Anda di halaman 1dari 5

JAWABAN TUGAS 1

MATAKULIAH HUKUM PIDANA EKONOMI

NOMOR 1

ALOR - Dua pelaku investasi bodong, sebesar Rp15 miliar ditangkap polisi. Uang, emas
batangan, dan barang bukti lainnya berhasil disita dari tas milik salah satu pelaku. AL dan SB
ditangkap Satuan Reskrim Polres Alor, di sebuah kapal tol laut tujuan Pulau Flores, Nusa
Tenggara Timur (NTT), pada Minggu 28 Februari 2021. Kedua pelaku ini, diduga akan
mencari lokasi baru tepatnya di daerah Flores, untuk menjalankan aksi investasi bodong.
Kapolres Alor, AKBP Agustinus Christmas mengatakan, kedua pelaku melakukan aksinya
dengan cara meminjam uang dari korbannya untuk modal, dengan iming-iming bunga 40 %
hingga 100 %. “Alasan investasi dengan jasa event organizer wedding ini, mereka telah
membawa uang dari para korban di beberapa daerah di Kalimantan sebesar Rp15 miliar,” kata
Agustinus. Dari tangan kedua pelaku, setelah digeledah isi koper bawaan polisi menemukan
uang tunai sebesar Rp165 juta, emas batangan seberat 200 gram. “Kedua pelaku sudah
ditahan,” sambungnya. Sementara uang, emas batangan, cincin dan handphone pelaku telah
disita sebagai barang bukti.

Soal:
Berdasarkan berita diatas, uraikan analisis Saudara apakah termasuk kategori tindak pidana
ekonomi dan uraikan tentang pertanggungjawaban pidana atas tindak pidana yang terjadi !

Jawaban:

Menurut saya Tindakan di atas merupakan tindak pidana ekonomi karena sangat merugikan
perekonomian masyarakat.Pertanggungjawaban pidana yang dapat diberikan adalah Tindak
Pidana Penipuan Pasal 378 KUHP. Merujuk paad literasi yang bersumber dari Buku Materi
Pokok Hukum Pidana Ekonomi Modul 3, berkenaan dengan pertanggung jawaban pidana yang
dikenakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Tindak Pidana Ekonomi yang menyebutkan bahwa
yang didefinisikan sebagai tindak pidana perekonomian adalah :

Pelanggaran berbagai ketentuan yang terdapat dalam atau berdasarkan berbagai peraturan dan
ordonantie (peraturan pemerintah) yang dicantumkan pada Pasal 1 ayat (1) Undang-undang
tindak pidana ekonomi.

Tindak-tindak pidana tersebut dalam Pasal 26, Pasal 32 dan Pasal 33 Undang-undang tindak
pidana ekonomi. Dan harus dikenakan sanksi samahalnya juga kasus di atas Tindak pidana
pencucian uang di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Berdasarkan undang-undang
tersebut pada Pasal 1 ayat (1), yang dimaksud dengan tindak pidana :
Pencucian uang adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur tindak pidana sesuai dengan
ketentuan dalam undang-undang ini;
Adapun sesuai ketentuan Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 , yang
dimaksud dengan hasil tindak pidana pencucian uang adalah harta kekayaan yang diperoleh
dari berbagai tidak pidana asal. Atau termasuk tindak pidana perjudian.
NOMOR 2

Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Dian Ediana Rae
mengatakan sulit untuk memberantas tindak pidana yang terkait ekonomi tanpa diikuti tindak
pidana pencucian uang (TPPU). Dian meyakini, penindakan TPPU setelah tindak pidana asal,
akan lebih memberi efek jera kepada pelaku kejahatan ekonomi, baik itu terkait korupsi,
narkoba, terorisme, maupun lainnya. "Selama itu kesenjangan tindak pidana asal dan TPPU
masih belum match, di seluruh dunia itu masih sulit untuk memberantas tindak pidana
ekonomi," ujar Dian saat menghadiri Web Seminar Sosialiasi PPTAK secara virtual, Rabu
(4/11).Hal ini, kata Dian, tak hanya berlaku di Indonesia, tetapi juga negara-negara lain.
"Bahkan negara maju sekalipun belum mampu menyelesaikan persoalan terkait tindak pidana
ekonomi ini tanpa diikuti dengan TPPU," ujar Dian.Ia mencontohkan, kasus korupsi maupun
narkoba besar di Indonesia yang masih ada hingga saat ini. Kendati sudah ada lembaga penegak
hukum yang khusus menindak kasus tersebut, kata Dian, tak membuat jumlah kejahatan
menurun."KPK sudah 18 tahun apakah ini menjadi menurun? bisa dikatakan tidak, masih tetap
marak, narkoba? apakah narkoba jadi membaik karena BNN? nggak juga, malah makin masif,"
kata dia.Ia menilai, persoalan paling penting dalam memberantas tindak pidana bermotif
ekonomi, selain hukuman pidana juga aliran uang dari kejahatan tersebut. Hal ini juga yang
menjadi fokus lembaga seperti PPATK di negara lain dan juga Indonesia.Ia mengatakan, jika
aparat penegak hukum menindak pelaku kejahatan maka PPATK ada untuk mengejar uang
hasil kejahatan. "Selama antara penjahat dengan duit penjahat belum paralel ditindak, akan
sulit kita berhasil karena tidak ada faktor penjera, nah ini persoalan sangat kritikal kita
bicarakan," kata dia.Apalagi, Dian mengatakan anomali di beberapa kasus pidana di Indonesia,
tidak dikuti TPPU, seperti kasus korupsi e-KTP. "Kasus ini sudah jelas TPPU tapi kemudian
oleh KPK tindak pidana asalnya saja ditindak 15 tahun tapi TPPU masih dipikirkan sampai
hari ini, ini yang tidak akan jera dari kerugian 2,3 triliun, yang berhasil disita hanya 400 miliar
nah ini sisanya lari kemana," katanya.Karena itu, ia menekankan yang terpenting saa ini
bagaiamana memastikan TPPU tidak lagi menjadi alternatif tatapi harus dilakukan bersamaan
dengan tindak pidana asal. Karena sebenarnya tindak pidana berbasis ekonomi pasti terdapat
unsur TPPU.

Soal :
Berdasarkan berita diatas uraikan analisis anda karakteristik tindak pidana ekonomi sehingga
harus dikaitkan dengan tindak pidana lainnya!

Jawaban :
Tindak Pidana Ekonomi merupakan tindak pidana khusus yang seharusnya disandingkan
dengan Tindak Pidana Umum atau tindak pidana asal. Artinya Tindak Pidana asal menjadi
pedoman utama akan penerapan tindak pidana ekonomi. Mengapa dalam TPE hampir semua
ada TPPU Karena "Logikanya" seseorang yang melakukan tindak pidana kejahatan pencucian
uang pasti akan menyembunyikan hasil kejahatanya untuk mengelabui proses hukum atau
dengan kata lain untuk mempersempit ruang gerak penegak hukum ketika melakukan
penyidikan dan penyelidikan mencari barang bukti dari tindak kejahatan TPPU.

Dari maksud Pengaturan Hukum Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU)


Tindak pidana pencucian uang di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Berdasarkan
undang-undang tersebut pada Pasal 1 ayat (1), yang dimaksud dengan tindak pidana :
Pencucian uang adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur tindak pidana sesuai dengan
ketentuan dalam undang-undang ini;

Adapun sesuai ketentuan Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 , yang
dimaksud dengan hasil tindak pidana pencucian uang adalah harta kekayaan yang diperoleh
dari berbagai tidak pidana asal.

Menurut saya dari kasus yang telah di jabarkan di atas merupaka unsur tindak pidana yang
dimaksud adalah unsur melawan hukum, yang merupakan unsur melawan hukum dalam unsur
subjektif maupun objektif yang dalam hal ini harus dilakukan tindak pidana yang jenisnya
adalah tindak pidana materil (materiil dilicten). Tindakan pidana metril inti larangannya adalah
pada menimbulkan akibat yang dilarang, karena itu siapa yang menimbulkan akibat yang
dilarangan itulah yang dipertanggungjawabkan dan dipidana. Jadi menurut saya kasus di atas
mengenai TPPU yang diyakini menjadi salah satu yang harus di eksekusi siapa dalang
dibaliknya padahal ada atura-aturan yang melanggar, harusnya tindak pidan aini harus
diperkuat karena dibalik keuntungan bagi orang-orang yang melakukan TPPU pasti ada
kerugian tersendiri bagi negara kita, dan jika dibiarkan ini menjadi lumpuhnya hukum dinegara
kita sendiri, yang pada dasarnya dalam Tindakan pidana ekonomi ini sudah merupaka tindak
pidana apabila ditinjau dari segi KUHP yang terbagi dalam Buku II dan Buku III yakni
Pelanggaran dan Kejahatan. Dan dalam Tindakan pidana ekonomi kasus di atas bisa terjerat
Pasal 3 UUTPE yang mengatakan, barang siapa yang turut melakukan suatu tindak pidana
ekonomi yang dilakukan di dalam daerah hukum Republik Indonesia dapat di hukum. Jadi hal
yang harus dilakukan adalah penegak hukumnya di Indonesia, dan pakar-pakar hukum yang
sudah terbilang harusnya turut andil dalam menyelesaikan orang-orang yang terlibat. Peran
KPK dan orang-orang yang paham hukum harusnya andil dalam memperjuangkan masalah
yang berhubungan dengan perekonomian.
NOMOR 3

Berkas Penyidikan Kasus Pidana Pajak PT GSG Dinyatakan Lengkap

TEMPO.CO, Jakarta - Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta menyatakan berkas hasil penyidikan
pada kasus pidana perpajakan korporasi PT GSG sudah lengkap atau P-21. Dalam kasus
pidana pajak ini, potensi kerugian pendapatan negara akibat tindak pidana ini kurang lebih Rp
9 Miliar. “Indikasi fraud atas pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Wajib Pajak (WP) ini dapat
dideteksi dari sistem pengawasan terintegrasi yang ada di Ditjen Pajak,” kata Kepala Kantor
Wilayah (Kanwil) Jakarta Barat, Erna Sulistyowati, dalam keterangannya di Jakarta, Senin, 10
Februari 2020.Awalnya, penyidik Kanwil Ditjen Pajak Jakarta Barat telah melakukan
pemeriksaan bukti permulaan terhadap PT GSG. Menurut Erna, PT GSG dengan sengaja
menyampaikan SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menggunakan Faktur Pajak TBTS
(Tidak Berdasarkan Transaksi Sebenarnya) dan selanjutnya diajukan permohonan restitusi
PPN. Dari hasil penyelidikan Kanwil Ditjen Pajak, PT GSG diduga telah melanggar ketentuan
dalam Pasal 39A huruf a dan/atau Pasal 39 ayat (3) Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara PerpajakanDalam aturan ini,
pelaku dapat dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 2 tahun.
Kemudian, denda paling sedikit 2 kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi
atau pengkreditan yang dilakukan. Jumlahnya paling banyak 4 kali jumlah restitusi yang
dimohonkan dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan. Erna mengatakan,
Kanwil Ditjen Pajak Jakarta Barat akan terus meningkatkan sinergi dengan Kepolisian Daerah
Metropolitan Jakarta Raya dan Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta. Sehingga, upaya penegakan
hukum terhadap WP yang tidak menjalankan kewajiban perpajakannya bisa terus dilakukan.
“Terutama WP yang melakukan tindak pidana di bidang perpajakan,” kata dia.

Soal;
Setelah membaca berita diatas, uraikan dan berikan analisis anda mengapa tindak pidana yang
terjadi digolongkan sebagai tindak pidana korporasi ! serta berikan analisis anda keterkaitan
Ditjen Pajak dengan Kepolisian dan Kejaksaan!
Jawaban :

Kenapa disebut Tindak Pidana Koorporasi adalah karena PT GSG adalah perusahaan dan juga
memenuhi kriteria Koorporasi dalam UU Drt 7/ 1955 Pasal 15 Dan Perma 13/ 2016. Mengacu
kepada Peraturan MA (Perma) No. 13 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penanganan Tindak
Pidana oleh Korporasi yang berisi rumusan kriteria kesalahan korporasi yang dapat disebut
melakukan tindak pidana; siapa saja yang dapat dimintai pertanggungjawaban pidana
korporasi; tata cara pemeriksaan (penyidikan-penuntutan) korporasi dan atau pengurus
korporasi; tata cara persidangan korporasi; jenis pemidanaan korporasi; putusan; dan
pelaksanaan putusan Dan terdapat form Surat panggilan.

“Tindakan pidana oleh korporasi merupakan tindak pidana yang dilakukan oleh orang
berdasarkan hubungan kerja atau berdasarkan hubungan lain, baik sendiri – sendiri maupun
bersama – sama yang bertindak untuk dan atas nama korporasi di dalam maupun di luar
lingkungan korporasi.”
Dan menurut saya keterkaitannya dengan perpajakan karena dalam hal di atas Pajak PT GSG
sudah terbukti lengkap diselidiki olek kejaksaan dengan potensi kerugian pendapatan negara
akibat tindak pidana ini kurang lebih Rp 9 Miliar. Maka harus ditindak lanjjuti ke kepolisian
atas Tindakan pidananya. Jadi keterkaitan ini harus di jalankan akibat tindak pidana korporasi
jadi yang harus dilakukan adalah pengusutan hal-hal yang harus ditindaklanjuti dalam hal ini
termasuk tindak pidana penggelapan, atau tindak pidana penipuan dan pencucian uang.
Selanjutnya keterkaitan Ditjen Pajak dengan Kepolisian Dan Kejaksaan adalah terkait proses
penyidikan dan penuntutan. Kejaksaan bertugas dalam penuntutan.
Sumber Referensi :

Modul 3 (Hartiwiningsih & Lushiana Primasari ) HKUM 4311 (2017) Hukum Pidana Ekonomi

Anda mungkin juga menyukai