Anda di halaman 1dari 50

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DENGAN STATUS

AKREDITASI PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT


(PUSKESMAS) DI PUSKESMAS
KABUPATEN BANTUL

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

DAMAYANTI
2213023

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2017

i
ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
berkah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul
“Hubungan Motivasi Kerja Perawat Dengan Status Akreditasi Puskesmas Di
Puskesmas Kabupaten Bantul”.
Penelitian ini telah dapat diselesaikan, atas bimbingan, arahan, dan bantuan
berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebukan satu persatu, dan pada
kesempatan ini penulis dengan rendah hati mengucapkan terima kasih dengan
setulus-tulusnya kepada :
1. Kuswanto Hardjo, dr., M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
2. Tetra Saktika Adinugraha, M.Kep., Sp.Kep., MB selaku Ketua Program
Studi Ilmu Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
3. Deby Zulkarnain Rahadian Syah, S.Kep., Ns., MMR selaku dosen
Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan
masukan kepada penulis dalam penyusunan skripsi.
4. Rahayu Iskandar S.Kep., Ns., M.Kep sebagai dosen penguji usulan
penelitian yang telah banyak memberikan masukan pada skripsi ini.
5. Seluruh Dosen & Karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal
Achmad Yani Yogyakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan.
6. Kepala Puskesmas Jetis I, Puskesmas Pundong, Puskesmas Pleret,
Puskesmas Pajangan Kabupaten Bantul yang telah memberikan
kesempatan untuk melakukan penelitian ini.
7. Responden yang telah membantu dan berpartisipasi dalam penelitian ini.
8. Bapak, Ibu, Kakak, dan seluruh keluarga yang telah memberikan
limpahan cinta, do’a dan semangat kepada penulis.
9. Semua sahabatku tercinta di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal
Achmad Yani Yogyakarta yang telah memberikan do’a, dorongan, dan
motivasi hingga terselesaikannya skripsi ini.

iv
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya,
atas segala amal kebaikan dan bantuannya. Akhirnya besar harapan penulis
semoga skripsi ini bermanfaat bagi banyak pihak.

Yogyakarta, September 2017


Penulis

(Damayanti)

v
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ……………………..………………………………….. i
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………… ii
HALAMAN PERNYATAAN ……………………………………………… iii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. iv
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… vi
DAFTAR TABEL …………………………………………………………… vii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………... viii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………… ix
INTISARI ……………………………………………………………………. x
ABSTRACT ………………………………………………………………….. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………….. 4
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………... 4
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………. 4
E. Keaslian Penelitian ………………………………………………. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Motivasi Kerja .…………………………………………………… 8
B. Puskesmas …....…………………………………………………... 17
C. Akreditasi Puskesmas ……………………………………………. 21
D. Kerangka Teori …………….…………………………………….. 25
E. Kerangka Konsep ………………………………………………… 26
F. Hipotesis …………………………………………………………. 26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .………………………………… 27
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ….…………………………………. 27
C. Populasi dan Sampel …………………………………………….. 28
D. Variabel Penelitian ……………………………………………… 29
E. Definisi Operasional …………………………………………….. 30
F. Alat dan Metode Pengumpulan Data …………………………… 30
G. Validitas dan Reliabilitas ………………………………………… 32
H. Metode Pengolahan Data dan Analisa Data ……………………… 34
I. Etika Penelitian ………………………………………………….. 37
J. Pelaksanaan Penelitian …………………………………………… 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Hasil Penelitian ………………………………………………….. 41
B. Pembahasan ……………………………………………………… 52
C. Keterbatasan Penelitian ………………………………………….. 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .…………………………………………………….. 59
B. Saran .…………………………………………………………….. 59
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 3.1 Definsi Operasional ……………………………………………… 30


Tabel 3.2 Kisi-kisi Motivasi Kerja …………………....……………………. 31
Tabel 3.3 Keeratan Hubungan …………………..…………………………... 37
Tabel 3.4 Karakteristik Perawat di Puskesmas Jetis I ……………………….. 43
Tabel 3.5 Karakteristik Perawat di Puskesmas Pundong …………….………. 44
Tabel 3.6 Karakteristik Perawat di Puskesmas Pleret ……………………….. 45
Tabel 3.7 Karakteristik Perawat di Puskesmas Pajangan ……………………. 46
Tabel 3.8 Motivasi Kerja Perawat di Puskesmas Jetis I …………………….. 47
Tabel 3.9 Motivasi Kerja Perawat di Puskesmas Pundong ………………… 47
Tabel 3.10 Motivasi Kerja Perawat di Puskesmas Pleret ……………………. 48
Tabel 3.11 Motivasi Kerja Perawat di Puskesmas Pajangan ………………… 48
Tabel 3.12 Tabulasi silang karakteristik motivasi kerja perawat ……………. 49
Tabel 3.13 Tabulasi silang karakteristik status akreditasi puskesmas .…...…. 50
Tabel 3.14 Tabulasi silang Status Akreditasi Puskesmas ……………..……… 51
Tabel 3.15 Tabulasi silang dan Uji Statistik …………………………..……… 51

vii
DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1 Kerangka Teori …...…………………………………………….. 25


Gambar 2.2 Kerangka Konsep ……………………………………………….. 26

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan Penelitian


Lampiran 2 Lembar Informed Consent
Lampiran 3 Kuesioner Motivasi Kerja Perawat
Lampiran 4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Lampiran 5 Hasil Penelitian
Lampiran 6 Surat Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 7 Surat Izin Uji Validitas
Lampiran 8 Surat Izin Penelitian
Lampiran 9 Surat Persetujuan Etika Penelitian
Lampiran 10 Sertifikat Akreditasi Puskesmas
Lampiran 11 Jadwal Bimbingan Skripsi

ix
HUBUNGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DENGAN STATUS
AKREDITASI PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT
(PUSKESMAS) DI PUSKESMAS
KABUPATEN BANTUL

Damayanti1, Deby Zulkarnain Rahadian Syah2

INTISARI

Latar Belakang: Pelayanan kesehatan menjadi hal yang penting dalam suatu
organisasi kesehatan, peningkatan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan
pelayanan kesehatan mendorong setiap organisasi untuk sadar dalam memberikan
pelayanan kepada pengguna jasa pelayanan kesehatan. Menghadapi era globalisasi
saat ini Puskesmas perlu dilakukan mekanisme akreditasi yang wajib secara
berkala paling sedikit tiga tahun sekali untuk peningkatan pelayanan kesehatan.
Suatu pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh motivasi kerja perawat yang
baik akan memberikan kinerja yang baik. Suatu kinerja yang akan berdampak
pada peningkatan pelayanan sehingga dapat mempengaruhi peningkatan akreditasi
Puskesmas.
Tujuan Penelitian: mengetahui hubungan motivasi kerja perawat dengan status
akreditasi Puskesmas.
Metode Penelitian: Jenis penelitian kuantitatif dengan rancangan cross-sectional.
Sampel tempat penelitian dengan teknik purposive sampling yaitu Puskesmas
Jetis I, Puskesmas Pleret, Puskesmas Pondong, dan Puskesmas Pajangan. Sampel
responden dengan teknik total sampling yaitu seluruh perawat di Puskesmas
dengan jumlah 34 perawat.instrumen penelitian ini adalah kuesioner motivasi
kerja perawat. Hasil penelitian dianalisis dengan uji somers’d.
Hasil Penelitian: Motivasi kerja perawat mayoritas pada kategori baik sebanyak
10 perawat (29,4%) dengan status akreditasi Puskesmas baik. Hasil uji Somers’d
diperoleh p-value=(0,399)>0,05 yang artinya bahwa tidak ada hubungan motivasi
kerja perawat dengan status akreditasi Puskesmas.
Kesimpulan: tidak terdapat hubungan antara motivasi kerja perawat dengan
status akreditasi Puskesmas di Puskesmas Kabupaten Bantul.

Kata kunci: motivasi kerja perawat, status akreditasi Puskesmas

_______________________
1Mahasiswa Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
2Dosen Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

x
THE CORRELATION BETWEEN WORKING MOTIVATION OF
NURSES AND ACCREDITATION STATUS OF COMMUNITY
HEALTH CENTER OF BANTUL

Damayanti1, Deby Zulkarnain Rahadian Syah2

ABSTRACT
Background : Health service becomes essential in a health organization. The
higher awareness of society about health and health service encourages each
organization to be more concerned in providing service to the health service users.
The current globalization era urges community health center to implement
periodic and compulsory accreditation mechanism at least once in every 3 years to
realize health service enhancement. Health service is primarily influenced by
positive working motivation of nurses which leads to proper performance. A
performance will be influential to health service improvement which is an aspect
of accreditation status improvement of a community health center.
Objective : To identify The Correlation between Working Motivation of Nurdes
and Accreditation Status of Community Health Center.
Method : This was a quantitative study with cross sectional design. Samples of
study location were selected through purposive sampling technique such as Jetis I,
Pleret, Pundong, and Pajangan community health center. Samples of respondents
were selected through total sampling technique which were all nurses in
community health center as many as 34 nurses. Instruments in this study were
questionnairres about working motivation of nurses. The result of the study was
analyzed with Somers'd test.
Result : Working motivation of nurses was mostly in positive category as many
as 10 nurses (29,4%) with good accreditation status of community health center.
The result of Somers'd test figured out p value of 0,399 > 0,05 which indicated
that there was no correlation between working motivation of nurses and
accreditation status of community health center.
Conclusion : There was no correlation between working motivation of nurses and
accreditation status of community health center of Bantul.

Keywords : Working Motivation of Nurses, Accreditation Status of Community


Health Center.

_______________________
1A student of S1 Nursing Study Program in Jenderal Achmad Yani School of
Health Science of Yogyakarta
2A counseling lecturer of S1 Nursing Study Program in Jenderal Achmad Yani
School of Health Science of Yogyakarta

xi
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari


pembangunan nasional, tujuannya yaitu untuk meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut, diselenggarakan
berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu (Permenkes,
2015).
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128 menyatakan bahwa Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Departemen Kesehatan, 2004).
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan
lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes
Nomor 46 Tahun 2015). Puskesmas termasuk sebagai sarana penyelenggara
upaya kesehatan primer, yaitu dimana terjadi kontak pertama masyarakat dengan
pelayanan kesehatan (Hartono, 2010).
Untuk menjamin pelayanan kesehatan, perbaikan mutu, peningkatan
kinerja dan penerapan manajemen risiko dilaksanakan secara berkesinambungan
di Puskesmas, maka perlu dilakukan penilaian oleh pihak eksternal dengan
menggunakan standar yang ditetapkan yaitu melalui mekanisme akreditasi.
Puskesmas wajib untuk diakreditasi secara berkala paling sedikit tiga tahun sekali,
akreditasi juga merupakan salah satu persyaratan kredensial sebagai fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bekerja sama dengan BPJS (Permenkes
Nomor 46 Tahun 2015).
Menurut Permenkes Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Pasal 1
Ayat 8, Akreditasi Puskesmas adalah pengakuan terhadap Puskesmas yang

1
2

diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh


Menteri Kesehatan setelah dinilai bahwa Puskesmas telah memenuhi standar
pelayanan Puskesmas yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan untuk
meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas. Tujuan Akreditasi Puskesmas yaitu
untuk pembinaan peningkatan mutu dan kinerja melalui perbaikan terhadap sistem
manajemen. Sistem manajemen mutu, sistem penyelenggaraan pelayanan,
program dan penerapan manajemen resiko bukan sekedar suatu penilaian untuk
mendapatkan sertifikat akreditasi, akan tetapi diharapkan Puskesmas mampu
meningkatkan mutu pelayanannya agar masyarakat dapat memperoleh pelayanan
kesehatan dengan mudah dan berkualitas, yaitu dengan menggunakan sistem
keselamatan, hak pasien, keluarga dan juga memperhatikan hak petugas. Sehingga
tujuan pemerintah untuk menyehatkan seluruh masyarakat dapat terwujud. Prinsip
ini ditegakkan untuk meningkatkan kualitas dan juga pelayanan kesehatan
(Permenkes Nomor 46 Tahun 2015).
Pelayanan kesehatan menjadi hal yang paling penting dalam suatu
organisasi kesehatan, peningkatan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan
pelayanan kesehatan mendorong setiap organisasi untuk sadar dalam memberikan
pelayanan kepada pengguna jasa pelayanan kesehatan (Herlambang, 2016). Jasa
pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh perilaku dan juga motivasi. Motivasi
merupakan karakteristik psikologis manusia yang memberi dorongan pada tingkat
komitmen seseorang dalam melaksanakan tugas (Suarli dan Bahtiar, 2015).
Motivasi kerja adalah salah satu faktor yang turut menentukan kinerja
seseorang. Besar atau kecilnya pengaruh motivasi pada kinerja seseorang
tergantung pada seberapa banyak intensitas motivasi yang diberikan (Uno, 2016).
Kemampuan melaksanan tugas merupakan penilaian kinerja seseorang, namun
tanpa dukungan suatu kemauan dan motivasi, tugas tidak akan terselesaikan.
Apabila tugas sudah dilaksanakan dengan baik, maka seseorang tersebut akan
mendapat kepuasan tersendiri. Kepuasan tersebut didapatkan dengan memberikan
suatu penghargaan yang telah dicapai, baik fisik maupun psikis (Nursalam, 2007).
Menurut penelitian Mira, dkk (2014) dengan judul “Hubungan motivasi
perawat dengan pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang
3

rawat inap RSUD Pasar Rebo”, terdapat hubungan yang bermakna antara motivasi
intrinsik perawat pelaksana dengan pelaksanaan pendokumentasian asuhan
keperawatan diruang rawat inap RSUD Pasar Rebo dengan nilai ρ = 0.043, dan
terdapat hubungan yang bermakna antara motivasi ekstrinsik perawat pelaksana
dengan pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan diruang rawat inap
RSUD Pasar Rebo dengan nilai ρ = 0.007. Sedangkan menurut penelitian
Setiyaningsih, Y, dkk. (2013) dengan judul “Hubungan motivasi dengan kinerja
perawat di ruang rawat inap RSUD Ungaran”, terdapat hubungan antara motivasi
dengan kinerja perawat pelaksana (ρ = 0,000).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Dinas Kesehatan
Kabupaten Bantul pada tanggal 16 Desember 2016, didapatkan data bahwa
terdapat 12 Puskesmas yang sudah terakreditasi dari 27 Puskesmas yang ada di
Kabupaten Bantul. Pada Akreditasi Dasar terdapat 2 Puskesmas yaitu Puskesmas
Jetis I dan Puskesmas Jetis II. Akreditasi Madya terdapat 6 Puskesmas, yaitu
Puskesmas Srandakan, Puskesmas Sanden, Puskesmas Pundong, Puskesmas
Bantul I, Puskesmas Imogiri I, Puskesmas Bambanglipuro. Akreditasi Utama
terdapat 3 Puskesmas, yaitu Puskesmas Piyungan, Puskesmas Pleret, Puskesmas
Banguntapan, sedangkan untuk Akreditasi Paripurna yaitu Puskesmas Pajangan.
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan disalah satu Puskesmas yang
sudah terakreditasi Madya yaitu Puskesmas Bambanglipuro pada tanggal 19
Januari 2017, terlihat perbedaan dalam pelayanan yang diberikan kepada pasien
dan juga didapatkan hasil wawancara dengan 3 perawat di Puskesmas
Bambanglipuro mengenai motivasi kerja perawat. Dari tiga perawat
mengungkapkan bahwa mereka belum ada peningkatan yang signifikan mengenai
motivasi kerja setelah Akreditasi, mengenai pekerjaan menurut 3 perawat,
pekerjaan menjadi lebih banyak, dan juga mereka mengungkapkan bahwa mereka
merasa kejenuhan dalam pekerjaan, selain itu mereka mengungkapkan pimpinan
yang jarang ditempat untuk memotivasi mereka.
Dari hasil data di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Hubungan Motivasi Kerja Perawat Dengan Status Akreditasi Puskesmas Di
Puskesmas Kabupaten Bantul”
4

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah penelitian ini adalah
“Adakah Hubungan Motivasi Kerja Perawat Dengan Status Akreditasi Puskesmas
Di Puskesmas Kabupaten Bantul?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui hubungan motivasi kerja perawat dengan Akreditasi
Puskesmas Dasar, Madya, Utama, Paripurna di Puskesmas Jetis I, Puskesmas
Pundong, Puskesmas Pleret, dan Puskesmas Pajangan Kabupaten Bantul.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui gambaran motivasi kerja perawat di Puskesmas Jetis I
b. Diketahui gambaran motivasi kerja perawat di Puskesmas Pundong
c. Diketahui gambaran motivasi kerja perawat di Puskesmas Pleret
d. Diketahui gambaran motivasi kerja perawat di Puskesmas Pajangan
e. Diketahui keeratan hubungan motivasi kerja perawat dengan Status
Akreditasi Puskesmas di Puskesmas Jetis I, Puskesmas Pundong,
Puskesmas Pleret dan Puskesmas Pajangan

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi Puskesmas


Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi puskesmas untuk
meningkatkan motivasi kerja perawat dengan baik.
2. Manfaat bagi perawat
Hasil penelitian ini memberikan gambaran bagi perawat dalam meningkatkan
motivasi kerja
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber untuk penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan akreditasi dan motivasi kerja perawat.
5

E. Keaslian Penelitian
1. Mira, B, dkk (2014) dengan judul “Hubungan motivasi perawat dengan
pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap
RSUD Pasar Rebo”. Tujuan untuk melihat hubungan motivasi perawat
pelaksana dengan pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan
diruang rawat inap RSUD Pasar Rebo. Penelitian ini menggunakan desain
observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam
penelitian adalah perawat pelaksana yang bertugas diruang rawat inap RSUD
Pasar Rebo yang meliputi 4 ruang rawat inap dengan 80 perawat pelaksana
sebagai responden, dengan tekhnik pengambilan sampel proportional random
sampling. Data dikumpulkan melalui studi dokumentasi yang ditulis oleh
responden dengan cara menilai aspek pengkajian, diagnosa, perencanaan,
tindakan, evaluasi, dan catatan asuhan keperawatan. Hasil uji statistik bivariat
chi-square menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara motivasi
dengan pendokumentasian (ρ =0.004). Terdapat hubungan yang bermakna
antara motivasi intrinsik perawat pelaksana dengan pelaksanaan
pendokumentasian asuhan keperawatan diruang rawat inap RSUD Pasar Rebo
dengan nilai ρ = 0.043, dan terdapat hubungan yang bermakna antara
motivasi ekstrinsik perawat pelaksana dengan pelaksanaan pendokumentasian
asuhan keperawatan diruang rawat inap RSUD Pasar Rebo dengan nilai ρ =
0.007. Persamaan penelitian ini adalah variabel bebas yaitu motivasi kerja
perawat. Perbedaan dengan penelitian ini adalah uji statistiknya yaitu
menggunakan Sommer’s, sampel menggunakan total sampling, tempat, waktu
dan responden.
2. Zenah, S, N (2014) dengan judul “Hubungan pemberian insentif dengan
motivasi kerja perawat ruang rawat inap kelas III RSUD Inche Abdul Moeis
Samarinda”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
insentif dengan motivasi kerja perawat ruang rawat inap kelas III RSUP I.A
Moeis Samarinda. Metode penelitian ini adalah assosiatif atau penelitian untuk
mengetahui hubungan dua variabel atau lebih. Populasi yang diambil dalam
penelitian ini menggunakan metode sensus dengan mengambil data dari
6

keseluruhan perawat ruang rawat inap kelas III ruang Karang Asam yang
berjumlah 31 orang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu
penelitian kepustaka dan penelitian lapangan. Alat pengukur data
menggunakan skala likert. Analisis data yang digunakan adalah korelasi
koefisien Rank Sperman (ϓs). Kesimpulan berdasarkan analisis data dan
pengujian hipotesis diketahui bahwa kedua variabel yaitu insentif (X) dan
motivasi kerja (Y) memperoleh nilai empiris 0,981 sedangkanharga ϓs tabel
untuk jumlah responden 31 adalah sebesar 0,356 dengan tingkat signifikasi
0,05 (test dua sisi). Sehingga terlihat bahwa harga empiris lebih besardari pada
harga ϓs tabel yakni 0,981 > 0,356 maka Ha diterima dan Ho ditolak,artinya
terdapat hubungan positif antara pemberian insentif dengan motivasikerja
perawat ruang rawat inap kelas III RSUD I.A Moeis Samarinda. Persamaan
penelitian ini adalah variabel terikat yaitu motivasi kerja perawat, metode
yaitu pendekatan kuantitatif, pengambilan data menggunakan kuesioner.
Perbedaan dengan penelitian saya adalah uji statistiknya yaitu menggunakan
Sommer’s, tempat, waktu dan responden.
3. Setiyaningsih, Y, dkk. (2013) dengan judul “Hubungan motivasi dengan
kinerja perawat di ruang rawat inap RSUD Ungaran”. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan motivasi kerja perawat terdahap kinerja
perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran dan mengidentifikasi
karakteristik perawat di RSUD Ungaran (umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, dan lamanya bekerja). Desain penelitian ini menggunakan cross
sectional, jumlah sampel 66 responden dengan teknik total sampling.
Instrumen penelitian ini berupa kuesioner dan lembar checklist. Prosedur
pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari prosedur administratif dan
prosedur teknis. Hasil analisa univariat menunjukkan karakteristik perawat
pelaksana di ruang rawat inap RSUD Ungaran paling banyak meliputi usia ≥
32 tahun 40 orang (60,6%), berjenis kelamin perempuan 55 orang (83,3%),
berpendidikan D3 Keperawatan 63 orang (95,5%) dengan lamanya bekerja ≥ 5
tahun 38 orang (57,6%), untuk motivasi perawat yang dipersepsikan oleh
perawat (61%) mempersepsikan baik dan kinerja perawat pelaksana (43,9%)
7

mempersepsikan baik. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada


hubungan antara umur (p=1,000), jenis kelamin (p=1,000), pendidikan
(p=1,000), dan lamanya kerja (p=0,366) dengan kinerja perawat pelaksana,
ada hubungan motivasi dengan kinerja perawat pelaksana (p=0,000).
Persamaan penelitian ini adalah variabel bebas yaitu motivasi kerja perawat,
metode yaitu pendekatan kuantitatif, pengambilan data menggunakan
kuesioner. Perbedaan dengan penelitian saya adalah uji statistiknya yaitu
menggunakan Sommer’s, tempat, waktu dan responden.
42

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada empat Puskesmas terakreditasi di
Kabupaten Bantul. Empat Puskesmas tersebut antara lain yaitu, Puskesmas
Jetis I, Puskesmas Pundong, Puskesmas Pleret, dan Puskesmas Pajangan.
a. Puskesmas Jetis I
Kecamatan Jetis merupakan salah satu dari 17 Kecamatan yang ada
di Kabupaten Bantul. Kecamatan Jetis terdiri dari 4 Desa yaitu Patalan,
Canden, Sumberagung dan Trimulyo. Puskesmas Jetis I terletak di Desa
Trimulyo dengan wilayah kerja 2 desa yaitu Desa Sumberagung dan Desa
Trimulyo. Puskesmas Jetis I Bantul memiliki pelayanan rawat jalan, rawat
inap dan pelayanan rawat darurat 24 jam. Pelayanan rawat inap
Puskesmas Jetis I sejak bulan November 2007 sudah mulai
dioperasionalkan, sedangkan kegiatan Yandu dilaksanakan oleh kader
yandu masing-masing dan pemantauannya diserahkan oleh petugas
masing-masing.Kegiatan di Puskesmas Jetis I Bantul antara lain :
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Upaya Peningkatan Gizi, Promosi
Kesehatan, Imunisasi, Kesehatan Lingkungan, Upaya Pengobatan,
Pemberantasan Penyakit Menular, Laboratorium Penunjang, Kegiatan
Perawatan Kesehatan Masyarakat dan Upaya Kesehatan Sekolah (UKS).
Di Puskesmas Jetis I setiap satu tahun sekali melakukan evaluasi
seluruh karyawan termasuk dengan perawatnya. Salah satunya evaluasi
tentang kinerja, pelayanan yang telah diberikan oleh seluruh pasien
maupun tentang motivasi yang dapat mendorong seluruh karyawan di
Puskesmas untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik untuk
pasiennya.Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Jetis I Bantul dengan
jumlah perawat 7 orang yang sudah menjadi pegawai tetap di Puskesmas
Jetis I bantul.

42
43

b. Puskesmas Pundong
Puskesmas Pundong dengan wilayah kerja Kecamatan Pundong
yang memiliki luaswilayah 2.368,2 Ha meliputi 3 desa, yaitu : Desa
Srihardono terdiri dari 17 dusun, Desa Panjangrejo terdiri dari 16 dusun,
dan Desa Seloharjo terdiri dari 16 dusun. Puskesmas Pundong secara
adminitratif tercatat di Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul sebagai
Puskesmas rawat inap dengan 10 tempat tidur. Bangunan rawat inap
sudah selesai dibangun pada bulan April 2006. Akan tetapi baru sejak
Februari 2009 Puskesmas Pundong memulai pelayanan rawat inap dengan
pelayanan 24 jam.
Hasil wawancara dengan Kepala Tata Usaha di Puskesmas
Pundong, setiap satu tahun sekali dilakukan evaluasi terhadap karyawan,
termasuk evaluasi tentang motivasi kerja perawat untuk peningkatan
kinerjanya. Jumlah perawat di Puskesmas Pundong yaitu 9 perawat.
c. Puskesmas Pleret
Puskesmas Pleret terletak di Kecamatan Pleret, kurang lebih 10km
sebelah timur laut Kota Kabupaten Bantul.Wilayahkecamatan
Pleretmerupakan daerah 1/3 dataran tinggi dan 2/3 dataran rendah.
Program kegiatan pembangunan kesehatan Puskesmas Pleret mengacu
pada pedoman pelayanan dasar Puskesmas. Program pokok Puskesmas
antara lain : Upaya KIA, Upaya Pengobatan, Upaya Perbaikan Gzi
Masyarakat, Upaya Kesehatan Lingkungan, Upaya Pencegahan penyakit
menular, Upaya Promosi Kesehatan.
Hasil wawancara dengan Kepala Tata Usaha di Puskesmas Pleret,
pada bulan Mei 2017 Puskesmas Pleret terpilih menjadi salah satu
Puskesmas berprestasi karena memenuhi indikator-indikator yang diatur
dalam Peraturan Menteri Kesehatan dan juga pertimbangan lain seperti
adanya pemberdayaan masyarakat, pro-aktifnya masyarakat, dan juga
semangat kerjanya seluruh karyawan termasuk dengan perawatnya. Di
Puskesmas Pleret terdapat 10 perawat tetap.
44

d. Puskesmas Pajangan
Puskesmas Pajangan terletak di Jl.Pajangan Jetis Sendangsasri
Pajangan Kabupaten Bantul. Puskesmas Pajangan menjadi salah satu
lokasi pada kunjungan Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (EKPPD) oleh Kemendagri di Kabupaten pada tanggal 23-24
Januari 2017. Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Pajangan meliputi
Pendaftaran, Pemeriksaan Umum, Gigi, KIA, dan Farmasi. Sebagai acuan
kerja karyawan dan pemeliharaan sistem dengan 5S (Senyum, Salam,
Sapa, Sopan, Santun) dan 5R (Rapih, Resik, Ringkes, Rawat, Rajin).
Jumlah perawat yang ada di Puskesmas Pajangan yaitu 8 perawat.

2. Karakteristik Responden Penelitian


a. Karakteristik Perawat
1) Puskesmas Jetis I
Dari hasil penelitian, diperoleh karakteristik perawat di
Puskesmas Jetis I Bantul ditampilkan dalam tabel 3.4.
Tabel 3.4Distribusi Frekuensi Karakteristik Perawat di
Puskesmas Jetis I (n=7)
Karakteristik Perawat Frekuensi (n) Persentase (%)

Usia
22-30 tahun 1 14,3
31-39 tahun 4 57,1
40-48 tahun 1 14,3
49-58 tahun 1 14,3

Total 7 100,0

Jenis Kelamin
Perempuan 7 100,0

Total 7 100,0

Pendidikan Terakhir
DIII Keperawatan 7 100,0

Total 7 100,0

Lama Kerja
45

< 5 tahun 2 28,6


5-10 tahun 2 28,6
3 42,9
>10 tahun

Total 7 100,0

Sumber: (Data Primer, 2017)


Berdasarkan tabel 3.4 dapat dilihat bahwa karakteristik perawat
Puskesmas Jetis I menurut usia yang paling banyak pada rentang 31
– 39 tahun sebanyak 4 perawat (57,1%). Jenis kelamin semua
perawat perempuan yaitu 7 perawat (100%). Pendidikan terakhir
semua perawat DIII Keperawatan yaitu 7 perawat (100%). Lama
kerja terbanyak adalah >10 tahun yaitu sebanyak 3 perawat (42,9%).
2) Puskesmas Pundong
Dari hasil penelitian, diperoleh karakteristik perawat di
Puskesmas Jetis I Bantul ditampilkan dalam tabel 3.5.
Tabel 3.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Perawat di
Puskesmas Pundong(n=9)
Karakteristik Perawat Frekuensi (n) Persentase (%)

Usia
22-30 tahun 2 22,2
31-39 tahun 4 44,4
40-48 tahun 2 22,2
49-58 tahun 1 11,1

Total 9 100,0

Jenis Kelamin
Laki-laki 5 55,6
Perempuan 4 44,4

Total 9 100,0

Pendidikan Terakhir
DIII Keperawatan 8 88,9
Nurse 1 11,1

Total 9 100,0

Lama Kerja
< 5 tahun 2 22,2
46

5-10 tahun 4 44,4


3 33,3
>10 tahun

Total 9 100,0

Sumber: (Data Primer, 2017)


Berdasakan tabel 3.5 dapat dilihat bahwa karakteristik perawat
Puskesmas Pundong menurut usia paling banyak pada rentang 31 –
39 tahun sebanyak 4 perawat (44,4%). Jenis kelamin lebih banyak
laki-laki yaitu 5 perawat (55,6%). Pendidikan terakhir lebih banyak
DIII Keperawatan yaitu 8 perawat (88,9%). Lama kerja paling
banyak adalah 5-10 tahun sebanyak 4 perawat (44,4%).

3) Puskesmas Pleret
Dari hasil penelitian, diperoleh karakteristik perawat di
Puskesmas Jetis I Bantul ditampilkan dalam tabel 3.6.
Tabel 3.6Distribusi Frekuensi Karakteristik Perawat di
Puskesmas Pleret(n=10)
Karakteristik Perawat Frekuensi (n) Persentase (%)

Usia
22-30 tahun 4 40,0
31-39 tahun 6 60,0

Total 10 100,0

Jenis Kelamin
Laki-laki 4 40,0
Perempuan 6 60,0

Total 10 100,0

Pendidikan Terakhir
DIII Keperawatan 10 100,0

Total 10 100,0

Lama Kerja
5-10 tahun 10 100,0

Total 10 100,0
47

Sumber: (Data Primer, 2017)


Berdasarkan tabel 3.6 dapat dilihat bahwa karakteristik perawat
Puskesmas Pleret menurut usia lebih banyak pada rentang 31 – 39
tahun yaitu sebanyak 6 perawat (60,0%). Jenis kelamin lebih banyak
perempuan yaitu sebanyak 6 perawat (60,0%). Pendidikan terakhir
semua perawat DIII keperawatan yaitu 10 perawat (100,0%). Lama
kerja semua perawat pada rentang 5 – 10 tahun yaitu 10 perawat
(100,0%)
4) Puskesmas Pajangan
Dari hasil penelitian, diperoleh karakteristik perawat di
Puskesmas Jetis I Bantul ditampilkan dalam tabel 3.7.
Tabel 3.7 Distribusi Frekuensi Karakteristik Perawat di
Puskesmas Pajangan(n=8)
Karakteristik Perawat Frekuensi (n) Persentase (%)

Usia
22-30 tahun 2 25,0
40-48 tahun 4 50,0
49-58 2 25,0

Total 8 100,0

Jenis Kelamin
Laki-laki 2 25,0
Perempuan 6 75,0

Total 8 100,0

Pendidikan Terakhir
DIII Keperawatan 8 100,0

Total 8 100,0

Lama Kerja
5-10 tahun 2 25,0
6 75,0
>10 tahun

Total 8 100,0

Sumber: (Data Primer, 2017)


48

Berdasarkan tabel 3.7 dapat dilihat bahwa karakteristik perawat


Puskesmas Pajangan menurut usia paling banyak pada rentang 40 –
48 tahun yaitu sebanyak 4 perawat (50,0%). Jenis kelamin lebih
banyak perempuan yaitu sebanyak 6 perawat (75,0%). Pendidikan
terakhir semua perawat DIII Keperawatan yaitu 8 perawat (100,0%).
Lama kerja lebih banyak >10 tahun yaitu sebanyak 6 perawat
(75,0%).

3. Analisa Hasil Penelitian


a. Analisa Univariat
1) Motivasi Kerja Perawat
a) Puskesmas Jetis I
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui
frekuensi motivasi kerja perawat di Puskesmas Jetis I Bantul
pada tabel 3.8.
Tabel 3.8 Distribusi Frekuensi Motivasi Kerja Perawat di
Puskesmas Jetis I (n=7)
Motivasi Kerja Frekuensi (n) Presentase (%)

Baik 4 57,1

Cukup 3 42,9

Total 7 100,0

Sumber: (Data Primer, 2017)


Berdasarkan hasil pada tabel 3.8 diketahui bahwa motivasi
kerja perawat Puskesmas Jetis I sebagian besar tergolong dalam
kategori baik yaitu sebanyak 4 perawat (57,1%), dan motivasi
kerja dalam kategori kurang sebanyak 3 perawat (42,9%).
b) Puskesmas Pundong
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui
frekuensi motivasi kerja perawat di Puskesmas Pundong Bantul
pada tabel 3.9.
49

Tabel 3.9 Distribusi Frekuensi Motivasi Kerja Perawat di


Puskesmas Pundong (n=9)
Motivasi Kerja Frekuensi (n) Presentase (%)

Baik 5 55,6

Cukup 4 44,4

Total 9 100,0

Sumber: (Data Primer, 2017)


Berdasarkan hasil pada tabel 3.9 diketahui bahwa motivasi
kerja perawat Puskesmas Pundong sebagian besar tergolong
dalam kategori baik yaitu sebanyak 5 perawat (55,6%), dan
motivasi kerja dalam kategori cukup sebanyak 4 perawat
(44,4%).
c) Puskesmas Pleret
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
diketahui frekuensi motivasi kerja perawat di Puskesmas Pleret
Bantul pada tabel 3.10.
Tabel 3.10 Distribusi Frekuensi Motivasi Kerja Perawat di
Puskesmas Pleret (n=10)
Motivasi Kerja Frekuensi (n) Presentase (%)

Baik 10 100,0

Total 10 100,0

Sumber: (Data Primer, 2017)


Berdasarkan hasil pada tabel 3.10 diketahui bahwa
motivasi kerja perawat Puskesmas Pleretsemua tergolong dalam
kategori baik yaitu sebanyak 10 perawat (100,0%).
d) Puskesmas Pajangan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
diketahui frekuensi motivasi kerja perawat di Puskesmas Pleret
Bantul pada tabel 3.11.
50

Tabel 3.11 Distribusi Frekuensi Motivasi Kerja Perawat di


Puskesmas Pleret (n=8)
Motivasi Kerja Frekuensi (n) Presentase (%)

Baik 5 62,5

Cukup 3 37,5

Total 8 100,0

Sumber: (Data Primer, 2017)


Berdasarkan hasil pada tabel 3.11 diketahui bahwa
motivasi kerja perawat Puskesmas Pajangansebagian besar
tergolong dalam kategori baik yaitu sebanyak 5 perawat
(62,5%), dan motivasi kerja perawat dalam kategori cukup
sebanyak 3 perawat (37,5%).

e) Hasil tabulasi silang karakteristik responden dengan motivasi


kerja perawat di Puskesmas
Tabel 3.12 Tabulasi silang karakteristik responden dengan
motivasi kerja perawat di Puskesmas yang terakreditasi (n=34)
Karakteristik Motivasi kerja perawat
responden
Baik Cukup Total

N % N % N %

Usia
6 17,6 3 8,8 9 26,5
22-30 tahun 11 32,4 3 8,8 14 41,2
6 17,6 1 2,9 7 20,6
31-39 tahun
1 2,9 3 8,8 4 11,8
40-48 tahun

49-58 tahun
Total 24 70,6 10 29,4 34 100,0

Jenis kelamin
9 26,5 2 5,9 11 32,4
Laki-laki 15 44,1 8 23,5 23 67,6

Perempuan
51

Total 24 70,6 10 29,4 34 100,0

Pendidikan terakhir
23 67,6 10 29,4 33 97,1
DIII Kep 1 2,9 0 0 1 2,9

Nurse

Total 24 70,6 10 29,4 34 100,0

Lama kerja
3 8,8 1 2,9 4 11,8
<5 tahun 14 41,2 4 11,8 18 52,9
7 20,6 5 14,7 12 35,3
5-10 tahun

>10 tahun

Total 24 70,6 10 29,4 34 100,0

Sumber: (Data Primer, Data Sekunder 2017)


Berdasarkan tabel 3.12 dapat dilihat bahwa jumlah
keseluruhan responden yaitu 34 perawat, pada karakteristik usia
paling banyak pada rentang 31-39 tahun sebanyak 11 perawat
(32,4%) dengan kategori motivasi baik. Pada kategori jenis
kelamin sebagian besar yaitu perempuan sebanyak 15 perawat
(44,1%) dengan kategori motivasi baik. Pada kategori pendidikan
terakhir paling banyak DIII Keperawatan yaitu 23 perawat
(67,6%) dengan kategori motivasi baik. Pada kategori lama kerja
sebagian besar responden pada rentang 5-10 tahun yaitu 14
perawat (41,2%) dengan kategori motivasi baik.

f) Hasil tabulasi silang karakteristik responden dengan status


akreditasi Puskesmas
Tabel 3.13 Tabulasi silang karakteristik responden dengan
status akreditasi Puskesmas (n=34)
Karakteristik Status akreditasi puskesmas
responden
Jetis I Pundong Pleret Pajangan Total
(Dasar) (Madya) (Utama) (Paripurna)
N % N % N % N % N %
52

Usia
1 2,9 2 5,9 4 11,8 2 5,9 9 26,5
22-30 tahun 4 11,8 4 11,8 6 17,6 0 0 14 41,2
1 2,9 2 5,9 0 0 4 11,8 7 20,6
31-39 tahun
1 2,9 1 2,9 0 0 2 5,9 4 11,8
40-48 tahun

49-58 tahun
Total 7 20,6 9 26,5 10 29,4 8 23,5 34 100,0

Jenis kelamin
0 0 5 14,7 4 11,8 2 5,9 11 32,4
Laki-laki 7 20,6 4 11,8 6 17,6 6 17,6 23 67,6
Perempuan

Total 7 20,6 9 26,5 10 29,4 8 23,5 34 100,0

Pendidikan terakhir
7 20,6 8 23,5 10 29,4 8 23,5 33 97,1
DIII Kep 0 0 1 11,1 0 0 0 0 1 2,9

Nurse

Total 7 20,6 9 26,5 10 29,4 8 23,5 34 100,0

Lama kerja
2 5,9 2 5,9 0 0 0 0 4 11,8
<5 tahun 2 5,9 4 11,8 10 29,4 2 5,9 18 52,9
3 8,8 3 8,8 0 0 6 17,6 12 35,3
5-10 tahun

>10 tahun

Total 7 20,6 9 26,5 10 29,4 8 23,5 34 100,0

Sumber: (Data Primer, Data Sekunder 2017)


Berdasarkan tabel 3.13 dapat dilihat bahwa jumlah
keseluruhan responden yaitu 34 perawat, pada kategori usia
sebagian responden pada rentang 31-39 tahun yaitu sebanyak 6
perawat (17,6%) di Puskesmas Pajangan dengan akreditasi
Paripurna. Pada kategori jenis kelamin paling banyak perempuan
yaitu 7 perawat (20,6%) di Puskesmas Jetis I dengan akreditasi
Dasar. Pada kategori pendidikan terakhir paling banyak DIII
Keperawatan yaitu 10 perawat (29,4%) di Puskesmas Pleret
dengan akreditasi Utama. Pada kategori lama kerja paling banyak
53

pada rentang 5-10 tahun yaitu 10 perawat (29,4%) di Puskesmas


Pleret dengan akreditasi Utama.

g) Hasil tabulasi silang Puskesmas dengan Status Akreditasi 4


Puskesmas
Tabel 3.14 Tabulasi silang Puskesmas dengan Status Akreditasi 4
Puskesmas di Kabupaten Bantul (n=4)
Puskesmas Status Akreditasi

Paripurna Utama Madya Dasar Total

N % N % N % N % N %

Pajangan 1 25 0 0 0 0 0 0 1 25

Pleret 0 0 1 25 0 0 0 0 1 25

Pundong 0 0 0 0 1 25 0 0 1 25

Jetis I 0 0 0 0 0 0 1 25 1 25

Total 1 25 1 25 1 25 1 25 4 100,0

Sumber: (Data Sekunder 2017)


Berdasarkan tabel 3.14 diketahui bahwa terdapat empat
Puskesmas di Kabupaten Bantul dengan status Akreditasi
masing-masing yaitu Puskesmas Pajangan status Akreditasi
Paripurna (25%), Puskesmas Pleret status Akreditasi Utama
(25%), Puskesmas Pundong status Akreditasi Madya (25%) dan
Puskesmas Jetis I status Akreditasi Dasar (25%).
b. Analisa Bivariat
Analisis bivariatdilakukan untuk melihat hubungan antara 2
variabel, yaitu variabel bebas adalah motivasi kerja perawat dan variabel
terikat adalah Status Akreditasi Puskesmas. Hasil tabulasi hubungan
motivasi kerja perawat dengan Status Akreditasi Puskesmas Kabupaten
Bantul disajikan dalam tabel 3.13
54

Tabel 3.15 Tabulasi silang dan Uji Statistik Hubungan motivasi


kerja perawat Puskesmas dengan status Akreditasi Puskesmas di
Kabupaten Bantul
Motivasi Status Akreditasi Puskesmas
kerja
perawat Pajangan Pleret Pundong Jetis I Total г ρ-
(Paripurna) (Utama) (Mady)a) (Dasar ) value

N % N % N % N % N %

Baik 5 14,7 10 29,4 5 14,7 4 11,8 24 70,6 0,109 0,399


Cukup 3 8,8 0 0,0 4 11,8 3 8,8 10 29,4
Total 8 23,5 10 29,4 9 26,5 7 20,6 34 100
Sumber: (Data Primer, Data Sekunder 2017)
Berdasarkan tabel 3.15 diketahui bahwa jumlah responden yaitu 34
perawat, terdapat 5 (14,7%) perawat yang mempunyai motivasi kerja
baikdengan status akreditasi sangat baik, terdapat 10 (29,4%) perawat
mempunyai motivasi kerja baik dengan status akreditasi baik, terdapat 5
(14,7%) perawat mempunyai motivasi kerja baik dengan status akreditasi
cukup, terdapat 4 (11,8%) perawat mempunyai motivasi kerja baik
dengan status akreditasi sedang. Sedangkan 3 (8,8%) perawat mempunyai
motivasi kerja cukup dengan status akreditasi sangat baik, terdapat 4
(11,8%) perawat mempunyai motivasi kerja cukup dengan status
akreditasi cukup, dan 3 (8,8%) perawat mempunyai motivasi kerja cukup
dengan status akreditasi sedang.
Pada tabel 3.13 hasil perhitungan statistik dengan menggunakan uji
Somers’d diketahui bahwa nilai ρ-value sebesar 0,399> α (0,05), sehingga
dapat disismpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
motivasi kerja perawat Puskesmas dengan Status Akreditasi Puskesmas di
Kabupaten Bantul.

B. Pembahasan
1. Karakteristik responden penelitian
Dalam kategori usia, pada penelitian ini menunjukkan hasil bahwa usia
sebagian besar perawat pada rentang 31-39 tahun yaitu sebanyak 6 perawat
55

(17,6%) dengan kategori motivasi baik. Pada penelitian Susanti (2013) tentang
karakteristik perawat dengan motivasi perawat, mengatakan bahwa semakin
bertambahnya usia seseorang maka akan mempengaruhi motivasi seorang
individu, tetapi usia tidak menjamin motivasi seseorang menjadi baik dan
cukup atau tinggi dan rendah, semua tergantung pada individu masing-masing.
Hal ini sejalan dengan penelitian Wibowo H (2011) dalam Titis (2014) bahwa
usia pada rentang 31-39 tahun mempunyai motivasi yang tinggi karena alasan
pada kematangan dan pengalaman kerja.
Dalam kategori jenis kelamin pada penelitian ini menunjukkan hasil
bahwa sebagian besar perawat adalah perempuan sebanyak 6 perawat (17,6%)
dengan kategori motivasi baik. Jenis kelamin sangat mempengaruhi motivasi
kerja terhadap keberhasilan kerja, pada pekerjaan yang pada umumnya lebih
baik dikerjakan oleh laki-laki akan tetapi pemberian keterampilan yang cukup
memadai pada perempuan pun mendapatkan hasil pekerjaan yang cukup
memuaskan, hal positif dalam motivasi kerja perempuan mempengaruhi
ketaatan dan kepatuhan dalam bekerja (Smet, 2004 dalam Nurniningsih,
2012). Menurut Sukwan (2009) dalam Titis (2014) bahwa pada otak
perempuan lebih besar dari pada otak laki-laki sehingga perempuan mampu
mengingat lebih banyak, semakin banyak tindakan yang diingat pada
pendokumentasian keperawatan, maka semakin baik pula motivasi dalam
pekerjaannya. Hal ini sejalan dengan penelitian Susanti (2013) tentang
karakteristik perawat dengan motivasi kerja perawat menunjukkan hasil
penelitian bahwa responden menurut jenis kelamin lebih banyak pada
perempuan yaitu sebanyak 19 perawat (61,3%) dengan kategori motivasi
tinggi dari 31 perawat perempuan.
Tingkat pendidikan yang cukup akan memberikan kontribusi terhadap
motivasi sehingga berpengaruh terhadap praktik keperawatan. Tingkat
pendidikan seorang perawat akan mempengaruhi dasar pemikiran dibalik
penetapan standar keperawatan (Smet, 2004 dalam Nurniningsih, 2012).
Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa jumlah perawat dengan
pendidikan DIII Keperawatan yaitu 10 perawat (29,5%) dengan kategori
56

motivasi baik. Hal ini disebabkan karena jumlah perawat dengan latar
belakang pendidikan DIII Keperawatan lebih banyak dibandingkan dengan
pendidikan sarjana seperti diperlihatkan pada tabel 3.12. Meskipun tingkat
pendidikan DIII Keperawatan, namun dalam hal motivasi kerja terbukti lebih
baik. Berarti tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan motivasi
kerja perawat. Hal ini sejalan dengan penelitian Aswat (2010) mengenai
faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi kerja perawat, dengan hasil
penelitian responden dengan pendidikan DIII Keperawatan yaitu sejumlah 46
perawat (50,5%) dari 91 perawat dengan kategori motivasi tinggi.
Dalam penelitian ini kategori lama kerja menunjukkan hasil bahwa
sebagian besar perawat lama kerja pada rentang 5-10 tahun yaitu sebanyak 10
perawat (29,5%) dalam kategori motivasi baik. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar responden masih mempunyai kesempatan untuk meningkatkan
motivasi kerjanya yang akan berpengaruh dalam perkembangan kerja
keperawatannya mengingat masih panjangnya masa kerja sebelum mencapai
usia pensiun. Menurut Robbins (2008) dalam Nurimi (2010) orang-orang yang
telah lama bekerja dalam suatu pekerjaan akan lebih meningkat motivasinya
yang akan berpengaruh dalam produktivitasnya dibandingkan mereka yang
belum lama dalam bekerja.

2. Tingkat motivasi kerja perawat


Dalam penelitian ini tingkat motivasi kerja perawat Puskesmas
terakreditasi di Kabupaten Bantul terhadap status akreditasi Puskesmas
sebagian besar termasuk dalam kategori baik ada 24 orang perawat (70,6%),
perawat yang masuk dalam kategori cukup ada 10 orang perawat (29,4%). Hal
ini sejalan dengan penelitian Kasim (2017) yang berjudul hubungan motivasi
& supervisi dengan kepatuhan perawat di IGD Kandou Manado menunjukkan
hasil bahwa motivasi kerja perawat sebagian besar dalam kategori baik yaitu
sebanyak 35 perawat (83,3%) dari 42 perawat. Peneliti lainnya yang pernah
dilakukan oleh Indah (2017) yang berjudul hubungan antara pelatihan dan
motivasi kerja dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Manado menunjukkan
57

bahwa dari hasil penelitian motivasi kerja cenderung diperoleh dalam


kategori baik yaitu sebanyak 37 perawat (80,4%) dari 45 perawat.
Motivasi kerja adalah suatu kondisi yang berpengaruh untuk
membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara perilaku yang berhubungan
dengan lingkungan kerja (Mangkunegara, 2012). Motivasi kerja yaitu tingkat
motivasi kerja perawat untuk melakukan suatu tindakan keperawatan,
motivasi kerja dapat berasal dari diri sendiri ataupun berasal dari luar. Cara-
cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan motivasi kerja pegawai antara
lain komunikasi, orientasi, pengawasan, pengakuan, partisipasi, kompetisi,
delegasi, dan integritas (Notoatmodjo, 2007).
Kurangnya pengawasan dari kepala ruang bisa membuat motivasi kerja
perawat menurun. Kompetisi juga menjadi salah satu cara untuk
meningkatkan motivasi kerja perawat dalam bekerja (Notoatmodjo, 2007).
Faktor – faktor yang mempengaruhi motivasi kerja adalah keinginan
akan adanya peningkatan, rasa percaya bahwa gaji yang didapatkan sudah
mencukupi, memiliki kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan nilai – nilai
yang diperlukan, adanya umpan balik, adanya kesempatan untuk mencoba
pendekatan baru dalam melakukan pekerjaan untuk kerja sama dan
peningkatan penghasilan (Suarli & Yanyan, 2015).
Melalui agenda-agenda rutin yang berhubungan dengan peningkatan
motivasi kerja perawat, di empat Puskesmas tersebut melakukan apel pagi dan
doa bersama sebelum aktivitas ruangan dan melakukan pekerjaannya. Juga
terus menerus dilakukan pelatihan khususnya kepada perawat untuk
menanamkan sikap individu yang positif dalam menjalankan kehidupan.
Dengan harapan agar mampu memberikan dorongan positif dalam motivasi
kerja untuk memberikan jasa pelayanan kesehatan yang baik.
Pemenuhan kebutuhan dasar, seperti gaji, bonus bulanan, tunjangan
hari raya, rekreasi, kebijaka-kebijakan yang tepat sasaran dan adil, serta hal-
hal lain yang berhubungan dengan tugas, tanggung jawab, dan reward turut
memberikan pengaruh positif bagi peningkatan motivasi kerja. Termasuk
58

didalamnya mengenai ketersediaan fasilitas kerja, lingkungan kerja yang


nyaman, dan situasi kerja yang penuh kekeluargaan (Wibowo, 2014).
Peningkatan keterampilan perawat dan pembaruan wawasan ilmu
keperawatan melalui pelatihan, diklat, diikutsertakannya dalam seminar yang
diselenggarakan secara internal maupun menghadiri undangan dari eksternal,
termasuk hal-hal yang memberikan kontribusi positif bagi peningkatan
motivasi kerja perawat. Termasuk memberikan kesempatan bagi perawat
untuk melanjutkan studi.

3. Hubungan motivasi kerja perawat di Puskesmas dengan status akreditasi


Puskesmas
Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan
antara motivasi kerja perawat di Puskesmas dengan status akreditasi
Puskesmas di kabupaten Bantul yaitu Puskesmas terakreditasi dasar
(Puskesmas Jetis 1), Puskesmas yang terakreditasi madya (Puskesmas
Pundong), Puskesmas yang terakreditasi utama (Puskesmas Pleret) dan
Puskesmas yang terakreditasi paripurna (Puskemas Pajangan). Untuk
tercapainya status akreditasi, Puskesmas harus mempunyai standar akreditasi
penilaian Puskesmas yang mana terdiri dari 3 bagian dan 9 bab, setelah
memiliki standar-standar akreditasi puskesmas maka survei akreditasi akan
dilaksanakan.Surveiakreditasi adalah kegiatan penilaian oleh surveior untuk
menilai tingkat kesesuaian fasilitas kesehatan tingkat pertama atau puskesmas
dalam menerapkan standar akreditasi yang ditetapkan oleh kementrian
kesehatan (Pedoman Surveior Akreditasi Puskesmas).
Tujuan dilakukannya akreditasi di Puskesmas adalah untuk
meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas sehingga meningkatkan status
kesehatan masyarakat. Dengan meningkatnya mutu pelayanan Puskesmas
maka semakin meningkat pula kepuasan masyarakat dengan pelayanan yang
diberikan di puskesmas, mutu pelayanan sendiri menggambarkan suatu kinerja
perawat yang dipengaruhi oleh motivasi kerja perawat itu sendiri, hal ini
berlawan dengan penilitian Dadi Santoso yang menjelaskan bahwa terdapat
59

hubungan yang signifikan antara motivasi kerja perawat dengan kinerja


perawat dengan hasil ρ-value 0,687. Menurut penelitian Arifin, dkk (2016)
tentang hubungan gaya kepemimpinan, motivasi dengan kinerja perawat,
mengatakan bahwa seorang perawat akan meningkatkan kinerjanya apabila
diberikan motivasi positif, motivasi itu dapat berupa penghargaan perawat
berprestasi dalam bentuk uang tunai, pelatihan, pendidikan berkelanjutan yang
dapat meningkatkan kinerja perawat itu sendiri.
Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan somers,d didapatkan hasil
bahwa nilai ρ-value sebesar 0,399 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi kerja perawat Puskesmas
dengan status akreditasi Puskesmas di Kabupaten Bantul. Hal ini berlawanan
dengan penelitian Suci (2013) tentang pengaruh standarisasi manajemen mutu
sertifikasi akreditasi, mengatakan bahwa penerapan sertifikasi akreditasi
berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai, akreditasi memiliki pengaruh
yang paling penting dikarenakan ketepatan dalam menentukan program kerja
yang sesuai dengan tujuan dan sasaran program yang akan mudah dipahami
dan diterapkan oleh pegawau dalam menjalankan tugasnya. Hal ini
menunjukkan bahwa akreditasi Puskesmas tidak hanya hasil dari motivasi kerja
perawat sendiri, namun juga ditunjang dari berbagai aspek yang telah di
tetapkan oleh Permenkes No 46 tahun 2015 tentang Standar Akreditasi
Puskesmas terdiri dari 3 bagian dan 9 bab, setiap bab diuraikan dalam standar,
tiap standar diuraikan dalam kriteria, tiap kriteria diuraikan dalam elemen
penilaian untuk menilai pencapaian kriteria.
Standar Administrasi dan Manajemen yang terdiri dari Bab I.
Penyelenggaraan Pelayanan Puskesmas (PPP) meliputi Perencanaan
Puskesmas, Akses masyarakat terhadap Puskesmas, Evaluasi kinerja
Puskesmas. Bab II. Kepemimpinan dan Manajemen Puskesmas(KMP) meliputi
Tata kelola sarana, pengelolaan sumberdaya manusia, Pengelolaan Puskesmas:
pengorganisasian, komunikasi dan koordinasi, pengelolaan keuangan,
pengelolaan data dan informasi. Bab III. Peningkatan Mutu Puskesmas (PMP)
meliputi Peningkatan mutu dan manajemen risiko.
60

Standar Program Puskesmas terdiri dari Bab IV. Program Puskesmas


yang Berorientasi Sasaran (PPBS) meliputi Analisis kebutuhan masyarakat
sebagai dasar perencanaan kegiatan tiap-tiap Upaya Kesehatan Masyarakat,
Akses sasaran thd Upaya Kesehatan Masyarakat, Evaluasi kinerjaUpaya
Kesehatan Masyarakat. Bab V. Kepemimpinan dan Manajemen Program
Puskesmas (KMPP) meliputi Tanggung jawab dalam pengelolaan Upaya
Kesehatan Masyarakat, Pengelolaan tiap-tiap Upaya Kesehatan Masyarakat:
Perencanaan prgoram/kegiatan Upaya Kesehatan Masyarakat,
pengorganisasian, komunikasi dan koordinasi, akuntabilitas pengelolaan Upaya
Kesehatan Masyarakat, hak dan kewajiban sasaran. Bab VI. Sasaran Kinerja
dan MDG’s (SKM) meliputi Sasaran kinerja Upaya Kesehatan Masyarakat:
komitmen dan peran dalam perbaikan kinerja Upaya Kesehatan Masyarakat,
tata nilai dalam penyelenggaraan program/kegiatan Upaya Kesehatan
Masyarakat, Upaya perbaikan kinerja berkesinambungan berdasarkan analisis
kinerja untuk tiap-tiap Upaya Kesehatan Masyarakat, keterlibatan sasaran
dalam perbaikan kinerja Upaya Kesehatan Masyarakat
Standar Pelayanan Puskesmas terdiri dari Bab VII. Layanan Klinis yang
Berorientasi Pasien (LKBP) meliputi Kesinambungan pelayanan klinis: mulai
dari pendaftaran sampai dengan pemulangan atau rujukan. Bab VIII.
Manajemen Penunjang Layanan Klinis (MPLK) meliputi Manajemen
penunjang pelayanan klinis: pelayanan lab, obat, radiodiagnostik, rekam medis,
manajemen keamanan lingkungan puskesmas, manajemen peralatan klinis,
manajemen sdm klinis. Bab IX. Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan
Pasien (PMKP) meliputi Peningkatan mutu pelayanan klinis dan keselamatan
pasien

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki berbagai keterbatasan yang mengakibatkan


hasilnya belum sesuai yang diharapkan. Keterbatasan tersebut antara lain yaitu:
61

1. Terbatasnya peneliti dalam memperoleh data kriteria penilian akreditasi di


setiap Puskesmas tempat penelitian.
2. Lamanya waktu penelitian yang diakibatkan oleh banyaknya perawat yang
mengambil cuti setelah hari raya.
3. Kesulitan peneliti dalam melakukan penelitian karena motivasi bukan
termasuk faktor dari status akreditasi
62

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Motivasi kerja perawat di Puskesmas Jetis 1 sebagian besar dalam kategori
baik yaitu sebanyak 4 perawat (57,1%) dari 7 perawat.
2. Motivasi kerja perawat di Puskesmas Pundong sebagian besar dalam kategori
baik yaitu sebanyak 5 perawat (55,6%) dari 9 perawat.
3. Motivasi kerja perawat di Puskesmas Pleret semua dalam kategori baik yaitu
sebanyak 10 perawat (100%).
4. Motivasi kerja perawat di Puskesmas Pajangan sebagian besar dalam kategori
baik yaitu sebanyak 5 perawat (62,5%) dari 8 perawat.
5. Tidak terdapat hubungan antara motivasi kerja perawat di Puskesmas dengan
status akreditasi Puskesmas di Kabupaten Bantul Yogyakarta.

B. Saran

Beberapa saran yang dapat penulis berikan antara lain adalah :


1. Bagi perawat
Hasil peelitian ini dapat dijadikan tambahan informasi tentang motivasi
kepada perawat.
2. Bagi Puskesmas
Setiap Puskesmas hendaknya lebih meningkatkan lagi mengenai dorongan
untuk motivasi kerja perawatnya.
3. Bagi peneliti selanjutnya.
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi peningkatan motivasi kerja perawat dan Status Akreditasi
Puskesmas.

62
DAFTAR PUSTAKA

Alhadi, A. (2014), Hubungan motivasi kerja dengan kepatuhan perawat dalam


pemberian oksigen melalui nasal kanul di ICU dan IGD RSUD Panembahan
Senopati Bantul. Yogyakarta: Skripsi Stikes Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta.

Arifin, S., Bachri, A., Finarti, D, R. (2016), Hubungan gaya kepemimpinan,


motivasi,stres kerja dengan kinerja perawat. Jurnal berkala kesehatan
Program Studi Kesehatan Masyarakat Kalimantan Selatan. Diakses tanggal
14 September 2017.

Arikunto, S. (2010), Prosedur penelitian : suatu pendekatan praktis. Jakarta:


Rineka Cipta.

__________. (2013), Prosedur penelitian suatu pendekatan praktis. Cetakan


kelima belas. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Aswat, B. (2010), Faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi kerja perawat


di unit rawat inap RSUD Puri Husada Tembilahan Kabupaten Inderagiri
Hilir Riau tahun 2010. Diakses tanggal 25 Agustus 2017.

Azwar, S. (2009), Sikap manusia, teori dan pengukurannya. Jakarta: Pustaka


Pelajar.

Departemen Kesehatan R.I. (2004), Keputusan menteri kesehatan R.I. No.


128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan dasar pusat kesehatan
masyarakat.

Hartono, B. (2010), Promosi kesehatan di puskesmas dan rumah sakit, Rineka


Cipta, Jakarta.

Herlambang, S. (2016), Manajemen pelayanan kesehatan rumah sakit, Gosyen


Publishing, Yogyakarta.

Hidayat. A. (2007), Riset Keperawatan dan teknik penulisan ilmiah. Jakarta:


Salemba medika.

__________. (2010), Metode penelitian keperawatan dan teknik analisa data.


Jakarta: Salemba Medika.

Kallo, V., Mulyadi., Kasim, Y. (2017), Hubungan motivasi & supervisi dengan
kepatuhan perawat dalam penggunaan alat pelindung diri (APD) pada
penanganan pasien gangguan muskuloskeletal di IGD RSUP Prof Dr. R. D.
Kandou Manado. e-journal Keperawatan, 5(1). Diakses tanggal 24 Agustus
2017.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014), Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat. Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2015), Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas,
Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik
Mandiri Dokter Gigi. Jakarta. Diakses dari www.hukor.depkes.co.id
(diakses tanggal 16 Januari 2017).

Malonda, N, S, H., Rumayar, A, A., and Indah, K. (2017), Hubungan antara


pelatihan dan motivasi kerja dengan kinerja perawat di Rumah Sakit
Tingkat III R.W. Mongisidi Manado. Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Sam Ratulangi, Manado. Diakses tanggal 24 Agustus 2017.

Mangkunegara, A. (2012), Evaluasi kinerja sumber daya manusia, Bandung:


Refika Aditama.

Marquis, B, L & Huston, C, J. (2010), Kepemimpinan Dan Manajemen


Keperawatan, Teori & Aplikasi, Jakarta : EGC.

Mira, B & Suryati, B. (2014), Hubungan motivasi perawat dengan pelaksanaa


pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD Pasar
Rebo. Dosen Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Jakarta I. Diakses
tanggal 15 Mei 2017.

Muhammad, H, Y., Warouw, H., and Palandeng, H. (2013), Hubungan


kepemimpinan kepala ruangan menurut persepsi perawat terhadap motivasi
kerja perawat pelaksana di ruang instalasi rawat inap F Blu Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado, 1(1), 9.

Notoatmodjo, S. (2007), Promosi kesehatan dan ilmu perilaku, Jakarta: Rineka


Cipta.

_____________. (2012), Promosi kesehatan teori & aplikasi, Jakarta: Rineka


Cipta.

Nursalam. (2006), Tantangan keperawatan Indonesia dalam proses


profesionalisme. Jakarta: Salemba Medika.

_______. (2007), Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktik keperawatan


profesional. Jakarta: Salemba Medika.

_______. (2011), Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktik keperawatan


profesional. Jakarta: Salemba Medika.

_______. (2013), Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis


Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
_______. (2016), Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktik keperawatan
profesional. Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.

Nurniningsih, D, R. (2012), Hubungan antara karakteristik perawat dengan kinerja


perawat di instalasi rawat jalan RSUP dr. Kariadi Semarang. Diakses
tanggal 26 Agustus 2017.

Nurimi. (2010), Hubungan antara karakteristik perawat dengan motivasi kerja di


Ruang rawat inap Rumah Sakit kepolisian pusat RS Sukanto Jakarta.
Diakses tanggal 26 Agustus 2017.

Puskesmas jetis 1 (2017), Gambaran umum Puskesmas Jetis 1 2017. Diakses dari
puskesmas.bantulkab.go.id/jetis1.

Puskesmas Pajangan (2017), Profil Puskesmas Pajangan. Diakses dari


puskesmas.bantulkab.go.id/pajangan.

Puskesmas Pleret (2017), Profil Puskesmas Pleret. Diakses dari


puskesmas.bantulkab.go.id/pleret.

Puskesmas Pundong (2017), Gambaran umum Puskesmas Pundong. Diakses dari


puskesmas.bantulkab.go.id/pundong.

Simamora, Roymond H. (2012), Buku ajar manajemen keperawatan. Jakarta:


EGC

Setiyaningsih, Y., Sukesi, N., Kusuma, M, A, B. (2013), Hubungan motivasi


dengan kinerja perawat di ruang rawat inap RSUD Ungaran

Suarli, S & Bahtiar, Y. (2015), Manajemen keperawatan dengan pendekatan


praktis. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama

Suci, L, P. (2013), Pengaruh penerapan standarisasi sistem manajemen mutu


sertifikasi akreditasi terhadap kinerja pegawai. Skripsi Fakultas Manajemen
Institut Bogor. Diakses tanggal 14 September 2017.

Sugiyono. (2011), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Jakarta:


Alfabeta.

________. (2014), Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Alfabeta.

________. (2015), Metode Penelitian (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan


R&D). Bandung: Alfabeta.

Susanti, E, N. (2013), Hubungan karakteristik perawat dengan motivasi perawat


dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien di Ruang Rawat Inap
RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso. Diakses tanggal 26 Agustus 2017.
Suyanto. (2011), Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Titis, S. (2014), Hubungan motivasi kerja perawat dengan mutu


pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap penyakit dalam
RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. Naskah Publikasi Stikes
Aisyiah Yogyakarta. Diakses tanggal 12 September 2016.

Triwibowo, C & Pusphandani, M, E. (2015), Pengantar dasar ilmu kesehatan


masyarakat, Yogyakarta: Nuha Medika.

Triwibowo, C. (2012), Perizinan dan akreditasi rumah sakit sebuah kajian hukum
kesehatan, Yogyakarta: Nuha Medika.

Uno, H, B. (2016), Teori motivasi & pengukurannya, Jakarta: Bumi Aksara.

Wibowo, Y, E, P. (2014), Hubungan persepsi perawat tentang gaya


kepemimpinan kepala ruang dengan motivasi kerja perawat di instalasi
rawat inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Skripsi Stikes Jenderal
Achmad Yani Yogyakarta. Tidak Dipublikasikan.

Zenah, S, N. (2014), Hubungan pemberian insentif dengan motivasi kerja perawat


ruang rawat inap kelas III RSUD Inche Abdul Moeis Samarinda. Diakses
tanggal 6 April 2017.
LAMPIRAN
KUESIONER MOTIVASI KERJA

Petunjuk Umum Pengisian


1. Bapak/Ibu/Saudara diharapkan mengisi seluruh nomor pertanyaan dan
pernyataan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
2. Berilah tanda (√) pada kolom yang tersedia dan pilih sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya.
a. Untuk jawaban (TS) : tidak setuju
b. Untuk jawaban (KS) : kurang setuju
c. Untuk jawaban (S) : setuju
d. Untuk jawaban (SS) : sangat setuju
3. Apabila ada pertanyaan yang tidak dimengerti bisa ditanyakan langsung pada
peneliti.
4. Tidak ada jawaban yang benar atau salah. Bapak/ibu/saudara cukup menjawab
sesuai yang bapak/ibu/saudara alami dan rasakan dalam menjalankan
tugasnya. Jawaban bapak/ibu/saudara dijamin kerahasiaannya. Karena bantuan
bapak/ibu/saudara sangat berharga untuk kelancaran skripsi peneliti. Selamat
mengisi kuesioner
No Pertanyaan TS KS S SS

1. Teman perawat banyak yang mendorong saya untuk


bekerja lebih baik dalam tindakan asuhan keperawatan
kepada pasien

2. Pekerjaan saya dihargai karena kerja saya yang


baik
3. Saya merasa gaji yang diterima kurang besar
4. Kepala ruang melibatkan perawat untuk mengambil
keputusan yang berhubungan dengan pasien
5. Kepala ruang melimpahkan tugas keperawatan
kepada perawat
6. Saya menyelesaikan masalah keperawatan pasien
tanpa melibatkan tim keperawatan

7. Kepala ruang mempromosikan saya menjadi perawat


primer

8. Saya tidak pernah menyalahgunakan tugas


keperawatan yang telah diberikan
9. Kepala ruang menciptakan suasana kerja yang
nyaman
10. Kepala ruang adil dan bijaksana, saya diakui
sebagai perawat yang layak dihormati dan dihargai
11. Kepala ruang memberikan bimbingan, arahan, dan
konsultasi terhadap masalah pasien
12. Saya kurang nyaman bekerja disini, karena bagi
saya bekerja di sini hanya sebagai batu loncatan
untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik
13. Lingkungan kerja dan sarana yang tersedia
mendorong saya melakukan asuhan keperawatan
dengan baik
14. Kepala ruang tidak pernah menjelaskan kepada
perawat tentang tata cara pelaksanaan asuhan
keperawatan
15. Saya merasa tersaingi jika teman kerja saya lebih rajin
dan trampil dalam menangani pasien
16. Kepala ruang memberi pujian secara lisan jika
tindakan saya kepada pasien memuaskan
17. Kepala ruang memberikan kepercayaan perawat setiap
tindakan asuhan keperawatan
18. Saya tidak pernah memberikan pendidikan
kesehatan tentang cara-cara merawat pasien kepada
keluarga pasien
19. Kepala ruang memberikan pengarahan pada setiap
perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan
20. Kepala ruang membuat aturan yang tegas mengenai
sanksi bagi perawat yang melakukan kesalahan
tindakan dalam pemberian asuhan keperawatan

21. Kepala ruang tidak membuat peraturan tentang


pekerjaan yang harus dilaksanakan perawat

22. Pengadaan seminar atau diskusi tentang motivasi kerja


perawat sudah baik
23. Kepala ruang tidak pernah mensupervisi dengan
baik
24. Kepala ruang mengawasi tindakan asuhan
keperawatan
25. Kepala ruang membedakan-bedakan perlakuannya
dengan perawat

Hasil Uji Validitas

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 20 100,0
a
Excluded 0 ,0
Total 20 100,0

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,899 25

Item-Total Statistics
Scale Corrected Cronbach's
Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
item_1 69,90 63,042 ,153 ,909
item_2 69,50 60,579 ,762 ,890
item_3 70,00 64,526 ,255 ,899
item_4 69,55 60,261 ,433 ,897
item_5 69,40 61,726 ,695 ,892
item_6 68,60 60,463 ,725 ,891

Anda mungkin juga menyukai