DOSEN PENGAJAR :
Ns. Fatimah, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Kep.,Kom
DISUSUN OLEH
Kelompok 3 :
1. Cindy Anggraini Paramitha ( 1032181019 )
2. Olandina M. Borges Da Cruz ( 1032181014)
3. Rizqi julianti ( 1032181042 )
4. Subhan dzuama ( 1032181015)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulisan makalah “program Pemberantasan penyakit menular dan
penyehatan lingkungan pemukiman Tuberkulosis” dapat diselesaikan. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
keperawatan, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Makalah ini disusun oleh kelompok dengan berbagai rintangan. Baik itu yang
datang dari individual kelompok maupun dari luar, namun penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat diselesaikan. Tim
kelompok juga mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pembimbing yang telah
membimbing kami agar dapat mengerti tentang bagaimana cara kami menyusun
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada pembaca.
Penulis tentu menyadari bahwa mkalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Terimakasih.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan.......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 program Pemberantasan Penyakit menular Tuberkulosis ……………
2.2 Penyehatan Lingkungan Pemukiman Tuberkulosis …..………………
BAB IIIPENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendahuluan Program pemberantasan penyakit menular mempunyai
peranan dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian. Tujuan tersebut
dapat dicapai dengan penerapan teknologi kesehatan secara tepat oleh petugas
kesehatan yang didukung peran aktif masyarakat. Perlu kita ketahui bahwa TB
yang diupayakan pemberantasannya dari bumi Indonesia kini telah merebak
kembali bahkan Indonesia tercatat sebagai Negara yang memberikan
kontribusi penderita TB nomor 3 terbesar di dunia setelah India dan Cina.
Penyakit tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang masih
tetap merupakan masalah kesehatan di dunia. World Health Organization
(WHO) dalam Annual Report On Global TB Control 2003, mengatakan
terdapat 22 negara dikategorikan High Burden Countries terhadap TB.
Menurut WHO estimasi incidence rate untuk pemeriksaan dahak didapatkan
basil tahan asam (BTA) positif adalah 115 per 100.000 (WHO) 2008.
Di Indonesia TB pembunuh nomor satu di antara penyakit menular dan
merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan
penyakit pernapasan akut pada seluruh kalangan usia. Penyakit ini amat
merugikan bagi kelangsungan pembangunan nasional mengingat sekitar 80%
penderitanya berusia produktif sehingga akan merugikan Negara dalam hal
produktifitas kerja. (Pencegahan penyakit menular, 2009).
Resiko penularan TB setiap tahun (Annual Risk Of Tuberculosis
Infection : ARTI) di Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi, 1-2%
pada daerah dengan ARTI sebesar 1% berarti setiap tahun diantara seribu
penduduk 10 orang akan terinfeksi. Sebagian dari orang yang terinfeksi tidak
akan jadi penderita tuberkulosis, hanya 10% dari yang terinfeksi yang akan
menjadi penderita tuberkulosis (Yoga 2009).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Makassar dari tahun ke tahun
penderita TB mengalami peningkatan dari tahun 2010 - 2014 jumlahnya
iii
mencapai 455 orang, tidak menutup kemungkinan jumlah penderita yang
belum ditemukan. Dari data 2006-2009 didapatkan 7% penderita tuberkulosis
yang tidak konversi karena meninggal sebelum akhir tahap intensif.
Faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi seseorang tertular penyakit
tuberkulosis adalah status sosial ekonomi misalnya kondisi gizi buruk,
lingkungan, serta perilaku hidup sehat dalam masyarakat itu sendiri.
Prilaku penderita terhadap suatu penyakit tergantung dari pengetahuan,
sikap dan tindakan penderita tentang penyakit tersebut, apabila pengetahuan
masyarakat terhadap suatu penyakit tidak atau belum diketahui, maka
kemungkinan sikap dan tindakan terhadap resiko penularan penyakit tersebut
pun kadang terabaikan.
Sampai saat ini masih ada anggapan yang berkembang di masyarakat
bahwa tuberculosis adalah penyakit turunan. Anggapan ini mengakibatkan
banyak penderita tidak mau berobat karena malu, atau keluarga cenderung
menutup –nutupi keadaan penyakitnya. Pendapat ini tentu saja harus
diluruskan karena sesungguhnya penyakit ini bukan penyakit keturunan dan
dapat disembuhkan. Setiap penderita tuberculosis dan tidak diobati dapat
menularkan penyakitnya pada orang lain yang berada di sekelilingnya atau
yang berhubungan erat dengannya serta bisa menyebabkan penularan kuman
yang semakin luas.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahuin tentang program Pemberantasan penyakit menular dan
penyehatan lingkungan pemukiman Tuberkulosis
iv
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Tuberkolosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mycobakterium tubercolosis, sebagian besar kuman TB menyerang paru tetapi
juga dapat menyerang organ tubuh lainnya. Bakteri Mycobakterium
tubercolosis ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan
terhadap asam pada pewarnaan, sehingga dikenal juga sebagai Basil Tahan
Asam (BTA). Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant atau tertidur
lama selama beberapa tahun. Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert
Koch pada tanggal 24 Maret 1982, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri
ini diberi nama Koch. Bahkan, penyakit TB pada paru-paru disebut sebagai
Koch Pulmonum (KP). (Bahar, 2009).
v
dipasteurisasi atau karena mengkomsumsi produk susu yang tidak diolah
dengan sempurna. Penularan lewat udara juga terjadi kepada petani dan
pertenakan.
A. Cara-Cara Pembrantasan
a. Cara pencegahan
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi
mycobacterium tuberkulosis dengan melakukan penkes adalah sebagai
berikut :
a) Oleh penderita dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu
batuk, dan membuang dahak tidak di sembarang tempat (di dalam
larutan disinfektan).
b) Dengan memberikan vaksin BCG pada bayi.
c) Disinfektan, cuci tangan, dan tata rumah tangga dan kebersihan
yang ketat, perlu perhatian khusus terhadap muntahan dan ludah,
memperbaiki ventilasi, sirkulasi udara, dan penyinaran matahari di
rumah.
d) Menghindari faktor-faktor predisposisi seperti merokok, udara
yang lembab dan kotor (polusi).
e) Mencegah kontak langsung dengan penderita tuberculosis paru.
B. Penyakit menular
Penyakit menular dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori besar
yaitu mikroparasitisme dan makroparasitisme. Mikroparasitisme
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dan bakteri,
contohnya seperti cacar dan campak. Sedangkan makroparasitisme
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing dan serangga,
contohnya seperti demam berdarah dan malaria.
vi
penyakit makroparasitisme memiliki lingkaran hidup yang lebih rumit.
Penyakit ini ditransmisikan melalui perantara.
C. Cara penularan
Sumber penularan adalah penderita TB-BTA positif. Pada waktu
batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman dalam bentuk droplet
(percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di
udara pada suhu kamar selama beberapa jam tergantung dari ada tidaknya
sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembapan. Dalam suasana
yang lembab dan gelap kuman dapat bertahan berhari hari sampai berbulan
bulan. Orang dapat terifeksi kalau droplet terhirup ke dalam saluran
pernapasan. Kuman tersebut dapat menyebar dari paru-paru ke bagian
tubuh lainnya, melalui sistim peredaran darah, sistem saluran limfe,
saluran napas, atau penyebaran langsung ke bagian tubuh lainnya. Daya
penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan
dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak
negative (tidak terlihat kuman) maka penderita tersebut dianggap tidak
menular.(Aditama, 2009).
Resiko penularan setip tahun (Annual Risk of Tuberculosis
Infection = ARTI) di Indonesia di anggap cukup tingggi dan bervariasi
antara 1-2 %. Pada daerah dengan ARTI sebesar 1 %. berarti setiap tahun
diantara 1000 penduduk,10 (sepuluh) orang akan terinfeksi, Sebagian
besar dari orang yang terinfeksi tidak akan menjadi penderita TB, hanya
10 % dari yang terinfeksi ynag akan menjadi penderita TB. Dari
keterangan tersebut di atas, dapat diperkirakan bahwa daerah dengan
ARTI 1 %, maka diantara 100.000 penduduk rata ± rata terjadi 100
(seratus) penderita tuberkolosis setiap tahun, dimana 50% penderita adalah
BTA positif. (Pusat Informasi Penyakit Infeksi, 2008).
D. Patofisiologi
a. Tuberkulosis primer
vii
Infeksi primer terjadi saat seorang terpapar pertama kali dengan
kuman TB. Droplet yang terhirup umumnya sangat kecil ukurannya,
sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosilier brokus dan
terus berjalan hingga sampai di alveolus dan menetap di sana. Bila
kuman menetap di jaringan paru, ia bertumbuh dan berkembangbiak
dalam sitoplasma makrofag. Kuman yang bersarang di jaringan paru
akan berbentuk sarang tuberkolosis pneumonia yang disebut sarang
primer atau afek primer ataufokus ghon.Dari sarang primer akan
timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis
lokal) dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus
(limfodenitis regional). Sarang primer limfangitis dan limfadenitis
regional disebut kompleks primer.. Waktu antara terjadinya infeksi
sampai pembentukan kompleks primer adalah 3-8 minggu.
Kompleks primer ini sesungguhnya dapat terjadi:
1) Sembuh sama sekali tidak meninggalkan cacat, ini yang banyak
terjadi.
2) Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas.
3) Menyebar dengan cara:
a) Prokontinuitatum, yakni menyebar kesekitarnya.
b) Penyebaran secara bronkogen
c) Penyebaran secara hematogen dan limfogen
b. Tuberkolosis Post Primer (Tuberkolosis Sekunder)
Tuberkolosis post primer akan muncul bertahun tahun kemudian
setelah tuberkolosis primer, biasanya terjadi pada usia 15-40 tahun.
Tuberkolosis post primer dimulai dari serangan dini, yang umumnya
teerletak di segmen apical lubus superior maupun lobus inferior.
Serangan dini in akan mengikuti salah satu jalan sebagai berikut:
1) Diresorpsi kembali dan kambuh tanpa meninggalkan cacat.
2) Serangan tersebut akan meluas dan segara terjadi proses
penyembuhan dengan penyerbukan jaringan fibrosa.
viii
3) Sarang tersebut akan meluas membentuk jaringan keju (jaringan
kaseorosa). (Bahar, 2009).
ix
panjang atau pendek waktunya, dimana masa ini terjadi setelah
susceptible tertular tetapi belum menular ke lainnya.
A. Metode Penelitian
x
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dimana peneliti melakukan
observasi kondisi sesungguhnya tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap
reponden/ subjek penelitian. Dengan menggunakan desain penelitian case
control pengambilan data variabel paparan dan variabel outcome dalam studi
ini dilakukan pada saat yang sama. Populasi terpilih dalam 28 penelitian ini
adalah keluarga yang tinggal serumah dengan penderita TB Paru BTA (+)
pada wilayah kerja Puskesmas Perak Timur Surabaya pada bulan Februari-
Mei tahun 2018.
Surabaya pada bulan Februari- Mei tahun 2018. Cara pengambilan sampel
penelitian menggunakan simple random sampling, yaitu metode penarikan
sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan strata pada anggota populasi.
Undian merupakan cara pengambilan sampel yang dipilih oleh peneliti karena
sesuai dengan tujuan penelitian.
Pengambilan data variabel independen yaitu faktor lingkungan dilakukan
dengan menggunakan kuesioner dan melakukan observasi langsung uji
lingkungan fisik ruangan serta melakukan uji laboratorium mycobacterium
tuberculosis di udara lingkungan rumah tempat penderita berkumpul bersama
keluarga. Lokasi penelitian adalah wilayah kerja Puskesmas Perak Timur
Surabaya dan dilakukan selama Bulan Desember – Maret 2018.
esember – Maret 2018. Varibel dari penelitian ini adalah faktor fisik
lingkungan rumah sebagai variabel bebas terdiri dari suhu, kelembaban,
pencahayaan, ventilasi, dinding, lantai, langit-langit, serta kepadatan hunian
dan keberadaan bakteri mycobacteria tuberculosis sebagai variabel dependen.
Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder yang meliputi data
pasien yang menderita penyakit TB Paru BTA (+) di wilayah kerja puskesmas
Perak Timur Surabaya.
xi
(57%) tidak memenuhi syarat dan variabel pencahayaan ruangan rumah
responden mayoritas (57%) juga tidak memenuhi syarat.
Hasil yang sama didapatkan pada pengukuran variabel ventilasi yang
menunjukkan bahwa mayoritas ruangan responden (57%) tidak memenuhi
syarat, untuk variabel langit-langit sebagian besar ruangan rumah responden
(71%) tidak memenuhi syarat begitupula dengan variabel kepadatan hunian
menunjukkan 76% ruangan rumah responden tidak memenuhi syarat. Hasil
pengukuran lingkungan fisik rumah responden yang sebagian besar memenuhi
syarat adalah kondisi dinding pada 76% rumah responden dan kondisi serta
bahan lantai pada 86% memenuhi syarat berdasarkan komponen rumah sehat
yang bersumber pada Pedoman 29 Teknis Penilaian Rumah Sehat (PTPRS)
(Depkes RI, 2007)
D. Pengobatan
xii
Obat Anti Aksi Potensial Perhari Perminggu
TB Esensial
3x 2x
Isobiazid ( H Bakterisidal Tinggi 5 10 15
)
Rifampisin Bakterisidal Tinggi 10 10 10
(R)
Pirasidamin Bakterisidal Rendah 25 35 50
(Z)
Streptomisin Bakterisidal Rendah 15 15 15
(s)
Etambutol Bakteriostatik Rendah 15 30 45
(E)
xiii
1. Pencegahan dan penanggulangan faktor risiko:
2. Peningkatan imunisasi:
Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan
perundang-undangan, dan kebijakan peningkatan imunisasi, dan
diseminasinya;
xiv
Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan
peningkatan imunisasi;
Menyediakan kebutuhan peningkatan imunisasi sebagai stimulan
yang ditujukan terutama untuk masyarakat miskin dan kawasan
khusus sesuai dengan skala prioritas;
Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/protap
program imunisasi;
Menyiapkan dan mendistribusikan sarana dan prasarana imunisasi;
Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk
melaksanakan program imunisasi
Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan
imunisas;
Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja
informasi dan konsultasi teknis peningkatan imunisasi;
Melakukan kajian upaya peningkatan imunisasi;
Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan
imunisasi;
Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
imunisasi
xv
Menyiapkan materi dan menyusun rancangan
juklak/juknis/pedoman program penemuan dan tatalaksana
penderita;
Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit
untuk melaksanakan program penemuan dan tatalaksana
penderita;
Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan
penemuan dan tatalaksana penderita;
Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja
informasi dan konsultasi teknis penemuan dan tatalaksana
penderita
Melakukan kajian upaya penemuan dan tatalaksana penderita;
Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya penemuan
dan tatalaksana penderita;
Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional
pelaksanaan penemuan dan tatalaksana penderita
4. Peningkatan surveilens epidemiologi dan penanggulangan wabah:
Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan
perundang-undangan, dan kebijakan peningkatan surveilans
epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah dan
diseminasinya;
Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan
peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan
KLB/wabah
Menyediakan kebutuhan peningkatan surveilans
epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah sebagai
stimulan;
Menyiapkan materi dan menyusun rancangan
juklak/juknis/pedoman program surveilans epidemiologi
dan penanggulangan KLB/wabah;
xvi
Meningkatkan sistem kewaspadaan dini dan
menanggulangi KLB/Wabah, termasuk dampak bencana;
Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit
untuk melaksanakan program surveilans epidemiologi dan
penanggulangan KLB/wabah;
Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan
surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah;
Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring
kerja informasi dan konsultasi teknis peningkatan
surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah;
Melakukan kajian upaya peningkatan surveilans
epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah;
Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya
peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan
KLB/wabah.
Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional
pelaksanaan surveilans epidemiologi dan penanggulangan
KLB/wabah.
5. Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
pencegahan dan pemberantasan penyakit:
Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan
perundang-undangan, dan kebijakan peningkatan
komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan
pemberantasan penyakit dan diseminasinya;
Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan
peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE)
pencegahan dan pemberantasan penyakit.
Menyediakan kebutuhan peningkatan komunikasi informasi
dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan
penyakit sebagai stimulan;
xvii
Menyiapkan materi dan menyusun rancangan
juklak/juknis/pedoman program komunikasi informasi dan
edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit;
Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit
untuk melaksanakan program komunikasi informasi dan
edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit;
Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan
komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan
pemberantasan penyakit;
Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring
kerja informasi dan konsultasi teknis peningkatan
komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan
pemberantasan penyakit;
Melakukan kajian upaya peningkatan komunikasi informasi
dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan
penyakit;
Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya
peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE)
pencegahan dan pemberantasan penyakit;
Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional
pelaksanaan komunikasi informasi dan edukasi (KIE)
pencegahan dan pemberantasan penyakit
xviii
BAB III
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
Tuberkolosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mycobakterium tubercolosis, sebagian besar kuman TB menyerang
paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya. Bakteri
Mycobakterium tubercolosis ini berbentuk batang, mempunyai sifat
khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, sehingga dikenal juga
sebagai Basil Tahan Asam (BTA).
Pendahuluan Program pemberantasan penyakit menular mempunyai
peranan dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian. Tujuan
tersebut dapat dicapai dengan penerapan teknologi kesehatan secara tepat
oleh petugas kesehatan yang didukung peran aktif masyarakat. Perlu kita
ketahui bahwa TB yang diupayakan pemberantasannya dari bumi
Indonesia kini telah merebak kembali bahkan Indonesia tercatat sebagai
Negara yang memberikan kontribusi penderita TB nomor 3 terbesar di
dunia setelah India dan Cina.
Penyakit tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang
masih tetap merupakan masalah kesehatan di dunia. World Health
Organization (WHO) dalam Annual Report On Global TB Control 2003,
mengatakan terdapat 22 negara dikategorikan High Burden Countries
terhadap TB. Menurut WHO estimasi incidence rate untuk pemeriksaan
dahak didapatkan basil tahan asam (BTA) positif adalah 115 per 100.000
(WHO) 2008.
B. SARAN
xix
Program pemberantasan penyakit menular harus lebih dititik beratkan
khususnya di daerah-daerah yang masih ketinggalan akan arus informasi,
transportasi dan komunikasi. Selain penambahan jumlah tenaga kesehatan
serta fasilitas-fasilitas lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Gradien Vol. 10 No. 2 Juli 2014 : 983-986
jurnal kesehatan lingkungan Vol. 11 No. 1 Januari 2019 (26 - 34).
Buku UPT. Puskesmas kintamani satu
xx
21