Anda di halaman 1dari 16

KERTAS KERJA

Tentang
GOOD GOVERNANCE DAN CLEAN GOVERNANCE DALAM PELAYANAN
PUBLIK

OLEH

MAGFIRAH AYU MEILANI 15060053


SONIA PRATIWI 15060065

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2017
GOOD GOVERNANCE DAN CLEAN GOVERNANCE DALAM PELAYANAN
PUBLIK

A. Pengertian Good Governance, Clean Good Governance Dan Pelayanan Publik

Kata governance berasal dari kata to govern (yang berbeda maknanya dengan to command
atau to order) yang artinya memerintah.

Istilah Good Governance telah diterjemahkan dalam berbagai istilah, misalnya


penyelenggaraan pemerintahan yang amanah (Bintoro Tjokroamidjojo), tata-pemerintahan
yang baik (UNDP), pengelolaan pemerintahan yang baik dan bertanggung jawab (LAN).
Secara konseptual pengertian good (baik) dalam istilah Good Governance (kepemerintahan
yang baik), mengandung dua pemahaman :

1. Nilai-nilai yang menjunjung tinggi keinginan/kehendak rakyat dan nilai-nilai yang dapat
meningkatkan kemampuan rakyat dalam mencapai tujuan nasional, kemandirian,
pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial;

2. Aspek-aspek fungsional dari pemerintahan yang efisien dan efektif dalam pelaksanaan
tugasnya untuk mencapai tujuan dimaksud.

Dapat disimpulkan bahwa good governance merupakan seni atau gaya moral pemerintahan
yang baik, lebih memerlukan suatu butir-butir moral-legal dalam pelaksanaannya. Good
governance menunjuk pada suatu penyelenggaraan negara yang bertanggung jawab serta
efektif dan efisien dengan menjaga kesinergisan interaksi konstruktif diantara institusi
negara/pemerintah (state), sektor swasta/dunia usaha (private sector) dan masyarakat
(society). Tujuan dari good governce sebagai tujuan Primer adalah
mewuhkan pendidikan politik kepada masyrakat (demokrasi) sementara
tujuan sekunder dari Good Governance adalah menciptakan sistem
pelayanan yang efesien dan efektif, akuntabilitas.

Istilah clean government dapat diartikan sebagai pemerintahan yang bersih, yaitu bersih dari
korupsi, kolusi, dan nepotisme serta permaslahan-permasalahan yang lain terkait dengan
pemerintahan.
Mendahulukan Clean adalah lebih baik daripada Good, dengan alasan, untuk menciptakan
pemerintahan yang baik dalam diri birokrat harus ada komitmen bersih (clean) terlebih
dahulu, apabila tidak maka percuma saja. Jadi syarat menjadi Good Governance adalah
harus Clean Government terlebih dahulu.

Faktanya, Keinginan pemerintah untuk melaksanakan Tata Pemerintahan yang baik (Good
Governance) telah sering terucap di kalangan pemimpin di berbagai forum hingga saat ini.
Salah satunya Harapan dan keinginan mewujudkan Good Governance juga merupakan tekad
yang pernah diucapkan oleh Presiden Sosilo Bambang Yudhoyono (SBY), saat beliau dilantik
sebagai Pemimpin Bangsa Indonesia pertama yang secara lansung dipilih oleh rakyat.
Harapan dan keinginan ini juga diinstruksikan kepada para menteri untuk bersama-sama
memberantas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) dan mewujudkan pemerintahan yang
bersih (Clean Governance).

Sedangkan Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan


(melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai
kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara
yang telah ditetapkan. Pemerintah pada hakekatnya adalah pelayan
masyarakat, ia tidaklah diadakan untuk melayani dirinya sendiri, tapi juga
untuk melayani masyarakat serta menciptakan kondisi yang
memungkinkan setiap anggota masyarakat mengembangkan kemampuan
dan kreatifitasnya demi mencapai tujuan bersama ( Rasyid 1998 : 139),
karenanya birokrasi publik berkewajiban dan bertanggung jawab untuk
memberikan layanan publik yang baik dan profisional.

Menurut UU Pelayanan Publik, pelayanan publik merupakan kegiatan atau


rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara
dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik
Pelayanan publik dapat didefinisikan juga sebagai segala bentuk jasa
pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang
pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi
Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik
Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan
kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-undangan Berdasarkan organisasi yang
menyelenggarakannya, pelayanan publik atau pelayanan umum dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarakan oleh


organisasi privat, adalah semua penyediaan barang atau jasa publik
yang diselenggarakan oleh swasta, seperti misalnya rumah
sakit swasta, PTS, perusahaan pengangkutan milik swasta.

2. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarakan oleh


organisasi publik. Yang dapat dibedakan lagi menjadi :

a. Yang bersifat primer, adalah semua penyediaan barang/jasa


publik yang diselenggarakan oleh pemerintah yang di
dalamnya pemerintah merupakan satu-satunya
penyelenggara dan pengguna/klien mau tidak mau harus
memanfaatkannya. Misalnya adalah pelayanan di
kantor imigrasi, pelayanan penjara dan pelayanan perizinan.

b. Yang bersifat sekunder, adalah segala bentuk penyediaan


barang/jasa publik yang diselenggarakan oleh pemerintah,
tetapi yang di dalamnya pengguna/klien tidak harus
mempergunakannya karena adanya beberapa penyelenggara
pelayanan.

B. Prinsip Good Governance Dan Clean Governance


Lembaga Administrasi Negara (LAN) merumuskan sembilan aspek
fundamental dalam good governance yang harus diperhatikan yaitu :
1. Partisipasi (participation)
Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan
keputusan, baik langsung maupun melalui lembaga perwakilan sah yang
mewakili kepentingan mereka.

2. Penegakan Hukum (rule of law)


Partisipasi masyarakat dalam proses politik dan perumusan-
perumusan kebijakan publik memerlukan sistem dan aturan-aturan
hukum. Santoso menegaskan bahwa proses mewujudkan cita-cita good
governance, harus diimbangi dengan komitmen untuk menegakkan rule of
law dengan karakter-karakter sebagai berikut :
a) Supremasi hukum
b) Kepastian hukum
c) Hukum yang responsitif
d) Penegakan hukum yang konsisten dan non diskriminatif
e) Independensi peradilan

3. Transparansi (transparency)
Transparansi (keterbukaan umum) adalah unsur lain yang
menopang terwujudnya good governance. Akibat tidak adanya prinsip
transparansi ini, menurut banyak ahli Indonesia telah terjerembab dalam
kubangan korupsi yang berkepanjangan dan parah. Untuk itu, pemerintah
harus menerapkan transparansi dalam proses kebijakan publik.

4. Responsif (responsive)
pemerintah harus memahami kebutuhan masyarakat-
masyarakatnya, jangan menunggu mereka menyampaikan keinginannya,
tetapi mereka secara proaktif mempelajari dan menganalisa kebutuhan-
kebutuhan masyarakat, untuk kemudian melahirkan berbagai kebijakan
strategis guna memenuhi kepentingan umum.

5. Konsesus (consesus)
Prinsip ini menyatakan bahwa keputusan apapun harus dilakukan
melalui proses musyawarah melalui konsesus. Model pengambilan
keputusan tersebut, selain dapat memuaskan sebagian besar pihak, juga
akan menjadi keputusan yang mengikat dan milik bersama, sehingga
akan memiliki kekuatan memaksa bagi semuakomponen yang terlibat
untuk melaksanakan keputusan tersebut.

6. Kesetaraan (equity)
Clean and good governance juga harus didukung dengan asa
kesetaraan, yakni kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan. Asas ini
harus diperhatikan secara sungguh-sungguh oleh semua penyelenggara
pemerintahan di Indonesia karena kenyataan sosiologis bangsa kita
sebagai bangsa yang majemuk, baik etnis, agama, dan budaya.

7. Efektivitas dan efisiensi


Konsep efektivitas dalam sektor kegiatan-kegiatan publik memiliki
makna ganda, yakni efektivitas dalam pelaksanan proses-proses
pekerjaan, baik oleh pejabat publik maupun partisipasi masyarakat, dan
kedua, efektivitas dalam konteks hasil, yakni mampu membrikan
kesejahteraan pada sebesar-besarnya kelompok dan lapisan sosial.

8. Akuntabilitas (accountability)
Asas akuntabilitas adalah pertanggung jawaban pejabat publik
terhadap masyarakat yang memberinya kewenangan untuk mengurusi
kepentingan mereka. Secara teoritik, akuntabilitas menyangkut dua
dimensi yakni akuntabilitas vertikal yang memiliki pengertian bahwa
setiap pejabat harus mempertanggung jawabkan berbagai kebijakan dan
pelaksanaan tugas-tugasnya terhadap atasan yang lebih tinggi, dan yang
kedua akuntabilitas horisontal yaitu pertanggungjawaban pemegang
jabatan publik pada lembaga yang setara.

9. Visi Strategis
Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk
menghadapi masa yang akan datang. Tidak sekedar memiliki agenda
strategis untuk masa yang akan datang, seseorang yang memiliki jabatan
publik atau lembaga profesional lainnya, harus memiliki kemampuan
menganalisa persoalan dan tantangan yang akan dihadapi oleh lembaga
yang dipimpinnya.

C. Hubungan Antara Good And Clean Governance Dengan Dengan


Kinerja Birokrasi Pelayanan Publik

Dalam rangka menyelamatkan keuangan negara, banyak upaya pemerintah yang sudah
dilaksanakan diantaranya Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara dan diperkuat dengan Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang pengelolaan
dan pertanggungjawaban keuangan negara.

Kemudian dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah semakin jelas keseriusan pemerintah dalam hal pembenahan
sistem pengelolaan keuangan negara, mengutip pendapat pakar bahwa selama ini yang
diterapkan nampaknya masih lemah dan cenderung membuka peluang yang sangat besar bagi
terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan anggaran.

Penerapan PP Nomor 60 Tahun 2008 bukan hanya tanggungjawab BPKP tetapi seluruh
instansi pemerintah guna mewujudkan good governance untuk menuju Clean
Government. Sebagaimana diamanatkan dalam pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) PP 60 tahun
2008 jelas bahwa BPKP mempunyai tugas yang cukup berat.
Tentu bukan soal yang mudah dalam mempersiapkan personil yang dapat melaksanakan tugas
tersebut, perlu adanya kesepahaman dalam mencermati secara komprehensif apa yang
tertuang dalam PP tersebut.

D. Implikasi Good Governance Dan Clean Governance Dalam


Pelayanan Publik

Kunci keberhasilan pembangunan perekonomian adalah daya saing, dan


kunci dari daya saing adalah efisiensi proses pelayanan publik, mutu
ketepatan dan kepastian kebijakan publik. Tata kelola pemerintahan yang
baik dan bersih dapat di katakan baik apabila sistem pelayanannya baik
maka produk pelayanan itu akan berjalan sesuai dengan rel yang ada.

Standar buruk atau baik tata kelola pelayanan yang baik dan bersih
sangat di tentukan pemberian layanan publik yang lebih professional dan
efektif, efisien, sederhana, transparan, tepat waktu, dan sekaligus dapat
membangun kualitas individu dalam arti meningkatkan kapasitas individu
dan masyarakat untuk secara aktif masa depannya.

Pelayanan publik oleh birokrasi publik di maksudkan untuk meningkatkan


kesejahteraan masyarakat. Kondisi masyarakat saat ini telah berkembang
dengan sangat dinamis, tingkat kehidupan masyarakat yang semakin
baik, merupakan sebuah indikasi dari empowering yang dialami oleh
masyarakat Penyebabnya ialah pelayanan buruk yang diberikan kepada
masyarakat umum. Pelayanan buruk tersebut dikarenakan adanya
peraturan yang berlebihan, minimnya transparansi, serta tingkah laku
para birokrat yang tidak mendukung untuk menciptakan hukum dan
peraturan yang dapat dipatuhi oleh sebagian besar anggota masyarakat .

Salah satu produk dari organisasi publik adalah memberikan pelayanan


publik kepada pengguna. Pelayanan publik dalam negara demokrasi harus
memenuhi tiga indikator:

1) Responsivenes atau responsivitas adalah: daya tanggap


penyedia layanan terhadap harapan, keinginan, aspirasi maupun tuntutan
pengguna layanan,
2) Responsibility atau responsibilitas adalah; suatu ukuran yang
menunjukkan seberapa jauh proses pemberian layanan publik itu
dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip atau ketentuan-ketentuan
administrasi dan organisasi yang benar dan telah ditetapkan,
3) Accountability atau akuntabilitas adalah: suatu ukuran yang
menunjukkan seberapa besar proses penyelenggaraan pelayanan sesuai
dengan kepentingan stakeholders dan norma-norma yang berkembang
dalam masyarakat.

Pelayanan publik yang profisional dapat diwujutkan oleh pemerintah jika


adanya akuntabilitas dan respontabilitas pemberi layanan dalam hal ini
aparatur pemerintah sediri. Salah satu tugas pemerintah yang terpenting
adalah memberikan pelayanan umum kepada masyarakat sebagus
mungkin. namun tak jarang pula khhususnya di Indonesia dalam
kenyataannya, belum semua aparat pemerintah menyadari arti
pentingnya pelayanan.

Namun, di beberapa daerah di Indonesia sering terdengar kasus


pelayanan publik dimana masyarakat tidak dipuaskan oleh pelayanan
pemerintah, dikarenakan belum adanya di diri pemerintah good
Governance and Clean Governance.

Faktanya Hal-hal yang sering dikeluhkan masyarakat terhadap proses


pelayanan publik, khususnya mengenai masalah pembuatan Kartu
Keluarga, adalah sebagai berikut:

a. Terjadinya Diskriminasi dalam Memberikan Pelayanan

Ini memang bukan rahasia lagi, karena hal ini sudah biasa dan sering
terjadi di lapangan. Banyak masyarakat sudah menjadi korban dari
adanya diskriminasi dalam pelayanan publik. Diskriminasi ini bisa
menyangkut hubungan kekerabatan, pertemanan, keluarga, etnis, status
sosial dan lain sebagainya.

Bisa dilihat bagaimana seorang aparatur pemerintahan masih padang


bulu dalam memberikan pelayanan. Misalnya, dalam memberikan
pelayanan dalam pembuatan KK akan berbeda sikap dan tata cara
aparatur pemerintahan menerima orang berdasi dengan orang tidak
berdasi.

b. Sering Terjadinya Pungli


Dalam memberikan pelayanan publik biasanya para petugas menawarkan
dua cara kepada masyarakat, yaitu cara cepat dan lambat. Cara cepat
inilah yang kita maksud sebagai proses pungli. Biasanya cara cepat ini
membutuhkan biaya yang tinggi. Dalam hal ini yang menjadi korban
adalah masyarakat yang tidak memiliki uang atau masyarakat miskin.

Dalam pembuatan KK biasanya pungli sering dilakukan. Dengan beribu


alasan para petugas menyatakan proses pembuatan KK membutuhkan
waktu yang lama. Padahal pembuatan KK hanya membutuhan berapa jam
saja.

c. Tidak Adanya Kepastian

Dalam memberikan pelayanan publik juga, instansi pemerintahan


biasanya tidak memberikan kepastian, baik itu dari waktu dan biaya yang
dibutuhkan. Dengan ketidak ada pastian inilah maka aparat pemerintah
sering melakukan KKN. Ini merupakan peluang bagi aparatur
pemerintahan untuk meningkatkan income dengan cara tidak baik.Dalam
pembuatan KK biasanya petugas meminta uang supaya waktu
penyelesaiannya cepat. Inilah potret dari pelayanan publik di negeri ini.

Dapat disimpulakan Lamanya birokrasi saat mengurus Administratif


seperti Kartu Keluarga, KTP dan berkas-berkas penting menunjukkan
belum terciptanya Good Governance dalam pelayanan pemerintah
dan Adanya Pungutan liar yang di lakukan aparatur pemerintah
menunjukkan tidak adanya Clean Governance.

E. Permasalahan Dan Solusi Pelayanan Publik Di Indonesia

Permasalahan pelayanan publik disebabkan karna tidak terwujudnya


Good Governance dan Clean Governance, sehingga menimbulkan dampak
buruk bag masyarakat. Adapun bentuk-bentuk permasalahan pelayanan
publik sebagai berikut;

1. Rendahnya Kualitas Pelayanan Publik


Rendahnya kualitas pelayanan publik merupakan salah satu sorotan yang
diarahkan kepada birokrasi pemerintah dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Perbaikan pelayanan publik di era reformasi
merupakan harapan seluruh masyarakat, namun dalam perjalanan
reformasi yang memasuki tahun ke enam, ternyata tidak mengalami
perubahan yang signifikan. Berbagai tanggapan masyarakat justru
cenderung menunjukkan bahwa berbagai jenis pelayanan publik
mengalami kemunduran yang utamanya ditandai dengan banyaknya
penyimpangan dalam layanan publik tersebut. Sistem dan prosedur
pelayanan yang berbelit-belit, dan sumber daya manusia yang lamban
dalam memberikan pelayanan, mahal, tertutup, dan diskriminatif serta
berbudaya bukan melayani melainkan dilayani juga merupakan aspek
layanan publik yang banyak disoroti. Rendahnya kualitas pelayanan publik
yang dilaksanakan oleh sebagian aparatur pemerintahan atau
administrasi negara dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Kondisi ini
karena di dalam kerangka hukum administrasi positif Indonesia saat ini
telah diatur tentang standar minimum kualitas pelayanan, namun
kepatuhan terhadap standar minimum pelayanan publik tersebut masih
belum termanifestasikan dalam pelaksanaan tugas aparatur pemerintah.

2. Tingginya Tingkat Penyalahgunaan Kewenangan dalam Bentuk KKN

Upaya pemberantasan KKN merupakan salah satu tuntutan penting pada


awal reformasi. Namun prevalensi KKN semakin meningkat dan menjadi
permasalahan di seluruh lini pemerintahan dari pusat hingga daerah.
Tuntutan akan peningkatan profesionalisme sumber daya manusia
aparatur negara yang berdaya guna, produktif dan bebas KKN serta
sistem yang transparan, akuntabel dan partisipatif masih memerlukan
solusi tersendiri. Ini berkaitan dengan semakin buruknya citra dan kinerja
birokrasi dan rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap
penyelenggaraan pemerintahan. KKN telah menjadi extraordinary state of
affairs di Indonesia Laporan terakhir di penghujung tahun 2003
mengukuhkan Indonesia di urutan ke-6 negara terkorup
didunia. Berdasarkan hasil survei Transparency International (TI) dari 133
negara, Indonesia berada diurutan ke 122 dari 133 negara terkorup.

3. Birokrasi yang panjang dan adanya tumpang tindih tugas dan


kewenangan.

Ini menyebabkan penyelenggaraan pelayanan publik menjadi panjang dan


melalui proses yang berbelit-belit, sehingga besar kemungkinan timbul
ekonomi biaya tinggi, terjadinya penyalahgunaan wewenang, korupsi,
kolusi, dan nepotisme, perlakuan diskriminatif, dan lain-lain.

4. Rendahnya pengawasan external dari masyarakat

Rendahnya pengawasan external dari masyarakat terhadap


penyelenggaraan pelayanan publik, merupakan sebagai akibat dari
ketidakjelasan standar dan prosedur pelayanan, serta prosedur
peyampaian keluhan pengguna jasa pelayanan publik. Karena itu tidak
cukup dirasakan adanya tekanan sosial yang memaksa penyelenggara
pelayanan publik harus memperbaiki kinerja mereka.

5. Belum Berjalannya Desentralisasi Kewenangan Secara Efektif

Indonesia saat ini dihadapkan oleh berbagai tantangan yang muncul


sebagai akibat dari perkembangan global, regional, nasional dan lokal
pada hampir seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Dari sisi
manajemen pemerintahan, penerapan desentralisasi dan otonomi daerah
merupakan intrumen utama untuk mencapai suatu negara yang mampu
menghadapi tantangan-tatangan tersebut. Di samping itu, penerapan
desentralisasi kewenangan dan otonomi daerah juga merupakan
prasyarat dalam rangka mewujudkan demokrasi dan pemerintahan yang
menjunjung tinggi kedaulatan rakyat.

6. Sistem pelayanan publik yang belum diatur secara jelas dan tegas.

Unsur terpenting dari sebuah sistem pelayanan publik yang belum diatur
secara lebih jelas dan tegas di dalam sistem pelayanan publik di Indonesia
dewasa ini adalah Kode Perilaku Petugas Pelaksana Pelayanan Publik
(Code of Conduct for Public Servants). Hal ini menjadi salah satu faktor
penentu keberhasilan sistem pelayanan publik, terutama bila disadari
bahwa sebagian besar dari permasalahan dan keluhan mengenai
pelayanan publik di Indonesia dapat dikembalikan pada unsur manusia
pengemban fungsi pelayanan publiknya (ekses-ekses KKN, conflict of
interest, dsb). Kehadiran sebuah Code of Conduct yang selengkapnya
mungkin akan lebih mengkokohkan struktur dasar dari Sistem Pelayanan
Publik Indonesia

Dalam memperbaiki pelayanan publik kepada masyarakat, pemerintah


harus segera bisa mengubah paradigma para aparatur dari mau dilayani
menjadi pelayan, karena fungsi utama dari pemerintahan adalah
memberikan pelayanan. Fungsi pelayanan inilah yang sering dilupakan
oleh para birokrat. Solusi yang dapat ditawarkan kepada pemerintah
dalam Masalah Pelayanan Publik dantaranya:

1. Memperbaiki Sistem Rekrutmen

Sistem rekrutmen sangat penting, karena inilah awal dari adanya aparatur
pemerintahan. Seleksi aparatur pemerintahan harus diperketat lagi dan
tesnya harus diperbaiki, sehingga mampu menghasilkan pegawai yang
professional.

2. Memberikan Sangsi yang Tegas

Dalam proses pelayanan sering kali petugas tidak melakukan apa yang
sudah diatur dalam aturan, sehingga masyarakat tidak mendapatkan
kepuasan. Petugas yang sering melanggar harus diberikan sangsi yang
tegas, kalau perlu dipecat. Dengan adanya sangsi yang tegas ini
diharapkan para aparatur pemerintahan tidak berani melakukan tindakan
yang melanggar aturan.

3. Mempermudah Proses

Seperti dalam Proses pembuatan KK yang bisa dikatakan berbelit-belit


sering mengundang untuk terjadinya pungli. Jadi dalam pembuatan KK
harus disederhanakan, supaya masyarakat senang mengurus dan
membuat KK.

4. Pelatihan dan Pendidikan Berkala


Pemerintah juga harus melakukan pendidikan dan pelatihan secara
berkala bagi aparatur pemerintahan, sehingga memiliki kapabilitas dan
profesionalitas tinggi dalam melayani masyarakat.
DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. https://sosiopublika.wordpress.com/2014/10/31/good-governance-
and-clean-governance/
2. Agus Dwiyanto. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan
Publik. Gadjah Mada University Press. 2005
3. https://www.academia.edu/9966363/BAB_9_Tata_Kelola_Pemerintaha
n_yang_Baik_dan_Bersih_good_and_clean_governance
4. http://permatapai1.blogspot.co.id/2014/03/good-governance-dan-
clean-good.html

Anda mungkin juga menyukai