam/24 jam/dengan kriteria :
 Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
 Makan dan minum dilakukan sendiri
 Ambulasi dengan pengawasan.
 Observasi tanda- tanda vital dilakukan tiap shiff
 Pengobatan minimal, status psikologis stabil
 Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
2) Intermediet care
Memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam dengan kriteria :
 Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
 Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
 Ambulasi dibantu, Pengobatan lebih dan sekali
 Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan memerlukan
prosedur.
3) Perawatan intensif
Perawatan total care memerlukan waktu 5-6/24 jam dengan kriteria :
 Segalanya diberikan atau dibantu
 Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
 Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intra vena
 Pemakaian suction
 Gelisah atau disorientasi
3. Metode Proses Keperawatan
Menurut Ali (1997) proses keperawatan adalah metode asuhan keperawatan yang
ilmiah,sistematis,dinamis,dan terus-menerus serta berkesinambungan dalam rangka
pemecahan masalah kesehatan pasien/klien,di mulai dari pengkajian (pengumpulan
data, analisis data dan penentuan masalah), diagnosis keperawatan, pelaksanaan, dan
penilaian tindakan keperawatan. Metode proses keperawatan mencakup tahap-tahap
dalam proses keperawatan, yaitu :
1) Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk
dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang di hadapi
pasien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan.tahap ini
mencakup tiga kegiatan,yaitu pengumpulan data, analisis data dan penentuan
masalah kesehatan serta keperawatan.
a. Pengumpulan data
Tujuanya adalah diperoleh data dan informasi mengenai masalah kesehatan yang ada
pada pasien sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus di ambil untuk mengatasi
masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual serta
faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Data tersebut harus akurat dan mudah
dianalisis. Jenis data antara lain, data objektif, yaitu data yang diperoleh melalui
suatu pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan
darah, serta warna kulit. Data subjekyif, yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang
dirasakan pasien, atau dari keluarga pasien/saksi lain misalnya, kepala pusing, nyeri dan
mual.
Adapun fokus dalam pengumpulan data meliputi :
 Status kesehatan sebelumnya dan sekarang
 Pola koping sebelumnya dan sekarang
 Fungsi status sebelumnya dan sekarang
 Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan
 Resiko untuk masalah potensial
 Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien
b. Analisa data
Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berpikir
rasional sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan.
c. Perumusan masalah
Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa masalah kesehatan.
Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi dengan asuhan keperawatan
(masalah keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan lebih memerlukan tindakan
medis. Selanjutnya disusun diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritas. Prioritas
masalah ditentukan berdasarkan criteria penting dan segera. Penting mencakup
kegawatan dan apabila tidak diatasi akan menimbulkan komplikasi, sedangkan
segera mencakup waktu misalnya pada pasien stroke yang tidak sadar maka tindakan
harus segera dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih parah atau kematian.
Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan menurut
Maslow, yaitu : Keadaan yang mengancam kehidupan, keadaan yang mengancam
kesehatan, persepsi tentang kesehatan dan keperawatan.
2) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia
(status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana
perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan
merubah (Carpenito,2000). Perumusan diagnosa keperawatan :
a. Actual : menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data
klinik yang ditemukan.
b. Resiko: menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak
di lakukan intervensi.
c. Kemungkinan : menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan
untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan.
d. Wellness : keputusan klinik tentang keadaan individu,keluarga,atau
masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat
sejahtera yang lebih tinggi.
e. Syndrom : diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa
keperawatan actual dan resiko tinggi yang diperkirakan
muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.
3) Rencana tindakan keperawatan
Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih dari
status kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang di uraikan dalam hasil yang di
harapkan (Gordon,1994).
Rencana tindakan keperawatan merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien.
Rencana perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan cepat
mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan. Rencana asuhan keperawatan
yang di rumuskan dengan tepat memfasilitasi kontinuitas asuhan perawatan dari satu
perawat ke perawat lainnya. Sebagai hasil, semua perawat mempunyai kesempatan
untuk memberikan asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten. Rencana asuhan
keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi oleh perawat dalam laporan
pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga mencakup kebutuhan klien jangka
panjang. (potter,1997)
4) Tindakan keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan
pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh
karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-
faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Adapun tahap-tahap dalam
tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :
 Tahap 1 : persiapan yaitu tahap awal tindakan keperawatan ini
menuntut perawat untuk mengevaluasi yang diindentifikasi pada tahap
perencanaan.
 Tahap 2 : intervensi yaitu fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan
adalah kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk
memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan
keperawatan meliputi tindakan : independen, dependen dan
interdependen.
 Tahap 3 : dokumentasi yaitu pelaksanaan tindakan keperawatan harus
diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu
kejadian dalam proses keperawatan.
5) Evaluasi tindakan keperawatan
Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara
proses dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan
dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam
kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang
telah dirumuskan sebelumnya. Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut :
 Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang telah
disusun.
 Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan criteria keberhasilan yang
telah di rumuskan dalam rencana evaluasi.
Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :
 Tujuan tercapai,apabila pasien telah menunjukan perbaikan/kemajuan
sesuai dengan criteria yang telah di tetapkan.
 Tujuan tercapai sebagian,apabila tujuan itu tidak tercapai secara
maksimal, sehingga perlu di cari penyebab dan cara mengatasinya.
 Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan
perubahan/kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru.dalam
hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam apakah
terdapat data, analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang
tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan.
6) Dokumentasi keperawatan
Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat diandalkan
sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang. (potter 2005)
Banyak para ahli menyusun sistem dokumentasi keperawatan. Sistem dokumentasi
ini masing-masing memiliki keunikan tersendiri, namun pada dasarnya tidak banyak
perbedaan. Ada beberapa sistem pendokumentasian yang sering dipakai antara lain :
Catatan Berorientasi Pada Sumber (Source Oriented Record ISOR). Sistem ini
memberi kemudahan dalam menempatkan catatan mengenai data yang diperoleh
karena biasanya masing-masing format telah dibuat secara spesifik. Namun demikian
sistem ini memiliki kelemahan antara lain informasi menjadi sulit dipelajari secara
lengkap karena masing-masing data berada pada format yang berbeda. Komponen
SOR meliputi hal berikut :
a. Lembar penerimaan
Lembar ini berisi data demografi pasien/klien, seperti, nama, alamat, tempat dan
tanggal lahir, status perkawinan serta,diagnosis pada saat masuk rumah sakit.
b. Lembar instruksi dokter
Lembar ini digunakan untuk mencatat setiap instruksi dokter yang dilengkapi dengan
tanggal dan, tanda tangan dokter yang bersangkutan.
c. Lembar riwayat medik.
Lembar ini berisi catatan tentang hasil pemeriksaan fisik, kondisi kesehatan klien,
perkembangan, dan tindak lanjut.
d. Catatan perawat
Catatan ini mencakup catatan, pengkajian, diagnosis, intervensi dan evaluasi.
e. Catatan dan laporan khusus
Catatan ini berisi tentang hasil konsultasi, pemeriksaan laboratorium, laporan
operasi, berbagai terapi fisik, tanda-tanda vital, masukan dan haluaran cairan serta
pengobatan.
Terdapat 3 model dokumentasi yang saling berhubungan, saling ketergantungan dan
dinamis, yaitu komunikasi, proses keperawatan dan standar dokumentasi.
a. Ketrampilan komunikasi secara tertulis
adalah ketrampilan perawat dalam mencatat dengan jelas, mudah dimengerti. Dalam
kenyataannya dengan kompleknya pelayanan keperawatan dan peningkatan kualitas,
keperawatan, perawat dituntut untuk dapat mendokumentasikan secara benar.
Keterampilan dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk
mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lain.

b. Dokumentasi proses keperawatan


Perawat memerlukan ketrampilan dalam mencatat proses keperawatan. Pencatatan
proses keperawatan merupakan, metode yang tepat untuk pengambilan, keputusan
yang sistematis, problem solving, dan riset lebih lanjut. Format proses keperawatan
merupakan kerangka atau dasar keputusan dan tindakan termasuk juga pencatatan
hasil berfikir dan tindakan keperawatan. Dokumentasi adalah bagian integral proses,
bukan sesuatu yang berbeda dan metode problem solving.
c. Standar Dokumentasi
Perawat memerlukan suatu, ketrampilan untuk dapat memenuhi standar yang sesuai.
Standar dokumentasi adalah suatu pernyataan tentang kualitas dan kuantitas
dokumentasi yang dipertimbangkan secara adekuaat dalam suatu situasi tertentu.
Dengan adanya standar dokamentasi memberikan informasi bahwa adanya suatu
ukuaran terhadap kualitas dokumentasi keperawatan.
d. Keterampilan Dalam Dokumentasi
Ketrampilan dalam dokumentasi sangat bergantung pada 5 komponen yaitu :
1. Novice (orang baru)
Dengan keberadaan orang baru akan diharapkan membawa perubahan dan
pembaharuan.
2. Advanced Beginer (pemula lanjut)
Pola pikir yang maju. ilmiah dan dilandasi motivasi yang tinggi terhadap keprofesian
mudah untuk menunjang ketrampilan dan kemampuan pendokumentasian.
3. Competent (mampu)
Merupakan ciri yang harus dimiliki oleh perawat yang bertugas memberikan arahan
keperawatan.
4. Proficient (cakap)
Kemampuan tanpa diikuti kecakapan akan menjadikan diri terbelakang dan
kemajuan.
5. Expert (ahli)
Keahlian dalam melakukan dokumentasi proses keperawatan sangat diperluakan oleh
seorang perawat.

C. Proses Manajemen Keperawatan


Manajemen keperawatan merupakan suatu proses yang dilaksanakan sesuai dengan
pendekatan sistem terbuka. Oleh karena itu manajeman keperawatan terdiri atas
beberapa elemen yang tiap-tiap elemen saling berinteraksi. Pada umumnya suatu
sistem dicirikan oleh 5 elemen, yaitu input, proses, output, kontrol dan mekanisme
umpan balik.
Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi, personel,
peralatan, dan fasilitas. Proses pada umumnya merupakan kelompok manajer dari
tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang
mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Output
atau keluaran umumnya dilihat dari hasil atau kualitas pemberian asuhan
keperawatan dan pengembangan staf, serta kegiatan penelitian untuk menindaklanjuti
hasil atau keluaran. Kontrol dalam proses manajemen keperawatan dapat dilakukan
melalui penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi penampilan kerja perawat,
pembuatan prosedur sesuai dengan standar dan akreditasi. Sedangkan umpan balik
dilakukan melalui laporan keuangan, audit keperawatan dan survei kendali mutu,
serta penampilan kerja perawat.
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan berada sejajar dengan
proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen keperawatan dimaksudkan
untuk mempermudah pelaksanaan proses keperawatan. Proses manajemen
sebagaiman juga proses keperawatan terdiri atas kegiatan pengumpulan data,
identifikasi masalah, pembuatan rencana, pelaksanaan kegiatan dan kegiatan
penilaian hasil. (Gillies, 1985)
Gambar 2.1 Sistem Manajemen Bangsal Keperawatan

MASUKAN/INPUT HASIL/OUTPUT
PROSES

Data Perawatan Pasien

Personalia

Pengumpulan Perenca Pengatur Pengelolaan Kepemimpin Pengawas Pengemba


Peralatan Data naan an Pegawai an an ngan Staf

Persediaan
Riset

Informasi ttg : Tujuan Sistem : Bentuk Klasifikasi Pasien : Kekuasaan : Kendali mutu :
 Pasien  Standar Organisasi :  Penentuan  Pemecahan  Audit
 Pegawai  Kebijakan  Uraian kebutuhan masalah  Penampilan
 Sumber-  Budget jabatan / pegawai  Pengambilan kerja
sumber pekerjaaan  Penjadwalan keputusan  Disiplin
 Evaluasi  Penugasan  Mengatasi  Hubungan kerja
pekerjaan  Pengurangan konflik  Komputer
 Kerja Tim / absen  Komunikasi dan sistem
kelompok  Pengurangan sistem analisis
pindah transaksional
 Pengembangan
pegawai
Sumber : Gillies, 1985
Gambar 2.2 Proses Manajemen Keperawatan Mendukung Proses Keperawatan

Diagnosis Perencanaan Implementasi

Pengkajian Evaluasi

Pengelolaan Kepegawaian

Pengumpulan Data Perencanaan Kepemimpinan Pengawasan

PROSES MANAJEMEN

Sumber : Gillies, 1985


D. Fungsi Manajemen Dalam Keperawatan
Teori manajemen keperawatan berkembang dari teori manajemen umum yang
memerintahkan penggunaan sumber daya manusia dan materi secara efektif. Empat
elemen besar dari teori manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian,
mengarahkan atau memimpin, dan mengendalikan atau mengevaluasi. Seluruh
aktifitas manajemen, kognitif, dan psikomotor, berada dalam satu atau lebih dari
fungsi-fungsi utama yang bergerak secara simultan.
Fungsi manajemen keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Planning
Planning atau perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu perencanaan yang
strategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan
disini dimaksudkan nntuk menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada
semua pasien, menegakkan tujuan, mengalokasikan semua anggaran belanja,
memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola
struktur organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas staff serta menegakkan
kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi institusi yang
telah ditetapkan. (Nursalam, 2002)
2. Organizing
a. Struktur Organisasi
Masing-masing organisasi memiliki struktur formal dan informal yang menentukan
alur kerja dan hubungan timbal balik antar pribadi. Struktur fotmal direncanakan dan
dipublikasikan, struktur informal tidak direncanakan dan samar. Seorang manajer
perawatan harus mengerti dan memakai keduanya secara efektif. Struktur formal
organisasi merupakan penyusunan resmi jabatan kedalam pola hubungan kerja yang
akan mengatur usaha banyak pekerja dari bermacam-macam kepentingan dan
kemauan.
Struktur informal organisasi terdiri dari hubungan timbal balik pribadi yang tidak
resmi diantara para pekerja yang mempengaruhi efektifitas kerja mereka. Kualitas
hubungan timbal balik seorang manajer dengan lainnya langsung dikaitkan dengan
kemampuan kepemimpinannya. Mengingat struktur formal dan informal organisasi
saling melengkapi, manajer perawat bisa memakai struktur organisasi informal
unttuk mengganti kerugian karena kekurangan atau kegagalan dalam struktur formal.
b. Job Deskriptions
Merupakan suatu uraian pembagian tugas sesuai peran yang ia jalankan, misalnya
sorang kepala ruang maka tugas dan tanggung jawabnya, jadi antara satu dengan
yang lainnya mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda sesuai dengan
perannya.
c. Metode Penugasan
Metode penugasan yang ditetapkan harus dapat memudahkan pembagian tugas
perawat yang disesuaikan dengan pengetahuan dan ketrampilan perawat dan sesuai
dengan kebutuhan klien. Apabila metode penugasan tidak diterapkan maka
pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien menjadi tidak opimal.
Jenis model asuhan keperawatan menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis &
Houston (1998), antara lain :
1) Model Fungsional
Metode fungsional dilakukan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan
sebagai pilihan utama pada saat perang dunia ke II. Pada saat itu karena masih
terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan
1 sampai 2 jenis intervensi (merawat luka kepada semua pasien di bangsal).

Gambar 2.3 Skema Model Fungsional

Kepala Ruang

Perawat Perawat Perawat Perawat Visite


Pengobatan Perawatan Luka Menyuntik

Pasien
2) Model Tim
Model ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan askep terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi dalam
group kecil yang saling membantu.

Gambar 2.4 Skema Model Tim


Kepala Ruang

Ketua Tim Ketua Tim

Anggota Tim Anggota Tim

Pasien Pasien

3) Model Primer
Model penugasan dimana 1 orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap askep pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit.

Gambar 2.5 Skema Model Primer

Dokter Kepala Ruang Penunjang

Primary Nurse

Pasien

Tugas Gilir Tugas Gilir Tugas Gilir Sesuai


Sore Malam Kebutuhan
4) Manajemen Kasus
Setiap perawat di tugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas.
Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan 1 pasien 1 perawat, dan hal ini umumnya
dilakukan untuk perawat privat atau keperawatan khusus seperti isolasi dan intensive
care.
5) Model Tim Primer.
Pada model ini digunakan kombinasi dari kedua sistem. Menurut Ratna S. Sudarsono
(2000), penerapan model ini didasarkan pada beberapa alasan yaitu :
 Keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena sebagai
perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1
keperawatan atau setara.
 Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena tanggung
jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai
tim.
 Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan kontinuitas
asuhan keprawatan dan accountabilitas asuhan keperawatan
terdapat pada primer.
Hal-hal yang perlu di pertimbangkan dalam penentuan pemilihan metode pemberian
asuhan keperawatan (Marquis & Houston, 1998), yaitu :
1. Sesuai dengan visi dan misi institusi
2. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam askep
3. Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya
4. Terpenuhinya kepuasan klie, keluarga dan masyarakat
5. Kepuasan kinerja perawat
6. Terlaksananya komunikasi yang adequate antara perawat dan tim
kesehatan lainnya.

3. Actuiting
a. Motivasi
Motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yg memberi konstribusi pada tingkat
komitmen seseorang, hal ini termasuk faktor yang menyebabkan, menyalurkan dan
mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu (Stoner, Freman
11995). Motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu (Ngalim, 2000). Dari pengertian diatas dapat diambil 3 point penting
yaitu : kebutuhan, dorongan dan tujuan.
Kebutuhan muncul apabila seseorang merasakan sesuatu yg kurang baik fisiologis
maupun psikologis, dorongan merupakan arahan untuk memenuhi kebutuhan tadi
sedangkan tujuan adalah akhir dari satu siklus motivasi. ( Luthan, 2000)
b. Sistem klasifikasi pasien
Sistem klasifikasi pasien adalah metode pengelompokan pasien menurut jumlah dan
kompleksitas persyaratan perawatan mereka. Di dalam kebanyakan sistem
klasifikasi, pasien dikelompokkan sesuai dengan kebergantungan mereka pada
pemberi perawatan atau sesuai dengan waktu pemberian perawatan dan kemampuan
yang diperlukan untuk memberikan perawatan. Tujuan setiap sistem klasifikasi
pasien adalah untuk mengkaji pasien dan menghargai masing-masing nilai angkanya
yang mengukur volume usaha yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
perawatan pasien.
Untuk dapat mengembangkan sistem klasifikasi pasien yang akan dijalankan,
manajer perawat harus menentukan jumlah kategori pembagian pasien; karakteristik
pasien di masing-masing kategori, jumlah dan jenis prosedur perawatan yang akan
dibutuhkan oleh jenis pasien di dalam masing-masing kategori, dan waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan prosedur tersebut, memberikan dukungan emosional
serta memberikan pengajaran kesehatan kepada pasien masing-masing kategori.
Karena tujuan sistem klasifikasi pasien adalah menghasilkan informasi mengenai
perkiraan beban kerja keperawatan, masing-masing sistem membolehkan usaha
kualifikasi waktu.
c. Ketenagaan keperawatan dan pasien
Tujuan manajemen ketenagaan di ruang rawat adalah untuk mendayagunakan tenaga
keperawatan yang efektif dan produktif yang dapat memberikan pelayanan bermutu
sehingga dapat memenuhi pengguna jasa.
Perkiraan kebutuhan perawat harus memperhatikan kategori klien yang dirawat, ratio
perawat dan metode penugasan.
Terdapat beberapa formula dalam perhitungan kebutuhan tenaga, yaitu sebagai
berikut :
1) Rumus Gillies
Σ jam kep yg dibutuhkan klien/hr X rata-rata klien/hr X Σ hr/tahun
Σ hr/tahun – hr libur perawat X Σ jam kerja/hari
= Σ jam kep yg dibutuhkan klien / tahun
Σ jam kerja / tahun
Catatan :
 Waktu perawatan menurut Gillies (1989) :
a. Waktu perawatan langsung
- Self care = ½ X 4 jam = 2 jam
- Partial care = ¾ X 4 jam = 3 jam
- Total care = 1 – 1½ X 4 jam = 4-6 jam
- Intensive care = 2 x 4 jam = 8 jam
- Rata-rata perawatan langsung = 4-5 jam
b. Waktu perawatan tak langsung : 38 menit/klien/hari
c. Waktu penyuluhan : 15 menit/klien/hari
 Ratio perawat ahli : trampil : 55 % : 45 %
 Proporsi dinas pagi : sore : malam : 47 % : 36 % : 17 %
2) Rumus Douglas

Σ perawat = Σ klien X derajat ketergantungan

Tabel 2.1 Derajat Ketergantungan Klien

Σ Minimal care Partial care Total care


klien
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam

1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20

2 1,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40

3) Rumus Depkes 2003


Berdasarkan :
 Tingkat ketergantungan klien
 Rata-rata klien/hari
 Jam perawatan yang diperlukan/hari/klien
 Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hr
 Jam kerja efektif setiap perawat
Cara perhitungan :
 Hitung jumlah perawat yang tersedia
a. Σ jam perawat
= A
Jam kerja efektif per shift
 Tambahkan dengan faktor koreksi hari libur/cuti/hr besar dan tugas-
tugas non keperawatan
b. Σ hr minggu/th + cuti + hr besar
X hasil A = B
Jumlah hari kerja efektif
c. Tugas non keperawatan
= Jumlah tenaga keperawatan + B X 25% = C
 Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah : A + B + C
 Berdasarkan hasil workshop Depkes di Ciloto di tetapkan bahwa :
- Libur minggu : 52 hari
- Cuti tahunan : 12 hari
- Libur Nasional : 10 hari
- Sakit/ijin : 7-12 hari
d. Penjadwalan
Penjadwalan adalah satu aspek dari fungsi kepegawaian. Kepegawaian adalah
perhimpunan dan persiapan pekerja yang dibutuhkan untuk melakukan misi dari
sebuah organisasi. Penjadwalan adalah penentuan pola jam kerja masuk dan libur
mendatang untuk pekerja dalam sebuah unit, seksi atau divisi.
Agar supervisor dan kepala perawat dapat mengatur jadwal waktu personil yang libur
dan yang masuk secara adil, harus ada departemen atau divisi yang mengatur
kebijaksanaan penjadwalan untuk memandu pembuatan keputusan. Apabila
kebijaksanaan menyangkut persoalan berikut tidak ada, maka manajer perawat harus
bersatu sebagai sebuah kelompok untuk menyusun :
1) Orang dengan jabatan yang bertanggung jawab mempersiapkan
jadwal waktu untuk personil di masing-masing unit.
2) Periode waktu untuk diliputi oleh masing-masing jadwal masuk /
libur.
3) Banyaknya pemberitahuan di muka yang diberikan para pekerja
menyangkut jadwal masuk/libur .
4) Waktu masuk/libur total yang diperlukan oleh masing-masing
pekerja per – hari, minggu atau bulan.
5) Hari dimulainya minggu kerja
6) Dimulai dan diakhirinya waktu untuk masing-masing pergiliran
tugas.
7) Jumlah pergiliran yang harus dipergilirkan diantara masing-masng
pekerja.
8) Frekuensi yang diperlukan dari pergiliran pergantian.
9) Keperluan pergiliran dari satu unit ke lain unit dan frekuensi
pergiliran tersebut.
10) Keperluan penjadwalan dua hari libur per minggu atau rata-rata dua
hari libur per minggu.
11) Frekuensi libur akhir pekan untuk masing-masing kategori personil.
12) Definisi dari “ libur akhir pekan” untuk personil tugas malam.
13) Perlunya perluasan hari libur yang berurutan dan yang tak berurutan.
14) Hari kerja berurutan maksimum yang diperbolehkan.
15) Jarak waktu minimum yang diharuskan antara urutan pergantian
tugas
16) Jumlah hari libur yang dibayar untuk diberikan pada masing-masing
pekerja.
17) Jumlah hari libur yang diharuskan per tahun saat pegawai harus
dijadwalkan libur kerja.
18) Panjangnya pemberitahuan dimuka untuk diberikan
pegawaimengenai jadwal tugas liburan masuk / libur.
19) Prosedur yang harus diikuti dalam meminta libur kerja pada hari
libur tertentu.
20) Jumlah hari-hari libur yang dibayar untuk di berikan pada masing-
masing pekerja.
21) Lamanya waktu pemberitahuan di muka untuk diberikan pegawai
mengenai jadwal liburan.
22) Prosedur yang diikuti dalam memohon waktu libur khusus.
23) Pembatasan pada penjadwalan liburan selama hari libur, natal, tahun
baru.
24) Jumlah personil masing-masing kategori yang akan dijadwalkan
untuk liburan atau hari libur pada saat tertentu.
25) Prosedur penyelesaian perselisihan antar personil sehubungan
dengan permintaan waktu liburan dan hari libur.
26) Prosedur pemrosesan permintaan “ darurat” untuk penyesuaian
jadwal waktu.
e. Pengembangan Staff
Program pendidikan dan pelatihan dirancang untuk meningkatkan prestasi kerja,
mengurangi absensi dan perputaran, serta memperbaiki kepuasan kerja. Ada
beberapa metode pendidikan dan latihan yang akan digunakan untuk meningkatkan
prestasi kerja. (Moenir, 1994)

1) Metode Seminar atau Konferensi


Biasanya diselenggarakan bagi pegawai yang menduduki jabatan sebagai kepala atau
pegawai yang dalam waktu singkat akan diserahi jabatan sebagai kepala. Masalah-
masalah baik yang menyangkut segi manajemen maupun penyelenggaraannya atau
proses dari kegiatan yang dipermasalahkan.
2) Metode Lokakarya (Workshop)
Penyelenggaraannya tidak jauh berbeda dengan seminar, letak perbedaannya dengan
seminar adalah pada materinya. Pada materi lokakarya bersifat teknis, administrative
dan sedikit bersifat manajerial.
3) Metode Sekolah atau Kursus
Metode ini digunakan sebagai usaha memberikan informasi adanya aturan-aturan
atau hal – hal baru dalam organisasi yang harus dimengerti dan dilaksanakan oleh
peserta.
Metode ini juga digunakan untuk menambah pengetahuan baru bagi peserta yang
ada kaitannya dengan pekerjaan peserta. Pada akhir sekolah atau kursus, biasanya
diberikan ujian-ujian dengan atau tanpa kriteria kelulusan.
4) Metode Belajar Sambil Bekerja (Learning by Doing)
Pada metode ini latihan ketrampilan menjadi tujuan utama sehingga mereka dapat
menguasai teknik dalam melaksanakan pekerjaan yang dibebankan kepada mereka.
Biasanya metode ini dilakukan oleh atasan pada bawahan secara langsung dalam
membimbing pegawai kantor.
Dalam prakteknya metode pendidikan dan latihan ini disesuaikan dengan
pertimbangan tujuan, fasilitas yang tersedia, biaya, waktu dan kegiatan instansi
lainnya.
4. Controlling
a. Definisi
Controling merupakan suatu upaya yang dilaksanakan secara berkesinambungan,
sistematis, obyektif dan terpadu dalam menetapkan penyebab masalah mutu
pelayanan berdasarkan standart yang telah ditetapkan, menetapkan dan
melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia,
serta menilai hasil yang dicapai dan menyusun saran tindak lanjut untuk lebih
meningkatkan mutu. (Azwar, 1996)
Fungsi pengawasan (controling) merupakan fungsi yang terakhir dari proses
manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan erat dengan ketiga fungsi manajemen
lainnya, terutama dengan fungsi perencanaan. Melalui fungsi pengawasan dan
pengendalian, standart keberhasilan (target, prosedur kerja, dsb) selalu harus
dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai atau yang mampu dikerjakan. Jika ada
kesenjanganatau penyimpangan diupayakan agar penyimpangannya dapat dideteksi
secara dini, dicegah, dikendalikan atau dikurangi. Kegiatan fungsi pengawasan dan
pengendalian bertujuan agar efisiensi penggunaan sumber daya dapat lebih
berkembang dan efektifitas tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan program dapat
lebih terjamin.
b. Peran leadhershipt dalam controlling
 Mendorong staf untuk aktif terlibat dalam pengawasan mutu
 Mengkomunikasikan secara jelas standart yang diharapkan terhadap
staf
 Mendorong / memotivasi standart tertinggi untuk kualitas yang
maksimal dengan menyediakan standart keamanan minimum
 Mengimplementasikan pengawasan mutu secara proaktif serta reaktif
 Menggunakan pengawasan sebagai metode untuk menentukan
mengapa tujuan tersebut tidak dapat dicapai
 Secara aktif mensyahkan hasil pengawasan mutu yang ditemukan
yang mempunyai kesatuan profesi dan kosumen
 Menghargai antara standart klinis dengan standar menggunakan
sumber-sumber yang meyakinkan pasien untuk menerima perawatan
sesuai yang diharapkan
 Bertindak sebagai role model terhadap staf untuk menerima tanggung
jawab dan tanggung gugat terhadap tindakan keperawatan
 Secara aktif berpartisipasi dalam usaha-usaha penelitian untuk
mengidentifikasi dan mengukur sensitifitas keperawatan sebagai hail
pelayanan pasien
c. Fungsi manajemen dalam controlling
Menghubungi individu dalam organisasi, membentuk standart ukuran yang jelas
terhadap keperawatan dan menentukan metode yang paling tepat untuk mengukur
standart yang ada.
d. Manfaat controlling
Apabila fungsi controling dapat dilaksanakan secara tepat, organisasi akan
memperoleh manfaat sebagai berikut :
1) Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah
dilaksanakan sesuai dengan standart atau rencana kerja dengan
menggunakan sumber daya yang telah ditetapkan.
2) Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan
pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
3) Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah
mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara benar.
4) Dapat diketahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan
5) Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk
promosi dan latihan lanjutan.

2.2 Konsep Pelayanan Keperawatan di Ruang Perawatan Bedah


A. Pengertian
Ruang rawat inap bedah adalah merupakan ruangan untuk memberikan asuhan
keperawatan pada individu dewasa dan anak-anak baik laki-laki maupun perempuan
dengan berbagai kelainan dan atau gangguan fisiologis baik aktual maupun potensial
yang didiagnosa harus dilakukan tindakan perawatan dan atau pembedahan,
menjelang dan sesudah dilakukan tindakan pembedahan.

B. Tujuan dan Prinsip Keperawatan


1. Memberikan asuhan keperawatan secara profesional
2. Meminimalkan penderitaan klien sehingga mencapai kemandirian
3. Mencegah terjadinya komplikasi
4. Menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar klien selama perawatan
5. Membina peran serta atau kerjasama dengan keluarga klien
6. Menyediakan lahan pendidikan bagi calon praktisi keperawatan dan
tenaga kesehatan lain.

C. Lingkup Garapan
Lingkup garapan dari keperawatan adalah pemenuhan kebutuhan dasar manusia
berdasarkan fokus telaah medikal bedah. Maka lingkup garapan keperawatan
medikal bedah meliputi segala gangguan/hambatan pemenuhan kebutuhan dasar
manusia yang terjadi akibat perubahan fisiologis pada satu atau beberapa sistem
tubuh yang dialami oleh individu.
Secara umum lingkup garapan keperawatan medikal bedah adalah :
1. Pemberian asuhan untuk memenuhi rasa nyaman klien selama dirawat
2. Pemberian bantuan kepada klien dalam meningkatkan dan memelihara
status kesehatan, deteksi penyakit, dan pencegahan penyakit.
3. Pemberian bantuan kepada klien untuk mencapai kemandirian sehingga
tercapai derajat kesehatan yang optimal.
4. Pemberian bantuan kepada klien untuk meninggal dengan damai.

D. Flow OF Care Pre Operatif


1. Penerimaan
a. Klien masuk keruangan atas rujukan dari poliklinik dan UGD
b. Serah terima kepada perawat ruang bedah
c. Melakukan pemeriksaan status, seleksi kasus berdasarkan diagnosa
d. Memberikan informasi mengenai biaya administrasi dan fasilitas
yang tersedia
e. Memberikan kesempatan kepada klien/keluarga untuk memilih
fasilitas sesuai dengan kemampuan.
2. Pengelolaan
a. Menempatkan klien sesuai dengan diagnosa dan keinginan klien
b. Mengorientasikan klien dan keluarga terhadap ruangan dan bangsal
(kamar mandi, lemari, kantor perawat, depo farmasi, ruang panata
jasa)
c. Informed consent awal, yaitu menjelaskan kepada klien bahwa ia
harus dioperasi dan atau harus dirawat untuk perbaikan keadaan
umum sebelum dilakukan operasi.
d. Pengkajian awal meliputi pengkajian bio, psiko, sosio dan spiritual.
e. Pre conference dengan tim kesehatan berkaitan dengan kondisi klien
f. Pemenuhan kebutuhan klien sesuai dengan masalah yang ditemukan
pada pengkajian awal.
g. Pemeriksaan penunjang (laboratorium, EKG, USG, fungsi paru dan
X-ray)
h. Pembatasan diet
i. Persiapan operasi : daerah operasi (kosmetik, protesa), pemasangan
infus dan kateter wash out, kuras/lavage.
j. Informed consent akhir : diagnosa yang ditegakan, sifat dan luas
tindakan yang akan dilakukan, manfaat dan urgensi tindakan, resiko
tindakan, konsekuensi tindakan jika dilakukan dan tidak dilakukan,
biaya menyangkut tindakan, surat izin dari keluarga.
k. Konsul IPD dan anastesi
l. Persiapan mental
m. Premedikasi

E. Flow Of Care Post Operatif


1. Penerimaan
a. Serah terima klien dari perawat RR ke perawat ruangan
b. Melakukan diskusi dengan tim kesehatan tentang kondisi klien post
operasi.
c. Mengembalikan klien ke ruangan semula.

2. Pengelolaan
a. Pengkajian awal post operasi termasuk monitoring keadaan umum,
tanda-tanda vital, aliran cairan IV, jumlah perdarahan, intake dan
output cairan dalam 24 jam pertama.
b. Pemenuhan KDM post operasi
c. Pemeriksaan penunjang post operasi (pemeriksaan darah)
d. Menginformasikan mengenai perkembangan keadaan klien kepada
keluarga dan klien.
e. Mencegah dan mendeteksi komplikasi post operasi.
f. Pencegahan infeksi (perawtan luka menggunakan teknik aseptik dan
antiseptik, pemberian profilaksis).
g. Memulihkan keadaan klien ke kesehatan maksimal dan
meminimalkan ketergantungan setelah operasi.

F. Perencanaan Pasien Pulang


Perencanaan pasien pulang merupakan bagian penting dari pelayanan klien dan
keluarga yang dimulai dari saat klien masuk rumah sakit. Hal ini merupakan suatu
bentuk kerjasama antara tim kesehatan, klien maupun orang yang penting bagi klien
yang dimulai pada tahap pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
(Carpenito, 1993)
Tujuan perencanaan pasien pulang adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan klien untuk menyesuaikan diri di rumah dan di masyarakat
setelah pulang dari rumah sakit.
2. Menyiapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap klien serta keluarga
tentang penyakit klien, pemberian obat, aktifitas dan perawatan sehari-
hari, pemberian nutrisi yang tepat, semua bertujuan untuk
mempertahankan status kesehatan klien setelah di rumah.
3. Menyiapkan diri klien dan keluarga baik dari segi fisik maupun
psikologis bila terdapat gejala sisa. (Stuart &Sundeen, 1995)
Tahap-tahap perencanaan pasien pulang adalah sebagai berikut :
1. Tahap pengkajian
a. Perawat mengkaji keadaan umum klien
b. Perawat mengkaji keadaan luka klien
c. Perawat mengkaji adanya penyakit herediter dalam keluarga
d. Perawat mengkaji status sosial klien
e. Perawat mengkaji tingkat ketergantungan klien
f. Perawat mengkaji pemenuhan kebutuhan klien
g. Perawat mengkaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang
penyakit klien terutama perawatan luka di rumah.
2. Tahap perencanaan
a. Perawat menyiapkan materi yang akan diberikan kepada klien sesuai
dengan kondisi penyakit yang diderita klien, seperti pengertian
penyakit, tanda dan gejala, cara penanganan, obat-obatan, diet dan
perawatan luka.
b. Perawat mempersiapkan metode pengajaran
c. Perawat mempersiapkan media pengajaran (alat peraga)
3. Tahap pelaksanaan
a. Perawat menjelaskan kepada klien tentang pengertian, tanda dan
gejala penyakit dan penanganan penyakit.
b. Perawat memberikan pendidikan kesehatan mengenai cara
perawatan luka di rumah.
c. Pemberian informasi mengenai tanda dan gejala terjadinya infeksi
serta pencegahanya, diet, obat-obatan, aktifitas dan perawatan diri.
d. Memberitahukan dan menegaskan jadwal kontrol.
4. Tahap evaluasi
a. Perawat bertanya pada klien tentang pengertian penyakit.
b. Perawat bertanya kepada klien tentang tanda dan gejala penyakit.
c. Perawat bertanya kepada klien tentang tanda dan gejala terjadinya
infeksi.
d. Perawat bertanya kepada klien tentang cara perawatan luka di
rumah.

G. Lingkungan Fisik
1. Bagunan
a. Ruangan
Lingkungan kerja untuk pencapaian proses manajerial keperawatan di ruang rawat
inap bedah umum secara keseluruhan mempunyai : ruang perawatan lengkap dengan
tempat tidur dan kamar mandi klien, ruang perasat, ruang perawat/nurse station
berada di tengah ruang perawatan, ruang kepala ruangan, ruang tamu, kamar mandi,
ruang peralatan, ruang ganti perawat, kamar mandi perawat, ruang konferensi,
mushola, ruang administrasi, ruang spuelhoke, dapur dan gudang serta depo farmasi.
b. Letak
Jauh dari tempat keramaian seperti kantin, dekat dengan kamar operasi dan
pemeriksaan diagnostik, aman dan nyaman.
c. Posisi : dekat dengan nurse station.
d. Kondisi
Pencahayaan cukup dan sesuai dengan luas ruangan, besar ruangan, sesuai dengan
jumlah tempat tidur, jumlah dan ukuran jendela sesuai dengan besar ruangan, warna
cat lembut, tidak berjamur, bersih, pintu pleksibel dan dapat dilalui brankar, bersih,
letak terjangkau oleh pasien, kasur bersih, dapat dirubah posisinya, terdapat side
rails, fasilitas ruangan tidak mengganggu delivery pasien.
2. Alat dan bahan
a. Alat tenun : Laken, boven laken, sarung bantal, sarung guling,
perlak, stik laken, selimut, baju pasien, wash lap, alas meja, alas
kaki, handuk, sarung buli-buli dan O2, sarung gorden.
b. Alat-alat perawatan luka : Kom besar, kom betadin, pinset anatomis,
pinset cirurgis, bengkok, gunting verban, gunting jaringan.
c. Alat-alat pemeriksaan tanda vital : Tensimeter, stetoskop,
termometer.
d. Alat-alat pemeriksaan fisik : Reflek hamer, tongue spatel, penlight,
midline.
e. Alat tansportasi : Brancard, kursi roda
f. Emergency trollY
g. O2 dan manometer
h. Bahan habis pakai : Alkohol 70%, betadin, aquadest, savlon, H2O2,
Nacl, cairan infus, lisol, spuit dengan berbagai ukuran, kapas, kasa,
plester, set infus, kateter, NGT, kondom kateter, urine bag dan obat-
obatan.
i. Alat-alat rumah tangga : Kasur, bantal, guling, meja, jam dinding,
kursi, lemari, lampu, alat makan, kompor, gayung, tempat sampah,
kapstok pakaian, rak handuk, keset, telephone, white board.
j. Alat tulis kantor : Amplop, buku ekspedisi, buku laporan, buku tulis,
lem, perporator, spidol, formulir (perencanaan, pengkajian,
implementasi, resume pasien pulang/dirujuk/meninggal, grafik suhu
nadi, pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan radiologi).

H. Lingkungan Non Fisik


1. Hubungan perawat – klien
a. Hubungan perawat klien dimulai sejak klien masuk, selama
perawatan (pelaksanaan proses keperawatan) sampai pulang.
b. Pada profesi keperawatan, komunikasi jadi lebih bermakna karena
merupakan metode utama dalam mengimplementasikan proses
keperawatan. Dengan kata lain kualitas asuhan keperawatan yang
diberikan pada klien sangat tergantung pada hubungan perawat dan
klien.
2. Hubungan perawat – perawat
a. Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik
b. Mekanisme pengambilan keputusan disesuaikan dengan kondisi.
c. Kegiatan serah terima pasien dilakukan setiap pergantian dinas dan
berorientasi pada asuhan keperawatan yang telah direncanakan.
d. Mengadakan ronde keperawatan dan supervisi khusus.
e. Mengadakan rapat bulanan secara rutin.
f. Media komunikasi antar perawat menggunakan buku laporan, buku
ronde dan white board.
g. Mempunyai protap timbang terima
3. Hubungan perawat – profesi lain
a. Bekerjasama sebagai sebuah tim kesehatan untuk menangani
masalah tim.
b. Komunikasi antar profesi berjalan baik.
c. Proses pendelegasian jelas dilakukan secara tertulis.
d. Tiap profesi membuat dokumentasi secara jelas.
e. Saling menghargai antar profesi.
4. Kepuasan kerja
Kepuasan kerja adalah sikap yang positif yang menyangkut penyesuaian diri yang
positif sehat dari para karyawan terhadap kondisi dan situasi kerja termasuk
didalamnya upah, kondisi sosial, kondisi fisik dan kondisi psikologis. (Anoraga,
2006)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja menurut Anoraga (2006) :
a. Faktor individual, berhubungan dengan sikap, umur, dan jenis
kelamin.
b. Faktor-faktor luar berhubungan dengan keadaan keluarga karyawan,
rekreasi dan pendidikan.
c. Faktor sosial berhubungan dengan interaksi sosial antar karyawan,
atasan, maupun antar karyawan yang berbeda jenis pekerjaanya,
sugesti dari teman kerja, emosi dan situasi kerja.
d. Faktor fisik yang berhubungan dengan kondisi lingkungan kerja dan
kondisi fisik karyawan termasuk didalamnya pekerjaan, pengaturan
waktu kerja dan istirahat, perlengkapan kerja, keadaan ruangan,
suhu, penerangan, kondisi kesehatan karyawan, dan lain-lain.
e. Faktor finansial yang berhubungan dengan jaminan serta
kesejahteraan karyawan yang meliputi sistem dan besaran gaji,
jaminan sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan,
promosi, dan lain-lain.
Beberapa alasan pentingnya kepuasan kerja yang tinggi dalam sebuah organisasi :
a. Ada bukti bahwa kepuasan kerja yang rendah lebih sering mangkir
dan lebih besar kemungkinan mengundurkan diri.
b. Karyawan dengan kepuasan kerja yang tinggi akan mempunyai
kesehatan yang lebih baik dalam usia yang lebih panjang.
c. Kepuasan kerja yang tinggi sejalan dengan produktifitas yang tinggi.
BAB III
KAJIAN SITUASIONAL MANAJEMEN RUANGAN

3.1 Analisa Situasi Ruangan


A. Man
1. Pasien
Ruang Nusa Indah adalah ruang rawat inap untuk pasien dengan kasus bedah (peri
operatif dan post operatif) yang terdiri dari ruang kelas 1, kelas 2, kelas 3 dan ruang
isolasi dengan kapasitas 34 tempat tidur.
a. Rekapitulasi kunjungan rawat inap di Ruang Nusa Indah

Tabel 3.1 Rekapitulasi Kunjungan Rawat Inap di Ruang Nusa Indah Periode Bulan
Mei, Juni dan Juli Tahun 2013

Bulan
No Uraian Total
Mei Juni Juli
1 Total dirawat 203 164 183 550
2 Hari rawat 653 544 546 1743
3 Lama rawat 486 504 797 1787
4 Pasien keluar
Hidup 177 138 157 472
Mati 3 3 1 7
5 Pasien out 189 145 162 496

Sumber : Data sekunder

b. Efisiensi pelayanan di Ruang Nusa Indah


1) BOR (Bed Occupancy Rate)

Gambar 3.1 BOR Ruang Nusa Indah Periode Bulan Mei, Juni dan Juli Tahun 2013
65 61.95
60 55.72
Persen 53.33 51.80
55
50
45
Mei Juni Juli Total
Bulan

Sumber : Data Sekunder

Berdasarkan gambar 3.1 di atas dapat disampaikan bahwa rata-rata persentase


pemakaian tempat tidur (BOR) Ruang Nusa Indah (55,72%) berada di bawah standar
nasional (75%-85%).
2) LOS (Length Of Stay)

Gambar 3.2 LOS Ruang Nusa Indah Periode Bulan Mei, Juni dan Juli Tahun 2013

6 4.9
3.5 3.6
4 2.6
Hari

2
0
Mei Juni Juli Total
Bulan

Sumber : Data Sekunder

Berdasarkan gambar 3.2 di atas dapat disampaikan bahwa rata-rata lamanya


perawatan seorang pasien (LOS) Ruang Nusa Indah (3,6 hari) berada di bawah
standar nasional (6-9 hari).
3) TOI (Turn Over Interval)

Gambar 3.3 TOI Ruang Nusa Indah Periode Bulan Mei, Juni dan Juli Tahun 2013
4 3.3 3.1
2.7
3 2.1
Hari
2
1
0
Mei Juni Juli Total
Bulan

Sumber : Data Sekunder

Berdasarkan gambar 3.3 di atas dapat disampaikan bahwa rata-rata tempat tidur tidak
ditempati (TOI) Ruang Nusa Indah (2,7 hari) telah sesuai dengan standar nasional (1-
3 hari).

4) BTO (Bed Turn Over)

Gambar 3.4 BTO Ruang Nusa Indah Periode Bulan Mei, Juni dan Juli Tahun 2013

6 5.3
5 4.6
4.1
4
Kali

3
2
1
0
Mei Juni Juli
Bulan

Sumber : Data Sekunder

Berdasarkan gambar 3.4 di atas dapat disampaikan bahwa rata-rata frekuensi


pemakaian tempat tidur (BTO) Ruang Nusa Indah telah sesuai dengan standar
nasional (4-5 kali).

2. Ketenagaan
a. Karakteristik ketenagaan berdasarkan spesipikasi pekerjaan

Tabel 3.2 Distribusi Ketenagaan Berdasarkan Spesifikasi Pekerjaan di Ruang Nusa


Indah Tahun 2013
No Spesifikasi Pekerjaan Jumlah Persen
1 Perawat 13 81,25
2 Klining Servis 1 6,25
3 Administrasi 1 6,25

4 Inventarisasi 1 6,25

Jumlah 16 100

Sumber : Data Sekunder

Berdasarkan tabel 3.2 di atas, sebagian besar (81,25%) ketenegaan di Ruang Nusa
Indah adalah tenaga keperawatan.

b. Karakteristik ketenagaan berdasarkan tingkat pendidikan

Tabel 3.3 Distribusi Ketenagaan Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Ruang Nusa


Indah Tahun 2013

No Pendidikan Jumlah Persen


1 Diploma IV & Strata 1 2 12,5
2 Diploma III 11 68,75
3 SLTA 3 18,75
Jumlah 16 100

Sumber : Data Sekunder

Berdasarkan tabel 3.3 di atas, sebagian besar (68,75%) ketenagaan di Ruang Nusa
Indah berpendidikan Diploma III.
c. Karakteristik tenaga keperawatan berdasarkan tingkat pendidikan

Tabel 3.4 Distribusi Tenaga Keperawatan Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Ruang


Nusa Indah Tahun 2013

No Tingkat Pendidikan Jumlah %


1 D III Keperawatan 11 84,62
2 D IV/SI Keperawatan 2 15,38
Jumlah 13 100

Sumber : Data Sekunder


Berdasarkan tabel 3.4 di atas, sebagian besar (84,62%) tenaga keperawatan di Ruang
Nusa Indah berpendidikan Diploma III (perawat terampil).
d. Karakteristik tenaga keperawatan berdasarkan masa kerja

Tabel 3.5 Distribusi Tenaga Keperawatan Berdasarkan Masa Kerja di Ruang Nusa
Indah Tahun 2013

No Masa Kerja Jumlah %


1 > 5 tahun 9 69,23
2 < 5 tahun 4 30,77
Jumlah 13 100

Sumber : Data Sekunder

Berdasarkan tabel 3.5 di atas, sebagian besar (69,23%) tenaga keperawatan di Ruang
Nusa Indah memiliki pengalaman kerja > 5 tahun.
e. Karakteristik tenaga keperawatan berdasarkan Diklat yang diperoleh

Tabel 3.6 Distribusi Tenaga Keperawatan Berdasarkan Diklat yang Diperoleh di


Ruang Nusa Indah Tahun 2013

No Diklat Jumlah %
1 Pernah diklat 1 7,69
2 Tidak pernah diklat 12 92,31
Jumlah 13 100

Sumber : Data Sekunder

Berdasarkan tabel 3.6 di atas, hampir seluruhnya (92,31%) tenaga keperawatan di


Ruang Nusa Indah tidak pernah memperoleh pendidikan atau pelatihan tambahan
(seperti : diklat perawatan luka, PPGD, BTCLS, dan lain-lain).
f. Analisis kebutuhan tenaga keperawatan di Ruang Nusa Indah
Analisa kebutuhan tenaga perawat di Ruang Nusa Indah berdasarkan Rumus Gillies
adalah sebagai berikut :
 Rumus Gillies
Σ jam kep yg dibutuhkan klien/hr X rata-rata klien/hr X Σ hr/tahun
Σ hr/tahun – hr libur perawat X Σ jam kerja/hari
= Σ jam kep yg dibutuhkan klien / tahun
Σ jam kerja / tahun
 Waktu perawatan langsung
No Kategori Rata-rata Rata-rata Jam Jumlah Jam
Pasien/hari Perawatan/hari Perawatan/hari
1 Minimal Care 4 2 8
2 Partial Care 11 3 33
3 Total Care 2 4 8
Jumlah 17 49

 Waktu perawatan tak langsung : 38 menit X 17 = 10,7 jam


 Waktu Penyuluhan : 15 menit X 17 = 4,25 jam
 Jumlah jam perawatan perhari = 49 + 10,7 + 4,25 = 63.95
 Jumlah kebutuhan tenaga perawat adalah
63.95 X365 23.323,5
= = 11,6
365 – (52+12+14) X 7 2009
 Antisipasi cuti, sakit dan lain-lain ditambah 25% = 2,9
 Maka jumlah perawat yang dibutuhkan adalah :
= 11,6 + 2,9 + 3 (Karu + 2 Katim) = 17,5
= 17 orang
 Berdasarkan perhitungan di atas, maka Ruang Nusa Indah masih
kekurangan tenaga perawat sebanyak 4 orang.

3. Struktur Organisasi Ruang Nusa Indah

Gambar 3.5 Struktur Organisasi Ruang Nusa Indah Tahun 2013

Kepala Instalasi Rawat Inap

Yuyun Fitri Rayandini, S.Kep, Ners

Kepala Ruangan

Yani Meliani Nalle, AM.Kep

Pelaksana Perawatan Administrasi Inventaris


1. Asep Arasid, AM.Kep
2. Isah, AM.Kep
3. Uun Undayanah, AMK
4. Iin Inayah, AMK
5. Rina Nurmalina, AMK
6. Reni Laela R, AM.Kep
7. Lina Marliana, AMK
Irawan Suhandi
8. Yoyoh Sopiah, S.ST
9. Nurhasanah, AM.Kep
10. Rahma Ekawati, Amd.Kep
Sumber : Data Sekunder

 Struktur organisasi tidak sesuai dengan model MPKP yang


diterapkan di Ruang Nusa Indah yaitu metode Tim.
B. Material
1. Denah Ruang Nusa Indah

Gambar 3.6 Denah Ruang Nusa Indah

R. Dokter R. Isolasi
Ruang
R. 1A R. 1B confrense
R. 2A R. 2B
R. Tindakan

R. 3B
Nurse Station R. Adm
R. 1C R. 1D R.Kepala & R. 3A
Ruangan R. Dapur R. Linen

Berdasarkan hasil observasi terhadap situasi lingkungan Ruang Nusa Indah dapat
disampaikan bahwa :
 Pencahayaan : Terang di semua ruang bisa untuk membaca, cukup
sinar matahari
 Ventilasi : Segar, banyak udara masuk melalui lubang angin dan
jendela.
 Lantai : Lantai keramik, bersih dan kering.
 Atap : Rapat/tidak bocor, bagian dalam bersih
 Dinding : Kuat, tidak retak, bersih
 Sarana air bersih : Tersedia
 Pembuangan air limbah : Lancar
 Tempat sampah medis dan non medis terpisah.
2. Kapasitas Ruang Nusa Indah
Ruang Nusa Indah memiliki kapasitas 34 tempat tidur dengan klasifikasi :
 8 tempat tidur kelas 1
 8 tempat tidur kelas 2
 8 tempat tidur kelas 3A
 8 tempat tidur kelas 3B
 2 tempat tidur ruang isolasi
3. Fasilitas Untuk Petugas
 Ruang nurse station
 Ruang pertemuan perawat
 Ruang ganti perawat
 Kamar mandi dan WC
 Ruang administasi dengan komputer + akses internet.
 Ruang kepala ruangan
 Ruang dokter

4. Fasilitas Alat Tenun

Tabel 3.7 Daftar Inventaris Alat Tenun Ruang Nusa Indah Tahun 2013

No Nama Barang Jumlah Kondisi


1 Sprai 192 Baik
2 Stik laken 36 Baik
3 Perlak 11 Baik
4 Sarung bantal 20 Baik
5 Kasur 38 Baik
6 Kain skern 2 Baik
7 Bantal 38 Baik

Sumber : Data Sekunder

5. Fasilitas Alat Medis

Tabel 3.8 Daftar Inventaris Alat Medis Ruang Nusa Indah Tahun 2013

No Nama Barang Jumlah Kondisi


1 Sterilisator 1 Baik
2 Suction 2 Baik
3 Kursi roda 1 Baik
4 Torniquet 1 Baik
5 Tensi meter 3 Baik
6 Manometer O2 5 Baik
7 Stetoskop dewasa 2 Baik
8 Stetoskop anak 1 Baik
9 Pinset anatomis 10 Baik
10 Pinset sirurgis 10 Baik
11 Gunting verban 1 Baik
12 Nierbeken 4 Baik
13 Tong spatel 3 Baik
No Nama Barang Jumlah Kondisi
14 Bak instrumen 2 Baik
15 Kom kecil 10 Baik
16 Kom besar 1 Baik
17 Gunting jaringan 2 Baik
18 Tromol kasa besar 1 Baik
19 Tromol kasa kecil 1 Baik
20 Pot urinal 14 Baik
21 Pispot 10 Baik
22 Standar infus 34 Baik
23 Termometer raksa 1 Baik
24 Termometer digital 1 Baik
25 Brancar 1 Baik
26 Timbangan 1 Baik
27 Bak spuit kecil 1 Baik
28 Dorongan instumen 1 Baik
29 Tensi duduk 1 Baik
30 WWZ 1 Baik
31 Ambubag 1 Baik
32 Gunting heakting 3 Baik
33 Nebu 1 Baik
34 Korentang 2 Baik

Sumber : Data Sekunder

 Berdasarkan hasil observasi, belum tersedia daftar pasien yang dirawat di


Ruang Nusa Indah.

C. Methods
1. Visi dan Misi
a. Visi dan Misi RSUD Majalengka
Visi Menjadi Rumah Sakit Terpercaya dan Pilihan Utama di
Kabupaten Majalengka tahun 2013.
Misi 1. Memberikan pelayanan kesehatan secara profesional,
bermutu, terjangkau.
2. Mengupayakan peningkatan sarana dan prasarana Rumah
Sakit yang mamadai.
3. Mewujudkan peningkatan sumber daya manusia rumah Sakit
4. Mengembangkan system informasi Rumah Sakit berbasis IT
yang handal

Motto REMAJA : Ramah, Efektif, Mudah, Aman, Terjangkau

Falsafah Melayani dengan Ikhlas

b. Visi dan Misi Ruang Nusa Indah

Visi Tidak ditemukan (menurut hasil wawancara ada)

Misi Tidak ditemukan (menurut hasil wawancara ada)

Motto Tidak ditemukan (menurut hasil wawancara ada)


Falsafah Perawat CERRIA : Cekatan, Ramah, Rapih, Ikhlas dan
Aseptik
Tujuan Perawatan Bedah :
1. Mencegah terjadinya infeksi selama dalam perawatan
2. Mengurangi tingkat kecemasan pada pasien dan
keluarga, khususnya pada pasien peri operatif dan
post operatif
3. Menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan
pasien, keluarga serta tim kesehatan lain dalam
memberikan pelayanan asuhan keperawatan

2. MPKP
a. Penerapan MPKP
Ruang Nusa Indah melaksanakan MPKP dengan metode Tim, dapat dijelaskan
sebagai berikut :
 Dalam daftar dinas Ruang Nusa Indah terbagi menjadi 2 tim. Tim 1
terdiri dari Katim 1 orang dan anggota tim 5 orang, dan Tim 2
terdiri dari Katim 1 orang dan anggota tim 5 orang.
 Pembagian pasien untuk Tim 1 bertanggung jawab untuk kamar
1A, 1B, 1C, 1D dan 3A. Sedangkan Tim 2 bertanggung jawab
untuk kamar 2A, 2B, 3B dan Isolasi. Tersedia buku laporan pasien
untuk 2 Tim yang diisi lengkap tiap shift yang berisi keadaan
umum, pemenuhan KDM, terafi tindakan yang sudah dan akan
dilakukan pada shift berikutnya. Juga tersedia buku TPRS, buku
therafi dan buku visite untuk 2 tim.
 Operan shift dan pengaturan shift tiap hari terbagi menjadi 3 shift,
yaitu shift pagi dari jam 07.00 WIB – 14.00 WIB, shift sore dari
jam 14.00 WIB -21.00 WIB dan shift malam dari jam 21.00 WIB –
07.00 WIB.
 Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan metode Tim belum
optimal karena kurangnya tenaga keperawatan.
b. Discharge planning
Berdasarkan hasil angket terhadap 19 pasien, 84,21 % pasien menyatakan bahwa
perawat memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang
perawatan/pengobatan/pemeriksaan lanjutan setelah pasien diperbolehkan pulang.
c. Supervisi
Hasil angket tentang kegiatan dilakukan oleh Kepala Ruangan Nusa Indah dalam
MPKP dapat disampaikan sebagai berikut :

Tabel 3.9 Hasil Kegiatan Evaluasi Kepala Ruangan Dalam MPKP di Ruang Nusa
Indah Tahun 2013

No Aspek Yang Dinilai Nilai (%)

1 Perencanaan 59,37

2 Pengorganisasian 54,16

3 Pengarahan 61,53

4 Pengendalian 30

5 Compensasi Reward 63,88

6 Hubungan Kerja 68,75

Berdasarkan tabel 3.9 di atas, aspek pengendalian memiliki nilai yang paling rendah
(30%), penilaian dalam aspek ini meliputi indikator mutu (BOR, TOI, ALOS, NDR,
GDR, ILO), audit dokumentasi keperawatan, survei kepuasan pasien dan survei
kepuasan perawat.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, pada saat Kepala Ruangan berhalangan
hadir, Kepala Ruangan mendelegasikan tugas kepada Kepala Tim. Namun
pendelegasian tugas dilakukan tanpa dokumen tertulis.
d. Dokumentasi
Hasil evaluasi dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan terhadap 10 sampel status
pasien, yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.10 Hasil Evaluasi Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Ruang Nusa Indah
Tahun 2013

No Aspek Yang Dinilai Nilai (%)


1 Pengkajian 72
2 Diagnosa Keperawatan 47,5
3 Perencanaan 77,14
4 Implementasi 30
5 Evaluasi 45

Berdasarkan tabel 3.10 di atas, seluruh dokumentasi keperawatan pada status pasien
tidak lengkap.

3. Evaluasi Kepuasan Kerja Perawat

Tabel 3.11 Distribusi Kepuasan Kerja Perawat di Ruang Nusa Indah Tahun 2013

No Kriteria Jumlah Persen


1 Puas 9 56,25
2 Tidak Puas 7 43,75
Jumlah 16 100

Berdasakan tabel 3.11 di atas, sebagian besar (56,25%) tenaga perawat di Ruang
Nusa Indah merasa puas dengan kinerjanya.

4. Evaluasi Tingkat Kepuasan Pasien


a. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

Tabel 3.12 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persen


1 SD 11 57,89
2 SLTP 2 10,53
3 SLTA 3 15,79
4 PT 3 15,79
Jumlah 19 100

Berdasarkan Tabel 3.12 di atas, sebagian besar responden (57,89 %) berpendidikan SD.
b. Karakteristik responden berdasarkan lama hari rawat

Tabel 3.13 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Hari rawat

No Lama Hari Rawat Jumlah Persen


1 3-7 hari 15 78,95
2 >7 hari 4 21,05
Jumlah 19 100

Berdasarkan Tabel 3.13 di atas, sebagian besar responden (78,95 %) telah di rawat di Ruang
Nusa Indah 3-7 hari.
c. Gambaran kepuasan responden terhadap mutu pelayanan keperawatan
di Ruang Nusa Indah

Tabel 3.14 Distribusi Kepuasan Pasien di Ruang Nusa Indah Tahun 2013

No Kriteria Jumlah Persen


1 Puas 10 52,63
2 Tidak Puas 9 47,37
Jumlah 19 100

Berdasakan tabel 3.14 di atas, sebagian besar (52,63%) responden merasa puas
terhadap mutu pelayanan keperawatan di Ruang Nusa Indah.

D. Money
 Penyediaan kebutuhan bahan habis pakai di ruangan dapat langsung
diperoleh melalui amprahan permintaan barang ke depo farmasi.
 Penyediaan alat/fasilitas ruangan dapat dilakukan melalui prosedur
permintaan barang yang diajukan kebagian administasi rumah sakit.

E. Marketing
 Adanya pelanggan peserta asuransi kesehatan seperti ASKES,
ASKESKIN, kontraktor dan umum.
 Adanya kerjasama yang baik antara Institusi Pendidikan Kesehatan dan
Rumah Sakit untuk kegiatan praktek klinik mahasiswa.
3.2 Analisa SWOT

Strengths Weaknesses Opportunities


Threats (Ancaman)
(Kekuatan) (Kelemahan) (Kesempatan)

 Adanya Visi dan  Visi dan Misi  Adanya kerja  Meningkatnya sikap
Misi Rumah Sakit Ruangan tidak sama yang baik kritis masyarakat
untuk tersosialisasikan. antara institusi terhadap mutu
meningkatkan pendidikan pelayanan kesehatan
kualitas kesehatan dan atau keperawatan.
pelayanan. rumah sakit
dalam kegiatan
 Tenaga pelaksana  Jumlah tenaga praktek klinik
keperawatan di keperawatan jika mahasiswa.
Ruang Nusa dibandingkan
Indah terdiri dari dengan hasil  Adanya kebijakan
S1 keperawatan perhitungan rumah sakit
(15,38%) dan menurut rumus memberikan
Diploma III Gillies masih kesempatan bagi
keperawatan kurang. perawat untuk
(84,62%). meningkatkan
pendidikan.
 69,23% tenaga  92,31% tenaga
keperawatan di perawat tidak
Ruang Nusa pernah
Indah memiliki memperoleh
pengalaman kerja pendidikan/pelatih
> 5 tahun. an tambahan.

 Ruangan bersih,  BOR (55,72%)


nyaman, ventilasi masih di bawah
cukup dengan standar nasional
sarana dan (75-85%)
prasara cukup
memadai.

 56,25% perawat  Kurang efektifnya


di Ruang Nusa peran kepala
Indah merasa ruangan dalam
puas dengan fungsi
kinerjanya pengendalian
(kontroling) (nilai
angket 30%).

 52,63% pasien  Pendokumentasian


merasa puas asuhan
dengan mutu keperawatan
pelayanan kurang efektif dan
keperawatan di efisien
Ruang Nusa
Indah.

 Dilaksanakanya
MPKP dengan
metode Tim

3.3 Perumusan dan Prioritas Masalah

No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Skor Prioritas

1 Man
 Kurangnya pendidikan dan
pelatihan tambahan bagi 4 3 1 1 1 10 VII
tenaga perawat
 Kurangnya jumlah tenaga 4 4 1 1 1 11 VI
pelaksana perawatan
 Struktur organisasi belum
disesuaikan dengan MPKP 3 2 5 3 5 18 I
metode Tim
2 Material
 Tidak ada daftar pasien
yang dirawat inap di Ruang 3 2 5 3 4 17 II
Nusa Indah
3 Methods
 Visi dan Misi ruangan 3 3 3 3 3 15 V
belum tersosialisasikan
 Belum adanya
pendelegasian secara tertulis
dari Kepala Ruangan 4 3 3 3 3 16 III
kepada kepala Tim, pada
saat kepala ruangan
berhalangan.
 Pendokumentasian asuhan 5 3 2 4 2 16 IV
keperawatan belum optimal

Keterangan :
 Magnitud (Mg) : kecenderungan besar dan seringnya kejadian masalah
 Severity (Sv) : besarnya kerugian yang ditimbulkan
 Manageability (Mn) : kemungkinan masalah bisa dipecahkan
 Nursing Consent (Nc) : melibatkan pertimbangan dan perhatian perawat
 Affordability (Af) : ketersediaan sumber daya.
BAB IV
PLANNING OF ACTION (POA)

No Uraian Kegiatan Tujuan Sasaran Metode Media Dana Waktu PJ


1 Membuat struktur Struktur organisasi Ruang Nusa Pembuatan Print Out Mahasiswa Sabtu, 21 Engkus Kusliah
organisasi Ruang Nusa sesuai dengan MPKP Indah struktur organisasi September Eni Rohayati
Indah metode Tim 2013
2 Membuat daftar pasien Akses informasi bagi Ruang Nusa Pembuatan daftar Papan informasi Mahasiswa Sabtu, 21 Iis Indra Y
rawat inap di Ruang Nusa pengunjung pasien Indah pasien September Jaja Sutarja
Indah 2013 Sujana
3 Mengupayakan adanya Pendelegasian tugas Kepala Diskusi & Brosur Mahasiswa Sabtu, 21 Sri Hastuti
pendelegasian tugas secara dari Kepala Ruangan Ruangan Konsultasi September Andi Kurniawan
tertulis dari kepala ruangan kepada Katim 2013
kepada Katim terdokumentasikan
4 Meningkatkan dokumentasi Dokumentasi asuhan Katim Diskusi Status Pasien Mahasiswa Sabtu, 21 Aan Nurhasanah
asuhan keperawatan keperawatan September Deasy Andiyanti
meningkat 2013 Ade Sudarsono
5 Meningkatkan sosialisasi Visi dan Misi Kepala Diskusi & Print out Mahasiswa Sabtu, 21 Jajang Suteja
Visi dan Misi ruangan tersosialisasikan Ruangan Konsultasi September Dewi Nurmaya
2013 Rini Abriyani
6 Mengajukan permohonan Kebutuhan tenaga Manajemen Rekomendasi Berkas Usulan Manajemen Ditentukan Kepala Ruangan
kebutuhan tenaga perawat perawat terpenuhi Rumah Sakit Rumah Sakit kemudian
7 Mengajukan permohonan Meningkatkan Manajemen Rekomendasi Berkas Usulan Manajemen Ditentukan Kepala Ruangan
untuk kegiatan wawasan dan Rumah Sakit Rumah Sakit kemudian
pendiddikan/pelatihan keterampilan tenaga
tambahan bagi tenaga perawatan.
perawat, seperti : perawatan
luka, PPGD, BCTLS, dll.
DAFTAR PUSTAKA

Arwani & Heru Suprayitno. 2005. Manajemen Bangsal Keperawatan. Jakarta: EGC

Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam Praktek Keperawatan Profesional.


Edisi I. Jakarta: Salemba Medika

Profil RSUD Majalengka Tahun 2012

Sugiyanto. 1999. Lokakarya Mutu Keperawatan dan Holistik Nursing: Mutu Pelayanan
Kesehatan. Surakarta

Suchri Suarli & Yanyan Bahtiar. 2007. Manajemen Keperawatan Dengan Pendekatan Praktis.
Bandung: Balatin Pratama

LAMPIRAN
OUT PUT SPSS 16
Statistics

Nilai Kuesioner Kepuasan Kerja


Perawat

N Valid 16

Missing 0

Mean 55.19

Median 58.00

Mode 47a

a. Multiple modes exist. The


smallest value is shown

Nilai Kuesioner Kepuasan Kerja Perawat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 36 1 6.2 6.2 6.2

45 2 12.5 12.5 18.8

47 3 18.8 18.8 37.5

54 1 6.2 6.2 43.8

58 2 12.5 12.5 56.2

61 1 6.2 6.2 62.5

62 3 18.8 18.8 81.2

65 1 6.2 6.2 87.5

66 1 6.2 6.2 93.8

68 1 6.2 6.2 100.0

Total 16 100.0 100.0

REKAPITULASI KUESIONER KEPUASAN KERJA PERAWAT


DI RUANG NUSA INDAH RSUD MAJALENGKA
TAHUN 2013
Kriteri
No Nama Responden Skor Keterangan
Puas Tidak Puas
1 A 66 √  Median :
2 B 62 √ 58
3 C 65 √  Puas : jika
4 D 62 √ skor ≥ 58
5 E 62 √  Tidak
6 F 61 √ Puas : jika
7 G 36 √ skor < 58
8 H 45 √
9 I 45 √
10 J 47 √
11 K 58 √
12 L 58 √
13 M 54 √
14 N 68 √
15 O 47 √
16 P 47 √
Jumlah 9 7

Statistics

Nilai Kuesioner Kepuasan


Pasien

N Valid 19

Missing 0
Mean 19.11

Median 20.00

Mode 19

Nilai Kuesioner Kepuasan Pasien

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 10 1 5.3 5.3 5.3

11 1 5.3 5.3 10.5

13 1 5.3 5.3 15.8

15 1 5.3 5.3 21.1

19 5 26.3 26.3 47.4

20 2 10.5 10.5 57.9

21 3 15.8 15.8 73.7

22 2 10.5 10.5 84.2

23 1 5.3 5.3 89.5

24 1 5.3 5.3 94.7

25 1 5.3 5.3 100.0

Total 19 100.0 100.0

REKAPITULASI KUESIONER KEPUASAN PASIEN


DI RUANG NUSA INDAH RSUD MAJALENGKA
TAHUN 2013

Kriteri
No Nama Responden Skor Keterangan
Puas Tidak Puas
1 A 19 √  Median :
2 B 21 √ 20
3 C 24 √
4 D 25 √  Puas : jika
5 E 22 √ skor ≥ 20
6 F 19 √  Tidak
7 G 15 √ Puas : jika
8 H 19 √ skor < 20
9 I 21 √
10 J 13 √
11 K 19 √
12 L 19 √
13 M 23 √
14 N 22 √
15 O 20 √
16 P 20 √
17 Q 11 √
18 R 21 √
19 S 10 √
Jumlah 10 9

Anda mungkin juga menyukai