LITERATUR REVIEW
Disusun Oleh:
MAHASISWA PPN ANGKATAN XI
1Mahasiswa Program Profesi Ners STIKes Bina Putera Banjar, 2Bandu Jatra
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kasih karunia-Nya serta kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan literatur
review yang berjudul “Pengalaman Mahasiswa Selama Praktek di RSJ Provinsi Jawa
Barat”.
Adapun tujuan penulisan laporan literatur review ini untuk memenuhi salah satu tugas
stase keperawatan jiwa dalam menempuh pendidikan Program Studi Profesi Ners STIKes
Bina Putera Banjar di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Dalam kesempatan ini
1. dr. H. Encep Supriandi, Sp.KJ., M.Kes., M.KM. sebagai Direktur Rumah Sakit Jiwa
2. Dr. Hj. Suriany, S.Pd., MM., M.Kes. sebagai Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina
Putera Banjar
3. Winda Ratna Wulan, M.Kep., Sp.Kep J sebagai Kordinator Diklat Rumah Sakit Jiwa
4. Muhamad Taufik Hidayat, S.Kep., Ners., M.KM. sebagai Kordinator Penelitian Rumah
5. Sri Wianti, S.Kep., Ners., MM., M.Kep. sebagai ketua jurusan Program Studi Ilmu
6. Kurniawan, S.Kep., Ners. sebagai Kordinator Stase Keperawatan Jiwa Sekolah Tinggi
7. Bandu Jatra M., M.Kep sebagai Clinical Intructor Keperawatan Rumah Sakit Jiwa
bimbingannya.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa laporan literatur review ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2 Tujuan Penelitian.......................................................................... 7
1.3 Manfaat Penelitian........................................................................ 8
BAB II METODOLOGI........................................................................... 9
2.1 Jenis Penelitian............................................................................... 9
2.2 Metode Penulisan........................................................................... 9
2.3 Lokasi dan Waktu........................................................................... 9
2.4 Etika Literature Review................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 25
LAMPIRAN.................................................................................................. 29
BAB I
PENDAHULUAN
pelayanan kesehatan yang berkualitas juga (Depkes, 2007). Perawat merupakan salah
satu tumpuan pelayanan kesehatan. Perawat dituntut untuk dapat bekerja secara
professional dan kompeten, mampu memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien.
kompeten dan profesional. Pendidikan keperawatan terdiri dari dua tahap, yaitu tahap
akademik dan tahap pendidikan klinik. Pada pendidikan Program Profesi Ners Ilmu
Keperawatan, tahap akademik ditempuh pada dua tahun pertama. Institusi pendidikan
Tahap pendidikan klinik ditempuh pada tahun ketiga, pada tahap ini rumah sakit beserta
profesionalisme dan sebagai bekal mahasiswa saat berada di dunia kerja (Skaalvik et al,
kerja nyata yang langsung berhubungan dengan lahan sesungguhnya yang sebelumnya
clinical exposure selama proses pendidikan di tahap akademik. Program Profesi Ners
digunakan saat ini adalah kurikulum berbasis kompetensi, sehingga diharapkan lulusan
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai dalam situasi klinik (Chan, 2002).
Pendidikan klinik yang efektif mampu membangun rasa percaya diri dan
klinik dibagi menjadi dua hal utama (Saarikoski & Kilpi, 2002). Pertama, lingkungan
pembelajaran klinik yang ada di bangsal, pembelajaran klinik terdiri dari lingkungan di
ruang perawatan, rawat jalan maupun di tatanan komunitas (Ramani & Leinster, 2008).
nursing care), 2) Lingkungan yang kondusif, 3) Ada role model yang cukup, 4)
Tersedia kelengkapan sarana dan prasarana serta staf yang memadai, 5) Tersedianya
standar pelayanan atau SOP keperawatan yang lengkap (Reilly & Oermann, 2002).
Bimbingan klinik baik dari dosen maupun perawat klinik sangat dibutuhkan
didapat di tahap akademik dengan lahan praktek pada tahap klinik. Bimbingan klinik
dapat membantu mahasiswa dalam membangun identitas profesionalisme,
Oleh karena itu, pembimbing klinik harus mengetahui tujuan pendidikan klinik dan
(Hasan, 2012). Bekal teori yang sudah didapatkan selama tahap akademik diharapkan
selama tahap pendidikan klinik melibatkan dosen maupun staf perawat. Seorang
penyusunan ASKEP (Asuhan Keperawatan), BST (bed site teaching), dan ronde
pembimbing. Dosen selain sebagai pembimbing pada tahap pendidikan klinik juga
memiliki peran yang banyak di kampus dan masyarakat guna menjalankan tridrama
perguruan tinggi, begitu juga dengan pelaksanaan peran CI. Perawat CI bertugas
2004), selain itu juga harus mampu memberikan feedback yang membangun,
terlibat aktif dalam perawatan pasien (Cleary et al, 2006). Pada pelaksanaan tugasnya
keperawatan kepada pasien dan membimbing mahasiswa juga masih dibebani dengan
Pada praktek keperawatan jiwa, mahasiswa sendiri merupakan alat yang membantu
terapi dan fokus pada individualitas pasien (Charleston & Hapell, 2005). Pada bagian
keperawatan jiwa hubungan antara perawat dengan pasien sangat terbatas, kurang staf
perawat dan dukungan pelayanan (Henderson et al, 2007). Diharapkan dengan adanya
Pada praktek keperawatan jiwa, banyak mahasiswa yang pada awalnya merasa takut
saat akan ditempatkan di lahan praktek keperawatan jiwa. Hal ini sesuai dengan
pendapat dari Happel (2008), perasaan dan harapan negatif dari ketidakpastian menjadi
hal yang umum dihadapi mahasiswa sebelum penempatan praktek klinik keperawatan
jiwa. Adapun hasil penelitian lainnya yaitu dari Henderson et al (2007) menyatakan
bahwa pada umumnya mahasiswa merasa puas ketika melaksanakan praktek klinik di
bagian keperawatan jiwa. Adanya perbedaan yang mendasar ini, peneliti tertarik
Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Jawa Barat merupakan rumah sakit milik
pemerintah Provinsi Jawa Barat. Pada awalnya rumah sakit tersebut hanya melayani
rumah sakit tersebut juga melayani pasien umum dengan fasilitas yang ada dan apabila
ada tindakan yang harus ditindak lanjuti maka Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat
kesehatan yang menggunakan RSJ Provinsi Jawa Barat sebagai lahan praktek klinik
baik dari dalam maupun luar Provinsi Jawa Barat. Rumah Sakit JiwaProvinsi Jawa
Barat merupakan lingkungan belajar klinik bagian keperawatan jiwa yang utama untuk
III Keperawatan, rekam medic, farmasi, dan pekerja sosial. Lingkungan belajar klinik
yang baik maka diharapkan akan menunjang pengalaman klinik yang baik pula, begitu
pula sebaliknya. Rumah sakit yang memenuhi persyaratan dan komitmen yang tinggi
yang lebih tinggi bagi luaran pengetahuan, pengalaman maupun kompetensi mahasiswa
(Emilia, 2003).
Oleh karena itu peneliti memilih Rumah Sakit JiwaProvinsi Jawa Barat sebagai
antara lain: persiapan praktek klinik baik dari mahasiswa, institusi maupun rumah sakit,
lingkungan belajar klinik, peran perawat pembimbing (CI) dan peran dosen. Pada
Rumah Sakit JiwaProvinsi Jawa Barat yang merupakan lingkungan belajar klinik bagi
Mahasiswa Praktek Klinik Keperawatan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa
Barat. Oleh karena itu, diperlukan study untuk mengkaji bagaimana pengalaman
mahasiswa praktek klinik keperawatan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat ,
dilihat dari persiapan praktek klinik, lingkungan belajar klinik, peran CI, peran dosen
1.2. Tujuan
1.3. Manfaat
Bagi Program Studi Profesi Ners, diharapkan literatur ini dapat dijadikan
sebagai acuan dan perkembangan teori yang dapat diterapkan dalam teori
METODOLOGI
Jenis penulisan yang digunakan adalah literature review yaitu uraian analisa kritis
mengenai teori, temuan, dan bahan penelitian lainnya yang diperoleh dari bahan acuan
untuk dijadikan landasan kegiatan penelitian dalam menyusun kerangka pikir yang jelas
dengan beberapa tahap yakni; penentuan topik besar, screenning journal, coding
Sakit Jiwa Propinsi Jawa Barat. Adapun waktu yang digunakan selama dua minggu,
interpretasi.
yang tepat. Dalam pemformulasian masalah yang dibahas, ditulis dalam bentuk
tinjauan pustaka yang mengacu pada juornal atau hasil studi pustaka. Penulisan
Proses ini berawal dari pengumpulan juornal yang berjumlah minimal 15-
bertujuan untuk mengevaluasi data yang muncul sebagai kelolaan sub topik.
yang dikontribusikan dari hasil codding. Data yang didapatkan dari journal
codding dapat berupa data kualitatif, data kuantitatif maupun data yang berasal
dari kombinasi keduanya. Data yang telah dikelompokan akan dilihat kembali
compare (kesamaan) dan contrast (ketidaksamaan) baik dari segi kelebihan dan
www.pnri.go.id
Tahun
No Nama Juornal
Terbitan
1 Methods to Succeed in Effective Knowledge Translation in Clinical Practice 2016
2 Evidence-based practice knowledge and perfusionists’ clinical behavior 2016
3 Motivations of nursing students regarding their educational preparation for 2015
mental health nursing in Australia and the United Kingdom: a survey evaluation
4 High Fidelity Human Simulation Improves Physical Therapist Student Self- 2015
Efficacy for Acute Care Clinical Practice
5 It’s the anxiety: Facilitators and Inhibitors to Nursing Students’ Career Interests 2014
in Mental Health Nursing
6 No place to turn: Nursing students’ experiences of moral distress in mental 2013
health setting
7 Addressing health literacy: the experience of undergraduate nursing students 2010
8 Perceived stress and coping strategies among Jordanian nursing students 2014
during clinical practice in psychiatric/mental health courses
9 Integrating Simulation into a Reflection-Centered Graduate Psychiatric/Mental 2015
Health Nursing Curriculum
10 Addressing the mental health nurse shortage: Undergraduate nursing students 2013
working as assistants in nursing in inpatient mental health settings
11 Views and experiences of mental health nurses working with undergraduate 2012
assistants in nursing in an acute mental health setting
12 Emotion recognition by mental health professionals and students 2013
13 The attitudes of undergraduate nursing students towards mental health nursing: 2012
a systematic review
14 Service user involvement in nurse education: perceptions of mental health 2013
nursing students
15 Evaluation of nursing students’ work experience through the use 2014
of reflective journals
16 Tingkat pengetahuan mahasiswa dalam merawat pasien jiwa pada praktek 2009
klinik keperawatan jiwa
17 Hubungan antara tingkat stres dengan mekanisme koping pada mahasiswa 2009
keperawatan menghadapi praktek belajar lapangan di rumah sakit
18 Perbandingan tingkat kemampuan mekanisme koping sebelum dan sesudah 2006
pemberian bimbingan individu pada mahasiswa profesi di rumah sakit jiwa
19 Perceived knowledge, skills, attitude and contextual factors affecting evidence- 2015
based practice among nurse educators, clinical coaches and nurse specialists
20 A Journey across an Unwelcoming Field: A Qualitative Study Exploring the 2015
Factors Influencing Nursing Students’ Clinical Education
BAB III
Pada bab ini menggambarkan tentang literature review dengan judul pengalaman
ditemukan 5 tema yaitu keperawatan jiwa, mahasiswa keperawatan, praktek klinik, stress dan
mekanisme koping.
Keperawatan jiwa merupakan profesi yang sangat penting untuk individu yang
untuk perawat yang bekerja dalam praktek kesehatan jiwa. Seorang perawat profesional
kesehatan jiwa yang terlatih akan lebih mampu mengidentifikasi emosi dari individu
yang mengalami gangguan jiwa baik secara verbal maupun non verbal. Selain itu, dalam
keperawatan jiwa seorang perawat harus menunjukkan sikap peduli, menghormati dan
keperawatan kesehatan jiwa merupakan tantangan yang unik, karena masalah kesehatan
jiwa tidak dapat dilihat secara langsung seperti masalah kesehatan fisik yang
memperlihatkan berbagai tanda dan gejala. Banyak kasus dengan masalah kesehatan jiwa
(Keliat, 2006).
Terpadu, periode yang menjadi pintu masuk calon Ners ke klinik dan periode yang
menyatukan semua kemampuan kognitif dan skill yang dimiliki selama di akademik
yang disebabkan oleh ketidaksesuaian saat berhadapan dengan kondisi nyata di klinik
seperti respon pasien yang tidak diharapkan, kondisi pasien yang tiba-tiba berubah, dan
adanya kesenjangan antara teori dan praktek (Finn, Thorburn, & King, 2006) sehingga
menghadapi beberapa masalah dalam memahami dan menyimpulkan aplikasi teori yang
mengaplikasikan teori yang didapatkan kedalam praktek nyata di rumah sakit jiwa. Cope,
et al, (2006) mengatakan bahwa mahasiswa menerapkan teori keperawatan yang didapat
dalam pembelajaran di kelas secara real selama praktek klinik keperawatan di rumah
pengetahuan yang lebih baik tentang cara merawat pasien jiwa setelah pembelajaran
klinik.
Dalam memberikan perawatan kepada pasien, mahasiswa praktek klinik sering kali
menghadapi situasi sulit, dan sering menimbulkan stress karena kontak langsung dengan
penyakit, rasa sakit, penderitaan, kecacatan, dan kematian pasien. Hal ini terjadi
dikarenakan mahasiswa baru terpapar dengan lingkungan klinik sebagian tahap awal
penempatan praktek klinik pada tahun pertama mereka (Nicholas, et, al, 2013).
Tahap awal penempatan klinik pada tahun pertama disebut sebagai fase observasi
dan hal ini disebut juga sebagai masa transisi yaitu masa dari pembelajaran teori didalam
kelas menjadi pendidikan diklinik, ketika mahasiswa bergerak dari pengamat pasif ke
peserta aktif. Dalam masa transisi ini mahasiswa tahun pertama praktek klinik sering
mengalami sters, hal ini yang menyebabkan stress tersebut adalah akibat dari kurangnya
pengetahuan dan keterampilan klinik, kekhawatiran merawat pasien dan takut membuat
kesalahan, stress yang diwujudkan melalui kecemasan dan kesulitan dalam keputusan
(brien, 2012).
stress yang tinggi karena merasa asing dengan lingkungan institusi rumah sakit, kurang
percaya, dan tidak memiliki pengalaman klinis sebelumnya dimana hal tersebut bisa
menjadi sumber stress saat praktek klinik ( khater, Zaheya, 2012). Hal ini sejalan dengan
dalam menjalani praktek klinik, hasil menunjukan bahwa tingkat stress bervariasi
tergantung pada tingkat semester, dan penempatan klinis. Kleehamer et al, (1990 dalam
Chan, 2006) berpendapat bahwa mahasiswa tahun pertama menunjukan skor stress yang
3.4 Stress
Setiap individu dapat mengalami keadaan stres dalam kehidupan yang memberikan
rangsangan terhadap perubahan dan pertumbuhan, stress merupakan hal yang alami dan
bahkan diperlukan. Stress berlebih dapat menyebabkan penyesuaian yang buruk, gejala
penyakit fisik, dan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah. Stres merupakan suatu
hubungan yang melibatkan individu dan lingkungannya yang dipersepsikan oleh individu
sebagai suatu tuntutan atau sumber pengaruh dari luar ( Lazarus & Folkman, 1984 dalam
-Zayyat, 2014 ). Penyebab stress disebut dengan stressor yaitu rangsangan atau peristiwa
2014).
Stress dapat dialami oleh setiap individu, tidak terkecuali dengan mahasiswa
tingkatannya sesuai dengan stressor yang diterimanya . Beberapa hal yang dapat
dijadikan alasan mahasiswa mengalami stress dalam menghadapi praktik klinik tersebut
dilaksanakan selama praktik, situasi lingkungan yang baru, dan pengalaman pertama
berinteraksi dengan pasien. Alasan lainnya bisa juga karena mahasiswa harus terjun
langsung dan berperan sebagai perawat yang memberikan perawatan kepada pasien,
bertanggung jawab atas segala tindakan yang dilakukan terhadap pasien terhadap
perawat senior di ruangan, keterbatasan fasilitas yang digunakan selama praktik dan
tujuan tertentu yang harus dicapai selama belajar di klinik atau target kompetensi yang
Pengalaman stress selama melakukan praktik klinik yang paling dirasakan yaitu
keperawatan yang mendaftar dalam program praktik klinik jiwa dapat rentan terhadap
(McGann & Thompson 2008). Hal demikian dapat disebabkan oleh adanya stigma yang
diberikan individu terhadap individu yang memiliki penyakit gangguan mental (Happell
kemampuan mereka dalam melakukan hubungan terapeutik dengan pasien, dan dapat
data derajat stress yang dirasakan oleh mahasiswa yang melaksanakan praktik klinik
menurun pada periode pelatihan pasca praktik klinik jiwa dibandingkan dengan periode
pra praktik klinik jiwa. Penelitian ini didukung oleh Karimollahi (2011), yang
menjelaskan bahwa awal dari pelaksanaan pelatihan di unit psikiatri sangat menegangkan
mengalami penurunan derajat stress dan lama kelamaan mereka terbiasa dan mampu
mengatasi stress dan ketakutannya. Berdasarkan penelitian Nolan dan Ryan (2008)
menemukan bahwa hampir 48% dari mahasiswa keperawatan dalam program praktik
keperawatan jiwa memiliki derajat stres yang lebih besar jika dibandingkan dengan nilai
ambang batas yang dilaporkan oleh Goldberg (1978). Keadaan tersebut menandakan
tingkat kesulitan dari mahasiswa yang tidak mungkin diatasi tanpa adanya intervensi.
program pelatihan praktik klinik jiwa biasanya menghadapi stres karena takut mengalami
kekerasan, rasa takut yang tidak diketahui sebabnya, dan keyakinan yang negatif
terhadap pasien.
Pada umumnya setiap manusia banyak memiliki kebutuhan yang ingin selalu
dipenuhinya dalam hidup. Kebutuhan itu dapat berupa kebutuhan fisik, psikis dan sosial.
Akan tetapi, dalam kehidupan nyata kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak selalu dapat
terpenuhi. Keadaan seperti itu yang sering kali membuat manusia merasa tertekan secara
psikologis. Respon dari perasaan tertekan itu dimanifestikan manusia dalam bentuk
perilaku yang bermacam-macam tergantung bagaimana manusia itu memandang
permasalahan yang sedang dihadapi. Bila masalah dipandang negatif oleh manusia, maka
neuorotis dan patologis. Sebaliknya, jika persoalan dihadapi dengan positif, maka respon
perilakunya yang ditampilkan pun bisa dalam bentuk penyesuaian diri yang positif dan
2009) pemilihan cara mengatasi masalah ini disebut dengan perilaku koping, sedangkan
menurut Chaplin (dalam fitrianingrum, 2009), perilaku koping merupakan tingkah laku
Perilaku koping merupakan terjemahan dari coping behavior yang dapat diartikan
sebagai suatu sikap menghadapi masalah, tekanan atau tantangan. Perilaku koping
berkaitan dengan bentuk-bentuk usaha yang dilakukan oleh individu untuk melindungi
menggantikan kondisi yang penuh tekanan, mekanisme koping mencakup usaha untuk
mengubah penilaian sehingga orang tidak lagi merasa terancam dengan stimulus dari
luar.
masalah dengan perilaku koping yang sering digunakan oleh individu meliputi 2 model
yaitu problem focused coping dan emotion focused coping. Problem focused coping
merupakan pemecahan masalah dengan cara yang baru dan dapat memilih alternatif dan
manfaatkan pilihan yang baik contohnya menanyakan saran dan berdiskusi dengan
yang negatif.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Setiawaty (2013), Koping mahasiswa dalam
a) Dengan cara share seperti berdiskusi dengan teman, bercerita dengan orang tua.
b) Dengan cara shoping, menghibur diri, jalan-jalan, main game, nonton film dan cara
mendengarkan musik.
mekanisme koping yang dilakukan oleh mahasiswa keperawatan selama praktik stase
mekanisme koping maladaptif (seperti memakai obat, atau mencoba untuk melupakan
stres) dapat menyebabkan derajat distress yang tinggi. Sebaliknya, siswa yang
Chen dan Hung dalam Al-Zayyat, 2014 juga memaparkan bahwa teknik koping yang
paling banyak digunakan oleh mahasiswa keperawatan Taiwan selama praktik klinik
4.1 Kesimpulan
Dari berbagai jurnal yang di dapat maka disimpulkan bahwa ditemukan 5 tema dari
4.1.4 Stress
Stress dapat dialami oleh setiap individu, tidak terkecuali dengan mahasiswa
4.2 Saran
Diharapkan laporan jurnal ini dapat dijadikan tambahan teori dan bahan bacaan
Diharapkan laporan jurnal ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi perawat
Diharapkan laporan jurnal ini dapat menjadi masukan bagi Rumah Sakit untuk
Jawa Barat.
DAFTAR PUSTAKA
326–335
Al-Zayyat Abdulkarim & Al-Gamal Ekhlas (2014). Perceived stress and coping strategies
Art & science (2014).Evaluation of nursing students’work experience through the use of
Cleary Michelle.,et al (2012.,Views and experiences of mental health nurses working with
preparation for mental health nursing in Australia and the United Kingdom: a survey
evaluation:DOI 10.1186/s12912-015-0084-8
Fitrianingrum, U. (2009). Perilaku Koping Pada Mahasiswa Psikologi yang Mengalami
Surakarta).
Happell Brenda &J Gaskin Cadeyrn ( 2012 ),The attitudes of undergraduate nursing students
148–158
Happell Brenda.,et al(2014).It’s the Anxiety: Facilitators and Inhibitors to Nursing Students’
Career Interests in Mental Health Nursing:It’s the Anxiety: Issues in Mental Health
Psilkologi UMS.
Kesehatan-S541202042-2013)
Number 5