Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 3 TAP

Pertanyaan:

a) Dari ketiga tipe kasus di atas:

1. Apakah kasus-kasus tersebut dapat (ada peluang) diselesaikan melalui Alternatif


Penyelesaian Sengketa (APS/non-litigasi)? Jelaskan dan tunjukkan alasan dan
landasan hukumnya;

Dalam upaya cara penyelesaian debitur wanprestasi pada perjanjian kredit


dengan jaminan fidusia hukum di Indonesia pada dasarnya menganut dua cara
dalam penyelesaian sengketa yaitu non-litigasi dan litigasi. Alternatif Penyelesaian
Sengketa (APS) atau non-litigasi merupakan salah satu proses untuk
menyelesaikan suatu sengketa diluar pengadilan yang dapat dilakukan oleh para
pihak untuk dapat menyelesaikan sengketanya. Penyelesaian Kredit Macet di
Bank dapat dilakukan di luar pengadilan dengan menggunakan Alternatif
Penyelesaian Sengketa (APS) atau Alternative Dispute Resolution (ADR).
Penyelesaian sengketa tersebut telah memiliki dasar hukum yang kuat sejak
diterbitkannya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa. Penyelesaian sengketa di luar Pengadilan ini
menghasilkan kesepakatan yang bersifat win-win solution atau saling
menguntungkan satu sama lain yang dijamin kerahasiaan sengketa para pihak,
dihindari kelambatan yang diakibatkan karena hal prosedural dan administrative,
menyelesaikan masalah secara komperhensif dalam kebersamaandan
tetapmenjaga hubungan baik. Penyelesaian sengketa diluar pengadilan ini lebih
banyak dipilih karena proses peradilan di Indonesia dianggap tidak efisien dan
tidak efektif
• Dalam kasus PT memungkinkan untuk dilakukan APS karena perbuatan tersebut
dijerat dengan pasal 368 KUHP dan pasal 372 KUHP yang merupakan delik
aduan . Diketahui bahwa hukum pidana dianut asas ultimum remisium yang
mengatakan bahwa pidana hendaklah dijadikan upaya terakhir dalam hal
penegakan hukum. Sehingga sebelum dibawa ke ranah hukum, hendaknya kedua
belah pihak telah mencoba menyelesaikan kasus tersebut melalui APS.
• Dalam kasus oknum TNI tidak dimungkinkan untuk dilakukan pelesainyan perkara
secara APS dikarenakan perbuatan tersebut dijerat dengan pasal 170 ayai (1)
KUHP yang bukan merupakan delik aduan. Perbuatan dalam pasal 170 Ayat (1)
KUHP tergolong sebagai kejahatan terhadap Ketertiban umum, maka dimaknai
sebagai tujuan uatama perbuatan tersebut adalah mengganggu ketertiban umum,
sehingga dalam hal ini tidak dapat dilakukan APS.
• Perbuatan NM dalam kasus tersebut dijerat dengan pasal 372 KUHP tentang
penggelapan dimana pada dasarnya penggelapan bukan termsuk dalam delik
aduan, maka walaupun barang yang digelapkan telah dikembalikan dan sekalipun
jika telah terjadi perdamaian dengan korban, hal tersebut tidak menjadi alas an
pengahapusan kewenangan untuk menuntut terhadap delik tersebut. Sehingga
dalam hal ini tidak dapat dilakukan APS atas kasus tersebut.

2. Jelaskan pertimbangan hukumnya dan peristiwa yang mana saja yang dapat
dan/atau tidak dapat diselesaikan melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS)?
Jelaskan

Dari beberapa peristiwa diatas yang dapat diselesaikan melalui APS adalah kasus
PT.FIF, karena dalam Kasus PT.FIF tersebut merupakan delik aduan dan
merupakan perbuatan yang dapat dijerat pasal 368 dan pasal 372, sehingga
penerapan atas ultimum remidium penting untuk diterapkan melalui upaya
penyelesaian APS. Sedangkan kasus Oknum TNIdan Kasus Kepala Desa NM,
keduanya tidak dapat diselesaikan melalui APS sebeb sengketa yang dapat
diselesaikan melaui APS adalah mengenai kasus perdata saja dan para pihak
yang bersengketa memiliki itikad baik secara Bersama-sama untuk
mengesampingkan penyelsaian melalui pengadilan.

b) Lakukan analisa:
1. perbuatan melawan hukum apa saja yang dapat dikenakan terhadap PT. FIF
sebagai korporasi, ke 65 Oknum TNI, NM (52) seorang Kepala Desa di Kecamatan
Sempor? Jelaskan dan tunjukkan unsur-unsur melawan hukumnya!;

a. Kasus PT FIF, dalam kasus ini diketahui bahwa perjanjian fidusia oleh PT
FIF tidak didaftarkan, sehingga posisi kreditur hanyalah sebagai kreditur
konkuren. Oleh seb itu, atas perampasan PT FIF dapat dijerat pasaal 368
KUHP dan pasal 372 KUHP dengan unsur sebagai berikut.
• Pasal 368 KUHP:
✓ Barangsiapa: PT FIF
✓ dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain
dengan melawan hak: perbuatan PT FIF menguntungkan diri sendiri
yang bertujuan pelunasan piutang
✓ memaksa orang dengan kekerasan atau ancaman kekerasanuntuk
memberikan barang, : perampasan oleh PT FIF
✓ yang sama sekali atau sebagaiannya termasuk kepunyaan orang itu
sendiri kepunyaan orang lain atau supaya orang itu membuat utang
atau menghapus piutang: diketahui perbuatan tersebut bertujuan
untuk menghapus utang PT FIF
• Pasal 372 KUHP
✓ Barangsiapa: PT FIF
✓ dengan sengaja ;perbuatan yang dilakukan dengan sengaja
✓ memiliki dengan melawan hak sesuatu barang yang sama sekali
atau sebagiannya termasuk kepunyaan orang lain: Sepeda motor
tersebut milik Anwar dan dimiliki PT FIF dengan melawan hak
✓ barang itu ada dalam tangannya bukan karena kejahatan: barang
tersebut berada dibawah penguasaan PT FIF atas sepengetahuan
Anwar
b. Oknum TNI
Atas tindakan anarkis para TNI tersebut maka dapat dikenakan Pasal
170 ayat (1) KUHP dengan unsur sebagai berikut :
●Pasal 170 ayat (1) KUHP
✓ -Barangsiapa : Oknum TNI
✓ -di muka umum : Perbuatan tersebut dilakukan secara terang-
terangan
✓ -bersama-sama : perbuatan tersebut dilakukan secara bersama-
sama
✓ -melakukan kekerasan terhadap orang atau barang : dalam
perbuatan tersebut paraoknum TNI telah melakukan kekerasan
terhadap orang dan perusakan barang

c. Kepala Desa NM
Perbuatan yang dilakukan oleh Kepala Desa NM tersebut dapat dikenakan
pasal 372 KUHP dengan unsur-unsur sebagai berikut:
●Pasal 372 KUHP
✓ Barangsiapa : Kepala desa NM
✓ dengan sengaja : Perbuatan tersebut dilakukan dengan sengaja
✓ memiliki dengan melawan hak sesuatu barang yang sama
sekali atau sebagiannya
✓ termasuk kepunyaan orang lain : Sepeda motor tersebut adalah milik
debitur SM
✓ barang itu ada dalam tangannya bukan karena kejahatan : barang
tersebut dibawah penguasaan NM atas dasar sebagai objek jaminan
yang sah

2. sehubungan dengan pertanyaan huruf b) a di atas, Apakah terhadap PT. FIF


sebagai korporasi, ke 65 Oknum TNI, NM (52) seorang Kepala Desa di Kecamatan
Sempor dapat dikenakan sanksi pemberatan? Jelaskan dan tunjukkan
perbuatan/peristiwa yang mana saja!;
Dalam kasus diatas yang dapat dikenakan sanksi pemberatan ialah pada kasus
Oknum TNI dan kasus Kepala Desa, dasar hukumnya ialah Pasal 52 KUHP.
Bahwa pada kasus Oknum TNI telah nyata diketahui bahwa sejumlah Oknum TNI
telah melakukan perbuatan kekerasan terhadap orang dan perusakan barang
pada waktu dini hari. Apabila mengacu pada penjelasan pasal 52 KUHP
maka hal ini tergolong pelanggaran atas suatu kewajiban khusus dari jabatan TNI.
Pada kasus Kepala Desa yang melakukan transaksi gelap dengan enggadaikan
objek jaminan fidusia juga termasuk pemberatan sebab telah menggunakan
kesempatan dan sarana yang diberikan kepadanya karena jabatannya
sebagaimana diatur dalam Pasal 52 KUHP maka pidananya ditambah sepertiga
Dalam kasus diatas yang dapat dikenakan sanksi pemberatan ialah pada kasus
Oknum TNI dan kasus Kepala Desa, dasar hukumnya ialah Pasal 52 KUHP.
Bahwa pada kasus Oknum TNI telah nyata diketahui bahwa sejumlah Oknum TNI
telah melakukan perbuatan kekerasan terhadap orang dan perusakan barang
pada waktu dini hari. Apabila mengacu pada penjelasan pasal 52 KUHP maka hal
ini tergolong pelanggaran atas suatu kewajiban khusus dari jabatan TNI. Pada
kasus Kepala Desa yang melakukan transaksi gelap dengan menggadaikan objek
jaminan fidusia juga termasuk pemberatan sebab telah menggunakan
kesempatan dan sarana yang diberikan kepadanya karena jabatannya
sebagaimana diatur dalam Pasal 52 KUHP maka pidananya ditambah sepertiga.
Dalam kasus diatas yang dapat dikenakan sanksi pemberatan ialah pada kasus
Oknum TNI dankasus Kepala Desa, dasar hukumnya ialah Pasal 52 KUHP.
Bahwa pada kasus Oknum TNI telahnyata diketahui bahwa sejumlah Oknum TNI
telah melakukan perbuatan kekerasan terhadap orangdan perusakan barang pada
waktu dini hari. Apabila mengacu pada penjelasan pasal 52 KUHPmaka hal ini
tergolong pelanggaran atas suatu kewajiban khusus dari jabatan TNI. Pada
kasusKepala Desa yang melakukan transaksi gelap dengan menggadaikan objek
jaminan fidusia jugatermasuk pemberatan sebab telah menggunakan kesempatan
dan sarana yang diberikan kepadanyakarena jabatannya sebagaimana diatur
dalam Pasal 52 KUHP maka pidananya ditambah sepertiga.
3. masih sehubungan dengan pertanyaan huruf b) a di atas, Apakah terhadap PT.
FIF sebagai korporasi, ke 65 Oknum TNI, NM (52) seorang Kepala Desa di
Kecamatan Sempor ada peluang kemungkinan dapat dikenakan tindak pidana
pembarengan (concursus)? Jelaskan dan tunjukkan perbuatan/peristiwa yang
mana saja!
Dalam kasus PT. FIF merupakan bentuk perbarengan tindak pidana
(concursus), hal tersebutditunjukan dari perbuatan PT. FIF merupakan
perampasan yang dijerat dengan Pasal 368 KUHPdan pasal 372 KUHP. Sehingga
terdapat perbarengan peraturan yang terjadi dalam hal satu orangtelah
melakukan perbuatan yang melanngar lebih dari satu aturan pidana
(Pasal 63 ayat 1).Sedangkan perbuatan para oknum TNI telah melakukan
kekerasan terhadap orang dan perusakanbarang yang diatur dalam pasal 170 ayat
(1) KUHP, serta perbuatan penggelapan yang dilakukanoleh Kepala Desa NM
yakni diatur dalam pasal 372 KUHP bukan merupakan pembarengan
pidana(concursus)

c) Lakukan Analisa tentang tindakan pihak kepolisian (tingkat Polsek) pada Tipe
Kasus-1 yang berbeda dengan pihak kepolisian tingkat provinsi (Polda-Jatim) dalam
penanganan menafsirkan dua pesoalan hukum fidusia antara PT FIF dengan Moch.
Anwar Latuwo? Jelaskan dan tunjukkan parameter yang anda gunakan untuk
memberikan justifikasi tersebut!

Dalam pertimbangan yang digunakan oleh kepolisian tingkat polsek atas kasus
antara PT FIF denganAnwar adalah mengenai penguasaan sepeda motor oleh
PT FIF tersebut yang mana hanya dianggap mengamankan dan bukan
merampas. Namun dalam hal ini dapat diketahui bahwa perbuatan yang
dianggap sebagai “mengamankan” tersebut dilakukan dengan cara merebut atau
merampas barang dari pemiliknya dengan maksud agar pemiliknya tersebut tidak
dapat menguasai sepeda motornya. Sehingga jika diukur dari parameter tujuan
dari perbuatan yang dilakukan oleh PT FIF tersebut, maka telah benar interpretasi
dan pertimbangan yang diterapkan oleh kepolisian tingkat provinsi dimana
perbuatan tersebut dapat dijerat dengan Pasal 368 KUHP dan Pasal 372 KUHP

Anda mungkin juga menyukai