Anda di halaman 1dari 15

Pelayanan Publik pada Lembaga Pemasyarakatan (Analisa Hukum: Peningkatan Kualitas Sistem Kunjungan di Lapas)

PELAYANAN PUBLIK PADA LEMBAGA PEMASYARAKATAN


(ANALISIS HUKUM: PENINGKATAN KUALITAS SISTEM KUNJUNGAN
DI LAPAS)

Taufik H. Simatupang
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan, Departemen Hukum dan HAM RI
Jln. Raya Gandul Cinere, Jakarta Selatan
th_simatupang@yahoo.cp.id

ABSTRACT
Either one bound up prisoner rights straightforward with public service is accept family visit,
jurisdictional counselor, or another particular person. Each it unmitigated prisoner is social
being that does ever have the will for associate and gets socialization with society / its community,
particularly with indispensable person (family, jurisdictional counselor, associate, churchman,
and other as it). Therefore, each prisoner as part of society (public) one that have problem with
jurisdictional, regular shall get its rights rights as it were ruled by rule legislation which applies.
One of belonging of prisoner and socializing protege terminological PP's rule Number 28 Years
2006 about changes on PP Number 32 Years 1999 about Requisite and Rights performing
Procedures WBP IS accept family visits, jurisdictional counselor or person another particular.
Right for this prisoner rights at other side constitutes to do bit for Lapas, as one of shaped
ministering public of promoter institution state that its activity funded by APBN.

Keywords: Public Service, Right For Prisoners, Law Analysis

Pendahuluan Kepada Masyarakat menjadi pedoman bagi aparatur


Salah satu fungsi penyelenggaraan pemerin- pemerintah dalam memberikan pelayanan publik.
tahan yang dilakukan oleh aparatur pemerintah ada- Kemudian Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999
lah pelayanan publik. Peraturan perundang-un- tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
dangan Indonesia telah memberikan landasan untuk juga telah menginstruksikan kepada instansi peme-
penyelenggaraan pelayanan publik dengan men- rintahan untuk menyampaikan laporan akuntabilitas
dasarkan pada asas-asas umum pemerintahan yang kinerja kepada Presiden. Ketiga instrumen hukum
bersih dan baik (clean and good governance). Asas tersebut merupakan pedoman pemerintah untuk
umum dimaksud adalah asas yang menjunjung ting- memperbaiki kinerja lembaga terutama lembaga
gi norma kesusilaan, kepatutan dan norma hukum atau instansi pelayanan publik. Pelayanan publik
untuk menciptakan penyelenggaraan negara yang dapat dibedakan menjadi 2 (dua) bagian: Pertama
bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme pelayanan publik yang bersifat umum, yaitu yang
(KKN). diberikan kepada siapa saja yang membutuhkan
Lebih lanjut Keputusan Menteri Penda- pelayanan dan diberikan oleh instansi publik yang
yagunaan Aparatur Negara Nomor 81 Tahun 1993 berwenang untuk itu. Kedua pelayanan publik yang
tentang Pedoman Tata Laksana Pelayanan Umum bersifat khusus yang timbul karena adanya suatu hu-
dan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1995 tentang bungan hukum yang sifatnya khusus diantara
Perbaikan Mutu Pelayanan Aparatur Pemerintahan
Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009 35
Pelayanan Publik pada Lembaga Pemasyarakatan (Analisa Hukum: Peningkatan Kualitas Sistem Kunjungan di Lapas)

institusi publik tertentu dan publik/komunitas ter- Dari fakta empiris diatas jelas menunjukkan
tentu. betapa pelayanan publik tersebut tidak gratis,
Dalam hal pelayanan publik di lingkungan terutama bagi sebagian masyarakat yang memiliki
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) tentunya masuk keluarga di Lapas. Mungkin ini hanya satu kasus
pada wilayah pelayanan publik yang bersifat khusus dari sekian banyak kasus yang belum terungkap di
yang melibatkan publik tertentu. Meskipun bersifat Lapas. Oleh karena itu perlu dilakukan pendalaman
khusus tentunya tidak mengurangi kualitas pela- lebih lanjut melalui serangkaian kegiatan penelitian
yanan publik yang akan diberikan. Lapas sebagai untuk menguji kebenaran fakta dimaksud. Tentu
sebuah institusi pembinaan bertujuan untuk men- penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menginves-
jadikan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP). Se- tigasi tentang pungutan liar, tetapi lebih diarahkan
bagaimana yang diamanatkan dalam Pasal 2 UU kepada evaluasi terhadap mekanisme dan prosedur
Nomor 12 Tahun 1995, bahwa: yang dilakukan selama ini dalam hal pelayanan ke-
Sistem pemasyarakatan diselenggarakan dalam pada masyrakat/publik terutama pada masalah kun-
rangka membentuk warga binaan pemasyarakatan jungan maupun bezukan di Lapas. Hal ini dianggap
agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesa- penting karena baik buruknya mekanisme dan pro-
lahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tin- sedur kunjungan akan berpotensi terhadap terjadinya
dak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh pungli atau tidak.
lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam Membicarakan pelayanan publik secara
pembangunan, dan dapat hidup secara wajar seba- konseptual tidak bisa dilepaskan dari manajemen.
gai warga yang baik dan bertanggung jawab. Manajemen harus ditegakkan. Rencana atau pera-
Namun demikian, dalam hal pelayanan turan sebagai produk manajemen, misalnya, harus
publik khususnya dalam hal kegiatan kunjungan/ ditaati oleh setiap orang atau masyarakat yang ber-
bezukan seringkali dikeluhkan masyarakat. kaitan dengan rencana atau peraturan yang ber-
Karena setiap pintu dan ruang yang dilewati ber- sangkutan. Setiap keputusan harus cukup kuat untuk
arti uang. Itulah yang terjadi di Lapas Cipinang mengikat setiap orang yang terlibat, secara tegas
Jakarta, karena itu jangan coba-coba mengunjungi atau dengan paksaan (kekuatan fisik). Setiap pera-
tahanan atau narapidana di Lapas Cipinang kalau turan atau keputusan bersifat mengikat, dan oleh ka-
tidak bawa uang dalam jumlah yang cukup. Me- rena itu orang tidak boleh berbuat menurut ke-
nurut penelusuran Kompas, untuk memasuki Lapas hendak hatinya sendiri. Oleh karena itu manajemen
harus membayar Rp.3000,- untuk mendapatkan se- memerlukan faktor lain, yaitu kekuasaan (power).
lembar kertas putih seukuran karcis parkir. Setelah Karena kekuasaan itu dilancarkan dari belakang
loket pengunjung juga masih membayar Rp. 2000,- meja (burreau), maka kekuasaan itu disebut juga
setelah menyerahkan identitas diri (KTP/SIM). Se- birokrasi. (Talizidhuhu, 1989)
lanjutnya petugas menggeledah badan pengunjung Sadar atau tidak sadar setiap warga negara
dan kembali harus mengeluarkan uang Rp. 3000,-. selalu berhubungan dengan aktivitas birokrasi
pemerintahan. Tiada henti orang harus berurusan
36 Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009
Pelayanan Publik pada Lembaga Pemasyarakatan (Analisa Hukum: Peningkatan Kualitas Sistem Kunjungan di Lapas)

dengan birokrasi, sejak berada dalam kandungan kaidah-kaidah normatif yang jelas atau tanpa me-
sampai meninggal dunia. Dalam setiap sendi lihat contoh kasus empiris dalam praktik admi-
kehidupan kalau seseorang tinggal disebuah tempat nistrasi negara. Ketidakpastian konsep dan ketidak-
dan melakukan interaksi sosial dengan orang lain jelasan acuan itu acapkali mengakibatkan kekeliruan
serta merasakan hidup bernegara, keberadaan biro- interpretasi, perbedaan persepsi atau kesalahpa-
krasi pemerintahan menjadi suatu conditio sine haman diantara para akademisi maupun para
quanon yang tidak bisa ditawar-tawar lagi dan ia praktisi.
akan selalu menentukan aktivitas mereka. Kenya- Untuk membahas kepentingan umum da-
taan ini juga terjadi di Indonesia. (Wahyudi, lam konteks etika kebijakan publik, kita harus mem-
Kumorotomo, 2005) bahas etika individual maupun etika sosietal (so-
Dewasa ini masyarakat begitu peka dengan cietal ethics). Etika individual menyangkut standar
istilah birokrasi. Hampir semua lapisan sosial ma- perilaku profesional bagi birokrat atau admi-
syarakat mengenal sebutan birokrasi, terutama nistrator. Sedangkan etika sosietal merujuk kepada
dikalangan terdidik. Sayangnya persepsi yang mun- tujuan-tujuan yang dicita-citakan oleh masyarakat
cul ketika orang mendengar perkataan birokrasi yang merupakan pedoman bagi arah kebijakan pu-
seringkali menyesatkan. Hal yang tergambar di- blik. Pada tataran generalisasi yang tertinggi, kita
benak orang jika membicarakan birokrasi ialah uru- dapat mengatakan bahwa keputusan-keputusan pu-
san-urusan menjengkelkan berkenaan dengan pe- blik harus memaksimalkan manfaat dan memini-
ngisian formulir-formulir, proses perolehan izin malkan biaya. Dalam tataran ini kepentingan umum
yang melalui banyak kantor secara berantai, aturan- yang berorientasi kepada kepentingan masyarakat,
aturan ketat yang mengharuskan seseorang me- akan sangat tergantung dari bagaimana pendapat
lewati banyak sekat-sekat formalitas, dan seba- dan persepsi masyarakat atas kualitas pelayanan
gainya. Barangkali kita memerlukan terminologi publik yang mereka terima, termasuk dan tidak
baru untuk mengangkat citra tersebut atau men- terbatas indikator-indikator yang mempengaruhi se-
dudukkan peristilahan pada proporsi sebenarnya. perti: perilaku dan profesionalisme dari para pe-
Seperti telah diutarakan diatas, birokrasi sesung- jabat/pegawai publik yang terlibat didalamnya.
guhnya dimaksudkan sebagai sarana bagi peme- Pada tingkat generalisasi yang lebih rendah, ada
rintah yang berkuasa untuk melaksanakan pelaya- beberapa subkriteria yang menyangkut manfaat dan
nan publik sesuai dengan aspirasi masyarakat. biaya sosietal. Diantaranya 3 (tiga) yang berasosiasi
Dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan dengan nilai-nilai politis dan disingkat dengan 3P,
publik, para pembuat keputusan tidak akan terlepas yang terdiri dari public participation (partisipasi
dari kepentingan umum baik dalam pengertian nor- masyarakat), predictibality (kepastian layanan), dan
matif maupun praktis. Namun, sayangnya pem- procedural due process (keadilan prosedural).
bicaraan tentang kepentingan umum dalam ke- Partisipasi masyarakat dapat dinilai dari keterlibatan
nyataan lebih banyak diungkapkan dengan retorika- kelompok-kelompok kepentingan, dan segenap un-
retorika atau slogan-slogan tanpa merujuk kepada sur-unsur masyarakat didalam pengambilan

Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009 37


Pelayanan Publik pada Lembaga Pemasyarakatan (Analisa Hukum: Peningkatan Kualitas Sistem Kunjungan di Lapas)

keputusan secara demokratis. Kepastian layanan Metode penulisan ini adalah bersifat des-
berarti bahwa pengambilan keputusan dilaksanakan kriptif/taksonomic yang bermaksud untuk
berdasarkan kriteria yang objektif sehingga jika menggambarkan kondisi riil di lapangan yang ter-
seseorang mendapat keputusan tertentu setelah kait dengan pelayanan publik di Lapas. Sekaligus
memenuhi kriteria yang ditetapkan maka orang lain klarifikasi secara terbatas atas fenomena faktual
pun akan memperoleh keputusan yang sama kalau terkait buruknya sistem kegiatan kunjungan/bezukan
memang memenuhi kriteria tersebut. Sementara itu, di Lapas.
keadilan prosedural berarti bahwa andaikata seorang Teknik penarikan sampel yang dilakukan
warga negara mendapat perlakuan tidak adil, maka dalam penelitian ini mengikuti hukum non pro-
dia berhak untuk mengetahui apa kesalahannya, bability sampling dengan cara mengambil sampel
untuk mengetahui bukti-buktinya, untuk menga- secara sengaja (purpossive judgment sampling) de-
jukan pembelaan, dan berhak memperoleh kesem- ngan beberapa pertimbangan: Pertama Lapas dengan
patan untuk setidak-tidaknya mengajukan satu kali jumlah WBP yang relatif besar. Kedua representasi
banding. Setiap orang hendaknya memperoleh ke- keterwakilan wilayah barat, tengah dan timur
sempatan seperti itu secara sama. Indonesia. Responden adalah Petugas lapas dan
Berdasarkan uraian pada latar belakang ma- Pengunjung/keluarga WBP.
salah diatas, maka pokok permasalahan yang men- Data yang diperoleh dalam penelitian ini
jadi objek penelitian adalah : ”Bagaimana prosedur bersumber dari data sekunder dan data primer. Data
dan mekanisme sistem pelayanan publik terhadap sekunder diperoleh melalui penelusuran literatur se-
WBP (Narapidana) di Lapas”. Untuk memberikan belum, pada saat dan sesudah penelitian dilakukan.
batasan dalam kegiatan penelitian ini, maka ruang Data primer diperoleh melalui penyebaran daftar
lingkupnya akan dibatasi pada prosedur dan me- pertanyaan (kuisioner) kepada petugas Lapas dan
kanisme sistem kunjungan narapidana. Hal ini di- serangkaian wawancara (indepth study) kepada
anggap penting karena masalah kunjungan di Lapas pengunjung/keluarga narapidana.
sering menjadi sorotan publik/masyarakat. Penelitian ini lebih difokuskan kepada pen-
Kegiatan penelitian ini bermaksud untuk dekatan kualitatif. Data kuantitatif yang diperoleh
menggambarkan kualitas pelayanan publik di La- dari kuisioner akan diolah secara terbatas dengan
pas. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah un- sistem tally untuk melihat tingkat kecenderungan
tuk memberikan suatu solusi dalam rangka dari variabel-variabel yang terkait dengan objek
perbaikan-perbaikan peningkatan pelayanan publik penelitian.
di Lapas, khususnya yang menyangkut kualitas sis-
tem kunjungan yang mengedepankan aspek pela- Pembahasan
yanan publik yang sesuai dengan ketentuan pera- Dalam Pembukaan UUD 1945 meng-
turan perundang-undangan dan ramah terhadap ma- amanatkan bahwa tujuan didirikannya negara RI,
syarakat. antara lain adalah untuk memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini
38 Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009
Pelayanan Publik pada Lembaga Pemasyarakatan (Analisa Hukum: Peningkatan Kualitas Sistem Kunjungan di Lapas)

memiliki makna bahwa negara berkewajiban yang efektif dan efisien, jujur, bersih, terbuka serta
memenuhi kebutuhan setiap warga negara melalui bebas KKN. Penyelenggaraan negara dan peme-
suatu sistem pemerintahan yang mendukung ter- rintahan yang baik hanya dapat dicapai dengan
wujudnya penyelenggaraan pelayanan publik yang peningkatan mutu aparatur penyelenggara negara
prima dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar dan dan pemerintahan dan penegakan asas-asas pemerin-
hak sipil setiap warga negara atas barang publik, tahan umum yang baik.
jasa publik dan pelayanan administrasi. Patut Dalam konsideran menimbang UU Nomor
disadari bahwa pelayanan publik saat ini masih be- 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik ditegaskan
lum sesuai dengan kebutuhan dan perubahan diber- secara eksplisit bahwa negara berkewajiban me-
bagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa layani setiap warga negara dan penduduk untuk me-
dan bernegara. Kondisi ini disebabkan ketidak- menuhi hak dan kebutuhan dasarnya dalam ke-
siapan untuk menanggapi terjadinya transformasi rangka pelayanan publik yang merupakan amanat
nilai yang berdimensi luas serta dampak berbagai UUD 1945. Sebagai sebuah kewajiban hal ini ten-
masalah pembangunan yang kompleks. Dilain tunya harus dilaksanakan oleh negara, disisi lain
pihak, tatanan baru masyarakat Indonesia diha- masyarakat berhak untuk menuntut pemenuhan
dapkan pada harapan dan tantangan global yang di- kewajiban tersebut. Kewajiban memberikan pela-
picu oleh kemajuan dibidang ilmu pengetahuan, yanan publik kepada masyarakat efektif mulai
informasi, komunikasi, transportasi, investasi dan berlaku sejak diundangkannya UU Nomor 25 Tahun
perdagangan. Kondisi dan perubahan cepat yang 2009 yaitu sejak tanggal 18 Juli 2009. UU Nomor
diikuti pergeseran nilai tersebut perlu disikapi 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dalam
secara bijak melalui langkah kegiatan yang terus Pasal 1 ayat (1) menegaskan bahwa pelayanan pu-
menerus dan berkesinambungan dalam berbagai blik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam
aspek pembangunan untuk membangun keperca- rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai de-
yaan masyarakat guna mewujudkan tujuan pem- ngan peraturan perundang-udangan bagi setiap war-
bangunan nasional. Untuk itu, diperlukan konsepsi ga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan publik yang berisi nilai, persepsi, dan pelayanan administratif yang disediakan oleh pe-
acuan perilaku yang mampu mewujudkan hak asasi nyelenggara pelayanan publik. Lebih lanjut dalam
manusia sebagaimana diamanatkan UUD 1945 da- ayat (2) dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan
pat diterapkan sehingga masyarakat memperoleh penyelenggaraan pelayanan publik adalah setiap
pelayanan sesuai dengan harapan dan cita-cita institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga
tujuan nasional. Sebelum reformasi penyelenggaran independen yang dibentuk berdasarkan undang-
negara dan pemerintahan diwarnai dengan praktek undang untuk kepastian kegiatan pelayanan publik,
maladministrasi antara lain terjadinya KKN dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata
sehingga mutlak diperlukan reformasi birokrasi pe- untuk kegiatan pelayanan publik. Sedangkan yang
nyelenggara negara dan pemerintahan demi ter- dimaksud dengan masyarakat, sebagaimana disebut-
wujudnya penyelenggaran negara dan pemerintahan kan dalam ayat (6) adalah seluruh pihak, baik warga

Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009 39


Pelayanan Publik pada Lembaga Pemasyarakatan (Analisa Hukum: Peningkatan Kualitas Sistem Kunjungan di Lapas)

negara maupun penduduk sebagai orang per- Pemenuhan hak harus sebanding dengan ke-
orangan, kelompok, maupun badan hukum yang wajiban yang harus dilaksanakan, baik oleh
berkedudukan sebagai penerima manfaat pelayanan pemberi maupun penerima pelayanan;
publik, baik secara langsung maupun tidak lang- 5. Keprofesionalan;
sung. Untuk memberikan satu kesamaan persepsi Penjelasan:
dari ukuran dan ruang lingkup dari pelayanan publik Pelaksana pelayanan harus memiliki kompetensi
yang dimaksud perlu ada suatu standar, dalam ayat yang sesuai dengan bidang tugas;
(7) bahwa standar pelayanan adalah tolok ukur yang 6. Partisipatif;
dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan Penjelasan:
pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan Peningkatan peran serta masyarakat dalam
sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada penyelenggaraan pelayanan dengan memperha-
masyarakat dalam rangka pelayanan yang ber- tikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan ma-
kualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur. Sa- syarakat;
lah satu tujuan dikeluarkannya undang-undang ten- 7. Persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;
tang pelayanan publik adalah terwujudnya sistem Penjelasan:
penyelenggaraan pelayanan publik yang layak se- Setiap warga negara berhak memperoleh pela-
suai dengan asas-asas umum pemerintahan dan ko- yanan yang adil;
orporasi yang baik. Dalam Pasal 4 ditegaskan bah- 8. Keterbukaan;
wa penyelenggaraan pelayanan publik berasaskan: Penjelasan:
1. Kepentingan umum Setiap penerima pelayanan dapat dengan mudah
Penjelasan: mengakses dan memperoleh informasi menge-
Pemberian pelayanan tidak boleh mengu- nai pelayanan yang diinginkan;
tamakan kepentingan pribadi dan/atau golo- 9. Akuntabilitas;
ngan; Penjelasan:
2. Kepastian hukum Proses penyelenggaraan pelayanan harus dapat
Penjelasan: dipertanggungjawabkan sesuai dengan keten-
Jaminan terwujudnya hak dan kewajiban dalam tuan peraturan perundang-undangan;
penyelenggaraan pelayanan; 10. Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok
3. Kesamaan hak; rentan;
Penjelasan: Penjelasan:
Pemberian pelayanan tidak membedakan suku, Pemberian kemudahan terhadap kelompok ren-
ras, agama, golongan, gender, dan status eko- tan sehingga tercipta keadilan dalam pelayanan;
nomi; 11. Ketepatan waktu; dan
4. Keseimbangan hak dan kewajiban; Penjelasan:
Penjelasan: Penyelesaian setiap jenis pelayanan dilakukan
tepat waktu sesuai dengan standar pelayanan;
40 Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009
Pelayanan Publik pada Lembaga Pemasyarakatan (Analisa Hukum: Peningkatan Kualitas Sistem Kunjungan di Lapas)

12. Kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan. 4. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan
Penjelasan: yang layak;
Setiap jenis pelayanan dilakukan secara cepat, 5. Menyampaikan keluhan;
mudah dan terjangkau; 6. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran
media massa lainnya yang tidak dilarang;
Hak-hak Warga Binaan Pemasyarakatan 7. Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan
Indonesia sebagai negara yang berdasarkan yang dilakukan;
hukum (rechtstaat) dan tidak berdasarkan kekua- 8. Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum,
saan belaka (machtstaat), harus memperlakukan atau orang tertentu lainnya;
setiap warga negaranya sama dihadapan hukum 9. Mendapatkan pengurangan masa pidana (re-
(equality before the law). Termasuk dan tidak ter- misi);
batas hak-hak setiap warga negara sebagai manusia 10. Mendapatkan kesempatan berassimilasi terma-
yang merdeka untuk bebas berbicara dan ber- suk cuti mengunjungi keluarga;
pendapat, hak untuk berorganisasi, hak untuk men- 11. Mendapatkan pembebasan bersyarat;
dapatkan informasi dan lain sebagainya. Salah satu 12. Mendapatkan cuti menjelang bebas; dan
hak seorang warga negara yang dicabut karena ber- 13. Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan per-
status narapidana adalah kehilangan kemerde- aturan perundang-undangan yang berlaku
kaannya. Hal ini sebagaimana tertuang dalam Pasal
1 UU Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyara- Ketentuan Sistem Kunjungan Menurut PP
katan bahwa narapidana adalah terpidana yang men- Nomor 32 Tahun 1999
jalani pidana hilang kemerdekaan di Lapas. Namun Seorang narapidana yang hilang kemer-
demikian hak-hak lainya seperti hak untuk ber- dekaannya karena menjalani masa pidana di Lapas
ibadah, mendapatkan layanan kesehatan, menda- tentu akan membawa dampak baik secara pisik mau-
patkan pendidikan tetap harus diberikan oleh ne- pun psikologis bagi dirinya. Secara psikologis nara-
gara. Oleh karenanya, setiap WBP sebagai bagian pidana yang berada di Lapas akan merasa kehi-
dari masyarakat (publik) yang memiliki persoalan angan waktu kebersamaan dengan keluarga yang
dengan hukum, tetap harus mendapatkan hak- sebelumnya dia rasakan. Kondisi ini tentunya tidak
haknya sebagaimana diatur menurut peraturan per- boleh dibiarkan karena bukan tidak mungkin akan
undang-undangan yang berlaku. Hak-hak narapi- membuat si narapaidana tersebut akan terkena de-
dana dimaksud adalah sebagai berikut: presi. Oleh karenanya setiap narapidana harus di-
1. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau berikan waktu untuk tetap berhubungan secara ber-
kepercayaannya; kala dengan dunia luar, terutama dengan pihak ang-
2. Mendapat perawatan, baik perawatan rohani gota keluarganya. Hal ini merupakan hak dari setiap
maupun jasmani; narapidana yang sedang menjalani masa pidananya
3. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran; di Lapas.

Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009 41


Pelayanan Publik pada Lembaga Pemasyarakatan (Analisa Hukum: Peningkatan Kualitas Sistem Kunjungan di Lapas)

Hak untuk menerima kunjungan dari keluarga, Sedangkan untuk dan dalam rangka pe-
penasihat hukum atau orang tertentu lainnya ten- ngamanan di Lapas, maka petugas wajib memas-
tunya harus diatur sedemikian rupa. Sehingga hak tikan kegiatan kunjungan ini tidak ada motif/modus
narapidana untuk mendapatkan kunjungan yang untuk melakukan tindak kejahatan lain, dengan cara
seharusnya bertujuan baik tidak disalahgunakan melakukan penggeledahan terhadap badan dan
untuk tindak kejahatan lainnya, seperti memasukkan barang bawaan si pengunjung. Hal ini sebagaimana
barang terlarang (narkotika/psikotropika) dan lain yang disebutkan dalam Pasal 31 ayat (1) bahwa: Pe-
sebagainya. Pengaturan sistem kunjungan di Lapas tugas pemasyarakatan yang bertugas ditempat
ini pada hakikatnya memiliki dua aspek. Pertama kunjungan wajib: a. Memeriksa dan meneliti kete-
memberikan pelayanan yang terbaik kepada si rangan identitas diri pengunjung dan b. Meng-
narapidana dan juga kenyamanan dan kejelasan bagi geledah pengunjung dan memeriksa barang bawa-
si pengunjung itu sendiri. Aspek ini dapat diukur annya. Ayat (2): Dalam hal ditemukan keterangan
dari indikator-indikator seperti tempat berkunjung identitas palsu atau adanya barang bawaan yang
yang memadai dan kejelasan informasi waktu dilarang berdasarkan peraturan perundang-undangan
berkunjung. Kedua keamanan bagi pihak Lapas itu yang berlaku, maka pengunjung sebagaimana di-
sendiri. Artinya sistem kunjungan tidak dimanfaat- maksud dalam ayat (1) untuk waktu selanjutnya di-
kan untuk melakukan tindak kejahatan yang lain. larang dan tidak dibolehkan mengunjungi Nara-
Aspek ini dapat diukur dari ketelitian dari si petu- pidana dan Anak Didik Pemasyarakatan. Sedangkan
gas untuk memeriksa identitas pengunjung dan dalam Pasal 32 mengatur tentang: Kunjungan orang-
penggeledahan badan dan barang bawaan si pe- orang tertentu dimungkinkan bagi terpidana mati
ngunjung. Lebih lanjut sistem kunjungan di Lapas yang permohonan grasinya ditolak.
diatur dalam beberapa pasal PP Nomor 32 Tahun
1999. Secara umum sistem kunjungan yang berlaku Lokasi dan Responden Penelitian
di Lapas saat ini sekurang-kurangnya secara admi- Penelitian ini dilaksanakan pada 6 (enam)
nistratif setiap pengunjung harus dicatat/diregistrasi lokasi yaitu: DKI Jakarta (Lapas Khusus Narkotika),
sebelum menemui si narapidana. Kemudian ke- Tangerang (Lapas Tangerang), Nanggroe Aceh
giatan kunjungan tersebut dilaksanakan dalam satu Darussalam (Lapas Jantho) Sumatera Selatan (Lapas
ruangan khusus. Hal ini sebagaimana yang dise- Kls I Palembang), Jawa Timur (Lapas Kls I
butkan dalam Pasal 30 ayat (1) bahwa: Setiap Nara- Malang), Bali (Lapas Kls II Denpasar), Sulawesi
pidana dan Anak Didik Pemasyarakatan berhak me- Selatan (Lapas Kls I Makasar). Pemilihan lokasi ini
nerima kunjungan dari keluarga, penasihat hukum didasarkan kepada beberapa pertimbangan yaitu:
atau orang tertentu lainnya. Ayat (2): Kunjungan Pertama volume tingkat hunian Lapas yang cende-
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dicatat dalam rung over kapasitas, sehingga diduga rentan penye-
buku daftar kunjungan. Ayat (3): Setiap Lapas wa- lewengan dan penyalahgunaan wewenang terkait de-
jib menyediakan sekurang-kurangnya 1 (satu) rua- ngan kualitas layanan publik kepada pengunjung/
ngan khusus untuk menerima kunjungan. masyarakat. Kedua keterwakilan wilayah barat, jawa
42 Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009
Pelayanan Publik pada Lembaga Pemasyarakatan (Analisa Hukum: Peningkatan Kualitas Sistem Kunjungan di Lapas)

dan timur Indonesia. Persebaran lokasi kegiatan


pengkajian ini sebagaimana terlihat dalam tabel di
Lapas Kls I Lapas Kusus
bawah ini: Makasar Narkotika
14% 14%
Lapas Kls I Lapas
Tabel 1 Palembang Tangerang
Persebaran wilayah dan lokasi pengkajian 14% 14%
No Wilayah Lokasi
Lapas Jantho
14% Lapas Kls I
1. Jawa DKI Jakarta Malang
Lapas Kls II
2. Jawa Tangerang Denpasar
16%
3. Jawa Jawa Timur 14%
4. Jawa Bali
5. Barat Nangroe Aceh Darussalam
6. Barat Sumatera Selatan Gambar 1
7. TImur Sulawesi Selatan Persebaran responden Petugas Lapas

Sumber: Diolah dari data lapangan Sedangkan pengunjung yang dijadikan


sampel sekaligus sumber data/responden yang
Meskipun kegiatan penelitian ini berangkat
diwawancarai rata-rata 2 sampai dengan 3 orang
dari asumsi (berdasarkan data sekunder) adanya du-
tiap-tiap UPT yang diambil secara spontan (acci-
gaan penyelewengan publik di Lapas (khususnya
dental sampling) pada saat petugas peneliti menye-
dalam sistem kunjungan) berupa pungli, tetapi kon-
barkan kuesioner kepada responden petugas Lapas.
sentrasi penelitian ini tidak untuk melakukan
investigasi atas kebenaran tindakan pungli tersebut. Prosedur dan Sistem Kunjungan di Lembaga Pe-
Penelitian ini lebih dititik beratkan kepada kegiatan masyarakatan
untuk ”memotret” bagaimana prosedur dan meka- Dalam rangka memberikan pelayanan prima
nisme sistem kunjungan di Lapas. Oleh karenanya kepada para pengunjung (pembezuk) yang hendak
sumber data diperoleh secara berimbang, baik dari mengunjungi keluarganya, maka prosedur dan
sisi petugas Lapas dan dari sisi pengunjung yang se- bagaimana sistem kunjungan itu hendak dilak-
cara langsung merasakan bagaimana pelayanan sis- sanakan menjadi persoalan yang penting. Berbicara
tem kunjungan di Lapas. Petugas Lapas yang di- tentang prosedur layanan kunjungan tentunya ber-
jadikan sumber data/responden dalam kegiatan bicara tentang begitu banyak aspek yang akan me-
kajian ini adalah para petugas Penjagaan Pintu Uta- nentukan berhasil tidaknya suatu layanan. Keber-
ma (P2U) yang secara langsung bersinggungan de- hasilan itu sendiri tentunya sangat tergantung pada
ngan pengunjung yang akan bertemu dengan tingkat kepuasan masyarakat (pengunjung), yang
anggota keluarganya (narapidana). Untuk petugas mungkin juga bersifat subjektif. Salah satu aspek
Lapas yang dijadikan responden dan sudah dita- tersebut katakanlah misalnya soal waktu. Pemba-
bulasi datanya berjumlah 36 orang, dengan tingkat tasan waktu berkunjung bisa berdampak positif tapi
persebaran sebagaimana terlihat dalam gambar bisa juga berdampak negatif. Sebagai contoh
dibawah ini: peristiwa yang nyaris menyulut kerusuhan pernah
terjadi di Rutan Jantho, Aceh Besar. Insiden tersebut
Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009 43
Pelayanan Publik pada Lembaga Pemasyarakatan (Analisa Hukum: Peningkatan Kualitas Sistem Kunjungan di Lapas)

dipicu karena narapidana merasa tidak puas (41,67%) menjawab 5 hari dalam seminggu dan 1
terhadap pembatasan waktu berkunjung, sehingga orang responden (2,78%) tidak menjawab. Lebih
mereka mengamuk dan memporak-porandakan lanjut untuk pertanyaan berapa lama waktu rata-rata
jendela serta pintu tengah Lapas tersebut. kunjungan yang diberikan, didapatkan data yang
Untuk mengukur tentang bagaimana cukup bervariasi, seperti terlihat dalam tabel di
prosedur dan sistem kunjungan di Lapas, tim sudah bawah ini:
melakukan serangkaian kajian secara mendalam
Tabel 3
dengan mencoba mengukur beberapa variabel dari
Waktu rata-rata berkunjung
prosedur dan sistem kunjungan dimaksud. N=36
No Pendapat Frekuensi Prosentase

Ketersediaan Informasi 1. 30 Menit 10 27,78


2. 60 Menit 11 30,55
Dalam kegiatan pengkajian ini menyangkut
3. Lebih dari 60 15 41,67
bagaimana kuantitas dan kualitas ketersediaan Menit
informasi telah dilontarkan beberapa pertanyaan
Jumlah 36 100,00
yang kiranya dapat memberikan jawaban. Dari 36 Sumber: Diolah dari data lapangan
responden petugas Lapas, semuanya (100%)
Dari persebaran data diatas tentunya tidak
menjawab bahwa didepan pintu Lapas sudah ada
mudah untuk menyeragamkan lamanya waktu ber-
petunjuk papan pengumuman waktu berkunjung,
kunjung. Hal ini dikarenakan masing-masing Lapas
sebagaimana terlihat dalam tabel dibawah ini:
berbeda volume kunjungan dalam setiap harinya.
Yang paling memungkinkan adalah memberikan
Tabel 2
Ketersediaan papan pengumuman waktu waktu berkunjung sesuai situasi dan kondisi. Dalam
berkunjung
pengertian bahwa pada saat jumlah pengunjung
N=36
No Pendapat Frekuensi Prosentase sedikit, maka waktu berkunjung diberikan lebih la-
ma demikian pula sebaliknya.
1. Ada 36 100,00
2. Tidak ada - -
3. Tidak tahu - -
Pencatatan Pengunjung Dalam Daftar Pe-
Jumlah 36 100,00 ngunjung
Sumber: Diolah dari data lapangan
Dalam rangka tertib administrasi dan me-
Dari persebaran data diatas menunjukkan mastikan bahwa pengunjung memiliki hubungan ke-
bahwa semua Lapas relatif sudah memberikan in- luarga dan kepentingan dengan narapaidana, maka
formasi sejak awal sebelum pengunjung memasuki setiap pengunjung harus dicatat dalam buku daftar
Lapas. Untuk pertanyaan berapa hari dalam se- kunjungan. Hal ini sesuai dengan Pasal 31 PP
minggu waktu berkunjung, mayoritas responden Nomor 32 Tahun 1999 yang menyebutkan bahwa
(22/55,55%) menjawab 6 hari artinya hanya hari petugas pemasyarakatan yang bertugas di tempat
minggu saja libur. Sedangkan 15 responden kunjungan wajib memeriksa dan meneliti ketera-

44 Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009


Pelayanan Publik pada Lembaga Pemasyarakatan (Analisa Hukum: Peningkatan Kualitas Sistem Kunjungan di Lapas)

ngan identitas diri pengunjung. Dari data yang Dari persebaran data diatas, dimasa
diperoleh, seluruh responden (36/100%) menjawab mendatang perlu diupayakan satu tempat khusus
melakukan pencatatan/registrasi pengunjung. Hal- untuk menggeledah pengunjung agar di pintu masuk
hal yang dicatat meliputi identitas pengunjung se- tidak terlalu ramai yang menyulitkan dalam mela-
suai KTP, hubungan dengan narapidana dan hari kukan pengawasan. Demikian juga halnya dengan
serta jam berkunjung. Sedangkan bagi pengunjung pemeriksaan terhadap barang bawaan pengunjung.
yang tidak membawa identitas diri pada saat Data yang didapatkan hampir mirip dengan jawaban
berkunjung, maka mayoritas responden menjawab terhadap penggeledahan pengunjung. Sebagian
tindakan yang diambil adalah tidak memperbo- responden menjawab di pintu masuk tetapi sebagian
lehkan masuk atau meminta datang kembali dengan lagi menjawab di ruangan khusus.
membawa identitas diri.
Dugaan Suap yang Dilakukan Pengunjung
Penggeledahan Pengunjung dan Barang Ba- Dalam setiap jasa pelayanan publik isu
waannya dugaan suap menjadi hal yang sering menjadi
Dalam rangka pengamanan, sesuai dengan sorotan masyarakat. Seperti ada tapi tiada karena
PP Nomor 32 Tahun 1999, terhadap setiap pe- sulit untuk membuktikannya. Demikian juga halnya
ngunjung dilakukan penggeledahan. Hal ini untuk dalam kegiatan kunjungan di Lapas. Hal ini patut
mengantisipasi kegiatan kunjungan dimanfaatkan diduga sudah menjadi kesepakatan lisan si penyuap
untuk memasukkan barang-barang terlarang (nar- dengan orang yang disuap untuk menyembunyi-
kotika, psikotropika dan lain-lain). Dari data yang kannya. Menarik mencermati data yang diperoleh
diperoleh seluruh responden (36/100%) menjawab dalam kajian ini bahwa mayoritas responden pe-
melakukan penggeledahan terhadap pengunjung tugas menjawab pernah ada pengunjung yang
sebelum masuk ruang kunjungan. Namum demi- mencoba memberikan uang dengan beragam motif.
kian, ketika ditanyakan dimana tempat penggele- Mayoritas motif pengunjung mencoba memberikan
dahan dilakukan, masing-masing responden menja- uang adalah pertama untuk melancarkan/ memu-
wab beragam, sebagaimana terlihat dalam tabel di luskan pengunjung mengunjungi narapidana dan ke-
bawah ini: dua sebagai ungkapan terima kasih karena sudah
dilayani dengan baik oleh petugas. Jawaban res-
Tabel 4 ponden tersebut dapat dilihat dalam tabel 5.
Tempat penggeledahan pengunjung
N=36
No Pendapat Frekuensi Prosentase Persepsi Pengunjung atas Pelayanan Sistem
1. Pintu masuk 8 22,22 Kunjungan
2. Ruangan khusus 28 77,78 Dalam kegiatan kajian ini petugas peneliti
Jumlah 36 100,00 telah melakukan wawancara secara mendalam ke-
Sumber: Diolah dari data lapangan pada responden (pengunjung) yang memiliki hubu-
ngan keluarga dan kepentingan dengan narapidana,
Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009 45
Pelayanan Publik pada Lembaga Pemasyarakatan (Analisa Hukum: Peningkatan Kualitas Sistem Kunjungan di Lapas)

yang diambil secara spontan pada saat petugas pe- untuk memastikan pengunjung memiliki kepen-
neliti menyebarkan kuesioner kepada petugas La- tingan dengan si narapidana. Setelah proses pen-
pas. catatan pengunjung meninggalkan identitas diri
(KTP) dan diberikan nomor urut kunjungan untuk
Tabel 5 kemudian antri menunggu giliran.
Adakah pengunjung yang mencoba memberikan uang
Untuk mengantisipasi kegiatan kunjungan
N=36
No Pendapat Frekuensi Prosentase dimanfaatkan untuk memasukkan barang-barang
terlarang (narkotika, psikotropika dan lain-lain),
1. Ada 28 77,78
2. Tidak ada 7 19,44 maka sesuai ketentuan PP Nomor 32 Tahun 1999
3. Tidak 1 2,78 kepada setiap pengunjung akan dilakukan pengge-
menjawab
ledahan dan pemeriksaan barang bawaan. Dari hasil
Jumlah 36 100,00 wawancara mayoritas responden mengatakan tidak
Sumber: Diolah dari data lapangan
merasa terganggu dengan kebijakan tersebut. Tetapi
dari data yang didapatkan ternyata tidak ada kesera-
Menyangkut bagaimana kuantitas dan
gaman tentang tempat penggeledahan dan peme-
kualitas ketersediaan informasi waktu/hari ber-
riksaan dimaksud, ada yang dilakukan di pintu
kunjung, menurut responden sudah ada di depan
masuk dan sebagian Lapas yang dilakukan pada satu
pintu Lapas. Sedangkan untuk lamanya waktu ber-
ruangan khusus.
kunjung tidak ada dalam papan pengumuman tetapi
Mencermati data yang diperoleh dalam
informasinya ada di ruangan kunjungan. Pada prin-
kajian ini menyangkut adanya dugaan pungli dalam
sipnya, menurut responden, waktu berkunjung ha-
kegiatan kunjungan/bezukan di Lapas, Tim
nya boleh dilakukan sesuai dengan aturan yang
kesulitan untuk menjustifikasi tentang kebena-
sudah ditetapkan oleh pihak Lapas. Namun de-
rannya. Dari data yang diperoleh dari responden pe-
mikian responden dimungkinkan berkunjung diluar
ngunjung semuanya mengatakan tidak pernah ada
waktu berkunjung apabila ada keperluan yang
petugas Lapas, baik langsung maupun tidak lang-
dianggap mendesak seperti memberikan informasi
sung, meminta uang dalam kegiatan kunjungan di
anggota keluarga yang sakit, tentunya hal inipun
Lapas. Hal ini sedikit bertolak belakang dengan data
atas seizin Kalapas. Dari analisa tim menyangkut
yang didapatkan dari responden petugas bahwa ada
pada hari apa saja dan kapan hari libur dalam satu
juga sebagian pengunjung -dengan inisiatif sendiri-
minggunya tidak ada keseragaman antara satu
yang mencoba memberikan uang dengan berbagai
Lapas dengan Lapas lainnya. Termasuk juga la-
motif dan alasan. Sebagian kecil responden hanya
manya waktu berkunjung lebih bersifat situasional
mengeluhkan tentang pengaturan jam dan lamanya
tergantung volume rata-rata kunjungan pada setiap
waktu berkunjung. Dari data yang diperoleh ada
harinya. Sedangkan aturan pencatatan setiap iden-
juga responden yang mengeluhkan singkatnya
titas pengunjung yang ditetapkan oleh Lapas, semua
waktu berkunjung. Terutama bagi pengunjung yang
responden menjawab tidak merasa terganggu atas
berada di luar kota, dimana harus menempuh waktu
hal tersebut. Secara umum pencatatan ini bertujuan
46 Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009
Pelayanan Publik pada Lembaga Pemasyarakatan (Analisa Hukum: Peningkatan Kualitas Sistem Kunjungan di Lapas)

perjalanan 5 sampai dengan 6 jam untuk sampai ke 2. Pengunjung duduk diruang tunggu mendengar-
Lapas. Sesampainya di Lapas mereka sudah ter- kan panggilan melalui pengeras suara sesuai
lambat atau kalaupun masih memungkinkan untuk nomor urut antrian.
berkunjung waktunya sudah terlalu sempit. Oleh 3. Setelah dipanggil, pengunjung berjalan dengan
karenanya perlu ada kebijakan sendiri dari pihak tertib menunju pintu masuk portir, menyerahkan
Lapas untuk mengantisipasi hal tersebut, terutama identitas diri dan satu lembar formulir kunju-
Lapas yang warga binaannya memiliki keluarga di ngan kepada petugas portir.
tingkat kabupaten dan relatif jauh dari Lapas. 4. Sebelum memasuki area kunjungan, pengunjung
akan digeledah oleh petugas dan diperiksa ba-
Sistem Layanan Kunjungan yang Diharap- rang bawaannya serta diberi tanda/stempel pada
kan lengan.

Terciptanya suatu layanan kunjungan yang 5. Pengunjung memasuki area kunjungan dan

bebas dari tindakan-tindakan yang tidak terpuji menyerahkan 2 (dua) formulir kunjungan kepa-

seperti pungli adalah merupakan harapan semua da petugas kunjungan.

masyarakat, terutama masyarakat yang memiliki 6. Pengunjung dan yang dikunjungi harus mentaati

keluarga (Narapidana) di Lapas. Hal ini juga me- ketentuan tentang kunjungan, apabila melanggar

rupakan harapan Menteri Hukum dan HAM, Andi akan dikenai sanksi.

Matalatta, SH,MH pada saat meresmikan program 7. Selesai kunjungan, pengunjung keluar mem-

layanan kunjungan bebas pungli. Program Layanan bawa kertas kunjungan warna putih untuk ditu-

Bebas Pungli merupakan salah satu program karkan dengan identitas diri di portir.

layanan kunjungan di Lapas dan Rutan yang akan 8. Tidak dipungut biaya, apabila terjadi penyim-

dilaksanakan oleh Lembaga-Lembaga Pemasyara- pangan, catat identitas petugasnya dan laporkan

katan. Bahkan Menteri Hukum dan HAM berke- melalui kotak pengaduan.

sempatan langsung memantau layanan kunjungan di


Lapas Narkotika. Untuk dan dalam rangka men- Hal-hal yang dikemukakan diatas meru-

ciptakan sistem layanan kunjungan yang diharapkan pakan alur dan tata cara layanan kunjungan yang

tersebut, maka perlu satu alur dan tata cara layanan masih bersifat umum. Artinya, tidak tertutup ke-

kunjungan di Lapas. Alur dan tata cara layanan mungkinan bahwa banyak hal yang belum ter-

kunjungan ini diharapkan dapat menjadi prosedur akomodir. Hal-hal lain yang tentunya tidak kalah

tetap (protap) secara umum dan diberlakukan pada penting untuk diakomodir, dalam rangka mencip-

setiap Lapas dan Rutan dengan tetap memper- takan satu protap layanan kunjungan yang baik,

hatikan situasi dan kondisi di lapangan. Tata cara la- misalnya:

yanan kunjungan dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Mempersingkat birokrasi kunjungan terhadap

1. Pengunjung mengambil nomor antri dan narapidana dengan cara menetapkan waktu dan

formulir serta menulis sendiri formulir kun- pos yang harus dilewati.

jungan sesuai petunjuk.


Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009 47
Pelayanan Publik pada Lembaga Pemasyarakatan (Analisa Hukum: Peningkatan Kualitas Sistem Kunjungan di Lapas)

2. Menghindari terjadinya pungutan liar dengan Perilaku aparat dalam menyelenggarakan pelayanan
cara menetapkan petugas pengawas ditiap pos publik harus mencerminkan sifat-sifat:
yang harus dilalui. 1. Adil dan tidak diskriminatif.
3. Keberadaan ruang kunjungan harus repre- 2. Peduli, teliti dan cermat.
sentatif sehingga memudahkan pengawasan ja- 3. Hormat, ramah dan tidak melecehkan.
lannya kunjungan. 4. Bersikap tegas.
4. Penampilan para petugas yang terlibat dalam 5. Bersikap independen.
penyelenggaraan kunjungan harus benar-benar 6. Tidak memberikan proses yang berbelit-belit.
baik. 7. Patuh pada perintah atasan yang sah.
5. Berikan kenyamanan bagi para pengunjung se- 8. Menjaga kehormatan institusi.
belum bertemu dengan yang dikunjungi. (tem-
pat duduk, kipas angin, toilet, dsb) Kesimpulan
6. Dimasa mendatang untuk menghindari Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan
penyelundupan barang-barang terlarang (narko- terkait dengan bagaimana prosedur dan mekanisme
tika psikotropika, dll) kedalam Lapas melalui sistem pelayanan publik terhadap Warga Binaan
barang bawaan, maka seyogianya pengunjung Pemasayarakatan dapat menyimpulkan bahwa pro-
tidak perlu membawa barang-barang yang bisa sedur dan mekanisme sistem pelayanan pulbik ter-
didapatkan di toko koperasi milik Lapas, seperti hadap WBP (Narapidana) secara garis besar relatif
misalnya sabun mandi, pasta gigi, makanan dan sudah memenuhi asas-asas pelayanan publik yang
minuman lainnya.. baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan berbagai data
7. Memasang alat pemantau elektronik (cctv). yang ditemukan, seperti: ketersediaan informasi
8. Membuat kartu pengunjung. waktu (hari dan jam berkunjung) yang dapat dilihat
9. Membuka kritik dan saran melaui sms secara terbuka si pintu masuk Lapas/Rutan, per-
lakuan petugas terhadap pengunjung yang tidak dis-
Untuk menciptakan suatu pelayanan publik kriminatif dan terlaksananya hak dan kewajiban
yang memenuhi rasa kepuasan masyarakat, tentunya dalam penyelenggaraan layanan, baik pemberi la-
tidak hanya menciptakan suatu sistem aturan saja. yanan dan penerima layanan.
Demikian juga halnya dengan kegiatan sistem kun- Meskipun demikian prosedur dan me-
jungan di Lapas. Kegiatan kunjungan tidak cukup kanisme sistem kunjungan di Lapas/Rutan dimasa
hanya dengan membuat alur dan tata cara layanan mendatang masih perlu dilakukan pembenahan,
yang baik, yang dapat meminimalisir praktek-prak- terutama menyangkut: Pertama keseragaman waktu
tek tidak terpuji (pungli, dsb). Tetapi juga ter- berkunjung dalam seminggu dan pada hari apa libur,
gantung dari pihak yang melaksanakannya. Faktor karena masing-masing Lapas berbeda-beda. Kedua
petugas Lapas yang akan melaksanakan sistem jumlah pos pemeriksaan yang harus dilalui oleh
kunjungan ini sangat memegang peranan penting. pengunjung juga berbeda. Hal ini dikarenakan pro-
totipe bangunan masing-masing Lapas/Rutan ber-
48 Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009
Pelayanan Publik pada Lembaga Pemasyarakatan (Analisa Hukum: Peningkatan Kualitas Sistem Kunjungan di Lapas)

beda-beda. Ketiga tempat dilaksanakannya kunju- Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur


Negara Nomor 81 Tahun 1993 Tentang
ngan/bezukan, hal inipun perlu disepakati apakah
Pedoman Tata Laksana Pelayanan Umum
perlu diseragamkan atau tidak. Karena ada Lapas
Mohammad Aslam Sumhudi, “Komposisi Riset
yang kegiatan kunjungan dilaksanakan di ruangan
Disain”, Lembaga Penelitian Universitas
khusus tetapi ada juga yang dilaksanakan ditempat Trisakti, Jakarta, 1985
terbuka.
Stephen P. Robbins, “Teori Organisasi: Struktur,
Sedangkan untuk menjawab ada atau Desain Aplikasi, (Terjemahan Yusuf
Udaya)”, Arcan, Jakarta, 1994
tidaknya dugaan pungli di Lapas sebagaimana ke-
khawatiran awal, tim merasa kesulitan untuk men- Taliziduhu Ndraha, “Konsep Administrasi dan Ad-
ministrasi di Indonesia”, Bina Aksara,
jawabnya secarat tegas; apakah ada atau tidak. Dari
Jakarta, 1989
data yang didapatkan dari responden petugas me-
UU Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
ngatakan bahwa ada pengunjung yang mencoba
memberikan uang dengan motif untuk mendapatkan UU Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan
Publik
pelayanan atau sekedar ucapan terima kasih.
Wahyudi Kumorotomo, “Etika Adminsitrasi
Negara”, RajaGrafindo, Jakarta, 2005.
Daftar Pustaka
Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1995 Tentang
Perbaikan Mutu Pelayanan Aparatur
Pemerintah

Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009 49

Anda mungkin juga menyukai