Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penulis ingin katakan ketika berbicara Good governance maka sering di gunakan sebagai
standar sistem good local governance di katakan baik dalam menjalankan sistem disentaralisasi
dan sebagai parameter yang lain untuk mengamati praktek demokrasi dalam
suatu negara.Parapemegang jabatan publik harus dapat mempertangung jawabkan kepada
publik apa yang mereka lakukan baik secara pribadi maupun secara publik. Seorang presiden
Gebernur, Bupati, Wali Kota, anggota DPR dan MPR dan pejabat politik lainnya harus
menjelaskan kepada publik mengapa memilih kebijaksanaan X, bukan kebijaksanaan Y,
mengapa memilih menaikkan pajak ketimbang melakukan efesiensi dalam pemerintahan dan
melakukan pemberantasan korupsi sekali lagi apa yang di lakukan oleh pejabat publik harus
terbuka dan tidak ada yang di tutup untuk di pertanyakan oleh publik.
Tidak hanya itu apa yang di lakukan oleh keluarganya, sanak saudara dan bahkan teman
dekatnya sendiri sering di kaitkan dan di letakkan pada posisi pejabat publik, mengapa
demikian? Alasan sebenarnya sederhana saja, karena pejabat tersebut mendapat amanah dari
masyarakat maka dia harus dapat menegang amanah tersebut. Konsep Good governance
pertama kali di perkenalkan oleh UNDP, sebab munculnya konsep ini di sebabkan oleh tidak
terjadinya akuntabilitas, tranparansi. Artinya banyak negara dunia ketiga ketika di beri bantuan
dana tersebut banyak yang tidak tepat sasaran, sehinga negara maju engan memberikan
bantuan terhadap negara dunia ketiga adalah karena belum terciptanya sistem birokrasi yang
efektif, efesien dan tidak adanya tranparansi, akuntabilitas bantuan dana dari negara maju.
Konsekuensinya banyak terjadi korupsi yang di lakukan oleh dunia ketiga ketika bantuan di
turunkan oleh negara maju.

Pada akhir dasa-warsa yang lalu, konsep good governance ini lebih dekat di pergunakan dalam
reformasi publik. Di dalam disiplin atau profesi manajemen publik konsep ini di pandang sebagai
suatu aspek dalam paradigma baru ilmu administrasi publik. Paradigma baru ini menekankan
pada peran manajer publik agar memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat,
mendorong dan meningkatkan otonomi manajerial terutama sekali mengurangi campur tangan
kontrol yang di lakukan oleh pemerintah pusat, Tanparansi, akuntabilitas publik dan di ciptakan
pengelolahan manajerial yang bersih dan bebas dari korupsi. Tata kepermerintahan yang baik
)good Governance) merupakan suatu konsep yang akhir-akhir ini di pergunakan secara regule di
dalam ilmu politik dan administarsi publik (administarasi negara). Konsep ini lahir sejalan dengan
konsep-konsep dan terminologi demokrasi, masyarakat sipil, partisipasi rakyat, hak asasi
manusia dan pembangunan masyarakat secara berkelanjutan. Berkembanglah kemudian
sebuah konsep tata pemerintahan yang diharapkan dapat menjadi solusi untuk berbagai
permasalahan tersebut.

Konsep itu yaitu Good governance. Governance berbeda dengan government yang artinya
pemerintahan. Karena government hanyalah satu bagian dari governance. Bila pemerintahan
adalah sebuah infrastruktur, maka governance juga bicara tentang suprastrukturnya. Banyak
sekali definisi tentang good governance. Kita ambil satu saja untuk sebagai bahan analisa. Bank
Dunia dalam laporannya tentang governance and development tahun 1992 mengartikan good
governance sebagai pelayanan publik yang efisien, sistem pengadilan yang dapat diandalkan,
pemerintahan yang bertanggungjawab pada publiknya (Bintan R. Saragih). Bergulirnya reformasi
membawa angin segar bagi proses demokratisasi di Indonesia. Sebuah rezim yang amat kuat,
solid sekaligus juga korup dan sentralistis terpaksa menyudahi perannya sebagai penguasa
negeri ini. Berarti terbuka sebuah kesempatan emas untuk memulai proses perbaikan di
berbagai bidang. Sebagai catatan saja kondisi kita waktu itu adalah kondisi yang amat terpuruk.
Tak hanya di bidang ekonomi saja, tapi juga di bidang hukum, birokrasi dan juga moralitas.

1.2 Perumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan Good Governance dan clean good governance ?
2. Bagaimana prinsip dari good governance dan clean governance?
3. Bagaimana pelaksanaan prinsip good governance dan clean governance dalam sistem
pemerintahan nagara ?
4. Sebutkan hambatan hambatan dalam melaksanakan prinsip good governance dan clean
governance dalam sistem pemerintahan nagari?

BAB II
PEMBAHASAN

TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK DAN BERSIH


(GOOD & CLEAN GOVERNANCE)

A. Pengertian Good Governance

Good and clean governance memiliki pengertian segala hal yang berkaitan dengan tindakan
atau tingkah laku yang bersifat mengarahkan, mengendalikan, atau memengaruhiurusan public
untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam khidupan sehari-hari.Di Indonesia, good governance
dapat diartikan sebagai pemerintahan yang baik,bersih, dan berwibawa. Maksudnya baik yaitu
pemerintahan negara yang berkaitan dengansumber social, budaya, politik, serta ekonomi diatur
sesuai dengan kekuasaan yangdilaksanakan masyarakat. sedangkan pemerintahan yang bersih
adalah pemerintahan yangefektif, efesien, transparan, jujur, dan bertnggung jawab.Good and
clean governance dapat terwujud secara maksimal apabila unsur negara danmasyarakat madani
(yang di dalamnya terdapat sector swasta) saling terkait. Syarat atau ketentuan agar
pemerintahan bisa berjalan dengan baik yaitu : bisa bergerak secara sinergis,tidak saling
berbenturan atau berlawanan dan mendapat dukungan dari rakyat,pembangunan dilaksanakan
secara efektif dan efisien dalam hal biaya dan waktu.

UUD 1945, Yang mengandung tata cara dasar yang mengatur kehidupan kebangsaan dan
kenegaraan, memberi kesempatan yang paling besar bagi kelancaran dan kelangsungan
pembangunan bangsa Indonesia. Penghormatan dan pengamalan UUD sesungguhnya
merupakan syarat mutlak bagi kekukuhan suatu bangsa.

B. Prinsip-prinsip Pokok Good & Clean Governance

Dalam Good and Clean Governance, terdapat asas-asas yang perlu diperhatikan,yaitu :

1. Partisipasi
Asas Partisipasi adalah bentuk keikutsertaan warga masyarakat dalam pengambilankeputusan,
baik secara langsung maupun lewat lembaga perwakilan sah yang mewakiliaspirasi mereka.
Bentuk partisipasi menyeluruh ini dibangun berdasarkan prinsip demokrasiyakni kebebasan
berkumpul dan mengungkapkan pendapat secara konstruktif.

2. Penegakan Hukum
Asas ini merupakan keharusan pengelolaan pemerintahan secara professional yangdidukung
oleh penegakan hokum yang berwibawa.Realisasi wujud pemerintahan yang baik dan bersih
harus juga diimbangii dengankomitmen pemerintah untuk menegakkan hukum yang
mengandung unsur-unsur berikut :

Supremasi Hukum : setiap tindakan unsur-unsur kekuasaan negara, danpeluang partisipasi


masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegaradidasarkan pada hokum dan aturan
yang jelas dan tegas, dijaminpelaksanaannyasecara benar serta independen.
Kepastian Hukum : setiap kehidupan berbangsa dan bernegara diatur oleh hukum yang jelas
dan pasti, tidak duplikatif, dan tidak bertentangan satusama lainnya.

Hukum yang responsif: aturan hukum diatur berdasarkan aspirasi masyarakatluas dan mampu
menyediakan berbagai kebutuhan public secara adil.
Penegakan hokum yang konsisten dan non-diskriminatif.

Independensi Peradialn : yakni perdilan yang independen, bebas daripengaruh kekuasaan atau
kekuatan lainnya.

3. Transparansi
Asas ini merupakan unsur lain yang menopang terwujudnya good and cleangovernance.
Menurut para ahli, jika tidak ada prinsip ini, bisa menimbulkan tindakankorupsi. Ada 8 unsur yang
harus diterpkan transparansi yaitu : penetapanposisi/jabatan/kedudukan, kekayaan pejabat
public, pemberian penghargaan, penetapankebijakan, kesehatan, moralitas pejabat dan aparatur
pelayanan masyarakat, keamanan danketertiban, serta kebijakan strategis untuk pencerahan
kehidupan masyarakat.

4. Responsif
Asas responsif adalah dalam pelaksanaannya pemerintah harus tanggap terhadappersoalan-
persoalan masyarakat, harus memhami kebutuhan masyarakat, harus proaktif mempelajari dan
menganalisa kebutuhan masyarakat.

5. Konsensus
Asas konsensus adalah bahwa keputusan apapun harus dilakukan melalui prosesmusyawarah
melalui konsensus. Cara pengambilan keputusan consensus memiliki kekuatanmemaksa
terhadap semua yang terlibat untuk melaksanakan keputusan tersebut danmemuskan semua
atau sebagian pihak, serta mengikat sebagian besar komponen yangbermusyawarah.

6. Kesetaraan
Asas kesetaraan adalah kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan publik. Asas
inimengharuskan setiap pelaksanaan pemerintah bersikap dan berperilaku adil dalam
halpelayanan publik tanpa membedakan suku, jenis, keyakinan, jenis kelamin, dan kelas social.

7. Efektivitas dan Efisiensi


Pemerintahan yang baik dan bersih harus memenuhi criteria efektif (berdaya guna)dan efesien (
berhasil guna). Efektivitas dapat diukur dari seberapa besar produk yang dapatmenjangkau
kepentingan masyarakat dari berbagai kelompok. Efesiensi umumnya diukurdengan
rasionalisitas biaya pembangunan untuk memenuhi kebutuhan semua masyarakat.

8. Akuntabilitas
Asas akuntabilitas adalah pertanggungjawaban pejabat public terhadap msyarakatyang
memberinya wewenang untuk mengurusi kepentingan mereka. Setiap pejabat publicdituntut
untuk mempertanggungjawabkan semua kebijakan, perbuatan, moral, maupunnetralitas
sikapnya terhadap masyarakat,
9. Visi Strategis
Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi masa yangakan dating.
Kualifikasi ini menjadi penting dalam rangka realisasi good and clengovernance. Dengan kata
lain, kebijakan apapun yang akan diambil saat ini, harusdiperhitungkan akibatnya untuk sepuluh
atau duapuluh tahun ke depan.

C. Good and Clean Governance dan Kontrol Sosial

Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih berdasarkan prinsip-prinsippokok good
and clean governance, setidaknya dapat dilakukan melalui prioritas program:
(a) penguatan fungsi dan peran lembaga perwakilan,
(b) kemandirian lembaga peradian,
(c)profesionalitas dan integritas aparatur pemerinrtah,
(d) penguatan partisipasi masyarakatmadani, dan
(e) peningkatan kesejahteraan rakyat dalam kerangka otonomi daerah.Dengan pelaksanaan
otonomi daerah, pencapaian tingkat kesejahteran dapatdiwujudkan secara lebih tepat yang pada
akhirnya akan mendorong kemandirianmasyarakat.

D. Good and Clean Governance dan Gerakan Anti korupsi

Korupsi merupakan permasalahan besar yang merusak keberhasilan pembangunannasional.


Korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatnguna meraih
keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan negara secara spesifik.Korupsi
menyebabkan ekonomi menjadi labil, politik yang tidak sehat, dan kemerosotanmoral bangsa
yang terus menerus merosot.

Jeremy Pope mengemukakan bahwa korupsi terjadi jika peluang dan keinginanberada dalam
waktu yang bersamaan. Peluang dapat dikurangi dengan cara mengadakanperubahan secara
sistematis. Sedangkan keinginan dapat dikurangi denagn caramembalikkan siasat “laba tinggi,
resiko rendah” menjadi “laba rendah, resiko tinggi”:
dengan cara menegakkan hukum dan menakuti secara efektif, dan menegakkan
mekanismeakuntabilitas.Penanggulangan korupsi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. adanya political will dan political action dari pejabat negara dan pimpinan
lembagapemerintahan pada setiap satuan kerja organisasi untuk melakukan langkah proaktif
pencegahan dan pemberantasan tindakan korupsi.
2. penegakan hukum secara tegas dan berat ( mis. Eksekusi mati bagi para koruptor)

3. membangun lembaga-lembaga yang mendukung upaya pemberantasan korupsi.

4.membangun mekanisme penyelenggaran pemerintahan yang menjaminterlaksankannya


praktik good and clean governance.

5. memberikan pendidikan antikorupsi, baik dari pendidikan formal atau informal

.6. gerakan agama anti korupsi yaitu gerakan membangun kesadaran keagamaan
danmengembangkan spiritual antikorupsi.

E. Good and Clean Governance dan Kinerja Birokrasi Pelayanan Publik

Pelayanan umum atau pelayanan publik adalah pemberian jasa baik oleh pemerintah, pihak
swasta atas nama pemerintah ataupun pihak swasta kepada masyarakat,dengan atau tanpa
pembayaran guna memenuhi kebutuhan dan/ atau kepentinganmasyarakat.Beberapa alasan
mengapa pelayanan publik menjadi titik strategis untuk memulai pengembangan dan penerapan
good and clean governance di Indonesia.

F. Good and Clean Governance Dalam Islam

Dalam system pemerintahan islam, Imam (Khalifah) Mempunyai kawajiban mensejahtrakan


rakyatnya dengan segala cara yang di atur oleh syariat, salah satunya adalah dengan
memberikan subsidi atau pemberian yang meringankan beban hidup rakyat, subsidi secara
umum terbagi dua macam.

1. Pemberian, Yaitu harta yang di berikan oleh imam dari baitul mal kepada orang-orang yang
memiliki hak yang di berikan setiap tahunnya.

2. Rizki, Yaitu harta yang di berikan oleh imam dari baitul mal kepada orang-orang yang memiliki
hak yang di berikan setiap bulannya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Di dalam perjalanan otonomi daerah banyak terjadi dan penyimpangan otonomi daerah,
banyaknya terjadi korupsi, pemindahan korupsi dari pusat ke daerah (terciptanya raja-raja kecil),
birokrasi yang berbelit-belit tidak efektif dan membutuhkan waktu yang lama dan ini terjadi
hampir di nagari di Sumbar. Dalam pelaksaaan otonomi daerah pemerintahan kita selalu
berupaya untuk mewujudkan kondisi yang kondusif untuk tercapainya Good local governance.
Upaya tersebut terlihat dengan di lakukanya penyempurnaan berbagai peraturan perundangan
yang ada misalnya, UU No 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara, UU No 1 Tahun 2004
tentang perbendaharaan negara, UU No 25 Tahun 2004 tentang sistem perencanaan
pembangunan nasional, UU No 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan UU No 33
Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antar pemerintah pusat dan pemerintahan daerah.
Good governance awalnya sebagai obat penawar yang di gunakan untuk menghilangkan
penyakit korupsi yang semakin mengakar ini di tawarkan barat kepada negara berkembang yang
rentan terjadi korupsi. Ibaratkan ketika badan kita panas maka yang terbayang oleh kita adalah
Bodrex untuk mendinginkan badan tanpa kita sadari padahal panas badan kita di sebabkan
kambuhnya ginjal, memang itu untuk sementara waktu Bodrex akan bekerja mendinginkan tubuh
kita tapi penyakit ginjal tidak akan pernah sembuh dengan Bodrex. Ini terbukti ketika konsep
Good Governance yang di kembangkan di Africa Selatan Gagal total, namun yang jelas Konsep
Good Governance harus di sesuaikan dengan variasi lokal dalam nagari sehinga konsep
tersebut sesuai di terapkan di nagari, Konsekuensinya nagari akan siap dengan Good
Governace karena sesuai dengan nilai-nilai lokal di mana daerah itu berada. Pirnsip good
govenance merupakan konsep-konsep yang erat kaitanya dengan pelayanan publik. Pelayanan
publik yang selama ini di rasakan masyarakat belum bisa memberikan kemudahan dan
kesejahteraan bagi masyarakat itu sendiri, banyak pelayanan publik yang di berikan kepada
masyarakat tidak efesien dan tidak efektif serta tidak akuntabilitasnya tidak terjamin. Inti dari
good governance sangat serderhana, pada hakikatnya good governance bagaimana
memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan sebaik baiknya. Patologi dari good
governance (penyakit dari birokrasi) adalah terjadinya pelayanan berbelit belit, tentu
mnegunakan waktu yang cukup lama dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Kapan
pelayanan dikatakan baik apabila. Satu pelayanan yang efesian artinya, adalah perbandingan
yang terbalik antara input dan output yang di capai dengan input yang menimal maka tingkat
efesiansi menjadi lebih baik. Input pelayanan dapat berupa uang, tenaga dan waktu dan materi
yang di gunakan untuk mencapai output. Harga pelayanan publik harus dapat terjangkau oleh
kemampuan ekonomi masyarakat. Kedua; pelayanan yang non-partisipan. Artinya adalah,
sistem pelayanan yang memberlakukan penguna pelayan secara adil tanpa membedakan dan
berdasarkan status sosial ekonomi, kesekuan etnik, agama kepartaian, latar belakang
pengunaan pelayanan tidak boleh di jadikan pertimbangan dalam memberikan pelayanan.
penyelengaraan pemberian pelayan berdasarkan pada prinsip equal before the law kesamaan
dalam hukum dan pemerintahan. Ketiga; adalah efektif, responsif. Artinya adalah, tidak
membutuhkan waktu yang lama dan tidak berbelit belit misalnya dalam mengurus KTP,
kebanyakan kalau kita punya uang, maka mengurusnya lancar tapi kalau tidak di kasih uang ke
pada petugas yang ada di nagari maka pelayanan yang di berikan sangat lama. Responsif
artinya adalah, cepat tanggap terhadap kebutuhan masyarakat.

3.2 Saran

Mudah-mudahan kedepan pelayanan yang di berikan melaui konsep good governance akan
menjadikan kehidupan bernagari lebih mudah dalam memperoleh pelayanan dan memberikan
pelayanan yang terbaik untuk masyarakat yang ada di pemerintahan nagari serta tidak
membutuhkan biaya yang besar untuk memperoleh sebuah pelayan.
Sebagai pel atau obat terhadap penyakit pelayan yang terjadi selama ini adalah konsep good
governance, dapat di terapkan kepada petugas pelayan publik yang ada di nagari . Dengan cara
memberikan pelatihan pelayanan publik kepada petugas yang ada di nagari. Sekali lagi kita
berharap pelayan publik yang efesiean efektif dan akuntabilitas dapat di wujudkan di nagari.
Pengertian Tata kelola Pemerintahan adalah Menurut World Bank, Tata kelola pemerintahan
adalah suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab
yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana
investasi dan pencegahan korupsi baik secara politik mapun administratif, menjalankan disiplin
anggaran serta menciptakan legal dan political framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha.

Definisi Tata kelola pemerintahan atau yang lebih dikenal dengan sebutan good governance,
secara umum pengertiannya adalah segala sesuatu yang terkait dengan tindakan atau tingkah
laku yang bersifat mengarahkan, mengendalikan atau mempengaruhi urusan
publik untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Dr. Sedarmayanti,
Dra., M.Pd, Good Governance(Kpemerintahan Yang Baik)Dalam Rangka Otonomi Daerah, Bandung:
PT. Mandar Maju, 2003, Hal.3). Good governance tidak hanya sebatas pengelolaan lembaga
pemerintahan, namun menyangkut semua lembaga baik pemerintah maupun non-pemerintah.

Orientasi dari tata kelola pemerintahan yang baik adalah:

1. Orientasi Ideal, yaitu negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan nasional. Orientasi
ini bertitik tolak pada demokratisasi dalam kehidupan bernegara dengan elemen
konstituennya seperti: legitimasi, akuntabilitas, securing of human rights, authonomy and
devolution of power, dan juga assurance of civilian control.
2. Pemerintahan yang berfungsi secara ideal, yaitu efektif dan efisien dalam melakukan
upaya untuk mencapai tujuan nasional. Orientasi ini bergantung sejauhmana pemerintah
mempunyai kompetensi dan sejauhmana struktur serta mekanisme politik serta
administratif berfungsi secara efektif dan efisien.

Menurut UNDP, Tata kelola pemerintahan (good governance) adalah sebagai suatu latihan
(exercises) dari kewenangan politik, ekonomi dan administrasi untuk menata, mengatur dan
mengelola masalah-masalah sosialnya Ibid.,Hal. 7

Konsep Tata Kelola Pemerintahan


Tata kelola pemerintahan atau good governance secara umum menyangkut pengelolaan dan
penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Tata kelola pemerintahan dapat ditinjau dari segi
fungsional maupun pemerintah.

Dari segi fungsional, yaitu dari segi aspek governance, yaitu apakah pemerintah telah berfungsi
secara efektif dan efisien dalam upaya mencapai tujuan yang telah digariskan, atau justru
sebaliknya dimana pemerintahan tidak berfungsi secara efektif dan terjadi inefisiensi Ibid.,Hal. 4.
Untuk itu, diperlukan tiga kaki yaitu:

1. Economic governance, yang meliputi proses pembuatan keputusan (decision making


process) yang memfasilitasi terhadap equity (kesetaraan), poverty (kesejahteraan) dan
quality of life ( kualitas hidup).
2. Political governance, adalah proses keputusan untuk formulasi kebijakan
3. Administrative governance, adalah sistem implementasi proses kebijakan.

Dari segi pemerintah (government), tata kelola pemerintahan dapat dilihat dari aspek sebagai
berikut, yaitu:

1. Hukum, yaitu kebijakan yang ditujukan pada perlindungan kebebasan sosial, politik dan
ekonomi.
2. Administrative competence and transparency, yaitu kemampuan membuat perencanaan
dan melakukan implementasi secara efisien, kemampuan melakukan penyederhanaan
organisasi, penciptaan displin dan model administratif serta keterbukaan informasi.
3. Desentralisasi, yaitu desentralisasi regional dan dekonsentrasi di dalam departemen.
4. Penciptaan pasar yang kompetitif, yaitu penyempurnaan mekanisme pasar, peningkatan
peran pengusaha kecil dan segmen lain dalam sektor swasta, deregulasi dan
kemampuan pemerintah dalam mengelola kebijakan makro ekonomi Ibid, Hal. 9

Karakteristik Tata Kelola Pemerintahan


Adapun karakteristik dari tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) adalah sebagai
berikut:

1. Partisipasi, dimana setiap warga negara mempunyai suara dalam pembuatan keputusan,
baik secara langsung maupun melalui intermediasi institusi legitimasi yang mewakili
kepentingannya.
2. Aturan Hukum, yaitu kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa perbedaan,
terutama hukum hak asasi manusia.
3. Transparansi, yaitu transparansi yang dibangun atas dasar kebebasan arus informasi.
Prose lembaga dan informasi secara langsung dapat diterima oleh mereka yang
membutuhkan.
4. Responsif, yaitu lembaga dan proses harus mencoba untuk melayani setiap
stakeholders.
5. Consensus Orientation, yaitu tata kelola pemerintahan menjadi perantara kepentingan
yang berbeda untuk memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas, baik
dalam hal kebijakan maupun prosedur.
6. Efektivitas dan efisiensi, yaitu proses dan lembaga menghasilkan sesuai dengan apa
yang telah digariskan dengan menggunakan sumber yang tersedia sebaik mungkin.
7. Akuntabilitas, yaitu para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta dan
masyarakat bertanggung jawab kepada publik dan lembaga stakeholders.
8. Strategic Vision, yaitu para pemimpin dan publik harus mempunyai persfektif good
governance dan pengembangan manusia yang luas serta jauh ke depan dengan apa
yang diperlukan untuk pembangunan.
Dalam tata kelola pemerintahan, domain state (negara) menjadi domain yang paling memegang
peranan penting dalam mewujudkan good governance., karena fungsi pengaturan yang
memfasilitasi domain sektor swasta dan masyarakat. Peran pemerintah melalui kebijakan
publiknya sangat penting dlam memfasilitasi berjalannya mekanisme pasar yang benar. Oleh
karena itu, upaya perwujudan ke arah tata kelola pemerintahan yang baik (good governance)
dapat dimulai dengan membangun landasan demokrastisasi penyelenggaraan negara dan
dilakukan upaya pembenahan penyelenggara pemerintahan sehingga dapat terwujud tata kelola
pemerintahan yang baik.

Hubungan Demokrasi dan Tata Kelola Pemerintahan


Transisi demokrasi yang sedang menjadi fase perkembangan sistem politik di Indonesia saat ini
memberikan harapan perubahan sekaligus kekhawatiran. Demokrasi diharapkan mampu
menciptakan tata pemerintahan yang baik (good governance), berupa peningkatan akuntabilitas
pemerintahan, partisipasi masyarakat yang lebih besar dalam pembuatan dan kontrol kebijakan,
serta efisiensi dan efetivitas pelayanan dan pembangunan. Pemilihan langsung presiden
merupakan aktualisasi sistem demokrasi yang partisipatif, dimana rakyat secara langsung
memilih presidennya.

Penciptaan good governance dimaksudkan untuk meningkatkan akuntabilitas, responsivitas dan


transparansi. Akuntabilitas sebagai perujudan tata pemerintahan yang baik dapat berbentuk
akuntabilitas program, akuntabilitas keuangan, akuntabilitas politik dan akuntabilitas hukum

Kelompok 5 PPKN

Anda mungkin juga menyukai