Anda di halaman 1dari 152

UNIVERSITAS INDONESIA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN BEBAN KERJA


PERAWAT DENGAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN
KEPERAWATAN DI INSTALASI RAWAT INAP
RSUD PASAR REBO JAKARTA

TESIS

L.M.Harmain Siswanto
1006833861

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
DEPOK, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN BEBAN KERJA


PERAWAT DENGAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN
KEPERAWATAN DI INSTALASI RAWAT INAP
RSUD PASAR REBO JAKARTA

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Magister Keperawatan

L.M.Harmain Siswanto
1006833861

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
KEKHUSUSAN KEPEMIMPINAN DAN
MANAJEMEN KEPERAWATAN
DEPOK, Juli
2013
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT, pemilik alam semesta, atas berkat
dan karunia-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan Tesis berjudul “Hubungan
Karakteristik dan Beban Kerja Perawat dengan Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan di Instalasi Rawat Inap RSUD Pasar Rebo Jakarta”.Tesis ini disusun
sebagai syarat memperoleh gelar Magister Keperawatan Program Magister
Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Penulis mendapatkan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak selama proses
penyusunan Tesis ini. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tak
terhingga kepada DR. Rr. Tutik Sri Hariyati, S.Kp., MARS., selaku pembimbing I dan
Ns. Sukihananto, S.Kep.,M.Kep selaku pembimbing II yang telah memberikan
masukan, bimbingan dan dukungan dengan penuh kesabaran. Pada kesempatan ini
juga penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dewi Irawati, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
2. Ibu Astuti Yuni Nursasi, MN., selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
3. Ibu Dra. Setyowati, S.Kp., M. App.Sc., Ph.D dan Ns. Nilasari, S.Kep.,M.Kep
selaku penguji yang telah banyak memberikan masukan.
4. Bapak Dr. Nur Abadi.,MM.,Msi selaku Kepala Rumah Sakit Umum Daerah Pasar
Rebo Jakarta.
5. Ibu Ns.Djumsih, S.Kep selaku Kepala Bidang Keperawatan di Rumah Sakit
Umum Daerah Pasar Rebo Jakarta.
6. BPPSDM KEMENKES RI dan BKMM Dinas Kesehatan Provinsi NTB yang telah
memberikan dukungan materi dan perijinan.
7. Orang tuaku (Mamik dan Ibu) dan Mertuaku (Ayah dan Mak) yang selalu
mendoakan dan memberi support disetiap langkah perjuangan kami.
8. Istriku Sabi’ah Khairi, M.Kep., Sp.Kep. Mat. dan anakku Ibnu Aufa Harmais
yang selalu memberi dukungan setiap saat.
9. Rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa Program Magister Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia angkatan 2011 dan Peminatan Kepemimpinan
dan Manajemen Keperawatan khususnya.
10. Rekan-rekan mahasiswa S1 Keperawatan FIK UI yang sudah membantu dalam
penelitian ini yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Semoga bantuan serta budi baik yang telah diberikan mendapat balasan kebaikan dari
Allah SWT. Semoga Tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan Ilmu.

Depok,9 Juli 2013

Penulis

v
Nama :L.M.Harmain Siswanto
Program Studi :Magister Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan
Judul :Hubungan Karakteristik dan Beban Kerja Perawat Dengan
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Instalasi Rawat Inap RSUD
Pasar Rebo Jakarta.

Abstrak

Kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan bagian dari kualitas


pelayanan keperawatan di rumah sakit. Pelaksanaan pendokumentasian adalah indikator
kinerja perawat yang dipengaruhi oleh karakteristik dan beban kerja perawat. Tujuan
penelitian yaitu mengetahui hubungan karakteristik dan beban kerja perawat dengan
kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Umum Instalasi Rawat Inap
RSUD Pasar Rebo Jakarta. Desain penelitian ini adalah analitik observasional dengan
pendekatan retrospektif yang dilakukan pada tiga ruang rawat inap, pengukuran kelengkapan
dokumentasi menggunakan instrumen A Depkes RI dengan sampel 95 dokumen. Pengukuran
beban kerja menggunakan tehnik continous observation dengan sample 46 perawat. Hasil
penelitian adalah kelengkapan pendokumentasian rata-rata belum lengkap 71,6%, dan beban
kerja perawat sebagian besar 52,2% tinggi. Faktor yang paling dominan mempengaruhi
kelengkapan pendokumentasian adalah pelatihan dan beban kerja. Kesimpulan ada hubungan
antara masa kerja, pelatihan dan beban kerja dengan kelengkapan pendokumentasian.
Rekomendasi untuk pentingnya peningkatan pelatihan pendokumentasian bagi perawat dan
meninjau ulang jumlah perawat serta penempatan tenaga sesuai dengan beban kerja di
ruangan.

Kata kunci : Kelengkapan pendokumentasian, beban kerja, karakteristik perawat.

The Relationship between Characteristics and Nurses’Workload with Nursing Care-given


Documentation in the Ward of RSUD PasarRebo Jakarta

Abstract

Completeness of nursing documentation was part an indication of hospital service quality.


Nursing documentation were indicator of the nurse assessment performance in hospital who
influenced by the characteristics and nurses’ workload. Objective this study was to know the
relationship between characteristics and nurses’ workload with the completeness of nursing
documentation in the ward of RSUD Pasar Rebo Jakarta. The study design was a retrospective
analytic observational approach that were done on three wards, completeness of nursing
documentation was measured by instrument A Department of Health with 95 sample
documents. Workload measurement uses continuous observation techniques with 46 sample
of nurses. Completeness of the documentation were average 71.6% not complete yet, and most
of the nurses' workload is 52.2% high. The most dominant factor affecting the completeness of
the documentation were training and workload. Conclusion this study, there was a relationship
between the period of employment, training and workload with the completeness
documentation. Recommendation were to increased-documentation training was important to
nurses; review the number of nurses and staffing them according to workload in the room.

Keywords: Completeness of documentation, workload, nurse characteristics.

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………….. i
PERNYATAAN ORISINILITAS……………………………………………… ii
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………... iii
PERNYATAAN………………………………………………………………. iv
KATA PENGANTAR………………………………………………………… v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI……………………………… vi
ABSTRAK/ABSTRACT…………………………………………………….. vii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………. viii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………….. x
DAFTAR TABEL……………………………………………………………… xi
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………. xii

BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………. 1
1.2 Perumusan Masalah………………………………………………………. 13
1.3 Tujuan P enelitian…………………………………………………………. 14
1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………………… 15

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………… 16


2.1 Manajemen Keperawatan………………………………………………… 16
2.2 Peran Perawat dan Pelayanan Keperawatan……………………………. 20
2.3 Proses Keperawatan……………………………………………………… 22
2.4 Dokumentasi Keperawatan………………………………………………. 27
2.5 Beban Kerja Perawat…………………………………………………….. 42

BAB 3 KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI


OPERASIONAL……………………………………………………… 59
3.1 Kerangka Konsep………………………………………………………… 59
3.2 Hipotesis…………………………………………………………………. 60
3.3 Definisi Operasional……………………………………………………… 61

BAB 4 METODE PENELITIAN……………………………………………. 64


4.1 Desain Penelitian………………………………………………………… 64
4.2 Populasi dan Sampel……………………………………………………… 64
4.3 Tempat Penelitian………………………………………………………… 67
4.4 Waktu Penelitian…………………………………………………………. 69
4.5 Etika Penelitian…………………………………………………………… 69
4.6 Alat Pengumpulan Data………………………………………………….. 71
4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen………………………………… 72
4.8 Prosedur Pengumpulan Data…………………………………………….. 73
4.9 Analisa Data…………………………………………………………….. 75

BAB 5 HASIL PENELITIAN………………………………………………. 79


5.1 Gambaran Perawat Menurut umur dan masa kerja….. …………………. 79
5.2 Gambaran Perawat Menurut Pendidikan dan Pelatihan ………………. 80
5.3 Gambaran Beban Kerja perawat………………………………………….. 80

viii
5.4 Gambaran Pelaksanaan Pendokumentasian Askep……………………….. 82
5.5 Hubungan antara Pendidikan dengan Pendokumentasian……………….. 83
5.6 Hubungan antara Umur dan Masa Kerja dengan pendokumentasian…….. 84
5.7 Hubungan antara Pelatihan dengan Pendokumentasian………………….. 84
5.8 Hubungan antara Beban Kerja dengan Pendokumentasian………………. 85
5.9 Faktor yang paling Dominan Mempengaruhi Pendokumentasian………… 86

BAB 6 PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Perawat……………………………………………………. 89
6.2 Beban Kerja Perawat……………………………………………………… 91
6.3 Kelengkapan Pendokumantasian Asuhan Keperawatan…………………. 94
6.4 Hubungan Karakteristik, Beban Kerja dengan Dokumentasi…………….. 98
6.5 Keterbatasan Penelitian…………………………………………………. 106
6.6 Implikasi Hasil Penelitian………………………………………………… 107

BAB 7 PENUTUP
7.1 Kesimpulan ……………………………………………………………… 109
7.2 Saran…………………………………………………………………….. 110

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian…………………………………………. 53

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian……………………………………….. 54

Gambar 5.4.1 Gambaran Kelengkapan Pendokumentasian ……………………. 81

x
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional…………………………………………………. 56

Tabel 4.1 Uji Univariat…………………………………………………………. 75

Tabel 4.1 Uji Bivariat …………..……………………………………………. 75

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Menurut Umur dan Masa Kerja…..……… 78

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Menurut Pendidikan dan Pelatihan …….. 79

Tabel 5.3 Gambaran Beban Kerja Perawat Pelaksana………………………… 79

Tabel 5.3.1 Gambaran Beban Kerja Perawat Pelaksana per shift …………… 80

Tabel 5.3.2 Gambaran Persentase dan Lama Kegiatan Perawat per shift….. 80

Tabel 5.4 Gambaran Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan….. 81

Tabel 5.5 Gambaran Kelengkapan Pelaksanaan Pendokumentasian

Asuhan Keperawatan terhadap Pendidikan……….……………… 82

Tabel 5.6 Hubungan Umur dan Masa Kerja dengan Kelengkapan

Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan………….. 83

Tabel 5.7 Hubungan Pelatihan dengan Kelengkapan Pelaksanaan

Pendokumentasian Asuhan Keperawatan……………………………. 83

Tabel 5.8 Hubungan Beban Kerja dengan Pelaksanaan Pendokumentasian

Asuhan Keperawatan………………………………………………… 84

Tabel 5.9 Analisis Faktor Kandidat ………………………………………….. 85

Tabel 5.10 Pemodelan Awal ………………………………………………….. 86

Tabel 5.11 Pemodelan Akhir…………………………………………………. 86

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 :Informed Consent Penelitian


Lampiran 2 :Lembar Persetujuan menjadi Responden
Lampiran 3 :Instrumen A Kuesioner Karakteristik Perawat
Lampiran 4 :Format Observasi Continous Observation
Lampiran 5 :Lembar Ceklis Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Lampiran 6 :Form Rekapitulasi Hasil Waktu Pengamatan Beban Kerja
Lampiran 7 :Hasil Uji Kappa
Lampiran 8 :Matrik Jadwal Kegiatan Penelitian
Lampiran 9 :Jenis Kegiatan Perawat
Lampiran 10 :Kegiatan Terlama Setiap Shift
Lampiran 11 :Keterangan Lolos Kaji Etik
Lampiran 12 :Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 13 :Surat Ijin Penelitian dari Rumah Sakit
Lampiran 14 :Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 15 :Waktu Kegiatan Penelitian

xii
BAB 1
PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian
dan manfaat penelitian. Latar belakang penelitian ini menggambarkan tentang
fenomena yang ada dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit, sedangkan
rumusan masalah menguraikan tentang pentingnya penelitian dilakukan dalam
mencari penyelesaian masalah. Tujuan penelitian menguraikan tentang maksud
yang ingin dicapai dari penelitian ini, sedangkan manfaat menjelaskan tentang
kemanfaatan hasil penelitian yang telah dilakukan dari berbagai aspek.

1.1 Latar Belakang


Globalisasi yang ditandai dengan sudah diberlakukannya perdagangan bebas di
ASEAN dan di ASIA PASIFIK pada 2020 disetiap aspek termasuk sektor
kesehatan menyebabkan terjadinya kompetisi yang semakin ketat di setiap negara.
Hal ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi setiap negara dalam meningkatkan
kompetisi untuk meningkatkan pelayanan di bidang kesehatan dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.

Rumah sakit sebagai organisasi yang bergerak dalam bidang jasa yakni pemberi
pelayanan kesehatan dituntut mampu bersaing dengan meningkatkan
pelayanannya kepada masyarakat. Hal ini sesuai dengan tugas dan fungsi rumah
sakit yaitu memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna sesuai
standar pelayanan rumah sakit (Undang-Undang Rumah sakit, 2009).

Pelayanan kesehatan yang memadai akan sangat didukung oleh sumber daya
manusia (SDM) yang tersedia di rumah sakit tersebut. Sumber daya manusia
merupakan salah satu aset yang menjadi tulang punggung dan menentukan maju
mundurnya suatu organisasi. SDM juga dianggap sebagai faktor produksi,
sehingga harus dimanfaatkan dengan produktif (Hasibuan, 2005). Alasan tersebut
menjadi dasar bahwa segala kemampuan SDM harus diberdayakan semaksimal
mungkin untuk meningkatkan produksi.

Hubungan Karakteristik……L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


2

Perawat merupakan bagian dari sumber daya manusia rumah sakit yang
memegang peranan penting dalam terciptanya pelayanan kesehatan. Keperawatan
merupakan SDM terbanyak pada pelayanan kesehatan termasuk di rumah sakit
yakni sekitar 43% dari total jumlah tenaga kesehatan yang ada (Kemenkes RI,
2012). Dengan demikian keberhasilan pelayanan kesehatan sangat bergantung
pada partisipasi perawat dalam memberikan pperawatan yang berkualitas bagi
pasien (Potter & Perry, 2010). Pendapat ini senada dengan pernyataan WHO
bahwa perawat merupakan tulang punggung dalam pencapaian target global,
nasional maupun daerah.

Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di


rumah sakit. Perawat selalu dituntut untuk dapat menghasilkan pelayanan yang
prima, berkualitas dan dapat memuaskan pelanggan terutama klien yang dirawat
di rumah sakit. Menurut Huber (2010) sebanyak 90% seluruh pelayanan di rumah
sakit merupakan pelayanan keperawatan. Hal tersebut membuktikan bahwa posisi
perawat di rumah sakit sangat strategis dan sangat berperan dalam menentukan
kualitas pelayanan rumah sakit secara umum.

Kualitas pelayanan disuatu rumah sakit salah satunya dapat dilihat dari kualitas
pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan (Wang, Hailey & Yu, 2011).
Salah satu hasil kerja perawat juga dapat dilihat dari kelengkapan
pendokumentasian asuhan keperawatan yang dilakukannya. Pelayanan
keperawatan yang bermutu harus memenuhi karakteristik proses keperawatan
dengan sistem terbuka, fleksibel terhadap kebutuhan pasien dan dinamis, berpusat
pada pasien, interpersonal dan kolaboratif, terencana, mempunyai tujuan, ada
umpan balik, dan dapat diterapkan secara universal (Blais, Hayes, Erb & Kozier,
2002). Karakteristik tersebut sama halnya ketika melakukan pendokumentasian
asuhan keperawatan, harus memperhatikan kaidah-kaidah yang sudah ditetapkan.

Pendokumentasian proses keperawatan merupakan kegiatan yang sangat penting


yang dapat menjadi bukti bahwa tindakan keperawatan sudah dilakukan secara
profesional dan legal, sehingga dapat memberikan perlindungan kepada perawat

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik……….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


3

sebagai pemberi jasa pelayanan dan klien sebagai penerima jasa pelayanan (Iyer
& Camp , 2005). Lebih lanjut pendokumentasian juga berguna bagi pihak rumah
sakit dalam meningkatkan standar akreditasi rumah sakit, sebagai syarat dalam
memperoleh bantuan, serta yang tidak kalah pentingnya bahwa pendokumentasian
sebagai alat komunikasi antar profesi di rumah sakit (Teytelman, 2002; Jefferies,
Johnson, Nicholls & Lad, 2012).

Dokumentasi keperawatan dianggap penting karena mampu merekam kronologis


keadaan pasien. Kegiatan dokumentasi dilakukan dengan mencatat semua
tindakan yang dilakukan perawat kepada pasien, mencatat respon terhadap
perawatan serta dapat dipergunakan sewaktu-waktu sebagai alat bukti dalam
persidangan sesuai kebutuhan pasien, keluarga, perawat maupun tenaga
kesehatan lain dengan tetap menjaga kerahasiannya (Jefferies, Johnson, Nicholls
& Lad, 2012). Lebih lanjut dikatakan bahwa dokumentasi diperlukan untuk
merencanakan perawatan klien, sebagai indikator pelayanan mutu, bukti tanggung
jawab dan tanggung gugat perawat, sumber data dan sebagai sarana penelitian
(Jefferies, Johnson, Nicholls & Lad, 2012). Berbagai penelitian terkait
pendokumentasian memberikan gambaran tentang pelaksanaan
pendokumentasian.

Penelitian terkait pendokumentasian yang dilakukan di instalasi rawat inap Rumah


sakit Marinir Cilandak Jakarta adalah rata-rata sebesar 60,77 persen. Hal ini
masih dibawah standar yang ditetapkan depkes yaitu > 85%. Lebih detail hasil
observasi penelitian terhadap dokumentasi yaitu 47,8% masalah yang dirumuskan
tidak sesuai dengan data yang didapatkan, 63% diagnosa keperawatan dirumuskan
tidak sesuai dengan hasil pengkajian, 56,1% prioritas yang dibuat tidak sesuai
dengan kondisi klien, 86,5% rumusan tujuan tidak sesuai, 96,5% rencana
keperawatan tidak menunjukkan keterlibatan pasien, 80,4% tindakan keperawatan
tidak mengacu pada perencanaan yang disusun, 63% respon pasien tidak
terdokumentasi, 70,9% tindakan keperawatan tidak terdokumentasi dengan jelas,
62,2% dokumentasi keperawatan tidak mencantumkan paraf, tanggal serta jam

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik……….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


4

pelaksanaan tindakan dan 67,4% terdapat tip-ex untuk menghapus kesalahan


(Lusianah, 2008).

Pendokumentasian asuhan keperawatan tidak lengkap menurut Laitinen H.,


Kaunonen & Astedt-Kurki (2010) salah satunya disebabkan perawat tidak
mendokumentasikan riwayat kesehatan sebelumnya dan kualitas hidup pasien.
Pendidikan kesehatan yang dilakukan perawat tidak terstruktur dan jarang
didokumentasikan (Fribeg, Bergh & Lepp, 2006). Menurut studi yang dilakukan
Bergh, Bergh & Friberg, (2007) pendokumentasian tidak memadai disebabkan
karena tidak singkronnya lima tahap (pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, tindakan dan evaluasi) dari proses keperawatan yang
didokumentasikan. Sementara berdasarkan studi Marinis et al. (2010)
menunjukkan bahwa data yang didokumentasikan dalam catatan keperawatan
tidak sepenuhnya memadai dan akurat untuk mencerminkan realitas.

Pendokumentasian asuhan keperawatan menjadi tidak lengkap juga ditemukan


masalah terkait penggunaan standar keperawatan dalam pembuatan diagnosis dan
intervensi yang tidak sesuai dengan format PES (problem, etiology dan symptom),
hal ini menunjukkan inkoherensi dalam langkah-langkah proses keperawatan
(Paans., Sermeus.,Nieweg & Van., 2010). Menurut Wong (2009) perawat
terkadang inkonsisten dalam mendokumentasikan waktu pelaksanaan tindakan.
Tandatangan setiap kegiatan perawat, simbol dan singkatan dalam dokumentasi
masih belum dilakukan dengan konsisten (Rykkje, 2009). Tulisan perawat
terkadang tidak jelas dan kalimat yang tidak sesuai (Karslen, 2007). Selain itu
perawat terkadang menulis pendokumentasian tindakan pada tempat yang salah
dalam format yang sudah ditetapkan (Hayrinen & Saranto 2009).

Pelaksanaan pendokumentasian yang tidak lengkap dapat dipengaruhi oleh


karakteristik individu (Potter & Perry, 2010). Karakteristik perawat menurut
Kane, Shamliyan, Mueller, Duval & Wilt (2007) adalah meliputi usia,
pengalaman atau masa kerja dan pendidikan. Karakteristik perawat tersebut sangat
mempengaruhi tenaga keperawatan dalam memberikan pelayanan melalui proses

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik……….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


5

keperawatan dan berdampak pada outcome pasien (Yoder-Wise, 2011). Penerapan


proses keperawatan dan pendokumentasian merupakan bagian dari kinerja
perawat dan kinerja seseorang merupakan penampilan individu maupun kelompok
kerja personel dalam bidangnya.

Karakteristik usia mempengaruhi pelaksanaan pendokumentasian dan kinerja


perawat, sesuai dengan penelitian Rusmiati (2006) bahwa perawat usia diatas 38
tahun lebih baik kinerjanya dibanding perawat yang berusia di bawahnya. Senada
dengan hasil penelitian Hariyati (1999) menemukan bahwa perawat yang
mempunyai usia lebih dari 30 tahun mempunyai kualitas dokumentasi asuhan
keperawatan yang lebih baik daripada perawat berusia kurang dari 30 tahun.
Didukung juga oleh penelitian Suratun (2008) yang menemukan bahwa perawat
yang berusia lebih dari 30 tahun mempunyai dokumentasi keperawatan lebih
lengkap lebih banyak dibanding perawat yang usianya dibawah 30 tahun. Senada
dengan hasil penelitian Widjayanti (2012) bahwa usia sangat mempengaruhi
prilaku pendokumentasian keperawatan setelah dikontrol tingkat pendidikan, lama
kerja, status kepegawaian, persepsi, motivasi, imbalan dan supervisi.

Pelaksanaan pendokumentasian juga dipengaruhi oleh kurangnya kemampuan


perawat itu sendiri karena tidak tahu data apa saja yang harus dimasukkan dan
bagaimana cara mendokumentasikannya yang diakibatkan oleh pendidikan dan
pelatihan yang minimal terhadap pendokumantasian (Hariyati, 1999). Menurut
Jefferies, Johnson, Nicholls & Lad (2012) fokus dari peningkatan pengetahuan
melalui pelatihan meningkatkan dokumentasi keperawatan. Hasil penelitian
Lusianah (2008) menyebutkan bahwa kualitas dokumentasi asuhan keperawatan
akan meningkat sebesar 1,60 pada perawat yang pernah mengikuti pelatihan dari
pada perawat yang tidak pernah mengikuti pelatihan setelah dikontrol oleh
variabel motivasi, afiliasi, berprestasi, supervise, pendidikan, masa kerja dan
pengetahuan.

Pelaksanaan pendokumentasian juga dipengaruhi oleh masa kerja. Semakin


bertambah masa waktu seseorang untuk bekerja maka akan semkin bertambah

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik……….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


6

pula pengalmannya termasuk keterampiln klinisnya (Swansburg &


Swansburg,1999). Hal ini didukung oleh hasil penelitian Lusianah (2008)
didapatkan bahwa ada hubungan yang sedang antara masa kerja dengan kualitas
pelaksanaan dokumentasi keperawatan. Setiap penambahan masa kerja 1 tahun
maka kualitas dokumentasi proses keperawatan akan mengalami peningkatan
sebesar 0,91 setelah dikontrol oleh variabel motivasi kebutuhan kekuasaan,
kebutuhan afiliasi, kebutuhan berprestasi, supervisi, pendidikan pengetahuan dan
pelatihan.

Pendidikan perawat juga dapat mempengaruhi pelaksanaan pendokumentasian.


Pendidikan mempunyai hubungan yang sangat erat antara pekerjaan yang ada di
klinik yang membutuhkan keterampilan yang memadai, begitu juga kaitannya
dengan pelaksanaan pendokumentasian. Hal ini didukung oleh hasil penelitian
Lusianah (2008) menemukan bahwa perawat yang mempunyai pendidikan
setingkat Akademi perawat (Akper) mempunyai kualitas dokumentasi lebih baik
di banding perawat yang tingkat pendidikannya setingkat SPK. Kualitas
dokumentasi akan meningkat sebesar 5,84 pada perawat yang berpendidikan
Akper daripada perawat yang berpendidikan SPK. Lebih lanjut menurut Ilyas
(2012) menjelaskan bahwa kualitas hasil kerja perawat salah satunya adalah
kegiatan dokumentasi keperawatan dipengaruhi oleh beban kerja yang tinggi.

Beban kerja perawat di pelayanan keperawatan sangat ditentukan oleh jumlah


perawat, ketergantungan pasien dan lamanya waktu jaga perawat (Marquis &
Huston, 2010). Seluruh tindakan yang dilakukan perawat selama 24 jam berada di
rumah sakit merupakan bagian dari beban kerja perawat yang secara umum terdiri
dari 2 komponen yaitu jumlah klien dan prosedur tindakan. Menurut Marquis dan
Huston (2010); Hurst (2005) semakin tinggi tingkat ketergantungan pasien maka
akan semakin banyak tindakan yang akan diberikan dan akan semakin menambah
beban kerja perawat di unit tersebut. Lebih lanjut Myny et al (2012)
mengidentifikasi dari sejumlah faktor yang mempengaruhi beban kerja, faktor
yang paling berdampak adalah terkait dengan jumlah pekerjaan yang dikerjakan
oleh perawat.

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik……….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


7

Berbagai jenis penelitian-penelitian yang telah dilakukan terkait beban kerja


perawat. Salah satu diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Robot
(2009) yang bertujuan untuk menganalisis beban kerja perawat dalam
mengevaluasi kebutuhan tenaga perawat di ruang IRNA RSU Prof. dr. R.
D.Kandau Manado. Hasil penelitian ini menemukan bahwa kegiatan perawat yang
paling banyak dikerjakan oleh perawat adalah kegiatan perawatan langsung.
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dibutuhkan sejumlah 31 orang perawat
di ruang IRNA B, sedangkan yang tersedia saat itu sejumlah 27 orang, yang
artinya kekurangan 4 orang perawat. Lebih lanjut bahwa beban kerja perawat di
IRNA B belum maksimal yang ditandai dengan prosentase waktu kerja produktif
adalah 50% dari total waktu yang dikerjakan perawat.

Penelitian Sasyari (2013) tentang analisis ketenagaan yang dilakukan pada 17


ruangan rawat inap dan intensif di RSU Kota Tasikmalaya menemukan adanya
ketidaksesuaian antara kehadiran tenaga perawat yang masih kurang dengan
kebutuhan tenaga perawat berdasarkan ketergantungan pasien disetiap shift. Lebih
lanjut hasil penelitian menemukan ketenagaan di rumah sakit tersebut masih
kurang karena berdasarkan perhitungan Depkes (2005) didapatkan sekitar 526
orang sedangkan yang tersedia 432 orang. Hal itu menunjukkan bahwa beban
kerja perawat di setiap ruangan di rumah sakit tersebut cukup tinggi dalam
memberikan asuhan keperawatan.

Penelitian oleh Al-Kandari dan Thomas (2008) yang bertujuan untuk


mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang merugikan perawat kaitannya dengan
beban kerja, ketenagaan, dan rotasi shift didapatkan bahwa 95% perawat
melewatkan waktu istirahatnya, 86 % perawat tidak memperoleh bantuan yang
optimal, 80% perawat menyediakan waktu untuk pendokumentasian, 71%
perawat menyatakan kepeduliannya terhadap kualitas pelayanan. Hal ini senada
dengan hasil penelitian Aiken, Clarke & Sloane (2002) bahwa 35-45% perawat di
Amerika dan Kanada menghabiskan waktunya untuk melaksanakan kegiatan tidak
langsung keperawatan seperti transportasi dan pengiriman makanan pasien
sebagai akibat dari kurangnya tenaga kesehatan yang menangani tugas tersebut.

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik……….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


8

Hasil penelitian tersebut menunjukkan kegiatan yang dilakukan perawat


bervariasi, kompleks dan mempunyai beban kerja yang berlebih.

Waktu pelayanan tindakan prosedural keperawatan yang paling banyak biasanya


pada shift pagi. Sehingga beban kerja pada waktu jaga pagi lebih tinggi dibanding
waktu jaga sore dan malam. Pernyataan ini didukung oleh penelitian Mobiliu
(2005) bahwa dari tiga shift yang diteliti di IRNA D dan G RSUD Prof.Dr. Aloe
Saboe Gorontalo ditemukan bahwa beban kerja paling tinggi yaitu pada shift pagi.
Senada dengan hasil penelitian Cardona, Tappen dan Tertill (1997) yang
menemukan bahwa tindakan prosedural keperawatan sebanyak 70% dilakukan
pada waktu jaga pagi.

Beban kerja juga dapat mempengaruhi prestasi kerja (Ilyas, 2012). Oleh karena itu
unit-unit di keperawatan perlu untuk mengkaji tingkat beban kerja selama ini yang
dikaitkan dengan waktu jaga dan banyaknya prosedur tindakan yang dilakukan
perawat sesuai dengan kemampuannya serta karakteristik perawat. Senada dengan
penelitian Sochalski (2004) bahwa kualitas asuhan keperawatan sangat
bergantung dari jumlah pasien yang dirawat, semakin banyak pasien maka beban
kerja semakin tinggi sehingga menyebabkan banyak asuhan keperawatan tidak
maksimal dan keselamatan pasien terancam. Lebih lanjut Hurst (2005)
menemukan bahwa beban kerja yang tinggi di bangsal perawatan yang setara
dengan kelas tiga menyebabkan kurang maksimalnya pelaksanaan dokumentasi
kegiatan perawat.

Pendokumentasian yang tidak lengkap dan tidak sesuai standar akan memberikan
kerugian bagi klien karena informasi penting terkait perawatan dan kondisi
kesehatannya terabaikan (Teytelman, 2002). Lebih lanjut menurut Braaf, Manias
dan Riley (2011) dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pendokumentasian
yang tidak efisien dan tidak efektif akibat dari kualitas dan keakuratannya yang
kurang memadai bisa menyebabkan terjadinya kesalahan komunikasi antar
perawat maupun profesi lain yang menyebabkan banyak waktu yang terbuang dan
peningkatan beban kerja akibat pekerjaan yang berulang.

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik……….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


9

Pendokumentasian merupakan bagian dari alat komunikasi dirumah sakit.


Menurut Haig, Sutton, Whittington (2006) bahwa komisi bersama akreditasi
kesehatan organisasi Amerika (JCAHO) mengatakan 65% kejadian sentinel
disebabkan oleh masalah komunikasi. Lebih lanjut menurut Jefferies, Johnson,
Nicholls & Lad (2012) bahwa komisi keselamatan perawatan dan kualitas
kesehatan Australia (2008) mengidentifikasi 13% dari kesalahan manajemen
klinis disebabkan terkait dengan kesalahan dokumentasi. Hal ini memperlihatkan
bahwa pelaksanaan pendokumentasian sangat penting bagi perawat untuk
meningkatkan kualitas pelayanan.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di RSUD Pasar Rebo
Jakarta terhadap pencapaian Bed Ocupancy Rate (BOR) tahun 2011 rata-rata
71% dan length of Stay (LOS) rata-rata 4 hari, sedangkan tahun 2012 BOR rata-
rata mengalami peningkatan menjadi 74% dan LOS rata-rata 4 hari. Pencapaian di
Instalasi rawat inap Rumah sakit umum daerah Pasar Rebo Jakarta, didapatkan
indikator pemakaian tempat tidur (BOR) rata-rata capaian BOR tahun 2012
masing-masing ruangan yaitu ruang Melati 89%, ruang Anggrek 83%, ruang
Teratai 80%, Mawar 74%, dahlia 78%, Delima 72% dan Cempaka 63%.
Wawancara dengan asisten manajer II instalasi rawat inap didapatkan bahwa
dilihat dari klasifikasi ketergantungan pasien, dari rata-rata jumlah pasien rawat
inap 75% adalah ketergantungan moderat atau parsial, 12% klasifikasi semi total
dan 13% klasifikasi minimal (Siswanto, 2012).

Hasil studi pendahuluan juga didapatkan bahwa karakteristik status kepegawaian


perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Pasar Rebo terdiri dari pegawai tetap PNS
berjumlah 25 orang (12,8%) dan pegawai tetap Non PNS berjumlah 170 orang
(87,2%). Masa kerja perawat bervariasi mulai dari 1 tahun sampai 35 tahun per
Oktober 2012. Kejadian perpindahan kerja perawat ke instansi lain masih sering
terjadi. Hal ini disebabkan oleh perubahan status kepegawaian dari non PNS
menjadi PNS, mengikuti suami/istri dan karena keluar tanpa alasan yang jelas.
Data tentang kehadiran perawat di instalasi rawat inap pada bulan Desember 2012
menunjukkan bahwa 33% perawat datang terlambat. Menurut pernyataan salah

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik……….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


10

seorang dari bidang keperawatan RSUD Pasar Rebo menyatakan bahwa salah satu
alasan terjadinya fenomena diatas adalah tingginya beban kerja perawat di
instalasi rawat inap RSUD Pasar Rebo Jakarta (Bidang Keperawatan RSUD Pasar
Rebo Jakarta).

Hasil penyebaran kuesioner pada bulan September 2012 pada saat kegiatan
reidensi terkait beban kerja perawat pelaksana di RSUD Pasar Rebo oleh Ratantao
(2012), diperoleh hasil sebesar 59,7% perawat pelaksana menyatakan mempunyai
beban kerja tinggi. Hasil wawancara diperoleh pernyataan bahwa, hampir semua
kepala ruang di instalasi rawat inap mengatakan masih kekurangan tenaga
keperawatan bila dibanding beban kerja yang sebenarnya. Hal ini senada dengan
yang disampaikan kepala bidang keperawatan bahwa rata-rata kepala ruang
mengeluh kekurangan tenaga keperawatan dan mengajukan penambahan tenaga.

Indikator mutu pelayanan di rumah sakit dilihat dari angka kepuasan pasien
maupun perawat. Berdasarkan wawancara dengan komite keperawatan
menjelaskan hasil evaluasi terakhir yang dilakukan terhadap kepuasan pasien
tahun 2010 di dapatkan skala kepuasan pasien sebesar 3,74 untuk skala 1-5.
Sedangkan berdasarkan kuesioner terhadap kepuasan perawat di instalasi rawat
inap ketika pengkajian data kegiatan residensi tahun 2012 didapatkan bahwa 54,2
% perawat mengatakan kurang puas terhadap pelayanan yang diberikan dan
terkait penghargaan yang diberikan rumah sakit. Kualitas pelayanan yang baik
akan berdampak pada kepuasan pelanggan khususnya pasien yang dirawat.
Menurut Depkes (2008) kepuasan pelanggan rumah sakit harus lebih dari 90%
(Komite Keperawatan RSUD Pasar Rebo, 2012).

Observasi yang dilakukan selama kegiatan residensi berlangsung (September-


Desember, 2012), kepala ruang terlihat merangkap sebagai perawat pelaksana.
Hal itu disebabkan karena kurang mampunya perawat pelaksana yang ada untuk
menangani pelayanan pasien akibat banyaknya tindakan dan tidak sebandingnya
jumlah perawat dengan pasien. Sementara itu, sering terjadi perawat pelaksana
harus mengalami double shift untuk memenuhi kebutuhan tenaga perawat akibat

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik……….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


11

beban kerja yang berlebih atau menggantikan perawat lain yang berhalangan
masuk kerja karena alasan tertentu. Hasil wawancara dengan Asisten manajer
didapatkan sekitar 35% perawat pernah melanjutkan jadwal jaga atau double shift
di instalasi rawat inap pada bulan Desember tahun 2012. Hal itu dilakukan untuk
menutupi jumlah tenaga yang tidak masuk dengan alasan cuti tahunan, cuti
melahirkan, cuti alasan penting, sakit dan lain sebaginya. Jika kondisi ini terus
berlanjut, risiko akan berdampak pada semakin menurunnya mutu pelayanan
keperawatan akibat kelelahan perawat yang bisa mengganggu kinerja perawat
tersebut (Siswanto, 2012).

Fenomena lain yang ditemukan di RSUD Pasar Rebo berdasarkan wawancara


dengan komite keperawatan dan asisten manajer keperawatan bahwa tugas pokok
dan fungsi masing-masing jabatan sudah ada. Namun demikian, masih ada
koordinator perawat, kepala ruang maupun perawat pelaksana yang tidak bekerja
sesuai tugas pokok dan fungsinya. Hasil observasi juga terlihat koordinator
perawat dan kepala ruang rata-rata ikut bekerja selayaknya perawat pelaksana di
ruang masing-masing dengan alasan kekurangan tenaga keperawatan.

Hasil pengamatan lain didapatkan bahwa perawat melaksanakan pekerjaan


keperawatan yang bervariasi dari pekerjaan langsung maupun tidak langsung.
Pekerjaan langsung yang dilakukan seperti mengukur tekanan darah, suhu,
pernapasan, nadi, merawat luka, injeksi, dan lain sebagainya. Sedangkan
pekerjaan tidak langsung juga sangat banyak diantaranya mengantar pasien
periksa laboratorium dan rontgen, mengambil hasil laboratorium dan rontgen,
mengantar pasien ke poliklinik, mengantar pasien konsultasi, pendokumentasian
keperawatan dan lain sebagainya. Begitu juga dengan kegiatan non keperawatan
seperti menelpon untuk kepentingan pribadi, mandi, ke toilet, solat, makan dan
lain-lain. Semua kegiatan keperawatan yang dilakukan oleh perawat ada yang
terdokumentasi dan ada yang tidak (Siswanto, 2012).

Dillihat dari kegiatan pendokumentasian asuhan keperawatan sudah berjalan


namun masih belum optimal. Berdasarkan observasi yang dilakukan masih

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik……….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


12

banyak format dokumentasi yang tidak terisi lengkap dari pengkajian sampai
evaluasi, selain itu banyak pendokumentasian yang tidak sesuai antara apa yang
didapatkan dipengkajian, dengan diagnosa maupun implementasi, tindakan yang
dilakukan tidak sesuai dengan rencana yang sudah dibuat. Hasil observasi juga
ditemukan masih ada yang tidak memberikan paraf, menuliskan waktu tindakan
dilaksanakan di hasil pendokumentasian. Pendokumentasian asuhan keperawatan
juga masih sering dilakukan diakhir shift sehingga terlihat dilakukan dengan
terburu-buru. Berdasarkan hasil audit tahun 2012 dari satuan pengawas internal
(SPI) rumah sakit terhadap dokumentasi asuhan keperawatan di instalasi rawat
inap didapatkan hanya 60 % pendokumentasian yang dilakukan oleh perawat.
Hasil tersebut masih dibawah standar yang ditetapkan depkes yaitu 85% (Depkes,
2005).

Manajer keperawatan sebagai bagian dari komponen manajemen rumah sakit


bertanggung jawab meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. Seorang manajer
dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya yaitu dengan mengoptimalkan
fungsi manajemen rumah sakit dari perencanaan sampai pengawasan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan di rumah sakit (Marquis & Huston, 2010).
Manajer harus membuat pendekatan yang sistematik dan ilmiah untuk mengatasi
masalah yang dimulai dengan membuat tujuan dan diakhiri dengan langkah
evaluasi.

Berbagai penelitian dilakukan terkait dengan beban kerja perawat. Namun


demikian perlu dilakukan evaluasi terkait beban kerja secara observasi dengan
tehnik continuous observation untuk melihat kegiatan perawat dan lamanya
setiap shift serta studi dokumentasi menggunakan instrumen A Depkes yang
dimodifikasi terkait kelengkapan pendokumentasian yang dilakukan perawat. Hal
ini akan berguna sebagai dasar penempatan tenaga keperawatan dimasing-masing
ruangan untuk menunjang peningkatan kualitas pelayanan di rumah sakit. Dengan
demikian, berdasarkan fenomena di atas perlu dilakukan penelitian terhadap
kualitas pelayanan rumah sakit yang salah satunya dapat dilihat dari kelengkapan

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik……….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


13

pendokumentasian proses keperawatan yang dikaitkan dengan beban kerja


perawat dan melihat karakteristik perawat di rumah sakit.

1.2 Rumusan Masalah


Gambaran beban kerja perawat yang masih tinggi dan pelaksanaan
pendokumentasian asuhan keperawatan yang belum optimal harus menjadi
perhatian manajemen rumah sakit. Apabila hal ini tidak ditangani dengan baik
akan berdampak terhadap penurunan kualitas pelayanan rumah sakit. Dampak lain
adalah penurunan kepuasan kerja perawat dan penurunan kepuasan pasien.

Beban kerja perawat yang tinggi dapat berpengaruh terhadap kualitas pelayanan
rumah sakit salah satunya yang dapat dilihat dari kelengkapan pendokumentasian
asuhan keperawatan. Salah satu strategi untuk meningkatkan kualitas pelayanan
rumah sakit adalah dengan mengukur beban kerja perawat selama jadwal dinas
berlangsung, untuk selanjutnya menyesuaikan penempatan tenaga perawat sesuai
dengan beban kerja dimasing-masing ruangan tempat kerja.

Manajemen rumah sakit khususnya manajer perawat harus memahami kondisi


lingkungan ruangan rumah sakit dan kapasitas kemampuan perawat pelaksana
dalam bekerja. Terutama sekali dalam pengaturan kebutuhan tanaga perawat
sesuai dengan beban kerja yang ada diruangan untuk peningkatan kualitas
pelayanan. Faktor lain yang mempengruhi kualitas pelayanan adalah masa kerja,
usia dan pendidikan. Rumah sakit memerlukan strategi untuk meningkatkan
kualitas pelayanan khususnya terkait kualitas pendokumentasian asuhan
keperawatan di instalasi rawat inap. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
menjawab pertanyaan penelitian tentang ” adakah hubungan antara karakteristik
dan beban kerja perawat dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit?.

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik……….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


14

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik dan beban kerja
perawat dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Umum
Instalasi Rawat Inap RSUD Pasar Rebo Jakarta.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah diketahuinya :
1.3.2.1 Gambaran karakteristik perawat (umur, pendidikan, masa kerja dan
pelatihan) di Ruang Umum Instalasi Rawat Inap RSUD Pasar Rebo
Jakarta.
1.3.2.2 Gambaran beban kerja perawat di Ruang Umum Instalasi Rawat Inap
RSUD Pasar Rebo Jakarta.
1.3.2.3 Gambaran kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang
Umum Instalasi Rawat Inap RSUD Pasar Rebo Jakarta.
1.3.2.4 Gambaran kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan terhadap
pendidikan perawat di Ruang Umum Instalasi Rawat Inap RSUD Pasar
Rebo Jakarta.
1.3.2.5 Hubungan antara umur perawat dengan kelengkapan pendokumentasian
asuhan keperawatan di Ruang Umum Instalasi Rawat Inap RSUD Pasar
Rebo Jakarta.
1.3.2.6 Hubungan antara masa kerja perawat dengan kelengkapan
pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Umum Instalasi Rawat
Inap RSUD Pasar Rebo Jakarta.
1.3.2.7 Hubungan antara pelatihan perawat dengan kelengkapan
pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Umum Instalasi Rawat
Inap RSUD Pasar Rebo Jakarta.
1.3.2.8 Hubungan antara beban kerja perawat dengan kelengkapan
pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Umum Instalasi Rawat
Inap RSUD Pasar Rebo Jakarta.
1.3.2.9 Faktor yang paling dominan terhadap kelengkapan pendokumentasian
asuhan keperawatan di Ruang Umum Instalasi Rawat Inap RSUD Pasar
Rebo Jakarta.

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik……….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


15

1.4 Manfaat penelitian


1.4.1 Bagi Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini memberikan implikasi kepada manajemen rumah sakit
terkait strategi pengelolaan sumber daya manusia keperawatan. Strategi
yang dimaksud adalah penempatan SDM keperawatan di setiap ruangan
sesuai dengan beban kerja yang tersedia untuk meningkatkan kualitas dan
kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan sebagai bagian dari
kualitas pelayanan keperawatan secara umum.

1.4.2 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan


Hasil penelitian ini dapat memberikan implikasi pada perkembangan ilmu
manajemen sumber daya manusia keperawatan terkait beban kerja dan
pendokumentasian asuhan keperawatan. Kajian teoritis dalam penelitian ini
memberikan masukan dalam strategi pengelolaan dan memanajemen
sumber daya manusia keperawatan di rumah sakit. Kondisi ini dapat
memberikan perhatian pada manajer dan manajemen rumah sakit dalam
mengatur sumber daya manusia keperawatan sesuai kompetensinya untuk
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.

1.4.3 Bagi Penelitian Keperawatan


Hasil penelitian ini memberikan wawasan bagi ilmu pengetahuan tentang
manajemen sumber daya manusia keperawatan khususnya terkait beban
kerja perawat dan pendokumentasian asuhan keperawatan. Selanjutnya
penelitian ini dapat sebagai pemikiran awal bagi peneliti lain dalam
meningkatkan penelitian terkait beban kerja perawat dalam meningkatkan
kualitas asuhan keperawatan di rumah sakit.

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik……….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Bab 2 memaparkan teori dan konsep yang terkait dengan masalah penelitian yang
digunakan sebagai bahan rujukan dalam penelitian ini. Tinjauan literatur
mencakup konsep manajemen keperawatan dan pelayanan keperawatan, proses
keperawatan, dokumentasi asuhan keperawatan, beban kerja dan faktor-faktor
yang mempengaruhi beban kerja dan pendokumentasian keperawatan. Teori-teori
tersebut akan membantu peneliti dalam menganalisa data-data terkait hasil
penelitian.

2.1 Manajemen Keperawatan


Manajemen keperawatan merupakan proses koordinasi dan integrasi melalui
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian untuk mencapai
tujuan organisasi dan pelayanan keperawatan yang lebih nyata dan spesifik
(Huber, 2010). Manajemen menurut Marquis dan Huston (2010) adalah suatu
proses perencanaan, pengorganisasian, personalia, pengarahan, pengkoordinasian,
pelaporan dan pembiayaan. Menurut Tomey (2009) manajemen keperawatan
merupakan suatu proses keperawatan yang menggunakan konsep manejemen
yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam
mencapai tujuan tertentu dengan memperhatikan unsur manusia, metode, materi,
anggaran, waktu dan pemasaran. Manajemen keperawatan juga dapat
didefinisikan sebagai proses dalam bekerja melalui individual maupun kelompok
dan sumber daya yang lain seperti modal, teknologi, peralatan untuk mencapai
tujuan organisasi (Hersey, Blanchard & Johnson, 2008).

Kesimpulannya bahwa manajemen keperawatan merupakan suatu tindakan untuk


mencapai tujuan pelayanan keperawatan melaui proses-proses perencanaan,
pengorganisasian, kepersonaliaan, pengarahan dan pengendalian. Pencapaian
tujuan dalam pelayanan keperawatan tidak terlepas dari manajemen pelayanan
(manajemen of service) yang digunakan yang sangat erat kaitannya dengan
fungsi-fungsi manajemen diantaranya.

16

Hubungan Karakteristik………L.M.Harmain Siswanto, FIK UI,2013


17

2.1.1 Perencanaan
Perencanaan secara umum merupakan suatu langkah awal dalam manajemen.
Perencanaan adalah bagian dari fungsi menejemen untuk menentukan prioritas,
hasil dan metode untuk mencapai hasil (Huber, 2010). Menurut Hersey, Blanchard
dan Johnson (2008) perencanaan merupakan proses melibatkan tujuan, sasaran
dan mengembangkan kerangka kerja untuk menunjukkan langkah dalam
mencapainya. Proses perencanaan meliputi penentuan filosofi suatu organisasi,
tujuan, kebijakan, prosedur dan peraturan baik jangka pendek maupun jangka
panjang dan menentukan intervensi fiskal serta perubahan terencana (Marquis &
Huston, 2010).

Kesimpulannya bahwa perencanaan merupakan proses melibatkan tujuan, sasaran


dalam menentukan prioritas, hasil dan metode dengan kerangka kerja untuk
menentukan langkah dalam mencapai tujuan. Pada tahap perencanaan merupakan
tahap yang paling awal dan paling penting karena menentukan tahap-tahap pada
proses selanjutnya. Tipe perencanaan ada dua yaitu rencana strategi dan rencana
taktis (Huber, 2010 ; Levenstein, 1985). Rencana strategi meliputi visi, misi,
tujuan dan sasaran, sedangkan rencana taktis meliputi rencana jangka pendek
termasuk rencana kegiatan, perencanaan kepersonaliaan, dan rencana pemasaran.

2.1.2 Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah bagian dari fungsi manajemen yang berhubungan dengan
pengalokasian dan pengkonfigurasian sumberdaya untuk mencapai tujuan dan
sasaran (Huber, 2010). Pengorganisasian meliputi struktur untuk melaksanakan
rencana, menentukan jenis pemberian asuhan yang paling tepat dan
mengelompokkan aktivitas untuk mencapai tujuan unit dengan menggunakan
otoritas kekuasaan yang tepat (Marquis & Huston, 2010). Menurut Hersey,
Blanchard dan Johnson (2008) variasi dan esensi dari pengorganisasian adalah
integrasi dan koordinasi sumberdaya. Kesimpulannya bahwa pengorganisasian
merupakan kegiatan memobilisasi sumberdaya melalui integrasi dan koordinasi
dalam melaksanakan perencanaan untuk mencapai tujuan dan sasaran.

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI,2013


18

Pada fungsi ini juga seorang manajer melakukan pengorganisasian dan koordinasi
setiap kegiatan secara vertical maupun horizontal dengan unit-unit yang berkaitan
dalam meningkatkan pencapaian tujuan. Kaitannya fungsi ini dengan kegiatan
pendokumentasian asuhan keperawatan adalah bagaimana seorang manajer
melakukan pengorganisasian terhadap kegiatan supervisor, perawat pelaksana,
kepala ruang untuk berjalannya pendokumentasian yang lengkap dan berkualitas
disetiap waktu jaga.

2.1.3 Kepersonaliaan
Kepersonaliaan merupakan bagian dari fungsi manajemen yang meliputi
penerimaan karyawan, mewawancara, mengontrak atau ikatan kerja dan
mengorientasikan staf (Marquis & Huston, 2010; Tomey, 2009). Hal lain yang
termasuk fungsi ini adalah terkait penjadwalan yang memadai, pengembangan
staf, sosialisasi karyawan dan team pembangun. Fungsi ini sangat penting terkait
kualitas dan kuantitas sumber daya manusia untuk mendukung fungsi-fungsi yang
lain.

Fungsi kepersonaliaan sangat erat kaitannya dengan beban kerja dan kinerja
perawat (Tomey, 2009). Pendokumentasian yang merupakan bagian dari kinerja
perawat sangat ditentukan oleh ketersediaan staf perawat. Apabila ketersediaan
jumlah perawat kurang maka akan menjadi pemicu menurunnya kinerja dan
kualitas pelayanan perawat termasuk bagaimana pelaksanaan pendokumentasian.
Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Mobiliu (2005) yang menyatakan
bahwa adanya keterkaitan antara shift pagi dengan kualitas pendokumentasian
dibanding shift sore dan malam. Hal ini terjadi dikarenakan waktu jaga pagi
disetiap rumah sakit mempunyai kegiatan yang banyak yakni prosedural
keperawatan sebanyak 70% dilakukan pada waktu jaga pagi dan membutuhkan
tenaga yang memadai juga (Cardona, Tappen dan Tertill, 1997).

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI,2013


19

2.1.4 Pengarahan
Pengarahan merupakan fungsi yang tidak kalah pentingnya dalam manajemen
keperawatan untuk menetapkan arah dan mempengaruhi orang untuk mencapai
tujuan (Huber, 2010; McNamara, 1999). Fungsi pengarahan merupakan erat
kaitannya dengan fungsi personalia karena terkait dengan kepemimpinan dan
tanggung jawab dalam pengembangan sumber daya manusia (McNamara, 1999).
Pengembangan tersebut misalnya memotivasi, supervisi, mengatasi konflik,
mendelegasikan, mengkomunikasikan dan memfasilitasi adanya kolaborasi
(Marquis & Huston, 2010; Tomey, 2009; Huber, 2010).

Fungsi pengarahan bertujuan juga membangun efektifitas kelompok perawat


pelaksana agar tetap bekerja sesuai dengan yang diharapkan (Rowland &
Rowland, 1997). Kesimpulannya bahwa pengarahan merupakan suatu cara untuk
menumbuhkan semangat tinggi dalam mengerjakan tugas-tugas melalu upaya
komunikasi, motivasi, supervisi, mengatasi konplik dan kolaborasi.

2.1.5 Pengendalian
Pengendalian adalah fungsi manajemen bertujuan memonitoring dan
menyesuaikan rencana, proses dan sumber daya untuk lebih efektif dan efisiensi
dalam mencapai tujuan (Huber, 2010). Menurut McNamara (1999) pengendalian
merupakan langkah untuk mengkoordinasikan dalam mengorganisasikan
perhitungan dengan sistematik terhadap situasi yang terjadi. Kesimpulannya
bahwa pengendalian merupakan pengawasan terhadap rencana, proses dengan
melihat perbandingan antara hasil pencapaian kerja dengan standar yang
ditetapkan.

Pengendalian meliputi penilaian terhadap kinerja seperti kelengkapan


pendokumentasian perawat, tanggung gugat, pengawasan mutu, pengawasan etika
dan pengawasan hubungan profesional dengan kolega. Pengendalian merupakan
bagian dari kendali organisasi terhadap produktivitas, inovasi dan kualitas hasil,
oleh karena itu pengendalian sangat penting sebagai cara untuk belajar dan
tumbuh baik secara personal maupun professional. Selama fase pendalian pada

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI,2013


20

proses manajemen, kinerja diukur menggunakan standar yang telah ditentukan


sebelumnya. Penilaian terhadap pelaksanaan proses asuhan keperawatan
merupakan bagian dari pengawasan terhadap kinerja perawat (Huber,
2010;Marquis & Huston, 2010).

Fungsi-fungsi manajemen tersebut merupakan modal yang harus dimiliki oleh


perawat sesuai tugas dan fungsinya baik sebagai manajer maupun perawat
pelaksana. Peran perawat dalam pelayanan keperawatan sangat penting dalam
meningkatkan kualitas pelayanan.

2.2 Peran Perawat Dalam Pelayanan Keperawatan


Pelayanan keperawatan merupakan proses kegiatan yang alami dan berurutan
yang dilakukan oleh perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien
(Swansburg, 2000). Kegiatan pelayanan keperawatan dilakukan dalam upaya
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan dan
pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan
sesuai wewenang, tanggung jawab dan etika profesi keperawatan sehingga
memungkinkan setiap individu mencapai kemampuan hidup sehat.

Peran dan fungsi perawat sebagai profesi, khususnya di rumah sakit adalah
memberikan pelayanan keperawatan atau asuhan keperawatan . Menurut Daniels
(2005) bahwa peran adalah tingkah laku yang diharapkan yang ditentukan oleh
keluarga, budaya, dan norma sosial. Identitas sosial melebur bersama dengan
konsep diri sehingga menggambarkan tingkah laku peran. Peran itu sendiri
haruslah dijalankan dengan tanggung jawab menurut Daniels (2005) pada saat
seseorang tidak dapat memenuhi tanggung jawab perannya, konsep diri
mengalami permasalahan. Begitu halnya dengan peran perawat sebagai kepala
ruang, ketua tim maupun perawat pelaksana, masing-masing mempunyai
tanggung jawab dan fungsi yang berbeda yang bertujuan untuk meningkatkan
pelayanan keperawatan.

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI,2013


21

Tanggung jawab dan fungsi kepala ruang menurut Gillies (1999) adalah harus
lebih peka terhadap anggaran rumah sakit dan kualitas pelayanan keperawatan,
menghindari terjadi kebosanan perawat menghindari konflik antar perawat yang
akan menyebabkan terganggunya pelayanan keperawatan. Kepala ruang di dalam
ruangan harus melakukan kegiatan koordinasi yang menjadi tanggung jawabnya
sebagai manajer paling bawah. Kepala ruang juga bertanggung jawab dalam
mengevaluasi kegiatan penampilan kerja staf dalam upaya mempertahankan
kualitas pelayanan dan pemberian asuhan keperawatan

Kepala ruang sebagai manajer mempunyai berbagai fungsi yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan. Menurut Marquis & Huston (2010); Huber
(2010) fungsi kepala ruang adalah melakukan perencanaan baik jangka pendek
maupun panjang, melakukan fungsi pengorgansasian terkait dengan metode
asuhan yang paling tepat di suatu ruangan, melakukan pengaturan terhadap
ketenagaan mulai dari rekrutmen sampai sosialisasi staf, melakukan fungsi
pengarahan dengan memberikan motivasi dalam menajemen konflik dan
pendelegasian, serta fungsi pengawasan yang meliputi penampilan kerja dengan
melakukan supervisi. Berbagai Fungsi –fungsi yang dimiliki oleh kepala ruang
tersebut merupakan bagian dari tugas manajer yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan dengan dibantu oleh ketua tim dan perawat pelaksana.

Ketua tim perawat dalam sebuah metode asuhan tim mempunyai tugas dan fungsi
kearah teknis dibanding kepala ruang. Menurut Marquis & Huston, (2010);
Depkes (2008) wewenang seorang ketua tim adalah melakukan pengawasan,
pengendalian dan penilaian terhadap kinerja perawat pelaksana dalam
memberikan asuhan keperawatan. Tugas ketua tim adalah membuat perencanaan
kerja harian berdasarkan wewenangnya, melakukan pengkajian, merumuskan
diagnosa dan melakukan perencanaan asuhan keperawatan. Ketua tim juga
memonitor dan mengevaluasi yang menjadi tanggung jawabnya, membagi pasien
kepada anggota tim dalam hal ini perawat pelaksana berdasarkan kompetensi dan
mengkoordinasikan pelaksanaan asuhan keperawatan. Ketua tim juga berfokus

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI,2013


22

pada menetapkan dan menciptakan nilai tambah suatu pekerjaan dengan saling
membantu bersama anggota tim dalam menyelesaikan tugasnya (Huber, 2010).

Perawat pelaksana merupakan tenaga keperawatan yang diberi wewenang untuk


pelayanan asuhan keperawatan di ruang rawat dengan pengawasan dari ketua tim
(Marquis & Huston, 2010 ; Depkes, 2008). Perawat pelaksana biasanya akan
bertanggung jawab kepada kepala ruang dengan di koordinasikan melalui ketua
tim. Perawat pelaksana mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan asuhan
keperawatan sesuai standar prosedur dan standar asuhan keperawatan,
mengkoordinasikan asuhan keperawatan dengan tim kesehatan lain dan
mengevalusai pelaksanaan asuhan keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya.

Tugas pokok dan fungsi masing-masing peran perawat tersebut merupakan bagian
dari proses manajemen pelayanan dalam upaya memberikan pelayanan
berkualitas. Proses manajemen merupakan sebuah siklus, sama halnya dengan
proses keperawatan. Proses keperawatan merupakan bagian dari management of
care dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit. Kegiatan pemberian asuhan
keperawatan melalui proses keperawatan dapat dilakukan secara sistematis
melalui tahap-tahap yang sudah distandarisasi.

2.3 Proses Keperawatan


2.3.1 Pengertian Proses Keperawatan
Perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan harus mampu memberikan
pelayanan yang terbaik kepada pasien. Dalam memberikan asuhan keperawatan
yang bermutu perawat membutuhkan kerangka kerja yang sistematis dalam
membantu memberikan pelayanan keperawatan tersebut. Kerangka kerja yang
dimaksud adalah proses keperawatan. Menurut Depkes RI (2005) proses
keperawatan merupakan suatu rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang
langsung diberikan kepada pasien dengan menggunakan metodologi dan
berpedoman pada standar keperawatan sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawab keperawatan.

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI,2013


23

Proses keperawatan juga merupakan suatu pemikiran, pendekatan masalah dan


kerangka kerja perawat dalam memberikan pertolongan bagi pasiennya dalam
memenuhi kebutuhan kesehatan pasien dengan menggunakan pengetahuan,
keterampilan kreatifitas dan seni perawatan yang dapat dicapai melalui tindakan
keperawatan dan implementasi keperawatan (Potter & Perry, 2010; Blais, Hayes,
Erb & Kozier, 2002; Iyer & Camp ,2005). Menurut Yura dan Walsh (1998); Iyer
dan Camp (2005) proses keperawatan adalah suatu upaya untuk mempertahankan
kesehatan pasien yang optimal dengan suatu tahapan desain tindakan untuk
memenuhi tujuan keperawatan yakni mengembalikan status kesehatan pasien ke
keadaan normal apabila kondisi pasien mengalami perubahan. Proses keperawatan
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan
evaluasi (Potter & Perry, 2010)

Pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa proses keperawatan


merupakan suatu kerangka kerja yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah
pasien secara sistematis dengan berpikir kritis dalam mengambil keputusan
dengan mengoptimalkan kemampuan pengetahuan, keterampilan untuk
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien melalui tahapan pengkajian,
diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Adapun penjelasan dari
masing-masing tahapan proses keperawatan sebagai berikut:

2.3.1.1 Pengkajian
Langkah awal dalam proses keperawatan adalah pengkajian. Pengkajian
merupakan tahap yang sangat penting karena merupakan dasar untuk menuju
tahap berikutnya. Pengkajian merupakan proses untuk mengumpulkan data,
memvalidasi data baik subyektif maupun obyektif, mengorganisasikan dan
mendokumentasikannya. Menurut Weber dan Kelly (2007); NANDA (2012)
bahwa pengkajian individu terdiri dari riwayat kesehatan (data subyektif) dan
pengkajian fisik (data obyektif). Data-data yang diperoleh dalam pengkajian
berupa riwayat kesehatan dan keperawatan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, keadaan psikologis, sosiokultural, spiritual, kognitif, kemampuan
fungsional, ekonomi dan gaya hidup. Data dapat diperoleh dengan cara observasi,

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI,2013


24

pemeriksaan dan wawancara langsung kepada pasien atau dari keluarga


(Nursalam, 2002; Kozier & Wilkinson, 2007). Data-data tersebut selanjutnya
dikelompokkan menjadi data subyektif dan data obyektif. Kesimpulannya bahwa
pengkajian merupakan proses mengumpulkan semua informasi yang lengkap dan
relevan tentang kondisi pasien melalui insfeksi, palpasi dan perkusi.

Pengkajian dan pendokumentasian yang lengkap menurut Iyer dan Camp (2005)
dapat meningkatkan afektivitas asuhan keperawatan melalui: dapat
menggambarkan kebutuhan pasien untuk membuat diagnosis dan menetapkan
prioritas yang akurat untuk efisiensi waktu perawat, memfasilitasi perencanaan
intervensi, menggambarkan kebutuhan keluarga, kegiatan untuk pemulihan pasien
dan persiapan perencanaan pulang, memenuhi tugas dan tanggung jawab
profesional dengan mendokumentasikan informasi pengkajian. Menurut Depkes
RI (2005) bahwa pengkajian ini dilakukan dan didokumentasikan oleh perawat
yang bertindak selaku ketua tim.

2.3.1.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan merupakan langkah setelah data-data diperoleh melalui
pengkajian. Oleh karena itu untuk mendapatkan diagnosa yang akurat harus
dilakukan pengkajian yang komprehensif dan fokus. Tahap ini perawat harus
berpikir kritis untuk menginterpretasi data hasil pengkajian tersebut. Perawat
merupakan penegak diagnosis (NANDA, 2012). Diagnosis keperawatan
merupakan keputusan klinis dari respon individu, keluarga dan masyarakat terkait
dengan masalah kesehatan yang aktual dan potensial sebagai dasar intervensi
keperawatan untuk mencapai tujuan proses keperawatan yang dapat
dipertanggungjawabkan sesuai kewenangan perawat (NANDA, 2012; Potter &
Perry, 2010).

Secara umum menurut Potter dan Perry (2010) diagnosa keperawatan terdiri dari
tiga yaitu diagnosa aktual, risiko dan potensial. Penulisan diagnosa keperawatan
menurut Iyer dan Camp (2005) diagnosa keperawatan terdiri dari tiga komponen
yaitu respon klien atau masalah (P), faktor yang berhubungan atau penyebab (E)

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI,2013


25

serta tanda dan gejala (S). Oleh karena itu penulisan diagnosa keperawatan aktual
harus dengan pernyataan masalah kesehatan secara jelas, singkat dan disertai
penyebab serta tanda dan gejala yang ditemukan (PES). Berbeda halnya dengan
diagnosa risiko yang diformulasikan sebagai suatu pernyataan masalah dan
penyebab (PE), sedangkan diagnosa kemungkinan atau potensial dituliskan
dengan satu pernyataan. Rumusan diagnosa menjadi tanggung jawab perawat
yang diberi tugas sebagai ketua tim (Depkes RI, 2005).

2.3.1.3 Perencanaan Keperawatan


Perencanaan proses keperawatan merupakan langkah-langkah yang disusun secara
sistematis bertujuan membuat keputusan untuk memberi informasi, mengatasi
permasalahan pasien dengan cara mencegah, mengurangi permasalahan kesehatan
sesuai dengan diagnosa keperawatan yang dirumuskan. Rencana perawatan
merupakan alat komunikasi bagi setiap orang yang terlibat dalam perawatan
pasien. Menurut Iyer dan Camp (2005) tahap perencanaan dari proses
keperawatan meliputi menentukan pencapaian pasien atau hasil yang diharapkan,
kriteria hasil, pemilihan intervensi dan mendokumentasikan rencana perawatan.

Pencapaian pasien atau hasil yang dibuat dalam proses perencanaan menurut Iyer
dan Camp (2005) meliputi : hasil yang dibuat harus berorientasi pada pasien yang
menggambarkan perilaku yang diharapkan yang harus terjadi ketika pasien dan
keluarga menyelesaikan diagnosa keperawatan, hasil harus realistik dalam
menuliskan hasil yang akan dicapai, hasil harus dapat diukur dan diobservasi,
hasil juga harus jelas dan ringkas, hasil harus dibuat bersama pasien, keluarga dan
hasil harus memiliki batasan waktu. Selanjutnya mentukan kriteria atau standar
yang digunakan untuk mengukur keberhasilan.

Rencana intervensi bagian dari perencanaan keperawatan adalah negosiasi


kesepakatan dengan individu yang menguatkan perubahan perilaku tertentu
(Dochterman & Bulechek, 2004; NANDA, 2012). Membuat rencana intervensi
harus memperhatikan faktor yang berhubungan dengan diagnosa keperawatan
yang sudah disusun, rencana intervensi juga harus spesifik, terindividualisasi,

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI,2013


26

realistik bagi pasien dan perawat serta harus mempertimbangkan lama rawat, dan
semua rencana intervensi harus diberi inisial dan tanggal yang memungkinkan
perawat untuk akuntabilitas secara profesional (Iyer & Camp, 2005). Kegiatan
perencanaan ini menjadi tanggung jawab perawat yang menjadi ketua tim, yang
selanjutnya akan tindak lanjuti oleh perawat pelaksana (Depkes RI, 2005).

2.3.1.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi merupakan kelanjutan dari rencana keperawatan yang didasarkan
atas rencana tindakan keperawatan. Implementasi keperawatan merupakan tahap
proses keperawatan dimana perawat melakukan kegiatan perawat baik langsung
maupun tidak langsung dalam membantu mengatasi masalah klien agar menjadi
lebih baik (Potter & Perry, 2010). Menurut Aziz (2002) implementasi
keperawatan merupakan langkah kegiatan perawat yang berdasarkan pengetahuan
dan keterampilan perawat. Perawat harus tanggap dan responsif terhadap
perubahan keadaan pasien dan memodifikasi implementasi yang dilakukan sesuai
dengan kebutuhan dan keadaan pasien (Potter & Perry, 2010). Implementasi
tindakan keperawatan dapat dilakukan oleh pasien sendiri, perawat secara mandiri
dalam hal ini perawat pelaksana maupun kerjasama dengan tim kesehatan lain
atau kolaborasi dalam rangka memenuhi kebutuhan dan kesehatan pasien secara
optimal.

2.3.1.5 Evaluasi
Evaluasi dalam proses keperawatan proses identifikasi pencapaian berdasarkan
kriteria hasil yang sudah dibuat dan menetapkan kemajuan kondisi pasien untuk
menentukan rencana keperawatan selanjutnya. Evaluasi dalam proses
keperawatan dikenal ada dua macam yaitu evaluasi formatif yang merupakan
evaluasi yang dilakukan untuk mengevaluasi respon klien saat itu setelah
implementasi keperawatan diberikan, sedangkan evaluasi sumatif yaitu evaluasi
yang merupakan gabungan kegiatan selama 3 shif atau 24 jam sekali yang
didokumentasikan dalam catatan perkembangan (Aziz, 2002, Nursalam,2002).

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI,2013


27

Karakteristik proses keperawatan menurut Wilkinson (2007) dalam memberikan


pemahaman terhadap proses keperawatan sehingga memudahkan dalam
mengapklikasikan sebagai berikut: pertama; dynamic and cyclic artinya proses
keperawatan memberikan petunjuk yang merupakan tahap yang saling berkaitan
dan tidaklah jelas dimana awal maupun akhir dari proses itu. Kedua; client
centered, maksudnya bahwa proses keperawatan harus mencakup prioritas utama
klien yang harus dipenuhi bukan prioritas perawat, ketiga; terencana dan
diarahkan pada hasil. Keempat; flexible, menujukkan bahwa rencana yang ada
dalam proses keperawatan bisa saja berubah dan tidak bersifat mutlak. Kelima;
universal applicable, maksudnya bahwa proses keperawatan dapat diaplikasikan
pada rentang usia berapapun baik pada individu, keluarga maupun kelompok atau
komunitas, baik orang sakit maupun sehat, dan pada semua setting. Keenam;
patient status oriented, maksudnya bahwa perencanaan dalam proses keperawatan
berdasarkan pada status dan keluhan yang dialami klien dan ketujuh; cognitive
prcoses, maksudnya bahwa proses keperawatan melibatkan penggunaan
keterampilan intelektual dalam problem solving dan decision making dalam
pelayanan keperawatan yang dimiliki oleh perawat.

2.4 Dokumentasi Keperawatan


2.4.1 Pengertian
Dokumentasi keperawatan merupakan salah satu indikator penilaian kinerja
perawat di rumah sakit. Dokumentasi merupakan bagian dari pelaksanaan asuhan
keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang
mempunyai aspek legal yang sangat penting baik bagi pasien maupun bagi
perawat. Dokumentasi keperawatan juga merupakan bukti tanggung jawab dan
tanggung gugat perawat terhadap tindakan yang telah dilakukan kepada
pasiennya, dengan pendokumentasian yang benar maka dapat dipertanggung
jawabkan secara legal dan professional. Dokumentasi keperawatan harus dapat
mengkomunikasikan keputusan perawat dan evaluasi perawat tentang asuhan
keperawatan yang diberikan (Iyer & Camp, 2005).

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI,2013


28

Menurut Urquhart , Currell , Grant & Hardiker (2009) dokumentasi keperawatan


merupakan alat komunikasi dalam melakukan pertukaran informasi yang
tersimpan dalam catatan perawat maupun tenaga kesehatan lain. Dokumentasi
keperawatan menggambarkan keadaan pasien, perkembangan pasien dan catatan
riwayat kesehatan pasien. Dokumentasi menurut Potter dan Perry (2010) adalah
segala sesuatu tindakan yang dilakukan dengan ditulis atau dicetak yang berfungsi
sebagai sebuah rekaman catatan bagi pasien. Menurut Nursalam (2002)
dokumentasi keperawatan merupakan bagian dari alat komunikasi yang sering
digunakan dalam memvalidasi asuhan keperawatan, sarana komunikasi antar tim
kesehatan lain, dan merupakan dokumen yang paten dalam pemberian asuhan
keperawatan.

Berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa dokumentasi keperawatan


merupakan segala sesuatu yang ditulis dalam bentuk laporan dengan akurat
dengan sistematis menggunkan metodologi yang jelas yang dapat
menggambarkan keadaan pasien selama diberikan perawatan yang digunakan
sebagai alat komunikasi dan pertukaran informasi.

2.4.2 Tujuan Dokumentasi Asuhan Keperawatan


Secara umum tujuan dari dilakukannya dokumentasi keperawatan adalah
mengidentifikasi status kesehatan klien, merencanakan tindakan, melaksanakan
asuhan keperawatan dan mengevaluasi. Dokumentasi juga dapat bertujuan sebagai
komunikasi antar tenaga pelayanan kesehatan, digunakan dalam manajemen
risiko, bagian dari penelitian, menentukan besaran biaya kesehatan yang
diperlukan, untuk legalitas dan akreditasi (Teytelman, 2002) . Menurut Potter dan
Perry (2010) tujuan pendokumentasian asuhan keperawatan adalah sebagai alat
komunikasi antar anggota tim perawat maupun tim kesehatan lain, untuk
membantu dalam penentuan pemberian jasa pelayanan bagi tim perawat, sebagai
media pembelajaran, sumber data dalam menyusun rencana asuhan keperawatan,
memudahkan dalam memberikan informasi terkait aspek legal. Selain itu tujuan
pendokumentasian menurut Iyer dan Camp (2005) adalah menyampaikan
informasi penting tentang pasien, memenuhi kewajiban profesional perawat untuk

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI,2013


29

mengkomunikasikan informasi penting, akreditasi sebagai bahan untuk penilaian


akredtasi rumah sakit.

2.4.3 Manfaat dan Pentingnya Dokumentasi Asuhan Keperawatan


Manfaat dan pentingnya pendokumentasian menurut Iyer dan Camp (2005); Potter
dan Perry (2010) adalah:

2.4.3.1 Pencatatan menggambarkan status pasien dari shift ke shift


Pencatatan digunakan sebagai alat komunikasi di antara tenaga kesehatan.
Semakin lengkap suatu dokumentasi maka semakin besar untuk kontinuitas
asuhan keperawatan yang tepat dengan tim kesehatan lain, mencegah informasi
berulang sehingga tidak ada tumpang tindih data dan mengurangi kesalahan serta
membantu dalam efisiensi waktu. Menurut Haig, Sutton, Whittington (2006)
bahwa komisi bersama akreditasi kesehatan organisasi Amerika (JCAHO)
mengatakan 65% kejadian sentinel disebabkan oleh masalah komunikasi. Menurut
Jefferies, Johnson, Nicholls & Lad (2012) bahwa komisi keselamatan perawatan
dan kualitas kesehatan Australia (2008) mengidentifikasi 13% dari kesalahan
manajemen klinis disebabkan terkait dengan kesalahan dokumentasi.

2.4.3.2 Resposibilitas Profesional


Dokumentasi keperawatan harus mencerminkan pencatatan dan respon pasien
terhadap perawatan yang diberikan. Selain itu, catatan klinis juga harus mencakup
dokumentasi tentang apa yang sudah dilakukan oleh perawat untuk keamanan
pasien. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk melindungi pasien terhadap
kualitas pelayanan keperawatan yang diterima dan perlindungan terhadap
keamanan perawat dalam menjalankan tugasnya. Pencatatan ini juga penting
sebagai langkah antisipasi terhadap laporan yang merupakan bagian dari
ketidakpuasan pasien dalam pelayanan yang diberikan. Dokumantasi merupakan
bagian dari tanggung jawab perawat dalam memberikan pelayanan dan sebagai
perlindungan legal yang dapat dipergunakan dalam kasus-kasus kelalaian,
malpraktik (Iyer & Camp, 2005; Potter & Perry, 2010).

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI,2013


30

Sistem dokumentasi akan mudah dijadikan bahan pembelaan di pengadilan jika


dokumentasi dilakukan dengan baik sesuai dengan standard dan kebijakan
institusi secara konsisten. Pendokumentasian asuhan keperawatan menjadi tidak
lengkap ditemukan masalah terkait penggunaan standar keperawatan dalam
pembuatan diagnosis dan intervensi yang tidak sesuai dengan format PES
(problem, etiology dan symptom), hal ini menunjukkan inkoherensi dalam
langkah-langkah proses keperawatan (Paans., Sermeus.,Nieweg & Van., 2010).
Selain itu legalitas dokumentasi keperawatan juga ditentukan oleh adanya tanda
tangan disetiap menulis, ada nama pencatat, ejaan dan tata bahasa yang digunakan
juga benar, tinta biru atau hitam, menuliskan waktu pelaksanaan dan
menggunakan singkatan yang sudah disepakati. Pada beberapa penelitian banyak
ditemukan tanda tangan setiap kegiatan perawat, symbol dan singkatan dalam
dokumentasi masih belum dilakukan dengan konsisten (Rykkje, 2009). Tulisan
perawat terkadang tidak jelas dan kalimat yang tidak sesuai (Karslen, 2007).

2.4.3.3 Pendokumentasian Mencerminkan Proses Keperawatan


Menurut Koniak-Griffin (1999); Teytelman (2002) bahwa dokumentasi
keperawatan bagian dari proses keperawatan yang berisi : penilaian terhadap
klien, status kesehatan dan situasi klien, rencana perawatan yang mencerminkan
kebutuhan dan tujuan klien, tindakan keperawatan dan respon terhadap intervensi
yang diberikan, evaluasi ulang dan informasi yang dilaporkan kepada tenaga
kesehatan lain. Menurut Laitinen H., Kaunonen & Astedt-Kurki (2010)
pendokumentasian menjadi tidak lengkap salah satunya disebabkan perawat tidak
mendokumentasikan riwayat kesehatan sebelumnya dan kualitas hidup pasien.
Pendokumentasian tidak memadai juga disebabkan karena tidak singkronnya lima
tahap (pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, tindakan dan evaluasi)
dari proses keperawatan yang didokumentasikan (Bergh, Bergh & Friberg, 2007).

2.4.3.4 Memfasilitasi Pencarian Informasi Guna Meningkatkan Kualitas Aktivitas


dan Penelitian.
Data-data dalam dokumentasi keperawatan dapat digunakan sebagai dasar
perencanaan kebutuhan untuk masa datang termasuk sumberdaya manusia, sarana

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI,2013


31

dan prasarana dan kebutuhan teknis. Selain itu dapat juga sebagai dasar dilakukan
audit keperawatan yang mencerminkan kualitas kerja dan prestasi kerja dari
masing-masing tenaga kesehatan. Dokumentasi keperawatan juga berkontribusi
dalam meningkatkan pengembangan keperawatan dan penelitian (Wang, Hailey &
Yu, 2011).

2.4.3.5 Penggantian Biaya .


Sebagai catatan yang sah untuk menentukan besaran finansial baik untuk pasien
dalam menentukan besaran biaya terhadap pengobatan, tindakan secara
keseluruhan yang akan berhubungan dengan jumlah biaya (Iyer & Camp, 2005).
Apabila tidak terdokumentasi dengan baik terhadap semua tindakan yang
diberikan kepada klien maka akan mempengaruhi terhadap pembiayaan.

2.4.3.6 Memberikan Jaminan


Kelanjutan perawatan di masa mendatang perlu adanya jaminan, sehingga pasien
mendapatkan pelayanan yang tepat. Informasi dalam catatan keperawatan dapat
membantu sebagai acuan dalam memberikan asuhan keperawatan jika pasien
kembali membutuhkan pelayanan keperawatan (Wang, Hailey & Yu, 2011).
Fungsi dokumentasi yang begitu besar, oleh karena itu harus menyimpan
informasi yang valid, reliabel dan memenuhi standar yang telah ditetapkan
(Urquhart , Currell , Grant & Hardiker, 2009).

2.4.4 Aspek Legal Pendokumentasian Keperawatan


Pendokumantasian juga sangat penting dilakukan oleh perawat karena pada
prinsip dokumentasi tidak hanya sekedar menulis tetapi mempunyai maksud dan
tujuan yang jelas, perencanaan kesehatan, jaminan kualitas dan sampai masalah
hukum (Wang, Hailey & Yu, 2011). Prinsip pendokumentasian menurut Kozier,
Erb dan Berman (2004) harus mencakup penulisan waktu harus dicantumkan
karena merupakan aspek legal, mencantumkan tanda tangan, data pasien bersifat
rahasia sehingga harus dijaga, pendokumentasian sesuai dengan urutan proses
keperawatan, pencatatan harus singkat dan mudah dimengerti oleh tim kesehatan.
Sementara itu menurut Jefferies, Johnson & Nichollas (2011) bahwa penulisan,

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI,2013


32

tata bahasa harus diperhatikan dalam pendokumentasian karena bisa berpengaruh


terhadap kesulitan tenaga kesehatan lain untuk membacanya dan memahami
kondisi pasien.

Pelayanan kesehatan yang baik harus disertai dengan pendokumentasian yang


tepat agar berguna bagi pasien, tenaga kesehatan dan rumah sakit secara legal.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pendokumentasian adalah
dokumentasikan dengan detail yang penting dan bersifat klinis, tanda-tangan
setiap melakukan entri data, tulis secara jelas dan rapi, gunakan ejaan, tata bahasa
dan ungkapan medis yang tepat, dokumentasikan dengan tinta biru atau hitam,
gunakan singkatan resmi yang sudah disepakati, gunakan catatan grafik untuk
mencatat tanda vital, catat nama pasien disetiap halaman, berhati-hati ketika
mencatat status pasien dengan penyakit tertentu, hindari menerima instruksi
verbal atau via telpon, tulis instruksi secara cermat, tanyakan instruksi yang tidak
tepat, dokumentasikan perawatan atau obat yang tidak diberikan, dokumentasikan
informasi lengkap obat, dokumentasikan alergi obat dan makanan,
dokumentasikan area injeksi, catat semua detail tentang terapi intravena dan
pemberian darah (Iyer & Camp, 2005; Teytelman, 2002).

Menurut Wong (2009) perawat terkadang inkonsisten dalam mendokumentasikan


waktu pelaksanaan tindakan. Tandatangan setiap kegiatan perawat, simbol dan
singkatan dalam dokumentasi masih belum konsisten, tulisan perawat terkadang
tidak jelas dan kalimat yang tidak sesuai dan sulit dipahami (Karslen, 2007;
Rykkje, 2009). Selain itu perawat terkadang menulis pendokumentasian tindakan
pada tempat yang salah dalam format yang sudah ditetapkan (Hayrinen & Saranto
2009).

2.4.5 Kelengkapan Dokumentasi Proses Keperawatan


Kelengkapan dokumentasi keperawatan dapat dilihat dari beberapa teori dan
standar. Menurut Jefferies, Johnson, Nicholls & Lad (2012) bahwa beberapa
prinsip kualitas dan kelengkapan dokumentasi keperawatan yaitu dokumentasi
keperawatan harus berpusat pada pasien, harus memuat pekerjaan perawat yang

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI,2013


33

sebenarnya termasuk pendidikan dan dukungan psikososial, ditulis untuk


mencerminkan tujuan klinis, harus disajikan secara logis dan berurutan, ditulis
sebagai peristiwa yang terjadi, harus mencatat variasi kegiatan keperawatan, harus
memenuhi persyaratan hukum.

Penilaian kelengkapan dokumentasi proses keperawatan menurut Depkes RI


(2005) yaitu menggunakan metode studi dokumentasi melalui observasi dengan
instrument A evaluasi penerapan standar asuhan keperawatan di rumah sakit yang
sudah dimodifikasi. Instrument A ini berisi item-item pernyataan yang berjumlah
24 item secara keseluruhan yang digunakan untuk mengukur pelaksanaan masing-
masing tahapan proses keperawatan yang terdiri dari: pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, tindakan keperawatan, evaluasi dan catatan
keperawatan. Perhitungan hasil penyajian data dan analisisnya berbentuk
persentase baik ditingkat ruangan, instalasi maupun tingkat rumah sakit.
Instrumen ini menilai kegiatan pendokumentasian yang dilakukan oleh semua
perawat baik ketua tim maupun perawat pelaksana.

Beberapa hasil penelitian terkait penelitian terkait pelaksanaan pendokumentasian


diantaranya hasil penelitian Sochalski (2004) menemukan bahwa kualitas asuhan
keperawatan sangat bergantung dari jumlah pasien yang dirawat, semakin banyak
pasien maka beban kerja semakin tinggi, sehingga menyebabkan banyak asuhan
keperawatan tidak maksimal dan keselamatan pasien terancam. Lebih lanjut Hurst
(2005) menemukan bahwa beban kerja yang tinggi di bangsal perawatan yang
setara dengan kelas tiga menyebabkan kurang maksimalnya pelaksanaan
dokumentasi kegiatan perawat.

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Lusianah (2008) terhadap kualitas
dokumentasi di instalasi rawat Rumah sakit Marinir Cilandak Jakarta adalah rata-
rata sebesar 60,77 persen. Hal ini masih dibawah standar yang ditetapkan Depkes
yaitu > 85%. Lebih detail hasil observasi penelitian terhadap dokumentasi yaitu
47,8% masalah yang dirumuskan tidak sesuai dengan data yang didapatkan, 63%
diagnosa keperawatan dirumuskan tidak sesuai dengan hasil pengkajian, 56,1%

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI,2013


34

prioritas yang dibuat tidak sesuai dengan kondisi klien, 86,5% rumusan tujuan
tidak sesuai, 96,5% rencana keperawatan tidak menunjukkan keterlibatan pasien,
80,4% tindakan keperawatan tidak mengacu pada perencanaan yang disusun, 63%
respon pasien tidak terdokumentasi, 70,9% tindakan keperawatan tidak
terdokumentasi dengan jelas, 62,2% dokumentasi keperawatan tidak
mencantumkan paraf, tanggal serta jam pelaksanaan tindakan dan 67,4% terdapat
tip-ex untuk menghapus kesalahan.

2.4.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dokumentasi Keperawatan

Karakteristik perawat menurut Kane, Shamliyan, Mueller, Duval & Wilt (2007)
adalah meliputi usia, pengalaman atau masa kerja dan pendidikan. Karakteristik
perawat tersebut sangat mempengaruhi tenaga keperawatan dalam memberikan
pelayanan dan berdampak pada outcome pasien (Yoder-Wise, 2011). Sementara
itu menurut Potter dan Perry (2010) keberhasilan penerapan proses keperawatan
dipengaruhi oleh individu perawat itu sendiri dan diri pribadi pasien. Penerapan
proses keperawatan merupakan bagian dari kinerja perawat. Menurut Ilyas (2012)
kinerja seseorang merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja
personel dalam bidangnya.

Prilaku kerja dan kinerja individu dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi


oleh 3 kelompok variabel (Gibson, 1987; Ilyas, 2012). Kelompok variabel
tersebut meliputi variabel individu, variabel organisasi dan variabel psikologis.
Variabel individu dikelompokkan pada subvariabel kemampuan dan keterampilan,
latar belakang dan demografis. Variabel psikologik meliputi subvariabel persepsi,
sikap, kepribadian, belajar dan motivasi dan variabel ini banyak dipengaruhi oleh
keluarga, tingkat sosial pengalaman kerja sebelumnya. Variabel organisasi
berdampak tidak langsung terhadap kinerja dan prilaku individu. Variabel ini
meliputi sumberdaya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain kerja.

Karakteristik pribadi perawat dilihat dari pandangan dan pendapat ahli


mempunyai kontribusi terhadap kualitas hasil kerja perawat atau karyawan.

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI,2013


35

Karakteristik perawat yang di bahas meliputi usia, pendidikan, masa kerja dan
pelatihan.

2.4.6.1 Umur
Menurut pendapat Robbins (2006) bahwa usia seseorang bukan menjadi
penghalang dalam melakukan aktivitas, belum ada bukti bahwa semakin
bertambah usia seseorang dengan masa kerja yang meningkat maka semakin
meningkat pula kinerjanya. Menurut Potter dan Perry (2010) usia dewasa awal
yaitu usia belasan sampai 30 tahun yang merupakan masa penuh tantangan,
penghargaan dan krisis, sedangkan usia dewasa menengah yaitu usia 30-an ke atas
sampai 60 tahun, pada usia ini merupakan fase masa tenang atau fase
keberhasilan.

Hal tersebut sesuai dengan penelitian Rusmiati (2006) bahwa perawat usia diatas
38 tahun lebih baik kinerjanya dibanding perawat yang berusia di bawahnya.
Senada dengan hasil penelitian Hariyati (1999) menemukan bahwa perawat yang
mempunyai usia lebih dari 30 tahun mempunyai kualitas dokumentasi asuhan
keperawatan yang lebih baik daripada perawat berusia kurang dari 30 tahun.
Didukung juga oleh penelitian Suratun (2008) yang menemukan bahwa perawat
yang berusia lebih dari 30 tahun mempunyai dokumentasi keperawatan lebih
lengkap lebih banyak dibanding perawat yang usianya dibawah 30 tahun. Senada
dengan hasil penelitian Widjayanti (2012) bahwa usia sangat mempengaruhi
prilaku pendokumentasian keperawatan setelah dikontrol tingkat pendidikan, lama
kerja, status kepegawaian, persepsi, motivasi, imbalan dan supervisi.

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Asmuji (2009) bahwa tidak ada
hubungan antara umur dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan
keperawatan. Sejalan juga dengan penelitian Atmaji (2008) yang menyatakan
bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan pelaksanaan kinerja asuhan
keperawatan di rumah sakit.

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI,2013


36

2.4.6.2 Pendidikan
Pendidikan dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan profesionalisme
seorang perawat. Pendidikan mempunyai hubungan yang sangat erat antara
pekerjaan yang ada di klinik yang membutuhkan keterampilan yang memadai.
Menurut penelitian Ridley (2008) tentang hubungan antara patient safety dengan
tingkat pendidikan perawat yang dilakukan dengan studi literatur mulai tahun
1986 sampai 2006. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan
antara tingkat pendidikan dengan perilaku keselamatan pasien, tingkat pendidikan
Register Nurse mempunyai pengaruh lebih besar terhadap keselamatan pasien.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pendidikan merupakan faktor penting
dalam mempengaruhi kinerja seseorang. Sama halnya dengan pendapat Ilyas
(2012) bahwa pendidikan menggambarkan keterampilan dan kemampuan individu
dan merupakan faktor utama dalam mempengaruhi kinerja karena dengan
pendidikan dapat meningkatkan kematangan intelektual, harapan dan wawasan
untuk meningkatkan prestasi.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka keinginan untuk melakukan


pekerjaan dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi akan semakin kuat. Lebih
lanjut pendapat Chase dalam Iyer dan Camp (2005) bahwa orang yang dengan
tingkat pendidikan lebih tinggi, lebih mampu dan lebih bersedia untuk menerima
posisi yang lebih tinggi dan mampu bertanggung jawab karena lebih
memungkinkan untuk seseorang berpikir kritis sebagai landasan sesorang dalam
bekerja seperti melakukan dokumentasi yang berkualitas. Namun berbeda halnya
dengan pendapat Robbins (2006) yang menyatakan bahwa pendidikan bukan
prasyarat mendapatkan kinerja yang baik.

Hasil penelitian Rustiani (2007) menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara pendidikan dengan kinerja seseorang dalam melakukan pendokumentasian
asuhan keperawatan. Penelitian yang dilakukan Lusianah (2008) terkait tingkat
pendidikan perawat dengan kualitas dokumentasi menemukan bahwa perawat
yang mempunyai pendidikan setingkat Akademi perawat (Akper) mempunyai
kualitas dokumentasi lebih baik di banding perawat yang tingkat pendidikannya

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI,2013


37

setingkat SPK. Kualitas dokumentasi akan meningkat sebesar 5,84 pada perawat
yang berpendidikan Akper daripada perawat yang berpendidikan SPK setelah
dikontrol oleh variabel motivasi kebutuhan kekuasaan, kebutuhan afiliasi,
kebutuhan berprestasi, supervisi, masa kerja, pengetahuan dan pelatihan.

2.4.6.3 Masa Kerja


Masa kerja merupakan lama seseorang untuk bekerja . Semakin bertambah masa
waktu seseorang untuk bekerja maka akan semkin bertambah pula pengalamannya
termasuk keterampilan klinisnya (Swansburg & Swansburg,1999). Pendapat
Robins (2006) yang menyatakan bahwa produktivitas kerja karyawan tidak
sepenuhnya bisa dilihat dari tingkat senioritas akan tetapi semakin lama masa
kerja seseorang maka akan semakin kecil kemungkinan orang tersebut berpindah
pekerjaan. Menurut Dessler (2003) menyatakan bahwa lama seseorang dalam
menentukan pekerjaan yang cocok adalah 5 tahun.

Hasil penelitian Lusianah (2008) didapatkan bahwa ada hubungan yang sedang
antara masa kerja dengan kualitas dokumentasi keperawatan. Setiap penambahan
masa kerja 1 tahun maka kualitas dokumentasi proses keperawatan akan
mengalami peningkatan sebesar 0,91 setelah dikontrol oleh variabel motivasi
kebutuhan kekuasaan, kebutuhan afiliasi, kebutuhan berprestasi, supervisi,
pendidikan pengetahuan dan pelatihan. Berbeda halnya dengan penelitian Rustiani
(2007) dan Suratun (2008) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara masa kerja dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan
keperawatan.

2.4.6.4 Pelatihan
Peningkatan, pengembangan dan pembentukan tenaga kerja dapat dilakukan
melalui upaya pembinaan, pendidikan dan pelatihan. Pelatihan yang terstruktur
kepada tenaga perawat merupakan bagian dari pengelolaan staf. Menurut
Notoatmojo (2009) pelatihan merupakan bagian dari proses pendidikan yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan khusus seseorang
atau kelompok orang. Menurut Samsudin (2006) pelatihan bagi sumberdaya

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI,2013


38

manusia sangat diperlukan karena berkontribusi terhadap peningkatan


pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan pekerjaan. Lebih lanjut
Jefferies, Johnson, Nicholls & Lad (2012) fokus dari peningkatan pengetahuan
melalui pelatihan meningkatkan dokumentasi keperawatan. Hasil penelitian
Lusianah (2008) menyebutkan bahwa kualitas dokumentasi asuhan keperawatan
akan meningkat sebesar 1,60 pada perawat yang pernah mengikuti pelatihan dari
pada perawat yang tidak pernah mengikuti pelatihan setelah dikontrol oleh
variabel motivasi, afiliasi, berprestasi, supervisi, pendidikan, masa kerja dan
pengetahuan.

2.4.6.5 Motivasi
Motivasi merupakan kesiapan khusus seseorang untuk melakukan serangkaian
aktivitas yang ditujukan untuk mencapai sasaran yang ditetapkan (Ilyas, 2012).
Menurut Gillies (1999) mengemukakan bahwa motivasi seseorang berkaitan erat
dengan produktivitas dan kinerja yang ditampilkannya. Motivasi kerja adalah
sesuatu hal yang berasal dari internal individu yang menimbulkan dorongan atau
semangat untuk bekerja keras. Pengertian motivasi dapat disimpulkan adalah
suatu kondisi yang dapat menggerakkan seseorang dalam melakukan
pekerjaannya untuk meningkatkan produktivitas kerja. Hubungan antara motivasi
dan pelaksanaan dokumentasi berdasarkan hasil penelitian Lusianah (2008) bahwa
ada hubungan antara motivasi dengan dokumentasi, setiap peningkatan skor
motivasi afiliasi, maka kualitas dokumentasi akan meningkat sebesar 0,34 kali
dibanding yang tidak mengalami peningkatan.

Berbagai teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya teori
hierarki kebutuhan Maslow, teori dua faktor Herzberg dan teori kebutuhan
berprestasi Mc Clelland. Teori hierarki kebutuhan Maslow menurut Gillies (1999)
mengemukakan bahwa teori ini mengasumsikan setiap orang terdapat hierarki
kebutuhan yang terdiri dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan atas jaminan
keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri.
Kebutuhan yang paling tinggi tidak akan tercapai apabila kebutuhan paling rendah
belum diperoleh.

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI,2013


39

Teori motivasi yang lain adalah dikemukakan oleh Herzberg tentang dua faktor
yang mempengaruhi kondisi kerja seseorang yaitu faktor pemuas atau motivasi
instrinsik dan faktor kesehatan atau motivasi ekstrinsik. Menurut teori ini faktor
yang mendorong karyawan untuk termotivasi adalah faktor intrinsik dan
ekstrinsik. Faktor intrinsik yaitu daya dorong yang timbul dari dalam diri masing-
masing orang dan faktor ekstrinsik yaitu daya dorong yang datang dari luar diri
seseorang terutama dari organisasi tempat bekerja.

Faktor motivasi instrinsik menurt Herzberg adalah pekerjaan itu sendiri, prestasi
yang diraih, peluang untuk maju, pengakuan orang lain dan tanggung jawab.
Sedangkan motivasi ekstrinsik terdiri dari kompensasi, kondisi kerja, status,
hubungan antar manusia, kebijaksanaan peusahaan dan supervisi. Menurut
Sugiharto, Keliat dan Hariyati (2012) perawat dalam melakukan pekerjaannya
kerap menyebabkan demotivasi yang disebabkan oleh beberapa hal seperti
kekerasan di tempat kerja, ancaman keselamatan kerja, jam kerja yang panjang,
dampak jam kerja malam, kekurangan tenaga keperawatan, gaji rendah dan
kurang penghargaan.

2.4.6.6 Supervisi
Supervisi merupakan tindakan observasi personal sesuai dengan fungsi dan
aktivitasnya menjalankan kepemimpinan dalam proses asuhan keperawatan
(Huber, 2010). Menurut Swansburg & Swansburg (1999) supervisi adalah suatu
proses kebutuhan untuk penyelesaian tugas-tugas keperawatan. Dapat
disimpulkan bahwa supervisi merupakan kegiatan pengawasan untuk mendorong
staf berkontribusi secara positif terhadap kinerjanya dalam mencapai tujuan
organisasi.

Manfaat supervisi menurut Huber (2010) adalah supervisi dapat meningkatkan


efektivitas kerja dan lebih meningkatkan efisiensi kerja. Peningkatan efektivitas
kerja erat kaitannya dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan
serta makin terbinanya hubungan dan suasana kerja yang harmonis antara atasan
dan bawahan. Peningkatan efisiensi kerja erat kaitannya dengan makin

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI,2013


40

berkurangnya kesalahan yang dilakukan bawahan sehingga pemakaian


sumberdaya yang sia-sia dapat dicegah.

Tujuan supervisi menurut Gillies (1999) adalah untuk melihat, mengevaluasi dan
meningkatkan penampilan karyawan. Tujuan lain adalah untuk menjamin
keberlangsungan pekerjaan yang dilaksanakan oleh karyawan dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan sumberdaya yang tersedia,
memperbaiki kekurangan yang dimiliki karyawan dalam pengetahuan,
kemampuan untuk meningkatkan produktivitas, efektivitas dan efisiensi
karyawan.

Penelitian terkait supervisi mempengaruhi kinerja perawat dalam hal ini


pelaksanaan pendokumentasian adalah hasil penelitian Lusianah (2008) bahwa
faktor dominan yang paling berhubungan dengan kualitas dokumentasi adalah
supervisi. Lebih lanjut dalam penelitian tersebut bahwa supervisi menjadi tidak
efektif dikarenakan tidak mempunyai waktu dan jadwal yang jelas dalam
pelaksanaannya. Penelitian lain yang berkaitan dengan pendokumentasian asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh Sumaedi (2010) bahwa perawat berespon
negatif terlebih dahulu terhadap pendokumentasian, hal ini bisa disebabkan oleh
kurang berjalannya fungsi pengarahan khususnya supervisi dan pengawasan yang
seharusnya dilakukan oleh pihak manajemen rumah sakit.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dokumentasi keperawatan menurut Iyer dan


Camp (2005) adalah :

2.4.6.7 Peningkatan Kesadaran Konsumen atau Masyarakat


Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk sumber
media informasi menyebabkan masyarakat terpapar terhadap informasi kesehatan.
Hal ini akan berpengaruh terhadap masyarakat ketika mengalami gangguan
kesehatan dan harus dirawat di rumah sakit yang pada akhirnya akan berimbas
juga terhadap pelaksanaan pendokumentasian keperawatan.

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI,2013


41

2.4.6.8 Peningkatan Keakutan Pasien yang Dihospitalisasi


Perubahan pada sistem penggantian biaya disebabkan oleh berkembangnya
berbagai sistem pelayanan pasien rawat jalan dan meningkatnya keakutan pasien
yang menerima asuhan keperawatan di rawat inap rumah sakit. Peningkatan
keakutan pasien mengharuskan kita memeriksa dan mengubah peralatan yang kita
gunakan untuk mengumpulkan data. Hal ini berpengaruh terhadap alat
dokumentasi dan pelaksanaan dokumentasi keperawatan.

2.4.6.9 Peningkatan Penekanan pada Hasil


Dokumentasi akan menjadi perhatian penting dengan adanya pemantauan pada
kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien. Kualitas perawatan menjadi
perhatian karena akan berpengaruh terhadap masalah hukum, kegiatan malpraktik
medis, dan terbatasnya sumber daya kesehatan.

2.4.6.10 Waktu
Proses pendokumentasian keperawatan akan membutuhkan waktu, sehingga
perawat harus mampu melakukan manajemen waktu. Manajemen waktu yang
dilakukan dengan memperhatikan pelayanan yang diberikan dan
pendokumentasian tetap bisa terlaksana.

2.4.6.11 Standar Praktek Profesional


Keperawatan yang merupakan profesi mempunyai tanggung jawab untuk
memajukan profesinya. Kegiatan pendokumantasian merupakan bagian dari upaya
untuk itu dan kualitas dan kelengkapan pendokumentasian merupakan salah satu
indikator kualitas kerja perawat dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

2.3.6.10.Terbatasnya Tenaga Keperawatan


Jumlah tenaga keperawatan akan berhubungan dengan pelayanan kepada pasien
termasuk pelaksanaan pendokumentasian. Menurut Ilyas (2012) jumlah perawat
yang terbatas akan menyebabkan terganggunya kinerja perawat termasuk kegiatan
pendokumantasian akan menjadi kurang maksimal. Terbatasnya jumlah perawat
juga secara langsung akan menyebabkan terjadinya peningkatan beban kerja

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI,2013


42

perawat yang akan memberikan dampak yang negatif baik kepada perawat sendiri
maupun produktivitas perawat di rumah sakit. Berikut akan disampaikan terkait
konsep beban kerja.

2.5 Beban Kerja Perawat


2.5.1 Pengertian
Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya, beban-beban tersebut sesuai
dengan bagaimana pelakunya bekerja disebut beban kerja. Beban kerja merupakan
sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit
organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu (Kemkes RI,
2010). Beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau aktifitas yang dilakukan
oleh seorang perawat selama bertugas di unit pelayanan keperawatan (Marquis &
Huston, 2010; Al-kandari & Thomas, 2008). Beban kerja menurut Myny et al
(2012) adalah fungsi waktu, kompleksitas dan volume dari intervensi yang harus
dilakukan dalam satu periode tertentu. Beban kerja diartikan sebagai sejumlah
prosedur, pemeriksaan, kunjungan pasien, tindakan dan sebagainya yang
merupakan bagian selama kegiatan berlangsung terhadap pasien.

2.5.2 Tujuan Menghitung Beban Kerja


Tujuan dari menghitung beban kerja perawat menurut Myny et al (2012) yaitu
untuk membantu membuat alokasi dan efisiensi perawat di bangsal atau ruangan
yang berbeda di rumah sakit dan hal ini mendukung manajer perawat membuat
keputusan terhadap penyebaran staf. Kekurangan tenaga akibat penyebaran dan
alokasi yang tidak merata menyebabkan beban kerja meningkat dan risiko terjadi
penurunan kualitas pelayanan keperawatan (Duffield, et al 2011). Lebih lanjut
tujuan menghitung beban kerja menurut Gillies (1999) adalah untuk mengkaji
status kebutuhan perawatan klien, mengelola staf, kondisi kerja dan kualitas
asuhan dan untuk mengukur hasil intervensi keperawatan.

Penghitungan beban kerja perawat dapat menghindari beban kerja perawat yang
berlebih di unit tertentu. Sehingga dapat menyesuaikan jumlah tenaga dan volume
pekerjaan yang sesuai dengan ketenagaan yang ada pada masing-masing unit.

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI,2013


43

Oleh karena itu perhitungan dan perkiraan beban kerja perawat perlu dilakukan
pada setiap unit, ruang atau kelas keperawatan oleh oleh otoritas manajemen
rumah sakit.

2.5.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja Perawat


Beban kerja keperawatan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya ada yang
mudah dan ada yang sulit untuk dilakukan pengukuran (Neill, 2010). Faktor-
faktor yang mudah diukur diantaranya jumlah pendapatan rumah sakit, sensus
pasien, prosedur tindakan, jumlah kasus penyakit dan rata-rata usia klien. Faktor
yang sulit untuk dilakukan pengukuran seperti faktor lingkungan, jenis
kepegawaian, metode asuhan yang digunakan, pola perawatan medis dan
karakteristik individu perawat misalnya pendidikan, pengalaman, masa kerja,
keterampilan (Neill, 2010). Menurut Sochalski (2004) bahwa semakin banyak
jumlah pasien akan meningkatkan beban kerja dan pada akhirnya akan
berpengaruh terhadap kualitas pelayanan.

Beban kerja keperawatan juga dipengaruhi oleh jumlah tempat tidur, faktor
organisasi, faktor profesional, karakteristik individu, keterampilan komplementer,
gaya kepemimpinan dan kompetensi (Myny et al 2012). Lebih lanjut bahwa faktor
yang paling penting adalah lambatnya pengambilan keputusan oleh otoritas
manajemen terkait. Kesimpulannya bahwa beban kerja keperawatan dipengaruhi
oleh banyak hal diantaranya jumlah kegiatan kerja dan rata-rata pasien.

2.5.4 Komponen Beban Kerja Perawat


Beban kerja perawat dipengaruhi oleh banyak hal misalnya jumlah tempat tidur,
organisasi, jumlah kasus atau pasien, jumlah prosedur tindakan, karakteristik
individu, keterampilan komplementer dan gaya kepemimpinan (Neill, 2010;
Myny et al 2012). Komponen-komponen yang dapat dilihat untuk memperkirakan
beban kerja perawat menurut Gillies (1999) sebagai berikut :

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI,2013


44

2.5.4.1 Jumlah Pasien yang Dirawat


Jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit sangat menentukan sumber daya
manusia yang terlibat dalam pelayanan kesehatan. Selain itu jumlah pasien dapat
menentukan perkiraan berapa lama waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
tugas dalam memberikan pelayanan kepada pasien (Ilyas, 2011; Sochalski, 2004).
Perhitungan jumlah pasien dapat dilakukan setiap hari, bulanan ataupun tahunan
yang digunakan sebagai dasar penghitungan output pelayanan rumah sakit
misalnya Bed Occupation rate (Duffield et al, 2011). Lebih lanjut berdasarkan
hasil penelitian Sochalski (2004) bahwa jumlah pasien yang dirawat berpengaruh
terhadap beban kerja, semakin banyak jumlah pasien maka semakin tinggi beban
kerja perawat dan berimplikasi terhadap terganggunya keselamatan pasien.

2.5.4.2 Tingkat Ketergantungan Pasien


Ketergantungan pasien merupakan bagian dari komponen yang digunakan untuk
menentukan beban kerja (Myny et al 2012; Gillies, 1999). Sistem ketergantungan
pasien dikelompokkan sesuai dengan tingkat ketergantungan dan kemampuan
yang dibutuhkan dalam pemberian asuhan keperawatan oleh perawat.
Pengelompokan tersebut bertujuan untuk memberikan informasi perkiraan beban
kerja perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan. Pengklasifikasian
ketergantungan pasien tersebut dapat dilakukan melalui observasi terhadap pasien
dalam pemenuhan kebutuhannya sehari-hari ketika dalam perawatan.

Pengelompokan tingkat ketergantungan pasien menurut Swansburg dan


Swansburg (1999) dibagi menjadi beberapa tingkat ketergantungan sebagai
berikut : Kategori I adalah perawatan mandiri. Kategori perawatan mandiri ini
memungkinkan pasien melakukan aktifitas sendiri lebih lanjut diuraikan sebagai
berikut : kegiatan yang biasanya dilakukan pada kategori ini misalnya makan,
minum dapat dilakukan sendiri atau dengan sedikit bantuan, perawatan diri,
kebutuhan eliminasi dan memperbaiki posisi tubuh dapat dilakukan dengan
mandiri. Keadaan umum baik, masuk rumah sakit untuk prosedur diagnostik
simple atau pembedahan minor. Kebutuhan pendidikan kesehatan dan emosional

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI,2013


45

support, membutuhkan penjelasan untuk setiap prosedur tindakan, setiap shift.


Tindakan pengobatan hanya sederhana atau bahkan tidak ada.

Kategori II adalah perawatan minimal. Kegiatan dalam kategori ini diantaranya :


Kegiatan sehari-hari dalam kategori ini makan minum perawat membantu dalam
mempersiapkan, masih dapat melakukan makan minum dengan mandiri,
merapikan diri dan kenyamanan posisi tubuh perlu bantuan sedikit. Keadaan
umum tampak sakit sedang perlu observasi ringan seperti tanda-tanda vital,
drainase urine dan infus. Kebutuhan pendidikan kesehatan diberikan 5-15 menit
setiap shift, klien sedikit kebingungan namun dapat di atasi dengan obat-obatan.
Tindakan dan pengobatan memerlukan waktu sekitar 20-30 menit setiap shift dan
perlu observasi dan evaluasi efektifitas pengobatan setiap 2 jam dalam 24 jam
(Swansburg & Swansburg, 1999; Depkes RI ,2005).

Kategori III adalah perawatan moderat. Kegiatan yang bisa dilakukan pada
kategori ini adalah kegiatan makan minum disuapi, masih dapat mengunyah,
menelan makanan tetapi tidak dapat merapikan diri sendiri, BAB dan BAK di
pispot dan urinal, posisi tubuh tergantung dari bantuan perawat. Keadaan umum:
sakit dapat hilang timbul dan perlu observasi fisik dan emosi setiap 2-4 jam dan
pasien terpasang infus perlu monitoring setiap 1 jam. Pendidikan kesehatan dan
dukungan emosi setiap shift dibutuhkan 10-30 menit, pasien dapat menolak
bantuan akan tetapi masih bisa dikendalikan dengan obat. Pengobatan dan
tindakan perlu waktu 30-40 menit setiap shift atau 3 jam dalam 24 jam dan
membutuhkan pengawasan terhadap reaksi obat, alergi obat dan keadaan mental
(Swansburg & Swansburg, 1999; Depkes RI ,2005).

Kategori IV adalah perawatan semi total. Kegiatan pada kategori ini seperti
aktivitas makan, minum tidak bisa mengunyah, menelan makan sendiri, perlu
menggunakan sonde, perawatan rambut, kebersihan gigi dan mulut perlu bantuan
semua, posisi perlu bantuan dua orang dan eliminasi sering ngompol lebih dari
dua kali setiap shift. Keadaan umum tampak sakit berat, kehilangan cairan atau
darah, gangguan sistem pernapasan akut sehingga perlu pemantauan terus

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI,2013


46

menerus. Kebutuhan pendidikan dan kesehatan dan dukungan emosi, perlu waktu
kurang lebih 30 menit setiap shift, klien biasanya gelisah, agitasi dan tidak dapat
dikendalikan dengan obat.Tindakan atau pengobatan perlu lebih dari 60 menit
setiap shift atau 4 jam dalam 24 jam dan perlu observasi mental setiap kurang dari
satu jam (Swansburg & Swansburg, 1999; Depkes RI ,2005).

Kategori terakhir adalah kategori V yaitu perawatan intensif. Pada kategori ini
keadaan pasien memerlukan tindakan dan pengawasan secara intensif atau secara
terus menerus dan dibutuhkan satu perawat menangani satu pasien. Semua
kebutuhan pasien harus dibantu oleh perawat. Tindakan atau pengobatan perlu 2
jam setiap shift atau 6 jam dalam 24 jam dan perlu observasi mental setiap kurang
dari satu jam (Swansburg & Swansburg, 1999; Depkes RI ,2005).

Marquis dan Huston (2010); Hurst (2005) mengemukakan bahwa semakin tinggi
tingkat ketergantungan pasien maka akan semakin banyak tindakan yang akan
diberikan dan akan semakin menambah beban kerja perawat di unit tersebut.
Lebih lanjut Myny et al (2012) mengidentifikasi dari sejumlah faktor yang
mempengaruhi beban kerja, faktor yang paling berdampak adalah terkait dengan
jumlah pekerjaan yang dikerjakan oleh perawat. Penelitian Sasyari (2013) tentang
analisis ketenagaan yang dilakukan pada 17 ruangan rawat inap dan intensif di
RSU Kota Tasikmalaya bahwa disetiap shift jaga baik pagi, sore maupun malam
ditemukan adanya ketidaksesuaian antara kehadiran tenaga perawat yang masih
kurang dengan kebutuhan tenaga perawat berdasarkan ketergantungan pasien.
Lebih lanjut hasil penelitian menemukan ketenagaan di rumah sakit tersebut
masih kurang karena berdasarkan perhitungan Depkes (2005) didapatkan sekitar
526 orang sedangkan yang tersedia 432 orang. Hal itu mengindikasikan bahwa
beban kerja perawat disetiap ruangan di rumah sakit tersebut cukup tinggi dalam
memberikan asuhan keperawatan.

2.5.4.3 Jenis Kegiatan Keperawatan


Kompenen jenis kegiatan perawat merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap besar kecilnya beban kerja. Kegiatan tersebut bervariasi menurut jenis

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI,2013


47

kegiatan yang merupakan bagian dari tugas dan tanggung jawab perawat. Menurut
Potter dan Perry (2010) kegiatan keperawatan terdiri dari berbagai kegiatan
langsung maupun tidak langsung. Kegiatan tersebut dapat dijelaskan lebih rinci
sebagai berikut :

Pertama; Kegiatan keperawatan langsung. Kegiatan keperawatan langsung


merupakan kegiatan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
klien dengan lebih fokus pada kebutuhan pasien dan keluarga (Potter & Perry,
2010). Secara umum kegiatan keperawatan langsung terdiri dari kegiatan harian,
tehnik perawatan fisik, tindakan penyelamatan jiwa, konseling, pengajaran,
mengendalikan reaksi negatif dan tindakan preventif. Kegiatan tersebut lebih rinci
meliputi bagaimana berkomunikasi dengan klien dan keluarganya, pemeriksaan
klien, vital sign, tindakan mandiri keperawatan, pengobatan, nutrisi, eliminasi,
kebersihan diri klien, mobilisasi, transfusi, serah terima klien, mengganti posisi,
melakukan prosedur invasif, meningkatkan rasa nyaman bagi klien, pemeriksaan
laboratorium, merawat luka, observasi dan memasang infus, mengontrol
pemasangan oksigen, persiapan operasi dan pendidikan kesehatan (Potter & Perry,
2010). Waktu untuk kegiatan keperawatan langsung terhadap pasien menurut
Gillies (1999) bervariasi tergantung klasifikasi pasiennya, klasifikasi perawatan
mandiri dibutuhkan waktu 2 jam, partial care dibutuhkan waktu 3 jam, total care
dibuthkan waktu 4-6 jam dan intensive care dibutuhkan waktu 8 jam. Secara
umum waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan langsung pasien adalah 4 jam
dalam sehari sedangkan untuk pedidikan kesehatan dibutuhkan waktu sekitar 0,25
jam.

Kedua; Kegiatan keperawatan tidak langsung. Kegiatan keperawatan tidak


langsung merupakan kegiatan yang dilakukan oleh perawat sebagai kegiatan
untuk melengkapi efektivitas kegiatan langsung perawat (Potter & Perry, 2010).
Kegiatan ini meliputi administrasi klien, menyiapkan obat-obatan, menyiapkan
alat, melakukan koordinasi dan konsultasi, untuk pengembangan keperawatan
misalnya membaca buku keperawatan, diskusi antar perawat, atasan maupun
bawahan, mendokumentasikan hasil asuhan proses keperawatan misalnya hasil

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI,2013


48

pengkajian, diagnosa keperawatan, menyusun intervensi, implementasi dan


evaluasi, melakukan kolaborasi dengan tim medis, menyiapkan status klien dan
kelengkapan pemeriksaan laboratorium.

Kegiatan tidak langsung juga meliputi kegiatan dokumentasi, menyiapkan alat dan
obat emergensi, merapikan lingkungan klien, pre dan post konferens, input data
pasien di komputer, kegiatan ilmiah keperawatan, bimbingan dalam melakukan
tindakan keperawatan, komunikasi berkaitan dengan obat dengan farmasis,
komunikasi keadaan pasien melalui telpon, membaca status klien dan pertemuan
atau rapat dengan perawat atau pimpinan rumah sakit (Potter & Perry, 2010).
Menurut Gillies (1999) waktu yang dibutuhkan untuk memberikan kegiatan ini
secara umum adalah 38 menit setiap hari untuk satu pasien.

Ketiga; Kegiatan non keperawatan. Kegiatan non keperawatan merupakan


beberapa kegiatan diluar kegiatan langsung maupun tidak langsung perawat atau
disebut juga kegiatan nonproduktif. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan untuk
memenuhi kebutuhan pribadi perawat selama berada dalam waktu kerja yang
berorientasi pada kegiatan nonproduktif perawat. Kegiatan tersebut meliputi solat,
makan, minum, kebersihan diri, duduk di nurse station, ke toilet, ganti pakaian,
istirahat, tidur, nonton televisi, menerima atau menelepon untuk urusan pribadi,
membaca koran dan majalah, menerima atau pergi keluar ruangan menemui tamu
pribadi, datang terlambat dan pulang lebih cepat dari waktu jaga. Kegiatan ini
memerlukan waktu 15% dari waktu jaga atau shift. Menurut hasil penelitian
Aiken, Clarke dan Sloane (2002) bahwa 35-45% perawat di Amerika dan Kanada
menghabiskan waktunya untuk melaksanakan kegiatan tidak langsung
keperawatan seperti transportasi dan pengiriman makanan pasien sebagai akibat
dari kurangnya tenaga kesehatan yang menangani tugas tersebut.

Penelitian Juliani (2009) tentang beban kerja perawat pelaksana di Instalasi rawat
inap lantai 1 jantung rumah sakit Husada Jakarta menemukan bahwa rata-rata
jumlah waktu kegiatan perawat pelaksana (kegiatan langsung, tidak langsung dan
non keperawatan) pada shift pagi yaitu 484,04 menit setara dengan 8,06 jam. Shift

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI,2013


49

sore yaitu 479,79 menit setara dengan 7,9 jam dan shift malam 636,83 menit
setara dengan 10,61 jam. Rata-rata jumlah waktu kegiatan perawat setiap shift
disimpulkan tidak sesuai atau mempunyai beban kerja cukup tinggi apabila
disesuaikan dengan standar beban kerja dari Gillies.

Standar pengukuran beban kerja perawat setiap shift menurut Gillies (1999)
adalah 420 menit atau 7 jam shift pagi dan sore, 600 menit atau 10 jam untuk shift
malam. Lain halnya dengan pendapat Ilyas (2011) bahwa waktu produktif
optimum perawat adalah berkisar 80%, sehingga parameter ini digunakan untuk
melihat beban kerja perawat apakah tinggi atau rendah. Jika perawat sudah
bekerja diatas 80% waktu produktifnya maka dapat dikatakan beban kerja perawat
tinggi atau tidak sesuai dan perlu dipertimbangkan untuk penambahan tenaga
perawat. Waktu kerja produktif perawat yang dimaksud adalah kegiatan langsung
dan kegiatan tidak langsung. Sedangkan kegiatan nonkeperawatan merupakan
waktu tidak produktif.

Implementasi dari kegiatan perawat yang beragam harus didukung dengan sistem
pengelolaan yang baik. Peran manajer sangat penting dalam mengenal organisasi
dan anggotanya agar fungsi pengaturan menjadi produktif. Kegiatan-kegiatan
tersebut tidak akan berhasil jika rancangannya atau pengelolaannya tidak
memenuhi kebutuhan kelompok. Peran dan fungsi manajer dalam menentukan
metode pengelolaan pasien akan sangat menentukan keberhasilan suatu
pelayanan.

2.5.4.4 Metode Pengelolaan Asuhan Pasien


Metode pemberian asuhan keperawatan meliputi metode keperawatan kasus,
metode keperawatan fungsional, metode keperawatan tim, metode keperawatan
primer dan model praktik keperawatan professional (MPKP) (Marquis & Huston,
2010; Sitorus, 2006). Penjelasan lebih rinci masing metode pemberian asuhan
keperawatan sebagai berikut :

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI,2013


50

Metode asuhan keperawatan kasus atau asuhan pasien total merupakan metode
asuhan yang pertama kali digunakan. Pada metode ini perawat akan memberikan
asuhan keperawatan kepada klien secara total dalam satu periode dinas dan jumlah
pasien yang dirawat tergantung pada kemampuan perawat dan kompleksitas
kebutuhan klien tesebut. Selanjutnya metode ini berkembang menjadi metode
fungsional.

Metode keperawatan fungsional merupakan metode yang menekankan pemberian


asuhan keperawatan pada tugas dan prosedur. Setiap perawat diberi satu atau
beberapa tugas untuk melaksanakan tugas kepada semua klien diruangan. Setiap
kegiatan diberikan tanggung jawab kepada masing-masing perawat yang berbeda
dan prioritas utama yang dikerjakan adalah pemenuhan kebutuhan fisik dan jarang
menekankan pada kebutuhan holistik pasien. Komunikasi perawat juga sangat
terbatas sehingga menyebabkan kepuasan klien berkurang karena kurangnya
kebersamaan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Tanggung jawab
yang paling besar diberikan kepada kepala ruang untuk mengatur dan
membagikan tugas kepada masing-masing perawat (Marquis & Huston, 2010).

Metode keperawatan tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan


dengan adanya seorang perawat yang memimpin sekelompok perawat lainnya
melalui upaya kooperatif dan kolaboratif. Metode ini mempunyai karakteristik
bahwa semua perawat dalam tim mempunyai kontribusi dalam memberikan
asuhan keperawatan sehingga semua perawat mempunyai motivasi dan memiliki
rasa tanggung jawab yang sama dalam merawat klien. Metode ini terdiri dari
ketua tim dan anggota tim, ketua tim sebagai perawat professional harus mampu
menggunkan berbagai tehnik kepemimpinan dan membuat keputusan dalam
perencanaan, supervisi dan evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan. Metode ini
akan berhasil dengan baik apabila ada dukungan dari kepala ruangan karena
metode ini penting untuk pemnfaatan tenaga keperawatan yang bervariasi dalam
hal pendidikan, skill dan kemampuan dalam memberikan asuhan keperawatan
(Marquis & Huston, 2010).

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI,2013


51

Metode keperawatan primer merupakan metode pemberian asuhan yang


berkesinambungan antara klien dan perawat, bertanggung jawab dalam
perencanaan, pemberian dan koordinasi asuhan keperawatan. Perawat yang
bertanggung jawab itu disebut perawat primer (primary nurse). Metode ini lebih
mempunyai ciri akuntabilitas, otonomi, otoritas, advokasi, ketegasan, kontinuitas,
komunikasi, koordinasi, kolaborasi dan komitmen. Perawat primer (PP)
bertanggung jawab untuk mengadakan koordinasi, kolaborasi dalam
merencanakan asuhan keperawatan. Setiap perawat primer merawat 4-6 pasien,
dan bertanggung jawab selama 24 jam. Jika PP berhalangan maka tugasnya akan
didelegasikan ke perawat lain (associate nurse). Keuntungan pada metode ini
adalah klien merasa lebih dihargai sebagai manusia karena lebih dihargai semua
kebutuhannya secara individu, asuhan yang bermutu dan tercapainya pelayanan
yng efektif. Demikian halnya dengan perawat akan memungkinkan untuk
termotivasi untuk mengembangkan diri melalui implementasi ilmu pengetahuan
(Marquis & Huston, 2010; Sitorus, 2006).

2.5.5 Pendekatan Penghitungan Beban Kerja


Penghitungan beban kerja perawat dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah
satu cara yang dilakukan adalah melaui observasi langsung terhadap pekerjaan
yang dilakukan setiap shift. Menurut Ilyas (2011) bahwa beban kerja secara
sederhana dapat dihitung dengan langsung menanyakan kepada tenaga kesehatan
yang bertugas tentang beban kerja yang di alaminya.

Tehnik penghitungan beban kerja perawat menurut Swansburg dan Swansburg


(1999); Rowland dan Rowland (1997) ada empat. Tehnik penghitungan tersebut
dijelaskan sebagai berikut :

2.5.5.1 Time Study and Task Frequency


Tehnik penghitungan ini merupakan suatu studi penghitungan beban kerja dilihat
dari sisi kualitas yang dikaitkan dengan pekerjaan dan waktu yang dibutuhkan
disetiap pekerjaan tersebut. Tujuan dari penghitungan beban kerja ini adalah untuk
mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap kegiatan.

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI,2013


52

Langkah-langkah penghitungan beban kerja ini yaitu menentukan sampel yang


akan diambil setelah diklasifikasikan, membuat formulir kegiatan yang terdiri dari
kegiatan yang diamati dan waktu yang digunakan, selanjutnya menentukan
observer dengan menyeleksi dan mengetahui kompetensi responden, satu observer
mengamati satu orang perawat selama 3 shift atau 24 jam, rata-rata waktu
kegiatan ketika observasi berlangsung ditentukan dan kemudian ditentukan
standar waktu setiap kegiatan (Swansburg & Swansburg, 1999; Rowland &
Rowland, 1997).

2.5.5.2 Work Sampling


Tehnik penghitungan ini merupakan bentuk variasi lain dari time study dan task
frekuensi. Work sampling merupakan suatu metoda yang dilakukan pemilihan
objek, dengan interval waktu tertentu atau kegiatan secara random untuk
selanjutnya menentukan perbandingan dari waktu yang dimanfaatkan untuk
istirahat dan waktu berkegiatan dari total waktu kerja yang dibutuhkan. Tujuan
dari work sampling adalah mengidentifikasi tugas dan elemen tugas perawat,
mengetahui waktu, lama serta jumlah kegiatan yang dilakukan (Rowland &
Rowland, 1997).

Tehnik penghitungan work sampling ini menurut Ilyas (2011) dapat diamati hal-
hal spesifik terhadap pekerjaan seperti : kegiatan apa yang sedang dilakukan
personel selama waktu jam kerja, kaitan aktifitas atau kegiatan personel tersebut
dengan tugas dan fungsinya pada shift tersebut, proporsi waktu kerja yang
digunakan untuk kegiatan produktif maupun non produktif, pola beban kerja
personel yang dikaitkan dengan jadwal dan shift.

Pokok pengamatan dari work sampling ini adalah kegiatan asuhan keperawatan
yang dilakukan perawat dalam melaksanakan tugas harian di ruang rawat dan
yang menjadi subjek yang diamati adalah perawat terhadap aktivitas atau
pekerjaannya. Menurut Ilyas (2011) cara work sampling ini akan memberikan
informasi yang tepat dari subjek yang diteliti mengenai kegiatan dan banyaknya
pengamatan kegiatan dari mulai datang sampai pulangnya responden.

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI,2013


53

Tahap-tahap tehnik work sampling ini adalah sebagi berikut : Menentukan


personel perawat yang akan diteliti, bila personel perawat jumlahnnya banyak
maka perlu dilakukan pemilihan sampel sebagai subjek yang akan diamati,
membuat formulir daftar kegiatan perawat yang diklasifikasikan sebagai kegiatan
langsung atau kegiatan tidak langsung, atau kegiatan produktif dan tidak
produktif, mempersiapkan tenaga observer dengan memberikan pelatihan tentang
cara pengamatan menggunakan work sampling ini. Observer sebaiknya memiliki
latar belakang yang sejenis dan kompetensi yang sama dengan subjek yang akan
diamati. Peneliti atau observer akan mengamati 5-8 orang perawat yang bertugas
pada jadwal jaga tertentu. Pengamatan terhadap kegiatan dan aktivitas subjek
perawat dilakukan dengan interval 2-15 menit. Makin pendek interval waktu
pengamatan akan semakin banyak sampel pengamatan yang didapatkan sehingga
akan semakin baik dan akurat hasil penelitian tersebut. Pengamatan dilakukan di
ruang perawatan selama 24 jam dibagi dalam 3 shift selama 5 hari kerja secara
terus menerus (Swansburg & Swansburg, 1999; Rowland & Rowland, 1997).

Tehnik work sampling ini bertujuan akhir untuk mendapatkan waktu dan kegiatan,
oleh karena itu orang yang menjadi subjek penelitian di anggap tidak penting
karena yang menjadi fokus adalah setiap apa yang dikerjakan. Pada work
sampling ini perawat yang diamati harus dari kejauhan sehingga mendapatkan
banyak hasil pengamatan dari sejumlah subjek yang diamati. Sebagai contoh hasil
pengamatan yang didapatkan pada rata-rata perawat yang diamati berjumlah 8
orang perawat tiap shift dengan interval waktu 10 menit dalam 24 jam maka
dalam 5 hari didapatkan jumlah pengamatan sebagai berikut : 60 (menit) : 10
(menit) X 24 (jam) X 5 (hari) = 720 sampel pengamatan untuk masing-masing
perawat X 8 perawat = 5760 sampel pengamatan. Semakin besar jumlah sampel
maka semakin akurat data terkait kegiatan perawat yang diteliti (Swansburg &
Swansburg, 1999).

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI,2013


54

2.5.5.3 Continuous Observation of Nurses Performance Activity ( variasi dari time


study dan task frequency)
Tehnik penghitungan ini hampir sama dengan penghitungan work sampling,
perbedaannya adalah pengamatan yang dilakukan secara terus menerus terhadap
setiap kegiatan perawat dan mencatat lamanya atau waktu mulai dan berakhirnya
kegiatan tersebut. Pencatatan dilakukan mulai dari perawat datang sampai
berakhirnya shift atau perawat pulang dan dapat dilakukan pada satu atau lebih
responden. Tehnik penghitungan ini memerlukan kejelian, kekuatan fisik dari
pengamat dan bisa menimbulkan kejenuhan pada perawat yang diamati karena
diamati secara terus-menerus (Swansburg & Swansburg, 1999; Rowland &
Rowland, 1997).

2.5.5.4 Self Reporting of Nurse Activity


Tehnik penghitungan ini secara individu memeriksa daftar yang ditetapkan
terlebih dahulu dalam bentuk formulir kegiatan harian yang dilaksanakan. Dari
formulir kegiatan tersebut akan didapatkan jenis kegiatan, waktu dan lamanya
kegiatanuntuk waktu dan periode tertentu. Pengamatan ini diangap lebih
sederhana dan biayanya murah, namun hasilnya masih dianggap kurang valid
dikarenakan pencatatan yang dilakukan perawat akan membebani pekerjaan
sebelumnya karena membutuhkan waktu tambahan untuk melakukan
pengisiannya (Swansburg & Swansburg, 1999; Rowland & Rowland, 1997).

Cara lain penghitungan beban kerja menurut Ilyas (2011) adalah time and motion
study dan Daily log. Penghitungan beban kerja dengan time and motion study
tidak sekedar mengetahui beban kerja dari perawat yang diamati, namun sampai
mengetahui kualitas kegiatan dari perawat tersebut. Pada tehnik ini responden
perawat ditetapkan menggunakan purposive sampling untuk mendapatkan perawat
yang diklasifikasikan sebagai perawat ahli atau mahir. Observer yang melakukan
pengamatan juga harus perawat yang memiliki kompetensi dan diklasifikasikan
perawat mahir atau ahli juga. Sehingga perbandingan antara observer dengan
perawat yang diamati bisa 1:1 sepanjang responden bisa mewakili perawat mahir
sesuai kompetensinya dan idealnya observer harus berasal dari luar rumah sakit

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI,2013


55

tempat penelitian berlangsung. Berbeda halnya dengan tehnik pengitungan beban


kerja daily log yang merupakan bentuk sederhana dari work sampling. Pada tehnik
ini perawat yang diteliti menulis sendiri kegiatan dan waktu yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan kegiatan tersebut sesuai dengan format yang dibuat oleh
peneliti. Tehnik ini dianggap murah hampir sama dengan self reporting, namun
keakuratan data kegiatan dalam pengisian dan kekonsistenan perawat yang
melakukan pengisian menjadi pertimbangan.

Tehnik-tehnik penghitungan beban kerja diatas mempunyai kelebihan dan


kekurangan. Namun setiap tehnik diterapkan tentunya sesuai dengan
pertimabangan yang diinginkan oleh peneliti dan sama-sama bertujuan untuk
mengetahui beban kerja perawat dimasing-masing unit. Dengan diketahuinya
beban kerja perawat tersebut, manajer dapat mengoptimalkan peran dan fungsinya
untuk mengurangi dampak-dampak yang ditimbulkan, agar kualitas pelayanan
tidak terganggu.

2.5.6 Dampak Beban Kerja Perawat


Beban kerja perawat yang berlebih bisa berdampak negatif bukan hanya terhadap
perawat itu sendiri namun yang lebih penting adalah dampak negatif kepada
pasien. Penelitian Al-kandari dan Thomas (2008) yang bertujuan untuk
mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang merugikan perawat kaitannya dengan
beban kerja, ketenagaan, dan rotasi shift didapatkan bahwa 95% perawat
melewatkan waktu istirahatnya, 86 % perawat tidak memperoleh bantuan yang
optimal, 80% perawat menyediakan waktu untuk pendokumentasian, 71%
perawat menyatakan kepeduliannya terhadap kulitas pelayanan. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan kegiatan yang dilakukan perawat bervariasi, kompleks dan
mempunyai beban kerja yang berlebih.

Beban kerja perawat yang berlebihan menyebabkan perawat mengalami gangguan


secara psikologis seperti stress dalam bekerja. Hal ini didukung oleh penelitian
Prihatini (2007) menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara beban
kerja yang meningkat dengan stress kerja perawat di ruang rawat inap RSUD

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI,2013


56

Sidikalang. Stress kerja yang terjadi pada perawat dapat berdampak yang lebih
besar yaitu menurunnya produktivitas perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan. Kondisi ini sejalan dengan hasil penelitian Binder dan Sanders
(2012); Young, Zavelina, Hooper (2008) dalam penelitiannya juga menemukan
bahwa beban kerja yang tinggi berkorelasi dengan stress kerja sebagai faktor
psikologi, kelelahan fisik, gangguan masalah tidur sebagai faktor fisiologi dan
gangguan kesehatan yang mengakibatkan gangguan saat bekerja sehingga pada
akhirnya bisa menurunkan produktivitas.

Dampak beban kerja perawat yang berlebihan juga mengakibatkan risiko terjadi
human errors kepada pasien terhadap pekerjaan perawat (Young, Zavelina &
Hooper, 2008; Garret, 2008). Kane, Shamliyan, Mueller, Duval & Wilt (2007)
menemukan dalam surveynya bahwa banyak perawat yang memilih kerja panjang
lebih dari 12 jam dalam satu hari dan mereka sering tidak dapat menyelesaikan
tugasnya secara tuntas pada shift tersebut. Hal ini menjadi bukti bahwa perawat
bekerja melebihi waktu satu shift dalam sehari. Kondisi ini berdampak pada
kelelahan perawat, ketidakpuasan bekerja, sering terlambat datang yang akan
berpengaruh terhadap kualitas pekerjaan yang bisa merugikan klien (Garrett,
2008; Kane, Shamliyan, Mueller, Duval & Wilt, 2007; Duffield & Twigg, 2009;
Liang, Chen, Huang & Lee, 2012).

Insiden keselamatan pasien dan angka kematian pasien berisiko terjadi


peningkatan dengan adanya peningkatan beban kerja. Pernyataan itu sesuai hasil
penelitian Prawitasari (2009) di ruang rawat inap penyakit dalam dan bedah RS
Husada Jakarta yang menemukan bahwa adanya perbedaan proporsi insiden
keselamatan pasien antara perawat pelaksana yang beban kerjanya tinggi dengan
yang beban kerjanya adekuat. Lebih lanjut hasil penelitian itu diperoleh perawat
pelaksana yang mempunyai beban kerja tinggi memiliki risiko 15,692 kali untuk
terjadi insidensi keselamatan pasien. Menurut Liang, Chen, Huang & Lee (2012)
menemukan bahwa ada hubungan antara waktu kerja tenaga perawat dengan
jumlah kematian pasien dan kualitas pelayanan rumah sakit. Hal ini sesuai dengan
pendapat Yoder-Wise (2011) bahwa kelelahan perawat akibat waktu jaga yang

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI,2013


57

berlebih akan berdampak terhadap keselamatan pasien. Sejalan juga dengan hasil
studi Kane, Shamliyan, Mueller, Duval & Wilt (2007) bahwa kelebihan jam kerja
akan berdampak pada pasien, yaitu setiap kelebihan 10% jam kerja akan
berkontribusi terhadap 1,3% penyebab kematian yang ada di rumah sakit.

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI,2013


58

Teori-teori diatas dapat kelompokkan dan diringkas menjadi sebuah skema. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini:

Manajemen Keperawatan dan


Pelayanan Keperawatan

• Manajemen pelayanan
• Manajemen asuhan
(Marquis & Huston, 2010; Tomey,
2009; Huber, 2010)

Beban Kerja Perawat Dokumentasi Keperawatan


• Komponen Beban kerja
 Jumlah klien  Proses Keperawatan
 Klasifikasi tingkat  Manfaat Dokumentasi
ketergantungan keperawatan
 Jumlah tenaga perawat  Aspek Legal dan Pendingnya
Peningkatan
 Kegiatan keperawatn Dokumentasi Keperawatan
Kualitas
pelayanan
 Faktor yang mempengaruhi
• Penghitungan Beban Kerja
• Faktor yang Mempengaruhi pelaksanaan dokumentasi
• Tujuan Penghitungan  Penilaian Kualitas
• Dampak beban kerja Dokumentasi Keperawatan

(Gillies, 1999; Swansburg & (Iyer & Camp, 2005; Depkes


Swansburg, 1999;Myny et RI, 2001; Potter & Perry,
all, 2012; Neill, 2010 ) 2010; Jefferies, Johnson,
Nicholls & Lad, 2012)

Karakteristik perawat

 Usia
 Pendidikan
 Masa Kerja
 Pelatihan
(Kane, Shamliyan,
Mueller, Duval & Wilt,
2007; Notoatmojo, 2009)

Gambar 2.1
Kerangka Teori Karakteristik Perawat, Beban Kerja dan Kelengkapan
Dokumentasi

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI,2013


BAB 3
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

Pada bab ini akan diuraikan mengenai kerangka konsep peneliatian, hipotesis
penelitian dan definisi operasional baik variabel bebas maupun variabel terikat
dalam penelitian ini.

3.1 Kerangka Konsep


Kerangka konsep dalam penelitian ini merupakan sintesis dari beberapa teori
tentang karakteristik individu perawat, beban kerja dan dokumentasi keperawatan.
Kelengkapan dokumentasi keperawatan dikatakan baik apabila memenuhi unsur
dari segi keakuratannya, lengkap, memenuhi kriteria legalitasnya dan sesuai
standar (Iyer & Camp, 2005; Potter & Perry, 2010; Depkes RI, 2005; Jefferies,
Johnson & Nichollas, 2011). Pelaksanaan pendokumantasian proses keperawatan
dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya adalah tingginya beban kerja perawat
sebagai akibat dari kurangnya tenaga keperawatan (Iyer & Camp, 2005). Faktor
lain yang mempengaruhi kelengkapan dokumentasi adalah karakteristik perawat,
meliputi usia, pengalaman atau masa kerja, pendidikan dan pelatihan
(Notoatmojo, 2009; Kane, Shamliyan, Mueller, Duval & Wilt, 2007).
Karakteristik perawat tersebut sangat mempengaruhi tenaga keperawatan dalam
memberikan pelayanan dan berdampak pada outcome pasien (Yoder-Wise, 2011).

Hasil sintesis dari teori-teori tersebut dapat disusun kerangka konsep penelitian
ini dengan variabel-variabel sebagai berikut: Variabel bebas penelitian adalah
karakteristik perawat dan beban kerja, sedangkan variabel terikatnya adalah
kelengkapan dokumentasi proses keperawatan. Kerangka konsep penelitian dapat
dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini :

59

Hubungan Karakteristik……L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


60

Variabel bebas Variabel terikat

Beban Kerja Perawat

Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan
Karakteristik Perawat

Umur
Pendidikan
Masa Kerja
Pelatihan

Faktor Predisposisi
Motivasi
Ket: Supervisi
: Diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah
3.2.1 Ada hubungan antara umur perawat dengan kelengkapan
pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang umum instalasi rawat inap
RSUD Pasar Rebo Jakarta.
3.2.2 Ada hubungan antara masa kerja perawat dengan kelengkapan
pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang umum instalasi rawat
inap RSUD Pasar Rebo Jakarta.
3.2.3 Ada hubungan antara pelatihan perawat dengan kelengkapan
pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang umum instalasi rawat
inap RSUD Pasar Rebo Jakarta.

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…..L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


61

3.2.4 Ada hubungan antara beban kerja perawat dengan kelengkapan


pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang umum instalasi rawat inap
RSUD Pasar Rebo Jakarta.
3.2.5 Ada hubungan antara karakteristik dan beban kerja perawat dengan
kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang umum
instalasi rawat inap RSUD Pasar Rebo Jakarta.

3.3 Definisi Operasional


Definisi operasional penelitian ini menggambarkan tentang gambaran nyata
tentang variabel-variabel penelitian, cara pengukuran, hasil pengukuran dan
skala ukur sebagai berikut :
Tabel 3.1
Definisi Operasional Penelitian

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur & Hasil Ukur Skala


Alat Ukur
Variabel Independen
Karakteristik
Perawat
Umur Lama hidup perawat yang Instrumen Dalam Tahun Interval
ditentukan berdasarkan sejak dengan (Mean, standar
tahun kelahiran sampai ulang pertanyaan deviasi,
tahun terakhir saat penelitian terbuka Minimum-
berlangsung maksimum, 95%
CI)

Pendidikan Lulusan sekolah formal baik Instrumen 1= DIII Kep. Ordinal


dalam maupun luar negeri dengan
yang dibuktikan dengan pertanyaan
ijazah terbuka

Masa kerja Lamanya perawat bekerja di Instrument Dalam Tahun Rasio


instalasi rawat inap RS dari dengan (Mean, standar
mulai bekerja sampai saat pertanyaan deviasi,
penelitian. tertutup Minimum-
maksimum, 95%
CI)

Pelatihan Mengikuti pendidikan Instrumen 2= Tidak pernah Nominal


dokumentasi informal dokumentasi dengan 1= pernah
proses keperawatan pertanyaan
keperawatan terbuka

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…..L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


62

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur & Hasil Ukur Skala


Alat Ukur
Beban kerja Lamanya kegiatan yang Observasi Jumlah dalam Rasio
dilakukan perawat dalam menggunakan menit
melakukan asuhan format Yang kemudian
keperawatan yang mencakup observasi dikategorikkan
kegiatan langsung, tidak continous
lanngsung dan non observation 2= beban kerja
keperawatan dilihat dalam 3 dari perawat rendah ≤80%
shift (shift pagi, shift sore dan datang sampai (Kegiatan
shift malam) di ruang umum pulang dan langsung
instalasi rawat inap RSUD dengan dijumlahkan
Pasar Rebo Jakarta. mengelompokk dengan tidak
an jenis langsung dan
kegiatan dibandingkan
perawat dengan lama
jam kerja/full
time ekuivalen).

1= beban kerja
tinggi >80%.
(Ilyas, 2011)

Kegiatan Lamanya seluruh kegiatan Observasi Jumlah dalam Rasio


langsung yang dilakukan secara dengan format menit
langsung oleh perawat dalam continous (Mean, standar
memberikan asuhan observation deviasi,
keperawatan untuk memenuhi dari perawat Minimum-
kebutuhan klien yang datang sampai maksimum, 95%
diobservasi selama 3 shift di pulang CI)
ruang umum instalasi rawat
inap RSUD Pasar Rebo
Jakarta.

Kegiatan tidak Lamanya seluruh kegiatan Observasi Jumlah dalam Rasio


langsung yang dilakukan secara tidak dengan format menit
langsung kepada klien akan continous (Mean, standar
tetapi berhubungan dengan observation deviasi,
kegiatan asuhan keperawatan dari perawat Minimum-
yang diobservasi selama 3 datang sampai maksimum, 95%
shift di ruang umum instalasi pulang CI)
rawat inap RSUD Pasar Rebo
Jakarta

Kegiatan non Lamanya seluruh kegiatan Observasi Jumlah dalam Rasio


keperawatan yang tidak berhubungan dengan format menit
dengan pemberian asuhan continous (Mean, standar
keperawatan yang diobservasi observation deviasi,
selama 3 shift di ruang umum dari perawat Minimum-
instalasi rawat inap RSUP datang sampai maksimum, 95%
Pasar Rebo Jakarta pulang CI)

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…..L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


63

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur & Hasil Ukur Skala


Alat Ukur
Variabel dependen
Kelengkapan Penilaian kelengkapan Studi 2= tidak lengkap Ordinal
pendokumenta pencatatan proses kelengkapan (<85%
sian asuhan keperawatan (pengkajian, dokumentasi kelengkapan
keperawatan diagnosa keperawatan, dengan lembar dokumentasi)
rencana tindakan, cheklis
implementasi dan evaluasi Instrumen A 1 = Lengkap
serta catatan perkembangan) Depkes (2005) ( ≥ 85%
yang dilakukan oleh perawat kelengkapan
terhadap semua tindakan- dokumentasi,
tindakan keperawatan yang Depkes, 2005)
dilakukan setiap shift.

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…..L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


BAB 4
METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini. Metode penelitian dalam penelitian ini dapat diuraikan lebih rinci menjadi
beberapa bagaian meliputi desain penelitian, populasi dan sampel, tempat
penelitian, waktu penelitian, etika penelitian, alat pengumpulan data, prosedur
pengumpulan data dan analisa data.

4.1 Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Desain penelitian kuantitatif
yang digunakan adalah observasional analitik dengan menghubungkan variabel
bebas dan variabel terikat (Sastroasmoro & Ismael, 2010). Variabel bebas terdiri
dari beban kerja perawat (lama waktu dan kegiatan) yang meliputi kegiatan
langsung, kegiatan tidak langsung dan kegiatan non keperawatan dengan
pendekatan continous observation menggunakan lembar observasi dan
karakteristik perawat yang meliputi usia, pendidikan, masa kerja dan pelatihan.
Variabel terikat terdiri dari kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan
yang dilakukan oleh perawat yang diukur melalui lembar ceklist secara
retrospektif.

4.2 Populasi dan Sampel


4.2.1 Populasi
Populasi target merupakan populasi unit dimana suatu penelitian akan
dilaksanakan (Dharma, 2011). Populasi untuk variabel bebas penelitian ini adalah
perawat. Jumlah perawat pelaksana di RSUD Pasar Rebo berjumlah 292 orang.
Populasi target dalam penelitian ini adalah perawat yang bekerja di instalasi rawat
inap RSUD Pasar Rebo yang berjumlah 195 orang, Populasi terjangkau dalam
penelitian ini adalah semua perawat kecuali kepala ruang dan klinical instruktur 5
orang, perawat yang bekerja di ruang umum instalasi rawat inap RSUD Pasar
Rebo yang berjumlah 64 orang. Jumlah perawat di ruang umum ini yang
digunakan sebagai dasar penentuan sampel.

64

Hubungan Karakteristik…..L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


65

Populasi target untuk variabel terikat penelitian ini adalah semua dokumen asuhan
keperawatan yang dilakukan perawat di instalasi rawat inap. Populasi terjangkau
variabel terikat adalah semua dokumen pendokumentasian yang dilakukan
perawat di ruang umum instalasi rawat inap RSUD Pasar Rebo Jakarta.

4.2.2 Sampel
Sampel adalah sekelompok individu yang merupakan bagian dari populasi
terjangkau dimana peneliti dapat langsung melakukan pengamatan pada unit
tersebut (Dharma, 2011). Sampel dalam penelitian ini adalah perawat yang
berdinas atau bekerja di ruang umum kelas I, II dan III instalasi rawat inap RSUD
Pasar Rebo Jakarta. Berdasarkan rumus penghitungan sampel minimal dari
Notoatmojo (2010) yaitu
N
n = -----------
1 + N (d2)
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = tingkat kepercayaan yang diinginkan (95%)

Penghitungan sampel minimal dalam penelitian ini sebagai berikut : diketahui


jumlah populasi terjangkau perawat pelaksana 64 orang (N) dengan tingkat
kepercayaan yang diinginkan 95%.
64
n = ----------- = 55,1 perawat.
2
1 + 64 (0,05 )

Perhitungan diatas didapatkan sampel minimal 55,1 sampel perawat dibulatkan


menjadi 55 perawat. Penelitian ini dilakukan melalui observasi setiap sampel
perawat selama 3 shift atau 24 jam, sehingga total pengamatan 3 X 55= 165 kali.
Penghitungan besar sampel di atas didapatkan sampel minimal 55 orang. Namun
berdasarkan pertimbangan peneliti, sampel perawat yang diambil adalah

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…..L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


66

seluruhnya atau total sampling dengan memperhatikan kriteria inklusi sebagai


berikut :
1. Tidak dalam masa cuti
2. Tidak sedang mengikuti pelatihan
3. Tidak sedang mengikuti ijin belajar atau sekolah
4. Masa kerja minimal 1 tahun dalam rumah sakit
5. Bersedia berpartisipasi sebagai subjek dalam penelitian ini.
6. Berpendidikan D III keperawatan
7. Perawat pelaksana
Pengambilan sampel dilakukan sesuai dengan jumlah perawat yang bertugas
setiap shift dan sesuai dengan kriteria. Pengukuran beban kerja dilakukan oleh
observer dengan perbandingan 1 observer 1-2 perawat menggunakan tehnik
continous observation pada perawat selama 24 jam atau 3 shift dimulai dari
perawat datang sampai pulang.

Pada saat penelitian berlangsung selama 3 minggu didapatkan sampel sebanyak


46 orang yang sesuai dengan kriteria penelitian. Responden yang tidak sesuai
kriteria berjumlah 18 orang yang disebabkan karena 5 orang mengikuti pelatihan,
ijin belajar 5 orang, cuti 3 orang dan 5 orang berpendidikan S1 keperawatan.
Responden yang berjumlah 46 orang tersebut terdistribusi pada 3 ruang yaitu 13
responden dari ruang melati, 15 responden dari ruang dahlia dan 18 dari ruang
teratai, sehingga total jumlah pengamatan yang dilakukan sebanyak 138 kali.

Penentuan sampel untuk variabel pelaksanaan pendokumentasian berdasarkan


populasi terjangkau. Pemilihan sampel dilakukan dengan consecutive sampling
yaitu pemilihan sampel yang dilakukan dengan memilih semua dokumen yang
ditemukan sesuai dengan kriteria pemilihan (Dharma, 2011). Jumlah dokumen
yang diambil adalah semua dokumen yang di temukan sesuai dengan kriteria
selama observasi beban kerja berlangsung. Kriteria inklusi pemilihan sampel
pelaksanaan pendokumentasian sebagai berikut:
1. Dokumen pendokumentasian asuhan keperawatan bagi pasien yang sudah
pulang dan belum diserahkan ke rekam medik.

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…..L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


67

2. Dokumen pendokumentasian asuhan keperawatan bukan pasien pindahan dari


ruangan lain.
Dokumen hasil pendokumentasian asuhan keperawatan yang didapatkan peneliti
sesuai kriteria pada saat penelitian berjumlah 95 register, masing-masing tersebar
di ruang melati berjumlah 31 dokumen, 35 dokumen ruang dahlia dan 29
dokumen pada ruang teratai.

4.3 Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di instalasi rawat inap RSUD Pasar Rebo Jakarta.
Rumah sakit umum daerah (RSUD) Pasar Rebo Jakarta merupakan rumah sakit
tipe B nonpendidikan dan sudah terakreditasi 16 bidang pelayanan dan
bersertifikat ISO 9001 sejak 2008. Jenis pelayanan di RSUD Pasar Rebo Jakarta
terdiri dari Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Bedah Sentral,
Instalasi Gawat Darurat, Intensive Care Unit (ICU), Cardiovaskular Care Unit
(CVCU), dan Pelayanan penunjang. Sumber daya manusia keperawatan sebanyak
339 orang atau 42,5% dari total SDM yang ada di RSUD Pasar Rebo. Kapasitas
tempat tidur yang tersedia saat ini sekitar 292 buah sedangkan pencapaian pada
tahun 2011 dilihat dari Bed Ocupancy Rate (BOR) rata-rata 71% dan length of
Stay (LOS) rata-rata 4 hari, sedangkan tahun 2012 BOR rata-rata mengalami
peningkatan menjadi 74% dan LOS rata-rata 4 hari.

Latar belakang pendidikan perawat di RSUD Pasar Rebo bervariasi dari


SPK/SPRG sampai S1 keperawatan. Secara keseluruhan jumlah tenaga perawat
yaitu 339 orang. Jumlah perawat tersebut didominasi latar belakang pendidikan
DIII keperawatan yaitu 269 orang (79,4%), S1 keperawatan hanya ada 9 orang
atau 2,7%, Bachelor science of nursing (BSN) setara dengan S1 keperawatan
berjumlah 14 orang atau 4,1%, DIII dan DI bidan berjumlah 36 orang (10,6%),
DIV bidan 1 orang, dan Sekolah Pengatur Rawat (SPR) atau setara Sekolah
Perawat Kesehatan (SPK) berjumlah 3 orang.

Ketenagaan di instalasi rawat inap secara keseluruhan berjumlah 195 yang terdiri
dari perawat dan bidan. Komposisi tenaga kesehatan masing-masing terdiri dari

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…..L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


68

S1 keperawatan berjumlah 5 orang (2,6%), BSN setara S1 keperawatan berjumlah


7 orang (3,6%), DIII Keperawatan berjumlah146 orang (74,9%), dan tenaga
kebidanan berjumlah 37 orang (19%). Berdasarkan observasi dan wawancara
dengan kepala bidang keperawatan untuk menambah kualifikasi tenaga S1
keperawatan, saat ini 30 orang perawat sedang menjalankan izin belajar yang
merupakan perwakilan dari masing-masing ruangan.

Pelayanan di Instalasi Rawat Inap terdiri dari 8 ruangan. Berdasarkan klasifikasi


kelas pelayanan terdiri dari VVIP, VIP, Kelas I, II dan Kelas III. Dari hasil
pengkajian dan pengamatan selama kegiatan residensi di RSUD Pasar Rebo,
diperoleh data perbandingan jumlah tempat tidur dan tenaga perawat pada
masing-masing ruangan. Ruang Anggrek terdiri dari 15 tempat tidur (TT) dan 16
tenaga perawat (TP). Ruang Teratai terdiri dari 33 TT : 23 TP, Ruang Dahlia
terdiri dari 43 TT : 23 TP, Ruang Delima terdiri dari 26 TT : 16 TP, Ruang
Cempaka terdiri dari 51 TT : 21 TP, Ruang Mawar terdiri dari 38 TT : 21 TP,
Ruang Melati terdiri dari 40 TT : 23 TP, serta Ruang Perinatologi terdiri dari 23
TT : 24 TP. Hal itu menunjukkan bahwa masih kurang dan belum meratanya
penyebaran perawat di setiap ruangan. Perbandingan jumlah perawat dengan
pasien yang dirawat bisa mencapai 1 : 7 bahkan mencapai 1 : 9 pada masing-
masing shift, padahal menurut standar Depkes perbandingan jumlah perawat dan
tempat tidur untuk rumah sakit tipe A dan B adalah 3-4/2. Hal ini mencerminkan
kurangnya jumlah tenaga perawat yang akan berdampak terhadap tingginya beban
kerja

Indikator pemakaian tempat tidur (BOR) di ruang rawat inap RSUD Pasar Rebo,
rata-rata capaian BOR tahun 2012 masing-masing ruangan yaitu ruang Melati
89%, ruang Anggrek 83%, ruang Teratai 80%, Mawar 74%, dahlia 78%, Delima
72% dan Cempaka 63%. Wawancara dengan asisten manajer II instalasi rawat
inap didapatkan bahwa dilihat dari klasifikasi ketergantungan pasien, dari rata-rata
jumlah pasien rawat inap 75% adalah ketergantungan moderat atau parsial, 12%
klasifikasi semi total dan 13% klasifikasi minimal dan metode asuhan yang
diterapkan adalah metode tim modifikasi.

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…..L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


69

Rumah sakit Pasar Rebo Jakarta digunakan sebagai tempat penelitian yaitu karena
selama kegiatan residensi di RSUD Pasar Rebo Jakarta ditemukan pelaksanaan
pendokumentasian yang masih belum optimal dan rata-rata perawat mengeluh
beban kerja perawat yang cukup berat sebagai akibat dari masih kurangnya tenaga
keperawatan. Penulis melanjutkan untuk melakukan penelitian lebih mendalam
terkait pendokumentasian asuhan keperawatan dan beban kerja perawat dengan
hasil kegiatan residensi tersebut sebagai data awal penulis. Penelitian ini
dilakukan di ruang rawat umum instalasi rawat inap RSUD Pasar Rebo Jakarta.
Ruangan tersebut yaitu ruang Teratai, Dahlia dan Melati. Hal ini dilakukan
berdasarkan jenis pasien yang dirawat, yaitu pasien dengan semua kasus atau
umum sehingga memungkinkan untuk melihat gambaran kegiatan yang bervariasi
dan BOR tertinggi di rawat inap. Ruangan yang merawat pasien dengan berbagai
kasus memperlihatkan variasi kegiatan sehingga data kegiatan yang diperoleh
semakin kompleks.

4.4 Waktu Penelitian


Pelaksanaan penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari – Juli 2013. Rancangan
waktu penelitian mulai penyusunan proposal sampai penyusunan laporan tesis dan
matrik kegiatan pengambilan data dapat dilihat lebih rinci pada lampiran.

4.5 Etika Penelitian


Subjek dari penelitian ini adalah perawat sedangkan objeknya adalah berupa
dokumen asuhan keperawatan di ruang rawat inap, jenis kegiatan dan lamanya.
Oleh karena itu subjek penelitian dalam hal ini perawat harus terlindungi dari
masalah etik penelitian (Polit, Beck & Hungler, 2011). Etik penelitian meliputi :

4.5.1 Self determination


Perawat yang merupakan subjek dari penelitian diberikan keleluasaan untuk
membuat keputusan secara sadar dan dengan baik tanpa ada intervensi atau
paksaan dari peneliti terkait keputusan untuk menjadi responden dalam penelitian
ini. Peneliti menawarkan kepada semua perawat yang sesuai kriteria untuk
menjadi responden dalam penelitian ini dengan memberikan informed consent

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…..L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


70

untuk dibaca, selanjutnya peneliti juga menjelaskan tentang tujuan, prosedur


penelitian dan hal-hal terkait tehnis penelitian. Perawat yang bersedia menjadi
responden selanjutnya menandatangani lembar persetujuan yang telah disiapkan
oleh peneliti.

4.5.2 Confidentiallity
Segala jenis data-data dalam penelitian ini terkait karakteristik perawat (umur,
pendidikan, masa kerja dan pelatihan), hasil pendokumentasian perawat maupun
hasil observasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan perawat dijaga kerahasiaannya.
Data-data tersebut peneliti hanya menggunakannya untuk kepentingan penelitian
ini saja.

4.5.3 Privacy and anonimity


Peneliti meyakinkan responden bahwa data yang dikumpul tidak disebarluaskan
tanpa alasan yang tidak dibenarkan dan peneliti menjaga kerahasiaan identitas
responden dengan memberikan kode pada instrument dan form pengumpulan
data. Penulisan nama subjek dalam penelitian ini hanya menggunakan kode
sehingga terjamin kerahasiaannya baik hasil observasi terkait beban kerja maupun
dokumentasi keperawatan.

4.5.4 Justice
Semua responden mendapatkan penanganan yang sama pada saat kegiatan
penelitian berlangsung dan tidak ada diskriminasi disetiap kegiatan penelitian
tersebut. Peneliti melakukan pengamatan kepada semua subjek penelitian sesuai
dengan shift dinasnya tanpa ada diskriminasi. Peneliti tetap menghormati hak-hak
responden sesuai dengan yang disepakati dan dijelaskan sebelum penelitian
berlangsung.

4.5.5 Protection from discomfort


Peneliti mengupayakan kenyamanan responden dengan menjaga suasana
sealamiah mungkin sehingga tidak terganggu selama kegiatan penelitian
berlangsung. Peneliti melakukan pengamatan dari jarak tertentu dengan responden

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…..L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


71

tanpa mengganggu kegiatan responden di ruangan. Peneliti memberikan


kebebasan kepada responden untuk melakukan aktivitasnya tanpa ada intervensi
apapun. Peneliti juga memberikan penjelasan tentang keamanan data-data yang
didapatkan dari responden bahwa tidak mempunyai pengaruh apapun terhadap
karir dan pekerjaan responden.

4.6 Alat Pengumpulan Data


Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner dan
pedoman observasi.

4.6.1 Kuesioner
Kuesioner dalam penelitian ini berupa pertanyaan tentang karakteristik responden
yang berupa usia, masa kerja, pendidikan dan pelatihan. Data ini langsung
diperoleh dari responden yang merupakan data primer. Kuesioner karakteristik
responden ini di adopsi dari beberapa teori dari Kane, Shamliyan, Mueller, Duval
dan Wilt (2007) dan Notoatmojo (2009).

4.6.2 Pedoman Observasi


Pedoman observasi beban kerja berupa formulir untuk mengobservasi waktu dan
kegiatan perawat yang disusun dan diisi oleh observer yang terdiri dari nama
observer, kode perawat yang diobservasi, ruangan, dan jadwal jaga atau shift
dinas. Format observasi terdiri dari 5 kolom masing-masing adalah nomor
kegiatan, kegiatan perawat dari awal datang dinas sampai pulang dinas, waktu
dimulai setiap kegiatan perawat dan waktu berakhir setiap kegiatan perawat dan
jumlah waktu dalam menit setiap kegiatan perawat. Format observasi ini
merupakan format continous observation di adopsi dari Swansburg dan
Swansburg (1999) dan dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan saat penelitian
berlangsung di Rumah sakit.

Penilaian kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan menggunakan


instrument baku evaluasi dokumentasi penerapan standar asuhan keperawatan
Depkes (2005) dengan modifikasi peneliti. Penilaian kelengkapan dokumentasi

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…..L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


72

tersebut terdiri dari 24 item penilaian yang mencakup 6 komponen dokumentasi


proses keperawatan yaitu pengkajian yang terdiri dari 4 item pernyataan (no. 1, 2,
3,4), komponen diagnosa keperawatan terdiri dari 4 item pernyataan (no. 5, 6, 7,
8), komponen perencanaan terdiri dari 5 item pernyataan (no. 9, 10, 11, 12, 13),
komponen implementasi terdiri dari 4 item pernyataan (no. 14, 15, 16, 17),
komponen evaluasi terdiri dari 2 item pernyataan (no. 18 dan 19), dan komponen
catatan perkembangan terdiri dari 5 item pernyataan yaitu no 20, 21, 22, 23 dan
24. Lebih rinci dapat dilihat di lampiran. Instrumen ini menggali data terkait
kelengkapan dokumentasi, setiap item pernyataan mempunyai option ya dan tidak
dengan diberi nilai 0 kalau tidak ada dan 1 kalau ya.

4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen


Validitas menunjukkan ketepatan pengukuran suatu instrumen, artinya instrumen
dikatakan valid apabila instrumen tersebut mampu mengukur apa yang seharusnya
di ukur (Dharma, 2011). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini tidak
dilakukan uji validitas maupun uji reliabilitas karena berupa lembar observasi
untuk pengukuran beban kerja sama halnya dengan Instrumen studi dokumentasi
standar asuhan keperawatan tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas karena
merupakan standar instrumen baku dari Depkes yang diadopsi oleh rumah sakit.

Penelitian ini menggunakan numerator yang membantu penelitian dalam


mengobservasi beban kerja perawat. Lembar observasi penelitian harus dipahami
dan mempunyai persepsi yang sama antara peneliti dan numerator, oleh karena itu
harus dilakukan uji inter rater reliability dengan uji kappa. Persepsi antara
numerator dengan peneliti dikatakan sama atau hasil uji Kappa signifikan apabila
nilai p value < alpha atau 0,05 (Hastono, 2007).

Hasil uji Kappa yang dilakukan kepada 12 orang numerator selama dua hari
terhadap kegiatan perawat didapatkan 10 orang mempunyai nilai p value < 0,05
dan 2 mempunyai nilai p value >0,05. Hasil ini menunjukkan p value < 0,05 yang
berarti hasil uji kappa pada 10 orang numerator signifikan atau bermakna,
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan persepsi mengenai aspek

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…..L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


73

yang diamati antara peneliti dengan numerator. Hasil uji Kappa tersebut sebagai
dasar dalam penentuan jumlah numerator, oleh karena itu numerator yang
digunakan dalam penelitian ini berjumlah 10 orang (hasil uji kappa terlampir).

4.8 Prosedur Pengumpulan Data


4.8.1 Prosedur Administrasi
Pengumpulan data dilakukan setelah ujian proposal berlangsung dengan terlebih
dahulu mengajukan permohonan uji etik penelitian kepada komite etik penelitian.
Kemudian mengajukan surat permohonan izin penelitian ke Dekan FIK UI yang
ditujukan kepada direktur RSUD Pasar Rebo Jakarta. Proses selanjutnya setelah
Izin penelitian dari rumah sakit keluar, peneliti berkoordinasi dengan diklat rumah
sakit, bidang keperawatan dan asisten bidang keperawatan yang menangani
instalasi rawat inap.

4.8.2 Prosedur Teknis


Penelitian ini sifatnya adalah observasi, untuk mengobservasi kelengkapan
pendokumentasian perawat dan beban kerja perawat dilihat dari lama waktu dan
kegiatan dari perawat datang sampai pulang, sehingga peneliti tidak mampu untuk
melakukannya sendiri, oleh karena itu peneliti membutuhkan numerator yang
berjumlah 10 orang. Prosedur sebelum pengambilan data dan saat pengambilan
data sebagai berikut:
4.8.2.1 Menentukan numerator yang membantu peneliti. Numerator dalam
penelitian ini adalah mahasiswa keperawatan tingkat akhir yang
berjumlah 12 orang. Syarat sebagai numerator adalah pernah praktek
sebelumnya di rumah sakit dan bersedia untuk membantu peneliti.
4.8.2.2 Setelah numerator terpilih, kemudian pada tanggal 15 April 2013 peneliti
mengumpulkan dan memberikan pelatihan cara pengumpulan data kepada
numerator dan memberikan kesempatan untuk menelaah instrumen
penelitian.
4.8.2.3 Setelah perizinan dari rumah sakit keluar, peneliti langsung
menyelesaikan administrasi dan orientasi yang dilakukan oleh asisten

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…..L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


74

kepala bidang kemasing-masing ruangan yang akan digunakan sebagai


tempat penelitian.
4.8.2.4 Selanjutnya melakukan uji reliabilitas suatu intrumen (inter-rater
reliability) dengan Cohen’s Kappa. Cohen’s Kappa adalah menilai
kesepakatan atau kesamaan persepsi 2 orang atau lebih observer terhadap
suatu pengukuran (Dharma, 2011). Uji interrater reliability ini dilakukan
selama 2 hari pada tanggal 18 dan 19 April 2013 di ruangan Dahlia
dengan mengamati kegiatan perawat yang sudah ditentukan antara
numerator dan peneliti. Peneliti terlebih dahulu meminta izin kepada
kepala ruang dan memberikan informed consent kepada perawat yang
akan diamati. Setelah dilakukan Uji Kappa didapatkan 10 orang yang
numerator yang memenuhi syarat dan 2 orang tidak memenuhi syarat.
4.8.2.5 Sebelum penelitian dilakukan peneliti memberikan informed consent
kepada semua perawat pelaksana selanjutnya menandatangani lembar
persetujuan menjadi responden dengan terlebih dahulu meminta izin
kepada kepala ruang.
4.8.2.6 Membuat jadwal numerator dengan menyesuaikan waktu dan jadwal
perawat sesuai kriteria penelitian yang diobservasi. Waktu dan jadwal
terlampir.
4.8.2.7 Pengumpulan data mulai dilakukan pada tanggal 22 April 2013,
pengumpulan data beban kerja dilakukan dengan observasi langsung pada
setiap kegiatan perawat dan studi pendokumentasian yang dilakukan
perawat dengan melihat dokumentasi perawat dan register pasien setelah
pulang.
4.8.2.8 Data-data dikumpulkan sesuai format observasi dan dengan menuliskan
nama inisial perawat dan observer pada format observasi.
4.8.2.9 Perawat pelaksana diobservasi selama 3 shift baik pagi, sore dan malam.
4.8.2.10 Setiap observer mengamati 1-2 perawat disetiap shift pada setiap ruangan
dari perawat pelaksana datang sampai pulang.
4.8.2.11 Setiap shift jumlah numerator atau observer disesuaikan dengan jumlah
perawat yang menjadi responden dan bertugas pada saat itu.

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…..L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


75

4.8.2.12 Peneliti mendampingi numerator dalam pengamatan dan untuk membantu


jika ada kesulitan kecuali shift malam peneliti hanya mendampingi
numerator sampai 1 jam pengamatan.
4.8.2.13 Observasi dilakukan pada satu ruangan terlebih dahulu dan dilanjutkan
pada ruangan berikutnya apabila semua perawat sudah diobservasi setiap
shift di ruangan tersebut. Observasi dilakukan berturut-turut pada tiga
ruangan yaitu Dahlia, teratai dan Melati.
4.8.2.14 Khusus pengumpulan data studi dokumentasi dilakukan oleh peneliti
sendiri.
4.8.2.15 Melakukan pengumpulan semua data-data dari lembar observasi dari
observer.
Penelitian ini dilakukan selama 3 minggu waktu efektif penelitian yaitu mulai
tanggal 22 April – 11 Mei 2013. Peneliti mengalokasikan waktu tersebut menjadi
minggu pertama untuk ruangan Dahlia, minggu kedua untuk ruangan Teratai dan
minggu ketiga untuk ruangan Melati. Namun waktu penelitian disesuaikan dengan
pengaturan jadwal perawat pelaksana di ruangan. Hal ini dilakukan agar peneliti
lebih fokus menyelesaikan masing-masing ruangan dan lebih mudah mengatur
observer yang membantu peneliti.

4.9 Analisis Data


Data-data hasil pengamatan yang sudah terkumpul selanjutnya dilakukan
pengolahan data melalui empat tahap (Hastono & Sabri, 2010). Pertama, dengan
editing, merupakan kegiatan pengecekan terhadap kelengkapan masing-masing
hasil penelitian, kemudian pemberian kode (coding) baik pada data variabel
karakteristik perawat, beban kerja maupun kelengkapan dokumentasi untuk
mempermudah dalam entry data. Setelah lengkap dan pengkodean selesai
dilajutkan dengan processing dengan memasukkan data yang sudah di coding
kedalam komputer sesuai analisis. Langkah terakhir adalah cleaning yaitu
melakukan pengecekan ulang terhadap data yang sudah dientry untuk memastikan
tidak ada kekeliruan.

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…..L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


76

Tahap selanjutnya adalah melakukan analisis data yang sudah dimasukkan


kedalam komputer. Analisis data pada penelitian ini terdiri dari analisis
univariate, bivariate dan multivariate.

4.9.1 Analisis Univariate


Analisis univariate bertujuan untuk menjelaskan karakteristik masing-masing
variabel yang diteliti sesuai bentuk dan jenis data (Hastono & Sabri, 2010).
Tabel 4.1
Analisis Univariate Variabel Karakteristik dan Beban Kerja Perawat
pelaksana dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Variabel Penelitian Penyajian Data

Pendidikan Distribusi frekuensi dengan ukuran


(katagorik) persentase
Pelatihan Distribusi frekuensi dengan ukuran
(katagorik) persentase
Umur Mean, median, standar deviasi, nilai
(Numerik) minimum-maksimum dan 95% CI
Masa Kerja Mean, median, standar deviasi, nilai
(Numerik) minimum-maksimum dan 95% CI
Beban kerja perawat pelaksana Mean, median, standar deviasi, nilai
(Numerik) minimum-maksimum dan 95% CI
Pendokumentasian asuhan keperawatan Distribusi frekuensi dengan ukuran
(Katagorik) persentase

4.9.2 Analisa Bivariate


Setelah dilakukan analisis univariate maka dilanjutkan dengan analisis bivariat
dengan tujuan mengetahui adanya hubungan antara dua variabel atau atau
perbedaan yang signifikan antara dua atau lebih kelompok sampel (Hastono &
Sabri, 2010). Uji statistik yang digunakan dengan tingkat kepercayaan 95% yang
di pergunakan dalam penelitian ini secara rinci dapat dilihat di tabel 4.2

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…..L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


77

Tabel 4.2
Variabel dan Uji Statistik pada Analisis Bivariate Hubungan Karakteristik
dan Beban Kerja Perawat Pelaksana dengan Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan
Variabel Penelitian Uji Statistik
Independent Dependent
Beban kerja perawat Pendokumentasian asuhan Chi-Square
pelaksana Ruang umum keperawatan ruang umum
(Kategorik) (Kategorik)
Umur Pendokumentasian asuhan Independen t-test
(Numerik) keperawatan ruang umum
(Kategorik)
Masa Kerja Pendokumentasian asuhan Independent t-test
(Numerik) keperawatan ruang umum
(Kategorik)
Pelatihan Pendokumentasian asuhan Chi-Square
(kategorik) keperawatan ruang umum
(Kategorik)
Karakteristik perawat berdasarkan pendidikan tidak memungkinkan untuk di
lakukan analisis bivariat karena jumlah komponen pendidikan tidak proporsional
sehingga hanya dilihat persentase terhadap kelengkapan pendokumentasian saja.

4.9.3 Analisis Multivariate


Analisis multivariate merupakan pengembangan dari analisis bivariate. Analisis
ini bertujuan untuk melihat hubungan beberapa variabel independent dengan satu
atau beberapa variabel dependent. Analisis multivariate dilakukan dengan
menghubungkan beberapa variabel independent dengan satu variabel dependent
dalam waktu bersamaan (Hastono & Sabri, 2010). Variabel yang dihubungkan
dalam penelitian ini adalah melihat sub variabel independent yang paling
berhubungan (karakteristik dan beban kerja perawat) terhadap variabel dependen
(kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan). Uji statistik dalam
penelitian ini adalah uji regresi logistik berganda karena variabel independennya
mempunyai data numerik dan katagorik sedangkan variabel dependennya
menggunkan data katagorik.

Analisis regresi logistik ganda mencakup dua hal yaitu model prediksi dan model
resiko. Analisis model Regresi logistik ganda dalam penelitian ini menggunakan
model prediksi dengan tujuan untuk mengestimasi secara valid hubungan satu
variabel dependent dengan beberapa variabel independent Hastono (2007).
Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…..L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


78

Estimasi dilakukan dengan beberapa koefisien regresi logistik sekaligus yaitu


umur, masa kerja, pendidikan, pelatihan dan beban kerja. Prosedur pemodelan
meliputi : melakukan analisis bivariat untuk seleksi kandidat, pemodelan
multivariat dan pemodelan akhir. Langkah-langkah multivariate regresi logistik
berganda model prediksi sebagai berikut

4.9.3.1 Seleksi Kandidat Variabel Independent


Tahap awal dalam analisis ini adalah melakukan analisis bivariate antara masing-
masing variabel independent dan dependent. Variabel yang mempunyai nilai p
value < 0,25 dan mempunyai kemaknaan secara substansi dapat dijadikan
kandidat dan dimasukkan kedalam model multivariate. Tehnik pemilihan kandidat
dalam analisis ini dengan memasukkan variabel yang memenuhi kriteria
kemaknaan statistik p<0,25 (Hastono, 2007).

4.9.3.2 Pemodelan Multivariat


Pada tahap ini dilakukan pemilihan variabel yang dianggap penting untuk
dimasukkan kedalam model. Melakukan analisis multivariate secara bersamaan
dengan memasukkan dan mengeluarkan variabel yang masuk dalam model hingga
diperoleh hasil analisis multivariate dengan model akhir yang sederhana dan tepat.
Langkah-langkah pada tahap ini adalah dengan cara mempertahankan variabel
yang mempunyai nilai p<0,05 dan mengeluarkan sub variabel yang nilai p > 0,05,
hal ini dilakukan bertahap dimulai dari variabel yang nilai p-nya paling besar
(Hastono, 2007).

4.9.3.3 Uji Interaksi


Uji interaksi dilakukan terhadap variabel yang diduga secara substansi ada
hubungan interaksi, akantetapi kalau memang tidak ada maka tidak perlu
dilakukan uji interaksi.

4.9.3.4 Pemodelan Akhir


Pemodelan akhir dilakukan berdasarkan hasil analisis multivariat untuk melihat
variabel yang paling dominan dari masing-masing sub variabel (Hastono, 2007).

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik…..L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


BAB 5
HASIL PENELITIAN

Bab ini menguraikan hasil penelitian tentang karakteristik dan beban kerja
perawat dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang
umum Instalasi Rawat Inap RSUD Pasar Rebo Jakarta. Proses penelitian tersebut
dilaksanakan mulai tanggal 18 April sampai dengan 11 Mei 2013. Hasil penelitian
yang akan dibahas dalam bab ini meliputi hasil gambaran karakteristik perawat
menurut pendidikan, pelatihan, umur dan masa kerja. Selain itu akan dibahas juga
hubungan masing-masing karakteristik perawat dengan kelengkapan
pendokumentasian asuhan keperawatan dan faktor-faktor yang paling
berhubungan dengan pendokumentasian asuhan keperawatan. Hasil penelitian
lebih rinci dapat diuraikan sebagai berikut.

5.1 Gambaran Karakteristik Perawat Menurut Umur dan Masa kerja

Tabel 5.1
Gambaran Rata-rata Karakteristik Perawat Menurut Umur dan Masa Kerja
Perawat di Ruang Umum Instalasi Rawat Inap RSUD Pasar Rebo Jakarta
Tahun 2013 (n=46)

No Variabel Mean SD Minimum- 95% CI


Maksimum
1 Umur 30,39 4,025 22 - 45 29,20 – 31,59

2 Masa Kerja 7,15 3,893 2 – 24 6,00 – 8,31

Tabel 5.1 menjelaskan bahwa rata-rata umur perawat 30,39 tahun dengan standar
deviasi 4,025, umur termuda 22 tahun dan umur tertua 45 tahun. Hasil estimasi
interval diyakini bahwa 95% umur perawat berada pada rentang 29,20 – 31,59
tahun. Berdasarkan masa kerja terlihat bahwa rata-rata perawat mempunyai masa
kerja 7,15 tahun dengan standar deviasi 3,893 masa kerja termuda 2 tahun dan
masa kerja terlama 24 tahun dan estimasi interval diyakini bahwa 95% masa kerja
perawat berada pada rentang 6,00 – 8,31 tahun.

79
Hubungan Karakteristik……L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013
80

5.2 Gambaran Karakteristik Perawat Menurut Pendidikan dan Pelatihan


Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Karakteristik Perawat Berdasarkan Pendidikan dan
Pelatihan Dokumentasi di Ruang Umum Instalasi Rawat Inap RSUD Pasar
Rebo Jakarta Tahun 2013 (n=46)

No Variabel Jumlah Persentase %


1 Pendidikan
DIII Keperawatan 46 100

2 Pelatihan Dokumentasi
Pernah 27 58,7
Belum Pernah 19 41,3

Tabel 5.2 memperlihatkan bahwa dari 46 orang perawat, 46 orang (100%)


mempunyai pendidikan DIII keperawatan. Sedangkan berdasarkan keikutsertaan
dalam pelatihan pendokumentasian, dapat dilihat bahwa 27 orang (58,7%) pernah
pelatihan pendokumentasian asuhan keperawatan.

5.3 Gambaran Beban Kerja Perawat Pelaksana


Tabel-tabel di bawah ini memperlihatkan gambaran beban kerja perawat di
Ruang Umum Instalasi Rawat RSUD Pasar Rebo Jakarta.

Tabel 5.3
Distribusi Persentase Beban Kerja Perawat Pelaksana di Ruang Umum
Instalasi Rawat Inap RSUD Pasar Rebo Jakarta 2013 (n=46)

No Kategori Jumlah Persentase %


1 Tinggi 24 52,2
2 Rendah 22 47,8

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar 24 perawat (52,2%) di Ruang


umum instalasi rawat inap RSUD Pasar Rebo Jakarta memiliki beban kerja tinggi.

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik……L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


81

Tabel 5.3.1
Gambaran Rata-rata Beban Kerja Perawat Pelaksana Berdasarkan Shift di
Ruang Umum Instalasi Rawat Inap RSUD Pasar Rebo Jakarta 2013 (n=46)

No Shift FTE Mean SD Min-Mak 95% CI Mean – FTE


(menit) (menit) (menit)
1 Shift Pagi 420 452,2 19,01 425,6 – 503,9 446,6-457,9 32,2

2 Shift Sore 360 423,1 9,32 400,6 – 450,3 420,3-425,6 62,1

3 Shift Malam 660 737,8 12,11 720,3-770,5 733,4-740,2 76,8

Ket : FTE (full time ekuivalen)

Tabel 5.3.1 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah waktu kegiatan perawat


pelaksana pada shift malam didapatkan waktu 737,8 menit setara dengan 12,28
jam artinya bahwa waktu shift malam rata-rata mempunyai waktu berlebih 76,8
menit dari waktu shift malam yaitu 660 menit. Dapat disimpulkan bahwa rata-rata
jumlah waktu kegiatan perawat yang paling lama adalah pada shift malam dengan
standar deviasi 12,11 menit. Jumlah waktu paling sedikit 720,3 menit dan jumlah
waktu paling lama adalah 770,5 menit. Hasil estimasi interval disimpulkan bahwa
95% diyakini rata-rata jumlah waktu kegiatan perawat pelaksana pada shift malam
diantara 733,4-740,2 menit atau 12,22 jam – 12,33 jam.

Tabel 5.3.2
Gambaran Rata-rata Persentase dan Lama Kegiatan Perawat Pelaksana
setiap Shift di Ruang Umum Instalasi rawat Inap RSUD Pasar Rebo Jakarta
2013 (n=46)

No Shift Kegiatan Mean SD %


(menit) (menit)
1 Shift Pagi Langsung 165,2 29,35 36,4
Tdk Langsung 224,3 40,34 49,5
Non Keperawatan 63,9 17,32 14,1
2 Shift Sore Langsung 128,5 12,27 30,4
Tdk Langsung 226,1 22,38 53,6
Non Keperawatan 68,1 14,37 16,1
3 Shift Malam Langsung 155,8 26,1 21,1
Tdk langsung 270 54,7 36,6
Non Keperawatan 310,6 62,9 42,3

Tabel 5.3.2 menunjukkan jenis kegiatan perawat dilihat dari rata-rata kegiatan
langsung paling lama yaitu pada shift pagi 165,2 menit setara 2,7 jam, dengan
Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik……L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


82

persentase 36,4% . Rata-rata kegiatan tidak langsung paling lama yaitu pada shift
malam 270 menit setara 4,5 jam dengan persentase 36,6%. Sedangkan rata-rata
kegiatan non keperawatan paling lama yaitu pada shift malam 310,6 menit setara
5,2 jam, dengan persentase 42,3%.

5.4 Gambaran Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Tabel 5.4
Gambaran Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di
Ruang Umum Instalasi Rawat Inap RSUD Pasar Rebo Jakarta (n=95)

No Kategori Jumlah Persentase %


1 Lengkap 27 28,4
2 Tidak Lengkap 68 71,6

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan yang


dilakukan perawat sebagian besar < 85% artinya sebagian besar masih belum
lengkap 71,6%, sedangkan yang sudah lengkap hanya 28,4%.

100% 90%
90% 85%
80% 74% 75%
70% 66%
70%
60%
50%
40%
30%
20% Pelaksanaan
10% Pendokumentasian
0%

Gambar 5.4.1
Gambaran Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di
Ruang Umum Instalasi Rawat Inap RSUD Pasar Rebo Jakarta (n=95)

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik……L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


83

Gambar 5.4.1 menunjukkan persentase masing-masing komponen


pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang umum instalasi rawat inap
RSUD Pasar Rebo yaitu rata-rata komponen pendokumentasian asuhan
keperawatan yang paling banyak dilakukan adalah pengkajian 90% dan yang
paling sedikit dilakukan adalah mendokumentasikan catatan perkembangan
66%.

5.5 Gambaran Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan


Terhadap Karakteristik Pendidikan Perawat.

Tabel 5.5
Gambaran Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan terhadap
Pendidikan di Ruang Umum Instalasi Rawat Inap RSUD Pasar Rebo
Jakarta 2013 (n=46)

Pendokumentasian
Variabel Total
Independent Lengkap Tidak Lengkap
N % n % n %
Pendidikan
D III Kep 18 39,1 28 60,9 46 100
Jumlah 18 39,1 28 60,9 46 100

Tabel 5.5 memperlihatkan hubungan antara pendidikan dengan kelengkapan


pendokumentasian asuhan keperawatan, dari 46 orang perawat diperoleh hasil
bahwa 28 perawat (60,9%) berpendidikan D III keperawatan melakukan
pendokumentasian dengan tidak lengkap.

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik……L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


84

5.6 Hubungan antara Umur dan Masa Kerja dengan Kelengkapan


Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Tabel 5.6
Hubungan Karakteristik Perawat Berdasarkan Umur dan Masa Kerja
Perawat dengan Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di
Ruang Umum Instalasi Rawat Inap RSUD Pasar Rebo Jakarta 2013 (n=46)

Variabel Pendokumentasian Mean SD SE N p value


Umur Lengkap 30,94 4,582 1,080 18 0,461
Tidak lengkap 30,04 3,666 0,693 28
Masa Kerja Lengkap 8,67 4,459 1,051 18 0,033
Tidak lengkap 6,18 3,198 0,604 28
Ket : α= 0,05
Tabel 5.6 menunjukkan bahwa rata-rata umur perawat yang melakukan
pendokumentasian lengkap adalah 30,94 tahun dengan standar deviasi 4,582.
Dapat disimpulkan bahwa Tidak ada hubungan antara umur dengan kelengkapan
pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang umum instalasi
rawat inap RSUD Pasar Rebo Jakarta (p value 0,461). Pada tabel 5.6 juga
menujukkan bahwa rata-rata masa kerja perawat yang melakukan
pendokumentasian lengkap adalah 8,67 tahun dengan standar deviasi 4,459. Dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Masa kerja dengan
kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan (p value 0,033).

5.7 Hubungan Pelatihan dengan Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan


Keperawatan.
Tabel 5.7
Hubungan antara Pelatihan dengan Kelengkapan Pendokumentasian
Asuhan Keperawatan di Ruang Umum Instalasi Rawat Inap RSUD Pasar
Rebo Jakarta 2013 (n=46)
Pendokumentasian OR
Variabel Total
Lengkap Tidak Lengkap (95%CI) p
Independent value
n % n % n %
Pelatihan
Pernah 17 63,0 10 37,0 27 100 30,60 0,001
Belum Pernah 1 5,3 18 94,7 19 100 3,53-26,3
Jumlah 18 39,1 28 60,9 46 100
Ket: α= 0,05

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik……L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


85

Hubungan antara pelatihan pendokumentasian dengan kelengkapan


pendokumentasian sesuai tabel 5.7 memperlihatkan bahwa 17 perawat (63%)
yang sudah pernah pelatihan melakukan pendokumentasian dengan lengkap,
sedangkan 10 orang perawat (37%) pernah pelatihan yang tidak melakukan
pendokumentasian dengan lengkap. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
yang bermakna antara pelatihan dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan
keperawatan (p value 0,001). Diperoleh nilai OR = 30,60 artinya perawat yang
pernah mendapatkan pelatihan mempunyai kesempatan 30,60 kali melakukan
pendokumentasian lengkap dibanding perawat yang belum pernah pelatihan.

5.8 Hubungan Beban Kerja dengan Kelengkapan Pendokumentasian


Asuhan Keperawatan.

Tabel 5.8
Hubungan antara Beban Kerja dengan Kelengkapan Pendokumentasian
Asuhan Keperawatan di Ruang Umum Instalasi Rawat Inap RSUD Pasar
Rebo Jakarta 2013 (n=46)

Pendokumentasian OR
Variabel (95%CI) p
Independent Lengkap Tidak Lengkap Total value
n % n % n %
Beban kerja
Tinggi 4 16,7 20 83,3 24 100 0,114 0,003
Rendah 14 63,3 8 36,4 22 100 0,029-0,455
Jumlah 18 39,1 28 60,9 46 100
Ket: α= 0,05
Tabel 5.8 menunjukkan bahwa sebagian besar perawat yang mempunyai beban
kerja tinggi 20 perawat (83,3%) tidak melakukan pendokumentasian dengan
lengkap, sedangkan perawat yang mempunyai beban kerja rendah 8 orang
(36,4%) melakukan pendokumentasian dengan tidak lengkap. Dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara beban kerja dengan kelengkapan
pendokumentasian yang dilakukan oleh perawat pelaksana di ruang Umum
instalasi rawat inap RSUD Pasar Rebo Jakarta (p value 0,003). Tabel 5.8 juga
memperlihatkan nilai OR = 0,114 yang artinya bahwa perawat yang mempunyai
beban kerja tinggi cenderung untuk tidak melakukan pendokumentasian dengan
lengkap sebesar 8,77 kali dibanding perawat yang mempunyai beban kerja rendah.

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik……L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


86

5.9 Faktor-faktor yang paling Dominan Mempengaruhi Kelengkapan


Pendokumentasian Asuhan Keperawatan.

5.9.1 Seleksi Kandidat


Variabel kandidat adalah semua variabel yang mempunyai p value < 0,25. Hasil
seleksi terhadap kandidat model regresi logistik ganda adalah sebagai berikut:

Tabel 5.9
Analisis Seleksi Faktor yang Mempengaruhi Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan di Ruang Umum Instalasi Rawat Inap RSUD Pasar Rebo
Jakarta, 2013

Variabel p value
Umur 0,461
Masa Kerja 0,033*
Pelatihan 0,001*
Beban Kerja 0,003*

Kesimpulan dari uji bivariat terhadap 5 variabel independent dan variabel


dependent yang merupakan kandidat dalam model regresi logistik ganda adalah
masa kerja (p value 0,033), pelatihan (p value 0,001) dan beban kerja (p value
0,003).

5.9.2 Pemodelan Multivariat


Pemodelan ini menggunakan tipe signifikansi parsial yang merupakan signifikansi
dari koefisien regresi logistik setiap variabel independent. Signifikansi parsial
didapatkan jika koefisien regresi memiliki nilai p ≤ 0,05. Jika terdapat variabel
independent dengan nilai probabilitas (p) koefisien regresi logistik > 0,05 maka
variabel independent tersebut harus dikeluarkan dari model. Pengeluaran variabel
yang tidak signifikan dari model dilakukan satu persatu secara bertahap mulai dari
variabel yang memiliki nilai p value paling besar. Pengeluaran variabel berakhir
bila sudah ditemukan model yang memenuhi signifikansi model dan signifikansi
parsial.

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik……L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


87

Tabel 5.10
Pemodelan Awal Faktor yang Mempengaruhi Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan di Ruang Umum Instalasi Rawat Inap RSUD Pasar Rebo
Jakarta, 2013

Variabel B SE Wald p value OR

Masa kerja 0,006 0,862 0,001 0,994 0,994

Pelatihan 3,167 1,207 6,889 0,009 23,74

Beban kerja -1,838 0,820 5,032 0,025 0,159

Hasil analisis terhadap 3 variabel pada tabel 5.10 adalah variabel yang
mempunyai p value > 0,05 yaitu masa kerja, sehingga pemodelan selanjutnya
variabel masa kerja dikeluarkan dari model. Melalui tahapan dan langkah yang
sama dilakukan pemodelan ulang tanpa variabel yang mempunyai p value > 0,05
sehingga didapatkan variabel independent yang memiliki nilai signifikansi parsial
(p value) < 0,05 yang menandakan bahwa model telah tepat.

5.9.3 Pemodelan Akhir


Tabel 5.11
Pemodelan Akhir Faktor yang Mempengaruhi Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan di Ruang Umum Instalasi Rawat Inap RSUD Pasar Rebo
Jakarta, 2013

Variabel B SE Wald p value OR 95% CI

Pelatihan 3,164 1,142 7,677 0,006 23,67 2,524-222,3

Beban Kerja -1,838 0,818 5,044 0,025 0,159 0,032-0,791

Constant 0,547 0,630 0,753 1,728

Tabel 5.11 menunjukkan pemodelan terakhir bahwa faktor yang mempengaruhi


kelengkapan pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan adalah faktor
pelatihan pendokumentasian (p value 0,006) dan faktor beban kerja (p value
0,025).

Kekuatan hubungan terhadap faktor yang mempengaruhi kelengkapan


pendokumentasian dapat di lihat dari nilai Odd Ratio (OR). Faktor yang

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik……L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


88

mempunyai kekuatan hubungan yang terbesar adalah pelatihan (OR=23,67) dan


yang terkecil adalah beban kerja (OR=0,159). Berdasarkan tabel 5.11 dapat dibuat
persamaan sebagai berikut:

Kelengkapan pendokumentasian = 0,547 + 3,164 (pelatihan) – 1,838 (beban


kerja).

Model tersebut mempunyai arti:

a. Kelengkapan pendokumentasian akan meningkat sebesar 3,164 kali pada


perawat yang pernah pelatihan dibanding perawat yang belum pernah
pelatihan setelah di kontrol oleh variabel beban kerja.
b. Setiap peningkatan beban kerja perawat di ruangan, akan menyebabkan
kelengkapan pendokumentasian akan menurun sebesar 1,838 kali setelah
di kontrol oleh variabel pelatihan.
c. Berdasarkan kolom OR pada tabel 5.11 dapat disimpulkan bahwa variabel
yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap kelengkapan
pendokumentasian asuhan keperawatan adalah pelatihan.

Hasil analisis didapatkan dari pemodelan akhir tersebut mempunyai tingkat


kemampuan prediksi model sebesar 80,4%. Kemampuan prediksi tersebut
mempunyai arti bahwa faktor pelatihan dan beban kerja mampu mempengaruhi
hasil kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan sebesar 80,4%,
sedangkan sisanya 19,6% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar faktor
dominan.

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik……L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


BAB 6
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas dan diuraikan terkait interpretasi dan diskusi hasil
penelitian, keterbatasan penelitian dan implikasinya terhadap bidang keperawatan.
Interpretasi hasil penelitian akan dijelaskan dengan membandingkan hasil
penelitian dengan tinjauan literatur dan penelitian-penelitian terkait sesuai dengan
yang telah diuraikan sebelumnya. Pada pembahasan ini peneliti akan menguraikan
secara terstruktur sesuai dengan tujuan penelitian yang sudah dibuat. Keterbatasan
penelitian akan diuraikan dengan membandingkan proses selama penelitian
berlangsung dari awal sampai selesai dengan kondisi ideal yang seharusnya
dilakukan. Uraian selanjutnya terkait implikasi penelitian yang akan diuraikan
dengan mempertimbangkan pengembangan ilmu keperawatan lebih lanjut baik
bagi pelayanan dalam hal ini rumah sakit, pendidikan dan penelitian dibidang
keperawatan.

6.1 Karakteristik Perawat


Karakteristik pribadi perawat dilihat dari pandangan dan pendapat ahli
mempunyai kontribusi terhadap kualitas hasil kerja perawat atau karyawan.
Karakteristik perawat yang di bahas meliputi usia, pendidikan, masa kerja dan
pelatihan.

Robins (2006) menyatakan bahwa usia seseorang bukan menjadi penghalang


dalam melakukan aktivitas, dan belum ada bukti bahwa semakin bertambah usia
seseorang dengan masa kerja yang meningkat maka semakin meningkat pula
kinerjanya. Sedangkan menurut Potter dan Perry (2010) usia dewasa awal yaitu
usia belasan sampai 30 tahun yang merupakan masa penuh tantangan,
penghargaan dan krisis, sedangkan usia dewasa menengah yaitu usia 30-an ke atas
sampai 60 tahun, pada usia ini merupakan fase masa tenang atau fase
keberhasilan.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa umur perawat rata-rata berusia 30,39


tahun, usia termuda 22 tahun dan umur tertua 45 tahun. Apabila dilihat sesuai

89

Hubungan Karakteristik……L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


90

teori umur perawat pada hasil penelitian ini rata-rata pada rentang dewasa
menengah dimana pada rentang tersebut seseorang telah melewati fase krisis dan
menuju fase tenang sehingga dapat melakukan pendokumentasian dengan baik
dengan kematangan yang dimiliki.

Karakteristik perawat berdasarkan masa kerja menunjukkan bahwa rata-rata


perawat mempunyai masa kerja 7,15 tahun. Menurut pendapat Dessler (2003)
menyatakan bahwa lama seseorang dalam menentukan pekerjaan yang cocok
adalah 5 tahun. Apabila mengacu pada teori, hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa rata-rata masa kerja perawat di atas 5 tahun. Hal ini akan memberikan
dampak yang positif terhadap rumah sakit dalam meningkatkan pelayanan
keperawatan karena pekerjaan perawat rata-rata sudah cocok dengan pengalaman
bekerja yang baik.

Hasil penelitian karakteristik perawat berdasarkan tingkat pendidikan


menunjukkan bahwa mayoritas perawat mempunyai pendidikan DIII
keperawatan. Hal ini memperlihatkan tidak sebandingnya pendidikan perawat,
padahal menurut pendapat Ilyas (2012) bahwa pendidikan menggambarkan
keterampilan dan kemampuan individu dan merupakan faktor utama dalam
mempengaruhi kinerja karena dengan pendidikan dapat meningkatkan
kematangan intelektual, harapan dan wawasan untuk meningkatkan prestasi.
Chase dalam Iyer dan Camp (2005) juga berpendapat bahwa orang yang dengan
tingkat pendidikan lebih tinggi, lebih mampu dan lebih bersedia untuk menerima
posisi yang lebih tinggi dan mampu bertanggung jawab karena lebih
memungkinkan untuk seseorang berpikir kritis sebagai landasan sesorang dalam
bekerja seperti melakukan dokumentasi yang berkualitas. Data rumah sakit secara
keseluruhan juga menunjukkan bahwa tenaga keperawatan berpendidikan S1
Keperawatan sebesar masih sedikit 6,8%. Hal ini disebabkan oleh kebijakan
rumah sakit dalam merekrut tenaga keperawatan selalu dengan kualifikasi D III
keperawatan. Namun rumah sakit saat ini mempunyai kebijakan untuk terus
meningkatkan pendidikan tenaga perawatnya dengan memberikan kesempatan ijin
belajar kepada 30 orang perawat untuk melanjutkan pendidikan ke S1

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik……L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


91

Keperawatan dengan bekerja sama dengan institusi pendidikan walaupun dengan


biaya sendiri. Kebijakan tersebut merupakan bagian dari strategi rumah sakit
dalam mempercepat peningkatan rasio pendidikan perawat dan pengembangan
sumberdaya manusia keperawatan.

Peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia keperawatan di RSUD


Pasar Rebo Jakarta juga dilakukan melalui program pelatihan. Hal ini
berdasarkan hasil penelitian menunjunjukkan bahwa sebagian besar perawat di
Ruang umum instalasi rawat inap sudah pernah mengikuti pelatihan
pendokumentasian, namun masih cukup banyak perawat yang belum mengikuti
pelatihan karena tidak program pelatihan belum dilakukan secara periodik.
Program pelatihan sangat penting bagi perawat karena merupakan bagian dari
proses pendidikan yang berkontribusi dalam peningkatan pengetahuan dan
keterampilan dalam melaksanakan pekerjaan (Notoatmojo, 2009; Samsudin,
2006). Program pelatihan terus dikembangkan oleh rumah sakit yang
diperuntukkan bagi tenaga yang diprioritaskan. Berbagai jenis program pelatihan
yang dijalankan rumah sakit selain pelatihan pendokumentasian yang bertujuan
untuk meninngkatkan kemampuan pendokumentasian, caring, emosional dan
keterampilan perawat dalam meningkatkan kualitas pelayanan.

6.2 Beban Kerja Perawat


Beban kerja perawat merupakan bagian dari fungsi staffing dalam fungsi
manajemen (Tomey, 2009). Menghitung beban kerja perawat menurut Myny et al
(2012) bertujuan untuk membantu membuat alokasi dan efisiensi perawat di
bangsal atau ruangan yang berbeda di rumah sakit dan hal ini mendukung manajer
perawat membuat keputusan terhadap penyebaran staf. Penghitungan beban kerja
perawat dapat menghindari beban kerja perawat yang berlebih di unit tertentu.
Sehingga dapat menyesuaikan jumlah tenaga dan volume pekerjaan yang sesuai
dengan ketenagaan yang ada pada masing-masing unit.

Hasil penelitian menujukkan bahwa sebagian besar beban kerja perawat adalah
tinggi. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Juliani (2009) yang

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik……L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


92

menemukan bahwa rata-rata beban kerja perawat di instalasi rawat inap lantai 1
jantung rumah sakit Husada Jakarta adalah tinggi. Beban kerja perawat
merupakan seluruh kegiatan atau aktifitas yang dilakukan oleh seorang perawat
selama bertugas di unit pelayanan keperawatan (Marquis & Huston, 2010; Al-
kandari & Thomas, 2008). Menurut Neill (2010) Faktor yang mempengaruhi
beban kerja seperti faktor lingkungan, jenis kepegawaian, metode asuhan yang
digunakan, pola perawatan medis dan karakteristik individu perawat misalnya
pendidikan, pengalaman, masa kerja, keterampilan. Beban kerja keperawatan juga
dipengaruhi oleh jumlah tempat tidur, faktor organisasi, faktor profesional,
karakteristik individu, keterampilan komplementer, gaya kepemimpinan dan
kompetensi (Myny et al 2012).

Kenyataan dilapangan yang menyebabkan beban kerja perawat di ruangan tinggi


yaitu berkaitan dengan jumlah pasien di ruangan, ketergantungan pasien dan
jumlah tenaga perawat yang berdinas. Jumlah pasien setiap ruangan rata-rata 35-
40 pasien, angka ketergantungan pasien rata-rata 75% ketergantungan parsial dan
jumlah tenaga perawat 4-5 orang setiap shift. Sesuai dengan pernyataan Sochalski
(2004) bahwa semakin banyak jumlah pasien akan meningkatkan beban kerja dan
pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kualitas pelayanan. Begitu halnya
akibat dari kekurangan tenaga akibat penyebaran dan alokasi yang tidak merata
menyebabkan beban kerja meningkat dan risiko terjadi penurunan kualitas
pelayanan keperawatan (Duffield, et al 2011). Terkait ketergantungan pasien
menurut Marquis dan Huston (2010); Hurst (2005) mengemukakan bahwa
semakin tinggi tingkat ketergantungan pasien maka akan semakin banyak
tindakan yang akan diberikan dan akan semakin menambah beban kerja perawat
di unit tersebut. Pengobatan dan tindakan pada pasien dengan ketergantungan
parsial perlu waktu 30-40 menit setiap shift atau 3 jam dalam 24 jam dan
membutuhkan pengawasan terhadap reaksi obat, alergi obat dan keadaan mental
(Swansburg & Swansburg, 1999; Depkes RI ,2005, Gillies, 1999). Lebih lanjut
Myny et al (2012) mengidentifikasi dari sejumlah faktor yang mempengaruhi
beban kerja, faktor yang paling berdampak adalah terkait dengan jumlah
pekerjaan yang dikerjakan oleh perawat.

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik……L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


93

Beban kerja perawat di ruangan juga ditemukan rata-rata tinggi pada setiap shift
pagi dan sore. Berdasarkan analisa peneliti hal ini disebabkan oleh tidak
sebandingnya tenaga perawat dengan aktivitas perawat dan jumlah pasien. Hal ini
sesuai dengan penelitian Sasyari (2013) bahwa disetiap shift baik pagi, sore
maupun malam ditemukan adanya ketidaksesuaian antara kehadiran tenaga
perawat yang masih kurang dengan kebutuhan tenaga perawat berdasarkan
ketergantungan pasien yang berarti bahwa beban kerja perawat menjadi berlebih.
Identifikasi jenis kegiatan pada masing-masing shift menunjukkan bahwa
sebagian besar kegiatan pada shift pagi dan sore merupakan kegiatan tidak
langsung berbanding terbalik dengan kegiatan shift malam yaitu lebih banyak
kegiatan non keperawatan.

Kenyataan dilapangan memperlihatkan bahwa beban kerja shift pagi dan sore
sama-sama tinggi juga disebabkan karena tingginya kegiatan produktif (kegiatan
langsung dan tidak langsung perawat). Hal ini terjadi dikarenakan waktu jaga pagi
disetiap rumah sakit mempunyai rata-rata kegiatan prosedural keperawatan
sebanyak 70% dan membutuhkan tenaga yang memadai untuk melakukan
kegiatan-kegiatan tersebut (Cardona, Tappen dan Tertill, 1997). Hal lain yang
menunjukkan beban kerja tinggi yaitu waktu jaga setiap shift melebihi batas
waktu dinas (full time ekuivalen) yang disebabkan oleh perawat hampir semuanya
datang dinas sebelum jadwal pergantian shift berlangsung dan pulang lebih lambat
dari jadwal shift yang sudah ditentukan. Berbeda halnya dengan shift malam rata-
rata beban kerja rendah disebabkan karena waktu dinas yang panjang dan kegiatan
prosedural yang dilakukan tidak banyak karena rata-rata klien menghabiskan
waktu untuk tidur pada malam hari.

Lama kegiatan keperawatan tidak langsung paling banyak terlihat rata-rata pada
shift pagi dan shift sore. Hasil ini berbeda dengan penelitian Robot (2009)
menemukan bahwa kegiatan perawat yang paling banyak dikerjakan oleh perawat
adalah kegiatan perawatan langsung. Berdasarkan hasil anlisis hal ini disebabkan
oleh banyaknya kegiatan tidak langsung perawat seperti mengantar dan
mengambil hasil lab, hasil rontgen yang membutuhkan waktu cukup lama.

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik……L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


94

Kegiatan tersebut hampir dilakukan setiap shift pagi dan sore oleh perawat.
Kegiatan semacam ini seharusnya bisa dilakukan oleh tenaga lain sehingga bisa
memaksimalkan tenaga keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan di
ruangan. Hal ini sesuai dengan study Aiken, Clarke dan Sloane (2002) bahwa 35-
45% perawat di Amerika dan Kanada menghabiskan waktunya untuk
melaksanakan kegiatan tidak langsung keperawatan seperti transportasi dan
pengiriman makanan pasien sebagai akibat dari kurangnya tenaga kesehatan yang
menangani tugas tersebut. Hasil ini bisa menjadi pertimbangan managemen
rumah sakit dalam memaksimalkan sumberdaya manusia lain selain perawat.
Berbeda halnya dengan kegiatan pada shift malam yang lebih dominan adalah
kegiatan non keperawatan. Hal ini terjadi karena waktu dinas shift malam yang
panjang selama 11 jam dan kegiatan yang berhubungan dengan pasien tidak
begitu banyak karena cenderung pasien istirahat tidur sehingga perawat juga
memanfaatkan waktu untuk lebih banyak mengerjakan pekerjaan non
keperawatan seperti tidur, nonton televisi dan lain sebagainya.

6.3 Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan


Penilaian terhadap pelaksanaan proses asuhan keperawatan merupakan bagian
dari pengawasan terhadap kinerja perawat (Huber, 2010;Marquis & Huston,
2010). Kegiatan pendokumentasian asuhan keperawatan termasuk salah satu
indikator penilaian kinerja perawat di rumah sakit yang merupakan bagian dari
pengawasan dan pengendalian terhadap pelayanan sesuai dengan standar
(McNamara, 1999). Dokumentasi keperawatan juga merupakan bukti tanggung
jawab dan tanggung gugat perawat terhadap tindakan yang telah dilakukan kepada
pasiennya, dengan pendokumentasian yang benar maka dapat dipertanggung
jawabkan secara legal dan professional (Iyer & Camp, 2005). Dokumentasi
keperawatan merupakan alat komunikasi dalam melakukan pertukaran informasi
yang tersimpan dalam catatan perawat maupun tenaga kesehatan lain yang
menggambarkan keadaan pasien, perkembangan pasien dan catatan riwayat
kesehatan pasien (Urquhart , Currell , Grant & Hardiker, 2009). Mengingat
pentingnya pelaksanaan pendokumentasian, oleh karena itu seorang perawat harus

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik……L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


95

mengoptimalkan peran dan fungsinya dalam meningkatkan kualitas pelayanan


melalui pelaksanaan pendokumentasian yang akurat dan lengkap.

Hasil penelitian pendokumentasian asuhan keperawatan di tiga ruang umum


instalasi rawat inap RSUD Pasar Rebo Jakarta menunjukkan sebagian besar tidak
lengkap. Secara keseluruhan rata-rata persentase kelengkapan pendokumentasian
asuhan keperawatan diruang umum RSUD Pasar Rebo Jakarta sekitar 77,2%.
Apabila merujuk pada standar yang ditetapkan Depkes (2005) tentunya
pelaksanaan pendokumentasian di Ruang Umum instalasi rawat inap RSUD Pasar
Rebo Jakarta masih dinyatakan dibawah standar. Hal ini mencerminkan bahwa
pendokumentasian asuhan keperawatan harus menjadi perhatian serius yang
merupakan bagian dari tugas dan tanggung jawab perawat untuk semakin
dioptimalkan. Kondisi ini dapat menjadi alat evaluasi bagi rumah sakit dalam
mengetahui sejauh mana pencapaian pemberian asuhan keperawatan pada pasien
dan sebagai tanggung jawab perawat.

Pendokumentasian asuhan keperawatan dinyatakan tidak lengkap karena


komponen-komponen asuhan keperawatan yang seharusnya di dokumentasikan
tidak dilakukan sebagai mana mestinya. Pendokumentasian tidak memadai
disebabkan karena tidak singkronnya lima tahap (pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, tindakan dan evaluasi) dari proses keperawatan yang
didokumentasikan (Bergh, Bergh & Friberg, 2007). Hal ini sesuai hasil penelitian
bahwa 48,4% tindakan keperawatan tidak sesuai dengan rencana perawatan yang
telah disusun. Selain itu 42,1% rumusan tujuan tidak mengandung komponen
subjek, dapat dicapai dan tidak terdapat kriteria waktu.

Pendokumentasian asuhan keperawatan menjadi tidak lengkap juga karena


ditemukan masalah terkait penggunaan standar keperawatan dalam pembuatan
diagnosis dan intervensi yang tidak sesuai dengan format PES (problem, etiology
dan symptom), hal ini menunjukkan inkoherensi dalam langkah-langkah proses
keperawatan (Paans., Sermeus.,Nieweg & Van., 2010). Selaian itu tulisan perawat
terkadang tidak jelas dan kalimat yang tidak sesuai (Karslen, 2007). Pada

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik……L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


96

beberapa penelitian banyak ditemukan tandatangan setiap kegiatan perawat,


symbol dan singkatan dalam dokumentasi masih belum dilakukan dengan
konsisten (Rykkje, 2009). Selain itu perawat terkadang menulis
pendokumentasian tindakan pada tempat yang salah dalam format yang sudah
ditetapkan (Hayrinen & Saranto 2009). Hal ini bisa menyebabkan berkurangnya
esensi pendokumentasian dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

Pendokumentasian asuhan keperawatan yang belum optimal dapat menyebabkan


kesinambungan asuhan keperawatan terhenti dan peningkatan mutu pelayanan
keperawatan yang merupakan bagian dari penentu mutu pelayanan rumah sakit
akan terhambat. Pentingnya pendokumentasian keperawatan sangat berkontribusi
dalam meningkatkan pengembangan keperawatan dan penelitian (Wang, Hailey &
Yu, 2011). Mengingat fungsi dokumentasi yang begitu besar, oleh karena itu
harus menyimpan informasi yang valid, reliable dan memenuhi standar yang telah
ditetapkan (Urquhart , Currell , Grant & Hardiker, 2009). Pendokumantasian juga
sangat penting dilakukan oleh perawat karena pada prinsip dokumentasi tidak
hanya sekedar menulis tetapi mempunyai maksud dan tujuan yang jelas,
perencanaan kesehatan, jaminan kualitas dan sampai masalah hukum (Wang,
Hailey & Yu, 2011).

Prinsip pendokumentasian menurut Kozier, Erb dan Berman (2004) mencakup


penulisan waktu harus dicantumkan karena merupakan aspek legal,
mencantumkan tanda tangan, data pasien bersifat rahasia sehingga harus dijaga,
pendokumentasian sesuai dengan urutan proses keperawatan, pencatatan harus
singkat dan mudah dimengerti oleh tim kesehatan. Berdasarkan hasil observasi
ditemukan sekitar 71,6% perawat tidak lengkap mencantumkan paraf, nama jelas
atau waktu kegiatan setiap tindakan keperawatan. Sementara itu menurut
Jefferies, Johnson & Nichollas (2011) bahwa penulisan, tata bahasa harus
diperhatikan dalam pendokumentasian karena bisa berpengaruh terhadap kesulitan
tenaga kesehatan lain untuk membacanya dan memahami kondisi pasien.

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik……L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


97

Pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan bagian dari


kinerja perawat yang dipengaruhi oleh variabel individu, variabel organisasi dan
variabel psikologis (Gibson, 1987 ; Ilyas, 2012). Menurut Kane, Shamliyan,
Mueller, Duval & Wilt (2007) faktor yang mempengaruhi seseorang dalam
melakukan pendokumentasian adalah usia, masa kerja dan pendidikan.
Karakteristik perawat tersebut sangat mempengaruhi tenaga keperawatan dalam
memberikan pelayanan dan berdampak pada outcome pasien (Yoder-Wise, 2011).
Faktor lain menurut Notoatmojo (2009) pelatihan merupakan bagian dari proses
pendidikan seseorang dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilannya.
Lebih lanjut Jefferies, Johnson, Nicholls & Lad (2012) fokus dari peningkatan
pengetahuan melalui pelatihan dalam meningkatkan meningkatkan pelaksanaan
dokumentasi keperawatan.

Kenyataan dilapangan berdasarkan hasil penelitian sesuai karakteristik perawat


menunjukkan bahwa kelengkapan pendokumentasian belum optimal bisa
dikarenakan tidak meratanya jumlah setiap tingkat pendidikan perawat, rata-rata
pendidikan perawat adalah D III keperawatan. Hal ini sesuai hasil penelitian
Ridley (2008) pendidikan merupakan faktor penting dalam mempengaruhi kinerja
seseorang. Hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa responden yang belum
pernah pelatihan dokumentasi masih cukup tinggi yakni 41,3%. Hal ini menjadi
faktor dominan penyebab ketidaklengkapan pendokumentasian asuhan
keperawatan.

Kelengkapan pendokumentasian juga dipengaruhi tingginya beban kerja perawat


yang diakibatkan oleh terbatasnya jumlah perawat atau banyaknya kegiatan
perawat sehingga mempengaruhi kinerja perawat khususnya dalam melakukan
pendokumentasian asuhan keperawatan (Ilyas, 2012 ; Iyer & Camp, 2005).
Kualitas asuhan keperawatan dan pendokumentasiannya juga sangat bergantung
dari jumlah pasien yang dirawat, semakin banyak pasien maka beban kerja
semakin tinggi sehingga menyebabkan banyak asuhan keperawatan tidak
maksimal dan bahkan keselamatan pasien terancam (Sochalski, 2004). Menurut
Myny et al (2012) mengidentifikasi dari sejumlah faktor yang mempengaruhi

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik……L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


98

beban kerja, faktor yang paling berdampak adalah terkait dengan jumlah
pekerjaan yang dikerjakan oleh perawat. Sesuai dengan hasil penelitian bahwa
rata-rata beban kerja total perawat 52,2% mempunyai beban kerja tinggi,
sedangkan berdasarkan shift, terlihat pada shift pagi dan sore rata-rata hampir
100% mempunyai beban kerja tinggi. Hal ini mendukung hasil penelitian Hurst
(2005) menemukan bahwa beban kerja yang tinggi menyebabkan kurang
maksimalnya pelaksanaan kegiatan dokumentasi perawat.

Hasil analisa dan observasi peneliti selama penelitian berlangsung, kelengkapan


pendokumentasian yang di lakukan oleh perawat sebagian besar tidak lengkap
disebabkan oleh kurang berjalannya fungsi manajerial kepala ruang. Seharusnya
kepala ruang mengoptimalkan fungsi pengawasan dan pengendalian terhadap
kinerja perawat pelaksana dengan optimal, namun karena beban kerja ruangan
rata-rata tinggi menyebabkan kurangnya tenaga perawat sehingga kepala ruang
cenderung melakukan kegiatan perawat pelaksana. Hal ini menyebabkan kepala
ruang belum fokus terhadap tugas pokok dan fungsi yang seharusnya dijalankan.
Audit dokumentasi yang seharusnya dilakukan secara periodik setiap bulan oleh
kepala ruang, setiap tiga bulan oleh komite keperawatan dan setiap enam bulan
oleh satuan pengawas internal belum berjalan sesuai dengan waktu yang
ditentukan.

6.4 Gambaran Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan


terhadap Pendidikan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas tingkat pendidikan perawat di
ruang umum instalasi rawat inap RSUD Pasar Rebo adalah berpendidikan DIII
keperawatan. Pada dasarnya pendidikan merupakan bagian yang sangat penting
berkontribusi meningkatkan pengetahuan dan kinerja perawat. Hasil ini sesuai
dengan penelitian Lusianah (2008) bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan
dengan kualitas dokumentasi setelah dikontrol oleh variabel motivasi kebutuhan
kekuasaan, kebutuhan afiliasi, kebutuhan berprestasi, supervisi, masa kerja,
pengetahuan dan pelatihan. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Asmuji

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik……L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


99

(2009) bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan perawat dengan
kinerja dalam melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan.

Pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan bagian dari kinerja perawat,


pendidikan merupakan faktor penting dalam mempengaruhi kinerja seseorang
(Ridley, 2008). Berbagai teori dan hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa
idealnya tingkat pendidikan seseorang akan berbanding lurus dengan kinerjanya.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan semakin tinggi juga
pengetahuan, keterampilan, berpikir kritis, mempunyai wawasan yang luas serta
harapan dan prestasi kerja yang baik. Begitu halnya dengan pendokumentasian
yang dilakukan perawat akan semakin lengkap dan baik seiring dengan
peningkatan pendidikannya.

Hasil penelitian di lapangan berbanding terbalik dengan teori-teori yang ada. Hasil
pendokumentasian menunjukkan bahwa 60,9% perawat tidak melakukan
pendokumentasian dengan lengkap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mayoritas perawat mempunyai pendidikan D III Keperawatan hal ini
menunjukkan tidak sebandingnya jumlah perawat yang mempunyai tingkat
pendidikan lebih tinggi dari D III Keperawatan. Hasil pendokumentasian asuhan
keperawatan mayoritas yang di observasi dan yang di audit juga adalah rata-rata
hasil kerja ruangan yang merupakan hasil kerja tim karena memang
pendokumentasian asuhan keperawatan dikerjakan secara bersama-sama. Idealnya
penilaian pendokumentasian yang di audit adalah hasil pendokumentasian
individu, namun hal itu sulit dilakukan karena tidak semua perawat mempunyai
wewenang melakukan pendokumentasian dari pengkajian sampai evaluasi.
Menurut tugas pokok dan fungsi yang sudah disusun oleh rumah sakit yang
bersumber dari Depkes (2008) bahwa ketua tim mempunyai tupoksi melakukan
pengkajian, merumuskan diagnosa dan melakukan perencanaan asuhan
keperawatan, sedangkan perawat pelaksana melakukan tindakan, evaluasi dan
membuat catatan perkembangan.

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik……L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


100

6.5 Hubungan Umur Perawat dengan Kelengkapan Pendokumentasian


Asuhan Keperawatan
Hasil penelitian memperlihatkan tidak ada hubungan antara umur dengan
pelaksanaan kelengkapan pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian oleh Asmuji (2009) bahwa tidak
ada hubungan antara umur dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian
asuhan keperawatan. Sejalan juga dengan penelitian Atmaji (2008) yang
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan pelaksanaan kinerja
asuhan keperawatan di rumah sakit. Berbeda dengan hasil penelitian Widjayanti
(2012) bahwa usia sangat mempengaruhi prilaku pendokumentasian keperawatan
setelah dikontrol tingkat pendidikan, lama kerja, status kepegawaian, persepsi,
motivasi, imbalan dan supervise. Begitu juga hasil penelitian yang dilakukan oleh
Suratun (2008) bahwa perawat yang berusia lebih dari 30 tahun mempunyai hasil
pendokumentasian asuhan keperawatan lengkap lebih banyak dibanding perawat
perawat yang berusia dibawah 30 tahun. Hasil penelitian ini mendukung juga
penelitian yang dilakukan oleh Hariyati (1999) menemukan bahwa perawat yang
mempunyai usia lebih dari 30 tahun mempunyai kualitas dokumentasi asuhan
keperawatan yang lebih baik daripada perawat berusia kurang dari 30 tahun.

Hasil penelitian ini pada dasarnya menunjukkan bahwa umur 30 tahun keatas
merupakan umur yang paling optimal untuk mendukung pelaksanaan
pendokumentasian asuhan keperawatan di ruamah sakit. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Potter dan Perry (2010) bahwa usia dewasa menengah yaitu usia 30-
an ke atas sampai 60 tahun, pada usia ini merupakan fase masa tenang atau fase
keberhasilan. Idealnya bahwa sesuai dengan data hasil penelitian ini merupakan
termasuk umur kategori dewasa menengah. Pada usia tersebut produktivitas
seseorang akan meningkat karena merupakan termasuk fase masa tenang dan fase
keberhasilan. Namun secara statistik tidak ada hubungan antara umur dengan
kelengkapan pendokumentasian.

Hasil observasi dan studi dokumentasi yang dilakukan dilapangan menunjukkan


bahwa usia bukan menjadi penghalang dalam melakukan pendokumentasian

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik……L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


101

asuhan keperawatan. Hal ini bisa dapat disebabkan karena penilaian studi
dokumentasi asuhan keperawatan yang dilakukan peneliti bukan merupakan
penilaian pendokumentasian individu melainkan penilaian pendokumentasian
asuhan keperawatan rata-rata hasil kelompok. Penilaian pendokumentasian asuhan
keperawatan secara kelompok dilakukan dengan alasan bahwa pelaksanaan
pendokumentasian di ruangan dilakukan secara bersama-sama dan merupakan
hasil kerja kelompok. Hal ini mengakibatkan hasil nilai rata-rata
pendokumentasian kelompok menjadi tidak ada hubungannya dengan umur
individu itu sendiri.

6.6 Hubungan Masa Kerja Perawat dengan Kelengkapan


Pendokumentasian Asuhan Keperawatan.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara masa kerja
dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan. Hasil penelitian ini
mendukung hasil penelitian Lusianah (2008) didapatkan bahwa ada hubungan
yang sedang antara masa kerja dengan kualitas dokumentasi keperawatan. Hal ini
sejalan dengan pendapat Swansburg dan Swansburg (1999) yang menyatakan
bahwa semakin bertambah waktu seseorang untuk bekerja maka akan semkin
bertambah pula pengalamannya termasuk keterampiln klinisnya. Namun pendapat
Robins (2006) yang menyatakan bahwa produktivitas kerja karyawan tidak
sepenuhnya bisa dilihat dari tingkat senioritas akan tetapi semakin lama masa
kerja seseorang maka akan semakin kecil kemungkinan orang tersebut berpindah
pekerjaan.

Hasil penelitian ini dapat dianalisis bahwa seseorang yang mempunyai masa kerja
lebih lama akan mempunyai pengalaman, pengetahuan dan keterampilan yang
lebih dibanding perawat yang mempunyai masa kerja lebih pendek terhadap
tanggung jawabnya. Hal ini sesuai hasil penelitian Lusianah (2008) Setiap
penambahan masa kerja 1 tahun maka kualitas dokumentasi proses keperawatan
akan mengalami peningkatan sebesar 0,91 setelah dikontrol oleh variabel motivasi
kebutuhan kekuasaan, kebutuhan afiliasi, kebutuhan berprestasi, supervisi,
pendidikan pengetahuan dan pelatihan.

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik……L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


102

6.7 Hubungan Pelatihan dengan Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan


Keperawatan
Pelatihan merupakan bagian dari proses pendidikan yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan dan keterampilan seseorang atau kelompok orang
untuk menunjang peningkatan kinerjanya (Notoatmojo, 2009). Pelatihan
merupakan faktor penting dalam meningkatkan kualitas kerja seseorang sesuai
dengan tanggung jawabnya ditempat kerja. Hasil penelitian memperlihatkan
bahwa sebagian besar perawat yang belum pernah pelatihan, tidak melakukan
pendokumentasian dengan lengkap. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara pelatihan dengan kelengkapan
pendokumentasian asuhan keperawatan. Hasil analisis menunjukkan bahwa
perawat yang pernah pelatihan pendokumentasia cenderung akan
mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan lengkap 30,60 kali lebih besar
dibandingkan dengan perawat yang belum pernah pelatihan setelah dikontrol
variabel beban kerja, umur dan masa kerja.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Lusianah (2008) yang menyatakan
bahwa ada hubungan antara kualitas dokumentasi asuhan keperawatan dengan
pelatihan, kualitas dokumentasi akan meningkat sebesar 1,60 kali pada perawat
yang pernah pelatihan dibanding yang belum pernah pelatihan. Hasil penelitian ini
juga sejalan dengan pendapat Jefferies, Johnson, Nicholls & Lad (2012) fokus dari
peningkatan pengetahuan melalui pelatihan meningkatkan dokumentasi
keperawatan yang dilakukan oleh perawat.

Pentingnya pelatihan pendokumentasian bagi perawat memberikan dampak positif


terhadap kinerja perawat khususnya dalam melakukan pendokumentasian asuhan
keperawatan. Dampak positif pelatihan yang sudah tergambar pada hasil
penelitian ini harus menjadi bahan pertimbangan manajemen rumah sakit dalam
melakukan pelatihan secara periodik untuk memberikan kesempatan bagi perawat
yang belum mendapatkan pelatihan untuk lebih meningkatkan pelaksanaan
pendokumentasian.

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik……L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


103

6.1 Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Kelengkapan


Pendokumentasian Asuhan Keperawatan.
Beban kerja perawat merupakan seluruh kegiatan atau aktifitas yang dilakukan
oleh seorang perawat selama bertugas di unit pelayanan keperawatan (Marquis &
Huston, 2010; Al-kandari & Thomas, 2008). Salah satu tujuan menghitung beban
kerja menurut Gillies (1999) adalah untuk mengkaji status kebutuhan perawatan
klien, mengelola staf, kondisi kerja dan kualitas asuhan dan untuk mengukur hasil
intervensi keperawatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar perawat yang mempunyai


beban kerja tinggi tidak melakukan pendokumentasian dengan lengkap. Hasil juga
menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara beban kerja dengan
kelengkapan pendokumentasian yang dilakukan oleh perawat pelaksana di ruang
Umum instalasi rawat inap RSUD Pasar Rebo Jakarta. Variabel beban kerja
dengan Odd Ratio (OR) 0,114 berarti bahwa perawat yang mempunyai beban
kerja tinggi cenderung untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan
dengan lengkap 0,114 kali lebih kecil dibanding dengan perawat yang beban
kerjanya rendah setelah dikontrol dengan variabel pelatihan, umur dan masa kerja.

Beban kerja tinggi akan mempengaruhi kinerja perawat pada kondisi tertentu.
Pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan bagian dari kinerja perawat
yang merupakan bagian dari tanggung jawab perawat itu sendiri. Berdasarkan
hasil penelitian dari semua perawat yang mempunyai beban kerja tinggi tersebut
hanya 16,7% yang melakukan pendokumentasian dengan lengkap. Hasil
penelitian ini sejalan dengan pendapat Ilyas, (2012) beban kerja perawat yang
tinggi akan mempengaruhi produktivitas kinerja perawat termasuk kegiatan
pendokumentasian asuhan keperawatan. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan
Sochalski (2004) bahwa semakin banyak jumlah pasien akan meningkatkan beban
kerja dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kualitas pelayanan. Begitu
halnya akibat dari kekurangan tenaga akibat penyebaran dan alokasi yang tidak
merata menyebabkan beban kerja meningkat dan risiko terjadi penurunan kualitas
pelayanan keperawatan (Duffield, et al 2011). Terkait ketergantungan pasien

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik……L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


104

menurut Marquis dan Huston (2010); Hurst (2005) mengemukakan bahwa


semakin tinggi tingkat ketergantungan pasien maka akan semakin banyak
tindakan yang akan diberikan dan akan semakin menambah beban kerja perawat
di unit tersebut dan bisa mengganggu pendokumentasian yang dilakukan perawat.
Myny et al (2012) mengidentifikasi dari sejumlah faktor yang mempengaruhi
beban kerja, faktor yang paling berdampak adalah terkait dengan jumlah
pekerjaan yang dikerjakan oleh perawat.

Kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan menjadi tidak optimal juga


disebabkan oleh tingginya beban kerja perawat setiap shift. Beban kerja perawat
yang tinggi mempengaruhi pelaksanaan pendokumentasian yang dilakukan oleh
perawat. Hasil penelitian beban kerja dilihat berdasarkan shift menemukan bahwa
shift pagi dan shift sore rata-rata perawat mempunyai beban kerja tinggi. Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian Mobiliu (2005) yang menyatakan bahwa adanya
keterkaitan antara shift pagi dengan kualitas pendokumentasian dibanding shift
sore dan malam. Hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa rata-rata lama
waktu dinas perawat berlebih dari batas waktu jadwal dinas, untuk shift pagi
mempunyai waktu berlebih rata-rata 32,2 menit, shift sore 62,1 menit dan shift
malam 76,8 menit. Hal lain yang mengindikasikan beban kerja perawat tinggi
adalah peneliti menemukan 6 orang perawat terpaksa harus double shift, hal itu
dilakukan karena banyaknya kegiatan perawat terutama shift pagi dan sore
sehingga mempengaruhi pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan.

6.2 Faktor Dominan yang Mempengaruhi Kelengkapan Pendokumentasian


Asuhan Keperawatan.
Faktor yang mempengaruhi kelengkapan pelaksanaan pendokumentasian asuhan
keperawatan dari berbagai teori meliputi karakteristik perawat yang terdiri dari
usia, pendidikan, masa kerja, pelatihan dan beban kerja (Kane, Shamliyan,
Mueller, Duval & Wilt, 2007; Notoatmojo, 2009; Sochalski, 2004). Selain itu
adanya faktor supervisi kepala ruang, motivasi, standar praktik profesional
perawat, waktu dan terbatasnya tenaga perawat berkontribusi dalam
mempengaruhi pendokumentasian asuhan keperawatan (Iyer & Camp, 2005;

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik……L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


105

Huber, 2010; Gillies,1999). Hasil analisis pemodelan akhir dan persamaan


penelitian menunjukkan bahwa faktor yang bermakna mempengaruhi kelengkapan
pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan adalah faktor pelatihan
pendokumentasian yang diikuti faktor beban kerja. Dapat diambil kesimpulan
bahwa faktor dominan yang mempengruhi kelengkapan pendokumentasian adalah
pelatihan dan beban kerja perawat.

Hasil penelitian terkait variabel pelatihan merupakan faktor yang paling


berpengaruh dan berpola postitif, hasil analisis menunjukkan bahwa perawat yang
pernah pelatihan pendokumentasian asuhan keperawatan cenderung akan
mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan lengkap 23,67 kali lebih besar
dibandingkan dengan perawat yang belum pernah pelatihan setelah dikontrol
variabel beban kerja. Pelaksanaan pendokumentasian juga dipengaruhi oleh
kurangnya kemampuan perawat itu sendiri karena tidak tahu data apa saja yang
harus dimasukkan dan bagaimana cara mendokumentasikannya yang diakibatkan
oleh pendidikan dan pelatihan yang minimal terhadap pendokumantasian
(Hariyati, 1999). Hal ini menunjukkan bahwa peran pelatihan perawat sangat
penting dalam mempengaruhi kelengkapan pendokumentasian asuhan
keperawatan. Menurut Samsudin (2006) pelatihan bagi sumberdaya manusia
sangat diperlukan karena berkontribusi terhadap peningkatan pengetahuan dan
keterampilan dalam melaksanakan pekerjaan. Kondisi ini juga menujukkan bahwa
semakin banyak perawat yang pernah pelatihan pendokumentasian maka akan
cenderung untuk lebih lengkap pelaksanaan pendokumentasian asuhan
keperawatan di rumah sakit.

Berbeda halnya dengan variabel beban kerja yang menunjukkan bahwa perawat
yang mempunyai beban kerja tinggi cenderung untuk mengurangi kelengkapan
pendokumentasian asuhan keperawatan 0,159 kali dibanding dengan perawat yang
beban kerjanya rendah setelah dikontrol dengan variabel pelatihan. Hasil
penelitian tersebut sesuai menurut study Al-Kandari dan Thomas (2008) yeng
menemukan bahwa 95% perawat melewatkan waktu istirahatnya termasuk
kegiatan pendokumentasian akibat dari banyaknya kegiatan perawat yang

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik……L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


106

menyebabkan beban kerja perawat berlebih. Dengan kata lain semakin tinggi
beban kerja perawat maka akan semakin mempengaruhi kelengkapan
pendokumentasian asuhan keperawatan. Pendokumentasian menjadi kurang tidak
maksimal disebabkan oleh beban kerja perawat yang bertambah yang disebabkan
oleh banyaknya pekerjaan perawat (Braaf, Manias & Riley, 2011). Sedangkan
Sugiharto, Keliat dan Hariyati (2012) menyatakan bahwa perawat dalam
melakukan pekerjaannya kerap menyebabkan demotivasi yang disebabkan oleh,
jam kerja yang panjang, dampak jam kerja malam, kekurangan tenaga
keperawatan karena beban kerja tinggi, dan kurang penghargaan.

Pelatihan dan beban kerja perawat merupakan faktor yang harus diperhatikan oleh
institusi pelayanan dalam meningkatkan kelengkapan pendokumentasian karena
berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor tersebut mampu
mempengaruhi pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan sebesar
80,4%. Hal ini memperlihatkan bahwa pentingnya pelatihan bagi perawat dan
memperhatikan beban kerja perawat pelaksana apabila ingin meningkatkan
pelaksanaan pendokumentasiana asuhan keperawatan.

6.3 Keterbatasan Penelitian


Pelaksanaan penelitian yang berlangsung di tiga ruang dengan kasus umum di
instalasi rawat inap RSUD Pasar Rebo Jakarta secara administrasi tidak
mendapatkan kendala yang berarti. Akan tetapi adanya keterbatasan yang ada
terkait teknis pelaksanaan penelitian di lapangan yang bisa dimanfaatkan untuk
rekomendasi terhadap penelitian selanjutnya. Keterbatasan-keterbatasan yang ada
ditemukan sebagai berikut:
6.3.1 Hasil penelitian terkait pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan
merupakan hasil kerja kelompok atau tim dalam ruangan. Selain itu
pendokumentasian asuhan keperawatan yang di audit peneliti merupakan
kegiatan yang bersifat retrospektif pada medical record pasien sehingga
peneliti tidak mengetahui apakah kegiatan yang di dokumentasikan
merupakan kegiatan yang sudah dilakukan sebelumnya oleh perawat.

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik……L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


107

6.3.2 Proses pengumpulan data untuk melihat beban kerja perawat dengan
mengobservasi semua kegiatan perawat dari awal datang sampai pulang
(continous observation) selama 24 jam dan peneliti berfokus pada kegiatan
di dalam ruangan, sehingga kegiatan dan aktivitas perawat diluar ruangan
atau luar rumah sakit tidak semuanya terpantau secara keseluruhan karena
peneliti tidak mengikuti perawat tersebut.

6.4 Implikasi Hasil Penelitian


Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa faktor yang dominan dalam
mempengaruhi kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan adalah
pelatihan dan beban kerja. Pelatihan menunjukkan hubungan positif antara
pelatihan dokumentasi dengan kelengkapan pendokumentasian dan hubungan
negatif antara beban kerja dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan
keperawatan setelah dikontrol oleh umur responden, pendidikan dan masa kerja.

6.4.1 Implikasi Penelitian Bagi Institusi Rumah Sakit


Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada rumah sakit terkait
pelaksanaan pendokumentasian di ruang umum instalasi rawat inap RSUD Pasar
Rebo Jakarta yang dipengaruhi oleh faktor-faktor karakteristik dan beban kerja
perawat. Hasil penelitian ini juga dapat memberikan dampak yang positif dan
menjadi masukan bagi RSUD Pasar Rebo Jakarta, khususnya bagi kepala bidang
keperawat dalam upaya meningkatkan pelayanan keperawatan dengan
meningkatkan kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan yang
akan berdamapak pada outcome pasien. Pelaksanaan pendokumentasian
merupakan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat, oleh karena itu, hasil
penelitian ini dapat menjadi motivasi kepala bidang keperawatan rumah sakit
untuk menambah dan melaksanakan program-program terkait yang mampu
meningkatkan motivasi perawat dalam meningkatkan pelaksanaan
pendokumentasian asuhan keperawatan kearah yang lebih baik diatas standar
yang ditetapkan Depkes.

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik……L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


108

Hasil penelitian ini juga dapat menjadi acuan bidang keperawatan bekerjasama
dengan kepala ruang dalam menyelesaikan permasalahan terkait beban kerja
perawat dan ruangan yang tinggi yang akan berdampak pada penurunan kinerja
perawat dan kualitas pelayanan. Oleh karena itu, dengan hasil penelitian ini dapat
menjadi acuan rumah sakit untuk mengevaluasi unit lain sehingga dapat
digunakan sebagai dasar dalam penempatan SDM keperawatan di setiap ruangan
sesuai dengan kebutuhan tenaga dan beban kerja yang tersedia untuk
meningkatkan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan sebagai
bagian dari peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.

6.4.2 Implikasi Bagi Penelitian dan Peneliti Selanjutnya


Penelitian ini terkait hubungan karakteristik dan beban kerja perawat dengan
pendokumentasian asuhan keperawatan. Hasil penelitian ini dapat memberikan
gambaran dan sebagai pemikiran awal bagi peneliti selanjutnya dalam
menemukan faktor-faktor lain terkait pelaksanaan dan kelengkapan
pendokumentasian asuhan keperawatan termasuk efektivitas metode pengambilan
data secara retrospektif dan studi dokumentasi. Hal ini juga sebagai dasar peneliti
lain dalam mengidentifikasi metode lain dalam mengukur beban kerja perawat
selain continous observation untuk mendapatkan hasil beban kerja perawat yang
lebih baik dan lebih luas.

6.4.3 Implikasi Bagi Pendidikan Keperawatan


Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dalam bidang pendidikan keperawatan
untuk menambah pemahaman dan sebagai bahan diskusi mahasiswa dan tenaga
pendidik sebagai upaya untuk menemukan solusi yang lebih baik terkait hambatan
dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan di rumah sakit. Hasil
penelitian ini juga dapat menjadi dasar pengembangan keperawatan pada
umumnya dan manajemen keperawatan pada khususnya terutama yang berkaitan
dengan pelaksanaan asuhan keperawatan dan pengelolaan tenaga keperawatan di
rumah sakit.

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik……L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013


BAB 7
PENUTUP

Bab ini menggambarkan tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran peneliti
terhadap institusi rumah sakit, keilmuan keperawatan dan peneliti selanjutnya.

7.1 Kesimpulan

Hasil penelitian hubungan antara karakteristik dan beban kerja perawat dengan
kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan dapat disimpulkan bahwa
mayoritas perawat di ruang umum instalasi rawat inap RSUD Pasar Rebo Jakarta
memiliki pendidikan D III keperawatan, sebagian besar perawat pernah
mengikuti pelatihan pendokumentasian, rata-rata umur perawat adalah termasuk
kategori usia dewasa menengah, dan rata-rata masa kerja perawat adalah 7,15
tahun.

Beban kerja perawat pada shift pagi dan sore sebagian besar mempunyai beban
kerja tinggi dan pada shift malam sebagian besar mempunyai beban kerja rendah.
Secara keseluruhan bahwa sebagian besar perawat di ruang umum instalasi rawat
inap RSUD Pasar Rebo Jakarta mempunyai beban kerja tinggi.

Pendokumentasian yang dilakukan perawat di ruang umum instalasi rawat inap


RSUD Pasar Rebo Jakarta rata-rata masih belum lengkap, sebagian besar perawat
melakukan pendokumentasian terhadap hasil pengkajian tetapi hasil
pendokumentasian terkait catatan perkembangan masih belum optimal dan Secara
keseluruhan rata-rata pendokumentasian yang dilakukan perawat masih dibawah
standar Depkes.

Terdapat hubungan yang bermakna antara masa kerja, pelatihan dan beban kerja
dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan. Tidak ada hubungan
antara pendidikan dan umur dengan kelengkapan pendokumentasian di ruang
umum instalasi rawat inap RSUD Pasar Rebo Jakarta.

Faktor yang paling dominan mempengaruhi kelengkapan pendokumentasian


asuhan keperawatan adalah pelatihan diikuti beban kerja setelah masing-masing
dikontrol oleh variabel umur, dan masa kerja. Semakin banyak perawat yang

109
110

sudah pernah pelatihan akan semakin lengkap pendokumentasian asuhan


keperawatan. Sebaliknya Semakin tinggi beban kerja perawat maka pelaksanaan
pendokumentasian semakin tidak lengkap.

7.2 Saran
7.2.1 Bagi RSUD Pasar Rebo Jakarta

Berdasarkan temuan dari hasil penelitian ini, terdapat beberapa hal yang dapat
disarankan kepada rumah sakit dalam meningkatkan kualitas kinerja perawat
dalam pelaksanan pendokumentasian asuhan keperawatan yaitu:

7.2.1.1 Satuan pengawas internal rumah sakit bekerjasama dengan komite


keperawatan meningkatkan frekuensi pengawasan dan penilaian terhadap
pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan di rumah sakit.
7.2.1.2 Bidang keperawatan membuat kebijakan nyata dalam pengembangan
dan peningkatan kualitas sumber daya manusia di instalasi rawat inap
RSUD Pasar Rebo Jakarta melalui peningkatan pelatihan terhadap
pendokumentasian asuhan keperawatan yang dapat dilakukan secara
berkala.
7.2.1.3 Komite keperawatan sebagai pengendali mutu asuhan keperawatan harus
melakukan audit dokumentasi dan penilaian setiap ruangan secara
periodik, konsisten dan sesuai komitmen yang sudah dibuat.
7.2.1.4 Kepala ruang sebagai manajer tingkat bawah supaya lebih
memperhatikan tugas pokok dan fungsinya dalam pengarahan,
pengawasan, supervisi dalam meningkatkan kinerja ketua tim dan
perawat pelaksana melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan
sesuai wewenangnya.
7.2.1.5 Pemberlakuan evaluasi pendokumentasian asuhan keperawatan sebagai
bahan penilaian angka kredit dan bagian dari penilaian peningkatan
jenjang karir perawat secara nyata.
7.2.1.6 Meningkatkan strategi pengelolaan sumber daya manusia keperawatan
dengan meninjau ulang ketenagaan yang tersedia sesuai dengan
kompetensinya dan merekrut tenaga baru untuk mengimbagi kekurangan
tenaga akibat beban kerja perawat yang tinggi. Mengingat kegiatan tidak

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013.


111

langsung perawat tinggi yang disebabkan oleh banyaknya kegiatan yang


tidak sesuai kompetensi perawat, oleh karena itu perlu tenaga lain seperti
laboran dan tenaga lain yang membantu perawat, dalam mengambil
darah, antar spesimen lab, mengantar pasien rontgen, mengambil hasil
rontgen agar waktu perawat maksimal untuk mengerjakan
pendokumentasian asuhan keperawatan dan kegiatan lainnya.
7.2.1.7 Strategi penempatan SDM keperawatan di setiap ruangan sesuai dengan
beban kerja yang tersedia untuk meningkatkan kelengkapan
pendokumentasian asuhan keperawatan sebagai bagian dari kualitas
pelayanan keperawatan.

7.2.2 Bagi Peneliti Berikutnya


7.2.2.1 Peneliti selanjutnya dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai dasar
atau pemikiran awal dalam penelitian selanjutnya dan
menghubungkannya dengan faktor-faktor lain sesuai teori terkait
pelaksanaan dan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan
termasuk efektivitas cara pengambilan data secara retrospektif dan studi
dokumentasi. Sebaiknya menggunakan hasil pendokumentasian individu
perawat bukan kelompok, selain itu peneliti selanjutnya dapat melakukan
penelitian dengan mengobservasi kegiatan masing-masing individu
perawat kemudian melihat kesesuaian yang di lakukan dengan yang di
dokumentasi.
7.2.2.2 Peneliti lain juga dapat mengukur beban kerja perawat menggunakan
tehnik time study and task frequency pada ruangan lain sehingga
didapatkan hasil pengukuran yang menunjukkan kualitas, waktu dan
frekuensi setiap kegiatan perawat sesuai standar yang sudah ditetapkan.
7.2.2.3 Peneliti selanjutnya perlu dilakukan penelitian yang bersifat mix metode
misalnya action riset sehingga bisa diketahui lebih mendalam dan akurat
terkait faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pendokumentasian
asuhan keperawatan.

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013.


112

7.2.3 Bagi Pendidikan dan Ilmu Keperawatan


7.2.3.1 Hasil temuan dalam penelitian ini dapat dijadikan referensi yang dapat
dijadikan alternatif pengembangan kurikulum manajemen keperawatan
pada pendidikan keperawatan dalam meningkatkan solusi untuk
memecahkan masalah terkait pelaksanan pendokumentasian asuhan
keperawatan yang dikaitkan dengan beban kerja perawat.
7.2.3.2 Temuan ini juga sebagai dasar pengembangan sistem pendokumentasian
yang lebih akurat dan tidak menyita waktu sehingga mengurangi beban
kerja perawat, oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi terhadap sistem
pendokumentasian secara manual selanjutnya beralih ke
pendokumentasian berbasis komputer untuk efisiensi waktu dan efektivitas
kegiatan perawat,

Universitas Indonesia

Hubungan Karakteristik….L.M.Harmain Siswanto, FIK UI, 2013.


DAFTAR PUSTAKA

Aiken, L. H., Clarke, S. P., & Sloane, D. M. (2002). Hospital staffing,


organization, and quality of care: Cross-national findings. Nursing
Outlook, 50, 187-194.

Al-Kandari, F. & Thomas, D. (2008). Adverse nurse outcomes: correlation to


nurses’ workload, staffing, and shift rotation in Kuwait hospitals. Applied
Nursing Research 21 (2008) 139– 146.

Asmuji (2009). Pengaruh kelompok kerja keperawatan terhadap kinerja perawat


dalam pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan di Instalasi Rawat
Inap RSU dr. H.Koesnadi Bondowoso. Tesis. Program Magister FIK UI.
Universitas Indonesia. (Tidak dipublikasikan).

Atmaji, M.B.P (2008). Hubungan faktor individu dan organisasi rumah sakit
dengan stress kerja serta hubungan stress kerja dengan kinerja asuhan
keperawatan perawat pelaksana di tuang Rawat Inap RSUD Dr. Soegiri
Lamongan. Tesis. Program Magister FIK UI. Universitas Indonesia.
(Tidak dipublikasikan).

Aziz, A. (2002). Pengantar dokumentasi proses keperawatan. Jakarta : EGC.

Bergh A.L., Bergh C.H. & Friberg F. (2007) How do nurses record pedagogical
activities? Nurses’ documentation in patient records in a cardiac
rehabilitation unit for patients who have undergone coronary artery
bypass surgery. Journal of Clinical Nursing 16, 1898–1907.

Blais,K.,Hayes, J., Kozier, B., Erb, G. (2002). Professional nursing practice :


concepts and perspectives. 4th edition. New Jersey : Pearson Education,
Inc.

Braaf ,S. Manias, E. & Riley,R. (2011). The role of documents and documentation
in communication failure across the perioperative pathway. A literature
review. International Journal of Nursing Studies 48 (2011) 1024–1038.

Binder, R. Sanders, D.L.(2012).Workload demand: a significant factor in the


overall well-being of directors of associate degree nursing programs.
Journal Teaching and Learning in Nursing (2012) 7, 10–16.

Cardona,P. Tappen, R.M. & Tertill, M. (1997). Nursing staff time alocation in
long term care, Awork sampling study. The Journal of Nursing
Administration.

Daniels, R. (2005). Nursing fundamental caring and clinical decisions making.


United States of America : Thomson Delmar Learning.

Universitas Indonesia
Dessler, G. (2003). Human resource management. (10th ed). New Jersey : Prentice
hall.

Dharma, K.K. (2011). Metodologi penelitian keperawatan panduan


melaksanakan dan menerapkan hasil penelitian. Jakarta : Trans Info
Media.

Depkes, RI. (2005). Instrumen evaluasi penerapan standar asuhan keperawatan


di Rumah Sakit. Cetakan ke 5.Jakarta : Direktorat Jendral Pelayanan
Medik, Direktorat Keperawatan dan Keteknisan Medik.

Depkes, RI. (2008). Standar pelayanan minimal rumah sakit. Jakarta : Direktorat
Jendral Bina Pelayanan Medik.

Duffield, C & Twigg, D. (2009). A review of workload measures: A context for a


new staffing methodology in Western Australia. International Journal of
Nursing Studies (46) 132–140.

Duffield, C. (2011). Nursing staffing, nursing workload, the environment and


patients outcomes. Applied Nursing Research 24 (2011) 244-255

Fribeg F., Bergh A.L.&Lepp M. (2006) In search of details of patient teaching in


nursing documentation – an analysis of patient records in a medical ward
in Sweden. Journal of Clinical Nursing 15, 1550–1558.

Garrett , C. (2008). The effect of nursing staffing patterns on medical errors and
nursing burnout. AORN Journal 87 (june 2008) 1191-1204

Gillies, D.A. (1999). Nursing manajemen: A System approach. Edisi ke dua.


(Penterjemah Edi Sukaman dan Widya Sukaman). Philadelphia :
W.B.Saunder.

Hariyati, T.S. (1999). Hubungan antara pengetahuan aspek hukum dari perawat
dan karakteristik perawat dengan kualitas pendokumentasian asuhan
keperawatan di Rumah Sakit Bhakti Yudha 1999. Tesis Program Pasca
Sarjana Program Studi Kajian Administrasi Rumah Sakit FKM UI.Jakarta
: Universitas Indonesia (tidak dipublikasikan).

Haig, K.M.,Sutton,S., Whittington, J. (2006). SBAR : a share mental model for


improving communication between clinicians. Journal on Quality and
Patient Safety 32, 167-175.

Hastono,S.P. & Sabri, L., (2010). Statistik kesehatan.Jakarta : Rajawali Pers.

Hastono, S.P (2007). Analisis data kesehatan. Jakarta : FKM UI.

Universitas Indonesia
Hayrinen K. & Saranto K. (2009) The use of nursing terminology in electronic
documentation. Studies in Health Technology & Informatics 146, 342–
346.

Hersey, P., Blanchard, K.H & Johnson, D.E. (2008). Management of


organizational behavior : Leading human resources. Ed 9th. Upper
Saddie River, NJ : Pearson Education.

Huber, D. (2010). Leadershif and nursing care management. 3rd edition. USA:
Elseiver Health Sciences.

Hurst, K. (2005). Relationships between patient dependency, nursing workload


and quality. International Journal of Nursing Studies 42(2005) 75-84.

Hasibuan, M. (2005). Manajemen sumber daya manusia, Jakarta: P.T Bumi


Aksara.

Ilyas, Y. (2011). Perencanaan sumber daya manusia rumah sakit : Teori, metode
dan formula. Edisi revisi. Depok : Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan
FKM UI.

Ilyas, Y. (2012). Kinerja : Teori, penilaian dan penelitian. Edisi revisi. Depok:
Fakultas Kesehatan Masyarakat UI.

Iyer, P.W. & Camp, N.H. (2005). Dokumentasi keperawatan :suatu pendekatan
proses keperawatan (edisi 3th). Terjemahan oleh : Sari Kurnianingsih.
Jakarta : EGC. (Buku Asli Diterbitkan Tahun 1999)

Juliani, E. (2009). Hubungan beban kerja perawat pelaksana dengan prilaku


caring menurut persepsi klien di IRNA lantai jantung RS Husada Jakarta.
Tesis. Program Magister FIK UI. Universitas Indonesia. (Tidak
dipublikasikan).

Jefferies, D., Johnson, M., Nicholls, D & Lad, S. (2012). A ward-based writing
coach program to improve the quality of nursing documentation. Journal
Nurse Education Today 32 (2012) 647–651.

Jefferies, D., Johnson, M. & Nicholls, D. (2011). Nursing documentation : How


meaning is obscured by fragmentary language. Journal Nursing Outlook
59 (2011) E6-E12

Kane, R.L., Shamliyan, T., Mueller, C.,Duval,S.,& Wilt, T.(2007). Nursing


staffing and quality of patient care : evidence report/ technology
assessment. Agency for Healthcare Research and Quality.

Karlsen R. (2007) Improving the nursing documentation: professional


consciousness-raising in a Northern-Norwegian psychiatric hospital.
Journal of Psychiatric and Mental Health Nursing 14, 573–577.

Universitas Indonesia
Kemenkes. RI. (2010). Petunjuk teknis penyusunan kebutuhan sumber daya
manusia kesehatan di lingkungan Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.

Kemenkes. RI. (2012). Profil data kesehatan Indonesia tahun 2011. Jakarta.

Kozier, B & Wilkinson. (2007). Fundamental of nursing : Consept. Process and


practice. California : Addison Wesley.

Kozier, B., Erg, G., & Berman, A. (2004). Fundamental of nursing : Concepts
process and practice. California : Upper Saddle River.

Laitinen H., Kaunonen M. & Astedt-Kurki P. (2010). Patient-focused nursing


documentation expressed by nurses. Journal of Clinical Nursing 19, 489–
497.

Liang, Y.W., Chen W.Y., Huang, L., Lee, J,L. (2012). Nursing staffing, direct
nursing care hours and patient mortality in Taiwan : the longitudinal
analysis of hospital nurse staffing and patient outcome study. BMH
Health Servive Research 2012, 12 : 44.

Lusianah, (2008). Hubungan motivasi dan supervise dengan kualitas dokumentasi


keperawatan di Instalasi Rawat Inap Rumah sakit Marinir Cilandak
Jakarta. Tesis. Program Magister Keperawatan FIK UI. Jakarta :
Universitas Indonesia. (Tidak dipublikasikan).

Marquis, B.L. & Huston, C.J. (2010). Kepemimpinan dan manajemen


keperawatan: Teori dan Aplikasi. Edisi 4. Terjemahan
oleh:Widyati,Wilda eka handayani & Fruriolina Handayani. Jakarta :
EGC. (Buku Asli di Terbitkan Tahun 2003).

Marinis, et al (2010). ‘If it is not recorded, it has not been done!’? consistency
between nursing records and observed nursing care in an Italian hospital.
Journal of Clinical Nursing 19(11-12), 1544–1552.

McNamara, C. (1999). Skill and practices in organizational management.


Minneapolis, MN: Carter Mc Namara. Diakses 10 April 2013.
www.managementhelp.org/mgmnt/skill.htm

Menkumham RI. (2009). Undang-Undang RI no 44 tahun 2009 Tentang rumah


sakit. Jakarta.

Myny, et al (2012). Determining a set of measurable and relevant factors affecting


nursing workload in the acute hospital setting : A Cross-sectional study.
International Journal of Nursing Studies 49 (2012) 427-436.

NANDA. (2012). Nursing diagnosis : definitions and classification 2012-2014.


Philadelphia : Blackwell Publishing Limited.

Universitas Indonesia
Neill, D. (2010). Nursing workload and the changing health care environment : A
review of the : University of Houston Victoria.

Notoatmojo, S. (2009). Pengembangan sumber daya manusia. Jakarta : Rhineka


Cipta.

Notoatmojo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rhineka Cipta.

Nursalam (2002). Dokumentasi keperawatan.Jakarta : Salaemba Medika.

Nurjannah, I. (2010). Proses keperawatan NANDA, NIC & NOC. Yogyakarta :


Moco Media.

Paans W., Sermeus W., Nieweg R.M.B. & Van Der Schans C.P. (2010)
Prevalence of accurate nursing documentation in patient records. Journal
of Advanced Nursing 66(11), 2481–2489.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (2010). Perawat vokasional dan


professional. Artikel INNA PPNI.

Potter, P.A. & Perry, G.A. (2010). Fundamental of nursing. Volume 2 (edisi 7th).
ST.Louis : Mosby Year Book.

Polit, D.F., Beck, C.T., Hungler, B.P. (2011). Essential of nursing research
methods, appraisal, and utilization. 5th edition. Philadelphia : Lippincott
Willians & Wilkins.

Prawitasari, S. (2009). Hubungan beban kerja perawat pelaksana dengan


keselamatan pasien di rumah sakit Husada Jakarta. Tesis. Program
Magister FIK UI. Jakarta: Universitas Indonesia (tidak dipublikasikan).

Prihatini, L. (2007). Analisis hubungan beban kerja dengan stress kerja perawat
ditiap ruangan di ruang rawat inap RSUD Sidikalang. Tesis.
Pascasarjana USU Medan : USU (tidak dipublikasikan).

Ratanto, (2012). Laporan residensi kepemimpinan dan manajemen keperawatan


di instalasi rawat inap RSUD Pasar Rebo. FIK UI : Depok : Universitas
Indonesia (tidak dipublikasikan).

Ridley, R.T. (2008). The relationship between nurse education level and patient
safety : An integrative review. Journal of Nursing Education, 47 (4), 149-
156.

Rustiani, D. (2007). Hubungan komunikasi dan supervisi kepala ruang dengan


kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan oleh perawat
pelaksana. Tesis. Program Magister FIK UI. Jakarta: Universitas
Indonesia (tidak dipublikasikan).

Universitas Indonesia
Rykkje L. (2009) Implementing electronic patient record and VIPS in medical
hospital wards: evaluating change in quantity and quality of nursing
documentation by using the audit instrument cat-ch-Ing. Nursing Science
& Research in Nordic Countries 29(2), 9–13.

Robot, F.J.M. (2009). Analisis beban kerja perawat pelaksana dalam


mengevaluasi kebutuhan tenaga perawat di IRNA B RSU Prof.dr.
R.D.Kandau Manado. Tesis. Program Magister FIK UI. Jakarta:
Universitas Indonesia. (Tidak dipublikasikan).

Robins, S.P. (2006). Prilaku organisasi. (Edisi 10th). Alih Bahasa oleh Drs.
Benyamin Molan. Jakarta : PT. Indeks, Kelompok Gramedia.(Buku asli
diterbitkan Tahun 2003).

Rowland, H.S. & Rowland, B.L. (1997) Nursing administration handbook. 4th
edition. Meryland : Aspend Publisher.

Rusmiati (2006). Hubungan lingkungan organisasi dan karakteristik perawat


dengan kinerja perawat pelaksana di RSUP Persahabatan. Tesis.
Program Magister Ilmu Keperawatan FIK UI. Jakarta : Universitas
Indonesia. (Tidak di publikasikan).

Sasyari, U. (2013). Analisis ketenagaan keperawatan di ruang rawat inap dan


intensif rumah sakit umum Kota Tasikmalaya. Tesis. Program Magister
Ilmu Keperawatan FIK UI. Depok : Universitas Indonesia. (Tidak
dipublikasikan).

Samsudin, S (2006). Manajemen sumber daya manusia. Cetakan pertama. CV


Pustaka Setia : Bandung.

Sastrosasmoro, S. & Ismael, S. (2010). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis.


Edisi ke-3. Jakarta : Sagung Seto.

Sitorus, R. (2006). Model praktik keperawatan fungsional di rumah sakit,


penataan struktur dan proses pemberian asuhan keperawatan di ruang
rawat. Jakarta : EGC.

Siswanto, H. (2012). Laporan residensi kepemimpinan dan manajemen


keperawatan di instalasi rawat jalan RSUD Pasar Rebo. FIK UI : Depok
: Universitas Indonesia (tidak dipublikasikan).

Sochalski, J.(2004). The relationship between nurse staffing and the quality of
nursing care in hospitals. Journal Med Care 2004;42: II-67–II-73.

Sugiharto, A.S., Keliat, B.A., Hariyati, T.S. (2012). Manajemen keperawatan


aplikasi MPKP di rumah sakit. Jakarta: EGC.

Universitas Indonesia
Sumaedi, D.A.(2010). Persepsi perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian
asuhan keperawatan di RSUD Kota G.J. Cirebon. Tesis. Program
Magister FIK UI. Jakarta: Universitas Indonesia.(Tidak dipublikasikan).

Suratun (2008). Hubungan penerapan metode penugasan tim dengan


kelengkapan dokumentasi keperawatan di RSUD Bekasi. Tesis. Program
Magister FIK UI. Jakarta: Universitas Indonesia.(Tidak dipublikasikan).

Swansburg R.C. & Swansburg, R.J., (1999). Introductory management leadershif


for nurses an interaktif text. (second edition). Sudbury Massachusetts :
Jone and Bartlet publisher.

Swansburg, R.C. (2000). Introductory management and leadershif for clinical


nurses. Sudbury Massachusetts : Jone and Bartlet publisher.

Teytelman, Y. (2002). Efektive nursing documentation and communication.


Seminars in Oncology Nursing, Vol 18, No 2 (May), 2002: pp 121-127.

Tomey, A.M. (2009). Nursing management and leadhershif. 8th edition. St. Louis,
Missouri : Mosby elseiver.

Urquhart C., Currell R., Grant M.J. & Hardiker N.R. (2009) Nursing record
systems: effects on nursing practice and healthcare outcomes. Cochrane
Database of Systematic Reviews (1), 1–66.

Wang, N., Hailey, D & Yu, P. (2011). Quality of nursing documentation and
approaches to its evaluation: a mixed-method systematic review. Journal
of Advanced Nursing 67(9), 1858–1875.

Wilkinson, J.M (2007). Nursing process and critical thingking. 4th edition. New
Jersey : Pearson Education.

Widjayanti, T.B. (2012). Hubungan antara karakteristik individu, psikologis dan


organisasi dengan perilaku pendokumentasian asuhan keperawatan unit
rawat inap RS.MH Tamrin Prwakarta. Tesis. Program Magister FKM UI.
Depok : Universitas Indonesia. (tidak dipublikasikan).

Wong F.W.H. (2009) Chart audit. Journal for Nurses in Staff Development 25(2),
E1–E6.

Yoder-Wise., P.S. (2011). Leading and managing in nursing. 5th ed. St Louis,
Missouri : Mosby, Inc., an affiliate of Elseiver Inc.

Young, G., Zavelina, L.& Hooper, V. (2008). Assessment of workload using


NASA task load index in perianesthesia nursing. Journal of Parianestesia
Nursing, vol 23 no2 (April) 2008; pp 102-110.

Universitas Indonesia
Lampiran 1

PENJELASAN PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)

Kepada Yth :
Calon Responden Teman Sejawat
Di Unit Perawatan Rumah Sakit .

Anda diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui lebih jauh tentang “Hubungan karakteristik dan beban kerja perawat
dengan pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan di unit perawatan
Rumah Sakit”. Peneliti selanjutnya akan memberikan lembar persetujuan dan
akan menjelaskan keterlibatan anda dalam penelitian ini.

Nama saya L.M.Harmain Siswanto. Saya bekerja di BKMM Dinkes Provinsi


NTB, dan sekarang sedang melanjutkan studi S2 di Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia, yang beralamat di Depok, 16424. Saya dapat dihubungi di
nomor Handpone 081315992694. Penelitian ini merupakan bagian dari
persyaratan untuk Program Pendidikan Magister saya di Universitas Indonesia.
Pembimbing saya adalah DR. Rr. Tutik Sri Hariyati, S.Kp., MARS dan
Sukihananto, S.Kep., Ns.,M.Kep dari FIK UI.

Penelitian ini akan melibatkan perawat yang bekerja di unit perawatan Rumah
Sakit yang berjumlah sekitar 55 orang dari 3 ruang perawatan. Keputusan anda
untuk terlibat dalam penelitian ini tidak akan berpengaruh terhadap status
kepegawaian anda di Rumah Sakit tempat anda bekerja. Anda diberikan
kebebasan untuk berpartisipasi dan apabila anda ikut berpartisipasi anda bebas
untuk mengundurkan diri dari penelitian ini kapanpun.
Pengumpulan data akan dilakukan dengan cara pengamatan (observasi) terhadap
seluruh kegiatan perawat (kegiatan keperawatan langsung, kegiatan keperawatan
tidak langsung dan kegiatan non keperawatan) dan lamanya dengan cara
continous observation selama 3 shift atau 24 jam dan pelaksanaan
pendokumentasian asuhan keperawatan di ruangan. Peneliti akan mengamati
perawat melakukan tugasnya dari awal datang dinas sampai pulang dinas, dan
kegiatan ini akan dilakukan dari jarak sekitar 6 meter atau dari jarak tertentu
sampai observer bisa mengetahui kegiatan yang dilakukan perawat dan
menyesuaikan sesuai kondisi ruangan sehingga tidak mengganggu kegiatan
perawat. Pada penelitian ini peneliti akan dibantu oleh mahasiswa S1 keperawatan
sebagai observer. Perawat yang akan diamati ditentukan sesuai dengan jadwal
shift perawat , sehingga semua yang berdinas pada shift itu akan mempunyai
kesempatan yang sama untuk diobservasi. Data yang diperoleh akan sangat
bermanfaat dan direkomendasikan sebagai landasan Rumah Sakit dalam
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.

Peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak akan menimbulkan sesuatu yang
berdampak negatif terhadap teman sejawat maupun rumah sakit. Peneliti sangat
menghargai hak-hak responden dengan cara menjamin kerahasiaan identitas dan
data-data hasil penelitian atau informasi yang saudara berikan akan dijaga
kerahasiaannya. Penyimpanan data-data tersebut selama 5 tahun, setelah itu akan
dimusnahkan dan penggunaannya hanya untuk kepentingan penelitian ini dalam
meningkatkan kualitas pelayanan di rumah sakit. Oleh karena itu, peneliti sangat
mengharapkan partisipasi teman sejawat dalam penelitian ini. Sebagai tanda
setuju mohon kesediaannya menandatangani lembar persetujuan responden di
bawah ini. Atas kesediannya kami ucapkan terimakasih.

Jakarta, April, 2013


Peneliti
TTD
L.M.Harmain Siswanto
Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertandatangan dibawah ini setelah membaca dan memahami


penjelasan tentang penelitian terhadap responden, saya menyatakan bersedia
menjadi responden penelitian yang akan dilakukan oleh mahasiswa Program
Magister Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia dengan judul
“Hubungan Karakteristik dan Beban Kerja Perawat dengan Pelaksanaan
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Unit Perawatan Rumah Sakit ”.

Saya memahami bahwa keikutsertaan saya sebagai responden dalam penelitian ini
bermanfaat bagi peningkatan kualitas pelayanan keperawatan di Rumah Sakit.
Saya mengerti penelitian ini tidak berdampak negatif kepada saya dan karir saya.

Jakarta, April 2013

Tandatangan Responden

(………………………..)
INSTRUMEN PENELITIAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN BEBAN KERJA PERAWAT


DENGAN PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN
KEPERAWATAN DI IRNA RSUD PASAR REBO JAKARTA

Oleh
L.M.Harmain Siswanto
1006833861

PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2013
Lampiran 3

INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen A : Kuesioner Karakteristik Perawat

1. Nama inisial = ……………..

2. Umur = tahun

3. Pendidikan = D3 Keperawatan SI Keperawatan/BSN

4. Lama kerja = tahun

5. Pelatihan dokumentasi = Pernah Tidak pernah


Lampiran 4

Instrumen B : Lembar Observasi Beban Kerja (Continous Observation)

Kode Observer:………………………
Kode Perawat :………………………
Ruang :………………………
Tanggal :………………………
Shift : Pagi / Sore / Malam (coret yang tidak perlu)

No Kegiatan perawat Dimulai Diakhiri Jumlah waktu


(Menit)
1
Lampiran 5

Instrumen C : Lembar Cheklist Pelaksanaan Dokumentasi

Instrumen Studi Dokumentasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan yang


dilakukan Perawat (Modifikasi Instrumen A Depkes)
Ruangan =……………………
No RM =……………………
Tanggal/ Hari =……………………
Petunjuk = Beri tanda (√) bila kegiatan Ya atau Tidak dilakukan

No
Standar Asuhan Keperawatan Ya Tidak
Ket
Pengkajian
1 Data hasil pengkajian dicatat sesuai dengan pedoman
yang ada diruangan
2 Data dikelompokkan bio-psiko-sosio-spiritual ke
dalam format dokumentasi
3 Data pasien dikaji sejak pasien masuk sampai pulang
4 Masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan antara
kondisi klien dengan keadaan normal
Diagnosa Keperawatan
5 Diagnosa keperawatan disusun berdasarkan masalah
6 Diagnosa keperawatan mencerminkan PE/PES
7 Merumuskan diagnosa keperawatan aktual/potensial
sesuai hasil pengkajian
8 Merumuskan prioritas diagnosa keperawatan
Perencanaan Keperawatan
9 Perencanaan disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan
10 Rumusan tujuan mengandung komponen
pasien/subjek, perubahan perilaku, dapat dicapai,
diukur dan terdapat kriteria waktu
11 Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan
kalimat perintah, terinci dan jelas
12 Rencana keperawatan menggambarkan dibuat
bersama pasien atau keluarga
13 Rencana tindakan menggambarkan kerja sama /
kolaborasi dengan tim kesehatan lain
Tindakan keperawatan
14 Tindakan keperawatan yang dilaksanakan mengacu
pada rencanan perawatan yang telah disusun
15 Perawat mengobservasi respon pasien (subjektif dan
objektif ) terhadap tindakan keperawatan
16 Revisi tindakan berdasarkan evaluasi dilihat dari P
(prencanaan)

17 Semua tindakan yang dilaksanakan dicatat dengan


ringkas dan jelas
Evaluasi
18 Evaluasi mengacu pada tujuan atau resume
19 Hasil evaluasi dicatat dilihat di resume atau SOAP
Catatan perkembangan
20 Menulis catatan pada format yang baku
21 Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas dan
menggunkan istilah yang baku dan benar
22 Setiap melakukan tindakan perawat mencantumkan
paraf/ nama jelas, tanggal serta jam dilakukan.
23 Tidak men tip-ex dokumentasi atau menghitamkan
kesalahan dalam pendokumentasian
24 Tidak ada ruang kosong yang tersisa pada
dokumentasi proses pendokumentasian yang dibuat

Catatan
……………………………………………………………………………….
Nilai yang diperoleh :…………………………….
Total penjumlahan seluruh aspek
Nilai : ---------------------------------------------------- X 100%
Jumlah berkas x Jumlah aspek yang dinilai
Lampiran 6

Format Rekapitulasi Hasil Pengamatan


Shift Pagi Shift Sore Shift Malam Ket
Kegiatan Kegiatan Kegiatan
Kode Keperawatan Keperawatan Non Keperawatan Keperawatan Non Keperawatan Keperawatan Non
Responden langsung tidak langsung Keperawatan Langsung tidak Langsung Keperawatan Langsung tidak Langsung Keperawatan
Jmlh Wkt Jmlh Wkt Jmlh Wkt Jmlh Wkt Jmlh Wkt Jmlh Wkt Jmlh Wkt Jmlh Wkt Jmlh Wkt
HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN
DI IRNA RSUD PASAR REBO JAKARTA

Lampiran 7

Hasil Uji Kappa antara Numerator dengan Peneliti

Peneliti Kode Koefisien P Ket


Numerator Kappa value
1 A 1000 0,001

2 B 0,800 0,005

3 C 0,333 0,121 Tidak bermakna

4 D 1000 0,001

5 E 1000 0,001

6 F 1000 0,001

7 G 0,657 0,023

8 H 0,625 0,030

9 I 0,635 0,018

10 J 0,667 0,016

11 K 0,526 0,038

12 L 0,167 0,558 Tidak bermakna

Ket : α = 0,05

P value < 0,05 = tidak ada perbedaan persepsi antara peneliti dengan numerator

P value >0,05 = ada perbedaan persepsi antara numerator dan peneliti


Lampiran 8

Matrik Kegiatan Penelitian di Ruang Umum RSUD Pasar Rebo


Jakarta (April-Mei 2013)
Shift Keterangan
Tgl
Pagi Sore Malam
(April)
KO KP KO KP KO KP
22 A 5, 6 A 2, 7 K 9, 13 KO : Kode Observer
C 12,15 KP : Kode Perawat
23 A 4, 14 B 3, 5 G 2, 7
Kode Observer :
D 8, 10
24 A 1 A 6, 15 P 8, 10 A = L.M.HS/peneliti
B = H. N
25 A 9, 11 D 4, 14 F 3, 5 C = M. K
C 12 D = J.E.P
E = Y. J.S
26 A 7, 13 A 1, 11 D 6, 15 F = P. D
G = I. P.
27 A 2, 8 A 9, 13 I 4, 14 H = A. F.
E 10, 3 J 12 I= T. M
28 C 1, 11 J = I. S
K = F.N

29 A 2, 9 C 3, 6 I 10, 14
D 11, 17 B 7, 11 E 1
30 A 5, 6 A 2, 4 B 8, 16
F 15,18 H 11
1 A 1, 14 K 9, 17 G 3, 7
(mei) I 13, 10 J 4, 15
2 E 18,12 B 13
3 A 8, 16 A 1, 10 F 2, 5
B 12, 13 H 9, 17
4 A 3, 7 A 8, 14 E 6, 12
G 4, 15 J 5, 16 K 18

6 A 3,4 A 2,5 K 1,6


F 11, 13 G 7,9
7 A 2, 12 H 3,4 D 5 , 11
J 10 I 14 , J 13,
8 A 8,9 B 10 , 1 C 2,4

9 A 1,6 J 8,9 F 12 ,

10 A 7, E 3

11 A 5 , 11 A 6,7 C 8 , 10
K 13 G 12,
Lampiran 9

Kegiatan Keperawatan Langsung Perawat


1. Memberkan obat injeksi per infuse 47. Memonitor cairan residu lambung
2. Memberikan obat injeksi SC 48. Melakukan huknah dengan obat
3. Memberikan obat injeksi IV 49. Memberikan kompres hangat
4. Memberikan obat oral 50. Melkukan tirah baring
5. Memberikan obat suppositoria 51. Mengantar klien ke kamar operasi
6. Memberikan obat syrup 52. Menjemput klien dari kamar operasi
7. Memberikan obat melalui inhalasi 53. Mengantar klien ke ICU
8. Melakukan skin test 54. Menjemput klien dari CVCU
9. Memperbaiki infuse 55. Mengukur tingkat kesadaran pasien
10. Melepas infuse 56. Mengajarkan tehnik nafas dalam
11. Memasang infuse 57. Mengambil darah vena
12. Melakukan perawatan infuse 58. Mengambil darah arteri
13. Memasang NGT 59. Memonitor pemberian transfuse darah
14. Melepas NGT 60. Mengecek GDS
15. Melakukan perawatan NGT 61. Menyiapkan pasien pulang
16. Meberi makan melalui NGT 62. Menjelaskan pasien pulang
17. Mengganti balutan luka 63. Menjelaskan aturan minum obat
18. Merawat luka 64. Menjelaskan klien jadwal kontrol
19. Memonitor cairan infuse 65. Memasang syring pump
20. Mengganti cairan infuse 66. Melakukan RJP
21. Memasang DC 67. Melakukan baging
22. Melepas DC 68. Memonitor cairan residu lambung
23. Melakukan perawatan DC 69. Pengkajian sistem pernapasan
24. Memonitor urin output 70. Pengkajian sistem endokrin
25. Memberikan oksigen 71. Pengkajian sistem kardiovaskuler
26. Memonitor pemberian oksigen 72. Pengkajian sistem hematologi
27. Memasang EKG 73. Pengkajian sistem neurologi
28. Melakukan pemeriksaan EKG 74. Pengkajian sistem pencernaan
29. Vulva hygine 75. Pengkajian sistem musculoskeletal
30. Oral hygine 76. Pengkajian sistem integumen
31. Membantu klien BAB
32. Membantu klien BAK
33. Mengkaji kondisi klien
34. Memberikan pendidikan kes.
35. Melakukan pengkajian
36. Mengorientasikan pasien baru
37. Mengukur tekanan darah klien
38. Mengukur suhu klien
39. Mengukur respirasi klien
40. Mngukur nadi klien
41. Melakukan pemeriksaan fisik
42. Mengatur posisi tidur klien
43. Melatih batuk efektif
44. Melakukan fisioterafi dada
45. Mengukur intake cairan
46. Menukur output cairan
Lampiran 9

Kegiatan Keperawatan Tidak Langsung Perawat


1. Mengecek status klien 46. Konsul ke dokter via telpon
2. Menyiapkan obat di troli 47. Menerima dan menelpon IGD,
3. Pre conferens Ruang lain, Kamar operasi, ruang
4. Post conferens HD, poli, CVCU, ruang Gizi
5. Ronde keperawatan 48. Konfirmasi pembiayaan klien
6. Perbeden/ bed making 49. Konfirmasi nutrisi klien
7. Mencuci instrumen 50. Menyiapkan alat syring pump
8. Membersihkan alat/ instrumen 51. Menyiapkan set inpus
9. Menyiapkan obat injeksi 52. Mencatat data pasien baru
10. Mengoplos obat 53. Diskusikan jadwal dinas
11. Menyiapkan obat oral 54. Mengantar klien ke ambulance
12. Menyiapkan obat inhalasi 55. Mengambil hasil lab
13. Menyiapkan obat syrup 56. Mengantar specimen lab.
14. Menyiapkan cairan infuse 57. Mengambil hasil rontgen
15. Mendokumentasikan kardek obat 58. Mengambil obat ke depo apotek
16. Menghitung sisa obat 59. Mengantar obat ke depo apotek
17. Mengecek obat emergensi 60.
18. Mendok. Pemberian oksigen
19. Mendok. Pemberian cairan
20. Mendok. Urin output
21. Mendok. Residu lambung
22. Mengajarkan cara memasang infuse
23. Merapikan instrumen dan sisa obat
24. Membersihkan troli obat
25. Mendok. Pengkajian askep
26. Membuat diagnosa keperawtan
27. Mendok. Diagnosa keperawatan
28. Membuat rencata tindakan
29. Mendok. Implementasi kep.
30. Mendok. Evaluasi kep
31. Mendok. Hasil hasil laboratorium
32. Mendok. Hasil rontgen
33. Menemani dokter visite
34. Menyiapkan status klien
35. Merapikan status klien
36. Mendok. Catatan perkembangan
37. Membuat laporan jaga
38. Mendiskusikan jadwal dinas
39. Membuat surat keterangan kontrol
40. Mengajarkan dokumentasi askep
41. Menyiapkan klien untuk ujian
mahsiswa
42. Menguji mahasiswa keperawatan
43. Menelpon ruangan lain tentang pasien
44. Menelpon IGD
45. Menelpon kamar operasi.
Lampiran 9

Kegiatan Non Keperawatan


1. Ganti baju
2. Makan besar
3. Makan snake
4. Minum
5. Ngobrol di ners station
6. Ngobrol di ruangan perawat
7. Duduk-duduk di ners station
8. Menonton televisi
9. Membaca majalah
10. Membaca Koran
11. Mengisi TTS
12. Solat
13. Kekamar mandi
14. Mandi
15. Ke toilet
16. Duduk di pantry
17. Ngobrol di pantry
18. Mengerjakan contoh soal CPNS
19. Datang lebih awal
20. Menelpon kantin
21. Menulis SMS
22. Menelpon keluarga / teman
23. Main game di Handpone
24. Main game di tab.
25. Main game di komputer
26. Tidur
27. Memberikan resep ke pasien
28. Merapikan ruangan perawat
29. Membereskan kasur
30. Mencuci muka
31. Main gadget
32. Membuka facebook digadget
33. Kontrol kehamilan ke poli
34. Mengecek AC ruangan
35. Mengambil selimut
36. Pergi ke Bank
37. Pergi ke ATM
38. Membeli makan ke warung
Lampiran 10

10 Kegiatan Perawat dengan Waktu Terlama Setiap Shift

No Shift Pagi Shift Sore Shift Malam


1 Pre dan post Pre dan post conference Istirahat tidur
conference
2 Medikasi Medikasi Duduk di ners station
3 Mengukur Vital Sign Mengantar Rontgen dan Nonton televisi
dan pengkajian mengambil hasil
4 Mengantar Rontgen Memasang dan perawatan Pre dan post
dan mengambil hasil infuse conference
5 Mengantar dan Mengantar dan Vital sign dan
Menjemput pasien ke mengambil hasil lab pengkajian
kamar operasi
6 Menyiapkan Obat Menyiapkan obat Pasang, ganti dan
Memonitor cairan
infus
7 Mengambil dan Vital sign Pendokumentasian
mengantar hasil lab kardek obat
8 Memasang dan Pendokumentasian kardek Menyiapkan obat
merawat infuse obat dan Askep
9 Pendidikan kesehatan Pendidikan kesehatan ke Medikasi
ke pasien dan keluarga pasien dan keluarga
10 Menemani visite Ronde Keperawatan Dokumentasi askep
dokter
Lampiran 14

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : L.M.Harmain Siswanto


Tempat Tanggal Lahir : Sakra, Lombok Timur, 9 Mei 1983
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : PNS di BKMM Dinkes Provinsi NTB
Alamat Kantor : Jln Selaparang no 40 A Cakranegara Mataram
NTB
Telpon Kantor : (0370) 629388
Alamat Rumah : Jln Narmada Raya Blok G-04 Perumahan Sandik
Baru kecamatan Batu layar Lombok Barat NTB
Hanphone : 081315992694
E-mail : lalu_siswanto@yahoo.com

Riwayat Pendidikan

S2 Magister Ilmu Keperawatan FIK-UI Tingkat Akhir (2013)


S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Lulus 2006
SMAN 1 Selong Lombok Timur NTB Lulus 2001
SMPN 1 Sakra Lombok Timur NTB Lulus 1998
SDN 4 Sakra Lombok Timur NTB Lulus 1995

Riwayat Pekerjaan
Perawat pada Balai Kesehatan Mata Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi NTB
2006- sekarang
HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN
Lampiran 15
DI IRNA RSUD PASAR REBO JAKARTA

Matrik Waktu dan Kegiatan Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan Pebruari Maret April Mei Juni Juli


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan proposal
2. Ujian proposal
3. Revisi proposal
4. Uji etik dan perizinan
5. Persiapan pengambilan data
• Rekrut numerator
• Melatih numerator
• Uji inter rater reliability
6. Proses pengambilan data
7. Analisa data
8. Penulisan laporan tesis
9. Ujian hasil penelitian
10. Perbaikan tesis
11. Sidang tesis
12. Pengumpulan tesis

Anda mungkin juga menyukai