Tak perlu jadi perdebatan lagi ya, dimana kesabaran serta rasa peduli terhadap sesama
memang selalu dibutuhkan ketik berhubungan dengan orang tua. Biasanya anda nanti
bakal berhadapan dengan yang namanya tantangan fisik seperti gerakan lamban,
faktor lupa, kekuranga, sikap apatis, dan masih banyak lagi.
Dan karena hal itulah, biasanya membuat para keluarga lansia maupun si perawat
kehilangan kesabaran dan tak jarang sampai membuat mereka frustasi. Bahkan ada
beberapa orang yang mungkin tergoda untuk menyerah hingga akhirnya memilih
untuk pergi.
Jika kondisi seperti ini terjadi, maka bakalan sangat membantu jika anda bisa
menempatkan diri pada kondisi lansia meskipun untuk sejenak saja. Dalam hal ini,
dibutuhkan pengenalan soal faktor penghambat komunikasi pada lansia dan
kecerdikan anda dalam berkomunikasi dengan para lansia.
Misalnya saja seperti mengungkapkan perkataan yang meyejukkan dan tidak bernada
terkesan seperti anda sedang memerintahnya.
Dan berikut ini merupakan contoh komunikasi terapeutik pada lansia yang bisa anda
coba:
”Mungkin kondisi sakit ini membuat Ibu tidak enak enak. Namun bisa ibu lakukan
kok perlahan.”
“Memang sulit untuk bergerak dengan kondisi atritis begini Bu. Tapi percaya deh ibu
tetap bisa bergerak kok walaupun perlahan.“
Nah dalam menerapkan tehnik ini, anda perlu melakukan komunikasi dengan nada
kepeduliaan dan tidak menggunakan nada perintah. Dan pastinya, sebagai seorang
perawat lansia anda diharuskan untuk memiliki kesabaran dan kepedulian yang tinggi.
Jika anda belum memiliki kesabaran tersebut, maka anda pun harus memberikan
waktu luang lebih bersama lansia ini. Jika anda merasa kesal, untuk mengatasinya
anda bisa pergi menyingkir terlebih dahulu dari lansia, dan jika sudah tenang maka
bisa kembali dengan menunjukkan wajah ceria.
Seperti yang sudah dibahas pada poin diatas tadi, dimana salah satu kebutuhan dari
para lansia ini adalah merasa dihormati. Maka dari itu anda pun bisa memenuhi
kebutuhan mereka itu dengan cara meminta secara baik-baik dibandingkan dengan
memerintah ketika berkomunikasi dengan para lansia.
“Ibu akan makan sup siang ini?.” Daripada mengatakan hal tersebut, sebaiknya anda
mengatakan seperti ini: “Ibu mau makan dengan sup ayam?”. Lebih baik lagi yang
Anda sampaikan kepada lansia ini adalah dengan menawarkan pilihan bagi mereka:
“Apakah ibu mau makan sup ayam atau sayur lodeh?”
Dengan anda memberikan pilihan kepada para lansia, disini mereka bakal merasakan
lebih dihargai. Dan memberikan penawaran pilihan kepada para lansia juga bakal
memberikan ruang kontrol pada diri lansia untuk dirinya sendiri, sehingga mereka
dapat merasakan kenyamanan dan sesuai keinginan.
Karena kondisi lansia yang kurang sabar serta memiliki kemampuan fisik menutun,
maka dengan memberikan peilihan kepada mereka, maka para lansia bakal merasa
senang karena dilibatkan dalam sebuah aktivitas, dan anda juga perlu
mengenali bentuk komunikasi pada lansia berikut.
Hal ini merupakan kesalahan yang sering dilakukan oleh para perawat lansia, dimana
mereka seringkali berasumsi sendiri untuk menilai kebutuhan dari pasiennya tersebut.
Nah disarankan daripada anda berasumsi sendiri, maka alangkah baiknya anda
bertanya atau diskusi mengenai satu tindakan yang akan dilakukan kepada para lansia
tersebut.
Contoh komunikasi terapeutik pada lansia dalam poin ini, anda bisa menanyakan
terlebih dahulu kepada mereka, seperti ‘Bu, bolehkah saya matikan lampu kamar?’
dibandingkan anda langsung mematikan lampu kamar karena beranggapan agar
mereka segera tidur.
Jika anda ingin melakukan suatu tindakan kepada para lansia ini, berikan mereka
alasan kenapa anda melakukan hal tersebut. Dengan diberikan pengertian secara
halus, maka para lansia ini pasti akan nurut dan mereka akan sukarela dengan apa
yang anda lakukan tersebut.
Namun jangan selamanya anda berpikiran demikian, dikarenakan tidak jarang juga
para lansia itu lebih membandel. Dan anda juga harus sabar dan bisa memberikan
pengertian terbaik terkait suatu hal tersebut agar lansia tertarik dan bersedia untuk
melakukannya.
Sebagai mahkluk hidup, para lansia ini tetap mempertahankan kemandirian maupun
kemerdekaan mereka sendiri. Dan hal ini kemungkinan bakal jadi bagian penting
bagaiman mereka bisa merasakan mengenai fisik serta kemampuan berfikir mereka
yang mulai berkurang tapi masih ingin memiliki kontrol pada dirinya sendiri.
Karena mereka masih memiliki hak untuk dirinya sendiri, maka jika memungkinkan
anda berikan tawaran pilihan kepada mereka. Jika anda paham betul dengan tehnik
ini, maka akan sangat sederhana seperti ketika anda memberikan penawaran kepada
lansia ingin makan siang dengan sop ayam atau telur rendang.
Nah, dengan memberikan para lansia ini pilihan, maka mereka memiliki kemampuan
memilih yang di inginkan dirinya sehingga bisa menimbulkan rasa percaya diri, aman,
serta memiliki ‘kekuatan’ dalam bereaksi terhadap lingkungan yang ada di sekitarnya.
Akan tetapi anda sebagai seseorang yang memperhatikan hal demikian, harus
mengetahui juga mengenai hambatan dalam proses komunikasi terapeutik. Hal ini
disebabkan oleh mereka yang sudah terlalu lancar lagi dalam merespon apa yang
dikehendaki oleh kita salah satunya.
Ibu harus minum obat saat ini, bapak harus berolahraga sekarang, ibu makan sup ini
sampai habis, bapak harusnya ikut terapi saat ini. Jika para lansia mendengarkan
kalimat tersebut, maka mereka akan merespons negative dan menyebabkan masalah
perilaku seperti menghindar, berargumen, maupun bisa bersikap keras kepala pada
anda.
Nah daripada anda menggunakan kata-kata diatas yang terkesan tidak sopan, maka
sebaiknya anda menggunakan kata-kata seperti ‘ayo, mari, yuks, saya, kita’, berikut
contoh kalimatnya:
Ini penting untuk menjaga kesehatan ibu, ayo ibu minum obat ini
Yuk pak, saya bantu untuk olahraga hari ini
Sup ini sepertinya lezat bu, mari kita habiskan
Sepertinya kita perlu memasukkan udara segar kedalam ruangan ini, bolehkah
saya buka jendelanya sebentar?
Dengan menggunakan jenis penyataan seperti ini, maka lansia akan terbuka
fikirannya dengan apa yang anda katakan, dan mendorong mereka untuk
mendengarkan apa yang anda minta agar mereka lakukan.
Sebelum berjumpa dengan pasien sebaik nya perawat mengetahui terlebih dahulu
berbagai hal diantaranya: indentitas, alamat, pekerjaan dan penyakit yang saat ini
sedang diderita oleh pasien, sehingga perawat pada tahap ini secara tidak langsung
sudah berkenalan dengan pasien.
Pada tahap ini perawat sudah datang dan bertatap langsung dengan pasien dengan
melihat kondisinya secara langsung. Fase ini disebut juga dengan fase perkenalan.
Adapun contoh dialognya adalah sebagai berikut:
Perawat : Selamat pagi ibu….
Pasien : Pagi ………..
Perawat : Apa ini benar dengan ibu Yani ……….?
Pasien : Ia benar na …..
Perawat : Perkenal kan bu’ saya perawat Agus…. Saya yang akan memeriksa ibu pagi
hari
menggantikan piket nya perawat Nining yang biasa
memeriksa ibu’…. (senyum lalu bertanya) “ Bagaimana keadaan ibu hari ini
…?
Pasien : Oh iya…., keadaan saya hari ini udah sedikit mendingan dari yang
kemarin…
perawat : syukur deh bu…. berarti itu tanda nya ibu akan segera pulih kembali
Pada tahap ini walaupun kita telah mengetahui nama pasien akan tetapi agar lebih
dekat sebaiknya kita kembali menanyakan nama pasien, inilah titik awal kerja sama
antar perawat dengan pasien.
3. Tahap Kerja
Tahap kerja ini merupakan tahap inti dari komunikasi terapeutik. Pada tahap ini sudah
masuk pada rencana apa yang akan kita berikan sebagai seorang perawat.
4. Tahap Terminasi
Tahapan Ini merupakan akhir dari pertemuan, dimana seorang perawat harus berpisah
dengan seorang pasien.
Pada saat proses fase-fase komunikasi terapeutik dilakukan oleh konselor Klinik
BNNP Jawa Barat, komunikasi sangat berperan penting karena mempengaruhi
hubungan antara konselor dan pasien dan juga kesembuhan pasiennya. Komunikasi
yang baik dan tepat dapat mendukung keberhasilan setiap fase-fase komunikasi
terapeutik, dimana jenis komunikasi yang berperan penting disini adalah komunikasi
antar pribadi
Komunikasi antar pribadi terjadi pada saat konselor dan pasien penyalahguna narkoba
saling bertatap muka dan melakukan proses fase-fase komunikasi terapeutik dengan
konseling di Klinik BNNP Jawa Barat. Komunikasi antar pribadi membantu konselor
untuk mengenal lebih baik pasien penyalahguna narkoba karena komunikasi ini
bersifat langsung dan dapat dilakukan secara tatap muka dan pasien pun dapat dengan
lebih mudah untuk mengekspresikan dirinya kepada konselor dan menyampaikan
keluhannya kepada konselor sehingga konselor dapat melakukan langkah yang tepat
untuk menyembuhkan pasien.
Proses untuk sembuh dari penyalahguna narkoba membutuhkan waktu yang lama.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan salah satu konselor Klinik BNNP
Jawa Barat, untuk pengguna narkoba yang sudah masuk ketahap kecanduan
membutuhkan waktu rata-rata empat tahun untuk sembuh dan tidak memiliki
keinginan untuk menggunakan narkoba lagi. Namun karena pasien yang ditangani di
Klinik BNNP Jawa Barat adalah pasien rawat jalan atau pasien penyalahguna narkoba
yang masih berada ditahap pernah mencoba narkoba dan bukan merupakan pasien
yang tergolong pecandu, maka waktu yang dibutuhkan untuk sembuh tidak selama
pasien pecandu narkoba. Berdasarkan dari hasil data penelitian Puslitkes Universitas
Indonesia bersama dengan BNN pada tahun 2016 lalu, sekitar 27,32% pengguna
narkoba di Indonesia berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Jumlah tersebut
kemungkinan meningkat kembali karena banyak beredarnya narkoba jenis baru. Hal
ini sangat disayangkan, karena kalangan muda merupakan generasi penerus bangsa.
Pengguna yang sudah memasuki tahap kecanduan akan merasa sakit pada sekujur
tubuh bila tidak mengkonsumsi narkoba tersebut. Maka dari itu biasanya individu
yang sudah menjadi pecandu akan dibawa ke pusat rehabilitasi narkoba untuk
menghentikan kecanduan itu. Upaya untuk rehabilitasi para pemakai narkoba juga
tidak mudah, karena kebanyakan dari pecandu selalu memakai kembali narkoba
setelah kembali ke masyarakat. Kecanduan tersebut memang tidak mudah untuk
dihilangkan kecuali pada diri individu memiliki kecanduannya tersebut. Pada
dasarnya motivasi merupakan lima pengertian yang melingkupi penggerak, alasan-
alasan atau dorongandorongan dalam diri manusialah yang menyebabkan manusia itu
berbuat sesuatu. Berdasarkan pengertian komunikasi terapeutik menurut Mukhripah
Damayanti dalam buku “Komunikasi Terapeutik” yang mengatakan bahwa
“komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan dan dilakukan untuk
membantu penyembuhan/pemulihan pasien”(Damayanti, 2010 :11), sehingga peneliti
menyimpulkan bahwa konselor di Klinik Badan Narkotika Nasional Provinsi Jawa
Barat juga melakukan komunikasi terapeutik dan ini diperkuat oleh hasil pra-riset
yaitu wawancara yang menegaskan bahwa konselor di Klinik Badan Narkotika
Nasional Provinsi Jawa Barat melakukan komunikasi terapeutik dan melakukan fase-
fase komunikasi terapeutik menurut Stuart dan Sundeen, dalam Christina, dkk dalam
buku Komunikasi Terapeutik yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini.
Dengan membahas penggunaan metode komunikasi terapeutik sebagai langkah
merehabilitasi klien dinilai menarik untuk diangkat sebagai penelitian mahasiswa
Unikom, khususnya program studi ilmu komunikasi untuk di angkat sebagai
penelitian. Padahal hal terpenting dalam komunikasi adalah bagaimana kita
melakukan hubungan antarpribadi dengan manusia lainya.