Anda di halaman 1dari 114

PANDUAN PRAKTIKUM LABORATORIUM

MATA KULIAH KETERAMPILAN DASAR KEPERAWATAN

SEMESTER II REG A / GENAP

OLEH :

Ns. Rusmarita, S. Kep, M. Kes, M. Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA

TAHUN AJARAN 2022/2023


HALAMAN PENGESAHAN

PANDUAN PRAKTIKUM KETERAMPILAN DASAR KEPERAWATAN

Oleh :

Ns. Rusmarita, S.Kep, M.Kes, M.Kep

Menyetujui;

Wakil Bidang Akademik Ka. Prodi Ilmu Keperawatan

Helen Evelina Siringgoringgo, S.ST., M.Keb Ns. Kardewi, S.Kep, M.Kes

Ketua STIK Bina husada

Ns. Ersita, S.Kep, M.Kes


KATA PENGANTAR

Mata kuliah pemenuhan kebutuhan dasar manusia adalah mata kuliah yang ada pada

semester II (dua) Kelas regular A pada Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Bina Husada di Palembang,. Mata kuliah ini terdiri dari 3 SKS 1 teori dan 2 SKS

praktik laboratorium. Praktik laboratorium pada mata kuliah ini adalah pemeriksaan TTV,

Pemeriksaan Fisik, pemeriksaan penunjang, pengkajian, antiseptik, sterilisasi, pemberian obat. Di

harapkan setelah mengikuti praktikum laboratorium ini mahasiswa mampu melakukan praktik

secara mandiri dalam melakukan tindakan-tindakan tersebut pada klien.

Kami menyadari bahwa panduan ini jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang

membangun untuk perbaikan panduan ini sangat kami harapkan. Demikianlah panduan praktikum

laboratorium ini dibuat, semoga dapat bermanfaat.

Palembang, 29 Mei 2023

Penulis,

Ns. Rusmarita, S.Kep, M.Kes, M.Kep


DAFTAR ISI

Cover..........................................................................................................................................................i
Halaman Pengesahan................................................................................................................................ii
Kata Pengantar.........................................................................................................................................iii
Daftar Isi..................................................................................................................................................iv
Kerangka Acuan
A. Pendahuluan…………………………….........................……………………………………. 1
B. Capaian Pembelajaran……………………………………….........................………………. 2
C. Pembimbing dan penguji……………………………………........................……………….. 2
D. Sasaran……………………………………………………………........................…………. 3
E. Waktu………………………………………………………………........................………… 3
F. Tempat……………………………………………………………........................………….. 3
G. Evaluasi………………………………………………………………….......................……....3
H. Pedoman Penilaian……………………………………………………………..........................3
Daftar Tilik

1. Pengukuran suhu......................……………………………………………............…………..4
2. Pengukuran Nadi ...………………………....…………………........................………………7
3. Pengukuran pernapasan……………….……………………..........................….......................8
4. Pengukuran Tekanan Darah......................….....…………….......................…………….. ….9
5. Pemeriksaan palpasi...........................……......…………………………… ........................…11
6. Pemeriksaan inspeksi……..…….…………………………………….......................……. ...20
7. Pemeriksaan auskultasi…..…………..………….....………………….......................………..22
8. Pemeriksaan perkusi........................................…………………....…........................………..23
9. Menghitung dosis obat...............................................................................................................28
10. Pemberian obat oral...................................................................................................................34
11. Pemberian obat topikal..............................................................................................................38
12. Pemberian obat vaginal..............................................................................................................41
13. Pemberian obat supositori..........................................................................................................45
14. Pemberian obat subkutan...........................................................................................................47
15. Pemberian obat intramaskular....................................................................................................50
16. Pemberian obat intrakutan..........................................................................................................53
17. Pemberian obat intravena...........................................................................................................55
18. Cuci tangan steril........................................................................................................................64
19. Pemasangan APD.......................................................................................................................68
20. Pengkajian keperawatan.............................................................................................................71
21. Tehnik pengumpulan data..........................................................................................................79
22. Perawatan luka sederhana........................................................................................................80
23. Mengganti balutan...................................................................................................................81
24. Mengidentifikasi gelang pada pasien.......................................................................................82
25. Desinfektan...............................................................................................................................83
26. Desinfektan bahan kimia..........................................................................................................84
27. Sterilisasi alat............................................................................................................................85
28. Menyiapkan pasien pemeriksaan laboratorium........................................................................86

DAFTAR PUSTAKA
KERANGKA ACUAN
PRAKTIKUM KETERAMPILAN Dasar KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIK BINA HUSADA
T.A 2022/2023

A. Pendahuluan

Pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia ( SDM ) melalui pendidikan perlu


dilaksanakan secara terpadu agar lulusan memiliki keunggulan serta kreatifitas-kreatifitas cipta karya
yang bernilai tinggi.
Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang, dalam upaya
menyelenggarakan pendidikan Tahap Akademik (S1 Keperawatan) memiliki sistem yang mampu
memberikan landasan kemampuan untuk menanamkan keunggulan terhadap lulusannya khususnya
dalam kaitan dengan penguasaan aspek Kognitif, Afektif dan Psikomotor dalam bidang keperawatan
maupun bidang lain yang terkait.
Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang juga diselenggarakan dalam
rangka menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik
dan profesional di bidang keperawatan terutama didalam kondisi pesatnya kemajuan global yang
membawa berbagai dampak positif dan negatif diantaranya peningkatan sejumlah kasus dan masalah
kesehatan yang ada dimasyarakat yang membutuhkan kecermatan yang tinggi dalam penanganannya.
Berlandaskan pada beberapa pemikiran-pemikiran tersebut PSIK STIK Bina Husada
Palembang menyusun kurikulum dalam bentuk mata kuliah Praktik Laboratorium salah satunya
keterampilan dasar keperawatan , yang diharapkan mampu memfasilitasi peserta didik untuk lebih
terampil dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien disertai dengan landasan etik keperawatan
yang kokoh dan mantap sebagai tuntutan utama dalam melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan
dalam kehidupan profesi.
Praktik Laboratorium keterampilan dasar keperawatan merupakan program yang
menghantarkan mahasiswa dalam adaptasi akademik untuk menerima pendelegasian kewenangan
secara bertahap dalam melakukan asuhan keperawatan, memberikan pendidikan kesehatan,
menjalankan fungsi advokasi pada klien, membuat keputusan legal dan etik serta menggunakan salah
satu referensi dari hasil penelitian yang berkaitan
Praktek Laboratorium keterampilan dasar keperawatan mencakup asuhan keperawatan dalam
konteks pada klien dengan berbagai tingkat usia yang mengalami masalah dasar keperawatan.
B. Capaian Pembelajaran
1. Capaian Pembelajaran Mutu (CPL)
a. Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara mandiri
b. Menguasai konsep dan teknik penegakkan diagnosis asuhan keperawatan
c. Menguasai konsep evidence based nursing
d. Meningkatkan kapasitas pembejalaran secara mandiri
e. Mampu melakukan studi kasus secara teratur dengan cara refleksi, telaah kritis, dan
evaluasi serta peer review tentang praktik keperawataan yang dilaksanakannya
f. Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara mandiri
2. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)
a. Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara mandiri
b. Menguasai konsep dan teknik penegakkan diagnosis asuhan keperawatan
c. Menguasai konsep evidence based nursing
d. Meningkatkan kapasitas pembejalaran secara mandiri
e. Mampu melakukan studi kasus secara teratur dengan cara refleksi, telaah kritis, dan
evaluasi serta peer review tentang praktik keperawtaan yang dilaksanakannya
3. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)
a. Mampu mempraktekkan pemeriksaan tanda-tanda vital
b. Mampu mempraktekkan Pemeriksaan fisik
c. Mampu mempraktekkan desinfektan
d. Mampu mempraktekkan sasaran keselamatan pasien
e. Mampu mempraktekkan pemberian obat
f. Mampu mempraktekkan Perawatan luka
g. Mampu mempraktekkan cuci tangan
h. Mampu mempraktekkan APD
C. Pembimbing dan Penguji
Pembimbing dan penguji praktikum adalah dosen pengampu yang memberikan konsep teori
tentang keterampilan dasar keperawatan yaitu :
- Ns. Rusmarita, S.Kep, M.Kes, M.Kep
- Ns, Nuriza Agustina, S.Kep, M.Kes, M.Kep
- Ns, Romliyadi, S.Kep, M.Kes, M.Kep
- Ns, Isrizal, S.Kep, M.Kes, M.Kep
D. Sasaran
Mahasiswa yang mengikuti praktikum keterampilan dasar keperawatan adalah mahasiswa
keperawatan semester II (dua) dengan jumlah 57 mahasiswa.
E. Waktu
Praktikum dilaksanakan pada tanggal Juni 2023.
F. Tempat
Kegiatan praktikum Pemenuhan kebutuhan dasar manusia dilaksanakan di ruang praktik
keperawatan Laboratorium STIK Bina Husada.
G. Evaluasi
1. Sikap
2. Pengetahuan
3. Keterampilan
H. Pedoman Penilaian
1. Kriteria Penilaian 0-2 ;
Penilaian (evaluasi) kegiatan praktikum mata kuliah Pemenuhan kebutuhan dasar manusia
diambil dari perolehan uji keterampilan berdasarkan format penilaian, petunjuk SKOR
Penilaian keterampilan :
Skor 0 : Tidak Dilakukan
Skor 1 : dilakukan tidak tepat/tidak sistematis
Skor 2 : dilakukan tepat / sistematis
2. Kriteria SKOR Penilaian : skala Penilaian

Angka Huruf Mutu


≥ 86 A 4,00
81-85 A- 3.75
76-80 B+ 3,25
71-75 B 3,00
66-70 B- 2,75
61-65 C+ 2,50
56-60 C 2,00
51-55 C- 1,75
46-50 D+ 1,50
41-45 D 1,00
≤ 40 D- 0
Batas Kelulusan : B (3,00)
PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL

1. Definisi Tanda Vital


Merupakan cara yang cepat dan efisien untuk memantau kondisi klien atau mengidentifikasi masalah
dan mengevaluasi respon klien terhadap intervensi. Tanda vital meliputi suhu, denyut nadi,
pernapasan dan tekanan darah.
2. Tujuan
Pengukuran tanda vital memberi data untuk menentukan status kesehatan klien yang lazim (data
dasar), seperti respon terhadap stres fisik dan psikologis, terapi medis dan keperawatan, perubahan
tanda vital dan menandakan perubahan fungsi fisiologis. Perubahahn pada tanda vital dapat juga
menandakan kebutuhan dilakukannya intervensi keperawatan dan medis
Indikasi/waktu pelaksanaan
1. Ketika klien masuk ke fasilitas perawatan kesehatan
2. Di rumah sakit atau fasilitas perawatan pada jadwal rutin sesuai program dokter atau standar
praktik institusi.
3. Sebelum dan sesudah prosedur bedah
4. Sebelum dan sesudah prosedur diagnostik invasif
5. Sebelum dan setelah pemberian medikasi yang mempengaruhi Kardiovaskuler, pernafasan dan
fungsi kontrol suhu.
6. Ketika kondisi umum fisik klien berubah
7. Sebelum dan setelah intervensi keperawatan yang mempengaruhi tanda vital.
8. Ketika klien melaporkan gejala non-spesifik disters fisik.

Pengukuran Suhu
Langkah
Tahap Pra Interaksi A. Persiapan Alat dan Bahan
1. Termometer
2. Sarung tangan
3. Tissue
4. Kassa
5. Pelumas
6. Bengkok
7. Pulpen
8. Lembar dokumentasi
B. Ketika mengukur suhu oral, tunggu 20 sampai 30 menit sebelum
mengukur suhu, jika klien merokok atau makan atau minum yang panas
atau dingin
Tahap Orientasi C. Perkenalkan diri
D. Menjelaskan tujuan prosedur
E. Menjelaskan bagaimana cara mengukur suhu
Tahap Kerja Suhu Oral
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Untuk termometer kaca, bila disimpan dalam larutan desinfektan, cuci
dengan air dingin sebelum digunakan
4. Siapkan termometer dengan derajat di bawah 35,5 °C atau turn on pada
termometer elektrik
5. Ambil tisu lembut dan lap bagian pentolan termometer dengan gerakan
rotasi. Buang tisu.
6. Minta klien membuka mulut kemudian letakkan ujung termometer di
bawah lidah klien pada sublingual
7. Minta klien menutup mulut
8. Tunggu 3-5 menit atau sampai berbunyi pada termomter elektrik
9. Ambil termometer dan lepasakan serta buang pembungkus plastik dan
baca hasilnya
10. Lap termometer dengan tisu alkohol kemudian keringkan dengan
kassa. Simpan kembali pada tempatnya
11. Lepaskan dan buang sarung tangan
12. Cuci tangan
13. Catat pada lembar dokumentasi

Suhu Rektal
1. Pasang tirai
2. Cuci tangan
3. Gunakan sarung tangan
4. Lakukan langkah 3-5 seperti sebelumnya
5. Posisikan klien secara sim dengan fleksi kaki bagian atas.
6. Minta klien menurunkan celana dengan hanya memaparkan area anus
atau anal
7. Beri pelumas secukupnya di atas tisu. Lumasi termometer.
8. Dengan tangan non-dominan, regangkan bokong untuk memaparkan
anus
9. Minta klien untuk bernapas perlahan dan rileks
10. Masukkan termometer ke dalam anus, 2,5 – 3,5 cm untuk dewasa atau
1,2 – 2,5 cm untuk anak-anak. Jangan mendorong paksa termometer, bila
terasa tahanan, tarik segera termometer.
11. Biarkan termometer selama 3 menit atau sampai berbunyi pada
termometer digital
12. Keluarkan termometer dengan hati hati. Lap sekresi dengan tisu
dengan gerakan rotasi daria arah jari ke pentolan. Buang tisu
13. Baca hasilnya.
14. Lap area anal untuk membuang pelumas atau feses
15. Bantu klien kembali pada posisi nyaman
16. Lap termometer dengan tisu alkohol atau basuh dengan air hangat
bersabun, cuci dengan air dingin kemudian keringkan.
17. Buang sarung tangan. Cuci tangan
18. Catat hasil pada lembar dokumentasi

Suhu Aksilla
1. Pasang tirai
2. Cuci tangan
3. Gunakan sarung tangan
4. Posisikan klien secara nyaman, duduk atau berbaring
5. Singkirkan pakaian pada lengan
6. Keringkan daerah aksilla dengan kassa
7. Lakukan langkah 3-5 seperti sebelumnya
8. Letakkan termometer di tengah aksilla, turunkan lengan menjepit
termometer dan letakkan tangan menyilang pada dada klien.
9. Biarkan termometer 5-10 menit atau sampai berbunyi pada termometer
digital
10. Ambil termometer. Lap dengan tisu dengan gerakan rotasi
11. Baca hasilnya
12. Lap termometer dengan tisu alkohol, lalu keringkan dengan kassa
13. Bantu klien memasang pakaiannya kembali
14. Buang sarung tangan. Cuci tangan
15. Catat hasil pada lembar dokumentasi

Suhu Timpani
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Posisikan klien secara nyaman, dengan kepala berpaling ke satu sisi,
menjauhi perawat
4. Siapkan termometer timpani, pasang pembungkis plastik sekali pakai
5. Tarik cuping telinga ke arah atas dan belakang pada orang dewasa atau
ke arah bawah dan belakang pada anak-anak
6. Arahkan termometer secara perlahan ke sisi anterior menuju gendang
telinga dengan gerakan memutar sampai masuk
7. Tekan tombol aktifkan
8. Tunggu sampai termometer berbunyi atau muncul tanda cahaya pada
termometer
9. Ambil termometer secara perlahan. buang pembungkus plastiknya.
10. Baca hasilnya
11. Buang sarung tangan. Cuci tangan
12. Catat hasilnya pada lembar dokumentasi
Tahap Terminasi 1. Rapikan alat
2. Evaluasi perasaan klien
3. Berpamitan dengan klien

Pengukuran Nadi
Langkah
Tahap Pra-interkasi A. Persiapan Alat dan Bahan
1. Jam tangan dengan jarum penunjuk detik
2. Stetoskop
3. Kapas alkohol
4. Pena dan lembar dokumentasi
Tahap Orientasi B. Perkenalkan diri
C. Jelaskan tujuan prosedur
D. Jelaskan cara mengukur nadi. Anjurkan klien untuk rilekls dan tidak
bicara. (jika klien baru melakukan kegiatan aktif, tunggu 5 sampai 10
menit
Tahap Kerja Nadi Perifer
A. Cuci tangan
B. Pilih titik nadi. Biasanya yang digunakan adalah nadi radialis
C. Posisikan klien dengan nyaman.
Jika klien telentang, letakkan tangan bawah menyilangi dada bawah atau di
samping tubuh dengan pergelangan tangan sedikit fleksi dan telapak
tangan menghadap ke bawah. Jika klien duduk, tekuk siku 90° dan sokong
lengan bawah pada kursi. Fleksikan sedikit pergelangan tangan dengan
telapak tangan menghadap ke bawah
D. Letakkan ujung dua atau tiga jari pertama di atas alur sekitar bagian
radial dengan tidak terlalu kuat. Penggunaan ibu jari dikontraindikasikan
E. Bila nadi teratur, kaji selama 30 detik kemudian hasilnya dikalikan 2.
Bila tidak teratur, kaji selama 60 detik penuh.
F. Kaji frekuensi, irama dan volume nadi
G. Bantu klien kembali pada posisi nyaman
H. Catat hasil pada lembar dokumentasi
I. Cuci tangan

Nadi Apikal
1. Jaga privasi
2. Cuci tangan
3. Bersihkan earpiece dan diafragma stetoskop dengan kapas alkohol bila
diperlukan
4. Pada klien dengan posisi telentang atau duduk, turunkan selimut dan
buka pakaian untuk memaparkan strenum dan bagian kiri dada
5. Letakkan diafragma stetoskop pada impuls apikal dan dengarkan bunyi
jantung normal S1 dan S2 yang terdengar seperti lup-dub
6. Apabila bunyi jantung teratur, hitung denyut jantung selama 3o detik
kalikan 2. Bila tidak teratur, hitung selama 60 detik
7. Kaji frekuensi, irama dan kekuatan denyut jantung
8. Bantu klien kembali ke posisi nyaman dan bantu rapikan pakaian bila
perlu.
9. Catat hasil pada lembar dokumentasi
10. Cuci tangan
Tahap Terminasi 1. Rapikan alat

2. Evaluasi perasaan klien

3. Berpamitan dengan klien


Pengukuran pernapasan
Langkah
Tahap Pra-interaksi A. Persiapan Alat dan Bahan
1. Jam tangan dengan detik
2. Pena dan lembar dokumentasi
Tahap Orientasi B. Perkenalkan diri
C. Jelaskan tujuan prosedur
D. Jelaskan cara pengukuran pernapasan. Bila klien sedang aktif tunggu 5
sampai 10 menit
Tahap Kerja E. Pasang tirai
F. Cuci tangan
G. Posisikan klien secara nyaman. Duduk atau berbaring dengna bagian
kepala tempat tidur ditinggikan 45 sampai 60 derajat
H. Pastikan gerakan dada klien dapat terlihat. Buka pakaian dari dada bila
perlu
I. Letakkan tanganklien pada posisi rileks yang tidak menghalangi
pandangan terhadap dada klien, atau letakkan tangan perawata langsung di
atas abdomen
J. Observasi siklus pernapasan penuh
K. Jika irama teratur hitung selama 30 detik kalikan 2. Hitung selama 60
detik bila irama tidak teratur atau pada bayi atau anak kecil
L. Kaji frekuensi da irama pernapasan
M. Posisikan kembali klien pada posisi yang nyaman
N. Cuci tangan
O. Catat hasil pada lembar dokumentasi
Tahap Terminasi P. Rapikan alat
Q. Evaluasi perasaan klien
R. Berpamitan dengan klien

Pengukuran Tekanan Darah


Langkah
Tahap Pra-interaksi A. Persiapan Alat dan Bahan
1. sfigmomanometer
2. katung dan manset
3. stetoskop
4. pena dan lembar dokumentasi
Tahap Orientasi B. perkenalkan diri
C. jelaskan tujuan prosedur
D. jelaskan cara pengukuran darah. Anjurkan klien untuk menghindari
kafein dan merokok 30 menit sebelum pengkajian
Tahap Kerja E. pilih manset sesuai ukuran
F. pastikan ruangan tenang
G. cuci tangan
H. posisikan klien dengan nyaman. Duduk atau berbaring, posisikan beban
lengan atas (sokong bila diperlukan) pada setinggi jantung dengan telapak
menghadap atas
I. gulung lengan baju pada bagian atas lengan
J. palpasi arteri brakialis. Letakkan manset 2,5 cm di atas nadi brakialis
K. dengan manset masih kempis, pasang manset dengan rata dan pas
sekeliling lengan atas.
L. Letakkan manometer sejajar mata. Pengamat tidak boleh lebih jauh dari
1 meter.
M. Palapsi arteri radialis atau brakialis dengan ujung jari dari satu tangan
sambil menggembungkan manset dengan cepat sampai tekanan 30 mmHg
di atas titik di manadenyut tidak teraba
N. Kempiskan manset dan tunggu 30 detik
O. Letakkan earpiece stetoskop pada telinga dan pastikan bunyi jelas.
P. Letakkan diafragma pada arteri brakialis dengan kontak langsung pada
kulit
Q. Tutup katup balon tekanan searah jarum jam sampai kencang
R. Gembungkan manset 30 mmHg di atas tekanan sistolik yang dipalpasi
S. Dengan perlahan lepaskan dengan kecepatan 2 smapai 3 mmHg per
detik
T. Catat titik pada manometer saat bunyi jelas yang pertama terdengar
U. Lanjutkan mengempiskan manset, catat dimana titik muffled atau
dampened timbul
V. Kempiskan manset dengan segera hingga tuntas
W. Bantu klien kembali pada posisi nyaman
X. Cuci tangan
Y. Catat hasil pada lembar dokumentasi
Tahap Terminasi Z. Rapikan alat
AA. Evaluasi perasaan klien
BB. Berpamitan dengan klien
SOP STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMERIKSAAN FISIK
( PHYSICAL ASSESMENT)
Pengertian Melakukan pemeriksaan pada klien dengan teknik
cephalocaudal melalui inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
Tujuan Untuk menilai status kesehatan kesehatan klien , mengidentifikasi
faktor resiko kesehatan dan tindakan pencegahan, mengidentifikasi
pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan, mengevaluasi terhadap
perawatan dan
pengobatan pada klien.
Persiapan Alat :
- Status klien
- Dracing car beralas/baki beralas yang berisi alat2: tensimeter,
termometer, stetoskop, jam tangan, Botol 3 buah berisi cairan
(air bersih, desinfektant, air sabun ), kertas tissue, lampu
senter, otoskop, opthalmoskop (kalau perlu), meteran, refleks
hammer, garputala (kalau perlu), spekulum hidung, spatel
lidah, kaca laring, sarung tangan, bengkok, kassa steril,
timbangan berat badan, bahan aromatik, alat tulis
Klien dan lingkungan :
- Posisi
- Sampiran
- Pengosongan rektum dan kandung kemih (kalau perlu)
Prosedur Kerja 1. Jelaskan tujuan pemeriksaan kepada klien
2. Catat nama klien dan tanggal pemeriksaan
3. Cuci tangan
4. Lakukan pemeriksaan keadaan umum / penampilan umum
klien
5. Lakukan pemeriksaan tanda vital
- suhu tubuh
- denyut nadi
- pernafasan
- tekanan darah
6. Lakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan jika
memungkinkan
7. Lakukan pemeriksaan kepala dan leher :
a. Kepala :
- Amati bentuk kepala, keadaan kulit kepala, keadaan
rambut dan wajah
- Rada ubun-ubun (bila umur < 2 tahun) dan adanya
benjolan
- Amati kelengkapan dan kesimetrisan mata, pupil
(ukuran, bentuk, respon terhadap cahaya), kornea,
konjungtiva, warna sklera
- Amati dan palpasi kelopak mata/palpebra
- Lakukan test ketajaman penglihatan dengan kartu snellen (kp)
- Ukur tekanan bola mata dengan tonometer (kp)
- Lakukan test luas lapang pandang (kp)
b. Mata :
- Amati kelengkapan dan kesimetrisan mata, pupil, kornea,
konjungtiva, sklera
- Amati dan palpasi kelopak mata/palpebra
- Lakukan test ketajaman penglihatan dengan kartu snellen (kp)
- Ukur tekanan bola mata dengan tonometer (kp)
- Lakukan test luas lapang pandang (kp)
c. Hidung :
- Amati posisi septum nasi
- Amati lubang hidung spt kelembaban, mukosa, sekret dan
adanya polip, kalau perlu gunakan spekulum
- Amati adanya pernafasan cuping hidung
d. Telinga
- Amati dan raba bentuk telinga, ukuran telinga dan
ketegangan daun telinga
- Amati lubang telinga : adanya serumen, benda asing,
membran timpani
- Raba pembesaran kelenjar limfe di depan telinga,
belakang telinga
- Kalau perlu lakukan test pendengaran dengan memakai
garpu tala
e. Mulut dan faring :
- Amati keadaan bibir
- Amati warna bibir
- Amati keadaan gusi dan gigi
- Amati keadaan lidah
- Lakukan pemeriksaan rongga mulut (kalau perlu
menggunakan spatel lidah)
f. Leher :
- Amati dan raba posisi trakea
- Amati dan raba pembesaran kelenjar tiroid
- Amati dan raba bendungan vena jugularis
- Raba nadi karotis
- Raba pembesaran kelenjar limfe di leher, supra klavikula
8. Lakukan pemeriksaan kulit/integumen dan kuku
a. Amati kebersihan kulit dan adanya kelainan
b. Amati warna kulit
c. Raba kehangatan kulit, kelembaban, tekstur dan turgor
d. Amati bentuk dan warna kuku
e. Amati warna telapak tangan
f. Cek CRT ( 2apillary refill time )
9. Lakukan pemeriksaan ketiak dan payudara (kalau perlu)
a. Amati ukuran, bentuk dan posisi, adanya perubahan
warna, pembengkakan dan luka
b. Raba adanya benjolan, nyeri tekan dan sekret
c. Raba pembesaran kelenjar limfe di ketiak
10. Lakukan pemeriksaan thorak bagian depan :
a. Inspeksi bentuk dada , kesimetrisan pergerakan dada,
adanya retraksi interkosta
b. Palpasi kesimetrisan pergerakan dada
c. Palpasi taktil fremitus
d. Palpasi ictus cordis pada area intercosta ke-5 mid klavikula
kiri
e. Lakukan perkusi dada
f. Auskultasi suara nafas : trakeal, brinkhial,
bronkovesikuler dan vesikuler
g. Auskultasi suara nafas tambahan : ronkhi, wheezing, rales,
pleural friction rub
h. Auskultasi bunyi jantung I dan II serta bunyi jantung
tambahan (kalau ada)
i. Auskultasi bising jantung/murmur
11. Lakukan pemeriksaan thorak bagian belakang
a. Inspeksi bentuk dada , kesimetrisan pergerakan dada,
adanya retraksi interkosta
b. Palpasi kesimetrisan pergerakan dada
c. Palpasi taktil fremitus
d. Lakukan perkusi dada
e. Auskultasi suara nafas : trakeal, brinkhial,
bronkovesikuler dan vesikuler
f. Auskultasi suara nafas tambahan : ronkhi, wheezing, rales,
pleural friction rub
12. Lakukan pemeriksaan abdomen
a. Inspeksi bentuk, adanya massa dan pelebaran pembuluh
darah pada abdpmen
b. Auskultasi bising usus
c. Perkusi bunyi abdomen, cek adanya ascites
d. Palpasi nyeri, adanya benjolan, turgor
e. Palpasi hepar
f. Palpasi lien
g. Palpasi titik Mc,. Burney
h. Palpasi adanya retensio urine
i. Palpasi massa feses
13. Lakukan pemeriksaan genetalia dan daerah sekitarnya (bila
perlu) :
a. Genetalia pria
- Amati kebersihan rambut pubis, kulit sekitar pubis,
kelainan kulit penis dan skrotum, lubang uretra
- Raba adanya benjolan atau kelainan pada penis, skrotum dan
testis
b. Genetalia wanita
- Amati rambut pubis, kulit sekitar pubis, bagian dalam labio
mayora dan labio minora, klitoris, lubang uretra dan
perdarahan
- Raba daerah inguinal
c. Anus
- Amatu adanya lubang anus (pada bayi baru lahir), kelainan
pada anus, perineum, benjolan, pembengkakan
- Raba adanya nyeri
14. Lakukan pemeriksaan muskuloskeletal (ekstremitas) :
a. Inspeksi kesimetrisan otot
b. Inspeksi struktur dan bentuk tulang leher, tulang belakang,
ekstremitas atas dan bawah untuk mengetahui adanya
lordosis, khyposis dan skoliosis
c. Amati ROM dan gaya berjalan
d. Palpasi adanya oedem
e. Uji kekuatan otot
f. Amati adanya kelainan pada ekstremitas
15. Lakukan pemeriksaan neurologi :
a. Lakukan pemeriksaan tingkat kesadaran dengan GCS
( Glasgow Coma Scale)
b. Periksa tanda rangsangan menineal/otak : adanya sakit kepala,
kaku kuduk, muntah, kejang, penurunan kesadaran dan febris
c. Periksa fungsi motorik : ukuran otot, gerakan yang tidak
disadari
d. Periksa fungsi sensorik :
- Anjurkan klien menutup mata, usapkan kapas pada wajah,
lengan dan tungkai. Tanyakan respon klien
- Anjurkan klien menutup mata, sentuhkan peniti atau benda
tajam yang lain pada kulit. Anjurkan klien mengatakan tajam,
tumpul atau tidak tahu.
- Anjurkan klien menutup mata, sentuhkan tabung berisi air
hangat dan dingin. Anjurkan klien mengatakan panas, dingin
atau tidak tahu.,
e. Periksa saraf kranialis :
- Nervus Olfaktorius : Anjurkan klien menutup mata dan
anjurkan klien mengidentifikasi bau yang diberikan
- Nervus Optikus : Gunakan Snellen chart pada jarak 5 meter
dan periksa lapang pandang klien dengan menyalakan sebuah
benda yang bersinar dari samping belakang ke depan
- Nervus Oculomotorius : Tatap mata klien dan anjurkan klien
untuk menggerakkan mata dari dalam ke luar dan dengan
menggunakan lampu senter uji reaksi pupil dengan memberi
rangsangan sinar ke dalamnya.
- Nervus Trochlearis : Anjurkan klien melihat ke bawah dan
kesamping dengan menggerakkan tangan pemeriksa.
- Nervus Trigeminus :
 Cabang dari optalmikus : Anjurkan klien melihat ke atas,
dengan menggunaka kapas sentuhkan pada kornea samping
untun melihat refleks kornea. Untuk sensasi kulit wajah,
usapkan kapas pada dahi dan paranasalis klien
 Cabang dari maksilaris : Sentuhkan kapas pada wajah klien
dan uji kepekaan lidah dan gisi
 Cabang dari mandibularis : Anjurkan klien untuk
menggerakkan atau mengatupkan raqhangnya dan memegang
giginya. Untuk sensasi kulit wajah, sentuhkan kapas pada kulit
wajah
- Nervus Abdusen : Anjurkan klien melirik ke samping kiri
kanan dengan bantuan tangan pemeriksa
- Nervus Facialis : Anjurkan klien tersenyum, mengangkat alis,
mengerutkan dahi. Dengan menggunakan garam dan gula, uji
rasa 2/3 lidah depan klien.
- Nervus Auditori : Gunakan garputala untuk menguji
pendengaran klien
- Nervus Glossopharingeal : Anjurkan klien berkata”ah ”
untuk melihat refleks, anjurkan klien untuk menggerakkan
lidah dari sisi ke sisi, atas ke bawah secara berulang-ulang
- Nervus Vagus : Anjurkan klien berkata ” ah” , observasi
gerakan palatum dan faring, perhatikan kerasnya suara
- Nervus Ascesorius : Anjurkan klien utuk menggeleng dan
menoleh ke kiri, kanan dan anjurkan klien mengangkat salah
satu bahunya keatas dengan memberi tekanan pada bahu
tersebut, Amati kekuatannya
- Nervus Hipoglosal : Anjurkan klien un tuk menjulurkan dan
menonjolkan lidah pada garis tengah kemudian dari sisi ke sisi
16. Lakukan pemeriksaan refles fisiologis :
a. Reflek Biseps : Posisikan lengan klien dalam fleksi pronasin
pegang siku dan lakukan perkusi pada insertio muskulus
biseps brachi. Perhatikan reaksi/gerakan yang terjadi.
b. Reflek Triseps : Fleksikan lengan klien pada siku dan
letakkan tangan klien pada lengan bawah pemeriksa. Lakukan
perkusi pada insertio muskulus triseps brachi. Perhatikan
reaksi/gerakan yang terjadi.
c. Reflek Patella : Atur tungkai klien semifleksi dan terayun.
Lakukan perkusi pada tendo patella. Perhatikan reaksi/gerakan
yang terjadi.
d. Reflek Brachiradialis : Letakkan lengan bawah klien pada
abdomen atau samping lengan kliendengan rileks. Lakukan
perkusi pada radius 2-5 cm dari pergelangan. Perhatikan
reaksi/gerakan yang terjadi.
e. Reflek Pektoralis : Atur lengan klien semi abduksi. Lakukan
perkusi pada lipatan tendon anterior aksila.
f. Reflek fleksor jari-jari : Pegang pergelangan tangan klien,
ajurkan rileks. Letakkan jari pemeriksa di atas jari klien.
Lakukan perkusi di atas jari pemeriksa. Perhatikan
reaksi/gerakan yang terjadi.
g. Reflek Achiles : Tumit dalam keadaan rileks dan kaki lurus.
Lakukan perkusi pada tendon achiles. Perhatikan
reaksi/gerakan yang terjadi.
17. Lakukan pemeriksaan refleks patologis :
a. Reflek Babinski : Lakukan penggoresan pada telapak kaki
dengan menggunakan benda tumpul. Dari belakang menyusuri
bagian lateral dan menyeberang ke medial menuju ibu jari
kaki. Perhatikan reaksi/gerakan yang terjadi.
b. Reflek Chaddock : Lakukan penggoresan dengan
menggunakan benda tumpul pada tepi kaki mulai dari
maleolus lateralis menuju kelingking. Perhatikan
reaksi/gerakan yang terjadi.
c. Reflek Schaeffer : Lakukan penekanan pada tendon achiles.
Perhatikan reaksi/gerakan yang terjadi.
d. Reflek Gordon : Lakukan penekanan pada muskulus
gastroknemius. Perhatikan reaksi/gerakan yang terjadi.
e. Reflek Bing : Lakukan penggoresan secara nerulang- ulang
pada bagian lateral/sisi luar kali. Perhatikan reaksi/gerakan
yang terjadi.
f. Reflek Gonda : Tariklah jari-jari kaki dengan cepatdan hati-
hati mulai dari kelingking. Perhatikan reaksi yang terjadi pada
ibu jari kaki.
Rapikan klien
Bersihkan alat dan rapikan kembali tempat pemeriksaan
Cuci tangan
Catat hasil pemeriksaan

Instrumen Penilaian Kompetensi Penilaian Pemeriksaan Fisik

A. MELAKUKAN PEMERIKSAAN FISIK DENGAN CARA INSPEKSI

KodeUnit : Kep dasar I/I/Pemeriksaan Fisk


JudulUnit : Pengkajian
UraianUnit : Melakukan Pemeriksaan Fisik
Petunjuk : Memberi tandabila dilakukan

0 1 2

1 Melakukan pengkajian 1. Salam terapeutik disampaikan pada pasien


kondisi Dan kesiapan dan keluarga
pasien 2. Dilakukan kontrak waktu dengan pasien
3. Maksud dan tujuan tindakan dijelaskan
dengan baik

2. Melaksanakan persiapan 1. Alat dan bahan dipersiapkan sesuai kebutuhan


alat Dan bahan 2. Alat dan bahan dibawa kedekat pasien
3. Melaksanakan 1. Mengatur lingkungan dan menjaga privacy
pemeriksaan Fisik sistem klien.
tubuh 2. Mengatur posisi klien senyaman mungkin
bagi klien.
3. Mengkaji penampilan umum dan perilaku
klien
4. Mengukur berat badan klien
5. Mengukur tinggi badan klien
6. Mengkaji status gizi klien
7. Pemeriksaan kepala
8. Pemeriksaan mata
9. Pemeriksaan mulut
10. Pemeriksaan hidung dan sinus
11. Pemeriksaan telinga
12. Pemeriksaan leher
13. Pemeriksaan payudara
14. Pemeriksaan dada/thorax
15. Pemeriksaan jantung
16. Pemeriksaan perut/abdomen
17. Pemeriksaan genetelia
18. Pemeriksaan anus
19. Pemeriksaan ekstremitas
20. Merapikan alat dan cuci tangan dengan bersih
21. Melakukan dokumentasi
4. Mengevaluasi hasil 1. Respon keadaan dan lain-laindan kenyamanan
tindakan pasien Selama dan setelah tindakan
2. Sikap selama pelaksanaan, sabar. hati-hati
dan sopan
5. Mendokumentasikan 1. Respon klien dicatat
tindakan 2. Tindakan yang telah dilakukan dicatat dengan
benar
Jumlah

B. MELAKUKAN PEMERIKSAAN FISIK DENGAN CARA PALPASI

KodeUnit : Kep Dasar I/Pemeriksaan Fisk


JudulUnit : Pengkajian
UraianUnit : Melakukan Pemeriksaan Fisik
Petunjuk : Memberi tanda bila dilakukan
A.PenilaianKeterampilan
0 1 2
No. Elemen Kompetensi Indikator
Penilaian
1 Melakukan pengkajian 1. Salam terapeutik disampaikan pada pasien
kondisi kesiapan pasien dan keluarga
2. Dilakukan kontrak waktu dengan pasien
3. Maksud dan tujuan tindakan dijelaskan
2. Melaksanakan persiapan dengan
1. Alatbaik
dan bahan dipersiapkan sesuai
alat dan bahan kebutuhan
2. Alat dan bahan dibawa kedekat pasien

3. Melaksanakan 1. Mengatur lingkungan dan menjaga privacy


pemeriksaaFisik sistem klien.
tubuh 2. Mengatur posisi klien senyaman mungkin
bagi klien.
3. Mengkaji penampilan umum dan perilaku
klien
4. Mengukur berat badan klien
5. Mengukur tinggi badanklien
6. Mengkaji status gizi klien
7. Pemeriksaan kepala
8. Pemeriksaan mata
9. Pemeriksaan mulut
10. Pemeriksaan hidung dan sinus
11. Pemeriksaan telinga

4. Mengevaluasi hasil 1. Respon keadaan dan lain-laindan


tindakan kenyamanan pasien
Selama dan setelah tindakan
2. Sikapselamapelaksanaan,sabar.hati-
hatidansopan
5. Mendokumentasikan 1. Respon klien dicatat
tindakan 2. Tindakan yang telah dilakukan dicatat dengan
benar
Jumlah
PRAKTIKUM MENGHITUNG DOSIS OBAT
RUMUS MENGHITUNG DOSIS OBAT

A. Rumus dasar

Rumus dasar mudah untuk diingat dan lebih sering dipakai dalam penghitungan dosis obat adalah

DxV=A

Dimana :

D : adalah dosis yang diinginkan atau dosis yang diperintahkan dokter

H : adalah dosis ditangan : dosis obat pada label tempat obat (botol atau vial)

V : adalah bentuk : bentuk obat yang tersedia (tablet, kapsul, cair)

A : adalah jumlah hasil hitungan yang diberikan kepada pasien

Contoh :

Soal
Perintah : Ampicillin 0,5 g peroral 2 kali sehari. Obat yang tersedia ampicilln 250 mg/capsul.
Jawab

Langkah 1 : Konversi g menjadi mg 5 g = 500 mg

Langkah 2 :

DxV=A 500/ 250 X 1 capsul = 500/250 = 2

Jadi pasien mendapat 2 caps

B. Rasio dan Proporsi

Metode rasio dan propors

Diketahui = Diinginkan

D : adalah dosis yang diinginkan atau dosis yang diperintahkan dokter


H : adalah dosis ditangan : dosis obat pada label tempat obat (botol atau vial)
V : adalah bentuk : bentuk obat yang tersedia (tablet, kapsul, cair)
x : adalah jumlah hasil hitungan yang diberikan kepada pasien
Contoh :
Soal :
Perintah ampicillin 4 x 100 mg, tersedia ampicillin 250 mg/5 mL
Jawaban
Konversi tidak diperlukan karena keduanya dinyatakan dalam unit pengkuran yang sama.

H : V = D : x

250 mg : 5mL = 100 mg : x mL

250 x = 500

x = 500/250

= 2 mL

C. Berat Badan (BB)

Metode berat Badan dalam penghitungan memberikan hasil yang individual dalam dosis obat
dan tediri dari 3 langkah :

1. Konversi jika perlu ( 1 kg : 2,2 lb)

2. Tentukan dosis obat per BB dengan mengalikan


3. Dosis obat X BB = dosis klien perhari
Ikuti rumus dasar atau metode rasio dan proporsi untuk menghitung dosis obat

Soal :

Perintah cefaclor 20 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiga. BB anak 31 lb. Label obat Cefaclor
125 mg/5 mL.

Jawab
Konversi pound menjadi kg ( 1 kg=2,2 pound) 31 : 2,2 = 14 kg

20 mg X 14 kg = 280 mg/hari

280 : 3 dosis = 93 mg/dosis

D x V = 93/125 x 5 = 465/125 =3,7 ml

H Atau H : V = D :X

125 mg : 5 ml = 93 mg : x mL

125x = 465

x = 465/125 = 3,7 ml

D. Luas Permukaan Tubuh

Metode Luas Pemukaan Tubuh dianggap yang paling tepat dalam menghitung dosis obat
untuk bayi, anak-anak, orang lanjut usia dan klien yang menggunakan agen antineoplasma atau
mereka yang berat badannya rendah. Luas permukaan tubuh dalam m 2, ditentukan oleh titik
temu (perpotongan ) pada skala nomogram antara tinggi badan dan berat badan seseorang.

Untuk menghitung dosis obat dengan metode ini.


Gbr 1.1

Normogram

Contoh
Soal :
Perintah pemberian mefenitoin 200 mg/m2. Peroral dalam dosis terbagi tiga. Tinggi
anak 100 cm dan beratnya 20 kg.

Jawab
100 cm dan 20 kg perpotongan skala normogram pada 0,5 m2.
200 mg X 0,5 = 100 mg/hr atau 33mg , 3 kali sehari.

E. Rumus menghitung dosis oral


Penghitungan tablet, Kapsul dan Cair
Ketika menghitung dosis oral, pilihlah salah satu metode penghitungan. Menggunakan rumus
Masih ingat dengan rumus dasar

DxV=A

H
Contoh

Soal

Perintah pasien mendapat terapi ampisilin 0.5 g. Tersedia 250 mg per 5 mL

Jawaban

Konversi gram menjadi milligram , 0,5 g = 500 mg

DxV=A

500/250 X 5 = 2500 / 250 = 10 mL


F. Persentasi larutan

Jika pasien tidak dapat makan makanan atau minum melalui mulut, maka mereka
mungkin menerima makanan melalui Naso gastrc Tube ( NGT). Makanan yang diberikan
melalui NGT biasanya berbentuk cairan dan biasanya diencerkan dengan cairan untuk
mencegah diare. Jika diminta untuk memberikan larutan dengan prosentase tertentu, maka
perawat menghitung jumlah larutan dan air yang diberikan.

Contoh

Seorang pasien mendapat Ensure, 250 mL dari larutan 30% 4 kali sehari. Hitung berapa
banyak Ensure dan air diperlukan untuk membuat 250 mL dari larutan 30% ? Catatan : Larutan
30% berarti 30 dalam 100 bagian.

Jawab

DxV=A

30/100 X 250 = 7500 / 100 = 75 mL Ensure

G. Penghitungan obat anak-anak

Tujuan mempelajari bagaimana menghitung dosis anak adalah untuk memastikan bahwa
anak-anak mendapat dosis yang tepat dalam batas terapetik yang disetujui. Dua metode
yang dianggap aman dalam pemberian obat untuk anak-anak adalah metode berdasarkan
berat badan dan luas permukaan tubuh.

Contoh 7:

Perintah Cefaklor 50 mg 4 kali sehari. Berat anak 6,8 kg. Dosis obat anak-anak 20-40
mg/kg BB/hari dalam dosis terbagi tiga. Tersedia Cefaklor 125 mg/5 mL. Apakah dosis yang
diresepkan aman ?

Jawaban:

Parameter obat: 20 mg X 6,8 = 136 mg/hr

40 mg X 6,8 = 272 mg/hr

Perintah dosis 50 mg X 4 = 200 mg /hr ( Dosis dalam parameter aman)

50/125X 5= 250/ 125 = 2 mL

H. Dosis Anak-anak per Luas Permukaan Tubuh


Untuk menghitung dosis anak-anak dengan luas permukaan tubuh diperlukan tinggi dan
berat badan anak.

Contoh

Perintah : Metrotreksat 50 mg setiap minggu. TB anak 54 inchi, BB 41 kg. Dosis obat


25-75 mg/m2/minggu. Tinggi dan berat anak berpotongan di 1.3 m2 (LPT). Apakah dosis yang
diberikan aman ?

Jawaban

Kalikan dosis minimum dan maximum dengan LPT

25 mg X 1,3 m2 = 32,5 mg

75 m X 1,3 m2 = 97,5 mg

Dosis didalam parameter berdasar LPT anak


Dosis anak-anak dari dosis Dewasa dihitung dengan rumus
LPT/ 1,73 m2 X dosis dewasa = Dosis anak-anak
Contoh

Perintah : Eritromicin 125 mg peroral 4 kali sehari


Tinggi badan anak 42 inchi dan berat badan 60 lb berpotongan pada 0,9 m2
Dosis dewasa 1000 mg/hari

Jawaban
0,9 m2 / 1,73 m2 X 1000 = 900/1,73 = 520 mg/hari
520 mg : 4 kali sehar = 130 mg/dosis

Dosis berada dalam batas keamanan.

I. Menghitung Dosis Obat Injeksi


A. Penghitungan dosis injeksi sub cutan
Disini akan kita berikan contoh , beberapa kasus terkait kebutuhan terapi secara sub cutan.

Contoh :

Perintah Heparin 250 U SC, Tersedia Heparin 1.000 U/mL dalam vial.

250 x 1 mL = 25= 0,25 mL


1000 100

B. Injeksi Insulin

Insulin diresepkan dan diukur dalam unit. Kini, kebanyakan insulin diproduksi dalam
konsentrasi 100 U/mL. Insulin diberikan dengan spuit insulin yang dikalibrasi sesuai dengan
100-U insulin. Konsentrasi insulin juga tersedia dalam 40 U dan 500 U, tapi jarang ditemukan.
Botol dan spuit

Gambar 1.3

Contoh Obat Insuli


PRAKTIKUM PEMBERIAN OBAT SECARA ORAL, BUKAL
DAN SUB LINGUAL

1. PEMBERIAN OBAT SECARA ORAL


Cara pemberian obat yang paling lazim adalah melalui mulut. Obat-obatan oral tersedia
dalam berbagai jenis yaitu pil, tablet, bubuk, syrup dan kapsul. Selama pasien mampu menelan
dan mempertahankan obat dalam perut, pemberian obat peroral menjadi pilihan. Kontra indikasi
pemberian obat peroral adalah bila asien muntah , perlunya tindakan suction , kesadaran
menurun atau kesulitan menelan.

TUJUAN

Memberikan pengobatan kepada pasien dengan efek sistemis, lokal atau keduanya

PROSEDUR PEMBERIAN OBAT SECARA ORAL

Persiapan
Alat / Bahan
 Kartu obat, Kardex, atau formula pencatat
 Baki / tray obat
 Cangkir obat sekali pakai / gelas pengukur / sendok
 Segelas air atau sari buah
 Sedotan untuk minum
Pasien
1. Kaji apakah pasien alergi terhadap obat
2. Kaji terhadap setiap kontraindikasi untuk pemberian obat oral
3. Apakah pasien mengalami kesulitan dalam menelan, mual atau muntah, inflamasi usus
atau penurunan peristaltik, operasi gastrointestinal terakhir, penurunan atau tidak
terdengar bising usus, dan suksion lambung.
4. Kaji pengetahuan dan kenutuhan pembelajaran tentang pengobatan
5. Kaji tanda-tanda vital pasien

Langkah – Langkah Prosedur

a. Cek order pengobatan dan periksa keakuratan serta kelengkapan kartu obat, bentuk, atau
pint-out dengan pesanan tertulis dari dokter, perhatikan nama pasien, nama dan dosis
obat, cara dan waktu pemberian serta expire date. Laporkan setiap ketidakjelasan pesa
b. Verifikasi kembali kemampuan pasien dalam pemberian obat secara oral.

c. Siapakan peralatan atau kumpulkan peralatan yang disebutkan diatas.

d. Cuci tangan

e. Ambil obat yang diperlukan, perhatikan dengan seksama.

f. Hitung dosis secara akurat

g. Recek kembali obat dengan order

Obat Tablet/Kapsul

1. Untuk memberikan tablet atau kapsul dari botol, tuangkan jumlah yang dibutuhkan kedalam
tutup botol dan dipindahkan ke cangkir obat. Jangan sentuh obat dengan tangan anda.
Tablet atau kapsul yang tersisa dapat dituang kembali ke dalam botol.

2. Untuk menyiapkan dosis unit tablet atau kapsul, letakkan kapsul atau tablet yang telah
dikemas ke dalam cangkir obat. Jangan lepaskan pembukusnya.

3. Semua tablet atau kapsul yang akan diberikan pada pasien pada saat yang bersamaan
diletakkan dalam satu cangkir kecuali yang pemberiannya membutuhkan pengkajian
sebelumnya seperti tekanan darah dan frekuensi nadi

4. Jika Pasien mempunyai kesulitan menelan, haluskan tablet sampai didapat bentuk bubuk.
Campur dalam makanan ringan

Obat Cair/Liquid

1. Kocok obat secara perlahan sebelum dituangkan.

2. Tuangkan obat dengan cara buka penutupnya dan letakkan pada posisi
terbalik.

3. Pegang botol dengan label di telapak tangan ketika menuangkan.

4. Pegang cangkir obat setinggi mata dan isi sampai batas yang dinginkan. Skala
harus sama dengan cairan pada dasar miniskus.(lihat gambar dibawah ini.)
5. Usap bibir botol sebelum menutup botol sehingga obat tidak lengket atau
merusak label.
6. Kembalikan obat kedalam almari atau lemari es.

Oral Narkotika

1. Periksa catatan narkotik untuk mengetahui jumlah obat sebelumnya, keluarkan jumlah obat
yang dibutuhkan, catat informasi yang diperlukan pada formulir dan tanda tangani
formulir.

2. Bandingkan kartu atau formulir obat dengan obat yang sedang disiapkan dan wadah.

3. Kembalikan wadah stok atau unit dosis obat yang tidak digunakan ke laci dan baca label
untuk ketiga kalinya.
4. Letakkan obat, kartu, formulir atau instruksi pemberian bersamaan di atas troy

5. Jangan tinggalkan obat.

Untuk semua Pengobatan


1. Bawa obat ke pasien sesuai dengan waktu yang tepat.
2. Jaga privasi pasien
3. Indentifikasi pasien dengan cara membandingkan nama pada kartu, formulir, atau instruksi
tertulis dengan nama pada pita identifikasi/ gelang pasien. Minta pasien untuk
menyebutkan namanya.
4. Jelaskan tujuan obat dan aksinya pada pasien.
5. Bantu pasien untuk duduk atau posisi miring.
6. Berikan obat dengan tepat..

1) Bila Tablet

Tawarkan pasien pilihan air atau sari buah dengan obat yang akan diminum. pasien
mungkin berkeinginan untuk memegang obat padat ditangan atau cangkir obat
sebelum meminumnya Beberapa klien ingin memegang obat padat terlebih dahulu.

2) Sub lingual
Minta klien untuk menempatkan obat dibawah lidah ( lihat gambar dibawah ini ) dan
biarkan larut sempurna. Ingatkan klien untuk tidak menelan tablet.

3) Bukal
Minta klien menempatkan obat di membrane mukosa pipi sampai larut sempurna. Hindari
pemberian cairan sampai obat larut sempurna

4) Bubuk

Campur dengan cairan disisi tempat tidur dan berikan kepada klien untuk diminum:
1. Jika pasien tidak mampu memegang obat, letakkan dengan perlahan obat di bibirnya dan
dengan perlahan masukkan kedalam mulutnya.

2. Jika tablet atau kapsul jatuh kelantai, buang dan ulangi persiapan dari awal.
3. Tetap bersama pasien sampai ia telah selesai menelan setiap obat yang didapatnya. Jika
merasa tidak pasti apakah obat telah ditelan, minta pasien untuk membuka mulutnya.

4. Cuci tangan .

5. Catat setiap obat yang telah diberikan pada catatan obat.

6. Kembalikan kartu formulir atau intruksi tertulis pemberian berikutnya.

7. Buang peralatan yang telah digunakan, isi ulang stok (mis., cangkir dan sedotan), dan
bersihkan tempat kerja.

8. Kembali dalam 30 menit untuk mengevaluasi respons pasien terhadap obat.

Pemberian Obat Oral pada Bayi/Anak

1. Pilih sarana yang tepat untuk mengukur dan memberikan obat pada bayi dan anak-anak.
(mangkuk plastic sekali pakai, pipet tetes, sendok, spuit plastic tanpa jarum, atau spuit
tuberkulin)
2. Cairkan obat oral dengan sedikit air, Agar mudah ditelan. Jika menggunakan air
yang banyak, anak mungkin akan menolak untuk meminum seluruh obat yang

dibeikan dan meminum hanya sebagian.

3. Gerus obat yang berbentuk padat/tablet dan campurkan dengna zat lain yang dapat
mengubah rasa pahit, misalnya madu, pemanis buatan.
4. Posisikan bayi setengah duduk dan berikan obat pelan-pelan, untuk mencegah aspirasi.
5. Jika menggunakan spuit, letakkan spuit sepanjang sisi lidah bayi, Posisi ini mencegah
gagging (reflex muntah) dan mengeluarkan kembali obat yang diberikan.
6. Dapatkan informasi yang bermanfaat dari orang tua anak mengenai bagiamana memberiakn
obat yang paling baik pada anak yang bersangkutan.
7. Jika anak tidak kooperatif selama pemberian obat, lakukan langkah-langkah berikut.

a. Letakan anak di atas pangkuan anda dengna tangan kanan di belakang tubuh anda.

b. Pegang erat tangan kiri anak dengan tangan kiri anda.

c. Amankan kepala anak dengan lengan kiri dan tubuh anda.


8. Setelah obat diminum, ikuti dengna memberikan minum air atau minuman lain yang dapat
menghilangkan rasa obat yang tersisa.
9. Lakukan higinene oral setelah anak-anak minum obat disertai pemanis
10. Pemanis yang tersisa di mulut dapat menyebabkan anak berisiko tinggi mengalami karies
dentis.

Pertimbangan Umum
1. Jika pasien mulai batuk saat pemberian obat, hentikan dengan segera. Aspirasi obat atau
cairan dapat terjadi dengan mudah.

2. Pasien mungkin membutuhkan intruksi yang lengkap tentang bagaimana minum obat yang
diresepkannya dengan tepat, meliputi tujuan, dosis dan kapan obat itu harus diminum
( sebelum atau sesudah makan)

3. Pada pasien lansia, libatkan keluarga saat memberikan penyuluhan.

4. Libatkan anggota keluarga dalam penyuluhan untuk berjaga-jaga jika pasien menjadi terlalu
sakit untuk memberikan obat sendiri.

5. Anak –anak tidak mampu menelan atau mengunyah obat harus diberikan hanya
preparat cair. Umumnya aman-aman saja untuk memberikan bentuk obat padat

pada anak berusia 5 tahun atau lebih

6. Obat oral paling mudah diberikan pada bayi dengan sendok, cangkir plastik atau
penetes, atau spuit plastik
PRAKTIKUM PEMBERIAN OBAT TOPIKAL KULIT

PENGERTIAN

Memberikan obat pada kulit dengan cara mengoleskan.

TUJUAN
Tujuan pemberian obat pada kulit adalah
a. Untuk mempertahankan hidrasi
b. Melindungi permukaan kulit
c. Mengurangi iritasi kulit
d. Mengatasi infeksi

PROSEDUR PEMBERIAN OBAT SECARA TOPIKAL


Persiapan Alat

a. Obat / agen topikal yang dipesankan misal krim, lotion, aerosol, sprai atau bubuk.

Gambar : Agen topical dalam bentuk krim tube

a. Kartu atau formulir obat


b. Kasa kecil steril
c. Sarung tangan sekali pakai atau steril
d. Aplikator berujung kapas atau tong spatel
e. Baskom dengan air hangat, waslap, handuk dan sabun basah
f. Kasa balutan, penutup plastik, plester

Persiapan Pasien
a. Kaji apakah pasien alergi terhadap obat
b. Kaji terhadap setiap kontraindikasi untuk pemberian obat
c. Kaji pengetahuan dan kenutuhan pembelajaran tentang pengobatan
d. Kaji tanda-tanda vital pasien
Langkah Prosedur

a. Cuci tangan
b. Atur peralatan di samping tempat tidur pasien
c. Tutup gorden/pintu ruangan
d. Periksa identitas pasien dengan benar atau tanyakan nama pasien langsung
e. Posisikan pasien dengan nyaman. Lepaskan pakaian atau linen tempat tidur, pertahankan
area yang tak digunakan tertutup.
f. Inspeksi kondisi kulit pasien secara menyeluruh. Cuci area yang sakit, lepaskan semua
debris dan kulit yang mengeras (kerak) atau gunakan sabun basah ringan.
g. Keringkan atau biarkan area kering oleh udara.
h. Bila kulit terlalu kering dan mengeras, gunakan agen topikal saat kulit masih basah
i. Kenakan sarung tangan bila ada indikasi.
j. Oleskan agen topikal seperti:

Krim, Salep dan Lotion Mengandung Minyak

1. Letakkan 1 sampai 2 sendok the obat di telapak dan lunakkan dengan menggosokkan
lembut diantara kedua tangan.

2. Bila obat telah melunak dan lembut, usapkan merata diatas permukaan kulit. Lakukan
grakan memanjang searah pertumbuhan bulu.

3. Jelaskan pada pasien bahwa kulit dapat terasa berminyak setelah pemberian obat.

Salep Antiangina (Nitrogliserin)

1. Letakkan salep diatas kertas pengukur sesuai dosis\


2. Kenakan sarung tangan sekali pakai (disposable) bila diperlukan. Oleskan salep pada
permukaan kulit dengan memegang tepi atau bagian belakang kertas pembungkus dan
menempatkan salep di atas kulit. Jangan menggosok atau masase salep pada kulit.
3. Tutup salep dan lapisi dengan penutup plastik lalu plester dengan aman.

Gambar 3: Pemberian Nitrogliserin


Sprei Aerosol

1. Kocok wadah dengan keras

2. Baca label untuk jarak yang dianjurkan untuk memegang sprai menjauh area (biasanya 15 –
30 cm).

3. Bila leher atau bagian atas dada harus disemprot, minta pasien untuk memalingkan wajah
dari arah sprai.

4. Semprotkan obat dengan merata pada bagian yang sakit (pada beberapa kasus
penyemprotan ditetapkan waktunya selama beberapa detik)

Lotion Mengandung Suspensi

1. Kocok wadah dengan kuat


2. Oleskan sejumlah kecil lotion pada kasa balutan atau bantalan kecil dan oleskan pada kulit
dengan menekan merata searah pertumbuhan bulu.
3. Jelaskan pada pasien bahwa area akan terasa dingin dan kering.

Bubuk

1. Pastikan bahwa permukaan kulit kering secara menyeluruh.


2. Regangkan dengan baik bagian lipatan kulit seperti diantara ibu jari atau bagian bawah
lengan.
3. Bubuhkan area kulit dengan obat bubuk halus tipis-tipis.
4. Tutup area kulit dengan balutan sesuai program dokter.
5. Bantu posisi pasien senyaman mungkin, kenakan kembali baju pasien.
6. Buang peralatan yang basah pada wadah yang disediakan dan cuci tangan.
PRAKTIKUM PEMBERIAN OBAT VAGINAL
PENGERTIAN

Obat vaginal tersedia dalam bentuk krim dan supositoria yang digunakan untuk
mengobati infeksi lokal atau inflamasi. Penting untuk menghindari rasa malu pasien bila
memberikan sediaan ini. Seringkali pasien lebih memilih untuk belajar cara memberikan obat
ini sendiri. Karena luka yang merupakan gejala infeksi vagina berbau sangat tak sedap, ada
baiknya untuk menawarkan pasien higiene perineal yang baik.

TUJUAN

a. Untuk mengobati infeksi pada vagina

b. Untuk menghilangkan nyeri, rasa terbakar dan ketidaknyamanan pada vagina

c. Untuk mengurangi peradangan

PROSEDUR PEMBERIAN OBAT

Persiapan Alat/Bahan

a. Kartu atau formulir obat

b. Supositoria Vagina

c. Sarung tangan bersih, sekali pakai

d. Jeli untuk pelumas, Tisu bersih

e. Alat untuk memasukkan supositoria (bila ada)

f. Balutan perineal (bila ada)

g. Krim Vagina

h. Krim

i. Aplikator plastic. Perhatikan gambar dibawah ini!

j. Sarung tangan bersih, sekali pakai

k. Handuk kertas

l. Balutan perineal (bila ada)

Persiapan Pasien

a. Telaah pesanan dokter untuk memastikan nama obat, dosis dan rute pemberian.

b. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan.

c. Jelaskan prosedur pada pasien.

d. Jaga privasi pasien dengan menutup pintu ruangan atau menarik koden

e. Pastikan pencahayaan yang cukup


Langkah Prosedur

a. Periksa identitas pasien atau tanyakan nama pasien.

b. Minta pasien berbaring dalam posisi dorsal rekumben.

c. Pertahankan selimut abdomen dan turunkan selimut ekstremitas.

d. Kenakan sarung tangn sekali pakai.

SUPOSITORIA

1. Lepaskan bungkus alumunium foil supositoria dan oleskan jelly pelicin yang larut dalam ar
pada ujung supositoria yang bulat dan halus. Lumaskan jari telunjuk yang telah dipasang
sarung tangan dari tangan dominan.

2. Dengan tangan non dominan yang sudah terpasang sarung tangan, lihat lubang vagina
dengan cara membuka dengan lembut laba mayora.

3. Masukkan ujung bulat supositoria sepanjang dinding kanal vagina posterior sepanjang
dinding posterior lubang vagina sampai sepanjang jari telunjuk (7.5 – 10 cm), untuk
memastikan distribusi obat sepanjang dinding vagina.

4. Tarik jari dan bersihkan pelumas yang tersisa di sekitar orifisium dan labia.

Gambar : Cara memasukkan supositoria vaginal

(Sumber:Liley,Harrington, Snyder,2007)

KRIM VAGINA

1. Isi aplikator krim, ikuti petunjuk yang tertera pada kemasan.

2. Dengan tangan non dominan Anda yang memakai sarung tangan, perlahan regangkan
lipatan labia.

3. Dengan tangan dominan Anda yang bersarung tangan, masukkan aplikator sekitar 7.5 cm.
Dorong penarik aplikator untuk mengeluarkan obat.
4. Tarik plunger dan letakkan pada handuk kertas. Bersihkan sisa krim pada labia atau
orifisium vagina
1. Instruksikan pasien untuk tetap pada posisi terlentang selama sedikitnya 10 menit.

2. Tawarkan pembalut perineal sebelum pasien melakukan ambulasi.

3. Lepaskan sarung tangan dengan menarik bagian dalamnya ke arah luar/terbalik dan buang
pada wadah yang tersedia.

4. Cuci tangan.

5. Catat obat yang telah diberikan pada catatan obat.


PRAKTIKUM PEMBERIAN OBAT
SUPOSITORIA REKTAL
PENGERTIAN

Banyak obat tersedia dalam bentuk supositoria dan dapat menimbulkan efek lokal dan
sistemik. Amiinofilin supositoria bekerja secara sistemik untuk mendilatasi bronkiale
respiratori. Dulkolak supositoria bekerja secara lokal untuk meningkatkan defekasi. Supositoria
aman diberikan pada pasien. Perawat harus memperhatikan terutama pada penempatan
supositoria dengan benar pada dinding mukosa rektal melewati spingter ani interna sehingga
supositoria tidak akan dikeluarkan. Pasien yang mengalami pembedahan rekatal atau
mengalami perdarahan rektal jangan pernah diberikan supositoria.

TUJUAN

a. Untuk memperoleh efek obat lokal maupun sistemik

b. Untuk melunakkan feses sehingga mudah untuk dikeluarkan

PROSEDUR PEMBERIAN OBAT

Persiapan Peralatan

a. Kartu atau formulir obat, buku catatan pengobatan

b. Supositoria rektal

Gambar : Obat Supositoria Rektal (Sumber: Cravern, 1998)

a. Jeli pelumas

b. Sarung tangan bersih sekali pakai

c. Tisu
Persiapan Pasien

a. Kaji program pengobatan dokter untuk mengetahui nama obat, dosis dan rute obat.

b. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan.

c. Jelaskan prosedur pada pasien

d. Jaga privasi pasien dengan menutup pintu atau menarik korden

e. Pastikan pencahayaan cukup

Langkah – Langkah

a. Kenali pasien / identitas pasien atau tanyakan namanya langsung.

b. Bandingkan label obat dengan buku catatan pengobatan sekali lagi

c. Bantu pasien dalam posisi miring (Sims) dengan tungkai bagian atas fleksi ke depan.

Gambar : Posisi memasukkan obat supositoria

(Sumber:Liley,Harrington, Snyder,2007)

2. Jaga agar pasien tetap terselimuti dan hanya area anal saja yang terlihat.

3. Ambil supositoria dari bungkusnya dan beri pelumas pada ujung bulatnya dengan jeli.
Beri pelumas sarung tangan pada jari telunjuk dari tangan dominan Anda.

4. Minta pasien untuk menarik nafas perlahan melalui mulut dan untuk melemaskan
spingter ani.

5. Tarik bokong pasien dengan tangan non dominan Anda. Dengan jari telunjuk yang
tersarungi, masukkan perlahan supositoria melalui anus, spingter anal internal dan
mengenai dinding rektal atau sekitar 10 cm pada orang dewasa dan 5 cm pada anak-
anak dan bayi.

6. Keluarkan jari Anda dan usap area anal pasien dengan tisu.
7. Minta pasien untuk tetap berbaring terlentang atau miring selama 5 menit.
8. Bila supositoria mengandung laksatif atau pelunak feses letakkan lempu pemanggil
dalam jangkauan pasien sehingga pasien dapat mencari bantuan untuk mengambil
pispot atau ke kamar mandi
9. Lepas sarung tangan dengan membalik bagian dalam ke luar dan buang dalam wadah
yang telah disediakan.
10. Cuci tangan Anda.

11. Catat obat yang telah diberikan dalam catatan pemberian obat.

PRAKTIKUM PEMBERIAN OBAT SUB CUTAN (SC)

PENGERTIAN

Injeksi subcutan adalah menyuntikkan obat ke jaringan ikat longgar dibawah kulit.
Karena jaringan subkutan tidak memiliki banyak pembuluh darah seperti otot maka penyerapan
obat lebih lama dari pada penyuntikan intra muskuler (IM). Jaringan subkutan mengandung
reseptor nyeri, jadi hanya obat dalam dosis kecil yang larut dalam air, yang tidak mengiritasi
yang dapat diberikan melalui rute ini.

Daerah yang paling baik untuk penyuntikan adalah lengan atas belakang, abdomen dari
bawah iga sampai batas Krista iliaka dan bagian paha atas depan(lihat gambar dibawah)

Gambar : Lokasi suntikan subkutan

(Sumber:Liley,Harrington, Snyder,2007)

TUJUAN

Agar obat yang diberikan dapat diserap cepat oleh tubuh

PROSEDUR PEMBERIAN INJEKSI SUB CUTAN

Persiapan Alat / Bahan

a. Spuit (ukuran beragam sesuai dengan volume obat yang diberikan)

b. Jarum (ukuran beragam sesuai dengan tipe jaringan dan ukuran pasien;

c. Kasa dan / kapas alcohol


d. Sarung tangan bersih
e. Ampul atau via obat, Formulir atau kartu obat

Persiapan Pasien

1. Telaah pesanan dokter untuk memastikan nama obat, dosis dan rute pemberian.
2. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan.

3. Jelaskan prosedur pada pasien.

4. Jaga privasi pasien dengan menutup pintu ruangan atau menarik koden
Langkah-Langkah

1. Siapkan medikasi dari ampul atau vial , Periksa label obat dengan order 2 kali saat
mempersiapkan
2. Periksa pita identitas pasien dan tanyakan nama pasien. Kaji terhadap alergi.
3. Jelaskan tujuan dan prosedur pada pasien , kemudian lanjutkan dengan cara yang tenang.
4. Kenakan sarung tangan.
5. Buka gaun hanya pada bagian yang membutuhkan pajanan.
6. Pilih tempat penyuntikan yang tepat, palpasi tempat tersebut terhadap edema, massa, atau
nyeri tekan. Hindari area yang terdapat jaringan parut, memar, lecet, atau infeksi.
7. Bantu pasien untuk mengambil posisi yang nyaman bergantung pada tempat suntikan yang
dpilih.
8. Minta pasien untuk merelaksasikan lengan , abdomen atau tungkainya, tergantung tempat
yang dipilih / tempat dimana suntikan akan diberikan.
9. Relokasi tempat dengan penanda anatomis
10. Bersihkan tempat suntikan yang dipilih dengan antiseptic di tengah tempat suntikan dan
putar ke arah luar dengan arah melingkar sekitar 5 cm
11. Pegang kapas diantara jari ketiga dan keempat dari tangan Anda yang tidak dominan.
12. Lepaskan tutup spuit dengan menariknya secara cap lurus.
13. Pegang spuit diantara ibujari dan telunjuk dari tangan Anda yang dominan bayangkan
seperti memegang pulpen..
14. Gunakan tangan yang tidak memegang spuit untuk mengangkat / meregangkan kulit
15. Secara hati - hati dan mantap tusuk / suntikan jarum dengan 45'-90 derajat.
16. Untuk pasien ukuran sedang, dengan tangan nondominan Anda regangkan kedua belah sisi
kulit tempat suntikan dengan kuat atau cubit kulit yang akan menjadikan tempat suntikan
17. Untuk pasien obesitas, cubit kulit pada tempat suntikan dan suntikan jarum di bawah
lipatan kulit
18. Lepaskan kulit ( bila dicubit)

19. Raih ujung bawah barrel spuit dengan tangan non dominan dan pindahkan tangan dominan
ke plunger

20. Lakukan aspirasi dengan cara menarik plunger, jika terdapat darah dalam spuit maka segera
cabut spuit untuk dibuang dan diganti dengan spuit dan obat yang baru. bila tidak terdapat
darah, suntikkan obat secara perlahan dengan kecepatan 1 ml/10 detik.

21. Tunggu 10 detik, kemudian tarik spuit / jarum dengan mantap sambil meletakkan kapas
alkohol pada tempat penyuntikan lalu tekan perlahan, jangan memijat lokasi penyuntikan.
22. Bantu klien pada posisi yang nyaman.

23. Buang spuit tanpa harus menutup jarum dengan kapnya (guna mencegah cidera pada
perawat) pada tempat pembuangan secara benar

24. Melepas sarung tangan dan merapihkan pasien, Membereskan alat - alat

25. Mencuci tangan

26. Catat pemberian obat pada lembar obat atau catatan perawat.

27. Kembali untuk mengevaluasi respons pasien terhadap obat dalam 15 sampai 30 menit

28. Tetap bersama pasien dan amati reaksi alergi


Praktikum Pemberian Obat Intramuskuler (IM)

PENGERTIAN

Rute intramuskuler memberikan absorbsi obat lebih cepat karena daerah ini memilki
pembuluh darah yang banyak. Namun, penyuntikan IM dikaitkan dengan berbagai resiko. Oleh
karena itu, sebelum penyuntikan IM harus dipastikan bahwa injeksi yang dilakukan sangat
penting. Gunakan jarum yang panjang dan gauge yang besar untuk melewati jaringan subkutan
dan penetrasi jaringan otot yang dalam.

TUJUAN

a. Pemberian obat dengan intramuscular bertujuan agar absorpsi obat lebih cepat disbanding
dengan pemberian secara subcutan karena lebih banyaknya suplai darah di otot tubuh .

b. Untuk memasukkan dalam jumlah yang lebih besar dibanding obat yang diberikan melalui
subcutan.

c. Pemberian dengan cara ini dapat pula mencegah atau mengurangi iritasi obat
Adapun area penyuntikan intra muskuler adalah

1. Muskulus Vastus lateralis

(Sumber:Liley,Harrington, Snyder,2007)

2. Muskulus Ventrogluteal
3. Muskulus Dorsogluteal

(Sumber:Liley,Harrington, Snyder,2007)

4. Muskulus Deltoid

(Sumber:Liley,Harrington, Snyder,2007)

PROSEDUR PEMBERIAN OBAT INTRA MUSKULER

Persiapan Alat / Bahan

a. Sarung tangan 1 pasang

b. Spuit dengan ukuran sesuai kebutuhan

c. Jarum steril 1 (21-23G dan panjang 1 – 1,5 inci untuk dewasa; 25-27 G dan panjang 1 inci
untuk anak-anak)

d. Bak spuit 1

e. Kapas alkohol dalam kom / alcohol swap (secukupnya)

f. Perlak dan pengalas

g. Obat sesuai program terapi

h. Bengkok 1
i. Buku injeksi/daftar obat
Persiapan Pasien
a. Telaah pesanan dokter untuk memastikan nama obat, dosis dan rute pemberian.
b. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan.
c. Jelaskan prosedur pada pasien.
d. Jaga privasi pasien dengan menutup pintu ruangan atau menarik koden

Langkah-langkah
1. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan steril.
2. Kumpulkan peralatan dan periksa urutan medikasi terhadap rute, dosis, dan waktu
pemberian.
3. Siapkan medikasi dari ampul atau vial seperti yang diuraikan pada keterampilan
sebelumnya.
4. Periksa pita identifikasi pasien dan tanyakan nama pasien. Kaji terhadap alergi.
5. Jelaskan prosedur pada pasien dan lanjutkan dengan cara yang tenang.
6. Pilih tempat penyuntikan yang tepat, palpasi tempat tersebut terhadap edema, massa, atau
nyeri. tekan. Hindari area yang terdapat jaringan parut, memar, lecet, atau infeksi.
7. Bantu pasien untuk mengambil posisi yang nyaman tergantung pada tempat penyuntikan
yang dipilih.

a. Muskulus Deltoideus : klien duduk / berbaring mendatar dengan lengan fleksi / rileks
diatas abdomen. lokasi penyuntikan 3 jari dibawah akromion

b. Muskulus Vastus lateralis : klien berbaring terlentang dengan lutut sedikit fleksi. lokasi
penyuntikan 1/3 bagian tengah antara trokanter mayor sampai dengan kondila femur
lateral

c. Muskulus Ventrogluteal : klien berbaring miring, tengkurap atau terlentang dengan lutut
dan pinggul pada sisi yang akan disuntik dalam keadaan fleksi. letakkan telapak tangan
pada trokanter mayor ke arah kepala, jari tengah diletakkan pada SIAS lalu rentangkan
menjauh membentuk huruf V dan injeksi ditengah area ini (bila klien miring ke kanan)
d. Muskulus Dorsogluteal : klien tengkurap dengan lutut di putar ke arah dalam, atau
miring dengan lutut bagian atas dan pinggul fleksi dan diletakkan di depan tungkai
bawah.
8. Lokasi penyuntikan ditentukan dengan cara membagi area gluteal menjadi 4 kuadran,
injeksi dilakukan pada kuadran luar atas, kemudia menarik garis bayangan dari SIPS ke
trokanter mayor, injeksi pada area lateral superior, menarik garis dari SIAS ke coccygis,
tempat penyuntikkan pada 1/3 bagian dari SIAS
9. Membebaskan area yang akan di suntik dari pakaian / kain penutup
10. Bersihkan tempat suntikan yang dipilih dengan swab di tengah tempat suntikan dan putar
ke arah luar dengan arah melingkar sekitar 5 cm (2 inci).
11. Pegang kapas diantara jari ketiga dan keempat dari tangan non-dominan.
12. Lepaskan tutup spuit dengan menariknya secara lurus.
13. Pegang spuit diantara ibu jari dan jari telunjuk dari tangan Anda yang dominan
14. Bayangkan seperti memegang pulpen, telapak tangan kebawah
15. Lakukan injeksi, posisikan tangan nondominan pada tanda anatomik yang tepat dan
regangkan kulit.
16. Secara hati - hati dan mantap tusuk / suntikkan jarum secara tegak lurus dengan sudut 90'.
17. Raih ujung bawah barrel spuit dengan tangan non dominan dan pindahkan tangan dominan
ke plunger
18. Lakukan aspirasi dengan cara menarik plunger, jika terdapat darah dalam spuit maka
segera cabut spuit untuk dibuang dan diganti dengan spuit dan obat yang baru. bila tidak
terdapat darah, suntikkan obat secara perlahan ke dalam jaringan
19. Cabut spuit / jarum dengan cepat sambil meletakkan kapas alkohol pada tempat
penyuntikkan lalu usap pada area injeksi dan lakukan massage. bila tempat penusukan
mengeluarkan darah, tekan tempat penusukan dengan kassa steril kering sampai
perdarahan berhenti.
20. Buang spuit tanpa harus menutup jarum dengan kap nya (guna mencegah cidera pada
perawat) pada tempat pembuangan secara benar
21. Melepas sarung tangan dan cuci tangan
22. Catat pemberian obat pada lembar obat atau catatan perawat.
23. Kembali untuk mengevaluasi respon pasien terhadap obat 15 sampai 30 menit.
24. Dokumentasi
PRAKTIKUM PEMBERIAN OBAT
SECARA INTRA CUTAN (IC)

PENGERTIAN
Memberikan obat melalui suntikan ke dalam jaringan kulit,yang di lakukan pada lengan
bawah bagian dalam atau di tempat lain yang di anggap perlu.

TUJUAN

a. Melaksanakan uji coba obat tertentu,yang di lakukan dengan cara memasukan obat ke dalam
jaringan kulit yang di lakukan untuk tes alergi dan skin test terhadap obat yang akan di
berikan.

b. Memberikan obat tertentu yang pemberiannya hanya dapat di lakukan dengan cara di suntik
intrakutan,pada umumnya di berikan pada pasien yang akan di berikan obat antibiotic.

c. Membantu menentukan diagnose penyakit tertentu.

PROSEDUR

Persiapan Alat

a. Spuit dan jarum steril (spuit 1 cc, jarum nomor 25,26,27)

b. Obat yang diperlukan (vial atau ampul)

c. Bak spuit steril

d. Kapas alkohol (kapas air hangat untuk vaksinasi)

e. Kassa steril untuk membuka ampul (bila perlu)


f. Gergaji ampul (bila perlu)

g. 2 bengkok (satu berisi cairan desinfektan)

h. Pengalas (bila perlu)


i. Sarung tangan steril
j. Daftar / formulir pengobatan

Persiapan Pasien

a. Telaah pesanan dokter untuk memastikan nama obat, dosis dan rute pemberian.

b. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan.

c. Jelaskan prosedur pada pasien.

d. Jaga privasi pasien dengan menutup pintu ruangan atau menarik korden

Langkah-Langkah

1. Siapkan obat, masukan obat dari vial atau ampul dengan cara yang benar
2. Identifikasi klien (mengecek nama)

3. Beritahu klien / keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan serta tujuannya

4. Bantu klien untuk posisi yang nyaman dan rileks (lengan bawah bagian dalam, dada bagian
atas, punggung dibawah scapula)

5. Membebaskan area yang akan disuntik dari pakaian


6. Pilih area penyuntikan yang tepat (bebas dari edema, massa, nyeri tekan, jaringan parut,
kemerahan / inflamasi, gatal)
7. Memakai sarung tangan

8. Membersihkan tempat penyuntikan dengan mengusap kapas alkohol atau kapas lembab dari
tengah keluar secara melingkar sekitar 5 cm, menggunakan tangan yang tidak untuk
menginjeksi

9. Siapkan spuit, lepaskan kap penutup secara tegak lurus sambil menunggu antiseptik kering
dan keluarkan udara dari spuit

10. Pegang spuit dengan salah satu tangan yang dominan antara ibu jari dan jari telunjuk
dengan telapak tangan menghadap kebawah

11. Pegang erat lengan klien dengan tangan kiri, tegangkan area penyuntikan

12. Secara hati - hati tusuk / suntikan jarum dengan lubang menhadap keatas, sudut 5 sampai
15' sampai terasa ada tahanan

13. Tusukkan spuit melalui epidermis sampai sekitar 3 mm dibawah permukaan kulit. Anda
akan melihat ujung spuit melalui kulit

14. Raih pangkal jarum dengan ibu jari tangan kiri sebagai fiksasi, lalu dorong cairan obat.
akan timbul tonjolan dibawah permukaan kulit (lihat gambar dibawah.

Gambar : Injeksi IC

(Sumber:Liley,Harrington, Snyder,2007)

15. Tarik spuit / jarum, sambil memberikan kapas alcohol diatas lokasi injeksi

16. Tekan secara perlahan tanpa melakukan massage

17. Buang spuit tanpa harus menutup jarum dengan kap nya (guna mencegah cidera pada
perawat) pada tempat pembuangan secara benar
18. Melepas sarung tangan dan merapihkan pasien
19. Membereskan alat – alat, mencuci tangan
20. Catat pemberian obat yang telah dilaksanakan (dosis, waktu, cara) pada lembar obat atau
catatan perawat
21. Evaluasi respon klien terhadap obat (15 s.d 30 menit)

Ringkasan
1. Jarum nampak dari kulit, terjadi gelembung, Tidak perlu diaspirasi, Tidak perlu dimasase.

2. Setelah dilakukan penyuntikan tidak dilakukan desinfektan.


3. Injeksi intrakutan yang dilakukan untuk melakukan tes pada jenis antibiotik, dilakukan
dengan cara melarutkan antibiotik sesuai ketentuannya, lalu mengambil 0,1 cc dalam spuit
dan menambahkan aquabidest 0,9cc dalam spuit, yang disuntikkan pada pasien hanya 0,1cc.

4. Injeksi yang dilakukan untuk melakukan test mantoux, PPD diambil 0,1 cc dalam spuit,
untuk langsung disuntikan pada pasien.

5. Untuk mantoux tes (pemberian PPD) diberikan 0,1 cc dibaca setelah 2-3 kali 24 jam dari
saat penyuntikan oba
PRAKTIKUM PEMBERIAN OBAT
SECARA INTRA VENA
PENGERTIAN\
Injeksi intravena adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam
pembuluh darah vena dengan menggunakan spuit. Adapun tempat injeksi adalah
1. Pada lengan (vena basalika dan vena sefalika).
2. Pada tungkai (vena saphenous).
3. Pada leher (vena jugularis).
4. Pada kepala (vena frontalis atau vena temporalis).

TUJUAN
1. Untuk memperoleh reaksi obat yang cepat diabsorbsi daripada dengan injeksi parenteral
lain.
2. Untuk menghindari terjadinya kerusakan jaringan
3. Untuk memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar

PROSEDUR
Persiapan Peralatan

a. Spuit dan jarum steril


b. Obat yang diperlukan ( vial atau ampul )
c. Bak spuit steril
d. Kapas alkohol
e. Kassa steril untuk membuka ampul ( bila perlu )
f. Karet pembendung atau tourniquet
g. Gergaji ampul ( bila perlu )
h. 2 bengkok ( satu berisi cairan desinfektan )
i. Pengalas ( bila perlu )
j. Sarung tangan steril
k. Daftar / formulir pengobatan

Persiapan Pasien

a. Telaah pesanan dokter untuk memastikan nama obat, dosis dan rute pemberian.

b. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan.

c. Jelaskan prosedur pada pasien.

d. Jaga privasi pasien dengan menutup pintu ruangan atau menarik koden
Langkah-langkah

1. Siapkan obat, masukkan obat dari vial atau ampul dengan cara yang benar

2. Bantu klien untuk posisi yang nyaman dan rileks / berbaring dengan tangan dalam
keadaan lurus

3. Membebaskan area yang akan disuntik dari pakaian

4. Pilih area penyuntikan yang tepat (bebas dari edema, massa, nyeri tekan, jaringan parut,
kemerahan / inflamasi, gatal)

5. Tentukan dan cari vena yang akan di tusuk (vena basilika dan sefalika)

6. Memakai sarung tangan

7. Membersihkan tempat penyuntikan dengan mengusap kapas alkohol dari arah atas ke
bawah menggunakan tangan yang tidak untuk menginjeksi

8. Lakukan pembendungan di bagian atas area penyuntikan dan anjurkan klien


mengepalkan tangan

9. Siapkan spuit, lepaskan kap penutup secara tegak lurus sambil menunggu antiseptik
kering dan keluarkan udara dari spuit

10. Pegang spuit dengan salah satu tangan yang dominan antara ibu jari dan jari telunjuk
dengan telapak tangan menghadap ke bawah

11. Regangkan kulit dengan tangan non dominan untuk menahan vena, kemudian secara
pelan tusukkan jarum dengan lubang menghadap ke atas kedalam vena dengan posisi
jarum sejajar dengan vena

12. Pegang pangkal jarum dengan tangan non dominan sebagai fiksasi
13. Lakukan aspirasi dengan cara menarik plunger, bila terhisap darah lepaskan tourniquet
kepalan tangan klienkemudian dorong obat pelan - pelan kedalam vena
14. Setelah obat masuk semua, segera cabut spuit, bekas tusukan ditekan dengan kapas alkohol

15. Buang spuit tanpa harus menutup jarum dengan kapnya (guna mencegah cidera pada
perawat) pada tempat pembuangan secara benar

16. Melepaskan sarung tangan dan merapihkan pasien

17. Membereskan alat - alat

18. Mencuci tangan

19. Catat pemberian obat yang telah dilaksanakan (dosis, waktu, cara) pada lembar obat atau
catatan perawat.

20. Evaluasi respon klien terhadap obat (15 s.d 30 menit)


Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

Proses terjadinya infeksi bergantung kepada interaksi antara suseptibilitas pejamu,


agen infeksi (patogenitas, virulensi dan dosis) serta cara penularan.Identifikasi faktor
risiko pada pejamu dan pengendalian terhadap infeksi tertentu dapat mengurangi insiden
terjadinya infeksi (HAIs), baik pada pasien atau pun pada petugas kesehatan
Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi terdiri dari:

a.Peningkatan daya tahan pejamu.


b.Inaktivasi agen penyebab infeksi.
c. Memutus rantai penularan.
d. Tindakan pencegahan paska pajanan (“Post Exposure Prophylaxis”/PEP) terhadap
petugas kesehatan.
Kesebelas kewaspadaan standar tersebut yang harus di terapkan di semua fasilitas pelayanan
kesehatan,sebagai berikut:
1. Kebersihan Tangan
Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir
bila tangan jelas kotor atau terkena cairan tubuh,atau menggunakan alkohol (alcohol-
basedhandrubs) bila tangan tidak tampak kotor. Kuku petugas harus selalu bersih dan terpotong
pendek, tanpa kuku palsu, tanpa memakai perhiasan cincin. Cuci tangan dengan sabun biasa/anti
mikroba dan bilas dengan air mengalir, dilakukan pada saat:
a. Bila tangan tampak kotor, terkena kontak cairan tubuh pasien yaitu darah,cairan tubuh
sekresi, ekskresi, kulit yang tidak utuh, ganti verband, walaupun
telah memakai sarung tangan.
22. Tindakan Keperawatan dalam Mencuci Tangan Steril

a. Prinsip Dasar:

Cuci tangan bedah adalah menghilangkan kotoran, debu dan organisme sementara
secara mekanikal dan mengurangi flora tetap selama pembedahan.Tujuannya adalah
mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme dari kedua belah tangan. Cuci tangan
dengan sabun biasa dan air yang diikuti dengan panggunaan penggosok dengan bahan dasar
alkohol tanpa air yang mengandung klorheksidin menunjukkan pengurangan yang lebih besar
pada jumlah mikrobial pada tangan, meningkatkan kesehatan kulit dan mereduksi waktu dan
sumber daya.

B. PROSEDUR MENCUCI TANGAN STERIL

Pengertian Suatu kegiatan untuk membersihkan tangan dari agent penyebab penyakit
dengan membersihkan jari, kuku, telapak tangan hingga pergelangan tangan
dengan menggunakan sabun antiseptik dan dikeringkan dengan handu k
steril.
Indikasi Sebelum dan sesudah melakukan asuhan keperawatan secara langsung dan
tidak langsung
Tujuan Mencegah infeksi nosokomial dan melindungi diri dari agent penyakit
spora.
Persiapan alat Alat-alat:
1. Sabun yang mengandunga ntiseptik.
2. Kran dengan air mengalir.
3. Pembersih kuku.
4. Sikat.
5. Handuk/lapsteril.

Persiapan pasien Pasien sudah dipersiapkan diruang operasi mayor atau minor.
PersiapanLingkungan Siapkan alat dan bahan cuci tangan steril.
Pelaksanaan 1. Periksa adanya luka pada tangan dan jari.
2. Lepaskan jam tangan atau cincin.
3. Gunakan pakaian bedah, penutup kepala, masker wajah, pelindung mata
jika d ipakai.
4. Air dialirkan dengan pengontrol kaki atau siku.
5. Keduatangan dibasahi dibawah air mengalir, mulai jari-jari sampai atas
siku. Pertahan kan tangan atas berada setinggi siku selama prosedur.
6. Sabun antiseptik cair dituangkan dalam telapak tangan (2-4ml) dengan
siku atau pengontrol kaki.
7. Sabun diratakan mulai jari sampai 5cm diatas siku.
8. Kuku jari bagian dalam dibersihkan dengan menggunakan pembersih
kuku. Buang pembersih kuku.
9. Menyikat mulai ujung jari dan kuku15kali (selama½ menit).
10. Jari-jari disikat dengan arah kebawah selama 10 kali gerakan (kira-kira1
menit).
11.Telapak dan punggung tangan disikat dengan arah memuta rmasing-
masing selama 10 gerakan (kira-kira½menit).
12. Pergelangan sampai diatas siku dengan arah memutar 10 kali gerakan
(selama1 menit).
13. Mengulangi prosedur untuk tangan yang lain, buang sikat
14.Membersihkan tangan dengan air mengalir, mulai ujung jari sampai atas
siku, dengan tetap beradadiatas siku untuk masing-masing tangan.
15.Matikan aliran air dengan menggunakan pengontrol kaki atau siku

Sikap
Sikap Selama Pelaksanaan:
Bekerja dengan teliti
2. Alat Pelindung Diri (APD)

a. UMUM

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam APD sebagai berikut :

1) Alat pelindung diri adalah pakaian khusus atau peralatan yang di pakai petugas untuk
memproteksi diri dari bahaya fisik, kimia, biologi/bahan infeksius.
2) APD terdiri dari sarung tangan, masker/Respirator Partikulat, pelindung mata
(goggle), perisai/pelindung wajah, kap penutup kepala, gaun pelindung/apron,
sandal/sepatu tertutup (SepatuBoot).
3) Tujuan Pemakaian APD adalah melindungi kulit dan membran mukosa dari resiko
pajanan darah, cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh dan selaput lendir
dari pasien kepetugas dan sebaliknya.
4)Indikasi penggunaan APD adalah jika melakukan tindakan yang memungkinkan tubuh
atau membran mukosa terkena atau terpercik darah atau cairan tubuh atau
kemungkinan pasien terkontaminasi dari petugas.
5) Melepas APD segera dilakukan jika tindakan sudah selesai di lakukan.
6) Tidak dibenarkan menggantung masker dileher, memakai sarung tangan sambil
menulis dan menyentuh permukaan lingkungan.
b. JENIS-JENIS APD

1) Sarung tangan

Terdapat tiga jenis sarung tangan, yaitu :

- Sarung tangan bedah (steril), dipakai sewaktu melakukan tindakan invasif atau
pembedahan.
- Sarung tangan pemeriksaan (bersih), dipakai untuk melindungi petugas pemberi
pelayanan kesehatan sewaktu melakukan pemeriksaan atau pekerjaan rutin
- Sarung tangan rumah tangga, dipakai sewaktu memproses peralatan, menangani
bahan-bahan terkontaminasi, dan sewaktu membersihkan permukaan yang
terkontaminasi.
Umumnya sarung tangan bedah terbuat dari bahan lateks karena elastis,
sensitif dan tahan lama serta dapat disesuaikan dengan ukuran tangan. Bagi mereka
yang alergi terhadap lateks, tersedia dari bahan sintetik yang menyerupai lateks,
disebut nitril‟. Terdapat
1. Masker

Maskerdigunakan untuk melindungi wajah dan membran mukosa mulut dari


cipratan darah dan cairan tubuh dari pasien atau permukaan lingkungan udara yang kotor
dan melindungi pasien atau permukaan lingkungan udara dari petugas pada saat batuk
atau bersin. Masker yang di gunakan harus menutupi hidung dan mulut serta melakukan
FitTest (penekanan dibagian hidung).
Terdapat tiga jenis masker, yaitu :
- Masker bedah, untuk tindakan bedah atau mencegah penularan melalui droplet.
- Masker respiratorik, untuk mencegah penularan melalui airborne.
- Masker rumahtangga, digunakan dibagian gizi atau dapur.
Cara memakai masker:

O Memegang pada bagian tali ( kaitkan pada telinga jika menggunakan kaitan tali karet
atau simpulkan tali dibelakang kepala jika menggunakan tali lepas).
O Eratkan tali kedua pada bagian tengah kepala atau leher.
O Tekan klip tipis fleksibel (jika ada) sesuai lekuk tulang hidung dengan kedua ujung jari
tengah atau telunjuk.
O Membetulkan agar masker melekat erat pada wajah dan di bawah dagu dengan baik.
O Periksa ulang untuk memastikan bahwa masker telah melekat dengan benar.
2) Gaun Pelindung

Gaun pelindung digunakan untuk melindungi baju petugas dari kemungkinan paparan atau
percikan darah atau cairan tubuh, sekresi, ekskresi atau melindungi pasien dari paparan
pakaian petugas pada tindakan steril.
Jenis-jenis gaun pelindung:
O Gaun pelindung tidak kedap air
O Gaun pelindung kedap air
O Gaun steril
O Gaun non steril
Indikasi penggunaan gaun pelindung
Tindakan atau penanganan alat yang memungkinkan pencemaran atau kontaminasi pada
pakaian petugas, seperti :
O Membersihkan luka
O Tindakan drainase
O Menuangkan cairan terkontaminasi kedalam lubang pembuangan atauWC/toilet
O Menangani pasien perdarahan masif
O Tindakan bedah
O Perawatan gigi
Segera ganti gaun atau pakaian kerja jika terkontaminasi cairan tubuh pasien(darah)
Cara memakai gaun pelindung :

Tutupi badan sepenuhnya dari leher hingga lutut, lengan hingga bagian pergelangan tangan
dan selubungkan kebelakang punggung. Ikat dibagian belakang leher dan pinggang.

3) Goggle dan perisai wajah

Harus terpasang dengan baik dan benar agar dapat melindungi wajah dan
mata. Tujuan pemakaian Goggle dan perisai wajah :
 Melindungi mata dan wajah dari percikan darah, cairan tubuh,sekresidaneksresi
Indikasi:
 Pada saat tindakan operasi, pertolongan persalinan dan tindakan persalinan tindakan
perawatan gigi dan mulut, pencampuran B3 cair, pemulasaraan jenazah, penanganan linen
terkontaminasi di laundry, diruang dekontaminasi CSSD.
4) Sepatu pelindung

Tujuan pemakaian sepatu pelindung adalah melindung kaki petugas dari tumpahan/percikan
darah atau cairan tubuh lainnya dan mencegah dari kemungkinan tusukan benda tajam atau kejatuhan
alat kesehatan, sepatu tidak boleh berlubang agar berfungsi optimal. Jenis sepatu pelindung seperti
sepatu boot atau sepatu yang menutup seluruh permukaan kaki.
Indikasi pemakaian sepatu pelindung :
O Penanganan pemulasaraan jenazah
O Penanganan limbah
O Tindakan operasi
O Pertolongan dan Tindakan persalinan
O Penanganan linen
O Pencucian peralatan diruang gizi
O Ruang dekontaminasi CSSD

5) Topi pelindung

Tujuan pemakaian topi pelindung adalah untuk mencegah jatuhnya mikroorganisme yang
ada di rambut dan kulit kepala petugas terhadap alat-alat/daerah steril atau membran mukosa
pasien dan juga sebaliknya untuk melindungi kepala/rambut petugas dari percikan darah atau
cairan tubuh dari pasien.
Indikasi pemakaian topi pelindung:
O Tindakan operasi
O Pertolongan dan tindakan persalinan

Tindakan insersi CVL

O Intubasi Trachea

O Penghisapan lendir massive


O Pembersihan peralatan kesehatan
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. pengertian Pengkajian Keperawatan
tahap awal dari proses asuhan keperawatan. Pengkajian merupakan tahap awal
dan dasar dalam proses keperawatan, dalam tahap ini terjadi proses
pengumpulan data. Data yang didapat dari hasil pengkajian, akan menentukan
keberhasilan perawat dalam mengidentifikasi permasalahan pasien di tahap
berikutnya.
2. tujuan
Tujuan Pengkajian Dalam melakukan pengumpulan data dalam pengkajian
keperawatan ada beberapa tujuan antara lain;
1) Mengumpulkan informasi terkait status kesehatan klien dari berbagai sumber
data
2) Mengumpulkan, mengorganisasikan, serta mencatat berbagai data yang
menjelaskan respon tubuh akibat masalah kesehatan
3) Mengidentifikasikan kebutuhan unik pasien terhadap masalah keperawatan
yang akan memengaruhi layanan keperawatan yang diberikan.
4) Mengumpulkan data fokus yang mendukung masalah keperawatan yang
sedang atau akan dihadapi klien.
5) Menjamin adanya informasi dasar yang berguna supaya dapat memberikan
referensi untuk mengukur perubahan kondisi pasien.
6) Menyajikan data yang cukup bagi justifikasi kebutuhan paien untuk melakukan
tindakan keperawatan.

3. Pengkajian Yang Berorientasi Pada Konsep

Pengkajian Yang Berorientasi Pada Konsep Pengkajian dengan pendekatan teori model
merupakan penggunaan format data dasar dengan berdasar pada konsep teori model
keperawatan yang sudah di terima secara luas atau berdasar pada standar praktik.
Konsep-konsep teori tersebut diantaranya seperti pola kesehatan fungsional dari
Gordon (1994), Model Self care dari Dorothea Orem, Model Promosi kesehatan dari
Pander (1996) juga standar pengkajian Nyeri Akut dari Agency For Health Care Research
And Quality (1992) Sebagai contoh, berikut disajikan ilustrasi format pengkajian dengan
model konsep Gordon ( Pola Kesehatan Fungsional)
1. Pengkajian Model Pola Kesehatan Fungsional

Pengkajian Model Pola Kesehatan Fungsional Tabel 2 pengkajian model pola


kesehatan fungsional- Gordon No. Pola Kesehatan Fungsional Deskripsi Pola

1. Pola persepsi manajemen kesehatan Menggambarkan penjelasan pribadi klien


mengenai kesehatan dan kesejahteraan, bagaimana klien mengelola kesehatannya, dan
pengetahuan klien tentang praktik pencegahan pada masalah kesehatan

2. Pola metabolisme-nutrisi Menggambarkan pola makan dan minum klien sehari-hari


atau dalam jangka seminggu ( seperti pilihan makan tertentu atau makanan yang harus
dihindari, diet tertentu), berat badan, dan pertambahn berat badan. 5 Pola eliminasi
Menggambarkan pola ekskresi pada usus, kandung kemih, dan kulit

4. Pola aktivitas-latihan Menggambarkan pola latihan, aktivitas, liburan, dan rekreasi,


kemampuan untuk dapat menjalankan aktivitas sehari-hari

5. Pola istirahat-tidur Menggambarkan pola latihan, aktivitas, liburan, dan rekreasi,


kemampuan untuk dapat menjalankan aktivitas sehari-hari.

6. Pola kognitif-persepsi Menggambarkan pola persepsi sensorik, kemampuan


berbahasa, ingatan, dan pembuatan keputusan

7. Pola persepsi diri – konsep diri Menggambarkan pola konsep dan persepsi diri klien
seperti konsep diri, pola emosi, dan gambaran diri.

8. Pola aturanberhubungan Menggambarkan pola klien yang berkaitan dengan ikatan


dan hubungan sosial

9. Pola seksual- reproduksi Menggambarkan pola kepuasan kepuasan seksual klien, pola
reproduksi klien masalah pre post menopause.

10. Pola Koping toleransi terhadap stres Menggambarkan pola koping klien dalam
menangani stress, sumber dukungan efektivitas pola koping yang klien miliki dalam
menoleransi stress
11. Pola nilai- kepercayan Menggambarkan pola nilai, kepercayaan dan tujuan yang
memengaruhi pilihan dan keputusan klien. Dari tabel diatas, pertama yang harus
dilakukan adalah perawat fokus tentang pola kesehatan yang mengarah pada suatu
masalah. Kemudian, perawat mengelompok pla perilaku dan respons fisiologis klien
yang berkaitan dengan kategori kesehatan fungsional.

5. Pengkajian Berorientasi Pada Masalah

Pengkajian berorientasi Pada Masalah 15 Modul Metodologi Keperawatan//@Ns.


Nunung Ernawati, S.Kep.M.Kep Pendekatan berorientasi pada masalah merupakan
pendekatan yang berfokus pada situasi klien dan memulai dengan masalah yang klien
rasakan. Sebagai contoh data perasaan nyeri pada bagian punggung; dari keluhan
tersebut, perawat bisa mengajukan pertanyaan untuk memperjelas dan memperluas
pengkajian masalah kesehatan yang klien keluhkan. Jika perawat bisa melakukan
pengkajian yang lengkap, mampu menganalisis riwayat permasalahan klien yang efektif,
maka kita dapat menegakan diagnosa keperawatan yang tepat dan memulai membuat
rencana perawatan. Perhatikan tabel 3 tentang pengkajian yang berfokus pada masalah
klien dibawah ini; Masalah klien Pertanyaan Pengkajian fisik Nyeri Bisa gambarkan
perasaan nyeri anda kepada saya? Lihat tandanonverbal klien Gambaran nyeri Silahkan
letakan jari anda di area nyeri/sakit Lihat dimana area yang ditunjukan klien Faktor
presipitasi Nyeri yang anda rasakan, lebih sakit mana pada saat anda bekerja atau diam?
Observasi jika klien memperlihatkan tanda non verbal dari nyeri saat dia
bergerak/berbaring Faktor yang mengurangi rasa nyeri Bagaimana anda mengurangi
rasa nyeri saat di rumah? Apa yang anda minum/makan untuk mengurangi rasa nyeri?
Observasi kegiatan pasien untuk mengurangi atau menghilangkan perasaan nyeri. Kedua
pendekatan diatas baik jika dilakukan oleh perawat, dan bagi mahasiswa diharapkan
dapat memanfaatkan dua pendekatan tersebut. Format pengkajian yang ada di lahan
praktik, atau institusi pendidikan biasanya menggabungkan dari beberapa konsep model
atau pendekatan.

2. Jenis- jenis Pengkajian

Jenis- jenis Pengkajian 16 Modul Metodologi Keperawatan//@Ns. Nunung Ernawati,


S.Kep.M.Kep Ada tiga jenis pengkajian keperawatan yang menjadi pola umum dari
proses keperawatan. Tiga jenis tersebut adalah: 1) Pengkajian awal ( Initial Assesment)
Fase ini adalah fase yang sangat awal dari seluruh proses asuhan keperawatan. Pada
fase ini dilakukan pengkajian awal dengan cara mengisi formulir/format pengkajian data
dasar keperawatan. Terdapat berbagai model formulir/format pengkajian keperawatan
yang akan dibahas berikutnya. 2) Pengkajian berkelanjutan ( On Going Assesment) Pada
fase on going assesment ada proses konfirmasi serta perluasan data dasar. Data-data
yang lebih up to date diharapkan bisa didapat oleh perawat. Berbagai hal yang belum
didapat pada fase awal dan dari hasil pemeriksaan diagnostik serta data-data dari
sumber lain, dharapkan dikonfirmasi ulang serta digali lebih mendalam. Ada 2 sifat dasar
dari data on going assesment yaitu; a) Data konfirmasi Data konfirmasi dilakukan untuk
mendapatkan validasi informasi, ini dilakukan apabila data dasar yang didapatkan masih
diragukan kekuratannya. Konfirmasi data dilakukan ketika terdapat data pasien yang
cepat berubah kondisinya, misalnya tekanan darah sehingga membutuhkan
pengulangan pengukuran tekanan darah, atau saat pasien di rawat di ICU maka
dibutuhkan sistem pencatatan yang mengkaji sistem tubuh dengan ata tanpa perubahan
klinis setiap shift kerja perawat. b) Data perluasan Data perluasan adlah data yang
didapat dari hasil riset literatur, penggalian lewat wawancara, dan dari hasil
pemeriksaan laboratorium. 3) Pengkajian khusus Pengkajian ini dilakukan ketika pasien
membutuhkan alat ukur tertentu untuk mengkaji data khusus pasien, sehingga dapat
dilakukan pengambilan keputusan klinis. Contoh pengkajian tingkat kesadaran
menggunakan GCS ( Glasscow Coma Scale), pengkajian status kecemasan pasien
menggunakan alat ukur skala HARS ( Hamilton Anxiety rating Scale), pengkajian kondisi
bayi baru lahir menggunakan APGAR SCORE. Kegiatan dalam pengkajian Pada tahap
pengkajian keperawatan ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan perawat untuk
mengidentifikasikan permasalahan klien

3. Kegiatan Dalam Pengkajian


Kegiatan pengkajian data memiliki beberapa rangakaian, jika ada salah satu
rangkaian tidak dilakukan maka seluruh proses keperawatan adapun kegiatan
tersebut adalah: a. Pengumpulan data Kegiatan ini adalah kegiatan perawat
yangsangat penting, perawat harus mengumpulkan data yang relevan, akurat
dan lengkap. Mengumpulkan informasi yang sistematik tentang klien, termasuk
kekuatan dan kelemahan klien. Data dikumpulkan dari klien, keluarga, orang
terdekat, masyarakat, data statistik, grafik dan rekam medik b. Pengkajian on
going Pengkajian di tahap ini adalah pengkajian untuk mengkonfrimasi dan
perluasan data dasar c. Pengkajian khusus Kegiatan ini dilakukan apabila klien
membutuhkan pengkajian dengan menggunakan alat ukur khusus. d. Validasi
data 1) Membandingkan data yang telah dikumpulkan dengan nilai standar dan
nilai normal yang lazim digunakan untuk menetukan nilai-nilai abnormal klien 2)
Data subyektif divalidasi dengan data objektif 3) Bandingkan data subyektif dan
objektif klien dengan nilai standar normal yang lazim dipakai e. Identifikasi
pola/divisi/masalah klien ( Analisis dan Interpretasi data) Merupakan langkah
terakhir dalam pengkajian, data yang didapat akan diorganisasikan menurut
pola/divisi. Kenali pola kesehatan disfungsional yaitu pola-pola yang
menunjukan mayoritas dari nilai dan standar normal. Identifikasi pola harus
berdasarkan alasan logis/rasional 2.6 Pengenalan Tentang Data 18 Modul
Metodologi Keperawatan//@Ns. Nunung Ernawati, S.Kep.M.Kep Pada sub topik
ini akan dibahas tentang data pengkajian, mulai dari sumber data, jenis data,
teknik pengumpulan dan klasifikasi data 2.6.1 Sumber-Sumber Data Data dapat
diperoleh dari berbagai sumber. Setiap sumber dapat memberikan informasi
terkait kesehatan pasien, tingkat kesejahteraan klien, faktor resiko serta pola
penyakit. Berbagai sumber data tersebut adalah: a. Sumber data dari klien
Seorang klien merupakan sumber informasi terbaik. Klien yang sadar dn dapat
memberikan jawaban pertanyaan dengan benar akan emberikan informasi
mengenai kebutuhan perawatan, pola gaya hidup, riwayat penyakit, persepsi
terhadap gejala, dan perubahan aktivitas sehari-hari . b. Sumber data dari
keluarga dan kerabat klien Anggota keluarga, kerabat dekat, teman, pengasuh
merupakan data primer untuk bayi, anak-anak, orang dewasa dalam kondisi
sebagai berikut; kesadaran menurun/tidak sadar, gangguan mental, gangguan
komunikasi. Pada kondisi gawat darurat terkadang keluarga atau kerabat
menjadi sumber penting bagi perawat dan dokter. Keluarga dan kerabat juga
sebagai sumber data sekunder, ketika perawat / tim kesehatan yang lain
membutuhkan konfirmasi kelainan yang diberikan oleh klien. c. Sumber data
dari tim kesehatan Saat mengumpulkan informasi terkait kondisi terkini klien,
perawat bisa berkonsultasi dengan tim kesehatan yang lain. Misalkan saat
timbang terima perawat akan menginformasikan kondisi klien ke perawat shift
berikutnya, perawat akan mengkolaborasikan klien dengan tim gizi, . jadi setiap
tim kesehatan bisa menjadi sumber data klien. d. Sumber data dari rekam medis
Rekam medis adalah sumber riwayat penyakit/kesehatan klien. Data rekam
medis memuat informasi dasar dan terkini tentang respon klien terhadap
pengobatan dan kemajuan yang didapat. Hasil laboratorium, pemeriksaan
diagnostik, hasil pemeriksaan fisik dan rencan pengobatan semua ada di data
rekam medis dan bersifat rahasia. Pengalaman praktik dan kemampuan dalam
pengambilan keputusan klinis akan memperkuat kemampuan perawat dalam
berpikir kritis dan dari situlah perawat membudayakan untuk mengajukan
pertanyaan yang baik dan bisa memberikan informasi penting. f. Sumber data
dari catatan lain dan literatur Catatan pendidikan, pekerjaan, terkadang memiliki
informasi kesehatan tertentu. Jika klien memiliki catatan kesehatan lain maka
perawat dapat meminta ijinuntuk melihatnya untuk memperluas data klien.
Perawat yang pengetahuanya luas dan baik, akan endapatkan data dasar yang
relevan, akurat dan lengkap

4. Teknik Pengumpulan Data

Jenis-jenis Data Terdapat 2 jenis atau tipe data yang dihasilkan dalam tahap
pengumpulan datayaitu:
a. Data subyektif Data subyektif adalah data hasil deskripsi, pernyataan yang
diungkapkan atau keluhan yang dinyatakan oleh pasien sendiri.
b. Data objektif Data objektif merupakan data hasil pengamatan, pengukuran
dan atau pemeriksaan baik pemeriksaan laborataorium ataupun pemeriksaan
penunjang medis lainnya.
Teknik Pengumpulan Data Cara pengumpulan data ini ada beberapa teknik
antara lain:
a. Anamnese Tanya jawab /komunikasi secara langsung dengan klien (auto
anamnesis). Tanya jawab /komunikasi secara tak langsung dengan klien
(allo-anamnesis), komunikasi dilakukan pada keluarga untuk menggali
status kesehatan klien.
b. Tujuan melakukan anamnese adalah: a) Mendapatkan informasi yang
diperlukan untuk mengidentifikasi masalah klien b) Meningkatkan
hubungan perawat-klien c) Membantu klien untuk berpartisipasi dalam
mengenali masalah kesehatannya d) Membantu perawat menentukan
investigasi selanjutnya dalam pengkajian e) Membantu perawat
menganalisis dan menegakkan diagnosis serta penyusunan intervensi
Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat melakukan anmnese 20
Modul Metodologi Keperawatan//@Ns. Nunung Ernawati, S.Kep.M.Kep
a) Ketrampilan membangun kepercayaan dengan klien b) Perhatikan
aspek verbal dan nonverbal c) Kembangkan kemampuan berbahasa
yang tepat d) Tingkatkan pengetahuan e) Kenali bahasa verbal/perilaku
nonverbal f) Hindari mealkukan interupsi ke pasien g) Memberi
kesempatan pasien untuk istirahat b. Observasi Teknik observasi
dilakukan dengan 2S HFT ( Sight, smell, hearing, Feeling, Taste).
c. Adapun keterangan kegiatan dalam observasi adalah: S = Sight /melihat
a) Gunakan indera penglihatan untuk menghasilkan data b) Lihat dan
perhatikan Semua bentuk performance klien c) Lihat segala bentuk
kelainan bentuk tubuh, raut muka, kondisi umum klien S = Smell a)
Gunakan indera penciuman untuk menghasilkan data b) Bau/cium yang
tidak wajar pada pasien atau lingkungan disekitar pasien c) bau
pernafasan, kulit, urine, faeces , discharge luka dll d) Misalkan bau
alcohol, foetor aceton, foetor uremic H = Hearing a) Menggunakan
indera pendengaran untuk menghasilkan data b) Pemeriksaan dengan
auskultasi c) Alat yang digunakan stetoskop, phonenduskup,alat
audiovisual lainnya d) Mendengarkan suara nafas, bunyi jantung, denyut
jantung janin dll F = Feeling a) Menggunakan daya rasa b) Meningkatkan
empati ke pasien c) Meningkatkan responsitas dan sensitivitas perawat
terhadap kondisi dan kebutuhan klien d) Misalkan ikut bahagia jika
pasien bisa sembuh, melahirkan dengan selamat e) Ikut berempati pada
saat pasien mengalami fase kehilangan/kematian T = Taste Pada teknik
terakhir ini perawat tidak saja melakukan perabaan namun juga harus
biasa bisa merasakan apa yang diraba. Contoh dari teknikini yaitu: - Saat
kita meraba kulit pasien , kita harus merasakan bagaimana suhu tubuh
pasien panas atau tidak - Saat kita meraba denyut nadi, kita harus
merasakan kekuatan denyutan, volume pengisian nadinya cukup atau
tidak, reguleritas nadi - Saat kita meraba tulang- tulang pasien, apakah
tulangnya teraba simetris, ada tidaknya deformitas, krepitasi, keutuhan
dan kekuatan tulang dan otot Misalnya meraba kulit pasien untuk
merasakan perubahan suhu, kondisi akral, denyut nadi. c. Pemeriksaan
Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan dengan IPPA ( Inspeksi, Palpasi, Perkusi
dan Auskultasi) .

a) Inspeksi Inspeksi adalah pemeriksaan fisik pasien dengan cara melihat


atau mengamati. Contohnya kondisi umum pasien, melihat irama nafas
pasien, melihat kondisi konjungtiva dan sklera, ada tidaknya oedema, ada
tidaknya perlukaan, karakteristik urine/faeces

b) Palpasi Palpasi adalah perabaan, perawat melakukan pemeriksaan


dengan cara meraba. Contohnya; perawat ingin mengidentifikasi ada
tidaknya nyeri, vokal fremitus, ictus cordis, ada tidaknya massa/benjolan,
petanda appendiksitis, dsb

c) Perkusi Perkusi adalah pemeriksaan dengan melakukan ketukan pada


tubuh pasien dengan memakai jari tengah perawat atau refleks hammer.
Ketukan dengan menggunakan jari tengah perawat dilakukan saat kita
melakukan pemeriksaan paru-paru, batas jantung, perkusi abdomen.
Sedangkan ketukan dengan menggunakan reflex hammer digunakan saat
perawat melakukan pemeriksaan pada reflek patella, reflex bisep & trisep,
reflex brachiobranchialis

d) Auskultasi

Auskultasi merupakan pemeriksaan fisik dengan menggunakan alat seperti


stetoskop, phonenduskup, garpu talla, opthalmuskop dsb. Contoh: a)
Stetoskop digunakan oleh perawat saat mengidentifikasi suara nafas, suara
jantung, peristaltik usus b) Phonenduskup digunakan oleh perawat/bidan
untuk mendengarkan denyut jantung janin c) Garpu talla digunakan perawat
saat melakukan pemeriksaan fungsi teling ( weber, rine, swabach) d)
Opthalmuskup digunakan untuk pemeriksaan fungus oculi pada mata

SOP PERAWATAN LUKA

TUJUAN
Sebagai instruksi bagi petugas UGD untuk melakukan perawatan luka pada
pelanggan, agar tidak terjadi infeksi yang disebabkan oleh luka tersebut.
Instruksi kerja ini dilakukan oleh petugas UGD dalam melakukan perawatan luka
pada pelanggan yang membutuhkan.

DEFINISI
Luka adalah keadaan hilang atau terputusnya kontinuitas jaringan.
Rawat luka adalah upaya yang di lakukan oleh petugas kesehatan untuk
memberikan perawatan pada luka untuk menghindari terjadinya infeksi yang di
sebabkan oleh luka tersebut.
Macam luka berdasarkan penyebab :
Eksoriasi (luka lecet, gores) adalah cedera pada permukaan epidermis akibat
bersentuhan dengan benda berpermukaan kasar atau runcing
Vulnus scissum adalah luka sayat atau luka iris yang ditandai dengan tepi luka
berupa garis lurus dan beraturan.
Vulnus laceratum atau luka robek adalah luka dengan tepi yang tidak beraturan
atau compang-camping biasanya karena tarikan atau goresan benda tumpul.
Vulnus punctum atau luka tusuk adalah luka akibat tusukan benda runcing yang
biasanya kedalaman luka lebih daripada lebarnya.
Vulnus morsum adalah luka karena gigitan binatang Vulnus combustion atau luka
bakar.
ALAT DAN BAHAN
1. Gunting Jaringan dan Gunting Perban
2. Pinset chirugis dan pinset anatomis
3. Arteri klem
4. Nearbeken
5. Sarung tangan steril
6. Kasa steril
7. Plester / verban
8. Cairan fisiologis garam (NaCl 0,9%)
9. Larutan antiseptik ( povidone iodine 10% atau betadine)

ALUR PROSES
Petugas menyapa dengan ramah Menjelaskan kepada pelanggan tentang tindakan
yang akan dilakukan Petugas meminta tandatangan formulir
persetujuan/penolakan tindakan medis kepada pelanggan atau keluarga pelanggan
untuk persetujuan tindakan medis rawat luka Menyiapkan alat-alat dan obat yang
akan dipergunakan Siapkan posisi pelanggan sehingga mempermudah petugas
melakukan tindakan    perawatan luka. Petugas mencuci tangan sesuai prosedur
Pakai sarung tangan Bersihkan luka/irigasi luka dari kotoran dengan cairan garam
fisiologis (NaCl 0,9%). Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan
mati, tepi yang compang-camping sebaiknya dibuang. Jika luka sudah bersih olesi
dengan betadine Tutup luka dengan menggunakan kasa steril dan di plester /
menggunakan verban. Petugas menaruh alat medis yang digunakan ke dalam
bengkok untuk dilakukan pengelolaan alat kesehatan selanjutnya.
Petugas membuang bahan medis habis pakai ke tempat sampah medis
Petugas melepas sarung tangan dan membuang ke tempat sampah medis
Cuci tangan petugas Catat dalam  rekam medis pelanggan.

A. MENGGANTI BALUTAN KERING

1.      Tahap pre interaksi


         Membaca catatan perawat untuk rencana perawatan luka
         Mencuci tangan
         Menyiapkan alat :
  Seperangkat set perawatan luka steril
Sarung tangan steril
Pinset 3 ( 2 anatomis, 1 sirurgis )
Gunting ( menyesuaikan kondisi luka )
Balutan kassa dan kassa steril
Kom untuk larutan antiseptic/larutan pembersih
Salp antiseptic  ( bila diperlukan )
Depress
Lidi kapas
  Larutan pembersih yang diresepkan ( garam fisiologis, betadin, …)
  Gunting perban / plester
  Sarung tangan sekali pakai
  Plester, pengikat, atau balutan sesuai kebutuhan
  Bengkok
  Perlak pengalas
  Kantong untuk sampah
  Korentang steril
  Alcohol 70%
  Troli / meja dorong

2.      Tahap orientasi


         Memberikan salam, memanggil klien dengan namanya
         Menjelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan pada klien / keluarga

3.      Tahap kerja


         Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya  sebelum kegiatan
dimulai
         Susun semua peralatan yang diperlukan di troly dekat  pasien ( jangan
membuka peralatan steril dulu )
         Letakkan bengkok di dekat pasien
         Jaga privacy pasien, dengan menutup tirai yang ada di sekkitar pasien,  serta
pintu dan jendela
         Mengatur posisi klien, instruksikan pada klien untuk tidak menyentuh area
luka atau peralatan steril
         Mencuci tangan secara seksama
         Pasang perlak pengalas
         Gunakan sarung tangan bersih sekali pakai dan lepaskan plester, ikatan atau
balutan dengan pinset
         Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan menariknya dengan
perlahan, sejajar pada kulit dan mengarah pada balutan. Jika masih terdapat
plester pada kulit, bersihkan dengan kapas alcohol
         Dengan sarung tangan atau pinset, angkat balutan, pertahankan permukaan
kotor  jauh dari penglihatan klien
         Jika balutan lengket  pada luka, lepaskan dengan memberikan larutan steril /
NaCl
         Observasi karakter dan jumlah drainase pada balutan
         Buang balutan kotor pada bengkok
         Lepas sarung tangan dan buang pada bengkok
         Buka bak instrument  steril
         Siapkan larutan yang akan digunakan
         Kenakan sarung tangan steril
         Inspeksi luka
         Bersihkan luka dengan larutan antiseptic yang diresepkan atau larutan garam
fisiologis
         Pegang kassa yang dibasahi larutan tersebut dengan pinset steril
         Gunakan satu kassa untuk satu kali usapan
         Bersihkan dari area kurang terkontaminasi ke area terkontaminasi
         Gerakan dengan tekanan progresif menjauh dari insisi atau tepi luka
         Gunakan kassa baru untuk mengeringkan luka atau insisi. Usap dengan cara
seperti di atas
         Berikan salp antiseptic bila dipesankan / diresepkan, gunakan tehnik seperti
langkah pembersihan
         Pasang kassa steril kering pada insisi atau luka
         Gunakan plester di atas balutan,fiksasi dengan ikatan atau balutan
         Lepaskan sarung tangan dan buang pada tempatnya
         Bantu klien pada posisi yang nyaman

NO ASPEKYANG DINILAI PENCAPAIAN PENILAIAN


YA TIDAK K BK
1. Alat dipersiapkan *
2. Alat didekatkan pada pasien
3. Cuci tangan dilakukan *
4. Salam terapeutik disampaikan
5. Tindakan dan tujuan yang akan
dilakukan dijelaskan pada pasien
6. Rasa nyeri yang mungkin timbul
dijelaskan pada pasien
7. Cara untuk menurunkan rasa nyeri
saat penggantian balutan dijelaskan
8. Privacy pasien dijaga
9. Balutan dibuka dengan kapas
alkohol dengan benar
10. Balutan kotor dimasukan ke dalam
bengkok
11. Sarung tangan steril dipakai dengan
benar *
12. Daerah sekitar luka dibersihkan
menggunakan kapas alkohol dengan
benar
13. Luka dibersihkan dengan tetap
mempertahankan tehnik steril *
14. Luka diberi obatdengan benar
15. Luka ditutup dengan kassa steril
secara benar *
16. Kassa difiksasi menggunakan plester
/ balutan dengan benar
17. Pasien diatur pada posisi yang
nyaman
18. Evaluasi terhadap respon pasien
dilakukan dengan benar
19. Alat-alat dibereskan dengan rapi
20. Cuci tangan dilakukan dengan benar
21. Terminasi dilakukan dengan baik
22. Dokumentasi dilakukan dengan
benar

STANDAR SASARAN KESELAMATAN PASIEN


OPERASIONA
L PROSEDUR
PENGERTIAN proses kegiatan identifikasi dengan memasangkan gelang
identifikasi pasien rawat inap pada pergelangan tangan kiri yang
tercantum nama,tempat tanggal lahir dan No. rekam medis.
TUJUAN Memastikan identifikasi pasien dengan benar selama pasien dirawat
di.
Prosedur A. Persiapan Penampilan petugas adminitrasi rawat inap :
1. Periksa kerapihan seragam
2. Periksa kelengkapan atribut Alat-alat :
a. Gelang identifikasi pasien (biru,merah muda,merah,kuning dan
ungu).
b. Berkas rekam medis
c. Alat tulis
B. pelasanaan :
1. Setiap gelang identifikasi pasien sesuai jenis kelamin
2. Isi label gelang dengan identitas pasien (nama, tempat tanggal
lahir dan No. rekam medis) sesuai berkas rekam medis pasien.
3. Ucapkan salam “ selamat pagi/siang/malam, bapak atau ibu”.
4. Sebut nama dan departemen atau unit kerja anda. “ saya ….
( nama 0,dari unit kerjs…( sebutkan)”
5. Jelaskan maksud dan tujuan pemasangan gelang identifikai
kepada pasien. “ Bapak/ibu, sesuai peraturan keselamatan pasien.
Saya akan memasang gelang identifikasi ini pada pergelangan
tangan bapak atau ibu. Tujuannya adalah untuk memastikan
identitas bapak atau ibu dengan benar dalma mendapatkan
pelayanan dan pengobatan selama di Rs ini. Setelah bapak atau ibu
berada diruangan rawat inap, staf kami akan selalu melakukan
konfirmasi indentitas dengan meminta bapak atau ibu menyebutkan
nama dan tanggal lahir bapak atau ibu pada gelang identifikasi.
Prosedur konfirmasi tersebut akan selalu dilaksanakan pada saat
pemberian obat, pemberian transfuse darah, pengambilan sample
untuk pemeriksaan laboraturiium, pemeriksaan radiologi dan bila
akan dilakukan tindakkan kedokteran.
6. Lakukan verifikasi untuk mengetahui bahwa pasien dan
keluarganya paham atas informasi tersebut.
7. Pemasangan gelang identifikasi pada pergelangan tangan pasien (
sesuai kondisi pasien ).
8. Informasikan kepada pasien dan keluarga bahwa gelang
identifikasi ini harus selalu dipake hingga pasien diperbolehkan
pulang. “ bapak atau ibu, mohon agar gelang identitas ini jangan
dilepas selama masih dalam perawaan di rumah sakit ini”.
9. Ucapkan terimakasi dan sampaikan “ terimakasi atas pengertian
dan kerjasamanya”. C. Hal yang harus diperhatikan Bila pasien
berada di IGD maka petugas adminitrasi memasangkan gelang
indentifikasi pasien IGD dan menyerahkan berkas rekam medis
kepada petugas IGD
Tindakan Keperawatan dalam Mendesinfeksi Alat (logam,tenun,kasa)

A. PRINSIP DASAR :

Mendesinfeksi adalah suatu tindakan untuk membunuh kuman-kuman patogen dan


apatogen, tetapi tidak termasuk sporanya pada peralatan perawatan dan kedokteran atau
permukaan jaringan tubuh dengan menggunakan bahan desinfektan atau dengan cara mencuci,
mengoleskan, merendam dan menjemur.

B. STANDAR OPERASIONAL MENDESINFEKSI ALAT (LOGAM, TENUN, KASA)

Pengertian Suatu kegiatan untuk mensucihamakan alat-alat medis yang digunakan


pada saat pelaksanaan asuhan keperawatan dengan menggunakan bahan

Indikasi kimia.
Alat-alat medis yang digunakan saat pelaksanaan asuhan keperawatan
berupa logam, tenun dan kasa.
Tujuan Mencegah infeksi nosokomial yang berasal dari alat-alat medis.
Persiapan alat Alat:
1. Tempat untuk merendam alat (sesuai dengan keperluan).
2. Larutan desinfeksi misal: Lysol, Saflon.
Persiapan pasien Menjauhkan pasien dari ruangan desinfeksi alat (logam, tenun, kasa ).
Persiapan Lingkungan Membuat ruangan khusus untuk desinfeksi alat (logam, tenun, kasa).

Pelaksanaan 1. Membersihkan alat dari kotoran.


2. Merendam alat selama 2 jam.
3. Membersihkan alat.
4. Membereskanalat.

Sikap Sikap Selama Pelaksanaan : Hati-hati, rapi, teliti.


Tindakan Keperawatan dalam Desinfeksi dengan Bahan Kimia

A. PRINSIP DASAR:

Desinfektan dengan bahan kimia adalah penggunaan bahan kimia atau pengaruh fisika
digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasa drenik seperti bakteri dan
virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit
lainnya.

B. STANDAR OPERASIONAL DESINFEKSI DENGAN BAHAN KIMIA

Pengertian Suatu kegiatan untuk mensuci hamakan alat-alat medis yang digunakan
pada saat pelaksanaan asuhan keperawatan dengan menggunakan bahan
kimia.
Indikasi Alat-alat medis yang digunakan saat pelaksanaan asuhan keperawatan.
Tujuan Mencegah infeksi nosokomial yang berasal dari alat-alat medis.
Persiapan alat Alat-alat:
1. Larutan desinfektan (klorin 1%, glutaraldehid 2% ).
2. Desinfektan padat (formalin).
3. Peralatan yang akan di desinfeksi (dari kaca atau plastik).
4. Airsteril/aquabides.

Persiapanpasien Manjauhkan pasien dari desinfektan berbahan kimia, supaya tidak


membahayakan klien.

Persiapan Lingkungan Desinfektan berbahan kimia tersedia, tersediannya ruangan dan alat khusus
untuk mendesinfektan dengan bahan kimia dan tersimpan dalam tempat
yang aman.
Pelaksanaan 1. Peralatan yang sudah dipakai, direndam dalam larutan desinfektan
(lisol 0,5%) selama2 jam.
2. Kemudian dicuci bersih.
Desinfeksi dengan larutan kimia:
1. Peralatan yang bisa didesinfeksi dengan larutan kimia, yaitu peralatan
dari plastik atau kaca.
2. Kemudian peralatan dimasukkan dalam larutan desinfektan yang sudah
dipersiapkan (klorin 1% dalam aqua bidest, glutaraldehid 2% dalam
alkohol 90%), kemudian ditunggu sampai 90 menit.
3. Peralatan dicuci dalam air steril (aqua bidest) dengan menggunakan
korentrang steril.
4. Peralatan ditempatkan dalam bakinstrumen dan bisa digunakan.
Desinfeksi dengan bahan kimia (Formalin) :
1. Peralatan yang bisa didesinfeksi dengan formalin, yaitu kassa dan
sarung tangan, tetapi karena sifatnya iritatif, perlu dipertimbangkan
bila mengenai pasien secara langsung.
2. Peralatan dumasukkan dalam dessing drum yang sudah diberikan
formalin yang sebelumnya dibungkus kassa.
3. Dressing drum ditutup pori-porinya dan diberi label tanggal dan jam
proses dimulai.
4. Ditunggu sampai 24 jam, baru bisa digunakan.

Sikap Sikap Selama Pelaksanaan:


Bekerja dengan teliti.
Tindakan Keperawatan dalam Sterilisasi Alat

A. PRINSIP DASAR:

Sterilisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat, bahan,


media dan lain- lain) dari mikroorganisme yang tidak diharapkan kehadirannya.

B. STANDAR OPERASIONAL STERILISASI ALAT

Pengertian Suatu kegiatan untuk mensuci hama kan alat-alat medis yang di gunakan
pada saat pelaksanaan asuhan keperawatan.
Indikasi Alat-alat medis yang digunakan saat pelaksanaan asuhan keperawatan.
Tujuan Mencegah infeksi nosokomial yang berasal dari alat-alat medis.
Persiapan alat Alat-alat:
1. Larutan desinfeksi (lisol, savlon, klorin).
2. Tempat untuk merendam alat.
3. Jenis sterilisator yang sesuai (autoclave, oven).

Persiapan pasien Jauhkan pasien dari tempat sterilisasi alat kesehatan.


Persiapan Lingkungan Tersedianya tempat, bahan dan alat untuk sterilisasi.

25
Pelaksanaan 1. Peralatan yang sudah dipakai, direndam dalam larutan desinfektan
selama 2 jam.
2. Kemudian dicuci bersih dan dikeringkan.
3. Sterilisasi dengan autoclave.
4. Peralatan yang bisadisterilisasi dengan autoclave, yaitu berbagai
peralatan dari lateks, sarung tangan, kain (laken, kassa).
5. Peralatan dipisahkan sesuai dengan jenisnya, dan dibungkus
dengan kain. Untuk sarung tangan bagian dalam ditaruh kassa
atau kertas tahan air, kemudian dibungkus dengan kertas tahan air
(kertas minyak).
6. Buka autoclave, isi bagian luar panci dengan air ±1500 ml.
7. Masukkan peralatan dalam panci, atur agar panas dapat merata.
8. Tutup pipa uap, kemudian panaskan dalam tungku pemanas.
9. Tunggu sampai panas pada termometer mencapai 20°F, kemudian
buka pipa uap dan angkat dari sumber panas.
10. Tunggu sampai termometer menunjukkan angka 0, peralatan bisa
diangkat.
11. Sterilisasi dengan oven.
12. Peralatan yang bisa disterilisasi dengan sterilisasi, yaitu berbagai
peralatan dari logam (pinset, klem, dan lain-lain), kain (taken, kassa).
Untuk gunting bedah akan mudah tumpul dengan sterilisasi ini, dan
sarung tangan akan mudah rusak dengan sterilisasi ini. Untuk jenis
peralatan dari kain akan mudah rusak jugadengan papas yang kurang
merata pada oven.
13. Peralatan disusun berdasarkan dengan susunan rak dalam oven.
14. Kemudian atur tombol untuk pengaturan kerja otomatis atau manual.
15. Putar pengatur panas dan lamanya waktu pemanasan.Untuk pemanasan
160°C selama 60 menit,170°C selama 40 menit dan 180°C selama 20menit.
16. Kemudian tunggu oven bekerja sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Bila menggunakan kerja otomatis, oven akan langsung mati bilas
udah sesuai dengan pengaturan waktu dan panas. Bila menggunakan
pengaturan manual waktu dihitung mulai suhu oven mencapai suhu
yang diinginkan, matikan oven bila sudah selesai..
17. Setelah dingin peralatan diangkat dan bisa digunakan atau disimpan

25
Sikap Sikap Selama Pelaksanaan : Bekerja dengan teliti.

MENYIAPKAN PASIEN UNTUK PEMERIKSAAN LABORATORIUM


 
1. PENGERTIAN : 
Adalah langkah-langkah atau tata cara yang dilakukan dalam rangka
menyiapkan pasien yang memerlukan pemeriksaan laboratorium.
 
2. TUJUAN : 

a. Agar diagnosis penyakit dapat ditegakkan dengantepat dan cepat2.


b. Tercapainya efektifitas dan efisiensi pelayanan kegawatdaruratan di
Instalasi Gawat Darurat

3. KEBIJAKAN :
 
a. Ada formulir permintaan jenis pemeriksaan olehdokter yang merawat2.
b. Ada informasi jelas kepada pasien tentang pengambilan sampling dan
biaya pemeriksaan.
c. Sampling diambil oleh petugas laboratorium
d. Hasil pemeriksaan selesai segera dikirim ke IGD oleh petugas
laboratorium
e. Tempat atau wadah untuk bahan pemeriksaan lab,disiapkan oleh
masing-masing ruangan yang memintake instalasi lab. 

PROSEDUR :

Persiapan
10. Formulir lab yang sudah diisi dan ditandatangani olehdokter yang
mengani pasien.
11. Wadah untuk feses, urine, dan sputum
12. Pasien sudah mendapat informasi tentang jadwal akan dilakukan
pemeriksaa penunjang.

Faktor yang Memengaruhi Hasil Tes Laboratorium


Ada banyak faktor yang dapat memengaruhi hasil tes, ini termasuk: 
1. Jenis kelamin, usia, dan etnis.
2. Apa yang kamu makan dan minum.
3. Obat-obatan yang diminum.
4. Seberapa baik kamu mengikuti instruksi pra-tes.

25
Biasanya, dokter akan membandingkan hasil sekarang dengan hasil dari tes
sebelumnya. Pemeriksaan laboratorium sering menjadi bagian dari pemeriksaan
rutin untuk mencari tahu kondisi kesehatan tubuh.
Lewat hasil pemeriksaan laboratorium ini dokter akan mendiagnosis kondisi
medis, merencanakan atau mengevaluasi perawatan, serta memantau penyakit.

Tujuan Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium medis bertujuan untuk deteksi dini, diagnosis, dan


pengobatan penyakit pada pasien. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan
secara rutin diperlukan agar dokter dapat memberikan respons cepat dan
melakukan tindakan pencegahan kemungkinan terjadinya penyakit di masa
depan. 

Diperkirakan 60 sampai 70 persen dari semua keputusan mengenai diagnosis


pasien, termasuk pengobatan dan rawat inap pasien, dilakukan berdasarkan hasil
pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan Pengujian juga merupakan bagian
penting dari pemeriksaan lengkap untuk gangguan penggunaan zat atau obat-
obatan tertentu. 

Misalnya, pemeriksaan laboratorium pada pasien keracunan yang sakit kritis


ditentukan oleh toksin yang dicurigai dan temuan dari riwayat dan pemeriksaan
fisik. Apabila kondisinya demikian, pemeriksaan laboratorium harus mencakup
elektrolit serum dan perhitungan anion gap. 

Pemeriksaan laboratorium lebih lanjut mungkin termasuk parameter prothrombin


time (PT) dan activated partial thromboplastin time (APTT). Kedua pemeriksaan
ini dilakukan untuk mengetahui penyebab dari kelainan dan gangguan pembekuan
darah. 

Ada banyak jenis pemeriksaan laboratorium dan biasanya jenis pemeriksaan


dilakukan atas rekomendasi dokter. Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk
mendukung rekam medis pasien serta penentuan tindakan perawatan selanjutnya. 

Jenis Pemeriksaan Laboratorium

Ada banyak jenis pemeriksaan laboratorium, beberapa di antaranya adalah:

1. Hitung Darah Lengkap

Pemeriksaan hitung darah lengkap adalah tes darah yang paling umum dilakukan.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengukur jenis dan jumlah sel dalam darah,
termasuk sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. 

Tes ini digunakan untuk menentukan status kesehatan umum, menyaring kelainan,
dan mengevaluasi status gizi pasien. Pemeriksaan ini dapat membantu
mengevaluasi gejala seperti kelemahan, kelelahan, dan memar. Selain itu,

25
pemeriksaan ini juga dapat membantu mendiagnosis kondisi seperti anemia,
leukemia, malaria, dan infeksi.

2. Prothrombin Time

Tes ini mengukur berapa lama waktu yang dibutuhkan darah untuk membeku. Tes
koagulasi ini mengukur keberadaan dan aktivitas lima faktor pembekuan darah
yang berbeda.

Tes ini dapat menyaring kelainan perdarahan dan juga dapat digunakan untuk
memantau perawatan obat yang mencegah pembentukan bekuan darah.

3. Tes Darah Panel Metabolik Dasar

Tes ini mengukur glukosa, natrium, kalium, kalsium, klorida, karbon dioksida,
nitrogen urea darah, dan kreatinin. Pemeriksaan ini dapat membantu menentukan
kadar gula darah, keseimbangan elektrolit dan cairan, serta fungsi ginjal. 

Tes darah ini dapat membantu dokter memantau efek obat yang diminum, seperti
obat tekanan darah tinggi, dapat membantu mendiagnosis kondisi tertentu, atau
dapat menjadi bagian dari pemeriksaan kesehatan rutin. Kamu direkomendasikan
untuk berpuasa hingga 12 jam sebelum melakukan tes ini.

4. Panel Metabolik Komprehensif

Tes ini menggabungkan Panel Metabolik Dasar dengan enam tes lagi untuk
evaluasi fungsi metabolisme yang lebih komprehensif, dengan fokus pada sistem
organ.

5. Panel Lipid

Panel lipid adalah sekelompok tes yang digunakan untuk mengevaluasi risiko
jantung. Ini termasuk kadar kolesterol dan trigliserida.

6. Panel Hati

Panel hati adalah kombinasi tes yang digunakan untuk menilai fungsi hati dan
menentukan kemungkinan adanya tumor hati.

7. Hemoglobin A1C

Tes ini digunakan untuk mendiagnosis dan memantau diabetes.

8. Urinalisis

Merupakan pemeriksaan laboratorium umum untuk memeriksa tanda-tanda awal


penyakit. Ini juga dapat digunakan untuk memantau diabetes atau penyakit ginjal.

9. Tes Kultur Darah

25
Tes ini digunakan untuk menguji diagnosis dan pengobatan infeksi. Penyakit
seperti infeksi saluran kemih, pneumonia, radang tenggorokan, MRSA, dan
meningitis dapat dideteksi melalui tes ini, sehingga bisa diberikan pengobatan
antibiotik yang tepat.

Persiapan sebelum Pemeriksaan Laboratorium

Persiapan yang dilakukan sebelum melakukan pemeriksaan laboratorium


tergantung pada jenis pemeriksaannya. Pada tes laboratorium sampel yang
diambil bisa berbeda. Mulai dari sampel darah, urine, cairan tubuh lain, atau
jaringan tubuh untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan pasien. 

Untuk semua jenis tes laboratorium, pada umumnya harus mempersiapkan


beberapa hal ini : 

 Mengikuti semua instruksi yang diberikan oleh penyedia layanan


kesehatan.
 Memberi tahu dokter atau ahli medis jika kamu tidak mengikuti petunjuk
dengan tepat. Penting untuk jujur karena perubahan sekecil apapun akan
memberikan hasil yang besar. Misalnya, beberapa obat dapat
meningkatkan atau menurunkan kadar gula darah. Minum obat tersebut
sebelum tes gula darah dapat memengaruhi hasil.
 Memberi tahu penyedia layanan medis mengenai obat-obatan, vitamin,
atau suplemen apa pun yang kamu konsumsi.

Salah satu persiapan tes laboratorium yang paling umum lainnya adalah puasa.
Dengan kata lain, kamu tidak boleh makan atau minum apapun kecuali air hingga
beberapa jam atau semalaman sebelum tes. 

Hal ini dilakukan karena nutrisi dan bahan dalam makanan diserap dalam aliran
darah. Ini dapat memengaruhi hasil tes darah tertentu. Lamanya puasa bisa
berbeda-beda. Jadi, jika kamu memang perlu berpuasa. Pastikan kamu bertanya
kepada penyedia layanan medis mengenai jangka waktunya. 

Persiapan tes umum lainnya meliputi:

 Menghindari makanan dan minuman tertentu seperti daging yang dimasak,


teh herbal, atau alkohol.
 Pastikan untuk tidak makan berlebihan sehari sebelum tes.
 Tidak merokok.
 Menghindari perilaku tertentu seperti olahraga berat atau aktivitas seksual.
 Untuk beberapa tes darah, kamu mungkin diminta untuk minum air ekstra
untuk membantu menjaga lebih banyak cairan di pembuluh darah. Kamu

25
mungkin juga diminta untuk minum air 15 hingga 20 menit sebelum tes
urine tertentu.

Beberapa tes laboratorium paling umum yang memerlukan puasa meliputi:

 Tes Glukosa Darah.


 Tes Kadar Kolesterol.
 Uji Trigliserida.
 Tes Kalsitonin.

Prosedur Pemeriksaan Laboratorium

Prosedur pemeriksaan laboratorium tergantung pada jenis pemeriksaan yang akan


dilakukan. Begitu juga dengan sampel yang diambil akan disesuaikan dengan
kebutuhan pemeriksaan. Apabila kamu akan melakukan pemeriksaan hitung darah
lengkap, tentu saja sampel yang diambil adalah darah. Untuk pemeriksaan
diabetes, selain pengambilan darah, urine juga akan diambil. 

Untuk pemeriksaan laboratorium dengan sampel sperma, ejakulasi diperoleh


dengan cara masturbasi. Sperma kemudian harus dikumpulkan ke dalam wadah
plastik. Penggunaan kondom untuk pengumpulan sperma tidak disarankan, karena
zat yang digunakan untuk produksi kondom dapat memengaruhi tingkat mobilitas
sel sperma.

Begitu juga dengan tes pap smear, kamu akan diinstruksikan untuk tidak
melakukan douche, menggunakan tampon, atau berhubungan seks selama 24
hingga 48 jam sebelum tes dilakukan.

Vagina akan dibuka dengan spekulum, lalu sampel diambil menggunakan spatula.
Setelah itu, sampel diletakkan di kaca preparat untuk kemudian diperiksa di
laboratorium. 

Ada begitu banyak jenis pemeriksaan laboratorium dan masing-masing bisa jadi
memiliki persiapan yang berbeda. Pastikan kamu mendapatkan informasi yang
sesuai dengan jenis pemeriksaan yang akan dilakukan

Hal yang Perlu Dilakukan setelah Pemeriksaan Laboratorium

Setelah melakukan pemeriksaan laboratorium, biasanya kamu bisa beraktivitas


seperti biasa. Terkadang prosedur pemeriksaan akan meninggalkan sedikit
ketidaknyamanan. Namun, itu hanya berlangsung sebentar, karena setelahnya
kamu akan merasa normal kembali.

Hasil pemeriksaan laboratorium bisa diketahui tergantung dari jenis pemeriksaan


yang dilakukan. Mulai dari hitungan menit, jam, hari, dan minggu.

25
Jika kamu merasakan ketidaknyamanan setelah pemeriksaan laboratorium, kamu
bisa mengontak petugas medis untuk mendapatkan saran atau rekomendasi yang
harus dilakukan untuk membuat ketidaknyamanan itu membaik

25
DAFTAR PUSTAKA

Alman. 2000. Fundamental & Advanced Nursing Skill. Canada: Delmar


Thompson, Learning Publisher.

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan ,Konsep dan Aplikasi


Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.

AzisAlimun.2006. Kebutuhan Dasar Manusia I.

Hidayat, A.A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Jakarta : Salemba Medika. Elkin, et al. 2000. Nursing


Intervention and Clinical Skills.Second Edition.

Kozier, B. 1995. Fundamental of Nursing: Concept Process and Practice,


Ethicsand Values. California: Addison Wesley.

Perry,at al. 2005. Ketrampilan dan Prosedur Dasar. Jakarta:


Kedokteran, EGC. Potter, P. 1998. Fundamental of Nursing.
Philadelphia: Lippincott.

Potter dan Perry. 2006. Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan


Praktik. EGC, Kedokteran
Tarwoto Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika

Tim Poltekkes Depkes Jakarta III. 2009. Panduan Praktek KDM. Jakarta:
Salemba Medika. Tim Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang. 2012.
Modul Pembelajaran KDM. Malang.

Wahid, IM dan Nuruk, C. 2008. Kebutuhan Dasar Manusia, Teori dan Aplikasi
dalam Praktek. Jakarta: Salemba Medika.

36
36
40
43
43

Anda mungkin juga menyukai