Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 1 HUKUM ACARA PIDANA

NAMA : SEPTIAN ZAKARIA HS

NIM : 042238035

1. Mengapa dalam proses Penegakan hukum pidana masih memelukan hukum acara
pidana ?

Hukum acara pidana bertujuan untuk memastikan bahwa proses peradilan pidana
berjalan dengan adil dan sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan. Hal ini melibatkan
perlindungan hak-hak tersangka, terdakwa, dan pihak-pihak yang terlibat dalam proses
peradilan. Proses penegakan hukum pidana memerlukan hukum acara pidana karena
hukum acara pidana adalah serangkaian aturan dan prosedur yang mengatur cara
pelaksanaan penegakan hukum pidana. Ada beberapa alasan mengapa hukum acara
pidana diperlukan dalam proses penegakan hukum pidana:

1. Perlindungan hak asasi manusia: Hukum acara pidana dirancang untuk melindungi
hak asasi manusia dan mencegah penyalahgunaan kekuasaan oleh aparat penegak
hukum. Ini mencakup hak tersangka atau terdakwa untuk mendapatkan perlindungan
hukum, hak atas peradilan yang adil, dan hak untuk tidak disiksa atau dianiaya.
2. Kejelasan prosedur: Hukum acara pidana menyediakan panduan yang jelas tentang
bagaimana penegakan hukum pidana harus dilakukan. Ini mencakup aturan tentang
bagaimana penyidikan, penangkapan, penuntutan, dan persidangan harus dilakukan.
Dengan memiliki prosedur yang terstruktur, penegakan hukum dapat berjalan lebih
efisien dan adil.
3. Pembuktian: Hukum acara pidana mengatur bagaimana bukti-bukti dalam suatu kasus
harus dikumpulkan, diajukan, dan diperiksa di pengadilan. Ini penting karena
menentukan apakah seseorang bersalah atau tidak bersalah dalam suatu tindak
pidana.
4. Keadilan: Hukum acara pidana mendukung prinsip-prinsip keadilan, seperti hak atas
pembelaan yang layak, hak untuk menghadiri sidang, dan hak atas pengadilan
terbuka. Ini membantu memastikan bahwa proses peradilan berlangsung secara adil.
5. Penyelidikan: Hukum acara pidana juga mengatur prosedur penyelidikan dan
pemberian izin yang diperlukan untuk mengumpulkan bukti. Ini memastikan bahwa
penyelidikan dilakukan dengan cara yang sesuai dengan hukum dan tidak melanggar
hak individu.
6. Pelaksanaan hukuman: Setelah seseorang dinyatakan bersalah, hukum acara pidana
mengatur prosedur pelaksanaan hukuman, termasuk penjatuhan hukuman dan
pemasyarakatan. Ini penting untuk menjaga keteraturan dan keadilan dalam
pelaksanaan hukuman.

Secara keseluruhan, hukum acara pidana adalah kerangka kerja yang penting untuk
memastikan bahwa penegakan hukum pidana dilakukan dengan adil, sesuai dengan
hukum, dan dengan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Tanpa hukum acara
pidana yang tepat, ada risiko pelanggaran hak individu, kebingungan dalam proses
peradilan, dan ketidakpastian dalam penegakan hukum pidana. Oleh karena itu, hukum
acara pidana adalah bagian integral dari sistem peradilan pidana yang efektif.

2. coba anda uraikan kewenangan penuntut umum berdasarkan ketentuan Pasal 14


KUHAP ?

Pasal 14 KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana) di Indonesia mengatur


mengenai kewenangan penuntut umum dalam proses hukum pidana. Berikut adalah
penjelasan mengenai kewenangan penuntut umum berdasarkan ketentuan Pasal 14
KUHAP:
1. Penuntut Umum: Penuntut umum adalah pejabat yang ditugaskan untuk melakukan
penuntutan dalam perkara pidana. Kewenangan penuntut umum diatur oleh Pasal 14
KUHAP dan meliputi hal-hal sebagai berikut:
2. Kewenangan Pidana: Penuntut umum memiliki kewenangan untuk mengejar tindak
pidana sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Mereka dapat melakukan
penuntutan terhadap pelaku tindak pidana, baik individu maupun korporasi, yang diduga
telah melanggar hukum pidana.
3. Menyelidiki dan Menuntut: Penuntut umum memiliki kewenangan untuk menyelidiki
tindak pidana, mengumpulkan bukti, dan memerintahkan penyidik (biasanya polisi) untuk
melakukan penyelidikan lebih lanjut jika diperlukan. Mereka juga memiliki kewenangan
untuk mengajukan dakwaan dan menghadirkan perkara ke pengadilan.
4. Menentukan Rute Penuntutan: Penuntut umum memiliki wewenang untuk menentukan
jenis dakwaan yang akan diajukan, apakah berupa dakwaan pidana atau perdata, serta
jenis hukuman yang akan diminta kepada pengadilan.
5. Menyatakan Pendapat: Selain itu, penuntut umum juga memiliki kewenangan untuk
memberikan pendapat atau rekomendasi kepada pengadilan dalam hal-hal tertentu,
seperti permohonan penangguhan penahanan, penangguhan penuntutan, dan
permohonan rehabilitasi.
6. Menyatakan Tuntutan: Penuntut umum juga memiliki kewenangan untuk menyatakan
tuntutan atas nama negara dalam persidangan. Mereka harus menyusun tuntutan
berdasarkan bukti dan hukum yang ada, dan meminta pengadilan untuk memberikan
hukuman yang sesuai jika terbukti bahwa terdakwa bersalah.
7. Mengajukan Banding atau Kasasi: Setelah putusan pengadilan di tingkat pertama,
penuntut umum memiliki kewenangan untuk mengajukan banding atau kasasi jika merasa
putusan tersebut tidak sesuai dengan hukum. Hal ini memungkinkan penuntut umum
untuk memperjuangkan kepentingan negara dalam rangka mencapai keadilan.

Kewenangan penuntut umum ini penting dalam menjaga kepastian hukum dan keadilan
dalam sistem hukum pidana Indonesia. Mereka bertanggung jawab untuk memastikan
bahwa pelaku tindak pidana dituntut dan diadili sesuai dengan prosedur hukum yang
berlaku.

3. Pada prinsipnya persidangan perkara pidana harus terbuka untuk umum kecuali
hal-hal yang diatur oleh undang-undang karena untuk menjamin objektifitas
pemeriksaan. Apakah akibat hukum bila dalam proses persidangan dilakukan
secara tertutup tanpa ada pengecualiaan dari undang- undang?

Dalam sistem hukum yang berbasis pada prinsip-prinsip hukum yang demokratis dan hak
asasi manusia, persidangan perkara pidana biasanya harus dilakukan secara terbuka untuk
umum, kecuali ada ketentuan khusus dalam undang-undang yang memungkinkan
persidangan tertutup. Prinsip terbuka ini penting untuk menjaga transparansi,
akuntabilitas, dan keadilan dalam proses peradilan.

Jika dalam proses persidangan dilakukan secara tertutup tanpa ada pengecualian yang
diatur oleh undang-undang, ini dapat memiliki beberapa akibat hukum yang serius, antara
lain:

1. Pelanggaran Hak Asasi Manusia: Persidangan tertutup tanpa dasar hukum yang kuat
dapat dianggap sebagai pelanggaran terhadap hak asasi manusia, termasuk hak atas
kebebasan berbicara, hak atas keadilan, dan hak atas peninjauan terhadap vonis. Hal
ini bisa mengakibatkan tuntutan hukum terhadap negara.
2. Ketidakadilan: Persidangan tertutup dapat merusak prinsip-prinsip dasar keadilan,
seperti hak untuk pembelaan yang efektif, hak untuk mendengar bukti dan argumen,
dan hak untuk melibatkan masyarakat dalam proses peradilan. Ini dapat mengarah
pada ketidakadilan dalam proses peradilan.
3. Keraguan Publik: Persidangan tertutup dapat menciptakan keraguan di kalangan
publik tentang integritas sistem peradilan. Kehilangan kepercayaan publik dalam
proses peradilan dapat mengganggu otoritas dan keberlanjutan sistem peradilan.
4. Potensi Penyalahgunaan Kekuasaan: Persidangan tertutup tanpa dasar hukum yang
kuat dapat menciptakan potensi penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak-pihak yang
terlibat dalam proses peradilan, seperti hakim, jaksa, atau penegak hukum.

Dalam banyak sistem hukum, terdapat aturan yang mengatur kapan dan bagaimana
persidangan dapat menjadi tertutup, biasanya terkait dengan masalah privasi, keamanan
nasional, atau perlindungan saksi-saksi. Namun, aturan-aturan ini harus sesuai dengan
prinsip-prinsip hak asasi manusia dan tidak boleh digunakan secara sembarangan. Jika
persidangan dilakukan secara tertutup tanpa dasar hukum yang tepat, hal ini dapat
menjadi dasar untuk banding atau tuntutan hukum lainnya yang mengakibatkan
pembatalan atau revisi keputusan peradilan.

SUMBER :

Modul Hukum Acara Pidana Universitas Terbuka

https://repository.uir.ac.id/1839/1/HUKUM%20ACARA%20PIDANA%20EDISI%20I.pdf

https://fahum.umsu.ac.id/hukum-acara-pidana-fungsi-asas-dan-
prinsip/#:~:text=Salah%20satu%20fungsi%20penting%20hukum,menuntut%2C%20dan%20men
gadili%20pelaku%20kejahatan.

Anda mungkin juga menyukai