Anda di halaman 1dari 26

PENGALAMAN MAHASISWA SELAMA PRAKTEK

DI RSJ PROVINSI JAWA BARAT

LITERATUR REVIEW

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh:
MAHASISWA PPN ANGKATAN XI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA PUTERA BANJAR
2016
ABSTRAK

1Mahasiswa Program Profesi Ners STIKes Bina Putera Banjar, 2Bandu Jatra

Pengalaman mahasiswa selama mengikuti praktik klinik keperawatan jiwa berbeda-beda.


Kurangnya pengalaman yang dimiliki mahasiswa dan penyesuaian mahasiswa dengan
lingkungan yang baru merupakan stressor terbesar. Strategi koping yang digunakan cenderung
maladaptive dengan menghindari stressor. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah
literatur review yang ditelaah dari EBSCO dan PNRI mulai dari tahun 2006–2016. Tinjauan
yang digunakan sebanyak 20 jurnal, ditemukan lima pokok tema yaitu praktik klinik, mahasiswa
keperawatan, keperawatan jiwa, mekanisme koping dan stress. Keberhasilan mahasiswa dalam
melakukan praktik klinik dipengaruhi oleh kemampuan mahasiswa dalam melakukan komunikasi
terapeutik dengan pasien, bekal teori yang dimiliki, dan proses bimbingan klinik yang di peroleh.
Adanya hambatan mahasiswa selama melaksanakan praktik klinik keperawatan jiwa
dikarenakan stigma yang diberikan mahasiswa dan perasaan takut terhadap pasien sehingga
tujuan dari praktik klinik tidak tercapai secara maksimal. Rekomendasi untuk penelitian
selanjutnya perlu dilakukan untuk mengetahui pengaruh praklinik terhadap pencapaian target
kompetensi praktik keperawatan jiwa.

Kata Kunci: pengalaman praktik klinik, mahasiswa, keperawatan jiwa


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

kasih karunia-Nya serta kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan literatur

review yang berjudul “Pengalaman Mahasiswa Selama Praktek di RSJ Provinsi Jawa

Barat”.

Adapun tujuan penulisan laporan literatur review ini untuk memenuhi salah satu tugas

stase keperawatan jiwa dalam menempuh pendidikan Program Studi Profesi Ners STIKes

Bina Putera Banjar di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Dalam kesempatan ini

perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. H. Encep Supriandi, Sp.KJ., M.Kes., M.KM. sebagai Direktur Rumah Sakit Jiwa

Provinsi Jawa Barat

2. Dr. Hj. Suriany, S.Pd., MM., M.Kes. sebagai Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina

Putera Banjar

3. Winda Ratna Wulan, M.Kep., Sp.Kep J sebagai Kordinator Diklat Rumah Sakit Jiwa

Provinsi Jawa Barat

4. Muhamad Taufik Hidayat, S.Kep., Ners., M.KM. sebagai Kordinator Penelitian Rumah

Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat

5. Sri Wianti, S.Kep., Ners., MM., M.Kep. sebagai ketua jurusan Program Studi Ilmu

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Putera Banjar

6. Kurniawan, S.Kep., Ners. sebagai Kordinator Stase Keperawatan Jiwa Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Bina Putera Banjar

7. Bandu Jatra M., M.Kep sebagai Clinical Intructor Keperawatan Rumah Sakit Jiwa

Provinsi Jawa Barat dan pembimbing pembuatan laporan literatur review.


8. Kepala ruangan, CI dan dosen pembimbing akademik atas ijin pelaksanaan dan

bimbingannya.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa laporan literatur review ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu kritik saran yang membangun dari berbagai pihak sangat

penulis harapkan demi perbaikan-perbaikan kedepan.

Cisarua ,26 Mei 2016

Penulis
DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2 Tujuan Penelitian.......................................................................... 7
1.3 Manfaat Penelitian........................................................................ 8

BAB II METODOLOGI........................................................................... 9
2.1 Jenis Penelitian............................................................................... 9
2.2 Metode Penulisan........................................................................... 9
2.3 Lokasi dan Waktu........................................................................... 9
2.4 Etika Literature Review................................................................. 10

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................... 13


3.1 Keperawatan Jiwa........................................................................... 13
3.2 Mahasiswa Keperawatan................................................................ 14
3.3 Praktek Klinik Keperawatan.......................................................... 14
3.4 Stress.............................................................................................. 16
3.5 Mekanisme Koping........................................................................ 19

BAB IV.. KESIMPULAN DAN SARAN..................................................... 22


4.1 Kesimpulan .................................................................................... 22
4.2 Saran .............................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 25
LAMPIRAN.................................................................................................. 29
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan kesehatan yang berkualitas akan mendukung terselenggaranya

pelayanan kesehatan yang berkualitas juga (Depkes, 2007). Perawat merupakan salah

satu tumpuan pelayanan kesehatan. Perawat dituntut untuk dapat bekerja secara

professional dan kompeten, mampu memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien.

Peran institusi pendidikan keperawatan dituntut mampu menghasilkan perawat yang

kompeten dan profesional. Pendidikan keperawatan terdiri dari dua tahap, yaitu tahap

akademik dan tahap pendidikan klinik. Pada pendidikan Program Profesi Ners Ilmu

Keperawatan, tahap akademik ditempuh pada dua tahun pertama. Institusi pendidikan

berkewajiban penuh memberikan pendidikan yang berkualitas selamatahap akademik.

Tahap pendidikan klinik ditempuh pada tahun ketiga, pada tahap ini rumah sakit beserta

atributnya memiliki banyak peran dalam memberikan pengalaman belajar klinik

mahasiswa. Pendidikan klinik merupakan inti dalam pendidikan keperawatan (Chan,

2002). Pendidikan klinik berperan banyak dalam perkembangan ilmu, pembentukan

profesionalisme dan sebagai bekal mahasiswa saat berada di dunia kerja (Skaalvik et al,

2011). Dalam pendidikan klinik mahasiswa belajar mengaplikasikan teori ke dunia

kerja nyata yang langsung berhubungan dengan lahan sesungguhnya yang sebelumnya

hanya didapat di akademik dalam bentuk teori.

Pendidikan klinik di tempat kerja akan dialami oleh mahasiswa setelah

menyelesaikan pendidikan akademiknya, meskipun sebelumnya mahasiswa telah

mendapatkan pembelajaran klinik di laboratorium keterampilan klinik maupun early

clinical exposure selama proses pendidikan di tahap akademik. Program Profesi Ners

Ilmu Keperawatan merupakan pendidikan tinggi keperawatan yang bertujuan


menghasilkan tenaga perawat profesional. Kurikulum pendidikan tinggi yang

digunakan saat ini adalah kurikulum berbasis kompetensi, sehingga diharapkan lulusan

Program Profesi Ners Keperawatan memiliki kompetensi sebagai perawat profesional

yang kompeten dibidangnya. Pendidikan klinik keperawatan membantu mahasiswa

mengkombinasikan keterampilan kognitif, psikomotor dan afektif. Ketiga keterampilan

tersebut akan membantu mahasiswa mengembangkan kompetensi dalam penerapan

pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai dalam situasi klinik (Chan, 2002).

Pendidikan klinik yang efektif mampu membangun rasa percaya diri dan

membantu pencapaian kompetensi pada mahasiswa (Lofmark et al, 2012). Pendidikan

klinik dibagi menjadi dua hal utama (Saarikoski & Kilpi, 2002). Pertama, lingkungan

pembelajaran klinik yang ada di bangsal, pembelajaran klinik terdiri dari lingkungan di

ruang perawatan, rawat jalan maupun di tatanan komunitas (Ramani & Leinster, 2008).

Kedua, lingkungan pembelajaran klinik yang berupa bimbingan klinik. Pendidikan

klinik merupakan bagian yang penting dalam proses pendidikan mahasiswa

keperawatan, karena memberikan pengalaman yang banyak kepada mahasiswa baik

berupa kognitif, psikomotorik maupun afektif. Keberhasilan pendidikan klinik juga

tergantung pada ketersediaan lahan praktek di rumah sakit sebagai lingkungan

pembelajaran klinik. Adapun lahan praktek harus memenuhi beberapa persyaratan,

diantaranya 1) Melaksanakan pelayanan atau asuhan keperawatan yang baik (good

nursing care), 2) Lingkungan yang kondusif, 3) Ada role model yang cukup, 4)

Tersedia kelengkapan sarana dan prasarana serta staf yang memadai, 5) Tersedianya

standar pelayanan atau SOP keperawatan yang lengkap (Reilly & Oermann, 2002).

Bimbingan klinik baik dari dosen maupun perawat klinik sangat dibutuhkan

mahasiswa, bimbingan klinik ditujukan untuk mengintregasikan antara teori yang

didapat di tahap akademik dengan lahan praktek pada tahap klinik. Bimbingan klinik
dapat membantu mahasiswa dalam membangun identitas profesionalisme,

meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan dan perkembangan personal

(Severison & Sand, 2010).

Oleh karena itu, pembimbing klinik harus mengetahui tujuan pendidikan klinik dan

pencapaian kompetensi praktek klinik serta mampu menjelaskannya pada mahasiswa

(Hasan, 2012). Bekal teori yang sudah didapatkan selama tahap akademik diharapkan

memfasilitasi mahasiswa selama tahap pendidikan klinik. Proses bimbingan klinik

selama tahap pendidikan klinik melibatkan dosen maupun staf perawat. Seorang

perawat pembimbing atauclinical intructor (CI) bertugas pada pembimbingan yang

sifatnya keterampilan prosedural, mendampingi mahasiswa seperti bimbingan

penyusunan ASKEP (Asuhan Keperawatan), BST (bed site teaching), dan ronde

keperawatan. Peran dosen pembimbing yaitu memberikan bimbingan yang sifatnya

teroris maupun prosedural. Pada proses pembimbingan mahasiswa Program Profesi

Ners Ilmu Keperawatan proses pembimbingan dilimpahkan kepada CI dan dosen

pembimbing. Dosen selain sebagai pembimbing pada tahap pendidikan klinik juga

memiliki peran yang banyak di kampus dan masyarakat guna menjalankan tridrama

perguruan tinggi, begitu juga dengan pelaksanaan peran CI. Perawat CI bertugas

mendemostrasikan tentang peran perawat profesional kepada mahasiswa (Baltimore,

2004), selain itu juga harus mampu memberikan feedback yang membangun,

memberikan lingkungan pembelajaran yang aman, dan melibatkan mahasiswa agar

terlibat aktif dalam perawatan pasien (Cleary et al, 2006). Pada pelaksanaan tugasnya

pembimbing klinik baik CI maupun dosen dalam melaksanakan tugasnya menghadapi

banyak kendala.Perawat selain dibebani dengan tugas sebagai pemberi pelayanan

keperawatan kepada pasien dan membimbing mahasiswa juga masih dibebani dengan

tugas-tugas yang sifatnya administrasi. Perawat juga dituntut untuk mampu


mengembangkan karirnya.Kondisi tersebut yang akan mempengaruhi kualitas maupun

kuantitas bimbingan klinik. Kuantitas maupun kualitas bimbingan klinik merupakan

bagian dari lingkungan pendidikan klinik yang akan mempengaruhi pengalaman

praktek klinik yang didapatkan mahasiswa.

Pada praktek keperawatan jiwa, mahasiswa sendiri merupakan alat yang membantu

proses perawatan pasien, menumbuhkan hubungan teraupetik, melibatkan pasien dalam

terapi dan fokus pada individualitas pasien (Charleston & Hapell, 2005). Pada bagian

keperawatan jiwa hubungan antara perawat dengan pasien sangat terbatas, kurang staf

perawat dan dukungan pelayanan (Henderson et al, 2007). Diharapkan dengan adanya

bimbingan klinik akan membantu mahasiswa mencapai kompetensi yang diharapkan.

Pada praktek keperawatan jiwa, banyak mahasiswa yang pada awalnya merasa takut

saat akan ditempatkan di lahan praktek keperawatan jiwa. Hal ini sesuai dengan

pendapat dari Happel (2008), perasaan dan harapan negatif dari ketidakpastian menjadi

hal yang umum dihadapi mahasiswa sebelum penempatan praktek klinik keperawatan

jiwa. Adapun hasil penelitian lainnya yaitu dari Henderson et al (2007) menyatakan

bahwa pada umumnya mahasiswa merasa puas ketika melaksanakan praktek klinik di

bagian keperawatan jiwa. Adanya perbedaan yang mendasar ini, peneliti tertarik

memilih bagian keperawatan jiwa sebagai obyek dalam penelitian ini.

Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Jawa Barat merupakan rumah sakit milik

pemerintah Provinsi Jawa Barat. Pada awalnya rumah sakit tersebut hanya melayani

pasien dengan gangguan kejiwaan. Seiring berkembangnya tuntutan mayarakat, kini

rumah sakit tersebut juga melayani pasien umum dengan fasilitas yang ada dan apabila

ada tindakan yang harus ditindak lanjuti maka Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat

akan merujuk ke rumah sakit lainnya.


Selain untuk pengobatan jiwa RSJ Provinsi Jawa Barat juga menjadi lahan praktek

untukpraktek keperawatan jiwa. Bahkan, ada institusi yang mempraktekkan

mahasiswanya di RSJ Provinsi Jawa Barat. Terdapat sekitar 80 institusi pendidikan

kesehatan yang menggunakan RSJ Provinsi Jawa Barat sebagai lahan praktek klinik

baik dari dalam maupun luar Provinsi Jawa Barat. Rumah Sakit JiwaProvinsi Jawa

Barat merupakan lingkungan belajar klinik bagian keperawatan jiwa yang utama untuk

beberapa institusi diantaranya Kedokteran, Program Profesi Ners, S1 Keperawatan, D

III Keperawatan, rekam medic, farmasi, dan pekerja sosial. Lingkungan belajar klinik

yang baik maka diharapkan akan menunjang pengalaman klinik yang baik pula, begitu

pula sebaliknya. Rumah sakit yang memenuhi persyaratan dan komitmen yang tinggi

dalam mendukung proses pendidikan klinik mahasiswa akan memberikan kontribusi

yang lebih tinggi bagi luaran pengetahuan, pengalaman maupun kompetensi mahasiswa

(Emilia, 2003).

Oleh karena itu peneliti memilih Rumah Sakit JiwaProvinsi Jawa Barat sebagai

tempat penelitian, guna mengetahui bagaimana pengalaman klinik mahasiswa saat

praktek klinik keperawatan jiwa. Berdasarkan latar belakang masalah diatas,

menunjukkan bahwa pendidikan klinik beserta atributnya berpengaruh penting terhadap

pencapaian pengalaman klinik mahasiswa. Adapun atribut pendidikan klinik tersebut

antara lain: persiapan praktek klinik baik dari mahasiswa, institusi maupun rumah sakit,

lingkungan belajar klinik, peran perawat pembimbing (CI) dan peran dosen. Pada

Rumah Sakit JiwaProvinsi Jawa Barat yang merupakan lingkungan belajar klinik bagi

mahasiswa keperawatan belum pernah dilakukan penelitian tentang Pengalaman

Mahasiswa Praktek Klinik Keperawatan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa

Barat. Oleh karena itu, diperlukan study untuk mengkaji bagaimana pengalaman

mahasiswa praktek klinik keperawatan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat ,
dilihat dari persiapan praktek klinik, lingkungan belajar klinik, peran CI, peran dosen

dan refleksi mahasiswa.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Mendeskripsikan Pengalaman Mahasiswa Praktek Klinik Keperawatan Jiwa di

Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Mahasiswa Mampu Mendeskripsikan tentang Keperawatan Jiwa

2. Mahasiswa Mampu Mendeskripsikan Tentang Mahasiswa Keperawatan

3. Mahasiswa Mampu Mendeskripsikan Tentang Lahan Praktek

4. Mahasiswa Mampu Mendeskripsikan Tentang Stress

5. Mahasiswa Mampu Mendeskripsikan Tentang Mekanisme Koping

1.3. Manfaat

1.3.1. Manfaat Teoritis

Bagi Program Studi Profesi Ners, diharapkan literatur ini dapat dijadikan

sebagai acuan dan perkembangan teori yang dapat diterapkan dalam teori

tambahan dan diaplikasikan dalam asuhan keperawatan jiwa.

1.3.2. Manfaat Praktis

Diharapkan dapat dijadikan sebagai landasan teori yang dapat dikembangkan

untuk memodifikasi pengalaman mahasiswa program profesi Ners yang

melaksanakan praktek klinik di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.


BAB II

METODOLOGI

2.1. Jenis Penulisan

Jenis penulisan yang digunakan adalah literature review yaitu uraian analisa kritis

mengenai teori, temuan, dan bahan penelitian lainnya yang diperoleh dari bahan acuan

untuk dijadikan landasan kegiatan penelitian dalam menyusun kerangka pikir yang jelas

dari perumusan masalah yang akan diteliti.

2.2. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan adalah literature review berbasis journal,

dengan beberapa tahap yakni; penentuan topik besar, screenning journal, coding

journal, dan menentukan tema dari refensi juornal yang didapatkan.

2.3. Lokasi dan Waktu

Lokasi yang digunakan untuk melakukan literature review bertempat di Rumah

Sakit Jiwa Propinsi Jawa Barat. Adapun waktu yang digunakan selama dua minggu,

dimulai dari tanggal 16 Mei 2016 sampai dengan 28 Mei 2016.

2.4. Etika Literature Review

Dalam melakukan penulisan ini, struktur penulisan yang harus diperhatikan

meliputi: formulasi permasalahan, literature screenning, evaluasi data, analisis dan

interpretasi.

2.4.1. Formulasikan Permasalahan


Merumuskan atau menyusun sesuai topik yang akan diambil dalam bentuk

yang tepat. Dalam pemformulasian masalah yang dibahas, ditulis dalam bentuk

tinjauan pustaka yang mengacu pada juornal atau hasil studi pustaka. Penulisan

dilakukan secara kronologis dari penelitian–penelitian sebelumnya.

2.4.2. Literature Screenning

Proses ini berawal dari pengumpulan juornal yang berjumlah minimal 15-

20 jurnal internasional. Literatur dari juornal yang dikumpulkan harus relevan

dengan topik. Screenning dilakukan untuk memudahkan proses codding yang

bertujuan untuk mengevaluasi data yang muncul sebagai kelolaan sub topik.

2.4.3. Evaluasi Data

Proses ini lebih mengarahkan penulis kepada pengelompokan sub-sub topik

yang dikontribusikan dari hasil codding. Data yang didapatkan dari journal

codding dapat berupa data kualitatif, data kuantitatif maupun data yang berasal

dari kombinasi keduanya. Data yang telah dikelompokan akan dilihat kembali

compare (kesamaan) dan contrast (ketidaksamaan) baik dari segi kelebihan dan

kelemahan untuk mengidentifikasi level of significance yang terdiri dari literatur

utama (significant literature) dan literature penunjang (collateral literature).

2.4.4. Analisis dan Interpretasi

Proses akhir dari penulisan literature review adalah menganalisis dan

menginterpretasikan data dalam sub topik. Pandangan yang kritis diperlukan

untuk memparafrasekan isi sub topik (literature of journal).

2.4.5. Metode Pencarian

Literature Review ini menggunakan 2 (dua) media atau metode pencarian

juornal, yaitu sebagai berikut :


1. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan alamat situs :

www.pnri.go.id

2. Ebsco dengan alat situs : http://search.ebscohost.com

Tahun
No Nama Juornal
Terbitan
1 Methods to Succeed in Effective Knowledge Translation in Clinical Practice 2016
2 Evidence-based practice knowledge and perfusionists’ clinical behavior 2016
3 Motivations of nursing students regarding their educational preparation for 2015
mental health nursing in Australia and the United Kingdom: a survey evaluation
4 High Fidelity Human Simulation Improves Physical Therapist Student Self- 2015
Efficacy for Acute Care Clinical Practice
5 It’s the anxiety: Facilitators and Inhibitors to Nursing Students’ Career Interests 2014
in Mental Health Nursing
6 No place to turn: Nursing students’ experiences of moral distress in mental 2013
health setting
7 Addressing health literacy: the experience of undergraduate nursing students 2010
8 Perceived stress and coping strategies among Jordanian nursing students 2014
during clinical practice in psychiatric/mental health courses
9 Integrating Simulation into a Reflection-Centered Graduate Psychiatric/Mental 2015
Health Nursing Curriculum
10 Addressing the mental health nurse shortage: Undergraduate nursing students 2013
working as assistants in nursing in inpatient mental health settings
11 Views and experiences of mental health nurses working with undergraduate 2012
assistants in nursing in an acute mental health setting
12 Emotion recognition by mental health professionals and students 2013
13 The attitudes of undergraduate nursing students towards mental health nursing: 2012
a systematic review
14 Service user involvement in nurse education: perceptions of mental health 2013
nursing students
15 Evaluation of nursing students’ work experience through the use 2014
of reflective journals
16 Tingkat pengetahuan mahasiswa dalam merawat pasien jiwa pada praktek 2009
klinik keperawatan jiwa
17 Hubungan antara tingkat stres dengan mekanisme koping pada mahasiswa 2009
keperawatan menghadapi praktek belajar lapangan di rumah sakit
18 Perbandingan tingkat kemampuan mekanisme koping sebelum dan sesudah 2006
pemberian bimbingan individu pada mahasiswa profesi di rumah sakit jiwa
19 Perceived knowledge, skills, attitude and contextual factors affecting evidence- 2015
based practice among nurse educators, clinical coaches and nurse specialists
20 A Journey across an Unwelcoming Field: A Qualitative Study Exploring the 2015
Factors Influencing Nursing Students’ Clinical Education
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menggambarkan tentang literature review dengan judul pengalaman

mahasiswa selama praktek di Rumah Sakit Jiwa. Berdasarkan literature screenning,

ditemukan 5 tema yaitu keperawatan jiwa, mahasiswa keperawatan, praktek klinik, stress dan

mekanisme koping.

3.1 Keperawatan Jiwa

Keperawatan jiwa merupakan profesi yang sangat penting untuk individu yang

mengalami gangguan jiwa. Dalam keperawatan jiwa dibutuhkan aspek keterampilan

untuk perawat yang bekerja dalam praktek kesehatan jiwa. Seorang perawat profesional

kesehatan jiwa yang terlatih akan lebih mampu mengidentifikasi emosi dari individu

yang mengalami gangguan jiwa baik secara verbal maupun non verbal. Selain itu, dalam

keperawatan jiwa seorang perawat harus menunjukkan sikap peduli, menghormati dan

mengenali nilai-nilai yang berfokus pada pasien.

Dalam Praktek Keperawatan jiwa secara khusus menggunakan hubungan secara

terapeutik dalam meningkatkan dan mempertahankan kesehatan mental. Proses

keperawatan kesehatan jiwa merupakan tantangan yang unik, karena masalah kesehatan

jiwa tidak dapat dilihat secara langsung seperti masalah kesehatan fisik yang

memperlihatkan berbagai tanda dan gejala. Banyak kasus dengan masalah kesehatan jiwa

tidak dapat mengungkapkan masalahnya karena kemampuan mereka yang berbeda

(Keliat, 2006).

3.2 Mahasiswa Keperawatan

Pendidikan mahasiswa ini diawali dengan periode Praktek Klinik Keperawatan

Terpadu, periode yang menjadi pintu masuk calon Ners ke klinik dan periode yang
menyatukan semua kemampuan kognitif dan skill yang dimiliki selama di akademik

untuk diimplementasikan di dunia nyata. Mahasiswa keperawatan merupakan seorang

professional yang akan melaksanakan asuhan keperawatan di pelayanan kesehatan.

Dalam menjalankan asuhan keperawatan seorang mahasiswa akan mengalami stress

yang disebabkan oleh ketidaksesuaian saat berhadapan dengan kondisi nyata di klinik

seperti respon pasien yang tidak diharapkan, kondisi pasien yang tiba-tiba berubah, dan

adanya kesenjangan antara teori dan praktek (Finn, Thorburn, & King, 2006) sehingga

terkadang mahasiswa mengalami kesulitan.

3.3 Praktek Klinik Keperawatan

Pembelajaran klinik memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan

ilmu pengetahuan yang telah dipelajari di tahap akademik. Biasanya mahasiswa

menghadapi beberapa masalah dalam memahami dan menyimpulkan aplikasi teori yang

telah dipelajari sebelumnya.

Praktek klinik keperawatan jiwa memberikan kesempatan untuk mahasiswa

mengaplikasikan teori yang didapatkan kedalam praktek nyata di rumah sakit jiwa. Cope,

et al, (2006) mengatakan bahwa mahasiswa menerapkan teori keperawatan yang didapat

dalam pembelajaran di kelas secara real selama praktek klinik keperawatan di rumah

sakit. Granskar, etal, (2006) juga mengemukakan bahwa mahasiswa mendapatkan

pengetahuan yang lebih baik tentang cara merawat pasien jiwa setelah pembelajaran

klinik.

Praktek klinik dikatakan sebagai kunci dalam pembentukan mahasiswa keperawatan

karena mahasiswa dapat menerapkan teori pengetahuan dan mengembangkan

keterampilan untuk memberikan perawatan kepada pasien mereka secara langsung.

Dalam memberikan perawatan kepada pasien, mahasiswa praktek klinik sering kali

menghadapi situasi sulit, dan sering menimbulkan stress karena kontak langsung dengan
penyakit, rasa sakit, penderitaan, kecacatan, dan kematian pasien. Hal ini terjadi

dikarenakan mahasiswa baru terpapar dengan lingkungan klinik sebagian tahap awal

penempatan praktek klinik pada tahun pertama mereka (Nicholas, et, al, 2013).

Tahap awal penempatan klinik pada tahun pertama disebut sebagai fase observasi

dan hal ini disebut juga sebagai masa transisi yaitu masa dari pembelajaran teori didalam

kelas menjadi pendidikan diklinik, ketika mahasiswa bergerak dari pengamat pasif ke

peserta aktif. Dalam masa transisi ini mahasiswa tahun pertama praktek klinik sering

mengalami sters, hal ini yang menyebabkan stress tersebut adalah akibat dari kurangnya

pengetahuan dan keterampilan klinik, kekhawatiran merawat pasien dan takut membuat

kesalahan, stress yang diwujudkan melalui kecemasan dan kesulitan dalam keputusan

(brien, 2012).

Penempatan praktek klinik tahun pertama mahasiswa mungkin memiliki tingkat

stress yang tinggi karena merasa asing dengan lingkungan institusi rumah sakit, kurang

percaya, dan tidak memiliki pengalaman klinis sebelumnya dimana hal tersebut bisa

menjadi sumber stress saat praktek klinik ( khater, Zaheya, 2012). Hal ini sejalan dengan

penelitian Chan (2006) yang membandingkan tingkat stress mahasiswa keperawatan

dalam menjalani praktek klinik, hasil menunjukan bahwa tingkat stress bervariasi

tergantung pada tingkat semester, dan penempatan klinis. Kleehamer et al, (1990 dalam

Chan, 2006) berpendapat bahwa mahasiswa tahun pertama menunjukan skor stress yang

lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa tahun kedua

3.4 Stress

Setiap individu dapat mengalami keadaan stres dalam kehidupan yang memberikan

rangsangan terhadap perubahan dan pertumbuhan, stress merupakan hal yang alami dan

bahkan diperlukan. Stress berlebih dapat menyebabkan penyesuaian yang buruk, gejala

penyakit fisik, dan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah. Stres merupakan suatu
hubungan yang melibatkan individu dan lingkungannya yang dipersepsikan oleh individu

sebagai suatu tuntutan atau sumber pengaruh dari luar ( Lazarus & Folkman, 1984 dalam

-Zayyat, 2014 ). Penyebab stress disebut dengan stressor yaitu rangsangan atau peristiwa

yang menyebabkan individu menderita stres ( Basavanthappa, 2004 dalam -Zayyat,

2014).

Stress dapat dialami oleh setiap individu, tidak terkecuali dengan mahasiswa

keperawatan. Setiap mahasiswa keperawatan dapat mengalami stres berbeda

tingkatannya sesuai dengan stressor yang diterimanya . Beberapa hal yang dapat

dijadikan alasan mahasiswa mengalami stress dalam menghadapi praktik klinik tersebut

sangat bervariasi, di antaranya karena : mahasiswa belum memiliki pengalaman dalam

melakukan praktik klinik, keterbatasan pemahaman terhadap tugas yang harus

dilaksanakan selama praktik, situasi lingkungan yang baru, dan pengalaman pertama

berinteraksi dengan pasien. Alasan lainnya bisa juga karena mahasiswa harus terjun

langsung dan berperan sebagai perawat yang memberikan perawatan kepada pasien,

bertanggung jawab atas segala tindakan yang dilakukan terhadap pasien terhadap

perawat senior di ruangan, keterbatasan fasilitas yang digunakan selama praktik dan

tujuan tertentu yang harus dicapai selama belajar di klinik atau target kompetensi yang

harus dicapai selama praktik ( Syahreni, 2007).

Pengalaman stress selama melakukan praktik klinik yang paling dirasakan yaitu

dimana mahasiswa harus melaksanakan praktik keperawatan jiwa. Mahasiswa

keperawatan yang mendaftar dalam program praktik klinik jiwa dapat rentan terhadap

tekanan emosional, dan dalam menghadapi tantangan kehidupannya sehari-hari

(McGann & Thompson 2008). Hal demikian dapat disebabkan oleh adanya stigma yang

diberikan individu terhadap individu yang memiliki penyakit gangguan mental (Happell

& Gough 2007; Stuart 2009; Surgenor et al. 2005).


Pandangan dan sikap negatif mahasiswa tersebut dapat menghambat proses

pembelajaran mahasiswa dan memiliki dampak negatif terhadap perkembangan

kemampuan mereka dalam melakukan hubungan terapeutik dengan pasien, dan dapat

menciptakan emosional distress (Fisher 2002). Penelitian Al-Zayyat, A (2014) diperoleh

data derajat stress yang dirasakan oleh mahasiswa yang melaksanakan praktik klinik

menurun pada periode pelatihan pasca praktik klinik jiwa dibandingkan dengan periode

pra praktik klinik jiwa. Penelitian ini didukung oleh Karimollahi (2011), yang

menjelaskan bahwa awal dari pelaksanaan pelatihan di unit psikiatri sangat menegangkan

bagi mahasiswa. Namun selama pelaksanaan pelatihan dilaporkan bahwa mahasiswa

mengalami penurunan derajat stress dan lama kelamaan mereka terbiasa dan mampu

mengatasi stress dan ketakutannya. Berdasarkan penelitian Nolan dan Ryan (2008)

menemukan bahwa hampir 48% dari mahasiswa keperawatan dalam program praktik

keperawatan jiwa memiliki derajat stres yang lebih besar jika dibandingkan dengan nilai

ambang batas yang dilaporkan oleh Goldberg (1978). Keadaan tersebut menandakan

tingkat kesulitan dari mahasiswa yang tidak mungkin diatasi tanpa adanya intervensi.

Menurut laporan Karimollahi (2011) mahasiswa keperawatan yang terdaftar dalam

program pelatihan praktik klinik jiwa biasanya menghadapi stres karena takut mengalami

kekerasan, rasa takut yang tidak diketahui sebabnya, dan keyakinan yang negatif

terhadap pasien.

3.5 Mekanisme Koping

Pada umumnya setiap manusia banyak memiliki kebutuhan yang ingin selalu

dipenuhinya dalam hidup. Kebutuhan itu dapat berupa kebutuhan fisik, psikis dan sosial.

Akan tetapi, dalam kehidupan nyata kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak selalu dapat

terpenuhi. Keadaan seperti itu yang sering kali membuat manusia merasa tertekan secara

psikologis. Respon dari perasaan tertekan itu dimanifestikan manusia dalam bentuk
perilaku yang bermacam-macam tergantung bagaimana manusia itu memandang

permasalahan yang sedang dihadapi. Bila masalah dipandang negatif oleh manusia, maka

respon perilakunyapun negatif, seperti yang diperlihatkan dalam bentuk-bentuk perilaku

neuorotis dan patologis. Sebaliknya, jika persoalan dihadapi dengan positif, maka respon

perilakunya yang ditampilkan pun bisa dalam bentuk penyesuaian diri yang positif dan

cara mengatasi masalah yang konstruktif. Menurut Indirawati (dalam fitrianingrum,

2009) pemilihan cara mengatasi masalah ini disebut dengan perilaku koping, sedangkan

menurut Chaplin (dalam fitrianingrum, 2009), perilaku koping merupakan tingkah laku

individu saat melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya dengan tujuan

menyelesaikan tugas atau masalahnya.

Perilaku koping merupakan terjemahan dari coping behavior yang dapat diartikan

sebagai suatu sikap menghadapi masalah, tekanan atau tantangan. Perilaku koping

berkaitan dengan bentuk-bentuk usaha yang dilakukan oleh individu untuk melindungi

dari tekanan-tekanan psikologis yang ditimbulkan oleh problematika yang merupakan

reaksi terhadap tekanan yang bertujuan untuk memecahkan, mengurangi dan

menggantikan kondisi yang penuh tekanan, mekanisme koping mencakup usaha untuk

mengubah penilaian sehingga orang tidak lagi merasa terancam dengan stimulus dari

luar.

Menurut Lazarus dan Foklman (dalam Fitrianingrum, 2009), cara-cara pemecahan

masalah dengan perilaku koping yang sering digunakan oleh individu meliputi 2 model

yaitu problem focused coping dan emotion focused coping. Problem focused coping

merupakan pemecahan masalah dengan cara yang baru dan dapat memilih alternatif dan

manfaatkan pilihan yang baik contohnya menanyakan saran dan berdiskusi dengan

teman, sedangkan emotion focused coping merupakan pemecahan masalah dengan


menggunakan emosi supaya masalahnya tidak bertambah rumit dan mengakibatkan hal

yang negatif.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Setiawaty (2013), Koping mahasiswa dalam

menghadapi stress antara lain:

a) Dengan cara share seperti berdiskusi dengan teman, bercerita dengan orang tua.

b) Dengan cara shoping, menghibur diri, jalan-jalan, main game, nonton film dan cara

mendengarkan musik.

c) Dengan cara berdoa, shalat dan sabar.

Tully dalam Al-Zayyat, 2014 memaparkan hasil penelitiannya tentang teknik

mekanisme koping yang dilakukan oleh mahasiswa keperawatan selama praktik stase

kejiwaan. Dalam penelitiannya, Tully menemukan bahwa mahasiswa yang menggunakan

mekanisme koping maladaptif (seperti memakai obat, atau mencoba untuk melupakan

stres) dapat menyebabkan derajat distress yang tinggi. Sebaliknya, siswa yang

menggunakan mekanisme koping adaptif, seperti pemecahan masalah, akan memiliki

tingkat stress yang rendah.

Chen dan Hung dalam Al-Zayyat, 2014 juga memaparkan bahwa teknik koping yang

paling banyak digunakan oleh mahasiswa keperawatan Taiwan selama praktik klinik

adalah mekanisme koping adaptif, yaitu pemecahan masalah.


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari berbagai jurnal yang di dapat maka disimpulkan bahwa ditemukan 5 tema dari

pengalaman mahasiswa selama praktek di RSJ Provinsi Jawa Barat yaitu:

4.1.1 Keperawatan Jiwa

Dalam Praktek Keperawatan jiwa secara khusus menggunakan hubungan secara

terapeutik dalam meningkatkan dan mempertahankan kesehatan mental.

4.1.2 Mahasiswa Keperawatan

Mahasiswa keperawatan merupakan seorang professional yang akan melaksanakan

asuhan keperawatan di pelayanan kesehatan.

4.1.3 Praktek Klinik Keperawatan

Praktek klinik dikatakan sebagai kunci dalam pembentukan mahasiswa

keperawatan karena mahasiswa dapat menerapkan teori pengetahuan dan

mengembangkan keterampilan untuk memberikan perawatan kepada pasien

mereka secara langsung.

4.1.4 Stress

Stress dapat dialami oleh setiap individu, tidak terkecuali dengan mahasiswa

keperawatan. Setiap mahasiswa keperawatan dapat mengalami stres berbeda

tingkatannya sesuai dengan stressor yang diterimanya

4.1.5 Mekanisme Koping

Mekanisme koping berkaitan dengan bentuk-bentuk usaha yang dilakukan oleh

individu untuk melindungi dari tekanan-tekanan psikologis yang ditimbulkan oleh


problematika yang merupakan reaksi terhadap tekanan yang bertujuan untuk

memecahkan, mengurangi dan menggantikan kondisi yang penuh tekanan,

mekanisme koping mencakup usaha untuk mengubah penilaian sehingga orang

tidak lagi merasa terancam dengan stimulus dari luar.

4.2 Saran

4.2.1 Bagi Program Studi Profesi Ners

Diharapkan laporan jurnal ini dapat dijadikan tambahan teori dan bahan bacaan

tentang keperawatan jiwa khususnya dalam pengalaman mahasiswa dalam

menjalani praktik keperawatan jiwa.

4.2.2 Bagi Perawat

Diharapkan laporan jurnal ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi perawat

dalam melaksanakan bimbingan praktek pada mahasiswa praktek klinik di RSJ

Provinsi Jawa Barat.

4.2.3 Bagi Rumah Sakit

Diharapkan laporan jurnal ini dapat menjadi masukan bagi Rumah Sakit untuk

mengevaluasi mahasiswa yang sedang melakukan praktek klinik di RSJ Provinsi

Jawa Barat.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Zayyat, A. (2014).Perceived stress and coping strategies among Jordanian nursing

students during clinical practice:International Journal of Mental Health Nursing, 23,

326–335

Al-Zayyat Abdulkarim & Al-Gamal Ekhlas (2014). Perceived stress and coping strategies

among Jordanian nursing students during clinical practicein psychiatric/mental health

courses:International Journal of Mental Health Nursing (2014) 23, 326–335

Art & science (2014).Evaluation of nursing students’work experience through the use of

reflective journals:Volume 17 | Number 6

A. Mennenga Heidi (2016).Nursing Student Perceptions of Digital Textbooks: A Pilot

Study:Nursing Education Perspectives VOLUME 37 NUMBER 2

Browne Graeme.,et al (2013).Addressing the mental health nurse shortage: Undergraduate

nursing students working as assistants in nursing in inpatient mental health

settings:International Journal of Nursing Practice 2013; 19: 539–545

Cleary Michelle.,et al (2012.,Views and experiences of mental health nurses working with

undergraduate assistants in nursing in an acute mental health setting:International

Journal of Mental Health Nursing (2012) 21, 184–190

DONNELL1 & K. GORMLEY 2 (2013),Service user involvement in nurse education:

perceptions of mental health nursing students : Journal of Psychiatric and Mental

Health Nursing, 2013, 20, 193–202

Edward Karen-leigh.,et al (2014).Motivations of nursing students regarding their educational

preparation for mental health nursing in Australia and the United Kingdom: a survey

evaluation:DOI 10.1186/s12912-015-0084-8
Fitrianingrum, U. (2009). Perilaku Koping Pada Mahasiswa Psikologi yang Mengalami

Kecemasan Komunikasi Interpersonal (Skripsi, Universitas Muhammadiyah

Surakarta).

Happell Brenda &J Gaskin Cadeyrn ( 2012 ),The attitudes of undergraduate nursing students

towards mentalhealth nursing: a systematic review: Journal of Clinical Nursing, 22,

148–158

Happell Brenda.,et al(2014).It’s the Anxiety: Facilitators and Inhibitors to Nursing Students’

Career Interests in Mental Health Nursing:It’s the Anxiety: Issues in Mental Health

Nursing, 35:50–57, 2014

Indirawati, E. 2006. Hubungan Antara Kematangan Beragama denganKecenderungan

Strategi Coping. Jurnal Indigenous. Vol. 3, No. 2, Desember2006. Surakarta : Fakultas

Psilkologi UMS.

J. Silberman Nicki.,et al(2015).High Fidelity Human Simulation Improves Physical Therapist

Student Self-Efficacy for Acute Care Clinical Practice:Journal of Physical Therapy

Education Vol 29, No 4, 2015

L. Kitson Alison.,et al (2016).Methods to Succeed in Effective Knowledge Translation in

Clinical Practice :Journal of Nursing Scholarship, 2016; 48:3, 294–302.

Minardi H (2013), Emotion recognition by mental health professionals and students:Nursing

Standard. 27, 25, 41-48.

Moonaghi Hossein(2015).A Journey across an Unwelcoming Field: A Qualitative Study

Exploring the Factors Influencing Nursing Students’ Clinical Education: Health

Science Journal ISSN 1791-809XVol. 9 No. 4:4

M Long Dennis &Matthews Eric(2016).Evidence-based practice knowledge and

perfusionists’ clinical behavior :Perfusion 2016, Vol. 31(2) 119–124


Lisa.,et al (201).Perceived knowledge, skills, attitude and contextual factors affecting

evidence-based practice among nurse educators, clinical coaches and nurse

specialists:International Journal of Nursing Practice 2015; 21 (Suppl. 2), 46–57

Setiawaty, E. (2013). Stres Dikalangan Mahasiswa Keperawatan Dan Mekanisme Koping

Dalam Penyusunan Skripsi Di UsahidSurakarta (Thesis, UNS-Pascasarjana Prodi.

Kesehatan-S541202042-2013)

Scheckel Martha.,et al (2010).Addressing health literacy: the experiences of undergraduate

nursing Students:Journal of Clinical Nursing, 19, 794–802

Schwindt Rhonda & McNelis Angela (2015),Integrating Simulation into a Reflection-

Centered Graduate Psychiatric/Mental Health Nursing Curriculum : Volume 3 6

Number 5

Schecke.,et al (2009), Addressing health literacy: the experiences of undergraduate nursing

Students :Journal of Clinical Nursing, 19, 794–802

Tully, A. (2004).Stress, sources of stress and ways of copingamong psychiatric nursing

students: Journal of Psychiatricand Mental Health Nursing, 11 (1), 43–47.

Wojtowicz Bernadine.,et al (2014),No place to turn: Nursing students’ experiences of moral

distress in mental health settings :International Journal of Mental Health Nursing

(2014) 23, 257–264

Anda mungkin juga menyukai