Anda di halaman 1dari 108

MODUL PRAKTIKUM

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN


GERONTIK
(PPKG)

PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MOHAMMAD HUSNI THAMRIN
2022
MODUL PRAKTIKUM
PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK
PROGRAM STUDI NERS

SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2022/2023

PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS


MOHAMMAD HUSNI THAMRIN
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Identifikasi Mata Kuliah


Nama Mata Kuliah : Praktik Profesi Keperawatan Gerontik
Nomor Kode : NSP21903
SKS : 2 SKS, (Praktik Lapangan)
Status Mata Kuliah : Wajib

Koordinator Mata Kuliah


Nama : Fatimah, S.Kp., M.Kep., Ns.Sp.Kep.Kom
NIDN 0301067405
Pembuat Modul : 1. Fatimah, S.Kp., M.Kep., Ns.Sp.Kep.Kom
2. Ns. Dwinara Febrianti, S.Kep., M. Kep., Sp.Kep.J
Program Studi : Program Studi Ners
Fakultas Kesehatan Universitas MH Thamrin

Jakarta, 1 Februari 2023


Menyetujui
Kaprodi Keperawatan, Penanggung Jwab MK,

Ns. Neli Husniawati, S.Kep., M. Kep Fatimah, S.Kp., M.Kep., Ns.Sp.Kep.Kom


NIDN. 0310077602 NIDN. 0301067405

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas izin-
Nya Modul Praktikum Praktik Profesi Keperawatan Gerontik tahun 2022-
2023 dapat diselesaikan sesuai pada waktunya. Buku modul ini merupakan
pedoman pembelajaran bagi mahasiswa Ners dan staf pengajar yang
bertindak sebagai dosen pengampu pada Program Studi Ners Universitas
Mohammad Husni Thamrin.

Buku Modul Praktikum Praktik Profesi Keperawatan Gerontik ini dibuat


berdasarkan strategi pembelajaran mata kuliah dengan kurikulum berbasis
KKNI.

Atas terselesaikannya buku modul ini, penyusun mengucapkan terima kasih


kepada tim sejawat dan semua pihak yang telah terlibat, baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan modul ini. Kami
menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam modul ini.

Kami mengharapkan masukan yang membangun agar modul ini bisa


menjadi lebih baik. Semoga modul ini bermanfaat bagi mahasiswa, staf
pengajar serta seluruh komponen terkait dalam proses pendidikan Ners di
Program Studi Ners Universitas Mohammad Husni Thamrin.

Jakarta, 1 Februari 2023

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..........................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iv
VISI DAN MISI.....................................................................................................................1
BAB 1 PENGKAJIAN KESEHATAN KRONIS & STATUS PSIKOLOGIS...................1
1. Pengkajian masalah kesehatan kronis...............................................................2
2. Pengkajian status psikologis (Skala Depresi Geriatrik Yesavage)...................10
BAB 2 PENGKAJIAN SENSOMOTORIK & STATUS FUNGSIONAL..........................16
1. Pengkajian fungsi sensomotorik dengan pemeriksaan koordinasi
ekuilibrium........................................................................................................17
2. Pengkajian status fungsional dengan pemeriksaan Barthel Index....................23
BAB 3 PENGKAJIAN STATUS KOGNITIF......................................................................31
1. Pengkajian status kognitif dengan pemeriksaan SPMSQ (Short Mental
Status Questionaire)..........................................................................................32
2. Pengkajian status kognitif dengan pemeriksaan MMSE (Mini Mental
State Exam).......................................................................................................38
BAB 4 PENGKAJIAN KESEIMBANGAN DAN RISIKO JATUH...................................48
1. Pengkajian keseimbangan dengan pemeriksaan BBG (Berg Balance Scale). 49
2. Pengkajian risiko jatuh dengan MFS (Morse Fall Scale)...............................57
BAB 5 PEMBERIAN LATIHAN ROM (RANGE OF MOTION) DAN AMBULASI…64
BAB 6 MANAJEMEN NYERI..........................................................................................77
BAB 7 BRAIN GYM.......................................................................................................86

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................92

iv
VISI, MISI DAN TUJUAN

A. Visi Program Studi


Menjadikan Program Studi S1 Keperawatan dan Ners fakultas Kesehatan
Universitas MH. Thamrin mampu bersaing secara global berlandaskan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta unggul di bidang kegawatdaruratan dan bencana
serta berjiwa kewirausahaan pada tahun 2025

B. Misi Program studi


1. Menyelenggarakan pendidikan keperawatan sesuai KKNI untuk menghasilkan
lulusan ners yang kompeten dalam bidang kegawatdaruratan dan bencana
berlandaskan ilmu pengetahuan dan teknologi serta berjiwa kewirausahaan
2. Menghasilkan lulusan Ners yang siap bersaing secara global
3. Menghasilkan penelitian di bidang keperawatan terutama pada kegawatdaruratan
dan bencana
4. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat di bidang keperawatan terutama
pada kegawatdaruratan dan bencana
5. Menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga terkait baik didalam maupun luar
negeri

C. Tujuan Program studi


1. Terwujudnya pendidikan dengan lulusan ners yang kompeten dalam bidang
kegawatdaruratan dan bencana berlandaskan IPTEK beserta berjiwa
kewirausahaan
2. Dihasilkan lulusan yang siap bersaing secara global
3. Terlaksananya penelitian di bidang keperawatan terutama pada kegawatdaruratan
dan bencana pada kegawatdaruratan dan terapi komplementer
4. Terlaksananya pengabdian masyarakat di bidang keperawatan terutama pada
kegawatdaruratan dan bencana
5. Terjalinnya kerjasama dengan berbagai lembaga terkait baik didalam maupun luar
negeri

1
PROFIL LULUSAN

A. PROFIL LULUSAN
1. Care Provider : Merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan pada
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam rentang sehat sakit di tatanan
klinik, keluarga, dan komunitas untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia secara
komprehensif dan berbasis bukti.
2. Communicator : Mendemostrasikan komunikasi efektif pada sistem klien dan
kolaborasi tim kesehatan
3. Health Educator and Promoter :Melakukan edukasi dan promosi pada sistem
klien untuk mencapai kemandirian dalam merawat dirinya.
4. Manager and Leader :Menganalisis pengorganisasian asuhan keperawatan dan
berkoordinasi dengan tim Kesehatan dengan menunjukkan sikap kepemimpinan
untuk mencapai tujuan perawatan klien.
5. Researcher : Menerapkan langkah-langkah pendekatan ilmiah dalam
menyelesaikan masalah keperawatan.

B. CAPAIAN PEMBELAJARAN LULUSAN (CPL)


1. Bertakwa kepada Tuhan YME, menunjukkan sikap professional, prinsip etik,
perspektif hukum dan budaya dalam keperawatan
2. Mampu menguasai keterampilan umum pada bidang keilmuannya
3. Mampu memahami ilmu keperawatan untuk melakukan asuhan keperawatan
berdasarkan pendekatan proses keperawatan
4. Mampu memberikan asuhan keperawatan secara professional pada tatanan
laboratorium dan lapangan (klinik dan komunitas) untuk meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan dan keselamatan klien
5. Mampu melaksanakan edukasi dengan keterampilan komunikasi dalam asuhan
keperawatan dan informasi ilmiah
6. Mampu membangun kapasitas kepemimpinan dan manajemen
7. Mampu melakukan penelitian ilmiah di bidang ilmu dan teknologi keperawatan
untuk memecahkan masalah kesehatan
8. Mampu menghasilkan, mengomunikasikan, dan melakukan inovasi pada
bidang ilmu dan teknologi keperawatan, dan
9. Mampu meningkatkan keahlian professional di bidang keperawatan melalui
pembelajaran seumur hidup

2
C. PROFIL LULUSAN DAN CPL

PROFIL CAPAIAN PEMBELAJARAN LULUSAN (CPL)


LULUSAN CPL 1 CPL 2 CPL 3 CPL 4 CPL 5 CPL 6 CPL 7 CPL 8 CPL 9
Care Provider √ √ √ √ √ √
Communicator √ √ √
Health √ √ √ √
Educator and
Promoter
Manager and √ √ √
Leader
Researcher √ √ √ √

3
BAB 1
PENGKAJIAN KESEHATAN KRONIS & STATUS PSIKOLOGIS

1. PENDAHULUAN
Pada modul ini akan melakukan Praktikum Keperawatan Gerontik. Bab 1 akan
mempraktikkan tentang: pengkajian khusus pada lansia pada pengkajian
kesehatan kronis & status psikologis.

Agar memudahkan Anda mempelajari modul ini, maka materi praktikum


dibagi menjadi beberapa Kegiatan Belajar, yaitu:
2.1.1 Kegiatan Praktikum 1: Pengkajian masalah kesehatan kronis
2.1.2 Kegiatan Praktikum 2: Pengkajian status psikologis (Skala Depresi
Geriatrik Yesavage)

4
KEGIATAN PRAKTIKUM 1
PENGKAJIAN MASALAH KESEHATAN KRONIS

A. Deskripsi Praktikum
Pada Kegiatan praktikum-1 ini, Anda akan melakukan praktikum asuhan
keperawatan pada lansia. Praktikum ini diharapkan akan memberikan
pengalaman belajar tentang mengenai kebutuhan bio, psiko, sosial dan spiritual
pada lanjut usia dengan sasaran individu, keluarga dan kelompok/ komunitas.
Persiapan dan perawatan sesaat dengan setting laboratorium keperawatan.

B. Tujuan Praktikum
Setelah selesai melakukan kegiatan praktikum-1 ini, Anda diharapkan
melakukan pengkajian khusus pada lansia yang mengalami masalah kronis
sesuai dengan Standar Prosedur Operasional (SPO).

C. Persiapan Praktikum
1. Petunjuk Kerja
a) Baca dan pelajari lembar kerja yang ada.
b) Apabila belum jelas ulangi lagi membaca, sampai benar-benar
memahami semua tindakan yang akan dilakukan
2. Keselamatan Kerja
a) Perhatikan keadaan umum pasien.
b) Menggunakan alat perlindungan diri yang sesuai dengan langkah kerja.
c) Langkah kerja dilakukan dengan cermat dan perhatikan keamanan,
kenyamana dan keselamatan pasien selama melakukan langkah kerja.
3. Peralatan
a) Lembar kerja
b) Alat dan Bahan yang sesuai

5
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGKAJIAN
MASALAH KESEHATAN KRONIS PRODI NERS FKes UMHT

NAMA MAHASISWA :
NPM :
SEMESTER :
HARI & TANGGAL :

Pengertian:
Menurut Ekasari, Riasmini & Hartini (2019) pengkajian status fungsional adalah suatu bentuk
ngukuran kemampuan seseorang yang melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.

Indikasi :
Lansia, baik lansia individu maupun yang tinggal dengan keluarga, di panti, dan komunitas.

Tujuan :
Mengoptimalkan kesehatan lansia secara umum serta memperbaiki/ mempertahankan kapasitas
fungsionalnya.

Sumber :
Ekasari, M. F., Riasmini, N. M. & Hartini, T. (2019). Meningkatkan Kualitas Hidup Lansia Konsep
dan Berbagai Intervensi. Malang: Wineka Media.
Tamher, S. & Noorkasiani. (2011). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

CRITIC
NO TINDAKAN AL NILAI
POINT
1 2
0
1 PRA INTERAKSI
1.1 Verifikasi order
1.2 Siapkan lingkungan: jaga privasi
1.3 Persiapan pasien
2 PERSIAPAN ALAT
2.1 Pensil
2.2 Lembar pengkajian
2.3 Handscrub
3 ORIENTASI
3.1 Beri salam (Assalamu'alaikum, memperkenalkan
diri, memanggil nama pasien yang disukai, menanyakan
umur, alamat)
3.2 Kontrak waktu prosedur
3.3 Jelaskan tujuan prosedur
3.4 Memberi pasien / keluarga kesempatan untuk bertanya
3.5 Meminta persetujuan pasien / keluarga
3.6 Meyiapkan lingkungan dengan menjaga privacy pasien
3.7 Mendekatkan alat ke dekat tempat tidur pasien
4 TAHAP KERJA
4.1 Berdoa
4.2 Mencuci tangan dengan 6 langkah
4.3 Menyiapkan lembar pengkajian

6
CRITIC NILAI
NO TINDAKAN AL 1 2
0
POINT
4.4 Mengisi indentitas pasien berdasarkan rekam medis ataupun
wawancara
4.5 Petunjuk: Ajukan pertanyaan-pertanyaan dalam urutan yang
tercantum . Menuliskan checlist pada kolom berdasarkan
jawaban pasien. Skor pada kolom pengkajian dengan Skor 3
(selalu), skor 2 (sering), skor 1 (jarang) dan skor 0 (tidak
pernah).
4.6 Arahkan klien untuk menjawab pertanyaan perawat keluhan *
kesehatan yang dirasakan klien dalam waktu 3 bulan terakhir
berkaitan dengan berbagai fungsi. Tdk
Selalu Sering Jarang
No Fungsi-fungsi tubuh (3) (2) (1)
pernah
(0)
a Fungsi penglihatan
1. Penglihatan kabur
2. Mata berair
3. Nyeri pada mata
b Fungsi Pendengaran
1. Pendengaran
berkurang
2. Telinga berdenging
c Fungsi paru
(pernafasan)
1. Batuk lama disertai
keringat malam
2. Sesak nafas
3. Berdahak/ sputum
d Fungsi Jantung
1. Jantung berdebar-
debar
2. Cepat lelah
3. Nyeri dada
e Fungsi pencernaan
1. Mual/muntah
2. Nyeri ulu hati
3. Makan dan minum
banyak
(berlebihan)
4. Perubahan
kebiasaan BAB
(mencret atau
sembelit)
f Fungsi Pergerakan
1. Nyeri kaki saat
berjalan
2. Nyeri pinggang
atau tulang
belakang
3. Nyeri persendian/
bengkak
g Fungsi Persyarafan
1. Lumpuh/
kelemahan
2. Kehilangan rasa

7
CRITIC NILAI
NO TINDAKAN AL 1 2
0
POINT
3. Gemetar/ tremor
4. Nyeri/ pegal pada
daerah tengkuk
h Fungsi

Saluran Perkemihan
1. BAK banyak
2. Sering BAK pada
malam hari
3. Tidak
mampu mengontrol
pengeluaran

air kemih
(ngompol)
JUMLAH

4.7 Menjumlahkan seluruh fungsi hasil wawancara pada klien


4.8 Menyimpulkan hasil pengkajian kesehatan masalah kronis dan
melingkari hasilnya:
 Skor: ≤25: tidak ada masalah kesehatan kronis s.d masalah
kesehatan kronis ringan
 Skor: 26-50: Masalah kesehatan kronis sedang
 Skor: ≥ 51: Masalah kesehatan kronis berat
4.9 Merapikan pasien dan alat

5
5.1 Evaluasi respon pasien (Subjektif & Objektif)
5.2 Simpulkan kegiatan
5.3 Penkes singkat (pasien atau keluarga)
5.4 Kontrak waktu selanjutnya
5.5 Bersyukur dan mendoakan kesembuhan pasien

6 DOKUMENTASI
6.1 Mencatat nama dan umur pasien
6.2 Mencatat kondisi pasien
6.3 Mencatat respon pasien
6.4 Mencatat hasil pemeriksaan pasien
7 SIKAP
7.1 Keterbukaan
7.2 Empati
7.3 Perilaku positif
7.4 Sikap mendukung
7.5 Kesetaraan
TOTAL NILAI
GLOBAL RATING * (Centang Salah 1)
FAIL
BORDERLINE
PASS
EXCELLENT
0= tidak dilakukan 1= dilakukan tidak lengkap 2= dilakukan sempurna

NAMA PENGUJI :
TTD :

8
CATATAN PENGUJI :

9
PENGKAJIAN MASALAH KESEHATAN KRONIS

Nama Klien : Tanggal :


Jenis Kelamin : Umur : tahun
Agama : Suku :
Alamat : Pewawancara :
Berikan ceklist pada kolom yang tersedia berdasarkan pengkajian yang didapat
Keluhan kesehatan atau gejala yang dirasakan klien Tdk
Selalu Sering Jarang
No dalam waktu 3 bulan terakhir berkaitan dengan pernah
(3) (2) (1)
fungsi-fungsi (0)
a Fungsi penglihatan
1. Penglihatan kabur
2. Mata berair
3. Nyeri pada mata
b Fungsi Pendengaran
1. Pendengaran berkurang
2. Telinga berdenging
c Fungsi paru (pernafasan)
1. Batuk lama disertai keringat malam
2. Sesak nafas
3. Berdahak/ sputum
d Fungsi Jantung
1. Jantung berdebar-debar
2. Cepat lelah
3. Nyeri dada
e Fungsi pencernaan
1. Mual/muntah
2. Nyeri ulu hati
3. Makan dan minum banyak (berlebihan)
4. Perubahan kebiasaan BAB (mencret atau
sembelit)
f Fungsi Pergerakan
1. Nyeri kaki saat berjalan
2. Nyeri pinggang atau tulang belakang
3. Nyeri persendian/ bengkak
g Fungsi Persyarafan
1. Lumpuh/ kelemahan
2. Kehilangan rasa
3. Gemeter/ tremor
4. Nyeri/ pegal pada daerah tengkuk
h Fungsi Saluran Perkemihan
1. BAK banyak
2. Sering BAK pada malam hari
3. Tidak mampu mengontrol pengeluaran air
kemih (ngompol)
JUMLAH
Analisis Hasil
 Skor: ≤25: tidak ada masalah kesehatan kronis s.d masalah kesehatan kronis
ringan
 Skor: 26-50: Masalah kesehatan kronis sedang
 Skor: ≥ 51: Masalah kesehatan kronis berat

10
D. Pelaporan
Bagaimana pengalaman belajar Anda setelah melakukan Kegiatan Praktikum-1
ini, apakah Anda sudah mampu dan/ mahir melakukan pengkajian masalah
Kesehatan kronis. Jika Anda masih ragu/ kurang mampu dalam melakukannya,
Anda dapat melakukan latihan praktikum lagi dengan teman Anda sampai Anda
mampu dan/ mahir.

E. Ringkasan
Pengkajian status fungsional adalah suatu bentuk pengukuran kemampuan
seseorang yang melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Status
fungsional menunjukan derajat kemandirian lanjut usia yang bertujuan
meningkatkan kualitas hidup lanjut usia.

11
KEGIATAN PRAKTIKUM 2
PENGKAJIAN STATUS PSIKOLOGIS

A. Deskripsi Praktikum
Pada Kegiatan praktikum-2 ini, Anda akan melakukan praktikum proses asuhan
keperawatan pada lansia. Praktikum ini diharapkan akan memberikan
pengalaman belajar tentang mengenai kebutuhan bio, psiko, sosial dan
spiritual pada lanjut usia dengan sasaran individu, keluarga dan kelompok/
komunitas. Persiapan dan perawatan sesaat dengan setting laboratorium
keperawatan.

B. Tujuan Praktikum
Setelah selesai melakukan kegiatan praktikum-2 ini, Anda diharapkan
melakukan pengkajian khusus pada lansia yang mengalami masalah psikologis
dengan Skala Depresi Geriatrik Yesavage sesuai dengan Standar Prosedur
Operasional (SPO).

C. Persiapan Praktikum
1. Petunjuk Kerja
a) Baca dan pelajari lembar kerja yang ada.
b) Apabila belum jelas ulangi lagi membaca, sampai benar-benar
memahami semua tindakan yang akan dilakukan
2. Keselamatan Kerja
a) Perhatikan keadaan umum pasien.
b) Menggunakan alat perlindungan diri yang sesuai dengan langkah kerja.
c) Langkah kerja dilakukan dengan cermat dan perhatikan keamanan,
kenyamana dan keselamatan pasien selama melakukan langkah kerja.
3. Peralatan
a) Lembar kerja
b) Alat dan Bahan yang sesuai

12
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGKAJIAN STATUS
PSIKOLOGIS (SKALA DEPRESI GERIATRIK YESAVAGE)
PRODI NERS FKes UMHT

NAMA MAHASISWA :
NPM :
SEMESTER :
HARI & TANGGAL :

Pengertian:
Pengkajian status mental ditekankan pada pengkajian tingkat kesadaran, perhatian, keterampilan bahasa,
ingatan interpretasi bahasa, keterampilan menghitung dan menulis, serta kemampuan konstruksional. Skala
GDS merupakan skala penilaian depresi pada lansia yang diciptakan oleh Yasavege dan Blink (Sunarti, 2019).

Indikasi:
Pengkajian status mental bisa digunakan untuk klien yang berisiko delirium, gangguan emosi (Sunarti, 2019).

Tujuan:
Skala Depresi Geriatrik Yesavage atau biasa disebut Geriatric Depression Scale (GDS) merupakan instrumen
yang disususn secara khusus untuk memeriksa depresi. Instrumen ini terdiri atas 30 atau 15 pertanyaan dengan
jawaban YA dan TIDAK. GDS ini telah diuji kesahihan dan keandalannya. Nomor jawaban YA dicetak tebal
dan beberapa nomor lain jawaban TIDAK dicetak tebal. Jawaban yang dicetak tebal mempunyai nilai 1 apabila
dipilih. Instrumen GDS dengan 30 item pertanyaan dikatakan juga dengan GDS long version, sedangkan yang
menggunakan 15 item pertanyaan biasa disebut GDS short version. Skala depresi geriatric-15 (GDS-15)
memiliki format yang sederhana dan telah divalidasi pada berbagai populasi lansia termasuk Indonesia
(Aritonang dkk, 2018 dalam Sunarti, 2019).

Sumber :

Kemenkes RI. (2017). Juknis Instrumen Pengkajian Paripurna Pasien Geriatri (P3G). Tersedia dalam:
http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/Juknis%20P3G.pdf
Sunarti, S, dkk. (2019). Prinsif Dasar Kesehatan Lanjut Usia (Geriatri). Malang: UB Press

CRITICAL NILAI
NO TINDAKAN 0 1 2
POINT
1 PRA INTERAKSI
1.1 Verifikasi Order
1.2 Siapkan lingkungan : jaga privasi
1.3 Persiapan pasien
2 PERSIAPAN ALAT
2.1 Pensil
2.2 Lembar pengkajian
2.3 Handscrub
3 ORIENTASI
3.1 Beri salam, memperkenalkan diri, memanggil nama
pas yang disukai, menanyakan umur, alamat)
3.2 Kontrak waktu prosedur
3.3 Jelaskan tujuan prosedur
3.4 Memberi pasien / keluarga kesempatan untuk bertanya
3.5 Meminta persetujuan pasien / keluarga

13
CRITICAL NILAI
NO TINDAKAN 0 1 2
POINT
3.6 Meyiapkan lingkungan dengan menjaga privacy pasien
3.7 Mendekatkan alat ke dekat tempat tidur pasien
4 TAHAP KERJA
4.1 Baca basmallah
4.2 Mencuci tangan dengan 6 langkah
4.3 Menyiapkan lembar pengkajian
4.4 Mengisi indentitas pasien berdasarkan rekam medis
ataupun wawancara
4.5 Petunjuk: Ajukan pertanyaan-pertanyaan dalam urutan
yang tercantum. Menuliskan skor pada kolom pengkajian
dengan Skor 1 (pada YA/ TIDAK yang bercetak tebal),
skor 0 (jika pasien menjawab YA/ TIDAK yang tidak
bercetak tebal).
*
4.6 Mengarahkan pasien untuk mengingat jawaban yang
dialami dalam 1-2 minggu terakhir dengan menjawab
perasaan yang paling tepat pada akhir-akhir ini.
No Apakah Bapak/ibu dalam 1- Ya Tidak Nilai
2 minggu terakhir:
1 Apakah anda sebenarnya Ya Tidak
puas dengan kehidupan anda?
2 Apakah anda sudah Ya Tidak
meninggalkan banyak
kegiatan dan minat/
kesenangan anda?
3 Apakah anda merasa Ya Tidak
kehidupan anda
hampa/ kosong?
4 Apakah anda sering merasa Ya Tidak
bosan?
5 Apakah anda mempunyai Ya Tidak
semangat baiksetiap
saat?
6 Apakah anda takut sesuatu Ya Tidak
yang buruk akan terjadi pada
anda?
7 Apakah anda merasa Ya Tidak
bahagia pada Sebagian besar
hidup anda?
8 Apakah anda sering Ya Tidak
merasa tidak berdaya?
9 Apakah anda lebih senang Ya Tidak
tinggal di rumah dari pada
pergi keluar dan
mengerjakan sesuatu hal
yang baru?
10 Apakah anda merasa Ya Tidak
mempunyai banyak
masalah dengan daya ingat
anda dibandingkan
kebanyakan orang?
11 Apakah anda piker bahwa Ya Tidak
hidup anda sekarang ini
menyenangkan?

14
12 Apakah anda merasa tidak Ya Tidak
berharga seperti perasaan
anda saat ini?
13 Apakah anda merasa Ya Tidak
penuh semangat?

15
CRITICAL NILAI
NO TINDAKAN 0 1 2
POINT
14 Apakah anda merasa Ya Tidak
bahwa keadaan anda tidak
ada harapan?
15 Apakah anda piker bahwa Ya Tidak
orang lain lebih baik
keadaannya dari anda?
JUMLAH ITEM
YANG TERGANGGU

4.7 Menjumlahkan hasil pengkajian


4.8 Menyimpulkan hasil pemeriksaan GDS Short Version
dan melingkari hasilnya: *
10 atau lebih : severe depression (depresi
sedang/berat) 5-9 : mild depression (depresi ringan)
0-4 : not depressed (tidak depresi/ normal)
4.9 Merapikan pasien dan alat

5
5.1 Evaluasi respon pasien (Subjektif & Objektif)
5.2 Simpulkan kegiatan
5.3 Penkes singkat seperti hubungkan dengan motivasi secara
spiritual (pasien atau keluarga)
5.4 Kontrak waktu selanjutnya
5.5 Bersyukur dan mendoakan kesembuhan pasien

6 DOKUMENTASI
6.1 Mencatat nama dan umur pasien
6.2 Mencatat kondisi pasien
6.3 Mencatat respon pasien
6.4 Mencatat hasil pemeriksaan pasien

7 SIKAP
7.1 Keterbukaan
7.2 Empati
7.3 Perilaku positif
7.4 Sikap mendukung
7.5 Kesetaraan

TOTAL NILAI

GLOBAL RATING * (Centang Salah 1)


FAIL
BORDELINE
PASS
EXCELLENT
0= tidak dilakukan 1= dilakukan tidak lengkap 2= dilakukan sempurna

NAMA PENGUJI :

TTD :

CATATAN PENGUJI :

16
PENGKAJIAN STATUS PSIKOLOGIS (SKALA DEPRESI GERIATRIK
YESAVAGE) SHORT VERSION

Nama Klien : Tanggal :


Jenis Kelamin : Umur : tahun
Agama : Suku :
Alamat : Pewawancara :
No Apakah Bapak/ibu dalam 1-2 minggu terakhir: Ya Tidak Nilai
1 Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda? Ya Tidak
2 Apakah anda sudah meninggalkan banyak kegiatan Ya Tidak
dan minat/ kesenangan anda?
3 Apakah anda merasa kehidupan anda hampa/ kosong? Ya Tidak
4 Apakah anda sering merasa bosan? Ya Tidak
5 Apakah anda mempunyai semangat baiksetiap saat? Ya Tidak
6 Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi Ya Tidak
pada anda?
7 Apakah anda merasa bahagia pada Sebagian besar hidup Ya Tidak
anda?
8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya? Ya Tidak
9 Apakah anda lebih senang tinggal di rumah dari Ya Tidak
pada pergi keluar dan mengerjakan sesuatu hal yang
baru?
10 Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah Ya Tidak
dengan daya ingat anda dibandingkan
kebanyakan orang?
11 Apakah anda piker bahwa hidup anda sekarang Ya Tidak
ini menyenangkan?
12 Apakah anda merasa tidak berharga seperti Ya Tidak
perasaan anda saat ini?
13 Apakah anda merasa penuh semangat? Ya Tidak
14 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada Ya Tidak
harapan?
15 Apakah anda piker bahwa orang lain lebih baik Ya Tidak
keadaannya dari anda?
JUMLAH ITEM YANG TERGANGGU
Analisa Hasil:
Bercetak tebal : Terganggu : Nilai 1

Tidak bercetak tebal: sesuai : Nilai 0


Nilai :
10 atau lebih : severe depression (depresi sedang/berat)
5-9 : mild depression (depresi ringan)
0-4 : not depressed (tidak depresi/ normal)

17
D. Pelaporan
Bagaimana pengalaman belajar Anda setelah melakukan Kegiatan Praktikum-2
ini, apakah Anda sudah mampu dan/ mahir melakukan pengkajian pengkajian
status psikologis (skala depresi geriatrik yesavage). Jika Anda masih ragu/
kurang mampu dalam melakukannya, Anda dapat melakukan latihan praktikum
lagi dengan teman Anda sampai Anda mampu dan/ mahir.

E. Ringkasan
Pengkajian status mental ditekankan pada Instrumen GDS bertujuan untuk
menapis adanya gangguan depresi atau gangguan penyesuaian. Pendekatan
secara professional dengan bantuan psikiater amat diperlukan untuk
menegakkan diagnosis pasti (Pilotto dan Polidori, 2018 dalam Sunarti, 2019).

18
BAB 2
PENGKAJIAN SENSOMOTORIK & STATUS FUNGSIONAL

2. PENDAHULUAN
Pada Bab 2 ini, ANDA akan mempraktikkan tentang: pengkajian khusus pada
lansia pada pengkajian sensorimotorik & status fungsional.

Agar memudahkan Anda mempelajari modul ini, maka materi praktikum


dibagi menjadi beberapa Kegiatan Belajar, yaitu:
2.1.3 Kegiatan Praktikum 3: Pengkajian fungsi sensomotorik dengan
pemeriksaan Indeks KATZ
2.1.4 Kegiatan Praktikum 4: Pengkajian status fungsional dengan
pemeriksaan Barthel Index

19
KEGIATAN PRAKTIKUM 3
PENGKAJIAN FUNGSI SENSOMOTORIK DENGAN
PEMERIKSAAN KATZ INDEKS

A. Deskripsi Praktikum
Pada Kegiatan praktikum-3 ini, Anda akan melakukan praktikum proses asuhan
keperawatan pada lansia. Praktikum ini diharapkan akan memberikan
pengalaman belajar tentang mengenai kebutuhan bio, psiko, sosial dan spiritual
pada lanjut usia dengan sasaran individu, keluarga dan kelompok/ komunitas.
Persiapan dan perawatan sesaat dengan setting laboratorium keperawatan.

B. Tujuan Praktikum
Setelah selesai melakukan kegiatan praktikum-3 ini, Anda diharapkan
melakukan pengkajian khusus pada lansia yang mengalami masalah pengkajian
fungsi sensomotorik dengan pemeriksaan koordinasi ekuilibrium sesuai dengan
Standar Prosedur Operasional (SPO).

C. Persiapan Praktikum
1. Petunjuk Kerja
a) Baca dan pelajari lembar kerja yang ada.
b) Apabila belum jelas ulangi lagi membaca, sampai benar-benar
memahami semua tindakan yang akan dilakukan
2. Keselamatan Kerja
a) Perhatikan keadaan umum pasien.
b) Menggunakan alat perlindungan diri yang sesuai dengan langkah kerja.
c) Langkah kerja dilakukan dengan cermat dan perhatikan keamanan,
kenyamana dan keselamatan pasien selama melakukan langkah kerja.
3. Peralatan
a) Lembar kerja
b) Alat dan Bahan yang sesuai

20
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGKAJIAN
FUNGSI SENSOMOTORIK DENGANPEMERIKSAAN
KOORDINASI EKUILIBRIUM (KATZ INDEKS)
PRODI NERS FKES UMHT

NAMA MAHASISWA :
NPM :
SEMESTER :
HARI & TANGGAL :

Pengertian:
Menurut Sunaryo (2015) pengkajian status sensomotorik adalah suatu bentuk pengukuran
kemampuan seseorang melakukan koordinasi dan keseimbangan. Pengkajian Funsgi sensomotorik
dengan pemeriksaan koordinasi ekuilibrium disebut juga pengkajian posisi dan keseimbangan
(Sullivan Indeks Katz).

Indikasi :
lansia yang mengalami penurunan status koordinasi dan keseimbangan, baik lansia yang tinggal
dengan keluarga, di panti keluarga, dan komunitas. Tes ini untuk menilai komponen statis dan
dinamis dari postur dan keseimbangan ketika tubuh dalam posisi berdiri, meliputi gerakan motorik
kasar, dan observasi tubuh saat statik dan dinamis (Pudjiastuti & Utomo, 2002).

Tujuan :
Pengkajian fungsi sensomotorik merupakan koordinasi dan keseimbangan, saat melakukan tes
koordinasi, selain faktor kemampuan melakukan gerakan faktor kecepatan untuk membentuk gerakan
juga harus dipertimbangkan. Gerakan harus halus dan akurat dengan arah gerakan, kecepatan,
keseimbangan, dan ketegangan otorharus tepat. Pengkajian status fungsional ini melakukan
pemeriksaan dengan instrumen tertentu untuk membuat penilaian secara objektif. Alat ini digunakan
untuk menentukan hasil tindakan dan prognosis pada lansia dan penyakit kronis (Pudjiastuti &
Utomo, 2002; Sunaryo, 2015).

Sumber :
Sunaryo, dkk. (2015). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakrta: Andi Offset. Pudjiastuti, S. S. &
Utomo, B. (2002). Fisioterapi Pada Lansia. Jakarta: EGC.

CRITICAL NILAI
NO TINDAKAN 0 1 2
POINT
1 PRA INTERAKSI
1.1 Verifikasi Order
1.2 Siapkan lingkungan : jaga privasi
1.3 Persiapan pasien
2 PERSIAPAN ALAT
2.1 Pensil
2.2 Lembar pengkajian
2.3 handskrub
2.4 lantai dengan tanda
3 ORIENTASI
3.1 Beri salam, memperkenalkan diri, memanggil nama
pas yang disukai, menanyakan umur, alamat)
3.2 Kontrak waktu prosedur
3.3 Jelaskan tujuan prosedur
3.4 Memberi pasien / keluarga kesempatan untuk bertanya
3.5 Meminta persetujuan pasien / keluarga
3.6 Meyiapkan lingkungan dengan menjaga privacy pasien

21
CRITICAL NILAI
NO TINDAKAN 0 1 2
POINT
3.7 Mendekatkan alat ke dekat tempat tidur pasien
4 TAHAP KERJA
4.1 Baca basmallah
4.2 Mencuci tangan dengan 6 langkah
4.3 Menyiapkan lembar pengkajian
4.4 Mengisi indentitas pasien berdasarkan rekam medis
ataupun wawancara
4.5 Petunjuk: Ajukan pertanyaan-pertanyaan dalam urutan yang
*
tercantum. Menuliskan skor pada kolom pengkajian dengan
Skor 4 (mampu melakukan aktivitas dengan lengkap), skor 3
(mampu melakukan aktivitas dengan bantuan, skor 2
(mampu melakukan aktivitas dengan bantuan maksimal dan
skor 1 (tidak mampu melakukan aktivitas).
4.6 Memberikan instruksi kepada klien

Skor Kriteria
Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah,
A
ke kamar kecil, berpakaian dan mandi.
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-
B
hari, kecuali satu dari fungsi tersebut.
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,
C
kecuali mandi dan satu fungsi tambahan.
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup
D
sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi
tambahan.
E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup
sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian, ke
kamar kecil dan satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-
F
hari, kecualimandi, berpakaian, ke kamar kecil,
berpindah dan satu fungsi tambahan.
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut.
Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi
Lain tidak dapatdiklasifikasikan sebagai C, D, E atau
F.
-
Lain

4.7 Menyimpulkan hasil pemeriksaan Index Katz


dan melingkari hasilnya *
4.8 Merapikan pasien dan alat

5
5.1 Evaluasi respon pasien (Subjektif & Objektif)
5.2 Simpulkan kegiatan
5.3 Penkes singkat (pasien atau keluarga)
5.4 Kontrak waktu selanjutnya
5.5 Bersyukur dan mendoakan kesembuhan pasien

22
CRITICAL NILAI
NO TINDAKAN 0 1 2
POINT
6 DOKUMENTASI
6.1 Mencatat nama dan umur pasien
6.2 Mencatat kondisi pasien
6.3 Mencatat respon pasien
6.4 Mencatat hasil pemeriksaan pasien

7 SIKAP
7.1 Keterbukaan
7.2 Empati
7.3 Perilaku positif
7.4 Sikap mendukung
7.5 Kesetaraan

TOTAL NILAI

GLOBAL RATING * (Centang Salah 1)


FAIL
BORDELINE
PASS
EXCELLENT
0= tidak dilakukan 1= dilakukan tidak lengkap 2= dilakukan sempurna

NAMA PENGUJI :

TTD :

CATATAN PENGUJI :

23
PENGKAJIAN FUNGSI SENSOMOTORIK DENGAN PEMERIKSAAN KATZ
INDEKS

Nama Klien : Tanggal :


Jenis Kelamin : Umur : tahun
Agama : Suku :
Alamat : Pewawancara : Lingkari skor
yang menunjukkan kemampuan klien

Skor Kriteria

A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian


dan mandi.
B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari fungsi
tersebut.
C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan satu
fungsi tambahan.
D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian
dan satu fungsi tambahan.
E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan.
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut.
Lain Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasikan
- sebagai C, D, E atau F.
Lain

Nilai: Melingkari skor yang sesuai dengan kondisi klien

23
D. Pelaporan
Bagaimana pengalaman belajar Anda setelah melakukan Kegiatan Praktikum-3
ini, apakah Anda sudah mampu dan/ mahir fungsi sensomotorik dengan
pemeriksaan koordinasi ekuilibrium. Jika Anda masih ragu/ kurang mampu
dalam melakukannya, Anda dapat melakukan latihan praktikum lagi dengan
teman Anda sampai Anda mampu dan/ mahir.

E. Ringkasan
pengkajian status sensomotorik adalah suatu bentuk pengukuran kemampuan
seseorang melakukan koordinasi dan keseimbangan. Instrumen ini digunakan
untuk menentukan hasil Tindakan dan prognosis pada lansia dan penyakit
kronis.

24
KEGIATAN PRAKTIKUM 4
PENGKAJIAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN
PEMERIKSAAN BARTHEL INDEX

A. Deskripsi Praktikum
Pada Kegiatan praktikum-2 ini, Anda akan melakukan praktikum membuat asuhan
keperawatan pada lansia. Praktikum ini diharapkan akan memberikan pengalaman
belajar tentang mengenai kebutuhan bio, psiko, sosial dan spiritual pada lanjut usia
dengan sasaran individu, keluarga dan kelompok/ komunitas. Persiapan dan
perawatan sesaat dengan setting laboratorium keperawatan.

B. Tujuan Praktikum
Setelah selesai melakukan kegiatan praktikum-2 ini, Anda diharapkan melakukan
pengkajian khusus pada lansia yang mengalami masalah Pengkajian status
fungsional dengan pemeriksaan Barthel Index sesuai dengan Standar Prosedur
Operasional (SPO).

C. Persiapan Praktikum
1. Petunjuk Kerja
a) Baca dan pelajari lembar kerja yang ada.
b) Apabila belum jelas ulangi lagi membaca, sampai benar-benar memahami
semua tindakan yang akan dilakukan
2. Keselamatan Kerja
a) Perhatikan keadaan umum pasien.
b) Menggunakan alat perlindungan diri yang sesuai dengan langkah kerja.
c) Langkah kerja dilakukan dengan cermat dan perhatikan keamanan,
kenyamana dan keselamatan pasien selama melakukan langkah kerja.
3. Peralatan
a) Lembar kerja
b) Alat dan Bahan yang sesuai

25
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)

PENGKAJIAN BARTHEL INDEX


NAMA MAHASISWA : PRODI NERS FKES UMHT
NPM :
SEMESTER :
HARI & TANGGAL :

26
Pengertian:
Menurut Ekasari, Riasmini & Hartini (2019) pengkajian status fungsional adalah suatu bentuk pengukuran
kemampuan seseorang yang melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Menurut Sugiarto (2005, dalam
Ekasari, dkk., 2019) Barthel index merupakan skala yang diambil dari catatan medik penderita, pengamatan
langsung atau dicatat sendiri oleh pasien dan dapat dikerjakan dalam waktu kurang dari 10 menit.

Indikasi :
lansia yang mengalami penurunan status mental ataupun kognitifnya, baik lansia yang tinggal dengan
keluarga, di panti keluarga, dan komunitas. Menurut Mao, dkk dalam Ekasari, Riasmini & Hartini (2018)
menjelaskan bahwa Barthel Index dapat digunakan sebagai kriteria dalam menilai kemampuan fungsional
bagi lansia yang mengalami gangguan keseimbangan.

Tujuan :
Penentuan kemandirian fungsional dapat mengidentifikasi kemampuan dan keterbatasan klien sehingga
memudahkan pemilihan intervensi yang tepat. Pengukuran atau pengkajian ADL atau status fungsional
penting dilakukan untuk mengetahui tingkat ketergantungan atau besarnya bantuan yang diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari lansia.

Sumber :
Muhith, A. & Siyoto, S. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Andi Offset.
Ekasari, M. F., Riasmini, N. M. & Hartini, T. (2019). Meningkatkan Kualitas Hidup Lansia Konsep dan
Berbagai Intervensi. Malang: Wineka Media.

CRITICAL NILAI
N TINDAKAN
POINT 0 1 2
O
1 PRA INTERAKSI
1.1 Verifikasi Order
1.2 Siapkan lingkungan : jaga privasi
1.3 Persiapan pasien
2 PERSIAPAN ALAT
2.1 Pensil
2.2 Lembar pengkajian
2.3 Handscrub
3 ORIENTASI
3.1 Beri salam (Assalamu'alaikum, memperkenalkan diri,
memanggil nama pas yang disukai, menanyakan
umur, alamat)
3.2 Kontrak waktu prosedur
3.3 Jelaskan tujuan prosedur
3.4 Memberi pasien / keluarga kesempatan untuk bertanya
3.5 Meminta persetujuan pasien / keluarga
3.6 Meyiapkan lingkungan dengan menjaga privacy pasien
3.7 Mendekatkan alat ke dekat tempat tidur pasien
4 TAHAP KERJA
4.1 Berdoa
4.2 Mencuci tangan dengan 6 langkah
4.3 Menyiapkan alat tulis
4.4 Mengisi identitas pasien berdasarkan rekam medis ataupun
wawancara
4.5 Petunjuk: Ajukan pertanyaan-pertanyaan dalam urutan yang
tercantum. Skor satu poin untuk setiap yang benar respon dalam
setiap pertanyaan atau kegiatan.

27
4.6 Mengisi identitas pasien berdasarkan rekam medis ataupun
wawancara
4.7 Petunjuk: Ajukan pertanyaan-pertanyaan dalam urutan yang
*
tercantum. Skor satu poin untuk setiap yang benar respon
dalam setiap pertanyaan atau kegiatan.

Aktivitas Evaluasi Skor


1. Makan  Bergantung total 0
 Butuh bantuan seperti 5
memotong makanan,
mengoleskan mentega atau
memerlukan bentuk diet 10
khusu
 Mandiri (dapat melakukan
sendiri)
2. Mandi  Tidak bisa melakukan 0
tanpa bantuan
 Dapat melakukan sendiri 5

3. Member-  Butuh bantuan dalam menata 0


sihkan diri penampilan diri
5
 Melap muka, menyisir rambut,
sikat gigi dan bercukur
4. Memakai  Bergantung total 0
baju  Butuh bantuan tetapi dapat 5
melakukannya sedikitnya
setengahnya 10
 Mandiri : mampu
mengancingkan baju, menutup
resleting, merapikan
5. Mengon-  Sering terjadi inkontinensia 0
trol BAB  Kadang mengalami kesulitan 5
10
 Tidak ada inkontinensia
6. Mengon-  Inkontinensia, harus dipasang 0
trol BAK kateter, atau tidak mampu
mengontrol BAK secara
mandiri 5
 Kadang mengalami kesulitan 10
 Normal
7. Pergi ke dan  Tidak bisa ke toilet, terbaring 0
dari kamar di tempat tidur
kecil  Membutuhkan bantuan untuk 5
keseimbangan, memegang
pakaian, atau tissue toilet 10
 Dapat pergi dan ke toilet

28
CRITICAL NILAI
NO TINDAKAN 0 1 2
POINT
8. Pindah  Hanya terbaring di tempat 0
tempat (dari tidur, tidak mungkin
tempat tidur menggunakan kursi roda
5
ke tempat  Dapat duduk, tapi butuh
duduk, atau bantuan maksimal
sebaliknya) untuk berpindah 10
 Butuh bantuan minimal (hanya
diarahkan secara verbal)
 Mandiri, termasuk mengunci 15
kursi roda dan
menaikkan tatakan kaki
9. Mobilitas  Duduk di kursi roda tetapi 0
(berjalan tidak dapat berjalan sendiri
pada  Hanya bisa bergerak dengan 5
permukaa kursi roda, lebih dari 50
10
n yang yard
rata)  Berjalan dengan bantuan 15
lebih dari 50 yard
 Mandiri (meskipun
menggunakan alat bantu)
10. Naik  Tidak dapat naik tangga 0
turun  Membutuhkan bantuan 5
tangga 10
 Mandiri

4.6 Menjumlahkan hasil pengkajian yang didapat


4.7 Menyimpulkan hasil pemeriksaan Barthel Index *
dan melingkari pada kesimpulannya:
0 – 20 : Ketergantungan penuh
21 – 61 : Ketergantungan berat
62 – 90 : Ketergantungan sedang
91 – 99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri
5
5.1 Evaluasi respon pasien (Subjektif & Objektif)
5.2 Simpulkan kegiatan
5.3 Penkes singkat (pasien atau keluarga)
5.4 Kontrak waktu selanjutnya
5.5 Mendoakan kesembuhan pasien

6 DOKUMENTASI
6.1 Mencatat nama dan umur pasien
6.2 Mencatat kondisi pasien
6.3 Mencatat respon pasien
6.4 Mencatat hasil pemeriksaan pasien

7 SIKAP
7.1 Keterbukaan
7.2 Empati
7.3 Perilaku positif
7.4 Sikap mendukung
7.5 Kesetaraan

29
30
CRITICAL NILAI
NO TINDAKAN 0 1 2
POINT
TOTAL NILAI
GLOBAL RATING * (Centang Salah 1)
FAIL
BORDELINE
PASS
EXCELLENT
0= tidak dilakukan 1= dilakukan tidak lengkap 2= dilakukan sempurna

NAMA PENGUJI :

TTD :

CATATAN PENGUJI :

31
PENGKAJIAN BARTHEL INDEX

Nama Klien : Tanggal :


Jenis Kelamin : Umur : tahun
Agama : Suku :
Alamat : Pewawancara :
No. Aktivitas Evaluasi Skor Nilai
1 Makan  Bergantung total 0
 Butuh bantuan seperti 5
memotong makanan,
mengoleskan mentega atau
memerlukan bentuk diet 10
khusu
 Mandiri (dapat
melakukan sendiri)
2 Mandi  Tidak bisa melakukan tanpa 0
bantuan
 Dapat melakukan sendiri 5

3 Membersihkan diri  Butuh bantuan dalam menata 0


penampilan diri
 Melap muka, menyisir rambut, 5
sikat gigi dan bercukur
4 Memakai baju  Bergantung total 0
 Butuh bantuan tetapi dapat 5
melakukannya sedikitnya
setengahnya 10
 Mandiri : mampu
mengancingkan baju, menutup
resleting, merapikan
5 Mengontrol BAB  Sering terjadi inkontinensia 0
 Kadang mengalami kesulitan 5
10
 Tidak ada inkontinensia
6 Mengontrol BAK  Inkontinensia, harus dipasang 0
kateter, atau tidak mampu
mengontrol BAK secara
mandiri 5
 Kadang mengalami kesulitan 10
 Normal
7 Pergi ke dan dari  Tidak bisa ke toilet, terbaring di 0
kamar kecil tempat tidur
5
 Membutuhkan bantuan untuk
keseimbangan, memegang
pakaian, atau tissue toilet 10
 Dapat pergi dan ke toilet

32
No. Aktivitas Evaluasi Skor Nilai
8 Pindah tempat (dari  Hanya terbaring di tempat tidur, 0
tempat tidur ke tidak mungkin menggunakan
tempat duduk, atau kursi roda
sebaliknya) 5
 Dapat duduk, tapi butuh
bantuan maksimal untuk
Berpindah
 Butuh bantuan minimal (hanya 10
diarahkan secara verbal)
 Mandiri, termasuk mengunci 15
kursi roda dan menaikkan
tatakan kaki
9 Mobilitas (berjalan  Duduk di kursi roda tetapi tidak 0
pada permukaan dapat berjalan sendiri
yang rata) 5
 Hanya bisa bergerak dengan
kursi roda, lebih dari 50 10
yard
 Berjalan dengan bantuan lebih 15
dari 50 yard
 Mandiri (meskipun
menggunakan alat bantu)
10 Naik turun tangga  Tidak dapat naik tangga 0
 Membutuhkan bantuan 5
10
 Mandiri

Hasil pemeriksaan Barthel Index:


 0 – 20 : Ketergantungan penuh
 21 – 61 : Ketergantungan berat
 62 – 90 : Ketergantungan sedang
 91 – 99 : Ketergantungan ringan
 100 : Mandiri

33
D. Pelaporan
Bagaimana pengalaman belajar Anda setelah melakukan Kegiatan Praktikum-4
ini, apakah Anda sudah mampu dan/ mahir melakukan pengkajian khusus pada
lansia yang mengalami masalah status fungsional dengan pemeriksaan Barthel
Index. Jika Anda masih ragu/ kurang mampu dalam melakukannya, Anda dapat
melakukan latihan praktikum lagi dengan teman Anda sampai Anda mampu dan/
mahir.

E. Ringkasan
Beberapa tahun terakhir banyak para peneliti yang melakukan pengujian secara
ilmiah tentang Barthel Indeks dalam rangka mengukur tingkat kemandirian
melalui pengukuran Activity Daily Living (ADL) pada lansia. Barthel Indeks
dinyatakan bahwa handal, sahih dan cukup sensitive, pelaksanaannya mudah dan
cepat dari 10 menit), dari pengamatan langsung atau dari catatan medik penderita,
lingkupnya cukup mewakili ADL dasardan mobilitas ADL dasar (Ekasari dkk,
2019).

34
BAB 3
PENGKAJIAN STATUS KOGNITIF

1. PENDAHULUAN
Assalamualaikum selamat pagi. Apa kabar Anda??? Semoga Anda sehat selalu.
Pada modul ini, ANDA akan melakukan Praktikum Keperawatan Gerontik Pada
Bab 3 ini, ANDA akan mempraktikkan tentang: pengkajian khusus pada lansia
pada pengkajian status kognitif.

Agar memudahkan Anda mempelajari modul ini, maka materi praktikum


dibagi menjadi beberapa Kegiatan Belajar, yaitu:
1.1 Kegiatan Praktikum 1: Pengkajian status kognitif dengan pemeriksaan
SPMSQ
(Short Mental Status Questionaire)
1.2 Kegiatan Praktikum 2: Pengkajian status kognitif dengan pemeriksaan
MMSE
(Mini Mental State Exam)

35
KEGIATAN PRAKTIKUM 5
PENGKAJIAN STATUS KOGNITIF DENGAN PEMERIKSAAN SPMSQ (SHORT
MENTAL STATUS QUESTIONAIRE)

A. Deskripsi Praktikum
Pada Kegiatan praktikum-5 ini, Anda akan melakukan praktikum membuat asuhan
keperawatan pada lansia. Praktikum ini diharapkan akan memberikan pengalaman
belajar tentang mengenai kebutuhan bio, psiko, sosial dan spiritual pada lanjut usia
dengan sasaran individu, keluarga dan kelompok/ komunitas. Persiapan dan
perawatan sesaat dengan setting laboratorium keperawatan.

B. Tujuan Praktikum
Setelah selesai melakukan kegiatan praktikum-5 ini, Anda diharapkan melakukan
pengkajian khusus pada lansia yang mengalami masalah status kognitif dengan
pemeriksaan SPMSQ (Short Mental Status Questionaire) sesuai dengan Standar
Prosedur Operasional (SPO).

C. Persiapan Praktikum
1. Petunjuk Kerja
a) Baca dan pelajari lembar kerja yang ada.
b) Apabila belum jelas ulangi lagi membaca, sampai benar-benar memahami
semua tindakan yang akan dilakukan
2. Keselamatan Kerja
a) Perhatikan keadaan umum pasien.
b) Menggunakan alat perlindungan diri yang sesuai dengan langkah kerja.
c) Langkah kerja dilakukan dengan cermat dan perhatikan keamanan,
kenyamana dan keselamatan pasien selama melakukan langkah kerja.
3. Peralatan
a) Lembar kerja
b) Alat dan Bahan yang sesuai

36
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGKAJIAN
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE
(SPMSQ)
PRODI NERS FKES UMHT

NAMA MAHASISWA :
NPM :
SEMESTER :
HARI & TANGGAL :

Pengertian:
Menurut Muhith & Siyoto (2016) pengkajian yang akurat pada lansia merupakan hal yang sangat
penting terutama pengkajian terhadap perubahan status kognitif. Penggunaan alat pengkajian yang baku
untuk mengevaluasi semua aspek kognitif salah satunya adalah Short Portable Mental Status
Questionnaire (SPMSQ). Menurut Padila (2013) alat ini memberikan skor numeric yang dapat dipantau
dari waktu ke waktu untuk membantu pengenalan dini perubahan yang samar. Namun, agar dapat
bermanfaat, alat tersebut harus digunakan dengan benar secara berkelanjutan.

Indikasi :
lansia yang mengalami penurunan status mental ataupun kognitifnya, baik lansia yang tinggal dengan
keluarga, di panti keluarga, dan komunitas (Muhith & Siyoto, 2016). Pengkajian digunakan untuk
mendeteksi adanya tingkat kerusakan intelektual (Sunaryo, 2015).

Tujuan :
Manfaat dari pengkajian Short Mental Status Questionnaire (SPMSQ) adalah untuk menilai fungsi
intelektual maupun mental dari lansia sehingga dapat diketahui ada atau tidaknya defisit otak organik
pada pasien lansia (Muhith & Siyoto, 2016).

Sumber :
Muhith, A. & Siyoto, S. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Andi Offset. Dewi, S.
R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Deepublish.
Sunaryo, dkk. (2015). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakrta: Andi Offset.

CRITICAL NILAI
N TINDAKA 0 1 2
POINT
O N
1 PRA INTERAKSI
1.1 Verifikasi Order
1.2 Siapkan lingkungan : jaga privasi
1.3 Persiapan pasien
2 PERSIAPAN ALAT
2.1 Handscrub
2.2 Pensil
2.3 Lembar pengkajian
3 ORIENTASI
3.1 Beri salam (Assalamu'alaikum, memperkenalkan

37
diri,
memanggil nama pas yang disukai, menanyakan umur,

38
CRITICAL NILAI
NO TINDAKAN 0 1 2
POINT
alamat)
3.2 Kontrak waktu prosedur
3.3 Jelaskan tujuan prosedur
3.4 Memberi pasien / keluarga kesempatan untuk bertanya
3.5 Meminta persetujuan pasien / keluarga
3.6 Meyiapkan lingkungan dengan menjaga privacy pasien
3.7 Mendekatkan alat ke dekat tempat tidur pasien
4 TAHAP KERJA
4.1 Berdoa
4.2 Mencuci tangan dengan 6 langkah
4.3 Menyiapkan alat tulis
4.4 Mengisi indentitas pasien berdasarkan rekam medis
ataupun wawancara
4.1 Petunjuk: Penilaian dalam pengkajian SPMSQ adalah nilai 1 *
(jika rusak/ salah) dan nilai 0 (jika tidak rusak/benar).
Semua jawaban dianggap benar jika menjawab tanpa
menggunakan alat bantu (kalender, kalkulator).
Skor
+ - No Pertanyaan Jawaban
1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang ini?
3 Apa nama tempat ini?
4 Berapa nomor telepon anda?
Dimana alamat anda? (ditanyakan
4a hanya jika pasien tidak
mempunyai telepon)
5 Berapa umur anda?
6 Kaapan anda dilahirkan?
Siapa presiden Indonesia
7
sekarang?
Siapa presiden Indonesia
8 sebelumnya?
9 Siapa nama kecil ibu anda?
Kurangi angka 20 dengan angka 3
10 berturut-tururt 3 kebawah atau
menurun!
Jumlah Kesalahan Total

a. Pertanyaan 1 dianggap benar hanya jika tanggal,


bulan dan tahunnya tepat.
b. Pertanyaan 2 merupakan penjelasan sendiri.
c. Pertanyaan 3 dianggap benar jika deskripsi
tentang lokasinya benar (nama kota, Negara,
institusi).
d. Pertanyaan 4 dianggap benar jika nonor telepon
dapat doverifikasi atau pasien dapat mengulang
angka yang sama pad jawaban dari pertanyaan dan
apabila pasien tidak mempunyai telepon dapat
ditanyakan alamat.
e. Pertanyaan 5 dianggap benar jika pertanyaan usia
sesuai dengan tanggal lahir.
f. Pertanyaan 6 dianggap benar jika bulan,

39
tanggal, dantahunnya diberikan dengan benar.
g. Pertanyaan 7 hanya membutuhkan nama belakang

40
CRITICAL NILAI
NO TINDAKAN 0 1 2
POINT
presiden.
h.
Pertanyaan 8 hanya membutuhkan nama
belakang presiden sebelumya.
i. Pertanyaan 9 dianggap benar jika subyek memberikan
nama pertama wanita ditambah nama belakang
subyek.
j. Pertanyaan 10 dianggap benar jika serangkaian
angka tersebut disebutkan dengan benar. Kesalahan
dalam rangkaian tersebut atau ketidakmauan untuk
berusahadianggap benar.
4.2 Menjumlahkan hasil pengkajian yang didapat
4.3 Menyimpulkan Analisis Jumlah Kesalahan Total SPMSQ
danmelingkari hasilnya: *
 Kesalahan 0 – 3 Fungsi intelektual utuh
 Kesalahan 4 – 5 Kerusakan intelektual ringan
 Kesalahan 6 – 8 Kerusakan intelektual sedang
 Kesalahan 9 – 10 Kerusakan intelektual berat
4.4 Merapikan pasien dan alat
5
5.1 Evaluasi respon pasien (Subjektif & Objektif)
5.2 Simpulkan kegiatan
5.3 Penkes singkat (pasien atau keluarga)
5.4 Kontrak waktu selanjutnya
5.5 Berdoa dan mendoakan kesembuhan
Pasien

6 DOKUMENTASI
6.1 Mencatat nama dan umur pasien
6.2 Mencatat kondisi pasien
6.3 Mencatat respon pasien
6.4 Mencatat hasil pemeriksaan pasien

7 SIKAP
7.1 Keterbukaan
7.2 Empati
7.3 Perilaku positif
7.4 Sikap mendukung
7.5 Kesetaraan

TOTAL NILAI

GLOBAL RATING * (Centang Salah 1)


FAIL
BORDELINE
PASS
EXCELLENT
0= tidak dilakukan 1= dilakukan tidak lengkap 2= dilakukan sempurna

NAMA PENGUJI :
TTD :
CATATAN PENGUJI :

41
42
PENGKAJIAN SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE
(SPMSQ)

Nama Klien : Tanggal :


Jenis Kelamin : Umur : tahun
Agama : Suku :
Alamat : Pewawancara :
Skor
No Pertanyaan Jawaban
+ -
1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang ini?
3 Apa nama tempat ini?
4 Berapa nomor telepon anda?
Dimana alamat anda? (ditanyakan hanya jika pasien
4a
tidak mempunyai telepon)
5 Berapa umur anda?
6 Kapan anda dilahirkan?
7 Siapa presiden Indonesia sekarang?
8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
9 Siapa nama kecil ibu anda?
Kurangi angka 20 dengan angka 3 berturut-tururt 3
10
kebawah atau menurun!
Jumlah Kesalahan Total
Analisis Jumlah Kesalahan Total:
 Kesalahan 0 – 3 Fungsi intelektual utuh
 Kesalahan 4 – 5 Kerusakan intelektual ringan
 Kesalahan 6 – 8 Kerusakan intelektual sedang
 Kesalahan 9 – 10 Kerusakan intelektual berat

D. Pelaporan
Bagaimana pengalaman belajar Anda setelah melakukan Kegiatan Praktikum-5
ini, apakah Anda sudah mampu dan/ mahir melakukan pengkajian khusus pada
lansia yang mengalami masalah status kognitif dengan pemeriksaan SPMSQ
(Short Mental Status Questionaire). Jika Anda masih ragu/ kurang mampu dalam
melakukannya, Anda dapat melakukan latihan praktikum lagi dengan teman Anda
sampai Anda mampu dan/ mahir.

43
E. Ringkasan
pengkajian yang akurat pada lansia merupakan hal yang sangat penting terutama
pengkajian terhadap perubahan status kognitif. Penggunaan alat pengkajian yang
baku untuk mengevaluasi semua aspek kognitif salah satunya adalah Short
Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ).

44
KEGIATAN PRAKTIKUM 6
PENGKAJIAN STATUS KOGNITIF DENGAN PEMERIKSAAN MMSE
(MINI MENTAL STATE EXAM)

A. Deskripsi Praktikum
Pada Kegiatan praktikum-6 ini, Anda akan melakukan praktikum membuat asuhan
keperawatan pada lansia. Praktikum ini diharapkan akan memberikan pengalaman
belajar tentang mengenai kebutuhan bio, psiko, sosial dan spiritual pada lanjut usia
dengan sasaran individu, keluarga dan kelompok/ komunitas. Persiapan dan
perawatan sesaat dengan setting laboratorium keperawatan.

B. Tujuan Praktikum
Setelah selesai melakukan kegiatan praktikum-6 ini, Anda diharapkan melakukan
pengkajian khusus pada lansia yang mengalami masalah status kognitif dengan
pemeriksaan MMSE (Mini Mental State Exam) sesuai dengan Standar Prosedur
Operasional (SPO).

C. Persiapan Praktikum
1. Petunjuk Kerja
a) Baca dan pelajari lembar kerja yang ada.
b) Apabila belum jelas ulangi lagi membaca, sampai benar-benar memahami
semua tindakan yang akan dilakukan
2. Keselamatan Kerja
a) Perhatikan keadaan umum pasien.
b) Menggunakan alat perlindungan diri yang sesuai dengan langkah kerja.
c) Langkah kerja dilakukan dengan cermat dan perhatikan keamanan,
kenyamana dan keselamatan pasien selama melakukan langkah kerja.
3. Peralatan
a) Lembar kerja
b) Alat dan Bahan yang sesuai

45
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGKAJIAN MINI
MENTAL STATUS EXAMINATION (MMSE)
PRODI NERS FKES UMHT

NAMA MAHASISWA :
NPM :
SEMESTER :
HARI & TANGGAL :

Pengertian:
Status mental lansia merupakan keadaan umum lansia yang menandakan lansia dalam keadaan sadar
penuh terhadap kondisi dan kesadaran lansia terkait dengan proses penuaan yang dialaminya. MMSE
merupakan sebuah pemeriksaan yang digunakan untuk mengetahui status mental pasien dan
menilai penurunan kognitif pada lansia seiring bertambahnya usia (Muhith & Siyoto, 2016).

Indikasi :
Menurut Muhith & Siyoto (2016) lansia yang mengalami penurunan status mental ataupun kognitifnya,
baik lansia yang tinggal dengan keluarga, di panti keluarga, dan komunitas. MMSE menilai sejumlah
domain kognitif, orientasi ruang dan waktu, memori jangka pendek dan memori kerja, atensi dan
kalkulasi, penamaan benda, pengulangan kalimat, pelaksanaan perintah, pemahaman dan
pelaksanaanperintah menulis, pemahaman dan pelaksanaan perintah verbal, perencanaan dan praksis
(Sunarti dkk, 2019).

Tujuan :
Menurut Muhith & Siyoto (2016) Mengidentifikasi status mental lansia, merumuskan permasalahan
mental yang dialami lansia dan mnentukan tindakan selanjutnya pada lansia.

Sumber :
Muhith, A. & Siyoto, S. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Andi Offset. Sunarti,
S, dkk. (2019). Prinsif Dasar Kesehatan Lanjut Usia (Geriatri). Malang: UB Press.

CRITICAL NILAI
NO TINDAKAN POINT 0 1 2
1 PRA INTERAKSI
1.1 Verifikasi Order
1.2 Siapkan lingkungan : jaga privasi
1.3 Persiapan pasien
2 PERSIAPAN ALAT
2.1 Kertas kosong
2.2 Pensil
2.3 Arloji
2.4 Tulisan yang bisa dibaca
2.5 Gambar yang harus ditiru/disalin
2.6 Benda yang umum diketahui
2.7 Lembar pengkajian
3 ORIENTASI
3.1 Beri salam (Assalamu'alaikum, memperkenalkan diri,
memanggil nama pas yang disukai, menanyakan
umur, alamat)
3.2 Kontrak waktu prosedur
3.3 Jelaskan tujuan prosedur
3.4 Memberi pasien / keluarga kesempatan untuk bertanya
3.5 Meminta persetujuan pasien / keluarga
3.6 Meyiapkan lingkungan dengan menjaga privacy pasien

46
CRITICAL NILAI
NO TINDAKAN 0 1 2
POINT
3.7 Mendekatkan alat ke dekat tempat tidur pasien
4 TAHAP KERJA
4.1 Berdoa
4.2 Mencuci tangan dengan 6 langkah
4.3 Menyiapkan alat tulis
4.4 Petunjuk: Ajukan pertanyaan-pertanyaan dalam urutan
yang tercantum. Skor satu poin untuk setiap yang benar
respon dalam setiap pertanyaan atau kegiatan.
4.5 Menanyakan kepada klien tentang:
Ite Tes Nilai Nilai
m maks
1. ORIENTASI
Sekarang tahun (1), musim (1), bulan
(1), tanggal (1), dan hari (1) apa? 5 (…….)
Kita berada di mana? sebutkan (1),
desa (1), kecamatan (1), kabupaten 5 (…….)
(1), kota propinsi (1), dan negara (1)
2. REGISTRASI
Pemeriksa menyebutkan 3 benda
yang berbeda kelompoknya selang
1 detik (apel, uang dan
meja). Kemudian mintalah lansia
untuk mengulang ke-3 nama
tersebut. Berikan 1 angka untuk
setiap jawaban yang...............benar.
Bila masih salah, ulangilah 3 (…….)
penyebutan nama ke-3 benda
tersebut sampai ia dapat
mengulanginya dengan
benar. Hitunglah jumlah percobaan
dan catatlah [apel (1), uang (1), neja,
(1)]. (Jumlah
percobaan…...........................)
3. ATENSI DAN KALKULASI
Hitunglah berturut-turut selang 7
mulai dari 100 ke bawah 1 angka
untuk setiap jawaban yang benar.
Berhenti setelah 5 hitungan. (93, 86,
5 (…….)
79, 72, 65) beri angka 1 bagi tiap
jawaban yang betul. Tes 4 ini dapat
diganti dengan tes mengeja
“KARTU” (UTRAK).
4. MENGINGAT KEMBALI
(RECALL)
Tanyakan kembali nama 3 buah
benda yang telah disebutkan di atas.
3 (…….)
Berikan 1 angka untuk setiap jawaban
yang benar.
5. BAHASA

47
a. Apakah nama-nama benda ini?
(Perlihatkan pensil dan arloji?) (2
angka)
b. Ulangi kalimat berikut: “Jika
tidak dan atau tetapi” (1 angka)
c. Laksanakan 3 buah perintah ini
ini: “Peganglah selembar kertas 7 (…….)
dengan tangan kananmu, lipatlah
kertas itu pada pertengahan, dan
letakkan di lantai” (3 angka)
d. Bacalah dan laksanakan perintah
berikut: “PEJAMKAN MATA
ANDA” (angka 1)

48
CRITICAL NILAI
NO TINDAKAN 0 1 2
POINT
Tes minimental (The mini
mental state exanibation).
e. Suruh penderita menulis satu
kalimat pilihannya sendiri
(kalimat harus mengandung
subyek dan obyek dan harus
mempunyai makna. Salah eja
tidak diperhitungkan bila
memberi skor).
f. Perbesarlah gambar di bawah 2
(…….)
ini sampai 1,5 cm tiap sisi dan
suruh pasien mengkopinya,
berilah angka 1 bilasemua
sisi digambarnya dan
potongan antara segi lima
tersebut membentuk segi empat.

Jumlah 30 (……) *

4.6 Menjumlahkan hasil pengkajian yang didapat


4.7 Menyimpulkan hasil pemeriksaan MMSE dan
melingkari hasil kesimpulan:
24 – 30 : Normal
17 – 23 : Probable gangguan
kognitif 0 – 16 : Definite gangguan
kognitif
4.8 Merapikan pasien dan alat
4.9 Tandai tingkat kesadaran lansia pada garis absis di bawah ini *
dengan huruf

Sadar Somnolen Stupor Koma


5
5.1 Evaluasi respon pasien (Subjektif & Objektif)
5.2 Simpulkan kegiatan
5.3 Penkes singkat (pasien atau keluarga)
5.4 Kontrak waktu selanjutnya
5.5 Berdoa dan mendoakan kesembuhan pasien

6 DOKUMENTASI
6.1 Mencatat nama dan umur pasien
6.2 Mencatat kondisi pasien
6.3 Mencatat respon pasien
6.4 Mencatat hasil pemeriksaan pasien

7 SIKAP
7.1 Keterbukaan
7.2 Empati
7.3 Perilaku positif
7.4 Sikap mendukung
7.5 Kesetaraan

49
CRITICAL NILAI
NO TINDAKAN 0 1 2
POINT

TOTAL NILAI
GLOBAL RATING * (Centang Salah 1)
FAIL
BORDELINE
PASS
EXCELLENT
0= tidak dilakukan 1= dilakukan tidak lengkap 2= dilakukan sempurna

NAMA PENGUJI :

TTD :

CATATAN PENGUJI :

50
PEMERIKSAAN MINI MENTAL STATUS EXAMINATION (MMSE)

Nama Responden.......................................................................(Lk/Pr)
Usia :
Pendidikan : ……………………………………..
Riwayat Penyakit : Stroke ( ), DM ( ), Hipertensi ( ), Penyakit Jantung ( )
Penyakit Lain………………………
Pemeriksa : ………………………Hari/Tanggal……………………
Item Tes Nilai Nilai
maks
1. ORIENTASI
Sekarang tahun (1), musim (1), bulan (1), tanggal (1),
5 (………….)
dan hari (1) apa?
Kita berada di mana ? sebutkan (1), desa (1), kecamatan (1),
kabupaten (1), kota propinsi (1), dan 5 (………….)
negara (1)
2. REGISTRASI
Pemeriksa menyebutkan 3 benda yang berbeda kelompoknya
selang 1 detik (apel, uang dan meja). Kemudian mintalah
lansia untuk mengulang ke-3 nama tersebut. Berikan 1 angka
untuk setiap jawaban yang benar. Bila masih salah, ulangilah
penyebutan nama ke-3 benda tersebut sampai ia dapat 3 (………….)
mengulanginya dengan benar. Hitunglah jumlah percobaan
dan catatlah [apel (1), uang (1), meja, (1)].
(Jumlah percobaan................................)

3. ATENSI DAN KALKULASI


Hitunglah berturut-turut selang 7 mulai dari 100 ke bawah 1
angka untuk setiap jawaban yang benar. Berhenti setelah 5
hitungan. (93, 86, 79, 72, 65) beri angka 1 bagi tiap jawaban 5 (………….)
yang betul. Tes 4 ini dapat
diganti dengan tes mengeja “KARTU” (UTRAK).
4. MENGINGAT KEMBALI (RECALL)
Tanyakan kembali nama 3 buah benda yang telah
disebutkan di atas. Berikan 1 angka untuk setiap 3 (………….)
jawaban yang benar.
5. BAHASA
a. Apakah nama-nama benda ini? (Perlihatkan pensil
dan arloji?) (2 angka) 7 (………….)
b. Ulangi kalimat berikut : “Jika tidak dan atau tetapi’’
(1 angka)

51
Item Tes Nilai Nilai
maks
c. Laksanakan 3 buah perintah ini ini: “Peganglah selembar
kertas dengan tangan kananmu, lipatlah kertas itu pada
pertengahan, dan letakkan di lantai” (3 angka)
d. Bacalah dan laksanakan perintah berikut:
“PEJAMKAN MATA ANDA” (angka 1)

Tes minimental (The mini mental state exanibation).


e. Suruh penderita menulis satu kalimat pilihannya sendiri
(kalimat harus mengandung subyek dan obyek dan harus
mempunyai makna. Salah eja tidak diperhitungkan bila
member skor).
f. Perbesarlah gambar di bawah ini sampai 1,5 cm tiap sisi 2 (………….)
dan suruh pasien mengkopinya, berilah angka 1 bila
semua sisi digambarnya dan potongan antara segi lima
tersebut membentuk
segi empat.

Jumlah 30 (…………)
Tandai tingkat kesadaran lansia pada garis absis di bawah
ini dengan huruf

Sadar Somnolen Stupor Koma


Skor Nilai:
24 – 30 : Normal
17 – 23 : Probable gangguan kognitif
0 – 16 : Definite gangguan kognitif

D. Pelaporan
Bagaimana pengalaman belajar Anda setelah melakukan Kegiatan Praktikum-5
ini, apakah Anda sudah mampu dan/ mahir melakukan pengkajian khusus pada
lansia yang mengalami masalah Pengkajian status kognitif dengan pemeriksaan
MMSE (Mini Mental

52
53
State Exam). Jika Anda masih ragu/ kurang mampu dalam melakukannya, Anda
dapat melakukan latihan praktikum lagi dengan teman Anda sampai Anda mampu
dan/ mahir.

E. Ringkasan
Status mental lansia merupakan keadaan umum lansia yang menandakan lansia
dalam keadaan sadar penuh terhadap kondisi dan kesadaran lansia terkait dengan
proses penuaan yang dialaminya. MMSE merupakan sebuah pemeriksaan yang
digunakan untuk mengetahui status mental pasien dan menilai penurunan kognitif
pada lansia seiring bertambahnya usia.

54
KEGIATAN PRAKTIKUM 7
PENGKAJIAN KESEIMBANGAN DENGAN PEMERIKSAAN BBS (BERG
BALANCE SCALE)

A. Deskripsi Praktikum
Pada Kegiatan praktikum-7 ini, Anda akan melakukan praktikum membuat asuhan
keperawatan pada lansia. Praktikum ini diharapkan akan memberikan pengalaman
belajar tentang mengenai kebutuhan bio, psiko, sosial dan spiritual pada lanjut usia
dengan sasaran individu, keluarga dan kelompok/ komunitas. Persiapan dan
perawatan sesaat dengan setting laboratorium keperawatan.

B. Tujuan Praktikum
Setelah selesai melakukan kegiatan praktikum-7 ini, Anda diharapkan melakukan
pengkajian khusus pada lansia yang mengalami masalah keseimbangan dengan
pemeriksaan BBS (Berg Balance Scale) sesuai dengan Standar Prosedur
Operasional (SPO).

C. Persiapan Praktikum
a. Petunjuk Kerja
i. Baca dan pelajari lembar kerja yang ada.
ii. Apabila belum jelas ulangi lagi membaca, sampai benar-benar
memahami semuatindakan yang akan dilakukan
b.Keselamatan Kerja
i. Perhatikan keadaan umum pasien.
ii. Menggunakan alat perlindungan diri yang sesuai dengan langkah
kerja.
iii. Langkah kerja dilakukan dengan cermat dan perhatikan keamanan,
kenyamanandan keselamatan pasien selama melakukan langkah kerja.
c. Peralatan
i. Lembar kerja
ii. Alat dan Bahan yang sesuai

55
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGKAJIAN
BERG BALANCE SCALE (BBS)
PRODI NERS FKES UMHT

NAMA MAHASISWA :
NPM :
SEMESTER :
HARI & TANGGAL :

Pengertian:
Keseimbangan merupakan kemampuan tubuh untuk mengontrol pusat gravitasi (center of gravity) atau
pusat massa tubuh (center of mass) terhadap bidang tumpu (base of support). Pusat gravitasi (center of
gravity) adalah suatu titik dimana massa dari suatu obyek terkonsentrasi berdasarkan tarikan
gravitasinya. Pada manusia normal, pusat gravitasi tubuh terletak di perut bagian bawah dan sedikit di
depan sendi lutut. Agar tubuh dapat tetap menjaga keseimbangan, pusat gravitasi tersebut berpindah
untuk memberikan kompensasi agar tidak terjadi gangguan yang dapat menyebabkan orang kehilangan
keseimbangannya (Barnedh et al, 2006).

Indikasi :
Indikasi tes keseimbangan ini untuk lansia dengan gangguan fungsi keseimbangan dan
mengklasifikasikan risiko jatuh.

Tujuan :
Mengukur keseimbangan pada lansia dengan gangguan fungsi keseimbangan, Menentukan risiko
jatuh pada lansia (rendah, sedang, atau tinggi), Menilai kemampuan klien dalam memelihara posisi

Sumber :
Barnedh et al. 2006. Penilaian keseimbangan menggunakan skala keseimbangan Berg pada lansia di
kelompok lansia Puskesmas Tebet. Jakarta: Universitas Indonesia
Djohan et al. 2016. Item Score Berg Balance Scale

CRITICAL NILAI
NO TINDAKAN POINT 0 1 2
1 PRA INTERAKSI
1.4 Verifikasi Order
1.5 Siapkan lingkungan : jaga privasi
1.6 Persiapan pasien
2 PERSIAPAN ALAT
2.1 Lembar pengkajian
2.2 Penggaris atau meteran
2.3 dua buah kursi (dengan dan tanpa penyangga)
2.4 stopwatch
2.5 step stool/tangga kecil
3 ORIENTASI
3.1 Beri salam (Assalamu'alaikum, memperkenalkan diri,
memanggil nama pas yang disukai, menanyakan umur,
alamat)
3.2 Kontrak waktu prosedur
3.3 Jelaskan tujuan prosedur
3.4 Memberi pasien / keluarga kesempatan untuk bertanya
3.5 Meminta persetujuan pasien / keluarga
3.6 Meyiapkan lingkungan dengan menjaga privacy pasien

56
CRITICAL NILAI
NO TINDAKAN
POINT 0 1 2
3.7 Mendekatkan alat ke dekat tempat tidur pasien
4 TAHAP KERJA
4.4 Berdoa
4.5 Mencuci tangan dengan 6 langkah
4.6 Menyiapkan alat tulis
4.6 Petunjuk: Ajukan pertanyaan-pertanyaan dalam urutan
*
yang tercantum. Skor satu poin untuk setiap yang benar
respon dalam setiap pertanyaan atau kegiatan.
4.7 Menanyakan kepada klien tentang:

No Item Nilai

1. DUDUK KE BERDIRI
Instruksi : “Silahkan berdiri.
Cobalah untuk tidak
menggunakan tangan anda untuk
menumpu.”
( ) 4 Mampu tanpa
menggunakan tangan dan berdiri
stabil
( ) 3 Mampu berdiri stabil tetapi
menggunakan support tangan
( ) 2 Mampu berdiri dengan stabil
support tangan setelah beberapa
kali mencoba
( ) 1 Membutuhkan bantuan
minimal untuk berdiri stabil
( ) 0 Membutuhkan bantuan
sedang sampai maksimal untuk
berdiri
2. BERDIRI TIDAK DISANGGAH
Instruksi : “Silahkan berdiri selama 2
menit tanpa menumpu.”
( ) 4 Mampu berdiri dengan aman
selama 2 menit
( ) 3 Mampu berdiri dengan aman
selama 2 menit dengan pengawasan
( ) 2 Mampu berdiri selama 30
menit tanpa menumpu
( ) 1 Butuh beberapa kali mencoba
berdiri 30 detik tanpa menumpu
( ) 0 Tidak mampu berdiri 30 detik tanpa
bantuan **Jika subyek mampu berdiri
selama 2 menit tidak disanggah, maka
skor penuh untuk item 3 dilanjutkan ke
item 4
3. DUDUK TIDAK
DISANGGAH TETAPI KAKI
TERSANGGAH PADA
LANTAI ATAU STOOL
Instruksi : “Silahkan duduk
dengan melipat tangan selama 2
menit.”
( ) 4 Mampu duduk dengan
aman selama 2 menit
( )3 Mampu duduk dengan aman
selama 2 menit dibawah
pengawasan
( ) 2 Mampu duduk selama 30 menit (
) 1 Mampu duduk selama 10 detik
( ) 0 Tidak mampu duduk
tidak disanggah selama 10
detik
4. BERDIRI KE DUDUK

57
Instruksi :” Silahkan duduk.”
( ) 4 Duduk aman dengan bantuan
tangan minimal
( ) 3 Mengontrol gerakan
duduk dengan tangan
( ) 2. Mengontrol gerakan
duduk dengan tangan paha
belakang
menompang kursi
( ) 1 Duduk mandiri tetapi
dengan gerakan duduk tidak
terkontrol
( ) 0 Membutuhkan bantuan untuk
duduk
5. TRANSFER
Instruksi :“Atur jarak kursi.
Mintalah subyek untuk berpindah
dari kursi yang memiliki sandaran
tangan ke kursi tanpa sandaran atau
dari tempat tidur ke kursi.”
( ) 4 Mampu berpindah dengan aman
dan menggunakan tangan minimal
( ) 3 Mampu berpindah dengan aman
dan menggunakan tangan
( ) 2 Dapat berpindah dengan aba-
aba atau dibawah pengawasan
( ) 1 Membutuhkan satu orang
untuk Membantu
( ) 0 Membutuhkan lebih dari satu
orang untuk membantu
6. BERDIRI TIDAK
TERSANGGA DENGAN
MATA TERTUTUP
Instruksi :“Silahkan tutup mata anda
dan berdiri selama 10 detik.”
( ) 4 Mampu bediri dengan aman
selama 10 detik
( ) 3 Mampu berdiri 10 detik
dengan pengawasan
( ) 2 Mampu bediri selama 3
detik ( ) 1 Tidak mampu menutup
mata selama 3 detik
( ) 0 Butuh bantuan untuk menjaga
agar tidak jatuh
7. BERDIRI TIDAK DISANGGA
DENGAN KAKI RAPAT
Instruksi: “Tempatkan kaki anda
rapat dan pertahankan tanpa
tompangan.”
( ) 4Mampu menempatkan kaki
dengan mandiri dan berdiri selama 1
menit
( ) 3 Mampu menempatkan kaki
dengan mandiri dan berdiri selama 1
menit di bawah pengawasan
( ) 2 Mampu menempatkan kaki
dengan mandiri dan berdiri selama 30
detik
( ) 1 Membutuh bantuan untuk
memposisikan kedua kaki, mampu
berdiri selama 15 detik
( ) 0 Membutuh bantuan untuk
memposisikan kedua kaki, tidak
mampu berdiri selama 15 detik

58
8. MERAIH KEDEPAN DENGAN
LENGAN LURUS SECARA
PENUH
Instruksi :“Angkat tangan kedepan 90
derajat. Julurkan jari-jari anda
kedepan. Fisioterapis menempatkan
penggaris dan mintalah meraih sejauh
mungkin yang dapat dicapai, saat
lengan mencapai 90 derajat. Jari tidak
boleh menyentuh penggaris saat
meraih kedepan. Catatlah jarak yang
dapat dicapai, dimungkinkan
melakukan rotasi badan untuk
mencapai jarak maksimal.”
( ) 4 Dapat meraih secara meyakinkan
>25 cm (10 inchi)
( ) 3 Dapat meraih secara meyakinkan
>12.5 cm (5 inchi) dengan aman
( ) 2 Dapat meraih secara meyakinkan
>5 cm (2 inchi) dengan aman
( ) 1 Dapat meraih tetapi dengan
pengawasan
( ) 0 Kehilangan keseimbangan ketika
mencoba
9. MENGAMBIL OBYEK DARI
LANTAI DARI POSISI BERDIRI
Instruksi : “Ambil sepatu/sandal yang
berada didepan kaki anda.”
( ) 4 Mampu mengambil dengan aman
dan mudah
( ) 3 Mampu mengambil, tetapi butuh
pengawasan
( ) 2 Tidak mampu mengambil tetapi
mendekati sepatu/sandal 2-5 cm (1-2
inchi) dengan seimbang dan mandiri
( ) 1 Tidak mampu mengambil,
mencoba beberapa kali dengan
pengawasan
( ) 0 Tidak mampu mengambil, dan
butuh batuan agar tidak jatuh
10. BERBALIK UNTUK MELIHAT
KE BELAKANG
Instruksi :“Menoleh kebelakang
dengan posisi berdiri kekiri dan
kekanan Fisioterapis dapat
menggunakan benda sebagai obyek
yang mengarahkan.”
( ) 4 Melihat kebelakang kekiri dan
kekanan dengan pergeseran yang
baik ( ) 3 Melihat kebelakang pada
salah satu sisi dengan baik, dan sisi
lainnya kurang
( ) 2 Hanya mampu melihat kesamping
dengan seimbang
( ) 1 Membutuhkan pengawasan untuk
berbalik
( ) 0 Membutuhkan bantuan untuk
tetap seimbang dan tidak jauh
11. BERBALIK 360 DERAJAT
Instruksi : “Berbalik dengan satu
putaran penuh dan diam dan lakukan
pada arah sebaliknya”
( ) 4 Mampu berputar 360 derajat
selama 4 detik dengan aman
( ) 3 Mampu berputar 360 derajat
dengan aman pada satu sisi selama 4
detik atau kurang
( ) 2 Mampu berputar 360 derajat
dengan aman tetapi perlahan
( ) 1 Membutuhkan pengawasan dan
panduan

59
( ) 0 Membutuhkan bantuan untuk
berbalik
12. MENEMPATKAN KAKI
SECARA BERGANTIAN KE
STEP STOOL/TANGGA
KECIL DALAM POSISI
BERDIRI TANPA
PENYANGGA
Instruksi : “Naikkan kaki secara
bergantian ke step stool. Lanjutkan
pada stool selanjutknya”
( ) 4 Mampu berdiri mandiri
dan aman, 8 langkah (naik
turun) selama 20 detik
( ) 3 Mampu berdiri mandiri dan
aman, 8 langkah selama >20 detik
( ) 2 Mampu melakukan 4 langkah
tanpa alat bantu dengan
pengawasan
( ) 1 Mampu melakukan >2
langkah ,membutuhkan bantuan
minimal
( ) 0 Membutuhkan bantuan untuk
tidak jauh
13. BERDIRI DENGAN SATU KAKI DI
DEPAN KAKI LAINNYA
Instruksi : ”Tempatkan satu kaki
didepan kaki lainnya. Jika anda kesulitan
mulai dari jarak yang luas”
( ) 4 Mampu menempatkan dengan
mudah, mandiri dan bertahan 30 detik
( ) 3 Mampu menempatkan secara
mandiri selama 30 detik
( ) 2 Mampu menempatkan dengan jarak
langkah kecil, mandiri selama 30 detik
( ) 1 Membutuhkan bantuan untuk
menempatkan tetapi bertahan 15 detik
( ) 0 Kehilangan keseimbangan ketika
penempatan dan mandiri
14. BERDIRI DENGAN SATU KAKI
Instruksi : “Berdiri dengan satu kaki dan
pertahankan”
( ) 4 Mampu berdiri dan bertahan
>10 detik
( ) 3 Mampu berdiri dan bertahan 5-10
detik
( ) 2 Mampu berdiri dan bertahan =
atau 3 detik
( ) 1 Mencoba untuk berdiri dan tidak
mampu 3 detik, tetapi mandiri
( ) 0 Tidak mampu dan membutuhkan
bantuan agar tidak jatuh
Jumlah

4.8 Menjumlahkan hasil pengkajian yang didapat


4.9 Menyimpulkan hasil pemeriksaan BBS dan
melingkari hasil kesimpulan:
Skor total 56 point dengan skor risiko
0 – 20 (risiko terjatuh tinggi, rekomendasi penggunaan
kursi roda)
21 – 40 (risiko terjatuh sedang, butuh alat bantu jalan)
41 – 56 (risiko terjatuh rendah, dapat mandiri) (Djohan et
al, 2016).
4.10 Merapikan pasien dan alat

60
5 EVALUASI
5.1 Evaluasi respon pasien (Subjektif & Objektif)
5.2 Simpulkan kegiatan
5.3 Penkes singkat (pasien atau keluarga)
5.4 Kontrak waktu selanjutnya
5.5 Berdoa dan mendoakan kesembuhan pasien

6 DOKUMENTASI
6.1 Mencatat nama dan umur pasien
6.2 Mencatat kondisi pasien
6.3 Mencatat respon pasien
6.4 Mencatat hasil pemeriksaan pasien

7 SIKAP
7.1 Keterbukaan
7.2 Empati
7.3 Perilaku positif
7.4 Sikap mendukung
7.5 Kesetaraan
CRITICAL NILAI
NO TINDAKAN
POINT
0 1 2

TOTAL NILAI
GLOBAL RATING * (Centang Salah 1)
FAIL
BORDELINE
PASS
EXCELLENT
0= tidak dilakukan 1= dilakukan tidak lengkap 2= dilakukan sempurna

NAMA PENGUJI :

TTD :

CATATAN PENGUJI :

61
NO ITEM SCORE BERG BALANCE SCALE

1 DUDUK KE BERDIRI
Instruksi : “Silahkan berdiri. Cobalah untuk tidak menggunakan tangan anda
untuk menumpu.”
4 ( ) Mampu tanpa menggunakan tangan dan berdiri stabil
3 ( ) Mampu berdiri stabil tetapi menggunakan support tangan
2 ( ) Mampu berdiri dengan stabil support tangan setelah beberapa kali
mencoba
1 ( ) Membutuhkan bantuan minimal untuk berdiri stabil
0 ( ) Membutuhkan bantuan sedang sampai maksimal untuk berdiri

2 BERDIRI TIDAK DISANGGAH


Instruksi : “Silahkan berdiri selama 2 menit tanpa menumpu.”
4 ( ) Mampu berdiri dengan aman selama 2 menit
3 ( ) Mampu berdiri dengan aman selama 2 menit dengan pengawasan
2 ( ) Mampu berdiri selama 30 menit tanpa menumpu
1 ( ) Butuh beberapa kali mencoba berdiri 30 detik tanpa menumpu
0 ( ) Tidak mampu berdiri 30 detik tanpa bantuan
**Jika subyek mampu berdiri selama 2 menit tidak disanggah, maka skor penuh
untuk item 3 dilanjutkan ke item 4.
3 DUDUK TIDAK DISANGGAH TETAPI KAKI TERSANGGAH PADA
LANTAI ATAU STOOL
Instruksi : “Silahkan duduk dengan melipat tangan selama 2 menit.”
4 ( ) Mampu duduk dengan aman selama 2 menit
3 ( ) Mampu duduk dengan aman selama 2 menit dibawah pengawasan
2 ( ) Mampu duduk selama 30 menit
1 ( ) Mampu duduk selama 10 detik
0 ( ) Tidak mampu duduk tidak disanggah selama 10 detik

4 BERDIRI KE DUDUK
Instruksi :” Silahkan duduk.”
4 ( ) Duduk aman dengan bantuan tangan minimal
3 ( ) Mengontrol gerakan duduk dengan tangan
2 ( ) Mengontrol gerakan duduk dengan tangan paha belakang
menompang kursi

62
( ) 1 Duduk mandiri tetapi dengan gerakan duduk tidak terkontrol
( ) 0 Membutuhkan bantuan untuk duduk

5. TRANSFER
Instruksi :“Atur jarak kursi. Mintalah subyek untuk berpindah dari kursi yang
memiliki sandaran tangan ke kursi tanpa sandaran atau dari tempat tidur ke kursi.”
( ) 4 Mampu berpindah dengan aman dan menggunakan tangan minimal
( ) 3 Mampu berpindah dengan aman dan menggunakan tangan
( ) 2 Dapat berpindah dengan aba-aba atau dibawah pengawasan
( ) 1 Membutuhkan satu orang untuk Membantu
( ) 0 Membutuhkan lebih dari satu orang untuk membantu
6. BERDIRI TIDAK TERSANGGA DENGAN MATA TERTUTUP
Instruksi :“Silahkan tutup mata anda dan berdiri selama 10 detik.”
( ) 4 Mampu bediri dengan aman selama 10 detik
( ) 3 Mampu berdiri 10 detik dengan pengawasan
( ) 2 Mampu bediri selama 3 detik ( ) 1 Tidak mampu menutup mata selama 3
detik
( ) 0 Butuh bantuan untuk menjaga agar tidak jatuh
7. BERDIRI TIDAK DISANGGA
DENGAN KAKI RAPAT
Instruksi: “Tempatkan kaki anda rapat dan pertahankan tanpa tompangan.”
( ) 4Mampu menempatkan kaki dengan mandiri dan berdiri selama 1 menit
( ) 3 Mampu menempatkan kaki dengan mandiri dan berdiri selama 1 menit di bawah
pengawasan
( ) 2 Mampu menempatkan kaki dengan mandiri dan berdiri selama 30 detik
( ) 1 Membutuh bantuan untuk memposisikan kedua kaki, mampu berdiri selama 15
detik
( ) 0 Membutuh bantuan untuk memposisikan kedua kaki, tidak mampu berdiri selama
15 detik
8. MERAIH KEDEPAN DENGAN
LENGAN LURUS SECARA PENUH
Instruksi :“Angkat tangan kedepan 90 derajat. Julurkan jari-jari anda kedepan.
Fisioterapis menempatkan penggaris dan mintalah meraih sejauh mungkin yang dapat
dicapai, saat lengan mencapai 90 derajat. Jari tidak boleh menyentuh penggaris saat
meraih kedepan. Catatlah jarak yang dapat dicapai, dimungkinkan melakukan rotasi
badan untuk mencapai jarak maksimal.”
( ) 4 Dapat meraih secara meyakinkan
>25 cm (10 inchi)
( ) 3 Dapat meraih secara meyakinkan
>12.5 cm (5 inchi) dengan aman
( ) 2 Dapat meraih secara meyakinkan
>5 cm (2 inchi) dengan aman
( ) 1 Dapat meraih tetapi dengan pengawasan
( ) 0 Kehilangan keseimbangan ketika mencoba
9. MENGAMBIL OBYEK DARI LANTAI DARI POSISI BERDIRI
Instruksi : “Ambil sepatu/sandal yang berada didepan kaki anda.”
( ) 4 Mampu mengambil dengan aman dan mudah
( ) 3 Mampu mengambil, tetapi butuh pengawasan
( ) 2 Tidak mampu mengambil tetapi mendekati sepatu/sandal 2-5 cm (1-2 inchi)
dengan seimbang dan mandiri
( ) 1 Tidak mampu mengambil, mencoba beberapa kali dengan pengawasan
( ) 0 Tidak mampu mengambil, dan butuh batuan agar tidak jatuh

63
10. BERBALIK UNTUK MELIHAT KE BELAKANG
Instruksi :“Menoleh kebelakang dengan posisi berdiri kekiri dan kekanan
Fisioterapis dapat menggunakan benda sebagai obyek yang mengarahkan.”
( ) 4 Melihat kebelakang kekiri dan kekanan dengan pergeseran yang baik
( ) 3 Melihat kebelakang pada salah satu sisi dengan baik, dan sisi lainnya kurang
( ) 2 Hanya mampu melihat kesamping dengan seimbang
( ) 1 Membutuhkan pengawasan untuk berbalik
( ) 0 Membutuhkan bantuan untuk tetap seimbang dan tidak jauh
11. BERBALIK 360 DERAJAT
Instruksi : “Berbalik dengan satu putaran penuh dan diam dan lakukan pada arah
sebaliknya”
( ) 4 Mampu berputar 360 derajat selama 4 detik dengan aman
( ) 3 Mampu berputar 360 derajat dengan aman pada satu sisi selama 4 detik atau
kurang
( ) 2 Mampu berputar 360 derajat dengan aman tetapi perlahan
( ) 1 Membutuhkan pengawasan dan panduan
( ) 0 Membutuhkan bantuan untuk berbalik
12. MENEMPATKAN KAKI SECARA BERGANTIAN KE STEP
STOOL/TANGGA KECIL DALAM POSISI BERDIRI TANPA PENYANGGA
Instruksi : “Naikkan kaki secara bergantian ke step stool. Lanjutkan pada stool
selanjutknya”
( ) 4 Mampu berdiri mandiri dan aman, 8 langkah (naik turun) selama 20 detik
( ) 3 Mampu berdiri mandiri dan aman, 8 langkah selama >20 detik ( ) 2 Mampu
melakukan 4 langkah tanpa alat bantu dengan pengawasan
( ) 1 Mampu melakukan >2 langkah ,membutuhkan bantuan minimal
( ) 0 Membutuhkan bantuan untuk tidak jauh
13. BERDIRI DENGAN SATU KAKI DI DEPAN KAKI LAINNYA
Instruksi : ”Tempatkan satu kaki didepan kaki lainnya. Jika anda kesulitan mulai dari
jarak yang luas”
( ) 4 Mampu menempatkan dengan mudah, mandiri dan bertahan 30 detik
( ) 3 Mampu menempatkan secara mandiri selama 30 detik
( ) 2 Mampu menempatkan dengan jarak langkah kecil, mandiri selama 30 detik
( ) 1 Membutuhkan bantuan untuk menempatkan tetapi bertahan 15 detik
( ) 0 Kehilangan keseimbangan ketika penempatan dan mandiri
14. BERDIRI DENGAN SATU KAKI
Instruksi : “Berdiri dengan satu kaki dan pertahankan”
( ) 4 Mampu berdiri dan bertahan >10 detik
( ) 3 Mampu berdiri dan bertahan 5-10 detik
( ) 2 Mampu berdiri dan bertahan = atau 3 detik
( ) 1 Mencoba untuk berdiri dan tidak mampu 3 detik, tetapi mandiri
( ) 0 Tidak mampu dan membutuhkan bantuan agar tidak jatuh

Skor total 56 pointdengan skor risiko:

0 – 20 (risiko terjatuh tinggi, rekomendasi


penggunaan kursi roda) 21 – 40 (risiko terjatuh
sedang, butuh alat bantu jalan)
41 – 56 (risiko terjatuh rendah, dapat mandiri) (Djohan et al, 2016).

64
D. Pelaporan
Bagaimana pengalaman belajar Anda setelah melakukan Kegiatan Praktikum-7 ini,
apakah Anda sudah mampu dan/ mahir melakukan pengkajian khusus pada lansia
yang mengalami masalah Pengkajian keseimbangan dengan pemeriksaan BBS (Berg
Balance Scale). Jika Anda masih ragu/ kurang mampu dalam melakukannya, Anda
dapat melakukan latihan praktikum lagi dengan teman Anda sampai Anda mampu
dan/ mahir.

E. Ringkasan
Keseimbangan merupakan kemampuan tubuh untuk mengontrol pusat gravitasi
(center of gravity). Tes keseimbangan BBS ini ditujukan untuk lansia dengan
gangguan fungsi keseimbangan dan mengklasifikasikan risiko jatuh.

65
KEGIATAN PRAKTIKUM 8
PENGKAJIAN RISIKO JATUH DENGAN PEMERIKSAAN MFS (MORSE FALL
SCALE)

A. Deskripsi Praktikum
Pada Kegiatan praktikum-8 ini, Anda akan melakukan praktikum melakukan
pengkajian keperawatan pada lansia. Praktikum ini diharapkan akan memberikan
pengalaman belajar tentang mengenai kebutuhan bio, psiko, sosial dan spiritual pada
lanjut usia dengan sasaran individu, keluarga dan kelompok/ komunitas. Persiapan
dan perawatan sesaat dengan setting laboratorium keperawatan.

B. Tujuan Praktikum
Setelah selesai melakukan kegiatan praktikum-8 ini, Anda diharapkan melakukan
pengkajian khusus pada lansia yang mengalami masalah risiko jatuh dengan
pemeriksaan MFS (Morse Fall Scale) sesuai dengan Standar Prosedur Operasional
(SPO).

C. Persiapan Praktikum
a. Petunjuk Kerja
i. Baca dan pelajari lembar kerja yang ada.
ii. Apabila belum jelas ulangi lagi membaca, sampai benar-
benar memahami semua tindakan yang akan dilakukan
b.Keselamatan Kerja
i. Perhatikan keadaan umum pasien.
ii. Menggunakan alat perlindungan diri yang sesuai dengan langkah kerja.
iii. Langkah kerja dilakukan dengan cermat dan
perhatikan keamanan, kenyamanan dan keselamatan
pasien selama melakukan langkah kerja.
c. Peralatan
i. Lembar kerja
ii. A lat dan Bahan yang sesuai

66
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGKAJIAN
MORSE FALL SCALE (MFS)
PRODI NERS FKES UMHT

NAMA MAHASISWA :
NPM :
SEMESTER :
HARI & TANGGAL :

Pengertian:
Faktor risiko jatuh di rumah sakit memiliki kesamaan faktor risiko yang di jumpai di panti jompo dan di
masyarakat, misalnya gangguan keseimbangan atau gaya berjalan, mobilitas berubah, riwayat jatuh,
bertambahnya usia, gangguan kemampuan berpikir, depresi, pusing/vertigo, hipotensi ortostatik,
gangguan penglihatan dan penggunaan obat penenang (Hitcho, et al., 2004 dalam Dessy VA, 2013).

Indikasi :
MFS adalah alat penilaian yang memenuhi kriteria dan dirancang untuk membantu menargetkan
pasien yang berisiko jatuh terutama pada usia >65 tahun (Scott, et al., 2006).

Tujuan :
Skala MFS dinilai secara menyeluruh dan berkala, diidentifikasi dari tingkatan jatuh skor >45 risiko
tinggi, skor 25–44 risiko sedang, skor 0–24 risiko ringan dan mewakili 6 faktor yang berkontribusi
signifikan terhadap kemungkinan pasien jatuh (Morse dan Tylko, 1989 dalam Morse, 2009).

Sumber :
Cruz.2015. Morse Fall Scale User's Manual: Quality in Supervision and in Nursing Practice.
https://www.sciencedirect.com/journal/procedia-social-and-behavioral-sciences Volume 171, 16
January 2015, Pages 334-339 https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.01.130
Dessy VA.2013. Penilaian Risiko Jatuh Lanjut Usia (Lansia) Menggunakan Pendekatan Hendrich Falls
Scale Dan Morse Falls Scale. Jurnal Ners Vol. 8 No. 1 April 2013: 107–117

CRITICAL NILAI
NO TINDAKAN POINT 0 1 2
1 PRA INTERAKSI
1.1 Verifikasi Order
1.2 Siapkan lingkungan : jaga privasi
1.3 Persiapan pasien
2 PERSIAPAN ALAT
2.1 Kertas kosong
2.8 Pensil
2.9 Arloji
2.10Tulisan yang bisa dibaca
2.11Gambar yang harus
ditiru/disalin 2.12Benda yang umum
diketahui
2.13Lembar pengkajian
3 ORIENTASI
3.13 Beri salam (Assalamu'alaikum, memperkenalkan diri,
memanggil nama pas yang disukai, menanyakan
umur, alamat)
3.14 Kontrak waktu prosedur
3.15Jelaskan tujuan
prosedur
3.16Memberi pasien / keluarga kesempatan untuk bertanya

67
3.17Meminta persetujuan pasien / keluarga
3.18Meyiapkan lingkungan dengan menjaga privacy pasien

68
CRITICAL NILAI
NO TINDAKAN 0 1 2
POINT
3.7 Mendekatkan alat ke dekat tempat tidur pasien
4 TAHAP KERJA
4.7 Berdoa
4.8 Mencuci tangan dengan 6 langkah
4.9 Menyiapkan alat tulis
4.8 Petunjuk: Ajukan pertanyaan-pertanyaan dalam urutan
*
yang tercantum. Skor satu poin untuk setiap yang benar
respon dalam setiap pertanyaan atau kegiatan.
4.9 Menanyakan kepada klien tentang:
Faktor Skala Skor Nilai
Risiko
Riwayat Pernah Pernah 25
Jatuh Tidak Tidak
pernah pernah
0
Diagnosi
s Ada Ada 15
Tidak
Penyerta Tidak ada
ada
0
Alat Perabotan (kursi, meja, Perabotan
bantu dll) Walker (kursi,
untuk
berpindah Tidak ada/bed/kursiroda, meja, dll)
perawat 30
Walker 15
Tidak
ada/bed/kurs
iroda,
perawat 0
Penggun 1. Menggunakan Menggunak
a an Obat
IV atau 2. Tidak menggunakan a n 20
Heparin Tidak
menggunaka
n0

Cara
Berjalan 1. Tidak mampu Tidak
2. Lemah mampu
atau 20
Berpindah 3. Normal, Lemah 10
bedrest, Normal,
immobilisasi
bedrest,
immobilisasi
0
Keadaan
Mental Mudah lupa Mudah
status lupa 15
Orientasi
baik Orientas
i baik 0

Total

69
CRITICAL NILAI
NO TINDAKAN 0 1 2
POINT
Skor >45 risiko tinggi: Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh
risiko tinggi

skor 25–44 risikosedang: Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh standar


skor 0–24 risiko ringan+ perawatan dasar

5
5.1 Evaluasi respon pasien (Subjektif & Objektif)
5.2 Simpulkan kegiatan
5.3 Penkes singkat (pasien atau keluarga)
5.4 Kontrak waktu selanjutnya
5.5 Berdoa dan mendoakan kesembuhan pasien

6 DOKUMENTASI
6.1 Mencatat nama dan umur pasien
6.2 Mencatat kondisi pasien
6.3 Mencatat respon pasien
6.4 Mencatat hasil pemeriksaan pasien

7 SIKAP
7.1 Keterbukaan
7.2 Empati
7.3 Perilaku positif
7.4 Sikap mendukung
7.5 Kesetaraan

TOTAL NILAI
GLOBAL RATING * (Centang Salah 1)
FAIL
BORDELINE
PASS
EXCELLENT
0= tidak dilakukan 1= dilakukan tidak lengkap 2= dilakukan sempurna

NAMA PENGUJI :

TTD :

CATATAN PENGUJI :

70
PEMERIKSAAN RISIKO JATUH MORSE FALL SCALE (MFS)

Faktor Risiko Skala Skor


Pernah Tidak Pernah 25
Riwayat Jatuh pernah
Tidak pernah 0
Diagnosis Penyerta Ada Tidak ada Ada 15
Tidak ada 0
1. Perabotan (kursi, Perabotan (kursi, meja, dll)
Alat bantu untuk meja, dll) 30
berpindah 2. Walker Walker 15
3. Tidak Tidak
ada/bed/kursiroda, ada/bed/kursiroda,
perawat perawat 0

Penggunaan Obat IV 3. Menggunakan Menggunakan 20


atauHeparin 4. Tidak Tidak menggunakan 0
menggunakan

Cara Berjalan atau 4. Tidak mampu Tidak mampu 20


Berpindah 5. Lemah Lemah 10 Normal,
6. Normal, bedrest, bedrest, immobilisasi
immobilisasi 0

Keadaan Mental 3. Mudah lupa Mudah lupa 15


status 4. Orientasi baik Orientasi baik 0

Skala MFS dinilai secara menyeluruh dan berkala

Skor >45 risiko tinggi: Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh risiko tinggi

skor 25–44 risikosedang: Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh standar

skor 0–24 risiko ringan+ perawatan dasar

71
F. Pelaporan
Bagaimana pengalaman belajar Anda setelah melakukan Kegiatan Praktikum-8 ini,
apakah Anda sudah mampu dan/ mahir melakukan pengkajian khusus pada lansia
yang mengalami masalah risiko jatuh dengan pemeriksaan MFS (Morse Fall Scale).
Jika Anda masih ragu/ kurang mampu dalam melakukannya, Anda dapat melakukan
latihan praktikum lagi dengan teman Anda sampai Anda mampu dan/ mahir.

G. Ringkasan
Risiko jatuh sering ditemukan di rumah sakit dan panti jompo. MFS adalah alat
penilaian yang memenuhi kriteria dan dirancang untuk membantu menargetkan
pasien yang berisiko jatuh terutama pada usia >65 tahun.

72
Praktikum 9
Pemberian Range of Motion dan Ambulasi Pada Lansia Dengan Keterbatasan Aktifitas

CASE STUDY:
Seorang lansia perempuan usia 75 tahun dirawat di panti griya werdha sudah 3 tahun,
pernah jatuh, saat ini pasien tampak bed rest di tempat tidur, tidak mampu
menggerakkan kaki dan tangan secara sempurna karena kaku, berjalan berlahan-lahan
dengan menggunakan tongkat. Pasien post stroke 1 tahun yang lalu.

QUESTION:
1. Apa yang anda ketahui tentang penyebab keterbatasan aktifitas pada klien
lansia?
2. Tanda dan gejala apa saja yang dapat ditemukan pada lansia dengan keterbatasan
aktifitas? Lakukan uji kekuatan otot tangan dan kaki dan rentang gerak sendi
3. Sebutkan masalah keperawatan pada kasus tersebut?
4. Jelaskan intervensi yang dapat diberikan pada klien dengan ketebatasan aktifitas?
5. Sebutkan gerakan-gerakan dalam melakukan ROM (Range of Motion)?

TINJAUAN TEORI
Mobilitas merupakan hal yang vital bagi kesehatan lansia, karena dengan pergerakan
lansia mampu melakukan aktifitas hidup sehari-hari secara mandiri. Mobilitas adalah
pergerakan yang memberikan kebebasan dan kemandirian bagi seseorang(Kathryn A
Blair dalam Mickey Stanley, 2006).
Perubahan normal musculoskeletal terkait usia pada lansia termasuk penurunan tinggi
badan, redistribusi massa otot dan lemak subkutan, peningkatan porositas tulang,
atrofi otot, pergerakan yang lambat, pengurangan kekuatan, dan kekakuan sendi-
sendi sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan penampilan, kelemahan dan
lambatnya pergerakan yangmenyertai penuaan. Pengetahuan tentang osteoporosis,
osteoartriitis, penyakit inflamasi pada sendi dan fraktur sangat diperlukan untuk
membantu mencegah komplikasi dan memperkecil dampak keterbatasan pergerakan.

Pengkajian
1. Kekuatan otot ekstremitas
Uji kekuatan otot Skala Kekuatan Otot
1. Bandingkan sisi kanan dengan sisi kiri. 0: 0% dari kekuatan normal; kelumpuhan

Tangan 1: 10% dari kekuatan normal; tidak ada


a. Bisep: Klien meluruskan lengan dan mencoba menekuk gerakan, kontraksi otot teraba atau
saat Anda mencoba menahannya terlihat
b. Trisep: Klien menekuk lengan dan mencoba meluruskan
saat anda mencoba menahannya. 2: 25% dari kekuatan normal; terbatas
c. Otot pergelangan tangan dan jari: Klien menyebar jari dan melawan gravitasi, dengan dukungan
menahan saat Anda mencoba untuk mendorong jari
bersama-sama. 3: 50% dari kekuatan normal; mengikuti
d. Kekuatan cengkeraman: Klien menggenggam jari Anda gravitasi
dan menahan saat Anda mencoba menarik jari keluar.
4: 75% dari kekuatan normal; bisa
Kaki gerakan melawan gravitasi dengan
a. Otot pinggul: Klien terlentang, kedua kaki diluruskan; perlawanan minimal
klien mengangkat satu kaki ke atas dan anda tahan

73
b. Abduksi dan adduksi pinggul: Klien terlentang, kedua kaki
diluruskan. Letakkan tangan Anda di sisi samping setiap 5: 100% dari kekuatan normal; gerakan
lutut; klien berusaha melawan ke sampng melawan gravitasi penuh perlawanan
Adduksi pinggul: Klien dalam posisi yang sama seperti
untuk abduksi pinggul. Tempatkan tangan Anda di antara
lutut; klien membawa kaki melawan perlawanan Anda.
c. Hamstring: Klien terlentang, kedua lutut menekukk. Klien
menolak saat Anda mencoba melakukannya luruskan kaki.
Quadriceps: Klien terlentang, lutut sebagian diluruskan;
klien menolak sementara Anda percobaan untuk menekuk
lutut.
d. Otot pergelangan kaki dan kaki: Klien menolak saat Anda
mencoba melakukan dorsofleksi kaki dan lagi menolak
saat Anda mencoba untuk plantarfleksi kaki.

2. Rentang gerak sendi (ROM)


Rentang gerak sendi Ukuran rentang sendi
1. Siapkan goniometer bila perlu 30 – 360 derajat sesuai sendi yang
2. Pemeriksaan meliputi perbandingan ROM aktif dan pasif . direntangkan
Minta pasien untuk melakukan ROM setiap sendi utama
baik aktif dan pasif dan ajari pasien cara bergerak setiap
ROM.
3. Tunjukkan cara ROM kepada pasien jika memungkinkan.
Untuk menilai ROM secara pasif, minta pasien untuk
rileks dan kemudian ukur kemampuan ROM
ekstremitasnya. Bandingkan bagian tubuh yang sama
untuk melihat kesetaraan dalam gerakan.
4. Jangan memaksa sendi hingga posisi yang menyakitkan.
Ketahui kisaran normal setiap sendi dan sejauh mana
Anda dapat menggerakkan sendi pasien. Ukur sudut sendi
dengan goniometer

Masalah Keperawatan :
1. Gangguan Mobilitas Fisik
Imobilitas atau gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan kemampuan pergerakan
fisik secara mandiri yang dialami seseorang.
Batasan Karakteristik: Ketidakmampuan untuk bergerak dengan tujuan di dalam
lingkungan, termasuk mobilitas di tempat tidur, berpindah dan ambulasi, Keterbatasan
rentang gerak, penurunan kekuatan, pengendalian atau massa otot, gangguan
koordinasi.

2. Intoleransi aktifitas
Adalah suatu keadaan ketidakcukupan energi secara fisiologis atau psikologis pada
seseorang untuk bertahan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang dibutuhkan
atau diinginkan.
Batasan Karakteristik: melaporkan keletihan, kelemahan, denyut jantung atau tekanan
darah yang tidak normal dalam beraktifitas, dispnea saat beraktifitas.

Penatalaksanaan :
1. Aktifitas dan Latihan
Sangat bermanfaat baik bagi lansia yang sehat maupun untuk mereka yang
mengalami masalah fisik . Jenis Latihan:

74
a. Aerobik: Latihan elips, berjalan, bersepeda, berkebun, menari, dan berenang.
Kegiatan yang lebih berat termasuk jogging, berlari, spinning, power yoga,
memantul, tinju, dan lompat tali.
b. Peregangan: Latihan ROM, yoga, Pilates, qigong, dan banyak program
fleksibilitas lainnya
c. Latihan kekuatan otot: Resistensi dapat diberikan dengan beban, pita, bola,
peralatan, dan berat badan.

2. Promosi kesehatan
Promosi tentang pencegahan masalah-masalah yang dapat timbul akibat
imobilitas atau kelelahan/intoleransi aktifitas

MENGELOLA ENERGI UNTUK MENCEGAH KELELAHAN


a. Diskusikan pola aktivitas dan istirahat dan kembangkan rencana; selingi waktu
istirahat dengan periode aktivitas.
b. Diskusikan cara-cara untuk meminimalisir kelelahan seperti beraktivitas lebih lambat
dan untuk waktu yang lebih singkat, istirahat lebih sering, dan meminta bantuan
sesuai kebutuhan.
c. Memberikan informasi tentang sumber daya yang tersedia untuk membantu ADL
dan manajemen pemeliharaan rumah.
d. Ajarkan cara-cara untuk meningkatkan energi (misalnya, meningkatkan asupan
makanan tinggi kalori, memastikan istirahat dan tidur yang cukup, mengendalikan
nyeri, berbagi perasaan dengan pendengar yang terpercaya).
e. Ajarkan teknik untuk memantau toleransi aktivitas sebagaimana mestinya.

3. Manajemen lingkungan
MENCEGAH CEDERA/INJURI
a. Menyediakan perangkat bantu untuk memindahkan dan mentransfer, dan
mengajarkan teknik transfer dan ambulasi yang aman.
b. Diskusikan langkah-langkah keamanan untuk menghindari jatuh (misalnya,
mengunci kursi roda, mengenakan alas kaki yang sesuai, menggunakan ujung karet
pada kruk, menjaga keamanan lingkungan, dan menggunakan alat bantu seperti
dudukan toilet yang ditinggikan, pegangan, urinoir, dan bedpan untuk memfasilitasi
toileting).
c. Ajarkan cara-cara untuk mencegah hipotensi postural.

75
Latihan ROM

Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau
memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal
dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot dan sebagai dasar untuk
menetapkan adanya kelainan ataupun untuk menyatakan batas gerakan sendi yang abnormal.

Jenis ROM:
1. ROM Pasif
Latihan ROM pasif adalah latihan ROM yang di lakukan pasien dengan bantuan
perawat setiap-setiap gerakan. Indikasi latihan fasif adalah pasien semikoma dan tidak
sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu
melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah
baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total (Suratun, dkk, 2008).
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian
dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan
menggerakkan kaki pasien.
2. ROM Aktif
Latihan ROM aktif adalah Perawat memberikan motivasi, dan membimbing
klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan
rentanggerak sendi normal. Hal ini
untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendidengan cara menggunakan
otot-ototnya secara aktif

Tujuan ROM
1. Mempert ahankan atau memelihara kekuatan otot
2. Memelihara mobilitas persendian
3. Merangsang sirkulasi darah
4. Mencegah ke lainan bentuk

Prinsip Dasar Latihan ROM

1. ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari
2. ROM di lakukan berlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien
3. Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien, diagnosa,
tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring.
4. Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher, jari, lengan,
siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki.
5. ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-bagian yang
di curigai mengalami proses penyakit.
6. Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi atau perawatan
rutin telah di lakukan.

Manfaat ROM
1. Meningkatkan mobilisasi sendi
2. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
3. Meningkatkan massa otot

76
4. Mengurangi kehilangan tulang

77
5.Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan pergerakan
6. Mengkaji tulang sendi, otot
7. Mencegah terjadinya kekakuan sendi
8. Memperlancar sirkulasi darah 9 Memperbaiki tonus otot

Gerakan ROM
1. Leher, spina, servikal
Fleksi : Menggerakan dagu menempel ke dada, rentang 45° Ekstensi : Mengembalikan
kepala ke posisi tegak, rentang 45° Hiperekstensi : Menekuk kepala ke belakang sejauh
mungkin, rentang 40-45°
Fleksi lateral : Memiringkan kepala sejauh mungkin sejauh mungkin kearah
setiap bahu, rentang 40-45°
Rotasi : Memutar kepala sejauh mungkin dalam gerakan sirkuler, rentang 180° Ulangi
gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.

2. Bahu
Fleksi : Menaikan lengan dari posisi di samping tubuh ke depan ke posisi di atas
kepala, rentang 180°
Ekstensi : Mengembalikan lengan ke posisi di samping tubuh, rentang 180°
Hiperektensi : Menggerakkan lengan kebelakang tubuh, siku tetap lurus, rentang 45-
60°
Abduksi : Menaikan lengan ke posisi samping di atas kepaladengan telapak tangan jauh
dari kepala, rentang 180° Adduksi: Menurunkan lengan ke samping dan menyilang
tubuh sejauhmungkin, rentang 320°
Rotasi dalam : Dengan siku pleksi, memutar bahu dengan menggerakan lengan sampai
ibu jari menghadap ke dalam dan ke belakang, rentang 90°
Rotasi luar : Dengan siku fleksi, menggerakan lengan sampai ibujari ke atas dan
samping kepala, rentang 90°
Sirkumduksi : Menggerakan lengan dengan lingkaran penuh, rentang 360°
Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.

3. Siku
Fleksi : Menggerakkan siku sehingga lengan bahu bergerak ke depan sendi bahu dan
tangan sejajar bahu, rentang 150° Ektensi
: Meluruskan siku dengan menurunkan tangan, rentang150°

4. Lengan bawah
Supinasi : Memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan menghadap ke
atas, rentang 70-90°
Pronasi : Memutar lengan bawah sehingga telapak tangan menghadap ke bawah,
rentang 70-90°
Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.

5. Pergelangan tangan
Fleksi : Menggerakan telapak tangan ke sisi bagian dalam lengan bawah, rentang 80-
90°
Ekstensi : Mengerakan jari-jari tangan sehingga jari-jari, tangan, lengan bawah berada

78
dalam arah yang sama, rentang 80-90°

Hiperekstensi : Membawa permukaan tangan dorsal ke belakangsejauh mungkin,


rentang 89-90°
Abduksi : Menekuk pergelangan tangan miring ke ibu jari,rentang 30°
Adduksi : Menekuk pergelangan tangan miring ke arah lima jari, rentang 30-50°
Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.

6. Jari- jari tangan


Fleksi : Membuat genggaman, rentang 90° Ekstensi : Meluruskan jari-jari tangan,
rentang 90°
Hiperekstensi : Menggerakan jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin, rentang 30-
60°
Abduksi : Mereggangkan jari-jari tangan yang satu dengan yang lain, rentang 30°
Adduksi : Merapatkan kembali jari-jari tangan, rentang 30° Ulang gerakan berturut-
turut sebanyak 4 kali.

7. Ibu jari
Fleksi : Mengerakan ibu jari menyilang permukaan telapak tangan, rentang 90°
Ekstensi : menggerakan ibu jari lurus menjauh dari tangan, rentang 90°
Abduksi : Menjauhkan ibu jari ke samping, rentang 30° Adduksi : Mengerakan ibu jari
ke depan tangan, rentang 30° Oposisi : Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan
pada tangan yang sama
Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.

8. Pinggul

Fleksi : Mengerakan tungkai ke depan dan atas, rentang 90-120° Ekstensi :


Menggerakan kembali ke samping tungkai yang lain, rentang 90-120°
Hiperekstensi : Mengerakan tungkai ke belakang tubuh, rentang 30-50°
Abduksi : Menggerakan tungkai ke samping menjauhi tubuh, rentang 30-50°
Adduksi: Mengerakan tungkai kembali ke posisi media dan melebihi jika mungkin,
rentang 30-50°
Rotasi dalam : Memutar kaki dan tungkai ke arah tungkai lain, rentang 90°
Rotasi luar : Memutar kaki dan tungkai menjauhi tungkai lain, rentang 90°
Sirkumduksi : Menggerakan tungkai melingkar. Ulang gerakan berturut-turut
sebanyak 4 kali.

9. Lutut
Fleksi : Mengerakan tumit ke arah belakang paha, rentang 120- 130°
Ekstensi : Mengembalikan tungkai kelantai, rentang 120-130° Ulang gerakan berturut-
turut sebanyak 4 kali.

10. Pergelangan kaki


Dorsifleksi : Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk keatas, rentang 20-30°
Plantarfleksi : Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki menekukke bawah, rentang 45-
50°
Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali
Inversi: Memutar telapak kaki ke samping dalam, rentang 10° Eversi : Memutar telapak

79
kaki ke samping luar, rentang 10° Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.

11. Jari-Jari Kaki


Fleksi : Menekukkan jari-jari kaki ke bawah, rentang 30-60° Ekstensi : Meluruskan
jari-jari kaki, rentang 30-60° Abduksi : Menggerakan jari-jari kaki satu dengan yang
lain, rentang 15°
Adduksi : Merapatkan kembali bersama-sama, rentang 15° Ulang gerakan berturut-
turut sebanyak 4 kali

Figure 2-11. Range-of-motion exercises for the neck.

Figure 2-12. Range-of-motion exercises or the shoulder.

Figure 2-13. Range-of-motion exercises motion exercises for the elbow.

. Figure 2-14. Range-of-motion exercises motion exercises for the forearm.

80
Figure 2-15. Range-of-motion exercises for the wrist.

Figure 2-16. Range-of-motion exercises for the thumb.

Figure 2-17. Range-of-motion exercises for the fingers.

Figure 2-18. Range-of-motion exercises for the hip.

81
Figure 2-19. Range-of-motion exercises for the knee.

Figure 2-20. Range-of-motion exercises for motion exercises for the ankle.

Figure 2-21. Range-of-motion exercises for the foot

Figure 2-22. Range-of-motion exercises for the toes.

82
LATIHAN AMBULASI

MEMBANTU KLIEN LANSIA DUDUK DI TEMPAT TIDUR


Prosedur :

a. Jelaskan tujuan, manfaat dan prosedur yang akan dilakukan agar klien dapat
bekerjasama
b. Minta klien menempelakan tangan di tempat tidur
c. Atur posisi perawat
i. Berdiri di samping tempat tidur menghadap ke arah kepala tempat tidur
ii. Letakkan tangan perawat yang dekat dgn klien ke bahu klien yang jauh
iii. Letakkan tangan yg lain pd panggul klien di samping bahu yang dekat
d. Beri aba-aba untuk duduk agar gerakan klien dan perawat berlangsung selaras
e. Jaga keseimbangan duduk klien. Apabila sudah stabil, kedua tangan perawat
dapat dilepaskan

83
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)
LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM)
PRODI PROFESI NERS FKES UMHT

NAMA MAHASISWA :
NPM :
SEMESTER :
HARI & TANGGAL :

Pengertian:
Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan
atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara
normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot dan sebagai dasar
untuk menetapkan adanya kelainan ataupun untuk menyatakan batas gerakan sendi yang
abnormal.

CRITICAL
NO TINDAKAN
POINT NILAI
0 1 2
1 PRA INTERAKSI
2.1 Verifikasi Order
2.2 Siapkan lingkungan : jaga privasi
2.3 Persiapan pasien
2 PERSIAPAN ALAT
2.1 Handscrub
2.2 Lembar dokumentasi dan pulpen

3 ORIENTASI
3.1 Beri salam, memperkenalkan diri, memanggil
nama pasien yang disukai, menanyakan umur,
alamat)
3.2 Kontrak waktu prosedur
3.3 Jelaskan tujuan prosedur
3.4 Memberi pasien / keluarga kesempatan untuk
bertanya
3.5 Meminta persetujuan pasien / keluarga
3.6 Meyiapkan lingkungan dengan menjaga privacy
pasien
3.7 Mendekatkan alat ke dekat tempat tidur pasien
CRITICAL NILAI
N TINDAKA 0 1 2
POINT
O N
4 TAHAP KERJA
4.1 Berdoa
4.2 Mencuci tangan dengan 6 langkah
4.3 Menyiapkan lembar dokumentasi
4.4 Mengisi indentitas pasien berdasarkan rekam medis
ataupun wawancara

84
4.5 Petunjuk: berikan arahan kepada pasien.
4.6 Memberikan instruksi kepada klien *

85
Gerakan
4.7 Menyimpulkan hasil Latihan ROM Dilakukan
4.8 Merapikan pasien dan alat Ya Tidak
1. Leher, spina, servikal
Fleksi : menggerakan dagu menempel ke
dada, rentang 45° Ekstensi :
Mengembalikan kepala ke posisi tegak,
rentang 45° Hiperekstensi : Menekuk
kepala ke belakang sejauh mungkin,
rentang 40-45°
Fleksi lateral : Memiringkan kepala sejauh
mungkin sejauh mungkin kearah setiap
bahu, rentang 40-45° Rotasi : Memutar
kepala sejauh mungkin dalam gerakan
sirkuler, rentang 180° Ulangi gerakan
berturut-turut sebanyak 4 kali.

2. Bahu
Fleksi : Menaikan lengan dari posisi di
samping tubuh ke depan ke posisi di atas
kepala, rentang 180°
Ekstensi : Mengembalikan lengan ke
posisi di samping tubuh, rentang 180°
Hiperektensi : Menggerakkan lengan
kebelakang tubuh, siku tetap lurus,
rentang 45-60°
Abduksi : Menaikan lengan ke posisi
samping di atas kepaladengan telapak
tangan jauh dari kepala, rentang 180°
Adduksi: Menurunkan lengan ke
samping dan menyilang tubuh
sejauhmungkin, rentang 320°
Rotasi dalam : Dengan siku pleksi,
memutar bahu dengan menggerakan
lengan sampai ibu jari menghadap ke
dalam dan ke belakang, rentang 90°
Rotasi luar : Dengan siku fleksi,
menggerakan lengan sampai ibujari ke
atas dan samping kepala, rentang 90°
Sirkumduksi : Menggerakan lengan
dengan lingkaran penuh, rentang 360°
Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4
kali.
3. Siku
Fleksi : Menggerakkan siku sehingga
lengan bahu bergerak ke depan sendi
bahu dan tangan sejajar bahu, rentang
150°
Ektensi: Meluruskan siku dengan
menurunkan tangan, rentang150°

4. Lengan bawah
Supinasi : Memutar lengan bawah dan
tangan sehingga telapak tangan menghadap
ke atas, rentang 70-90°
Pronasi : Memutar lengan bawah sehingga
telapak tangan menghadap ke bawah,
rentang 70-90° 86
Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4
kali.
5
5.1 Evaluasi respon pasien (Subjektif & Objektif)
5.2 Simpulkan kegiatan
5.3 Penkes singkat (pasien atau keluarga)
5.4 Kontrak waktu selanjutnya
5.5 Bersyukur dan mendoakan kesembuhan pasien

6 DOKUMENTASI
6.1 Mencatat nama dan umur pasien
6.2 Mencatat kondisi pasien
6.3 Mencatat respon pasien
6.4 Mencatat hasil pemeriksaan pasien

7 SIKAP
7.1 Keterbukaan
7.2 Empati
7.3 Perilaku positif
7.4 Sikap mendukung
7.5 Kesetaraan

TOTAL NILAI

GLOBAL RATING * (Centang Salah 1)


FAIL
BORDELINE
PASS
EXCELLENT
0= tidak dilakukan 1= dilakukan tidak lengkap 2= dilakukan sempurna

NAMA PENGUJI :

TTD :

CATATAN PENGUJI :

87
Praktikum 10
Manajemen Nyeri Pada Lansia

CASE STUDY
Seorang perempuan usia 78 tahun dirawat di panti griya werdha sudah 3 tahun dengan
keluhan nyeri di kedua kaki, skala nyeri 5, wajah tampak menyeringai kesakitan, T=
140/90, N = 85 x/menit, S = 36,5oC, RR = 20 x/menit.

QUESTION:
1. Apa yang anda ketahui tentang penyebab nyeri pada klien lansia?
2. Tanda dan gejala apa saja yang dapat ditemukan pada lansia dengan nyeri?
3. Sebutkan masalah keperawatan pada kasus tersebut?
4. Jelaskan intervensi yang dapat diberikan pada klien dengan nyeri?
5. Jelaskan tentang manajemen nyeri?

TINJAUAN TEORI

Nyeri adalah sensasi subjektif, rasa yang tidak nyaman biasanya berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau potensial (Corwin J.E. ).
Ketika suatu jaringan mengalami cedera, atau kerusakan mengakibatkan dilepasnya
bahan – bahan yang dapat menstimulus reseptor nyeri seperti serotonin, histamin, ion
kalium, bradikinin, prostaglandin, dan substansi P yang akan mengakibatkan respon
nyeri (Kozier dkk).

Nyeri juga dapat disebabkan stimulus mekanik seperti pembengkakan jaringan yang
menekan pada reseptor nyeri. (Taylor C. dkk)
Nyeri adalah suatu pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan, yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan yang nyata atau yang berpotensi untuk
menimbulkan kerusakan jaringan. (International Association for the Study of Pain)
Menurut Long C.B (1996) mengklasifikasi nyeri berdasarkan
jenisnya, meliputi :
1) Nyeri akut, nyeri yang berlangsung tidak melebihi enam bulan, serangan mendadak
dari sebab yang sudah diketahui dan daerah nyeri biasanya sudah diketahui, nyeri
akut ditandai dengan ketegangan otot, cemas yang keduanya akan meningkatkan
persepsi nyeri.
2) Nyeri kronis, nyeri yang berlangsung enam bulan atau lebih, sumber nyeri tidak
diketahui dan tidak bisa ditentukan lokasinya. Sifat nyeri hilang dan timbul pada
periode tertentu nyeri menetap.

PENGKAJIAN NYERI PADA LANSIA


Pengkajian yang adekuat adalah tuntutan karena banyaknya penyakit penyerta pada
lansia, laporan nyeri yang tak adekuat dan kerusakan kognitif atau demensia yang
substansial bisa menjadi penyebabnya. Pengkajian yang akurat meliputi :
 Anamnesa ke pasien tentang nyeri
 Kaji respon pasien terhadap nyeri

88
 Menanggapi keluhan nyeri dengan segera

PRINSIP MANAJEMEN NYERI

Tindakan farmakologis :
1) Mencegah atau meminimalkan terjadinya sensitisasi perifer dan sensitisasi
sentral
2) Sensitisasi perifer dapat ditekan dengan: anastesi local dan NSAIDs (COX1
atau COX2)
3) Sensitisasi sentral dapat ditekan dengan: Opioid (morfin, petidin, fentanil) dan
m agonist (tramadol)
4) Kombinasi keduanya (balans analgesia) : NSAIDs + opioidà synergism

Tindakan Nonfarmakologis.
1. Stimulasi dan Masase Kutanus.
Teori gate control nyeri seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bertujuan
menstimulasi serabut-serabut yamg menstransmisikan sensasi tidak nyeri
memblok atau menurunkan transmisi, impuls nyeri. Beberapa strategi
penghilan nyeri nonfarmakologis. Termasuk menggosok kulit dan menggunakan
panas dan dingin, adalah berdasarkan mekanisme ini.
Masase adalah stimulasi kuteneus tubuh secara umum, sering dipusatkan pada
punggung dan bahu. Masase tidak secara spesifik menstimulasi reseptor yang
sama seperti reseptor nyeri tetapi dapat mempunyai dampak melalui sistem
control desenden. Masase dapat membuat pasien lebih nyaman karena masase
membuat relaksasi otot.

Memberikan masase punggung

Tahapan Rasional
1. Jenis pijatan: Effleurage adalah jenis pijatan dengan Penelitian menunjukkan bahwa pijat
gerakan panjang, lambat, tekanan meluncur ke depan punggung dapat meningkatkan klien
2. Jelaskan tujuan kenyamanan, relaksasi, dan tidur.
• Untuk meredakan ketegangan otot
• Untuk mengurangi intensitas nyeri
• Untuk meningkatkan relaksasi fisik dan mental

3. Pengkajian
a. Kaji Perilaku yang menunjukkan kebutuhan untuk pijat
punggung, seperti adanya keluhan kekakuan, ketegangan
otot di punggung atau bahu, atau kesulitan tidur terkait Kontraindikasi untuk pijat punggung (misalnya,
dengan tegang atau cemas masalah koagulasi,
b. Tanyakan apakah klien bersedia untuk dipijat, karena memar, gangguan integritas kulit, operasi
beberapa individu mungkin tidak menikmati pijatan punggung, masalah tulang belakang, atau
c. Kaji tanda-tanda vital, warna kulit, suhu, dasar kuku dan risiko patah tulang)
perfusi jaringan ekstremitas sebagai data dasar
d. Kaji adanya alergi

4. Perencanaan
a. Pastikan Anda memiliki waktu yang cukup untuk pijat.
Walaupun keterampilan ini mungkin hanya
membutuhkan sekitar 5-10 menit, prosesnya harus
dilakukan dengan tenang dan tidak tergesa-gesa.
b. Siapkan peralatan: Losion/ minyak zaitun/obat gosok dan
handuk untuk losion berlebih

89
5. Pelaksanaan
a. Cek Kembali hasil penilaian kulit sebelumnya, lotion
khusus untuk digunakan, dan posisi dikontraindikasikan
untuk klien.
b. Atur lingkungan yang tenang tanpa gangguan untuk
mendapatkan efek maksimum, tutup ruangan.
c. Sebelum melakukan prosedur, perkenalkan diri dan
verifikasi identitas klien
d. Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan, mengapa
itu perlu, dan bagaimana pasien bisa berpartisipasi.
e.Dorong klien untuk memberi umpan balik tentang tekanan yang
akan digunakan selama masase punggung.
f. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan bila ada infeksi
g. Mempertahankan privasi klien.
h. Persiapkan klien.
• Membantu klien untuk pindah ke sisi dekat tempat tidur dalam
jangkauan perawat dan sesuaikan tinggi tempat tidur agar pekerjaan yang
nyaman
• Tentukan posisi mana yang disukai klien.

•Buka pakaian bagian punggung dari bahu ke daerah sakral inferior.


Tutupi bagian tubuh lainnya dengan selimut/handuk.
Rasional: Ini mencegah ketegangan punggung.
i. Pijat punggung.
• Tuang sedikit losion/minyak zaitun/obat gosok ke telapak tangan.
• Dengan menggunakan telapak tangan, mulailah memasase di daerah
sakral menggunakan Gerakan bertekanan halus, melingkar. Posisi tengkurap disarankan untuk masase
• Gerakkan tangan ke bagian atas tengah punggung/pinggang dan punggung. Posisi berbaring samping dapat
kemudian ke kedua skapula. digunakan jika klien tidak dapat mengambil
• Pijat dengan gerakan memutar di atas skapula. posisi tengkurap.
• Gerakkan tangan ke bawah sisi belakang.
• Pijat area di atas puncak iliaka kanan dan kiri. Mencegah pasien kedinginan dan minimalkan
• Berikan tekanan yang kuat dan terus menerus tanpa memutuskan kontak area terbuka
dengan kulit klien.
• Ulangi Gerakan di atas selama 3 hingga 5 menit, tambahkan lotion bila
perlu.
• Saat memijat punggung, kaji kemerahan kulit dan sirkulasi area pijatan.
• Keringkan lotion berlebih dengan handuk.

j. Mendokumentasikan bahwa masase punggung sudah dilakukan dan


respon klien. Catat temuan yang tidak biasa.

6. EVALUASI
Bandingkan respon klien saat ini dengan respons sebelumnya. Apakah
ada hasil positif yang dirasakan klien seperti peningkatan relaksasi,
penurunan rasa sakit dan kecemasan karena pijat punggung?

Pijat punggung dalam pola yang teratur


menggunakan berbagai pukulan dan tekanan
yang sesuai.

90
2. Terapi Es dan Panas.
Terapi es (dingin) dan panas dapat menjadi strategi pereda nyeri yang efektif
pada beberapa keadaan, namun begitu,

keefektifannya dan mekanisme kerjanya memerlukan studi lebih lanjut. Diduga


bahwa terapi es dan panas bekerja dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri (non-
noniseptor) dalam reseptor yang sama seperti pada cedera.
Terapi es dapat memnurunkan prostaglandin, yang memperkuat sensivitas
reseptor nyeri dan subkutan lainpada tempat cedera dengan menghambat proses
inflamasi. Agar efektif, es harus diletakkan pada tempat cedera segera setelah
cedera terjadi. Cohn dkk. (1989) menunjukkan bahwa saat es diletakkan disekitar
lutut segara setelah pembedahan dan selama 4 hari pasca operasi, kebutuhan
anlgesik menurun sekitar 50%.
3. Stimulasi Saraf Elektris Transkutan (TENS)
Stimulasi saraf transkutan (TENS) menggunakan unit yang dijalankan oleh
baterai dengan elektroda yang dipasang pada kulit untuk menghasilkan sensasi
kesemutan , menggetar atau menegung pada area nyeri. TENS telah digunakan
baik pada nyeri akaut dan kronik. TENS diduga dapat menurunkan nyeri dengan
menstimulasi reseptor tidak nyeri (non-nosiseptor) dalam area yang sama seperti
pada serabut yang menstrasmisikan nyeri. Mekanisme ini sesuai dengan teori
nyeri gate control. Reseptor tidak nyeri diduga memblok transmisi sinyal nyeri ke
otak pada jaras asendens saraf pusat. Mekanisme ini akan menguraikan
keefekitan stimulasi kutan saat digunakan pada araea yang asama seperti pada
cedera. Penjelasan lain untuk keefektifan TENS adalah efek placebo (pasien
mengharapkannya agar efektif) dan pembentukan endorphin, yang juga memblok
transmisi nyeri.

Riset telah menuinjukkan bahwa pasien yang telah menerima pengobatan TENS
(placebo) yang nyat atau pura- pura selain perawatan standar, akan melaporkan
jumlah pereda nyeri yang sama lebih besar efeknya daripada pereda nyeri yang
diperoleh dengan pengobatan standar saja (Conn dkk.). Beberapa pasien, terutama
pasien dengan nyeri kronis, akan melaporkan penurunan nyeri sebanyak 50%
dengan menggunakan TENS. Pasien-pasien lainnya tidak merasakan manfaatnya.
Pasien mana yang dapat ditolong tidak dapat diprediksi.
4. Distraksi.
Distraksi, yang mencakup memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selai pada
nyeri, dapat menjadi stategi yang sangat berhasil dan mungkin merupakan
mekanisme yang bertnggung jawab pada teknik kognitif efektif lainnya ( Arntz
dkk., 1991; Devine dkk., 1990). Sesorang, yang kurang menyadari adanya nyeri
atau memberikan sedikit perhatian pada nyeri, akan sedikit terganggu oleh nyeri
dan lebih toleransi terhadap nyeri. Distraksi diduga dapat menurunkan persepsi
nyeri dengan mensyimulasi sistem control desenden, yang mengakibatkan lebih
sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan ke otak. Keefektifan distraksi tergantung
pada kemampuan pasien untuk menerima dan membangkitkan input sensori selain
nyeri. Peredaan nyeri secara umum meningkat dalam hubungan langsung engan
parsitipasi aktif individu, banyaknya modalitas sensori yang dipakai dan minat

91
individu dalam stimuli. Karenanya, stimuli penglihatan, pendengaran, dan
sentuhan mungkin akan efektif dalam menurunkan nyeri disbanding stimuli satu
indera saja.

Distraksi dapat berkisar dari hanya pencegahan monoton sampai menggunakan


aktivitas fisik an mental yang sangat kompleks. Kunjungan dari kelarga dan
teman-teman sangat efektif dalam meredakan nyeri. Melihat film layar lebar
dengan ”surround sound” melalui headphone dapat efektif (berikan yang dapat
diterima oleh pasien). Orang lainnya mungkin akan mendapat peredaan
permainan dan aktivitas (mis., catur) yang membutuhkan konsentrasi. Tidak
semua pasien mencapai peredaan melalui distraksi, terutama mereka yang dalam
nyeri hebat, pasien mungkin tidak dapat berkonsentrasi cukup baik untuk ikut
serta dalam aktivitas fisik atau mental yang kompleks.
Seseorang yang tidak mendapat manfaat dari distraksi harus dipikirkan. Pasien
yang menggunakan pompa ADP, selama waktu distraksi efekatif mungkun tidak
menggunkan analgesia apapun. Tekinik distraksi biasanya berakhir mendadak
(y.i., aktivitasnya berakhir atau film yang ditonton berakhir) dan pasien dibiarkan
dalam kadar opioid subtrapeutik dalam serum. Bila distrksi intermiten digunakan
untuk meredakan nyeri, input opioid kadar dasar melelui pompa ADP mungkin
diresepkan, sehingga ketika distraksi berakhir, tidak akan diperlukan untuk
melakukan pengejaran kadar dalam serum.
5. Teknik Relaksasi.
Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan
ketegangan otot yang menunjangnyeri. Ada banyak bukti yang menunjukkan
bahwa relaksasi efektif dalam meredakan nyeri punggung (Tunner dan Jensen,
1993; Altmaier dkk. 1992). Beberapa penelitian, bagaimanapun, telah
menunjukkan bahwa relaksasi ecektif

dalam menurunkan nyeri pasca operasi (Lorenti, 1991; Miller & Perry, 1990). Ini
mungkin karena relatif kecilnya otot-otot skeletal dalam nyeri pasca operatif atau
kebutuhan pasien untuk melakukan teknik relaksasi tersebut agar efektif. Teknik
tersebut tidak mungkin dipraktekkan jika hanya diajarkan sekali, segera sebelum
operasi. Pasien yang sudah mengetahui tentang teknik relaksasi mungkin hanya
diingatkan untuk menggunakan teknik tersebut untuk menurunkan atau mencegah
menigkatnya nyeri
Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas napas abdomen dengan frekuensi
lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan bernapas dengan
perlahan dan nyaman. Irama yang konstan dapat diprtahankan dengan
menghitung dalam hati dan lambat bersama setiap inhalasi (” hirup, dua, tiga ”)
dan ekshalasi ( hembuskan, dua, tiga ). Pada saat perawat mengajarkan teknik ini,
akan sangat membantu bila menghitung dengan keras bersama pasien oada
awalanya. Napas yang lambat, berirama juga dapat digunakan sebagai teknik
distraksi. Teknik relaksasi, juga tindakan pereda nyeri noninvasif lainnya,
mungkin memerlukan latihan sebelum pasien menjadi terampil menggunkannya.
6. Imajinasi Terbimbing.
Imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara
yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positf tertentu. Sebagai
contoh, imajinasi terbimbing untuk relaksasi dan meredakan nyeri dapat terdiri
atas menggabungkan suatu napas berirama lambat denfgan suatu bayangan

92
mental relaksiasi dan

kenyamanan. Dengan mata terpejam, individudiinstruksikan untuk


membayangkan bahwa setiap napas yang diekhalasi secara lambat ketegangan
otot dan ketidak nyaman dikeluarkan, menyebakan tubuh yang rileks dan
nyaman. Setip kali menghirup napas, pasien harus membayangkan energi
penyembuh dialairkan ke bagian yang tidak nyaman. Setiap kali napas di
hembuskan, pasien diinstruksikan untuk membayangkan bahwa udara yang
dihembuskan membawa pergi nyeri dan ketegangan.
Jika imajinasi terpadu diharapkan agar efektif, doibutuhkan waktu yang banyak
untuk menjelaskan tekniknya dan waktu untuk pasien mempraktekkannya.
Biasanya, pasien diminta untuk mempraktikkan imajinasi terbimbing selama
sekitar 5 menit, tiga kali sehari. Bebrapa hari praktik mungkin dierlukan sebelum
intensitas nyeri dikurangi. Banyak pasien mulai mengalami efek rileks dari
imajinasi terbimbing saat pertama kali meraka mencobanya. Nyeri mereda dapat
berlanjut selam berjam-jan setelah imajinasi digunakan. Pasien harus
diinformasikan bahwa imajinasi terbimbing hanya dapat berfungsi pada beberapa
orang. Imajinasi terbimbing harus digunakan hanya sebagai tambahan dari bentuk
pengobatan yang telah terbukti, sampai riset telah menunjukkan apakah dan
bilakah tekinik ini efektif.
7. Hipnosis.
Hipnosis efktif dalam meredakan nyeri atau menurunkan jumlah analgesik yang
dibutuhkan pada nyeri akut dan kronis. Teknik ini mungkin membantu dalam
memberikan peredaan pada nyeri terutama dalam situasi sulit ( mis., lika bakar ).
Mekanisme bagaimana kerjanya hipnosis tidak jelas

tetapi tidak tampak diperantari oleh sistem endorfin. (Moret dkk.,1991).


Keefektifan hipnosis tergantung pada kemudahan hipnotik individu. Pada
beberapa kasus hipnosis dapat efekatif pada pengobatan pertama; keefektifannya
meningkat dengan tambahan sel hipnotik berkutnya. (Lewis,1992). Bagaimanapun
pada beberapa kasus tekinik inimtidak akan bekerja. Pada kebenyakan situasi
hipnosis harus dicetuskan oleh orng yang terlatih secara khusus ( seringkali
seoramg psikolog atau perawat dengan pelatihan yang dikhususkan untuk hipnosis)
dan dapat efektif selain pengunaan analgesik standar.

93
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) MASASE PUNGGUNG
PRODI NERS FKES UMHT

NAMA MAHASISWA :
NPM :
SEMESTER :
HARI & TANGGAL :

Pengertian:
Masase adalah stimulasi kuteneus tubuh secara umum, sering dipusatkan pada
punggung dan bahu. Masase tidak secara spesifik menstimulasi reseptor yang sama
seperti reseptor nyeri tetapi dapat mempunyai dampak melalui sistem control
desenden. Masase dapat membuat pasien lebih nyaman karena masase membuat
relaksasi otot.

Tujuan :
Masase punggung mempunyai tujuan Untuk meredakan ketegangan otot, Untuk
mengurangi intensitas nyeri dan untuk meningkatkan relaksasi fisik dan mental

Sumber :
Kozier & Erbs. (2016). Fundamental of Nursing. United State of America: Pearson
Company

CRITICAL
N TINDAKAN
POINT 0 1 2
O
1 PRA INTERAKSI
1.1 Verifikasi Order
1.2 Siapkan lingkungan : jaga privasi
1.3 Persiapan pasien
2 PERSIAPAN ALAT
2.1 Losion/minyak zaitun/obat gosok
2.2 Handuk

3 ORIENTASI
3.1 Beri salam, memperkenalkan diri, memanggil nama pasien
yang disukai, menanyakan umur, alamat)
3.2 Kontrak waktu prosedur
3.3 Jelaskan tujuan prosedur
3.4 Memberi pasien / keluarga kesempatan untuk bertanya
3.5 Meminta persetujuan pasien / keluarga
3.6 Meyiapkan lingkungan dengan menjaga privacy pasien
3.7 Mendekatkan alat ke dekat tempat tidur pasien
4 TAHAP KERJA
4.1 Berdoa
4.2 Mencuci tangan dengan 6 langkah gunakan sarung tangan jika
ada infeksi

94
CRITICAL NILAI
N TINDAKA 0 1 2
POINT
O N
4.3 Menyiapkan alat
4.4 Mengisi identitas pasien berdasarkan rekam medis
4.5 Petunjuk: lakukan prosedur dengan teliti dan hati-hati

Kegiatan Ya
Tidak

a. Cek kembali hasil pengkajian kulit


sebelumnya, lotion khusus yang akan
digunakan, dan posisi yang
dikontraindikasikan untuk klien.
b. Jelaskan kepada klien apa yang akan
dilakukan, mengapa itu perlu, dan
bagaimana pasien bisa berpartisipasi
c. Dorong klien untuk memberi umpan
balik tentang tekanan yang akan
digunakan selama masase punggung.
d. Persiapkan klien.
• Membantu klien untuk pindah ke sisi dekat
tempat tidur dalam jangkauan perawat dan
sesuaikan tinggi tempat tidur agar pekerjaan yang
nyaman
• Tentukan posisi mana yang disukai klien.
• Buka pakaian bagian punggung dari bahu ke
daerah sakral inferior. Tutupi bagian tubuh lainnya
dengan selimut/handuk.
e. Pijat punggung.
• Tuang sedikit losion/minyak zaitun/obat gosok
ke telapak tangan.
• Dengan menggunakan telapak tangan, mulailah
memasase di daerah sakral menggunakan Gerakan
bertekanan halus, melingkar.
• Gerakkan tangan ke bagian atas tengah
punggung/pinggang dan kemudian ke kedua
skapula.
• Pijat dengan gerakan memutar di atas skapula.
• Gerakkan tangan ke bawah sisi belakang.
• Pijat area di atas puncak iliaka kanan dan kiri. *
• Berikan tekanan yang kuat dan terus menerus
tanpa memutuskan kontak
dengan kulit klien.
• Ulangi Gerakan di atas selama 3 hingga 5 menit,
tambahkan lotion bila perlu.
• Saat memijat punggung, kaji kemerahan kulit
dan sirkulasi area pijatan. Daerah kemerahan
jangan dipijat
• Keringkan lotion berlebih dengan handuk.

4.6 Menyimpulkan hasil tindakan


4.7 Merapikan pasien dan alat
5
5.1 Evaluasi respon pasien (Subjektif & Objektif)
5.2 Simpulkan kegiatan
5.3 Penkes singkat (pasien atau keluarga)
5.4 Kontrak waktu selanjutnya

95
5.5 Bersyukur dan mendoakan kesembuhan pasien
6 DOKUMENTASI
6.1 Mencatat nama dan umur pasien
6.2 Mencatat kondisi pasien
6.3 Mencatat respon pasien
6.4 Mencatat hasil pemeriksaan pasien

7 SIKAP
7.1 Keterbukaan
7.2 Empati
7.3 Perilaku positif
7.4 Sikap mendukung
7.5 Kesetaraan

TOTAL NILAI

GLOBAL RATING * (Centang Salah 1)


FAIL
BORDELINE
PASS
EXCELLENT
0= tidak dilakukan 1= dilakukan tidak lengkap 2= dilakukan sempurna

NAMA PENGUJI :

TTD :

CATATAN PENGUJI :

96
Praktikum 11
Brain Gym atau Senam Otak

CASE STUDY
Tn D usia 83 th dirawat di panti Mawar, didapatkan data hasil pengkajian klien sering
lupa menaruh barang bawaannya, belum makan mulai pagi hari, disorientasi waktu,
lupa mandi dan nilai hasil quesioner MMSE 18, sering mondar mandir mencari barang
dan menanyakan tempat.

Question
1. Sebutkan masalah keperawatan pada kasus tersebut?
2. Jelaskan intervensi yang dapat diberikan pada klien dengan masalah pada kasus
diatas?
3. Apa yang anda ketahui tentang senam otak?
4. Jelaskan tujuan senam otak?

Definisi
Senam otak merupakan kumpulan gerakan-gerakan sederhana dan bertujuan untuk
menghubungkan/ menyatukan pikiran dan tubuh. Senam otak merupakan bagian dari
proses edukasi kinesiologi.
Kinesiologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari gerakan tubuh dan hubungan
antara otot dan postur terhadap fungsi otak.Gerakan-gerakan tertentu diyakini penting
untuk perkembangan otak manusia, sebagai contoh gerakan merangkak pada bayi akan
mengembangkan koneksi diantara kedua belah hemisfer. Gerakan ini kemudian
dikembangkan menjadi gerakan yang lebih kompleks untuk meningkatkan proses
belajar dan memaksimalkan kemampuan individu.

Cara kerja
Seperti telah disebutkan sebelumnya, agar kedua hemisfer bisa bekerja efektif maka
kedua belah hemisfer tersebut harus difungsikan secara simultan. Ketika kita berada
dalam keadaan stres, otak bereaksi dengan menghambat transmisi informasi yang
bersifat simultan. Salah satu hemisfer akan switched off, dari sinilah berbagai problem
akan timbul. Akan terjadi masalah dalam koordinasi dan gangguan terhadap
kemampuan untuk berpikir jernih, memecahkan masalah, kemampuan komprehensi,
organisasi dan komunikasi secara efektif. Dalam hal ini senam otak dapat mengakses
kedua hemisfer secara simultan, hemisfer akan kembali switched on dan berada dalam
kondisi terintegrasi. Kita telah mengetahui bahwa otak mengontrol semua fungsi
tubuh, senam otak memanfaatkan dan membentuk relasi diantara otak dan tubuh,
Dengan melakukan gerakan-gerakan untuk mengakses otak ternyata kita dapat
mengintegrasikan semua area yang berhubungan dalam proses belajar sehingga kita
dapat meningkatkan kemampuan untuk memaksimalkan kedua belah hemisfer dan
memperbaiki penampilan.

Manfaat senam otak


Senam otak untuk anak dan dewasa dilakukan untuk memperbaiki :
 Kemampuan membaca, mengeja, komprehensi, menulis tangan dan membuat

97
tulisan.
 Kepercayaan diri, koordinasi dan komunikasi.
 Konsentrasi dan memori.
 Hiperaktifitas.

 Mengatasi stres dan mencapai suatu tujuan.


 Motivasi dan mengembangkan kepribadian.
 Ketrampilan organisasai.
 Penampilan. (Sari Pediatri, 2002)

Alat dan Bahan:


Air putih siap minum 1 gelas Kursi 1 buah
Pemutar rekaman audio dan rekaman musik dinamis 1 set

Persiapan:
 Siapkan air putih di meja atau tempat lain yang tidak terlalu dekat untuk bisa
mengganggu gerakan, namun masih cukup dekat untuk dijangkau, misalnya di
meja pojok ruangan
 Tentukan apakah gerakan akan dilakukan sambil duduk atau berdiri. Jika memilih
untuk smabil duduk, maka tempatkanlah kursi di tempat anda seharusnya berdiri
 Penggunaan musik bersifat pilihan. Jika memutuskan untuk menggunakannya,
tempatkanlah pemutarnya di tempat yang cukup jauh agar tidak mengganggu
gerakan anda, namun bisa anda jangkau untuk menyala-matikan dengan mudah

Gerakan Senam Otak (Brain Gym)


Gerakan 1

Tangan kanan putar kedepan, ganti tangan kiri diputar kebelakang kemudian putar
kedua tangan berlawanan arah

98
Gerakan 2

Dlod

Tangan kanan genggam arahkan ke atas dan ke bawah dan tangan kiri dibuka arahkan
kedepan dan kebelakang, seterusnya bergantian

Gerakan 3

Jempol tangn kanan arahkan ke kiri kelingking tangn kiri di arahkn ke kiri, bergantian kanan
dan ke kiri

Gerakan 4

Ajungkan jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri sedangkan jempol dan telunjuk arahkan ke
kiri, bergantian kedua tangan
KJIJI

99
Gerakan 5

Tangan kanan pegang hidung sedangkan tangan kiri pegang telinga,begitu bergantian

Gerakan 6

Kepala kanan nepuk-nepuk kepala, sedangkan tangan kiri memutardada dan bergantian posisi

100
DAFTAR PUSTAKA

Artinawati, S. (2014). Asuhan Keperawatan Gerontik. Bogor. In Media.

Aspiani, R. Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Aplikasi NANDA, NIC,
dan NOC Jilid 1. Jakarta: TIM.

Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Surabaya: Graha IlmuKeperawatan


Gerontik. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Ekasari, M. F., Riasmini, N. M. & Hartini, T. (2019). Meningkatkan Kualitas Hidup


Lansia Konsep dan Berbagai Intervensi. Malang: Wineka Media.

Kemenkes RI. (2016). Buku Kesehatan Lanjut Usia. Tersedia dalam:


http://www.kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/BUKU%20LANJUT
%20USIA%2 0-%20Indonesia.pdf

Kemenkes RI. (2017). Juknis Instrumen Pengkajian Paripurna Pasien Geriatri


(P3G).
Tersedia dalam: http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/Juknis%20P3G.pdf

Kholifah, S. N. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan-Keperawatan


Gerontik.
Jakarta Selatan: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Maryam, S dkk. (2010). Asuhan Keperawatan pada Lansia. Jakarta: Salemba

Medika. Muhith, A. & Siyoto, S. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik.

Yogyakarta: Andi
Offset.

Murwani, A. & Priyantari, W. (2011). Gerontik Konsep Dasar dan Asuhan Keperawatan
Home Care dan Komunitas. Yogyakarta: Fitramaya.

Nugroho, W. (2014). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta: EGC.

Nurarif. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA (North


American Nursing Dignosis Association). Yogyakarta: Mediaction.

Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha

Medika. Pieter, H. Z. (2017). Dasar-Dasar Komunikasi Bagi Perawat.

Jakarta: Kencana. Rosyidi, K. (2013). Prosedur Praktik Keperawatan Jilid

2. Jakarta: TIM.

Setyoadi & Kushariyadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien

101
Psikogeriatrik.
Jakarta: Salemba Medika.

Sunarti, S, dkk. (2019). Prinsip Dasar Kesehatan Lanjut Usia (Geriatri). Malang: UB

Press. Tamher, S. & Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan

Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

102

Anda mungkin juga menyukai