Di Susun Oleh :
JAWABAN :
Suara.com - Dua orang saksi terkait dugaan tindak pidana korupsi dalam
pengelolaan keuangan dan usaha Perusahaan Umum Perikanan Indonesia (Perum
Perindo) tahun 2016-2019 diperiksa Penyidik Jaksa Agung Muda Tindak Pidana
Khusus Kejaksaan Agung RI.
Adapun prospek yang dijual Perum Perindo dalam hal penangkapan ikan, selanjutnya
Perum Perindo mendapatkan dana MTN sebesar Rp200 miliar bertahap pada bulan
Agustus 2017 sebesar Rp100 miliar, dengan 'return' sembilan persen dibayar per
triwulan, jangka waktu tiga tahun yang jatuh tempo pada bulan Agustus 2020.
Kemudian cair lagi di bulan Desember 2017 sebesar Rp100 miliar, return 9,5 persen
dibayar per triwulan, jangka waktu tiga tahun yang jatuh tempo pada bulan Desember
2020.
Dari MTN yang diterbitkan di tahun 2017 sebesar Rp200 miliar itu, kata Leonard,
Perum Perindo menggunakannya sebagian besar dananya untuk modal kerja
perdagangan.
Dan hal ini bisa dilihat dengan meningkatnya pendapatan perusahaan yang di tahun
2016 sebesar kurang lebih Rp223 miliar, meningkat menjadi kurang lebih Rp603
miliar di tahun 2017 dan mencapai kurang lebih Rp1 triliun di tahun 2018.
2. Delik Hukum :
Terdakwa Risyanto Suanda menerima gratifikasi, yaitu menerima uang
masing-masing sebesar 30.000 dollar AS dari Richard Alexander Anthony, sebesar
30.000 dollar Singapura dari Desmond Previn dan sebesar 50.000 dollar Singapura
dari Juniusco Cuaca. Risyanto didakwa melanggar Pasal 12B Undang-Undang Nomor
31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah
dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 juncto Pasal 65 Ayat (1) KUHPidana.
3. Jumlah kerugian yg diakibatkan kasus tersebut :
Penyidik Kejaksaan Agung (Kejagung) memprediksi nilai kerugian negara
akibat dugaan tindak pidana korupsi PT Perum Perindo mencapai ratusan miliar.
Direktur Penyidikan pada Jaksa Agung Muda Pidana Khusus Kejagung, Supardi
menyampaikan, pihaknya akan berkoordinasi dengan Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) untuk memastikan angka kerugian negara.