Anda di halaman 1dari 7

CHAPTER

7
BIROKRASI DAN GOVERNANSI PUBLIK
Hal. 1 dari 7
CHAPTER 7
AKTOR GOOD GOVERNANCE

CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami tentang actor good
governance.

Good governance yang diterjemahkan sebagai tata pemerintahan yang baik merupakan tema

umum kajian yang populer, baik di pemerintahan, civil society maupun di dunia swasta.

Kepopulerannya adalah akibat semakin kompleksnya permasalahan, seolah menegaskan tidak

adanya iklim pemerintahan yang baik di negeri ini. Di pemerintahan (public governance), tema ini

begitu menyentuh. Banyak pihak yang “menunjuk hidung” bahwa masalah mendasar bangsa ini

akan terselesaikan kalau birokrasi pemerintahnya sudah kembali ke jalan yang baik. Karenanya

bagi aparatur pemerintah, good governance adalah kewajiban yang harus diwujudkan.

Keberhasilan penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik sangat ditentukan oleh keterlibatan

dan sinergi tiga aktor utama yaitu aparatur pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta. Dalam

penyelenggaraan pemerintahan, aparatur pemerintah merupakan salah satu aktor penting yang

memegang kendali proses berlangsungnya governance. Keterlibatan aparatur pemerintah dalam

mendukung keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan sangat ditentukan antara lain oleh

pemahaman terhadap konsep tata pemerintahan yang baik serta pengamalannya yang sangat

terkait dengan birokrasi dan manajemen birokrasi pemerintah. Pola hubungan aparatur/birokrasi

dengan kecenderungan sikap mereka terhadap “clients” atau masyarakat dan kelompok dapat

dibedakan dalam dua kategori yaitu: “service orientation” dan “social control orientation”. Birokrasi

dengan “service orientation” memberikan pelayanan dengan orang – orang yang berhubungan

dengannya, dengan sikap pelayanan yang profesional yang bertujuan menjamin kepuasan pihak

yang dilayani. Sedangkan birokrasi dengan “social control orientation” lebih menekankan pada

pengendalian atau pengawasan karena ia menjalankan suatu peraturan guna memelihara

ketertiban masyarakat. Aparatur merupakan suatu komunitas individu-individu yang memiliki tugas

Hal. 2 dari 7
dan fungsi yang terlembagakan untuk melayani rakyat diartikan secara singkat sebagai pemikir,

perencana, pelaksana sekaligus pengawas jalannya kegiatan pemerintahan, pembangunan dan

pembinaan masyarakat atas nama kepala daerah. Dalam konteks pemerintahan yang baik, salah

satu kunci sukses terpenting dari adanya perubahan dalam proses governance terletak pada

individuindividu yang ada di dalam proses governance itu sendiri. Individu adalah mereka yang

menciptakan dan memelihara perubahan. Wilson dan Rosenfeld mengemukakan 4 (empat) alasan

resistensi individu terhadap perubahan yaitu: kepentingan pribadi, rendahnya tingkat kepercayaan,

perbedaan pandangan/ penilaian, rendahnya toleransi terhadap perubahan. Aparatur yang baik

adalah yang mampu memberi kepada masyarakat apa yang mereka butuhkan, bahkan sebelum

masyarakat itu sendiri memintanya. Dalam keadaan seperti ini, hati nurani aparatur pemerintahan

adalah hati nurani dari masyarakat itu sendiri. (http:// digilib. uinsgd. ac. id)

Kolaboratif Aktor Good Governance

Governance juga diartikan sebagai kualitas hubungan antara pemerintah dan masyarakatyang

dilayani dan dilindunginya, private sectors (sektor swasta/dunia usaha), dan society (masyarakat).

Oleh sebab itu, good governance sektor publik diartikan sebagai suatu proses tata kelola

pemerintahan yang baik, dengan melibatkan stakeholders terhadap berbagai kegiatan

perekonomian, sosial politik, dan pemanfaatan berbagai sumber daya seperti sumber daya alam,

keuangan, dan manusia bagi kepentingan rakyat yang dilaksanakan dengan menganut asas

keadialan, pemerataan, persamaan, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas (World Conference

on Governance, UNDP, 1999 dalam Sedarmayanti, 2007)

Sedangkan OECD dan World Bank mengartikan good govenance sebagai penyelenggaraa

manajemen pembangunan solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan demokrasi dan

padar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi yang langka, dan pencegahan

korupsi secara politik dan administratif, menjalankan disiplin anggaran serta menjalankan

Hal. 3 dari 7
kerangka kerja politik dan hukum bagi tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan (Sedarmayanti, 2009:

273).

Aktor – aktor Good Governance Aktor-aktor good governance menurut Sedarmayanti (2009: 280),

antara lain:

A. Negara/pemerintah: konsepsi kepemerintahan pada dasarnya adalah kegiatan – kegiatan

kenegaraan, tetapi labih jauh dari itu melibatkan pula sektor swasta dan kelembagaan

masayarakat madani. Peran pemerintah melalui kebijakan publiknya sangat penting

penyimpangan yang terjadi di dalam padar dapat dihindari. Dalam kaitannya dengan

bidang pendidikan, pemerintah dan dinas-dinas yang berkaitan seperti dinas pendidikan.

Negara sebagai salah satu unsur governance, di dalamnya termasuk lembaga politik dan

lembaga sektor publik. Peran pemerintah melalui kebijakan publiknya sangat penting

dalam memfasilitasi terjadinya mekanisme padar yang benar sehingga penyimpangan

yang terjadi di dalam padar dapat dihindari.

B. Sektor swasta: pelaku sektor swasta mencakup perusahaan swasta yang aktif dalam

interaksi dalam sistem padar, seperti: industri pengolahan perdagangan, perbankan,

koperasi termasuk kegiatan sektor informal. Dalam bidang pendidikan, sektor swasta

meliputi yayasan-yayasan yang mengelola sekolah swasta.

C. Masyarakat madani: kelompok masyarakat dalam konteks kenegaraan pada dasarnya

berada diantara atau di tengah-tengah antara pemerintah dan perseorangan, yang

mencakup baik perseorangan maupun kelompok masyarakatyang berinteraksi secara

sosial, politik dan ekonomi. Dalam bidang pendidikan ada yang dinamakan Dewan

Pendidikan yang merupakan lembaga independent yang memiliki posisi sejajar dengan

Bupati/ Walikota dan DPRD.Good governance memungkinkan adanya 13 kesejajaran

peran antara ketiga aktor di atas. Sebagaimana dalam pengembangan kapasitas good

governance, ada yang disebut dengan perubahan dalam distribusi kewenangan yaitu telah

terjadi distribusi kewenangan yang tadinya menumpuk di pusat untuk didesentralisasikan

Hal. 4 dari 7
kepada daerah, masyarakat, asosiasi dan berbagai kelembagaan yang ada di masyarakat.

Artinya saat ini pemerintah bukanlah satu-satunya aktor dalam pengambilan keputusan,

masyarakat dan juga pihak swasta pun berkesempatan untuk terlibat dalam pengambilan

keputusan. (http://repository.uin-suska.ac.id)

Good Governance mengandung arti hubungan yang sinergis dan konstruktif di antara negara,

sektor swasta dan masyarakat (societ). Dalam hal ini adalah kepemerintahan yang

mengembangkan dan menerapkan prinsip-prnsip profesionalisme, akuntabilitas, transparansi,

pelayanan prima, demoasi, efisiensi, efektivitas, supremasi hukum dan dapat dierima oleh seluruh

masyaraka.

Syarat bagi terciptanya good governance, yang merupakan prinsip dasa, meliputi partisipatoy, rule

of law (penegakkan hukum), transparansi, responsivness, konsensus, persamaan hak, efektivitas,

efisiensi dan akuntabilitas. (Panji Santoso;2012;131)

Kerangka collaborative dalam governance memberikan suatu pemaknaan yang lebih dari sekedar

governance. Collaborative governance merupakan salah satu konsep dalam kebijakan publik yang

berkembang dalam beberapa dekade terakhir. Secara prinsip, collaborative (kolaborasi) berbeda

dengan network (jaringan) dan partnership (kemitraan). Ada nilai dasar tersendiri yang melekat

padanya. Untuk selanjutnya menjadi bagian karakteristiknya. Akhir daripada pemikiran kritis

mengenai paradigma NPM dan reinventing government adalah dengan diterapkannya good

governance atau tata pemerintahan yang baik. NPS menilai bahwa NPM dan OPA terlalu

menekankan kepada efisiensi dan melupakan masyarakat sebagai sasaran dari kebijakan publik.

Governance merujuk kepada hubungan antara pemrintah/negara dengan warganya sehingga

memungkinkan berbagai kebijakan dan program dapat dirumuskan, diimplementasikan, dan

dievaluasi. Pergeseran government ke governance dimaksudkan untuk mendemokratisasi

administrasi publik. Government menunjuk kepada institusi pemerintah terutama dalam kaitannya

dengan pembuatan kebijakan. Sementara itu, governance menunjuk kepada keterlibatan Non

Governmental Organization (NGO), kelompok-kelompok kepentingan, dan masyarakat, disamping

Hal. 5 dari 7
institusi pemerintah dalam pengelolaan kepentingan umum, terutama dalam perumusan dan

pelaksanaan kebijakan publik. Berbagai kebijakan dan program diarahkan untuk memenuhi

kepentingan warga masyarakat dan dilakukan melalui tindakan kolektif dan proses kolaboratif.

Menurut Osborne (2010) public governance berisi lima untaian sebagai berikut :

1. Socio-political governance: menyangkut hubungan antar institusi dalam masyarakat.

2. Public policy governance: berkaitan dengan bagaimana elite membuat kebijakan beserta

jaringannya berinteraksi dalam proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik.

3. Administrastive governance: menyangkut efektivitas penerapan administrasi publik dan

reposisinya untuk menangani masalah-masalah pemerintah.

4. Contract governance: berkaitan dengan penerapan NPM, dipandang perlu adanya kontrak

perjanjian dalam penyelenggaraan pelayanan publik (perjanjian antara penyedia pelayanan

publik dengan pihak penerima pelayanan). Organisasi publik pada negara-negara modern

memiliki tanggung jawab untuk menyediakan sistem pelayanan publik yang baik.

5. Network governance: merupakan jaringan kerja sama mandiri antar organisasi pemerintah

atau tanpa organisasi pemerintah dalam penyedia pelayanan publik. Dalam beberapa

tahun terakhir, collaborative governance (tata kelola pemerintahan) menjadi salah satu

konsep kepublikan yang mulai banyak diminati oleh para akademisi.

Collaborative Governance muncul untuk merespon terjadinya kegagalan implementasi, biaya

mahal dan politisasi regulasi sektor publik (Ansell dan Gash, 2007).

Fokusnya mengarah pada setiap tahapan kebijakan publik. Collaborative governance merupakan

sebuah paradigma baru dalam memahami eksistensi multi stakeholders dalam urusan-urusan

publik. Ada karakteristik tertentu dalam hubungan aktor sehingga penting melakukan studi

kolaborasi (Silvia, 2011). (https://journal.undiknas.ac.id Ni Luh Yulyana Dewi)

BAHAN REVIEW
Mahasiswa diharapkan melakukan review terkait modul chapter diatas!

Hal. 6 dari 7
Referensi
Fadilah Putra, New Public Governance, UB Press, Malang 2012
Panji Santoso, Administrasi Publik, Teori dan Aplikasi Good Governance
David Osborne dan Ted Gabler, Reinventing Govrenment, PPM Majamene,2014
David Osborne dan Peter Plastrik, Memangkas Birokrasi, PPM Majamene,2014
(https://journal.undiknas.ac.id Ni Luh Yulyana Dewi)

(http://repository.uin-suska.ac.id)

(http:// digilib. uinsgd. ac. id)

Hal. 7 dari 7

Anda mungkin juga menyukai