TESIS
L.M.Harmain Siswanto
1006833861
TESIS
L.M.Harmain Siswanto
1006833861
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT, pemilik alam semesta, atas berkat
dan karunia-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan Tesis berjudul “Hubungan
Karakteristik dan Beban Kerja Perawat dengan Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan di Instalasi Rawat Inap RSUD Pasar Rebo Jakarta”.Tesis ini disusun
sebagai syarat memperoleh gelar Magister Keperawatan Program Magister
Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Penulis mendapatkan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak selama proses
penyusunan Tesis ini. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tak
terhingga kepada DR. Rr. Tutik Sri Hariyati, S.Kp., MARS., selaku pembimbing I dan
Ns. Sukihananto, S.Kep.,M.Kep selaku pembimbing II yang telah memberikan
masukan, bimbingan dan dukungan dengan penuh kesabaran. Pada kesempatan ini
juga penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dewi Irawati, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
2. Ibu Astuti Yuni Nursasi, MN., selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
3. Ibu Dra. Setyowati, S.Kp., M. App.Sc., Ph.D dan Ns. Nilasari, S.Kep.,M.Kep
selaku penguji yang telah banyak memberikan masukan.
4. Bapak Dr. Nur Abadi.,MM.,Msi selaku Kepala Rumah Sakit Umum Daerah Pasar
Rebo Jakarta.
5. Ibu Ns.Djumsih, S.Kep selaku Kepala Bidang Keperawatan di Rumah Sakit
Umum Daerah Pasar Rebo Jakarta.
6. BPPSDM KEMENKES RI dan BKMM Dinas Kesehatan Provinsi NTB yang telah
memberikan dukungan materi dan perijinan.
7. Orang tuaku (Mamik dan Ibu) dan Mertuaku (Ayah dan Mak) yang selalu
mendoakan dan memberi support disetiap langkah perjuangan kami.
8. Istriku Sabi’ah Khairi, M.Kep., Sp.Kep. Mat. dan anakku Ibnu Aufa Harmais
yang selalu memberi dukungan setiap saat.
9. Rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa Program Magister Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia angkatan 2011 dan Peminatan Kepemimpinan
dan Manajemen Keperawatan khususnya.
10. Rekan-rekan mahasiswa S1 Keperawatan FIK UI yang sudah membantu dalam
penelitian ini yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Semoga bantuan serta budi baik yang telah diberikan mendapat balasan kebaikan dari
Allah SWT. Semoga Tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan Ilmu.
Penulis
v
Nama :L.M.Harmain Siswanto
Program Studi :Magister Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan
Judul :Hubungan Karakteristik dan Beban Kerja Perawat Dengan
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Instalasi Rawat Inap RSUD
Pasar Rebo Jakarta.
Abstrak
Abstract
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………….. i
PERNYATAAN ORISINILITAS……………………………………………… ii
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………... iii
PERNYATAAN………………………………………………………………. iv
KATA PENGANTAR………………………………………………………… v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI……………………………… vi
ABSTRAK/ABSTRACT…………………………………………………….. vii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………. viii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………….. x
DAFTAR TABEL……………………………………………………………… xi
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………. xii
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………. 1
1.2 Perumusan Masalah………………………………………………………. 13
1.3 Tujuan P enelitian…………………………………………………………. 14
1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………………… 15
viii
5.4 Gambaran Pelaksanaan Pendokumentasian Askep……………………….. 82
5.5 Hubungan antara Pendidikan dengan Pendokumentasian……………….. 83
5.6 Hubungan antara Umur dan Masa Kerja dengan pendokumentasian…….. 84
5.7 Hubungan antara Pelatihan dengan Pendokumentasian………………….. 84
5.8 Hubungan antara Beban Kerja dengan Pendokumentasian………………. 85
5.9 Faktor yang paling Dominan Mempengaruhi Pendokumentasian………… 86
BAB 6 PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Perawat……………………………………………………. 89
6.2 Beban Kerja Perawat……………………………………………………… 91
6.3 Kelengkapan Pendokumantasian Asuhan Keperawatan…………………. 94
6.4 Hubungan Karakteristik, Beban Kerja dengan Dokumentasi…………….. 98
6.5 Keterbatasan Penelitian…………………………………………………. 106
6.6 Implikasi Hasil Penelitian………………………………………………… 107
BAB 7 PENUTUP
7.1 Kesimpulan ……………………………………………………………… 109
7.2 Saran…………………………………………………………………….. 110
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR TABEL
Tabel 5.3.1 Gambaran Beban Kerja Perawat Pelaksana per shift …………… 80
Tabel 5.3.2 Gambaran Persentase dan Lama Kegiatan Perawat per shift….. 80
Asuhan Keperawatan………………………………………………… 84
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian
dan manfaat penelitian. Latar belakang penelitian ini menggambarkan tentang
fenomena yang ada dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit, sedangkan
rumusan masalah menguraikan tentang pentingnya penelitian dilakukan dalam
mencari penyelesaian masalah. Tujuan penelitian menguraikan tentang maksud
yang ingin dicapai dari penelitian ini, sedangkan manfaat menjelaskan tentang
kemanfaatan hasil penelitian yang telah dilakukan dari berbagai aspek.
Rumah sakit sebagai organisasi yang bergerak dalam bidang jasa yakni pemberi
pelayanan kesehatan dituntut mampu bersaing dengan meningkatkan
pelayanannya kepada masyarakat. Hal ini sesuai dengan tugas dan fungsi rumah
sakit yaitu memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna sesuai
standar pelayanan rumah sakit (Undang-Undang Rumah sakit, 2009).
Pelayanan kesehatan yang memadai akan sangat didukung oleh sumber daya
manusia (SDM) yang tersedia di rumah sakit tersebut. Sumber daya manusia
merupakan salah satu aset yang menjadi tulang punggung dan menentukan maju
mundurnya suatu organisasi. SDM juga dianggap sebagai faktor produksi,
sehingga harus dimanfaatkan dengan produktif (Hasibuan, 2005). Alasan tersebut
menjadi dasar bahwa segala kemampuan SDM harus diberdayakan semaksimal
mungkin untuk meningkatkan produksi.
Perawat merupakan bagian dari sumber daya manusia rumah sakit yang
memegang peranan penting dalam terciptanya pelayanan kesehatan. Keperawatan
merupakan SDM terbanyak pada pelayanan kesehatan termasuk di rumah sakit
yakni sekitar 43% dari total jumlah tenaga kesehatan yang ada (Kemenkes RI,
2012). Dengan demikian keberhasilan pelayanan kesehatan sangat bergantung
pada partisipasi perawat dalam memberikan pperawatan yang berkualitas bagi
pasien (Potter & Perry, 2010). Pendapat ini senada dengan pernyataan WHO
bahwa perawat merupakan tulang punggung dalam pencapaian target global,
nasional maupun daerah.
Kualitas pelayanan disuatu rumah sakit salah satunya dapat dilihat dari kualitas
pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan (Wang, Hailey & Yu, 2011).
Salah satu hasil kerja perawat juga dapat dilihat dari kelengkapan
pendokumentasian asuhan keperawatan yang dilakukannya. Pelayanan
keperawatan yang bermutu harus memenuhi karakteristik proses keperawatan
dengan sistem terbuka, fleksibel terhadap kebutuhan pasien dan dinamis, berpusat
pada pasien, interpersonal dan kolaboratif, terencana, mempunyai tujuan, ada
umpan balik, dan dapat diterapkan secara universal (Blais, Hayes, Erb & Kozier,
2002). Karakteristik tersebut sama halnya ketika melakukan pendokumentasian
asuhan keperawatan, harus memperhatikan kaidah-kaidah yang sudah ditetapkan.
Universitas Indonesia
sebagai pemberi jasa pelayanan dan klien sebagai penerima jasa pelayanan (Iyer
& Camp , 2005). Lebih lanjut pendokumentasian juga berguna bagi pihak rumah
sakit dalam meningkatkan standar akreditasi rumah sakit, sebagai syarat dalam
memperoleh bantuan, serta yang tidak kalah pentingnya bahwa pendokumentasian
sebagai alat komunikasi antar profesi di rumah sakit (Teytelman, 2002; Jefferies,
Johnson, Nicholls & Lad, 2012).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Beban kerja juga dapat mempengaruhi prestasi kerja (Ilyas, 2012). Oleh karena itu
unit-unit di keperawatan perlu untuk mengkaji tingkat beban kerja selama ini yang
dikaitkan dengan waktu jaga dan banyaknya prosedur tindakan yang dilakukan
perawat sesuai dengan kemampuannya serta karakteristik perawat. Senada dengan
penelitian Sochalski (2004) bahwa kualitas asuhan keperawatan sangat
bergantung dari jumlah pasien yang dirawat, semakin banyak pasien maka beban
kerja semakin tinggi sehingga menyebabkan banyak asuhan keperawatan tidak
maksimal dan keselamatan pasien terancam. Lebih lanjut Hurst (2005)
menemukan bahwa beban kerja yang tinggi di bangsal perawatan yang setara
dengan kelas tiga menyebabkan kurang maksimalnya pelaksanaan dokumentasi
kegiatan perawat.
Pendokumentasian yang tidak lengkap dan tidak sesuai standar akan memberikan
kerugian bagi klien karena informasi penting terkait perawatan dan kondisi
kesehatannya terabaikan (Teytelman, 2002). Lebih lanjut menurut Braaf, Manias
dan Riley (2011) dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pendokumentasian
yang tidak efisien dan tidak efektif akibat dari kualitas dan keakuratannya yang
kurang memadai bisa menyebabkan terjadinya kesalahan komunikasi antar
perawat maupun profesi lain yang menyebabkan banyak waktu yang terbuang dan
peningkatan beban kerja akibat pekerjaan yang berulang.
Universitas Indonesia
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di RSUD Pasar Rebo
Jakarta terhadap pencapaian Bed Ocupancy Rate (BOR) tahun 2011 rata-rata
71% dan length of Stay (LOS) rata-rata 4 hari, sedangkan tahun 2012 BOR rata-
rata mengalami peningkatan menjadi 74% dan LOS rata-rata 4 hari. Pencapaian di
Instalasi rawat inap Rumah sakit umum daerah Pasar Rebo Jakarta, didapatkan
indikator pemakaian tempat tidur (BOR) rata-rata capaian BOR tahun 2012
masing-masing ruangan yaitu ruang Melati 89%, ruang Anggrek 83%, ruang
Teratai 80%, Mawar 74%, dahlia 78%, Delima 72% dan Cempaka 63%.
Wawancara dengan asisten manajer II instalasi rawat inap didapatkan bahwa
dilihat dari klasifikasi ketergantungan pasien, dari rata-rata jumlah pasien rawat
inap 75% adalah ketergantungan moderat atau parsial, 12% klasifikasi semi total
dan 13% klasifikasi minimal (Siswanto, 2012).
Universitas Indonesia
seorang dari bidang keperawatan RSUD Pasar Rebo menyatakan bahwa salah satu
alasan terjadinya fenomena diatas adalah tingginya beban kerja perawat di
instalasi rawat inap RSUD Pasar Rebo Jakarta (Bidang Keperawatan RSUD Pasar
Rebo Jakarta).
Hasil penyebaran kuesioner pada bulan September 2012 pada saat kegiatan
reidensi terkait beban kerja perawat pelaksana di RSUD Pasar Rebo oleh Ratantao
(2012), diperoleh hasil sebesar 59,7% perawat pelaksana menyatakan mempunyai
beban kerja tinggi. Hasil wawancara diperoleh pernyataan bahwa, hampir semua
kepala ruang di instalasi rawat inap mengatakan masih kekurangan tenaga
keperawatan bila dibanding beban kerja yang sebenarnya. Hal ini senada dengan
yang disampaikan kepala bidang keperawatan bahwa rata-rata kepala ruang
mengeluh kekurangan tenaga keperawatan dan mengajukan penambahan tenaga.
Indikator mutu pelayanan di rumah sakit dilihat dari angka kepuasan pasien
maupun perawat. Berdasarkan wawancara dengan komite keperawatan
menjelaskan hasil evaluasi terakhir yang dilakukan terhadap kepuasan pasien
tahun 2010 di dapatkan skala kepuasan pasien sebesar 3,74 untuk skala 1-5.
Sedangkan berdasarkan kuesioner terhadap kepuasan perawat di instalasi rawat
inap ketika pengkajian data kegiatan residensi tahun 2012 didapatkan bahwa 54,2
% perawat mengatakan kurang puas terhadap pelayanan yang diberikan dan
terkait penghargaan yang diberikan rumah sakit. Kualitas pelayanan yang baik
akan berdampak pada kepuasan pelanggan khususnya pasien yang dirawat.
Menurut Depkes (2008) kepuasan pelanggan rumah sakit harus lebih dari 90%
(Komite Keperawatan RSUD Pasar Rebo, 2012).
Universitas Indonesia
beban kerja yang berlebih atau menggantikan perawat lain yang berhalangan
masuk kerja karena alasan tertentu. Hasil wawancara dengan Asisten manajer
didapatkan sekitar 35% perawat pernah melanjutkan jadwal jaga atau double shift
di instalasi rawat inap pada bulan Desember tahun 2012. Hal itu dilakukan untuk
menutupi jumlah tenaga yang tidak masuk dengan alasan cuti tahunan, cuti
melahirkan, cuti alasan penting, sakit dan lain sebaginya. Jika kondisi ini terus
berlanjut, risiko akan berdampak pada semakin menurunnya mutu pelayanan
keperawatan akibat kelelahan perawat yang bisa mengganggu kinerja perawat
tersebut (Siswanto, 2012).
Universitas Indonesia
banyak format dokumentasi yang tidak terisi lengkap dari pengkajian sampai
evaluasi, selain itu banyak pendokumentasian yang tidak sesuai antara apa yang
didapatkan dipengkajian, dengan diagnosa maupun implementasi, tindakan yang
dilakukan tidak sesuai dengan rencana yang sudah dibuat. Hasil observasi juga
ditemukan masih ada yang tidak memberikan paraf, menuliskan waktu tindakan
dilaksanakan di hasil pendokumentasian. Pendokumentasian asuhan keperawatan
juga masih sering dilakukan diakhir shift sehingga terlihat dilakukan dengan
terburu-buru. Berdasarkan hasil audit tahun 2012 dari satuan pengawas internal
(SPI) rumah sakit terhadap dokumentasi asuhan keperawatan di instalasi rawat
inap didapatkan hanya 60 % pendokumentasian yang dilakukan oleh perawat.
Hasil tersebut masih dibawah standar yang ditetapkan depkes yaitu 85% (Depkes,
2005).
Universitas Indonesia
Beban kerja perawat yang tinggi dapat berpengaruh terhadap kualitas pelayanan
rumah sakit salah satunya yang dapat dilihat dari kelengkapan pendokumentasian
asuhan keperawatan. Salah satu strategi untuk meningkatkan kualitas pelayanan
rumah sakit adalah dengan mengukur beban kerja perawat selama jadwal dinas
berlangsung, untuk selanjutnya menyesuaikan penempatan tenaga perawat sesuai
dengan beban kerja dimasing-masing ruangan tempat kerja.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Bab 2 memaparkan teori dan konsep yang terkait dengan masalah penelitian yang
digunakan sebagai bahan rujukan dalam penelitian ini. Tinjauan literatur
mencakup konsep manajemen keperawatan dan pelayanan keperawatan, proses
keperawatan, dokumentasi asuhan keperawatan, beban kerja dan faktor-faktor
yang mempengaruhi beban kerja dan pendokumentasian keperawatan. Teori-teori
tersebut akan membantu peneliti dalam menganalisa data-data terkait hasil
penelitian.
16
2.1.1 Perencanaan
Perencanaan secara umum merupakan suatu langkah awal dalam manajemen.
Perencanaan adalah bagian dari fungsi menejemen untuk menentukan prioritas,
hasil dan metode untuk mencapai hasil (Huber, 2010). Menurut Hersey, Blanchard
dan Johnson (2008) perencanaan merupakan proses melibatkan tujuan, sasaran
dan mengembangkan kerangka kerja untuk menunjukkan langkah dalam
mencapainya. Proses perencanaan meliputi penentuan filosofi suatu organisasi,
tujuan, kebijakan, prosedur dan peraturan baik jangka pendek maupun jangka
panjang dan menentukan intervensi fiskal serta perubahan terencana (Marquis &
Huston, 2010).
2.1.2 Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah bagian dari fungsi manajemen yang berhubungan dengan
pengalokasian dan pengkonfigurasian sumberdaya untuk mencapai tujuan dan
sasaran (Huber, 2010). Pengorganisasian meliputi struktur untuk melaksanakan
rencana, menentukan jenis pemberian asuhan yang paling tepat dan
mengelompokkan aktivitas untuk mencapai tujuan unit dengan menggunakan
otoritas kekuasaan yang tepat (Marquis & Huston, 2010). Menurut Hersey,
Blanchard dan Johnson (2008) variasi dan esensi dari pengorganisasian adalah
integrasi dan koordinasi sumberdaya. Kesimpulannya bahwa pengorganisasian
merupakan kegiatan memobilisasi sumberdaya melalui integrasi dan koordinasi
dalam melaksanakan perencanaan untuk mencapai tujuan dan sasaran.
Universitas Indonesia
Pada fungsi ini juga seorang manajer melakukan pengorganisasian dan koordinasi
setiap kegiatan secara vertical maupun horizontal dengan unit-unit yang berkaitan
dalam meningkatkan pencapaian tujuan. Kaitannya fungsi ini dengan kegiatan
pendokumentasian asuhan keperawatan adalah bagaimana seorang manajer
melakukan pengorganisasian terhadap kegiatan supervisor, perawat pelaksana,
kepala ruang untuk berjalannya pendokumentasian yang lengkap dan berkualitas
disetiap waktu jaga.
2.1.3 Kepersonaliaan
Kepersonaliaan merupakan bagian dari fungsi manajemen yang meliputi
penerimaan karyawan, mewawancara, mengontrak atau ikatan kerja dan
mengorientasikan staf (Marquis & Huston, 2010; Tomey, 2009). Hal lain yang
termasuk fungsi ini adalah terkait penjadwalan yang memadai, pengembangan
staf, sosialisasi karyawan dan team pembangun. Fungsi ini sangat penting terkait
kualitas dan kuantitas sumber daya manusia untuk mendukung fungsi-fungsi yang
lain.
Fungsi kepersonaliaan sangat erat kaitannya dengan beban kerja dan kinerja
perawat (Tomey, 2009). Pendokumentasian yang merupakan bagian dari kinerja
perawat sangat ditentukan oleh ketersediaan staf perawat. Apabila ketersediaan
jumlah perawat kurang maka akan menjadi pemicu menurunnya kinerja dan
kualitas pelayanan perawat termasuk bagaimana pelaksanaan pendokumentasian.
Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Mobiliu (2005) yang menyatakan
bahwa adanya keterkaitan antara shift pagi dengan kualitas pendokumentasian
dibanding shift sore dan malam. Hal ini terjadi dikarenakan waktu jaga pagi
disetiap rumah sakit mempunyai kegiatan yang banyak yakni prosedural
keperawatan sebanyak 70% dilakukan pada waktu jaga pagi dan membutuhkan
tenaga yang memadai juga (Cardona, Tappen dan Tertill, 1997).
Universitas Indonesia
2.1.4 Pengarahan
Pengarahan merupakan fungsi yang tidak kalah pentingnya dalam manajemen
keperawatan untuk menetapkan arah dan mempengaruhi orang untuk mencapai
tujuan (Huber, 2010; McNamara, 1999). Fungsi pengarahan merupakan erat
kaitannya dengan fungsi personalia karena terkait dengan kepemimpinan dan
tanggung jawab dalam pengembangan sumber daya manusia (McNamara, 1999).
Pengembangan tersebut misalnya memotivasi, supervisi, mengatasi konflik,
mendelegasikan, mengkomunikasikan dan memfasilitasi adanya kolaborasi
(Marquis & Huston, 2010; Tomey, 2009; Huber, 2010).
2.1.5 Pengendalian
Pengendalian adalah fungsi manajemen bertujuan memonitoring dan
menyesuaikan rencana, proses dan sumber daya untuk lebih efektif dan efisiensi
dalam mencapai tujuan (Huber, 2010). Menurut McNamara (1999) pengendalian
merupakan langkah untuk mengkoordinasikan dalam mengorganisasikan
perhitungan dengan sistematik terhadap situasi yang terjadi. Kesimpulannya
bahwa pengendalian merupakan pengawasan terhadap rencana, proses dengan
melihat perbandingan antara hasil pencapaian kerja dengan standar yang
ditetapkan.
Universitas Indonesia
Peran dan fungsi perawat sebagai profesi, khususnya di rumah sakit adalah
memberikan pelayanan keperawatan atau asuhan keperawatan . Menurut Daniels
(2005) bahwa peran adalah tingkah laku yang diharapkan yang ditentukan oleh
keluarga, budaya, dan norma sosial. Identitas sosial melebur bersama dengan
konsep diri sehingga menggambarkan tingkah laku peran. Peran itu sendiri
haruslah dijalankan dengan tanggung jawab menurut Daniels (2005) pada saat
seseorang tidak dapat memenuhi tanggung jawab perannya, konsep diri
mengalami permasalahan. Begitu halnya dengan peran perawat sebagai kepala
ruang, ketua tim maupun perawat pelaksana, masing-masing mempunyai
tanggung jawab dan fungsi yang berbeda yang bertujuan untuk meningkatkan
pelayanan keperawatan.
Universitas Indonesia
Tanggung jawab dan fungsi kepala ruang menurut Gillies (1999) adalah harus
lebih peka terhadap anggaran rumah sakit dan kualitas pelayanan keperawatan,
menghindari terjadi kebosanan perawat menghindari konflik antar perawat yang
akan menyebabkan terganggunya pelayanan keperawatan. Kepala ruang di dalam
ruangan harus melakukan kegiatan koordinasi yang menjadi tanggung jawabnya
sebagai manajer paling bawah. Kepala ruang juga bertanggung jawab dalam
mengevaluasi kegiatan penampilan kerja staf dalam upaya mempertahankan
kualitas pelayanan dan pemberian asuhan keperawatan
Kepala ruang sebagai manajer mempunyai berbagai fungsi yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan. Menurut Marquis & Huston (2010); Huber
(2010) fungsi kepala ruang adalah melakukan perencanaan baik jangka pendek
maupun panjang, melakukan fungsi pengorgansasian terkait dengan metode
asuhan yang paling tepat di suatu ruangan, melakukan pengaturan terhadap
ketenagaan mulai dari rekrutmen sampai sosialisasi staf, melakukan fungsi
pengarahan dengan memberikan motivasi dalam menajemen konflik dan
pendelegasian, serta fungsi pengawasan yang meliputi penampilan kerja dengan
melakukan supervisi. Berbagai Fungsi –fungsi yang dimiliki oleh kepala ruang
tersebut merupakan bagian dari tugas manajer yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan dengan dibantu oleh ketua tim dan perawat pelaksana.
Ketua tim perawat dalam sebuah metode asuhan tim mempunyai tugas dan fungsi
kearah teknis dibanding kepala ruang. Menurut Marquis & Huston, (2010);
Depkes (2008) wewenang seorang ketua tim adalah melakukan pengawasan,
pengendalian dan penilaian terhadap kinerja perawat pelaksana dalam
memberikan asuhan keperawatan. Tugas ketua tim adalah membuat perencanaan
kerja harian berdasarkan wewenangnya, melakukan pengkajian, merumuskan
diagnosa dan melakukan perencanaan asuhan keperawatan. Ketua tim juga
memonitor dan mengevaluasi yang menjadi tanggung jawabnya, membagi pasien
kepada anggota tim dalam hal ini perawat pelaksana berdasarkan kompetensi dan
mengkoordinasikan pelaksanaan asuhan keperawatan. Ketua tim juga berfokus
Universitas Indonesia
pada menetapkan dan menciptakan nilai tambah suatu pekerjaan dengan saling
membantu bersama anggota tim dalam menyelesaikan tugasnya (Huber, 2010).
Tugas pokok dan fungsi masing-masing peran perawat tersebut merupakan bagian
dari proses manajemen pelayanan dalam upaya memberikan pelayanan
berkualitas. Proses manajemen merupakan sebuah siklus, sama halnya dengan
proses keperawatan. Proses keperawatan merupakan bagian dari management of
care dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit. Kegiatan pemberian asuhan
keperawatan melalui proses keperawatan dapat dilakukan secara sistematis
melalui tahap-tahap yang sudah distandarisasi.
Universitas Indonesia
2.3.1.1 Pengkajian
Langkah awal dalam proses keperawatan adalah pengkajian. Pengkajian
merupakan tahap yang sangat penting karena merupakan dasar untuk menuju
tahap berikutnya. Pengkajian merupakan proses untuk mengumpulkan data,
memvalidasi data baik subyektif maupun obyektif, mengorganisasikan dan
mendokumentasikannya. Menurut Weber dan Kelly (2007); NANDA (2012)
bahwa pengkajian individu terdiri dari riwayat kesehatan (data subyektif) dan
pengkajian fisik (data obyektif). Data-data yang diperoleh dalam pengkajian
berupa riwayat kesehatan dan keperawatan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, keadaan psikologis, sosiokultural, spiritual, kognitif, kemampuan
fungsional, ekonomi dan gaya hidup. Data dapat diperoleh dengan cara observasi,
Universitas Indonesia
Pengkajian dan pendokumentasian yang lengkap menurut Iyer dan Camp (2005)
dapat meningkatkan afektivitas asuhan keperawatan melalui: dapat
menggambarkan kebutuhan pasien untuk membuat diagnosis dan menetapkan
prioritas yang akurat untuk efisiensi waktu perawat, memfasilitasi perencanaan
intervensi, menggambarkan kebutuhan keluarga, kegiatan untuk pemulihan pasien
dan persiapan perencanaan pulang, memenuhi tugas dan tanggung jawab
profesional dengan mendokumentasikan informasi pengkajian. Menurut Depkes
RI (2005) bahwa pengkajian ini dilakukan dan didokumentasikan oleh perawat
yang bertindak selaku ketua tim.
Secara umum menurut Potter dan Perry (2010) diagnosa keperawatan terdiri dari
tiga yaitu diagnosa aktual, risiko dan potensial. Penulisan diagnosa keperawatan
menurut Iyer dan Camp (2005) diagnosa keperawatan terdiri dari tiga komponen
yaitu respon klien atau masalah (P), faktor yang berhubungan atau penyebab (E)
Universitas Indonesia
serta tanda dan gejala (S). Oleh karena itu penulisan diagnosa keperawatan aktual
harus dengan pernyataan masalah kesehatan secara jelas, singkat dan disertai
penyebab serta tanda dan gejala yang ditemukan (PES). Berbeda halnya dengan
diagnosa risiko yang diformulasikan sebagai suatu pernyataan masalah dan
penyebab (PE), sedangkan diagnosa kemungkinan atau potensial dituliskan
dengan satu pernyataan. Rumusan diagnosa menjadi tanggung jawab perawat
yang diberi tugas sebagai ketua tim (Depkes RI, 2005).
Pencapaian pasien atau hasil yang dibuat dalam proses perencanaan menurut Iyer
dan Camp (2005) meliputi : hasil yang dibuat harus berorientasi pada pasien yang
menggambarkan perilaku yang diharapkan yang harus terjadi ketika pasien dan
keluarga menyelesaikan diagnosa keperawatan, hasil harus realistik dalam
menuliskan hasil yang akan dicapai, hasil harus dapat diukur dan diobservasi,
hasil juga harus jelas dan ringkas, hasil harus dibuat bersama pasien, keluarga dan
hasil harus memiliki batasan waktu. Selanjutnya mentukan kriteria atau standar
yang digunakan untuk mengukur keberhasilan.
Universitas Indonesia
realistik bagi pasien dan perawat serta harus mempertimbangkan lama rawat, dan
semua rencana intervensi harus diberi inisial dan tanggal yang memungkinkan
perawat untuk akuntabilitas secara profesional (Iyer & Camp, 2005). Kegiatan
perencanaan ini menjadi tanggung jawab perawat yang menjadi ketua tim, yang
selanjutnya akan tindak lanjuti oleh perawat pelaksana (Depkes RI, 2005).
2.3.1.5 Evaluasi
Evaluasi dalam proses keperawatan proses identifikasi pencapaian berdasarkan
kriteria hasil yang sudah dibuat dan menetapkan kemajuan kondisi pasien untuk
menentukan rencana keperawatan selanjutnya. Evaluasi dalam proses
keperawatan dikenal ada dua macam yaitu evaluasi formatif yang merupakan
evaluasi yang dilakukan untuk mengevaluasi respon klien saat itu setelah
implementasi keperawatan diberikan, sedangkan evaluasi sumatif yaitu evaluasi
yang merupakan gabungan kegiatan selama 3 shif atau 24 jam sekali yang
didokumentasikan dalam catatan perkembangan (Aziz, 2002, Nursalam,2002).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dan prasarana dan kebutuhan teknis. Selain itu dapat juga sebagai dasar dilakukan
audit keperawatan yang mencerminkan kualitas kerja dan prestasi kerja dari
masing-masing tenaga kesehatan. Dokumentasi keperawatan juga berkontribusi
dalam meningkatkan pengembangan keperawatan dan penelitian (Wang, Hailey &
Yu, 2011).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Lusianah (2008) terhadap kualitas
dokumentasi di instalasi rawat Rumah sakit Marinir Cilandak Jakarta adalah rata-
rata sebesar 60,77 persen. Hal ini masih dibawah standar yang ditetapkan Depkes
yaitu > 85%. Lebih detail hasil observasi penelitian terhadap dokumentasi yaitu
47,8% masalah yang dirumuskan tidak sesuai dengan data yang didapatkan, 63%
diagnosa keperawatan dirumuskan tidak sesuai dengan hasil pengkajian, 56,1%
Universitas Indonesia
prioritas yang dibuat tidak sesuai dengan kondisi klien, 86,5% rumusan tujuan
tidak sesuai, 96,5% rencana keperawatan tidak menunjukkan keterlibatan pasien,
80,4% tindakan keperawatan tidak mengacu pada perencanaan yang disusun, 63%
respon pasien tidak terdokumentasi, 70,9% tindakan keperawatan tidak
terdokumentasi dengan jelas, 62,2% dokumentasi keperawatan tidak
mencantumkan paraf, tanggal serta jam pelaksanaan tindakan dan 67,4% terdapat
tip-ex untuk menghapus kesalahan.
Karakteristik perawat menurut Kane, Shamliyan, Mueller, Duval & Wilt (2007)
adalah meliputi usia, pengalaman atau masa kerja dan pendidikan. Karakteristik
perawat tersebut sangat mempengaruhi tenaga keperawatan dalam memberikan
pelayanan dan berdampak pada outcome pasien (Yoder-Wise, 2011). Sementara
itu menurut Potter dan Perry (2010) keberhasilan penerapan proses keperawatan
dipengaruhi oleh individu perawat itu sendiri dan diri pribadi pasien. Penerapan
proses keperawatan merupakan bagian dari kinerja perawat. Menurut Ilyas (2012)
kinerja seseorang merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja
personel dalam bidangnya.
Universitas Indonesia
Karakteristik perawat yang di bahas meliputi usia, pendidikan, masa kerja dan
pelatihan.
2.4.6.1 Umur
Menurut pendapat Robbins (2006) bahwa usia seseorang bukan menjadi
penghalang dalam melakukan aktivitas, belum ada bukti bahwa semakin
bertambah usia seseorang dengan masa kerja yang meningkat maka semakin
meningkat pula kinerjanya. Menurut Potter dan Perry (2010) usia dewasa awal
yaitu usia belasan sampai 30 tahun yang merupakan masa penuh tantangan,
penghargaan dan krisis, sedangkan usia dewasa menengah yaitu usia 30-an ke atas
sampai 60 tahun, pada usia ini merupakan fase masa tenang atau fase
keberhasilan.
Hal tersebut sesuai dengan penelitian Rusmiati (2006) bahwa perawat usia diatas
38 tahun lebih baik kinerjanya dibanding perawat yang berusia di bawahnya.
Senada dengan hasil penelitian Hariyati (1999) menemukan bahwa perawat yang
mempunyai usia lebih dari 30 tahun mempunyai kualitas dokumentasi asuhan
keperawatan yang lebih baik daripada perawat berusia kurang dari 30 tahun.
Didukung juga oleh penelitian Suratun (2008) yang menemukan bahwa perawat
yang berusia lebih dari 30 tahun mempunyai dokumentasi keperawatan lebih
lengkap lebih banyak dibanding perawat yang usianya dibawah 30 tahun. Senada
dengan hasil penelitian Widjayanti (2012) bahwa usia sangat mempengaruhi
prilaku pendokumentasian keperawatan setelah dikontrol tingkat pendidikan, lama
kerja, status kepegawaian, persepsi, motivasi, imbalan dan supervisi.
Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Asmuji (2009) bahwa tidak ada
hubungan antara umur dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan
keperawatan. Sejalan juga dengan penelitian Atmaji (2008) yang menyatakan
bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan pelaksanaan kinerja asuhan
keperawatan di rumah sakit.
Universitas Indonesia
2.4.6.2 Pendidikan
Pendidikan dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan profesionalisme
seorang perawat. Pendidikan mempunyai hubungan yang sangat erat antara
pekerjaan yang ada di klinik yang membutuhkan keterampilan yang memadai.
Menurut penelitian Ridley (2008) tentang hubungan antara patient safety dengan
tingkat pendidikan perawat yang dilakukan dengan studi literatur mulai tahun
1986 sampai 2006. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan
antara tingkat pendidikan dengan perilaku keselamatan pasien, tingkat pendidikan
Register Nurse mempunyai pengaruh lebih besar terhadap keselamatan pasien.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pendidikan merupakan faktor penting
dalam mempengaruhi kinerja seseorang. Sama halnya dengan pendapat Ilyas
(2012) bahwa pendidikan menggambarkan keterampilan dan kemampuan individu
dan merupakan faktor utama dalam mempengaruhi kinerja karena dengan
pendidikan dapat meningkatkan kematangan intelektual, harapan dan wawasan
untuk meningkatkan prestasi.
Hasil penelitian Rustiani (2007) menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara pendidikan dengan kinerja seseorang dalam melakukan pendokumentasian
asuhan keperawatan. Penelitian yang dilakukan Lusianah (2008) terkait tingkat
pendidikan perawat dengan kualitas dokumentasi menemukan bahwa perawat
yang mempunyai pendidikan setingkat Akademi perawat (Akper) mempunyai
kualitas dokumentasi lebih baik di banding perawat yang tingkat pendidikannya
Universitas Indonesia
setingkat SPK. Kualitas dokumentasi akan meningkat sebesar 5,84 pada perawat
yang berpendidikan Akper daripada perawat yang berpendidikan SPK setelah
dikontrol oleh variabel motivasi kebutuhan kekuasaan, kebutuhan afiliasi,
kebutuhan berprestasi, supervisi, masa kerja, pengetahuan dan pelatihan.
Hasil penelitian Lusianah (2008) didapatkan bahwa ada hubungan yang sedang
antara masa kerja dengan kualitas dokumentasi keperawatan. Setiap penambahan
masa kerja 1 tahun maka kualitas dokumentasi proses keperawatan akan
mengalami peningkatan sebesar 0,91 setelah dikontrol oleh variabel motivasi
kebutuhan kekuasaan, kebutuhan afiliasi, kebutuhan berprestasi, supervisi,
pendidikan pengetahuan dan pelatihan. Berbeda halnya dengan penelitian Rustiani
(2007) dan Suratun (2008) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara masa kerja dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan
keperawatan.
2.4.6.4 Pelatihan
Peningkatan, pengembangan dan pembentukan tenaga kerja dapat dilakukan
melalui upaya pembinaan, pendidikan dan pelatihan. Pelatihan yang terstruktur
kepada tenaga perawat merupakan bagian dari pengelolaan staf. Menurut
Notoatmojo (2009) pelatihan merupakan bagian dari proses pendidikan yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan khusus seseorang
atau kelompok orang. Menurut Samsudin (2006) pelatihan bagi sumberdaya
Universitas Indonesia
2.4.6.5 Motivasi
Motivasi merupakan kesiapan khusus seseorang untuk melakukan serangkaian
aktivitas yang ditujukan untuk mencapai sasaran yang ditetapkan (Ilyas, 2012).
Menurut Gillies (1999) mengemukakan bahwa motivasi seseorang berkaitan erat
dengan produktivitas dan kinerja yang ditampilkannya. Motivasi kerja adalah
sesuatu hal yang berasal dari internal individu yang menimbulkan dorongan atau
semangat untuk bekerja keras. Pengertian motivasi dapat disimpulkan adalah
suatu kondisi yang dapat menggerakkan seseorang dalam melakukan
pekerjaannya untuk meningkatkan produktivitas kerja. Hubungan antara motivasi
dan pelaksanaan dokumentasi berdasarkan hasil penelitian Lusianah (2008) bahwa
ada hubungan antara motivasi dengan dokumentasi, setiap peningkatan skor
motivasi afiliasi, maka kualitas dokumentasi akan meningkat sebesar 0,34 kali
dibanding yang tidak mengalami peningkatan.
Berbagai teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya teori
hierarki kebutuhan Maslow, teori dua faktor Herzberg dan teori kebutuhan
berprestasi Mc Clelland. Teori hierarki kebutuhan Maslow menurut Gillies (1999)
mengemukakan bahwa teori ini mengasumsikan setiap orang terdapat hierarki
kebutuhan yang terdiri dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan atas jaminan
keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri.
Kebutuhan yang paling tinggi tidak akan tercapai apabila kebutuhan paling rendah
belum diperoleh.
Universitas Indonesia
Teori motivasi yang lain adalah dikemukakan oleh Herzberg tentang dua faktor
yang mempengaruhi kondisi kerja seseorang yaitu faktor pemuas atau motivasi
instrinsik dan faktor kesehatan atau motivasi ekstrinsik. Menurut teori ini faktor
yang mendorong karyawan untuk termotivasi adalah faktor intrinsik dan
ekstrinsik. Faktor intrinsik yaitu daya dorong yang timbul dari dalam diri masing-
masing orang dan faktor ekstrinsik yaitu daya dorong yang datang dari luar diri
seseorang terutama dari organisasi tempat bekerja.
Faktor motivasi instrinsik menurt Herzberg adalah pekerjaan itu sendiri, prestasi
yang diraih, peluang untuk maju, pengakuan orang lain dan tanggung jawab.
Sedangkan motivasi ekstrinsik terdiri dari kompensasi, kondisi kerja, status,
hubungan antar manusia, kebijaksanaan peusahaan dan supervisi. Menurut
Sugiharto, Keliat dan Hariyati (2012) perawat dalam melakukan pekerjaannya
kerap menyebabkan demotivasi yang disebabkan oleh beberapa hal seperti
kekerasan di tempat kerja, ancaman keselamatan kerja, jam kerja yang panjang,
dampak jam kerja malam, kekurangan tenaga keperawatan, gaji rendah dan
kurang penghargaan.
2.4.6.6 Supervisi
Supervisi merupakan tindakan observasi personal sesuai dengan fungsi dan
aktivitasnya menjalankan kepemimpinan dalam proses asuhan keperawatan
(Huber, 2010). Menurut Swansburg & Swansburg (1999) supervisi adalah suatu
proses kebutuhan untuk penyelesaian tugas-tugas keperawatan. Dapat
disimpulkan bahwa supervisi merupakan kegiatan pengawasan untuk mendorong
staf berkontribusi secara positif terhadap kinerjanya dalam mencapai tujuan
organisasi.
Universitas Indonesia
Tujuan supervisi menurut Gillies (1999) adalah untuk melihat, mengevaluasi dan
meningkatkan penampilan karyawan. Tujuan lain adalah untuk menjamin
keberlangsungan pekerjaan yang dilaksanakan oleh karyawan dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan sumberdaya yang tersedia,
memperbaiki kekurangan yang dimiliki karyawan dalam pengetahuan,
kemampuan untuk meningkatkan produktivitas, efektivitas dan efisiensi
karyawan.
Universitas Indonesia
2.4.6.10 Waktu
Proses pendokumentasian keperawatan akan membutuhkan waktu, sehingga
perawat harus mampu melakukan manajemen waktu. Manajemen waktu yang
dilakukan dengan memperhatikan pelayanan yang diberikan dan
pendokumentasian tetap bisa terlaksana.
Universitas Indonesia
perawat yang akan memberikan dampak yang negatif baik kepada perawat sendiri
maupun produktivitas perawat di rumah sakit. Berikut akan disampaikan terkait
konsep beban kerja.
Penghitungan beban kerja perawat dapat menghindari beban kerja perawat yang
berlebih di unit tertentu. Sehingga dapat menyesuaikan jumlah tenaga dan volume
pekerjaan yang sesuai dengan ketenagaan yang ada pada masing-masing unit.
Universitas Indonesia
Oleh karena itu perhitungan dan perkiraan beban kerja perawat perlu dilakukan
pada setiap unit, ruang atau kelas keperawatan oleh oleh otoritas manajemen
rumah sakit.
Beban kerja keperawatan juga dipengaruhi oleh jumlah tempat tidur, faktor
organisasi, faktor profesional, karakteristik individu, keterampilan komplementer,
gaya kepemimpinan dan kompetensi (Myny et al 2012). Lebih lanjut bahwa faktor
yang paling penting adalah lambatnya pengambilan keputusan oleh otoritas
manajemen terkait. Kesimpulannya bahwa beban kerja keperawatan dipengaruhi
oleh banyak hal diantaranya jumlah kegiatan kerja dan rata-rata pasien.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Kategori III adalah perawatan moderat. Kegiatan yang bisa dilakukan pada
kategori ini adalah kegiatan makan minum disuapi, masih dapat mengunyah,
menelan makanan tetapi tidak dapat merapikan diri sendiri, BAB dan BAK di
pispot dan urinal, posisi tubuh tergantung dari bantuan perawat. Keadaan umum:
sakit dapat hilang timbul dan perlu observasi fisik dan emosi setiap 2-4 jam dan
pasien terpasang infus perlu monitoring setiap 1 jam. Pendidikan kesehatan dan
dukungan emosi setiap shift dibutuhkan 10-30 menit, pasien dapat menolak
bantuan akan tetapi masih bisa dikendalikan dengan obat. Pengobatan dan
tindakan perlu waktu 30-40 menit setiap shift atau 3 jam dalam 24 jam dan
membutuhkan pengawasan terhadap reaksi obat, alergi obat dan keadaan mental
(Swansburg & Swansburg, 1999; Depkes RI ,2005).
Kategori IV adalah perawatan semi total. Kegiatan pada kategori ini seperti
aktivitas makan, minum tidak bisa mengunyah, menelan makan sendiri, perlu
menggunakan sonde, perawatan rambut, kebersihan gigi dan mulut perlu bantuan
semua, posisi perlu bantuan dua orang dan eliminasi sering ngompol lebih dari
dua kali setiap shift. Keadaan umum tampak sakit berat, kehilangan cairan atau
darah, gangguan sistem pernapasan akut sehingga perlu pemantauan terus
Universitas Indonesia
menerus. Kebutuhan pendidikan dan kesehatan dan dukungan emosi, perlu waktu
kurang lebih 30 menit setiap shift, klien biasanya gelisah, agitasi dan tidak dapat
dikendalikan dengan obat.Tindakan atau pengobatan perlu lebih dari 60 menit
setiap shift atau 4 jam dalam 24 jam dan perlu observasi mental setiap kurang dari
satu jam (Swansburg & Swansburg, 1999; Depkes RI ,2005).
Kategori terakhir adalah kategori V yaitu perawatan intensif. Pada kategori ini
keadaan pasien memerlukan tindakan dan pengawasan secara intensif atau secara
terus menerus dan dibutuhkan satu perawat menangani satu pasien. Semua
kebutuhan pasien harus dibantu oleh perawat. Tindakan atau pengobatan perlu 2
jam setiap shift atau 6 jam dalam 24 jam dan perlu observasi mental setiap kurang
dari satu jam (Swansburg & Swansburg, 1999; Depkes RI ,2005).
Marquis dan Huston (2010); Hurst (2005) mengemukakan bahwa semakin tinggi
tingkat ketergantungan pasien maka akan semakin banyak tindakan yang akan
diberikan dan akan semakin menambah beban kerja perawat di unit tersebut.
Lebih lanjut Myny et al (2012) mengidentifikasi dari sejumlah faktor yang
mempengaruhi beban kerja, faktor yang paling berdampak adalah terkait dengan
jumlah pekerjaan yang dikerjakan oleh perawat. Penelitian Sasyari (2013) tentang
analisis ketenagaan yang dilakukan pada 17 ruangan rawat inap dan intensif di
RSU Kota Tasikmalaya bahwa disetiap shift jaga baik pagi, sore maupun malam
ditemukan adanya ketidaksesuaian antara kehadiran tenaga perawat yang masih
kurang dengan kebutuhan tenaga perawat berdasarkan ketergantungan pasien.
Lebih lanjut hasil penelitian menemukan ketenagaan di rumah sakit tersebut
masih kurang karena berdasarkan perhitungan Depkes (2005) didapatkan sekitar
526 orang sedangkan yang tersedia 432 orang. Hal itu mengindikasikan bahwa
beban kerja perawat disetiap ruangan di rumah sakit tersebut cukup tinggi dalam
memberikan asuhan keperawatan.
Universitas Indonesia
kegiatan yang merupakan bagian dari tugas dan tanggung jawab perawat. Menurut
Potter dan Perry (2010) kegiatan keperawatan terdiri dari berbagai kegiatan
langsung maupun tidak langsung. Kegiatan tersebut dapat dijelaskan lebih rinci
sebagai berikut :
Universitas Indonesia
Kegiatan tidak langsung juga meliputi kegiatan dokumentasi, menyiapkan alat dan
obat emergensi, merapikan lingkungan klien, pre dan post konferens, input data
pasien di komputer, kegiatan ilmiah keperawatan, bimbingan dalam melakukan
tindakan keperawatan, komunikasi berkaitan dengan obat dengan farmasis,
komunikasi keadaan pasien melalui telpon, membaca status klien dan pertemuan
atau rapat dengan perawat atau pimpinan rumah sakit (Potter & Perry, 2010).
Menurut Gillies (1999) waktu yang dibutuhkan untuk memberikan kegiatan ini
secara umum adalah 38 menit setiap hari untuk satu pasien.
Penelitian Juliani (2009) tentang beban kerja perawat pelaksana di Instalasi rawat
inap lantai 1 jantung rumah sakit Husada Jakarta menemukan bahwa rata-rata
jumlah waktu kegiatan perawat pelaksana (kegiatan langsung, tidak langsung dan
non keperawatan) pada shift pagi yaitu 484,04 menit setara dengan 8,06 jam. Shift
Universitas Indonesia
sore yaitu 479,79 menit setara dengan 7,9 jam dan shift malam 636,83 menit
setara dengan 10,61 jam. Rata-rata jumlah waktu kegiatan perawat setiap shift
disimpulkan tidak sesuai atau mempunyai beban kerja cukup tinggi apabila
disesuaikan dengan standar beban kerja dari Gillies.
Standar pengukuran beban kerja perawat setiap shift menurut Gillies (1999)
adalah 420 menit atau 7 jam shift pagi dan sore, 600 menit atau 10 jam untuk shift
malam. Lain halnya dengan pendapat Ilyas (2011) bahwa waktu produktif
optimum perawat adalah berkisar 80%, sehingga parameter ini digunakan untuk
melihat beban kerja perawat apakah tinggi atau rendah. Jika perawat sudah
bekerja diatas 80% waktu produktifnya maka dapat dikatakan beban kerja perawat
tinggi atau tidak sesuai dan perlu dipertimbangkan untuk penambahan tenaga
perawat. Waktu kerja produktif perawat yang dimaksud adalah kegiatan langsung
dan kegiatan tidak langsung. Sedangkan kegiatan nonkeperawatan merupakan
waktu tidak produktif.
Implementasi dari kegiatan perawat yang beragam harus didukung dengan sistem
pengelolaan yang baik. Peran manajer sangat penting dalam mengenal organisasi
dan anggotanya agar fungsi pengaturan menjadi produktif. Kegiatan-kegiatan
tersebut tidak akan berhasil jika rancangannya atau pengelolaannya tidak
memenuhi kebutuhan kelompok. Peran dan fungsi manajer dalam menentukan
metode pengelolaan pasien akan sangat menentukan keberhasilan suatu
pelayanan.
Universitas Indonesia
Metode asuhan keperawatan kasus atau asuhan pasien total merupakan metode
asuhan yang pertama kali digunakan. Pada metode ini perawat akan memberikan
asuhan keperawatan kepada klien secara total dalam satu periode dinas dan jumlah
pasien yang dirawat tergantung pada kemampuan perawat dan kompleksitas
kebutuhan klien tesebut. Selanjutnya metode ini berkembang menjadi metode
fungsional.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tehnik penghitungan work sampling ini menurut Ilyas (2011) dapat diamati hal-
hal spesifik terhadap pekerjaan seperti : kegiatan apa yang sedang dilakukan
personel selama waktu jam kerja, kaitan aktifitas atau kegiatan personel tersebut
dengan tugas dan fungsinya pada shift tersebut, proporsi waktu kerja yang
digunakan untuk kegiatan produktif maupun non produktif, pola beban kerja
personel yang dikaitkan dengan jadwal dan shift.
Pokok pengamatan dari work sampling ini adalah kegiatan asuhan keperawatan
yang dilakukan perawat dalam melaksanakan tugas harian di ruang rawat dan
yang menjadi subjek yang diamati adalah perawat terhadap aktivitas atau
pekerjaannya. Menurut Ilyas (2011) cara work sampling ini akan memberikan
informasi yang tepat dari subjek yang diteliti mengenai kegiatan dan banyaknya
pengamatan kegiatan dari mulai datang sampai pulangnya responden.
Universitas Indonesia
Tehnik work sampling ini bertujuan akhir untuk mendapatkan waktu dan kegiatan,
oleh karena itu orang yang menjadi subjek penelitian di anggap tidak penting
karena yang menjadi fokus adalah setiap apa yang dikerjakan. Pada work
sampling ini perawat yang diamati harus dari kejauhan sehingga mendapatkan
banyak hasil pengamatan dari sejumlah subjek yang diamati. Sebagai contoh hasil
pengamatan yang didapatkan pada rata-rata perawat yang diamati berjumlah 8
orang perawat tiap shift dengan interval waktu 10 menit dalam 24 jam maka
dalam 5 hari didapatkan jumlah pengamatan sebagai berikut : 60 (menit) : 10
(menit) X 24 (jam) X 5 (hari) = 720 sampel pengamatan untuk masing-masing
perawat X 8 perawat = 5760 sampel pengamatan. Semakin besar jumlah sampel
maka semakin akurat data terkait kegiatan perawat yang diteliti (Swansburg &
Swansburg, 1999).
Universitas Indonesia
Cara lain penghitungan beban kerja menurut Ilyas (2011) adalah time and motion
study dan Daily log. Penghitungan beban kerja dengan time and motion study
tidak sekedar mengetahui beban kerja dari perawat yang diamati, namun sampai
mengetahui kualitas kegiatan dari perawat tersebut. Pada tehnik ini responden
perawat ditetapkan menggunakan purposive sampling untuk mendapatkan perawat
yang diklasifikasikan sebagai perawat ahli atau mahir. Observer yang melakukan
pengamatan juga harus perawat yang memiliki kompetensi dan diklasifikasikan
perawat mahir atau ahli juga. Sehingga perbandingan antara observer dengan
perawat yang diamati bisa 1:1 sepanjang responden bisa mewakili perawat mahir
sesuai kompetensinya dan idealnya observer harus berasal dari luar rumah sakit
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Sidikalang. Stress kerja yang terjadi pada perawat dapat berdampak yang lebih
besar yaitu menurunnya produktivitas perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan. Kondisi ini sejalan dengan hasil penelitian Binder dan Sanders
(2012); Young, Zavelina, Hooper (2008) dalam penelitiannya juga menemukan
bahwa beban kerja yang tinggi berkorelasi dengan stress kerja sebagai faktor
psikologi, kelelahan fisik, gangguan masalah tidur sebagai faktor fisiologi dan
gangguan kesehatan yang mengakibatkan gangguan saat bekerja sehingga pada
akhirnya bisa menurunkan produktivitas.
Dampak beban kerja perawat yang berlebihan juga mengakibatkan risiko terjadi
human errors kepada pasien terhadap pekerjaan perawat (Young, Zavelina &
Hooper, 2008; Garret, 2008). Kane, Shamliyan, Mueller, Duval & Wilt (2007)
menemukan dalam surveynya bahwa banyak perawat yang memilih kerja panjang
lebih dari 12 jam dalam satu hari dan mereka sering tidak dapat menyelesaikan
tugasnya secara tuntas pada shift tersebut. Hal ini menjadi bukti bahwa perawat
bekerja melebihi waktu satu shift dalam sehari. Kondisi ini berdampak pada
kelelahan perawat, ketidakpuasan bekerja, sering terlambat datang yang akan
berpengaruh terhadap kualitas pekerjaan yang bisa merugikan klien (Garrett,
2008; Kane, Shamliyan, Mueller, Duval & Wilt, 2007; Duffield & Twigg, 2009;
Liang, Chen, Huang & Lee, 2012).
Universitas Indonesia
berlebih akan berdampak terhadap keselamatan pasien. Sejalan juga dengan hasil
studi Kane, Shamliyan, Mueller, Duval & Wilt (2007) bahwa kelebihan jam kerja
akan berdampak pada pasien, yaitu setiap kelebihan 10% jam kerja akan
berkontribusi terhadap 1,3% penyebab kematian yang ada di rumah sakit.
Universitas Indonesia
Teori-teori diatas dapat kelompokkan dan diringkas menjadi sebuah skema. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini:
• Manajemen pelayanan
• Manajemen asuhan
(Marquis & Huston, 2010; Tomey,
2009; Huber, 2010)
Karakteristik perawat
Usia
Pendidikan
Masa Kerja
Pelatihan
(Kane, Shamliyan,
Mueller, Duval & Wilt,
2007; Notoatmojo, 2009)
Gambar 2.1
Kerangka Teori Karakteristik Perawat, Beban Kerja dan Kelengkapan
Dokumentasi
Universitas Indonesia
Pada bab ini akan diuraikan mengenai kerangka konsep peneliatian, hipotesis
penelitian dan definisi operasional baik variabel bebas maupun variabel terikat
dalam penelitian ini.
Hasil sintesis dari teori-teori tersebut dapat disusun kerangka konsep penelitian
ini dengan variabel-variabel sebagai berikut: Variabel bebas penelitian adalah
karakteristik perawat dan beban kerja, sedangkan variabel terikatnya adalah
kelengkapan dokumentasi proses keperawatan. Kerangka konsep penelitian dapat
dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini :
59
Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan
Karakteristik Perawat
Umur
Pendidikan
Masa Kerja
Pelatihan
Faktor Predisposisi
Motivasi
Ket: Supervisi
: Diteliti
3.2 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah
3.2.1 Ada hubungan antara umur perawat dengan kelengkapan
pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang umum instalasi rawat inap
RSUD Pasar Rebo Jakarta.
3.2.2 Ada hubungan antara masa kerja perawat dengan kelengkapan
pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang umum instalasi rawat
inap RSUD Pasar Rebo Jakarta.
3.2.3 Ada hubungan antara pelatihan perawat dengan kelengkapan
pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang umum instalasi rawat
inap RSUD Pasar Rebo Jakarta.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
1= beban kerja
tinggi >80%.
(Ilyas, 2011)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Bab ini menguraikan tentang metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini. Metode penelitian dalam penelitian ini dapat diuraikan lebih rinci menjadi
beberapa bagaian meliputi desain penelitian, populasi dan sampel, tempat
penelitian, waktu penelitian, etika penelitian, alat pengumpulan data, prosedur
pengumpulan data dan analisa data.
64
Populasi target untuk variabel terikat penelitian ini adalah semua dokumen asuhan
keperawatan yang dilakukan perawat di instalasi rawat inap. Populasi terjangkau
variabel terikat adalah semua dokumen pendokumentasian yang dilakukan
perawat di ruang umum instalasi rawat inap RSUD Pasar Rebo Jakarta.
4.2.2 Sampel
Sampel adalah sekelompok individu yang merupakan bagian dari populasi
terjangkau dimana peneliti dapat langsung melakukan pengamatan pada unit
tersebut (Dharma, 2011). Sampel dalam penelitian ini adalah perawat yang
berdinas atau bekerja di ruang umum kelas I, II dan III instalasi rawat inap RSUD
Pasar Rebo Jakarta. Berdasarkan rumus penghitungan sampel minimal dari
Notoatmojo (2010) yaitu
N
n = -----------
1 + N (d2)
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = tingkat kepercayaan yang diinginkan (95%)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Ketenagaan di instalasi rawat inap secara keseluruhan berjumlah 195 yang terdiri
dari perawat dan bidan. Komposisi tenaga kesehatan masing-masing terdiri dari
Universitas Indonesia
Indikator pemakaian tempat tidur (BOR) di ruang rawat inap RSUD Pasar Rebo,
rata-rata capaian BOR tahun 2012 masing-masing ruangan yaitu ruang Melati
89%, ruang Anggrek 83%, ruang Teratai 80%, Mawar 74%, dahlia 78%, Delima
72% dan Cempaka 63%. Wawancara dengan asisten manajer II instalasi rawat
inap didapatkan bahwa dilihat dari klasifikasi ketergantungan pasien, dari rata-rata
jumlah pasien rawat inap 75% adalah ketergantungan moderat atau parsial, 12%
klasifikasi semi total dan 13% klasifikasi minimal dan metode asuhan yang
diterapkan adalah metode tim modifikasi.
Universitas Indonesia
Rumah sakit Pasar Rebo Jakarta digunakan sebagai tempat penelitian yaitu karena
selama kegiatan residensi di RSUD Pasar Rebo Jakarta ditemukan pelaksanaan
pendokumentasian yang masih belum optimal dan rata-rata perawat mengeluh
beban kerja perawat yang cukup berat sebagai akibat dari masih kurangnya tenaga
keperawatan. Penulis melanjutkan untuk melakukan penelitian lebih mendalam
terkait pendokumentasian asuhan keperawatan dan beban kerja perawat dengan
hasil kegiatan residensi tersebut sebagai data awal penulis. Penelitian ini
dilakukan di ruang rawat umum instalasi rawat inap RSUD Pasar Rebo Jakarta.
Ruangan tersebut yaitu ruang Teratai, Dahlia dan Melati. Hal ini dilakukan
berdasarkan jenis pasien yang dirawat, yaitu pasien dengan semua kasus atau
umum sehingga memungkinkan untuk melihat gambaran kegiatan yang bervariasi
dan BOR tertinggi di rawat inap. Ruangan yang merawat pasien dengan berbagai
kasus memperlihatkan variasi kegiatan sehingga data kegiatan yang diperoleh
semakin kompleks.
Universitas Indonesia
4.5.2 Confidentiallity
Segala jenis data-data dalam penelitian ini terkait karakteristik perawat (umur,
pendidikan, masa kerja dan pelatihan), hasil pendokumentasian perawat maupun
hasil observasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan perawat dijaga kerahasiaannya.
Data-data tersebut peneliti hanya menggunakannya untuk kepentingan penelitian
ini saja.
4.5.4 Justice
Semua responden mendapatkan penanganan yang sama pada saat kegiatan
penelitian berlangsung dan tidak ada diskriminasi disetiap kegiatan penelitian
tersebut. Peneliti melakukan pengamatan kepada semua subjek penelitian sesuai
dengan shift dinasnya tanpa ada diskriminasi. Peneliti tetap menghormati hak-hak
responden sesuai dengan yang disepakati dan dijelaskan sebelum penelitian
berlangsung.
Universitas Indonesia
4.6.1 Kuesioner
Kuesioner dalam penelitian ini berupa pertanyaan tentang karakteristik responden
yang berupa usia, masa kerja, pendidikan dan pelatihan. Data ini langsung
diperoleh dari responden yang merupakan data primer. Kuesioner karakteristik
responden ini di adopsi dari beberapa teori dari Kane, Shamliyan, Mueller, Duval
dan Wilt (2007) dan Notoatmojo (2009).
Universitas Indonesia
Hasil uji Kappa yang dilakukan kepada 12 orang numerator selama dua hari
terhadap kegiatan perawat didapatkan 10 orang mempunyai nilai p value < 0,05
dan 2 mempunyai nilai p value >0,05. Hasil ini menunjukkan p value < 0,05 yang
berarti hasil uji kappa pada 10 orang numerator signifikan atau bermakna,
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan persepsi mengenai aspek
Universitas Indonesia
yang diamati antara peneliti dengan numerator. Hasil uji Kappa tersebut sebagai
dasar dalam penentuan jumlah numerator, oleh karena itu numerator yang
digunakan dalam penelitian ini berjumlah 10 orang (hasil uji kappa terlampir).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tabel 4.2
Variabel dan Uji Statistik pada Analisis Bivariate Hubungan Karakteristik
dan Beban Kerja Perawat Pelaksana dengan Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan
Variabel Penelitian Uji Statistik
Independent Dependent
Beban kerja perawat Pendokumentasian asuhan Chi-Square
pelaksana Ruang umum keperawatan ruang umum
(Kategorik) (Kategorik)
Umur Pendokumentasian asuhan Independen t-test
(Numerik) keperawatan ruang umum
(Kategorik)
Masa Kerja Pendokumentasian asuhan Independent t-test
(Numerik) keperawatan ruang umum
(Kategorik)
Pelatihan Pendokumentasian asuhan Chi-Square
(kategorik) keperawatan ruang umum
(Kategorik)
Karakteristik perawat berdasarkan pendidikan tidak memungkinkan untuk di
lakukan analisis bivariat karena jumlah komponen pendidikan tidak proporsional
sehingga hanya dilihat persentase terhadap kelengkapan pendokumentasian saja.
Analisis regresi logistik ganda mencakup dua hal yaitu model prediksi dan model
resiko. Analisis model Regresi logistik ganda dalam penelitian ini menggunakan
model prediksi dengan tujuan untuk mengestimasi secara valid hubungan satu
variabel dependent dengan beberapa variabel independent Hastono (2007).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Bab ini menguraikan hasil penelitian tentang karakteristik dan beban kerja
perawat dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang
umum Instalasi Rawat Inap RSUD Pasar Rebo Jakarta. Proses penelitian tersebut
dilaksanakan mulai tanggal 18 April sampai dengan 11 Mei 2013. Hasil penelitian
yang akan dibahas dalam bab ini meliputi hasil gambaran karakteristik perawat
menurut pendidikan, pelatihan, umur dan masa kerja. Selain itu akan dibahas juga
hubungan masing-masing karakteristik perawat dengan kelengkapan
pendokumentasian asuhan keperawatan dan faktor-faktor yang paling
berhubungan dengan pendokumentasian asuhan keperawatan. Hasil penelitian
lebih rinci dapat diuraikan sebagai berikut.
Tabel 5.1
Gambaran Rata-rata Karakteristik Perawat Menurut Umur dan Masa Kerja
Perawat di Ruang Umum Instalasi Rawat Inap RSUD Pasar Rebo Jakarta
Tahun 2013 (n=46)
Tabel 5.1 menjelaskan bahwa rata-rata umur perawat 30,39 tahun dengan standar
deviasi 4,025, umur termuda 22 tahun dan umur tertua 45 tahun. Hasil estimasi
interval diyakini bahwa 95% umur perawat berada pada rentang 29,20 – 31,59
tahun. Berdasarkan masa kerja terlihat bahwa rata-rata perawat mempunyai masa
kerja 7,15 tahun dengan standar deviasi 3,893 masa kerja termuda 2 tahun dan
masa kerja terlama 24 tahun dan estimasi interval diyakini bahwa 95% masa kerja
perawat berada pada rentang 6,00 – 8,31 tahun.
79
Hubungan Karakteristik……L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013
80
2 Pelatihan Dokumentasi
Pernah 27 58,7
Belum Pernah 19 41,3
Tabel 5.3
Distribusi Persentase Beban Kerja Perawat Pelaksana di Ruang Umum
Instalasi Rawat Inap RSUD Pasar Rebo Jakarta 2013 (n=46)
Universitas Indonesia
Tabel 5.3.1
Gambaran Rata-rata Beban Kerja Perawat Pelaksana Berdasarkan Shift di
Ruang Umum Instalasi Rawat Inap RSUD Pasar Rebo Jakarta 2013 (n=46)
Tabel 5.3.2
Gambaran Rata-rata Persentase dan Lama Kegiatan Perawat Pelaksana
setiap Shift di Ruang Umum Instalasi rawat Inap RSUD Pasar Rebo Jakarta
2013 (n=46)
Tabel 5.3.2 menunjukkan jenis kegiatan perawat dilihat dari rata-rata kegiatan
langsung paling lama yaitu pada shift pagi 165,2 menit setara 2,7 jam, dengan
Universitas Indonesia
persentase 36,4% . Rata-rata kegiatan tidak langsung paling lama yaitu pada shift
malam 270 menit setara 4,5 jam dengan persentase 36,6%. Sedangkan rata-rata
kegiatan non keperawatan paling lama yaitu pada shift malam 310,6 menit setara
5,2 jam, dengan persentase 42,3%.
Tabel 5.4
Gambaran Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di
Ruang Umum Instalasi Rawat Inap RSUD Pasar Rebo Jakarta (n=95)
100% 90%
90% 85%
80% 74% 75%
70% 66%
70%
60%
50%
40%
30%
20% Pelaksanaan
10% Pendokumentasian
0%
Gambar 5.4.1
Gambaran Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di
Ruang Umum Instalasi Rawat Inap RSUD Pasar Rebo Jakarta (n=95)
Universitas Indonesia
Tabel 5.5
Gambaran Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan terhadap
Pendidikan di Ruang Umum Instalasi Rawat Inap RSUD Pasar Rebo
Jakarta 2013 (n=46)
Pendokumentasian
Variabel Total
Independent Lengkap Tidak Lengkap
N % n % n %
Pendidikan
D III Kep 18 39,1 28 60,9 46 100
Jumlah 18 39,1 28 60,9 46 100
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tabel 5.8
Hubungan antara Beban Kerja dengan Kelengkapan Pendokumentasian
Asuhan Keperawatan di Ruang Umum Instalasi Rawat Inap RSUD Pasar
Rebo Jakarta 2013 (n=46)
Pendokumentasian OR
Variabel (95%CI) p
Independent Lengkap Tidak Lengkap Total value
n % n % n %
Beban kerja
Tinggi 4 16,7 20 83,3 24 100 0,114 0,003
Rendah 14 63,3 8 36,4 22 100 0,029-0,455
Jumlah 18 39,1 28 60,9 46 100
Ket: α= 0,05
Tabel 5.8 menunjukkan bahwa sebagian besar perawat yang mempunyai beban
kerja tinggi 20 perawat (83,3%) tidak melakukan pendokumentasian dengan
lengkap, sedangkan perawat yang mempunyai beban kerja rendah 8 orang
(36,4%) melakukan pendokumentasian dengan tidak lengkap. Dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara beban kerja dengan kelengkapan
pendokumentasian yang dilakukan oleh perawat pelaksana di ruang Umum
instalasi rawat inap RSUD Pasar Rebo Jakarta (p value 0,003). Tabel 5.8 juga
memperlihatkan nilai OR = 0,114 yang artinya bahwa perawat yang mempunyai
beban kerja tinggi cenderung untuk tidak melakukan pendokumentasian dengan
lengkap sebesar 8,77 kali dibanding perawat yang mempunyai beban kerja rendah.
Universitas Indonesia
Tabel 5.9
Analisis Seleksi Faktor yang Mempengaruhi Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan di Ruang Umum Instalasi Rawat Inap RSUD Pasar Rebo
Jakarta, 2013
Variabel p value
Umur 0,461
Masa Kerja 0,033*
Pelatihan 0,001*
Beban Kerja 0,003*
Universitas Indonesia
Tabel 5.10
Pemodelan Awal Faktor yang Mempengaruhi Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan di Ruang Umum Instalasi Rawat Inap RSUD Pasar Rebo
Jakarta, 2013
Hasil analisis terhadap 3 variabel pada tabel 5.10 adalah variabel yang
mempunyai p value > 0,05 yaitu masa kerja, sehingga pemodelan selanjutnya
variabel masa kerja dikeluarkan dari model. Melalui tahapan dan langkah yang
sama dilakukan pemodelan ulang tanpa variabel yang mempunyai p value > 0,05
sehingga didapatkan variabel independent yang memiliki nilai signifikansi parsial
(p value) < 0,05 yang menandakan bahwa model telah tepat.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pada bab ini akan dibahas dan diuraikan terkait interpretasi dan diskusi hasil
penelitian, keterbatasan penelitian dan implikasinya terhadap bidang keperawatan.
Interpretasi hasil penelitian akan dijelaskan dengan membandingkan hasil
penelitian dengan tinjauan literatur dan penelitian-penelitian terkait sesuai dengan
yang telah diuraikan sebelumnya. Pada pembahasan ini peneliti akan menguraikan
secara terstruktur sesuai dengan tujuan penelitian yang sudah dibuat. Keterbatasan
penelitian akan diuraikan dengan membandingkan proses selama penelitian
berlangsung dari awal sampai selesai dengan kondisi ideal yang seharusnya
dilakukan. Uraian selanjutnya terkait implikasi penelitian yang akan diuraikan
dengan mempertimbangkan pengembangan ilmu keperawatan lebih lanjut baik
bagi pelayanan dalam hal ini rumah sakit, pendidikan dan penelitian dibidang
keperawatan.
89
teori umur perawat pada hasil penelitian ini rata-rata pada rentang dewasa
menengah dimana pada rentang tersebut seseorang telah melewati fase krisis dan
menuju fase tenang sehingga dapat melakukan pendokumentasian dengan baik
dengan kematangan yang dimiliki.
Universitas Indonesia
Hasil penelitian menujukkan bahwa sebagian besar beban kerja perawat adalah
tinggi. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Juliani (2009) yang
Universitas Indonesia
menemukan bahwa rata-rata beban kerja perawat di instalasi rawat inap lantai 1
jantung rumah sakit Husada Jakarta adalah tinggi. Beban kerja perawat
merupakan seluruh kegiatan atau aktifitas yang dilakukan oleh seorang perawat
selama bertugas di unit pelayanan keperawatan (Marquis & Huston, 2010; Al-
kandari & Thomas, 2008). Menurut Neill (2010) Faktor yang mempengaruhi
beban kerja seperti faktor lingkungan, jenis kepegawaian, metode asuhan yang
digunakan, pola perawatan medis dan karakteristik individu perawat misalnya
pendidikan, pengalaman, masa kerja, keterampilan. Beban kerja keperawatan juga
dipengaruhi oleh jumlah tempat tidur, faktor organisasi, faktor profesional,
karakteristik individu, keterampilan komplementer, gaya kepemimpinan dan
kompetensi (Myny et al 2012).
Universitas Indonesia
Beban kerja perawat di ruangan juga ditemukan rata-rata tinggi pada setiap shift
pagi dan sore. Berdasarkan analisa peneliti hal ini disebabkan oleh tidak
sebandingnya tenaga perawat dengan aktivitas perawat dan jumlah pasien. Hal ini
sesuai dengan penelitian Sasyari (2013) bahwa disetiap shift baik pagi, sore
maupun malam ditemukan adanya ketidaksesuaian antara kehadiran tenaga
perawat yang masih kurang dengan kebutuhan tenaga perawat berdasarkan
ketergantungan pasien yang berarti bahwa beban kerja perawat menjadi berlebih.
Identifikasi jenis kegiatan pada masing-masing shift menunjukkan bahwa
sebagian besar kegiatan pada shift pagi dan sore merupakan kegiatan tidak
langsung berbanding terbalik dengan kegiatan shift malam yaitu lebih banyak
kegiatan non keperawatan.
Kenyataan dilapangan memperlihatkan bahwa beban kerja shift pagi dan sore
sama-sama tinggi juga disebabkan karena tingginya kegiatan produktif (kegiatan
langsung dan tidak langsung perawat). Hal ini terjadi dikarenakan waktu jaga pagi
disetiap rumah sakit mempunyai rata-rata kegiatan prosedural keperawatan
sebanyak 70% dan membutuhkan tenaga yang memadai untuk melakukan
kegiatan-kegiatan tersebut (Cardona, Tappen dan Tertill, 1997). Hal lain yang
menunjukkan beban kerja tinggi yaitu waktu jaga setiap shift melebihi batas
waktu dinas (full time ekuivalen) yang disebabkan oleh perawat hampir semuanya
datang dinas sebelum jadwal pergantian shift berlangsung dan pulang lebih lambat
dari jadwal shift yang sudah ditentukan. Berbeda halnya dengan shift malam rata-
rata beban kerja rendah disebabkan karena waktu dinas yang panjang dan kegiatan
prosedural yang dilakukan tidak banyak karena rata-rata klien menghabiskan
waktu untuk tidur pada malam hari.
Lama kegiatan keperawatan tidak langsung paling banyak terlihat rata-rata pada
shift pagi dan shift sore. Hasil ini berbeda dengan penelitian Robot (2009)
menemukan bahwa kegiatan perawat yang paling banyak dikerjakan oleh perawat
adalah kegiatan perawatan langsung. Berdasarkan hasil anlisis hal ini disebabkan
oleh banyaknya kegiatan tidak langsung perawat seperti mengantar dan
mengambil hasil lab, hasil rontgen yang membutuhkan waktu cukup lama.
Universitas Indonesia
Kegiatan tersebut hampir dilakukan setiap shift pagi dan sore oleh perawat.
Kegiatan semacam ini seharusnya bisa dilakukan oleh tenaga lain sehingga bisa
memaksimalkan tenaga keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan di
ruangan. Hal ini sesuai dengan study Aiken, Clarke dan Sloane (2002) bahwa 35-
45% perawat di Amerika dan Kanada menghabiskan waktunya untuk
melaksanakan kegiatan tidak langsung keperawatan seperti transportasi dan
pengiriman makanan pasien sebagai akibat dari kurangnya tenaga kesehatan yang
menangani tugas tersebut. Hasil ini bisa menjadi pertimbangan managemen
rumah sakit dalam memaksimalkan sumberdaya manusia lain selain perawat.
Berbeda halnya dengan kegiatan pada shift malam yang lebih dominan adalah
kegiatan non keperawatan. Hal ini terjadi karena waktu dinas shift malam yang
panjang selama 11 jam dan kegiatan yang berhubungan dengan pasien tidak
begitu banyak karena cenderung pasien istirahat tidur sehingga perawat juga
memanfaatkan waktu untuk lebih banyak mengerjakan pekerjaan non
keperawatan seperti tidur, nonton televisi dan lain sebagainya.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
beban kerja, faktor yang paling berdampak adalah terkait dengan jumlah
pekerjaan yang dikerjakan oleh perawat. Sesuai dengan hasil penelitian bahwa
rata-rata beban kerja total perawat 52,2% mempunyai beban kerja tinggi,
sedangkan berdasarkan shift, terlihat pada shift pagi dan sore rata-rata hampir
100% mempunyai beban kerja tinggi. Hal ini mendukung hasil penelitian Hurst
(2005) menemukan bahwa beban kerja yang tinggi menyebabkan kurang
maksimalnya pelaksanaan kegiatan dokumentasi perawat.
Universitas Indonesia
(2009) bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan perawat dengan
kinerja dalam melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan.
Hasil penelitian di lapangan berbanding terbalik dengan teori-teori yang ada. Hasil
pendokumentasian menunjukkan bahwa 60,9% perawat tidak melakukan
pendokumentasian dengan lengkap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mayoritas perawat mempunyai pendidikan D III Keperawatan hal ini
menunjukkan tidak sebandingnya jumlah perawat yang mempunyai tingkat
pendidikan lebih tinggi dari D III Keperawatan. Hasil pendokumentasian asuhan
keperawatan mayoritas yang di observasi dan yang di audit juga adalah rata-rata
hasil kerja ruangan yang merupakan hasil kerja tim karena memang
pendokumentasian asuhan keperawatan dikerjakan secara bersama-sama. Idealnya
penilaian pendokumentasian yang di audit adalah hasil pendokumentasian
individu, namun hal itu sulit dilakukan karena tidak semua perawat mempunyai
wewenang melakukan pendokumentasian dari pengkajian sampai evaluasi.
Menurut tugas pokok dan fungsi yang sudah disusun oleh rumah sakit yang
bersumber dari Depkes (2008) bahwa ketua tim mempunyai tupoksi melakukan
pengkajian, merumuskan diagnosa dan melakukan perencanaan asuhan
keperawatan, sedangkan perawat pelaksana melakukan tindakan, evaluasi dan
membuat catatan perkembangan.
Universitas Indonesia
Hasil penelitian ini pada dasarnya menunjukkan bahwa umur 30 tahun keatas
merupakan umur yang paling optimal untuk mendukung pelaksanaan
pendokumentasian asuhan keperawatan di ruamah sakit. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Potter dan Perry (2010) bahwa usia dewasa menengah yaitu usia 30-
an ke atas sampai 60 tahun, pada usia ini merupakan fase masa tenang atau fase
keberhasilan. Idealnya bahwa sesuai dengan data hasil penelitian ini merupakan
termasuk umur kategori dewasa menengah. Pada usia tersebut produktivitas
seseorang akan meningkat karena merupakan termasuk fase masa tenang dan fase
keberhasilan. Namun secara statistik tidak ada hubungan antara umur dengan
kelengkapan pendokumentasian.
Universitas Indonesia
asuhan keperawatan. Hal ini bisa dapat disebabkan karena penilaian studi
dokumentasi asuhan keperawatan yang dilakukan peneliti bukan merupakan
penilaian pendokumentasian individu melainkan penilaian pendokumentasian
asuhan keperawatan rata-rata hasil kelompok. Penilaian pendokumentasian asuhan
keperawatan secara kelompok dilakukan dengan alasan bahwa pelaksanaan
pendokumentasian di ruangan dilakukan secara bersama-sama dan merupakan
hasil kerja kelompok. Hal ini mengakibatkan hasil nilai rata-rata
pendokumentasian kelompok menjadi tidak ada hubungannya dengan umur
individu itu sendiri.
Hasil penelitian ini dapat dianalisis bahwa seseorang yang mempunyai masa kerja
lebih lama akan mempunyai pengalaman, pengetahuan dan keterampilan yang
lebih dibanding perawat yang mempunyai masa kerja lebih pendek terhadap
tanggung jawabnya. Hal ini sesuai hasil penelitian Lusianah (2008) Setiap
penambahan masa kerja 1 tahun maka kualitas dokumentasi proses keperawatan
akan mengalami peningkatan sebesar 0,91 setelah dikontrol oleh variabel motivasi
kebutuhan kekuasaan, kebutuhan afiliasi, kebutuhan berprestasi, supervisi,
pendidikan pengetahuan dan pelatihan.
Universitas Indonesia
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Lusianah (2008) yang menyatakan
bahwa ada hubungan antara kualitas dokumentasi asuhan keperawatan dengan
pelatihan, kualitas dokumentasi akan meningkat sebesar 1,60 kali pada perawat
yang pernah pelatihan dibanding yang belum pernah pelatihan. Hasil penelitian ini
juga sejalan dengan pendapat Jefferies, Johnson, Nicholls & Lad (2012) fokus dari
peningkatan pengetahuan melalui pelatihan meningkatkan dokumentasi
keperawatan yang dilakukan oleh perawat.
Universitas Indonesia
Beban kerja tinggi akan mempengaruhi kinerja perawat pada kondisi tertentu.
Pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan bagian dari kinerja perawat
yang merupakan bagian dari tanggung jawab perawat itu sendiri. Berdasarkan
hasil penelitian dari semua perawat yang mempunyai beban kerja tinggi tersebut
hanya 16,7% yang melakukan pendokumentasian dengan lengkap. Hasil
penelitian ini sejalan dengan pendapat Ilyas, (2012) beban kerja perawat yang
tinggi akan mempengaruhi produktivitas kinerja perawat termasuk kegiatan
pendokumentasian asuhan keperawatan. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan
Sochalski (2004) bahwa semakin banyak jumlah pasien akan meningkatkan beban
kerja dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kualitas pelayanan. Begitu
halnya akibat dari kekurangan tenaga akibat penyebaran dan alokasi yang tidak
merata menyebabkan beban kerja meningkat dan risiko terjadi penurunan kualitas
pelayanan keperawatan (Duffield, et al 2011). Terkait ketergantungan pasien
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Berbeda halnya dengan variabel beban kerja yang menunjukkan bahwa perawat
yang mempunyai beban kerja tinggi cenderung untuk mengurangi kelengkapan
pendokumentasian asuhan keperawatan 0,159 kali dibanding dengan perawat yang
beban kerjanya rendah setelah dikontrol dengan variabel pelatihan. Hasil
penelitian tersebut sesuai menurut study Al-Kandari dan Thomas (2008) yeng
menemukan bahwa 95% perawat melewatkan waktu istirahatnya termasuk
kegiatan pendokumentasian akibat dari banyaknya kegiatan perawat yang
Universitas Indonesia
menyebabkan beban kerja perawat berlebih. Dengan kata lain semakin tinggi
beban kerja perawat maka akan semakin mempengaruhi kelengkapan
pendokumentasian asuhan keperawatan. Pendokumentasian menjadi kurang tidak
maksimal disebabkan oleh beban kerja perawat yang bertambah yang disebabkan
oleh banyaknya pekerjaan perawat (Braaf, Manias & Riley, 2011). Sedangkan
Sugiharto, Keliat dan Hariyati (2012) menyatakan bahwa perawat dalam
melakukan pekerjaannya kerap menyebabkan demotivasi yang disebabkan oleh,
jam kerja yang panjang, dampak jam kerja malam, kekurangan tenaga
keperawatan karena beban kerja tinggi, dan kurang penghargaan.
Pelatihan dan beban kerja perawat merupakan faktor yang harus diperhatikan oleh
institusi pelayanan dalam meningkatkan kelengkapan pendokumentasian karena
berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor tersebut mampu
mempengaruhi pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan sebesar
80,4%. Hal ini memperlihatkan bahwa pentingnya pelatihan bagi perawat dan
memperhatikan beban kerja perawat pelaksana apabila ingin meningkatkan
pelaksanaan pendokumentasiana asuhan keperawatan.
Universitas Indonesia
6.3.2 Proses pengumpulan data untuk melihat beban kerja perawat dengan
mengobservasi semua kegiatan perawat dari awal datang sampai pulang
(continous observation) selama 24 jam dan peneliti berfokus pada kegiatan
di dalam ruangan, sehingga kegiatan dan aktivitas perawat diluar ruangan
atau luar rumah sakit tidak semuanya terpantau secara keseluruhan karena
peneliti tidak mengikuti perawat tersebut.
Universitas Indonesia
Hasil penelitian ini juga dapat menjadi acuan bidang keperawatan bekerjasama
dengan kepala ruang dalam menyelesaikan permasalahan terkait beban kerja
perawat dan ruangan yang tinggi yang akan berdampak pada penurunan kinerja
perawat dan kualitas pelayanan. Oleh karena itu, dengan hasil penelitian ini dapat
menjadi acuan rumah sakit untuk mengevaluasi unit lain sehingga dapat
digunakan sebagai dasar dalam penempatan SDM keperawatan di setiap ruangan
sesuai dengan kebutuhan tenaga dan beban kerja yang tersedia untuk
meningkatkan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan sebagai
bagian dari peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.
Universitas Indonesia
Bab ini menggambarkan tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran peneliti
terhadap institusi rumah sakit, keilmuan keperawatan dan peneliti selanjutnya.
7.1 Kesimpulan
Hasil penelitian hubungan antara karakteristik dan beban kerja perawat dengan
kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan dapat disimpulkan bahwa
mayoritas perawat di ruang umum instalasi rawat inap RSUD Pasar Rebo Jakarta
memiliki pendidikan D III keperawatan, sebagian besar perawat pernah
mengikuti pelatihan pendokumentasian, rata-rata umur perawat adalah termasuk
kategori usia dewasa menengah, dan rata-rata masa kerja perawat adalah 7,15
tahun.
Beban kerja perawat pada shift pagi dan sore sebagian besar mempunyai beban
kerja tinggi dan pada shift malam sebagian besar mempunyai beban kerja rendah.
Secara keseluruhan bahwa sebagian besar perawat di ruang umum instalasi rawat
inap RSUD Pasar Rebo Jakarta mempunyai beban kerja tinggi.
Terdapat hubungan yang bermakna antara masa kerja, pelatihan dan beban kerja
dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan. Tidak ada hubungan
antara pendidikan dan umur dengan kelengkapan pendokumentasian di ruang
umum instalasi rawat inap RSUD Pasar Rebo Jakarta.
109
110
7.2 Saran
7.2.1 Bagi RSUD Pasar Rebo Jakarta
Berdasarkan temuan dari hasil penelitian ini, terdapat beberapa hal yang dapat
disarankan kepada rumah sakit dalam meningkatkan kualitas kinerja perawat
dalam pelaksanan pendokumentasian asuhan keperawatan yaitu:
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Atmaji, M.B.P (2008). Hubungan faktor individu dan organisasi rumah sakit
dengan stress kerja serta hubungan stress kerja dengan kinerja asuhan
keperawatan perawat pelaksana di tuang Rawat Inap RSUD Dr. Soegiri
Lamongan. Tesis. Program Magister FIK UI. Universitas Indonesia.
(Tidak dipublikasikan).
Bergh A.L., Bergh C.H. & Friberg F. (2007) How do nurses record pedagogical
activities? Nurses’ documentation in patient records in a cardiac
rehabilitation unit for patients who have undergone coronary artery
bypass surgery. Journal of Clinical Nursing 16, 1898–1907.
Braaf ,S. Manias, E. & Riley,R. (2011). The role of documents and documentation
in communication failure across the perioperative pathway. A literature
review. International Journal of Nursing Studies 48 (2011) 1024–1038.
Cardona,P. Tappen, R.M. & Tertill, M. (1997). Nursing staff time alocation in
long term care, Awork sampling study. The Journal of Nursing
Administration.
Universitas Indonesia
Dessler, G. (2003). Human resource management. (10th ed). New Jersey : Prentice
hall.
Depkes, RI. (2008). Standar pelayanan minimal rumah sakit. Jakarta : Direktorat
Jendral Bina Pelayanan Medik.
Garrett , C. (2008). The effect of nursing staffing patterns on medical errors and
nursing burnout. AORN Journal 87 (june 2008) 1191-1204
Hariyati, T.S. (1999). Hubungan antara pengetahuan aspek hukum dari perawat
dan karakteristik perawat dengan kualitas pendokumentasian asuhan
keperawatan di Rumah Sakit Bhakti Yudha 1999. Tesis Program Pasca
Sarjana Program Studi Kajian Administrasi Rumah Sakit FKM UI.Jakarta
: Universitas Indonesia (tidak dipublikasikan).
Universitas Indonesia
Hayrinen K. & Saranto K. (2009) The use of nursing terminology in electronic
documentation. Studies in Health Technology & Informatics 146, 342–
346.
Huber, D. (2010). Leadershif and nursing care management. 3rd edition. USA:
Elseiver Health Sciences.
Ilyas, Y. (2011). Perencanaan sumber daya manusia rumah sakit : Teori, metode
dan formula. Edisi revisi. Depok : Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan
FKM UI.
Ilyas, Y. (2012). Kinerja : Teori, penilaian dan penelitian. Edisi revisi. Depok:
Fakultas Kesehatan Masyarakat UI.
Iyer, P.W. & Camp, N.H. (2005). Dokumentasi keperawatan :suatu pendekatan
proses keperawatan (edisi 3th). Terjemahan oleh : Sari Kurnianingsih.
Jakarta : EGC. (Buku Asli Diterbitkan Tahun 1999)
Jefferies, D., Johnson, M., Nicholls, D & Lad, S. (2012). A ward-based writing
coach program to improve the quality of nursing documentation. Journal
Nurse Education Today 32 (2012) 647–651.
Universitas Indonesia
Kemenkes. RI. (2010). Petunjuk teknis penyusunan kebutuhan sumber daya
manusia kesehatan di lingkungan Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.
Kemenkes. RI. (2012). Profil data kesehatan Indonesia tahun 2011. Jakarta.
Kozier, B., Erg, G., & Berman, A. (2004). Fundamental of nursing : Concepts
process and practice. California : Upper Saddle River.
Liang, Y.W., Chen W.Y., Huang, L., Lee, J,L. (2012). Nursing staffing, direct
nursing care hours and patient mortality in Taiwan : the longitudinal
analysis of hospital nurse staffing and patient outcome study. BMH
Health Servive Research 2012, 12 : 44.
Marinis, et al (2010). ‘If it is not recorded, it has not been done!’? consistency
between nursing records and observed nursing care in an Italian hospital.
Journal of Clinical Nursing 19(11-12), 1544–1552.
Universitas Indonesia
Neill, D. (2010). Nursing workload and the changing health care environment : A
review of the : University of Houston Victoria.
Paans W., Sermeus W., Nieweg R.M.B. & Van Der Schans C.P. (2010)
Prevalence of accurate nursing documentation in patient records. Journal
of Advanced Nursing 66(11), 2481–2489.
Potter, P.A. & Perry, G.A. (2010). Fundamental of nursing. Volume 2 (edisi 7th).
ST.Louis : Mosby Year Book.
Polit, D.F., Beck, C.T., Hungler, B.P. (2011). Essential of nursing research
methods, appraisal, and utilization. 5th edition. Philadelphia : Lippincott
Willians & Wilkins.
Prihatini, L. (2007). Analisis hubungan beban kerja dengan stress kerja perawat
ditiap ruangan di ruang rawat inap RSUD Sidikalang. Tesis.
Pascasarjana USU Medan : USU (tidak dipublikasikan).
Ridley, R.T. (2008). The relationship between nurse education level and patient
safety : An integrative review. Journal of Nursing Education, 47 (4), 149-
156.
Universitas Indonesia
Rykkje L. (2009) Implementing electronic patient record and VIPS in medical
hospital wards: evaluating change in quantity and quality of nursing
documentation by using the audit instrument cat-ch-Ing. Nursing Science
& Research in Nordic Countries 29(2), 9–13.
Robins, S.P. (2006). Prilaku organisasi. (Edisi 10th). Alih Bahasa oleh Drs.
Benyamin Molan. Jakarta : PT. Indeks, Kelompok Gramedia.(Buku asli
diterbitkan Tahun 2003).
Rowland, H.S. & Rowland, B.L. (1997) Nursing administration handbook. 4th
edition. Meryland : Aspend Publisher.
Sochalski, J.(2004). The relationship between nurse staffing and the quality of
nursing care in hospitals. Journal Med Care 2004;42: II-67–II-73.
Universitas Indonesia
Sumaedi, D.A.(2010). Persepsi perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian
asuhan keperawatan di RSUD Kota G.J. Cirebon. Tesis. Program
Magister FIK UI. Jakarta: Universitas Indonesia.(Tidak dipublikasikan).
Tomey, A.M. (2009). Nursing management and leadhershif. 8th edition. St. Louis,
Missouri : Mosby elseiver.
Urquhart C., Currell R., Grant M.J. & Hardiker N.R. (2009) Nursing record
systems: effects on nursing practice and healthcare outcomes. Cochrane
Database of Systematic Reviews (1), 1–66.
Wang, N., Hailey, D & Yu, P. (2011). Quality of nursing documentation and
approaches to its evaluation: a mixed-method systematic review. Journal
of Advanced Nursing 67(9), 1858–1875.
Wilkinson, J.M (2007). Nursing process and critical thingking. 4th edition. New
Jersey : Pearson Education.
Wong F.W.H. (2009) Chart audit. Journal for Nurses in Staff Development 25(2),
E1–E6.
Yoder-Wise., P.S. (2011). Leading and managing in nursing. 5th ed. St Louis,
Missouri : Mosby, Inc., an affiliate of Elseiver Inc.
Universitas Indonesia
Lampiran 1
PENJELASAN PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)
Kepada Yth :
Calon Responden Teman Sejawat
Di Unit Perawatan Rumah Sakit .
Anda diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui lebih jauh tentang “Hubungan karakteristik dan beban kerja perawat
dengan pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan di unit perawatan
Rumah Sakit”. Peneliti selanjutnya akan memberikan lembar persetujuan dan
akan menjelaskan keterlibatan anda dalam penelitian ini.
Penelitian ini akan melibatkan perawat yang bekerja di unit perawatan Rumah
Sakit yang berjumlah sekitar 55 orang dari 3 ruang perawatan. Keputusan anda
untuk terlibat dalam penelitian ini tidak akan berpengaruh terhadap status
kepegawaian anda di Rumah Sakit tempat anda bekerja. Anda diberikan
kebebasan untuk berpartisipasi dan apabila anda ikut berpartisipasi anda bebas
untuk mengundurkan diri dari penelitian ini kapanpun.
Pengumpulan data akan dilakukan dengan cara pengamatan (observasi) terhadap
seluruh kegiatan perawat (kegiatan keperawatan langsung, kegiatan keperawatan
tidak langsung dan kegiatan non keperawatan) dan lamanya dengan cara
continous observation selama 3 shift atau 24 jam dan pelaksanaan
pendokumentasian asuhan keperawatan di ruangan. Peneliti akan mengamati
perawat melakukan tugasnya dari awal datang dinas sampai pulang dinas, dan
kegiatan ini akan dilakukan dari jarak sekitar 6 meter atau dari jarak tertentu
sampai observer bisa mengetahui kegiatan yang dilakukan perawat dan
menyesuaikan sesuai kondisi ruangan sehingga tidak mengganggu kegiatan
perawat. Pada penelitian ini peneliti akan dibantu oleh mahasiswa S1 keperawatan
sebagai observer. Perawat yang akan diamati ditentukan sesuai dengan jadwal
shift perawat , sehingga semua yang berdinas pada shift itu akan mempunyai
kesempatan yang sama untuk diobservasi. Data yang diperoleh akan sangat
bermanfaat dan direkomendasikan sebagai landasan Rumah Sakit dalam
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.
Peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak akan menimbulkan sesuatu yang
berdampak negatif terhadap teman sejawat maupun rumah sakit. Peneliti sangat
menghargai hak-hak responden dengan cara menjamin kerahasiaan identitas dan
data-data hasil penelitian atau informasi yang saudara berikan akan dijaga
kerahasiaannya. Penyimpanan data-data tersebut selama 5 tahun, setelah itu akan
dimusnahkan dan penggunaannya hanya untuk kepentingan penelitian ini dalam
meningkatkan kualitas pelayanan di rumah sakit. Oleh karena itu, peneliti sangat
mengharapkan partisipasi teman sejawat dalam penelitian ini. Sebagai tanda
setuju mohon kesediaannya menandatangani lembar persetujuan responden di
bawah ini. Atas kesediannya kami ucapkan terimakasih.
Saya memahami bahwa keikutsertaan saya sebagai responden dalam penelitian ini
bermanfaat bagi peningkatan kualitas pelayanan keperawatan di Rumah Sakit.
Saya mengerti penelitian ini tidak berdampak negatif kepada saya dan karir saya.
Tandatangan Responden
(………………………..)
INSTRUMEN PENELITIAN
Oleh
L.M.Harmain Siswanto
1006833861
INSTRUMEN PENELITIAN
2. Umur = tahun
Kode Observer:………………………
Kode Perawat :………………………
Ruang :………………………
Tanggal :………………………
Shift : Pagi / Sore / Malam (coret yang tidak perlu)
No
Standar Asuhan Keperawatan Ya Tidak
Ket
Pengkajian
1 Data hasil pengkajian dicatat sesuai dengan pedoman
yang ada diruangan
2 Data dikelompokkan bio-psiko-sosio-spiritual ke
dalam format dokumentasi
3 Data pasien dikaji sejak pasien masuk sampai pulang
4 Masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan antara
kondisi klien dengan keadaan normal
Diagnosa Keperawatan
5 Diagnosa keperawatan disusun berdasarkan masalah
6 Diagnosa keperawatan mencerminkan PE/PES
7 Merumuskan diagnosa keperawatan aktual/potensial
sesuai hasil pengkajian
8 Merumuskan prioritas diagnosa keperawatan
Perencanaan Keperawatan
9 Perencanaan disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan
10 Rumusan tujuan mengandung komponen
pasien/subjek, perubahan perilaku, dapat dicapai,
diukur dan terdapat kriteria waktu
11 Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan
kalimat perintah, terinci dan jelas
12 Rencana keperawatan menggambarkan dibuat
bersama pasien atau keluarga
13 Rencana tindakan menggambarkan kerja sama /
kolaborasi dengan tim kesehatan lain
Tindakan keperawatan
14 Tindakan keperawatan yang dilaksanakan mengacu
pada rencanan perawatan yang telah disusun
15 Perawat mengobservasi respon pasien (subjektif dan
objektif ) terhadap tindakan keperawatan
16 Revisi tindakan berdasarkan evaluasi dilihat dari P
(prencanaan)
Catatan
……………………………………………………………………………….
Nilai yang diperoleh :…………………………….
Total penjumlahan seluruh aspek
Nilai : ---------------------------------------------------- X 100%
Jumlah berkas x Jumlah aspek yang dinilai
Lampiran 6
Lampiran 7
2 B 0,800 0,005
4 D 1000 0,001
5 E 1000 0,001
6 F 1000 0,001
7 G 0,657 0,023
8 H 0,625 0,030
9 I 0,635 0,018
10 J 0,667 0,016
11 K 0,526 0,038
Ket : α = 0,05
P value < 0,05 = tidak ada perbedaan persepsi antara peneliti dengan numerator
29 A 2, 9 C 3, 6 I 10, 14
D 11, 17 B 7, 11 E 1
30 A 5, 6 A 2, 4 B 8, 16
F 15,18 H 11
1 A 1, 14 K 9, 17 G 3, 7
(mei) I 13, 10 J 4, 15
2 E 18,12 B 13
3 A 8, 16 A 1, 10 F 2, 5
B 12, 13 H 9, 17
4 A 3, 7 A 8, 14 E 6, 12
G 4, 15 J 5, 16 K 18
9 A 1,6 J 8,9 F 12 ,
10 A 7, E 3
11 A 5 , 11 A 6,7 C 8 , 10
K 13 G 12,
Lampiran 9
Riwayat Pendidikan
Riwayat Pekerjaan
Perawat pada Balai Kesehatan Mata Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi NTB
2006- sekarang
HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN
Lampiran 15
DI IRNA RSUD PASAR REBO JAKARTA