Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seperti yang kita ketahui bahwa semua masyarakat menginginkan pemerintahan yang bebas
dari korupsi, masyarakat ingin agar sistem pemerintahan yang ada dalam Negara ini harus
berjalan dengan baik tanpa menimbulkan dampak negative pada masyarakat,
Terselenggaranya tata kelola pemerintahan yang baik atau “good governance” merupakan
‘impian’sekaligus harapan semua bangsa di dunia. Pandangan tersebut dapat dimengerti
karena melalui pelaksanaan good governance, upaya penciptaan aparatur pemerintah yang
bersih, bebas dari tindakan yang tidak terpuji serta tidak berpihak pada kepentingan
masyarakat diharapkan dapat diwujudkan secara nyata.

Berbicara Good governance maka sering di gunakan sebagai standar sistem good local
governance di katakan baik dalam menjalankan sistem disentaralisasi dan sebagai parameter
yang lain untuk mengamati praktek demokrasi dalam suatu negara.Para pemegang jabatan
publik harus dapat mempertangung jawabkan kepada publik apa yang mereka lakukan baik
secara pribadi maupun secara publik.

Tata kepermerintahan yang baik (Good Governance) merupakan suatu konsep yang
akhir-akhir ini di pergunakan secara regule di dalam ilmu politik dan administarsi publik
(administarasi negara). Konsep ini lahir sejalan dengan konsep-konsep dan terminologi
demokrasi, masyarakat sipil, partisipasi rakyat, hak asasi manusia dan pembangunan
masyarakat secara berkelanjutan. Berkembanglah kemudian sebuah konsep tata
pemerintahan yang diharapkan dapat menjadi solusi untuk berbagai permasalahan tersebut.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Good Governance

Istilah good and clean governance merupakan wacana baru dalam kosakata ilmu politik. Ia
muncul pada awal 1900-an. Secara umum istilah good and governance memiliki pengertian
akan segala hal yang terkait dengan tindakan atau memengaruhi urusan public untuk
mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Pengertian Good Governance adalah pelaksanaan politik, ekonomi, dan Administrasi


dalam mengelola masalah-masalah bangsa.Pelaksanaan kewenangan tersebut dapat dikatakan
baik (good atau sound) jika dilakukan dengan efektif dan efisien, responsif terhadap
kebutuhan rakyat, dalam suasana demokratis, akuntabel, serta transparan. Prinsip-prinsip
tersebut tidak hanya terbatas dilakukan dikalangan birokrasi pemerintahan, tetapi juga
disektor swasta dan lembaga-lembaga nonpemerintah.

Di Indonesia, substansi wacana good governance dapat dipadankan dengan istilah


pemerintahan yang baik, bersih, dan berwibawa. Pemerintah yang baik adalah sikap dimana
kekuasaan dilakukan oleh masyarakat yang diatur oleh berbagai tingkatan pemerintahan
Negara yang berkaitan dengan sumber-sumber social, budaya, politik, serta ekonomi. Dalam
praktiknya pemerintahan yang bersih ( Clean Governance ), adalah model pemerintahan
yang efektif, efisien,, jujur, transparan, dan bertanggung jawab.

Good and clean governance dapat terwujud secara maksimal apabila unsur negara dan
masyarakat madani (yang di dalamnya terdapat sector swasta) saling terkait. Syarat atau
ketentuan agar pemerintahan bisa berjalan dengan baik yaitu : bisa bergerak secara
sinergis,tidak saling berbenturan atau berlawanan dan mendapat dukungan dari
rakyat,pembangunan dilaksanakan secara efektif dan efisien dalam hal biaya dan waktu.
Menurut United Nations Development Program (UNDP) salah satu badan PBB,
governance (kepemerintahan) mempunyai tiga model, yaitu :

2
 Ekonomic Governance, meliputi proses pembuatan keputusan yang memfasilitasi
kegiatan ekonomi didalam negeri dan transaksi diantara penyelenggara ekonomi, serta
mempunyai implikasi terhadap kesetaraan, kemiski-nan, dan kualitas hidup.
 Political Governance, mencakup proses pembuatan keputusan untuk perumusan kebi
jakan politik negara.
 Administrative Governance, berupa sistem implementasi kebijakan.

B. Unsur Pemerintahan yang Baik


Dengan demikian, mengembangkan kapasitas dan mewujudkan good governance merupakan
instrumen utama untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini.
Tantangan bagi semua masyarakat dewasa ini adalah bagaimana mewujudkan sistem
governance yang mampu merealisasikan terwujudnya kemakmuran semua orang serta
mengantisipasi dampak negatif dari perbuatan korupsi yang diduga kuat melibatkan sejumlah
pejabat negara, baik di tingkat pusat maupun daerah. Urgensi untuk mewujudkan good
governance bukan hanya dipandang cocok untuk mengatasi kemiskinan dan ketimpangan,
tetapi juga sangat relevan dengan kebutuhan untuk proses pemulihan, stabilitas ekonomi dan
krisis politik yang kia memburuk serta rendahnya kinerja dan pelayanan publik.
Itulah sebabnya, dalam pelaksanaan good governance pemerintah tidak dapat berjalan
sendiri, tetapi harus melibatkan berbagai pihak, baik masyarakat maupun kalangan swasta.
Pendapat tersebut sejalan dengan pandangan Taschereau dan Compos (UNDP), 1997) juga
menyatakan bahwa “Tata kepemerintahan yang baik merupakan suatu kondisi yang
menjamin adanya proses kesejajaran, kesamaan, kohesi dan keseimbangan peran, serta
adanya saling mengontrol yang dilakukan oleh tiga komponen, yaitu Government, Civil
Society, dan Business”.
Jadi tiga unsur istilah (Government, Pivate Sector dan Civil Society) yang menjadi
komponen pelaku dalam negara, untuk menciptakan suatu sinergi sehingga tercipta suatu
kesejahteraan dalam masyarakat. Negara berfungsimenciptakan lingkungan politikdan
hukum yang kondusif, sektor swasta mendorong terciptanya lapangan kerja dan pendapatan
masyarakat, sedangkan masyarakat sendiri mewadahi interaksi sosial politik dan
berpartisipasi dalam berbagai aktivitas ekonomi, sosial dan politik. Itulah sebabnya Miftah
Thoha (2000) mengaris bawahi bahwa prinsip demokratis yang melekat pada good

3
governance meletakkan urgensi untuk menempatkan kekuasaan ditangan rakyat bukan
ditangan penguasa. Kemudian, tidak adanya rasa takut untuk memasuki suatu perkumpulan
atau serikat sesuai dengan kebutuhan hati nurani, dan terakhir dihargainya moral perbedaan
pendapat.
Sejalan dengan pemikiran, Riyaas Rasid dan Mostopadidjaja (2002) menempatkan
aparatur pemerintah sebagai ujung tombak penyelenggaraan good governance yang bersih
dari KKN tampaknya perlu juga ditelusuri sampai sejauh mana bahaya perbuatan kolusi,
korupsi dan nepotisme bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini sangat penting untuk
dikaji mengingat perbuatan tersebut sangat inheren dengan perilaku aparatur itu sendiri.
Sejalan dengan pandangan di atas, UNDP (1996) mengemukakan tiga unsure utama
(domains) yang perlu dilibatkan dalam penyelenggaraan kepemerintahan yang baik (good
governance), yakni the state (Negara), the private sector (sektor swasta), dan civil society
organizations (organisasi kemasyarakatan).
Secara fungsional tugas terpenting negara di masa yang akan datangadalah bagaimana
mewujudkan masyarakat yang sejahtera, melalui peningkatan kinerja birokrasi pemerintahan
dan peningkatan kualitas pelayanan publik. Selain itu, negara harus mampu mewujudkan
pembangunan manusia yang berkelanjutan seraya melakukan penataan ulang terhadap
berbagai sektor yang mendukung terhadap pembangunan kualitas sumber daya manusia.
Berbagai sektor yang dimaksud antara lain ; sektor ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum,
pertahanan, insfrastruktur, penguatan demokrasi, desentralisasi, dan lain-lain.
Pemerintah (Negara) memiliki posisi dan peran yang sangat strategis dalam melakukan
penataan dan mengintegrasikan berbagai sektor sebagaimana dijelaskan di atas, selain itu,
pemerintah juga harus mampu mengupayakan perlindungan terhadap masalah lingkungan
terhadap masalah lingkungan, yang selama ini masih terabaikan.
Dalam konteks pelaksanaan good governance, sektor swasta jelas memiliki peran yang
sangat besar dan strategis, karena tanpa adanya keterlibatan pihak swasta, agaknya sulit bagi
pemerintah bahkan tidak mungkin untuk dapat melaksanakan konsep good governance
secara optimal. Salah satu peran penting sektor swasta dalam mendukung terwujudnya
konsep good governance adalah keterlibatan dalam sektor ekonomi, tentu saja dengan tidak
mengabaikan sektor-sektor lainnya, seperti lingkungan hidup, sektor sosial, budaya dan lain-
laain. Namun, pendekatan ekonomi ini tampaknya merupakan salah satu pilar penting bagi

4
pemerintah (Negara) dalam mendorong pembangunan ekonomi bangsa, baik menyangkut
investasi, pemasaran, maupun produksi, sehingga pada akhirnya diharapkan mampu
mendorong pembangunan ekonomisecara nasional.
Seperti halnya sektor Negara dan swasta organisasi kemasyarakatan (civil society
organizations) pun tampaknya tidak boleh dipandang sebelah mata dalam mendukung
terwujudnya good governance. Secara fungsional, organisasi kemasyarakatan berperan dalam
memfasilitasi insteraksi sosial, politik, ekonomi, hukum, lingkungan hidup maupun sektor
lainnya. Selain itu, organisasi kemasyarakatan juga berperan dalam melakukan “check and
balance” terhadap kewenangan dan kekuasaan pemerintah (Negara) dalam menjalankan
tugasnya serta aktifitas sektor swasta yang berkaitan dengan masalah kepentingan public.
Peran lain yang juga bisa dimainkan oleh organisasi kemasyarakatan dalam konteks
pelaksanaan good governance adalah menyalurkan partisipasi masyarakat trkait dengan
aktivitas sosial, ekonomi, politik, hukum, lingkungan hidup, ketenagakerjaan dan lain-lain.
Intinya, organisasi kemasyarakatan juga dapat berperan dalam memberikan kontribusi
pemikiran dan penekan dalam mempengaruhi kebijakan yang akan dikeluarkan oleh
pemerintah.
Dengan demikian, good governance merupakan sistem yang memungkinkan terjadinya
mekanisme penyelenggaraan pemerintah negara yang efisien dan efektif dengan menjaga
sinergi yang konstruktif diantara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat.

C. Prinsip Pokok Good And Clean Governance

Untuk merealisasikan pemerintahan yang professional dan akuntabel yang bersandar pada
prinsip-prinsip good governance, Lembaga Administrasi Negara (LAN) merumuskan
sembilan aspek fundamental (asas) dalam good governance yang harus diperhatikan, yaitu :

1. Partisipasi (participation)
2. Penegakan hokum (rule of law)
3. Transparansi (transparency)
4. Responsif (responsiveness)
5. Orientasi kesepakatan (consensus orientation)
6. Kesetaraan (equity)

5
7. Efektivitas (effectiveness) dan efisiensi (efficiency)
8. Akuntabilitas (accountability)
9. Visi strategis (strategic vision)

a. Partisipasi (participation)
Asas partisipasi adalah bentuk keikutsertaan warga masyarakat dalam pengambilan
keputusan, baik langsung maupun melalui lembaga perwakilan yang sah yang mewakili
kepentingan mereka. Bentuk partisipasi menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan prinsip
demokrasi yakni kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat secara konstruktif.
b. Penegakan hukum (rule of law)
Asas penegakan hukum adalah pengelolaan pemerintahan yang professional harus didukung
oleh penegakan hukum yang berwibawa. Tanpa ditopang oleh sebuah aturan hokum dan
penegakannya secara konsekuen, pertisipaasi dapat berubah menjadi tindakan public yang
anarkis. Publikmembutuhkan ketegasan dan kepastian hokum. Tanpa kepastian dan aturan
hokum, prose politik tidak akan berjalan dan tetata dengan baik.
Realisasi wujud good and clean governance, harus diimbangi dengan komitmen
pemerintahan untuk menegakkan hokum yang mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
 Supremasi hukum, yakni setiap tindakan unsur-unsur kekuasaan negara, dan peluang
partisipasi masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara didasarkan pada hukum
dan aturan yang jelas dan tegas.
 Kepastian Hukum (legal certainty), bahwa setiap kehidupan berbangsa dan bernegara
diatur oleh hokum yang jelas dan pasti.
 Hukum yang responsive, yakni aturan-aturan hukum yang disusun berdasarkan aspirasi
masyarakat luas.
 Penegakan hokum yang konsisten dan nondiskriminatif, yakni penegakan hokum berlaku
untuk semua orang tanpa pandang bulu.
 Independensi peradilan, yakni paradilan yang independen bebas dri pengaruh penguasa
atau kekuatan lainnya.
c. Transparansi (transparency)
Asas transparansi adalah unsur lain yang menopang terwujudnya good and governance.

6
Dalam pengelolaan negara terdapat delapan (8) unsur yang harus dilakukan secara
transparan, yaitu :
1. Penetapan posisi, jabatan, atau kedudukan.
2. Kekayaan penjabat public.
3. Pemberian penghargaan.
4. Penetapan kebijakan yang terkait dengan pencerahan kehidupan.
5. Kesehatan.
6. Moralitas para penjabat dan aparatur pelayanan public.
7. Keamanan dan ketertiban.
8. Kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan masyarakat.
d. Responsif (responsiveness)
Asas responsif adalah pelaksanaan prinsip-prinsip good and clean governance bahwa
pemerintahan harus tanggap terhadap persoalan-persoalan masyarakat.
Sesuai dengan asas responsive, setiap unsur pemerintahan harus memiliki dua etika,
yakni etika individual dan etika social.
e. Orientasi kesepakatan (consensus orientation)
Asas konsesus adalah bahwa keputusan apapun harus dilakukan melalui proses
musyawarah melalui consensus.
f. Kesetaraan
Asas kesetaraan (equity) adalah kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan publik.

g. Efektivitas (effectiveness) dan efisiensi (efficiency)


Kriteria efektivitas biasanya diukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau
sebesar-besarnya kepentingan masyarakat dari berbagai kelompok dan lapisan social.
Sedangkan kriteria efesiensi umumnya diukur dengan rasionalitas biaya pembangunan untuk
memenuhi kebutuhan semua masyarakat.
h. Akuntabilitas (accountability)
Asas akuntabilitas adalah pertanggungjawaban penjabat public terhadap masyarakat yang
memberinya kewenangan untuk mengurusi kepentingan mereka.
i. Visi strategis

7
Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi masa yang akan
datang.

D. Good And Clean Governance dan Kontrol Sosial

Kontrol masyarakat akan berdampak pada tata pemerintahan yang baik dan efektif (Good
Governance) dan bersih (Clean Governance), bebas dari KKN. Untuk mewujudkan
pemerintahan yang baik dan bersih berdasarkan prinsip-prinsip pokok good governance,
setidaknya dapat dilakukan melalui pelaksanaan prioritas program, yakni :

 Penguatan fungsi dan peran lembaga perwakilan

Penguatan fungsi dan peran lembaga perwakilan rakyat, MPR, DPR, dan DPRD,
mutlakdilakukan dalam rangka peningkatan fungsi mereka sebagai pengontrol jalannya
pemerintahan.

 Kemandirian lembaga peradilan,


 Profesionalitas dan intergritas aparatur pemerintah,
 Penguatan partisipasi
 Peningkatan kesejahteraan rakyat dalam kerangka otonomi daerah

E. Good And Clean Governance dan Gerakan Antikorupsi

Korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna
meraih keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan Negara secara Spesifik.
Korupsi menjadi penyebab ekonomi menjadi berbiaya tinggi, politik yang tidak sehat,dan
kemerosotan moral bangsa yang terus-menerus merosot.

 Gerakan Antikorupsi
Menurut Jeremy Pope Korupsi terjadi jika peluang dan keinginan dalam waktu
bersamaan. Peluang dapat dikurangi dengan cara mengadakan perubahan secara
sistematis, sedangkan keinginan dapat dikurangi dengan cara membalikkan siasat
“Laba tinggi, risiko rendah” menjadi laba rendah, risiko tinggi”; dengan

8
caramenegakkan hokum dan menakuti secara efektif, dan menegakkan mekanisme
akuntabilitas.
Penanggulangan tindakan korupsi dapat dilakukan antara ain denga cara :
 Adanya political will dan political action dari penjabat Negara dan pimpinanlembaga
pemerintahan pada setiap satuan kerja organisasi untuk melakukan langkah proaktif
pencegahan dan pemberantasan perilaku dan tindak pidana korupsi.
 Penegakan hokum secara tegas dan berat.
 Membangun lembaga-lembaga yang mendukung upaya pencegahan korupsi.
 Membangun mekanisme penyelenggaraan pemerintahan yang menjamin terlaksananya
praktik good and clean governance, baik disektor pemeritahan swasta, atau organosai
kemasyaraakatan.
 Memberikan pendidikan antikorupsi, baik melalui pendidikan formal maupun
pendidikan nonformal.
 Gerakan agama Antikorupsi.

F. Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik dan Kinerja Birokrasi Pelayanan Publik

Pelayanan publik adalah pemberian jasa baik oleh pemerintah, pihak swata atas nama
pemerintah ataupun pihak swasta kepada masyarakat, Pelayanan public kepada masyarakat
bisa diberikan secara Cuma-Cuma ataupun disertai dengan pembayaran.
Kinerja birokrasi adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat
pencapaian sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan dengan memperhitungkan elemen-
elemen indicator sebagai berikut :

1. Indikator masukan (Inputs), adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar birokrasi
mampu menghasilkan produknya, baik barang atau jasa, yang meliputi sumber daya
manusia, informasi, kebijakan dan sebagainya.
2. Indikator proses (Process), yaitu sesuatu yang berkaitan dengan proses pekerjaan
berkaitan dengan kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan yang diharapkan
langsung dicapai dari suatu kegiatan yang berupa fisik ataupun nonfisik.
3. Indikator produk (Outputs), yaitu sesuatu yang diharapkan langung dicapai dari suatu
kegiatan yang bberupa fisik ataupun nonfisik

9
4. Indikator fisik (outcomes), adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya
produk kegiatan pada jangka menengah.
5. Indikator mamfaat (benefit), adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari
pelaksanaan kegiatan.
6. Indikator dampak (impacts), adalah pengaruh yang ditimbulkan, baik positiif maupun
negative pada setiap tingkatan indicator berdasarkan asumsi yang telah ditetapkan.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengertian Good Governance adalah pelaksanaan politik, ekonomi, dan Administrasi dalam
mengelola masalah-masalah bangsa.Pelaksanaan kewenangan tersebut dapat dikatakan baik
(good atau sound) jika dilakukan dengan efektif dan efisien, responsif terhadap kebutuhan
rakyat, dalam suasana demokratis, akuntabel, serta transparan. Prinsip-prinsip tersebut tidak
hanya terbatas dilakukan dikalangan birokrasi pemerintahan, tetapi juga disektor swasta dan
lembaga-lembaga nonpemerintah.

Lembaga Administrasi Negara (LAN) merumuskan sembilan aspek fundamental (asas)


dalam good governance yang harus diperhatikan, yaitu :

1. Partisipasi (participation)
2. Penegakan hokum (rule of law)
3. Transparansi (transparency)
4. Responsif (responsiveness)
5. Orientasi kesepakatan (consensus orientation)
6. Keadilan (equity)
7. Efektivitas (effectiveness) dan efisiensi (efficiency)
8. Akuntabilitas (accountability)
9. Visi strategis (strategic vision)

Penanggulangan tindakan korupsi dapat dilakukan antara ain denga cara :


 Adanya political will dan political action dari penjabat Negara dan pimpinanlembaga
pemerintahan pada setiap satuan kerja organisasi untuk melakukan langkah proaktif
pencegahan dan pemberantasan perilaku dan tindak pidana korupsi.
 Penegakan hokum secara tegas dan berat.
 Membangun lembaga-lembaga yang mendukung upaya pencegahan korupsi.

11
 Membangun mekanisme penyelenggaraan pemerintahan yang menjamin terlaksananya
praktik good and clean governance, baik disektor pemeritahan swasta, atau organosai
kemasyaraakatan.
 Memberikan pendidikan antikorupsi, baik melalui pendidikan formal maupun
pendidikan nonformal.
 Gerakan agama Antikorupsi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Dwiyanto, Agus. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik. Gadjah Mada

University Press. 2005

Http://avriegovril.blogspot.com/2012/01/.Good Governance.html diakses tanggal 24 Mei 2013

Effendi, Sofian. Membangun Budaya Birokrasi Untuk Good Governance 2005.

Hardjasoemantri, Koesnadi. Good Governance Dalam Pembangunan Berkelanjutan Di

Indonesia. 2003.

13

Anda mungkin juga menyukai