Anda di halaman 1dari 2

ESCAP mengartikan governance sebagai proses pengambilan keputusan dan proses diimplementasikan

atau tidak diimplementasikannya hasil (the process of decision making and the process by which the
decision are implemented (or not implemented)). Istilah governance menurut ESCAP dapat digunakan
dalam beberapa konteks seperti corporate governance, international governance, natonal governance, dan
local governance.
Osborn dan Gaebler (1992: 24) mendefinisikan governance sebagai proses dimana kita memecahkan
masalah kita bersama dan memenuhi kebutuhan masyarakat (the process in which we solve our problem
collectively and meet the society needs). Sedangkan Meuthia Ganie dan Rahman (Jakarta Post 26 Oktober
1999: 2) memberikan pengertian governance sebagai pengelolaan sumber daya ekonomi dan sosial yang
melibatkan negara dan sektor non pemerintah dalam suatu usaha kolektif.
Dalam bahasa Indonesia kata governance telah diterjemahkan dalam tiga bentuk yaitu governance sebagai
kepemimpinan, pengelolaan, dan pemeliharaan. Mengingat istilah governance dapat digunakan dalam
beberapa konteks tertentu maka istilah pengelolaan dan pemeliharaan tampaknya lebih dimungkinkan
atau diminati oleh teoritisi ilmu pemerintahan dan administrasi negara. Governance melibatkan berbagai
pelaku-pelaku yang berkepentingan atau stakeholder yang pada dasarnya terdiri atas negara atau
pemerintah dan masyarakat atau non pemerintah. Masyarakat ini selanjutnya dapat dibagi lagi menjadi
swasta dan rakyat. Unsur-unsur masyarakat ini dapat terdiri dari organisasi politik, LSM, organisasi
profesi, dunia usaha / swasta, koperasi, individu bahkan lembaga-lembaga internasional. UNDP
menyebutkan bahwa governance yang baik sebagai hubungan yang sinergis dan konstruktif antara negara,
sektor swasta, dan masyarakat.
BAPPENAS melalui Tim Pengembangan Kebijakan nasional menyatakan bahwa istilah good governance
atau tata kepemerintahan yang baik merupakan suatu konsepsi tentang penyelenggaraan pemerintahan
yang bersih, demokratis, dan efektif sesuai dengan cita-cita terbentuknya suatu masyarakat madani. Selain
sebagai suatu konsepsi tentang penyelenggaraan pemerintahan, tata kepemerintahan yang baik juga
merupakan suatu gagasan dan nilai untuk mengatur pola hubungan antara pemerintah, dunia usaha atau
swasta, dan masyarakat.

Sebagai praktisi yang lebih banyak berkecimpung di masyarakat, saya berusaha mengumpulkan beberapa
tulisan, dan pendapat, serta pengalaman pribadi lapangan, tentang good governance sebagai berikut :

Konsekuensi diterapkannya otonomi daerah dan azas desentralisasi seperti yang diamanatkan UU No. 22
Tahun 1999 dan diperbaharui oleh UU No. 32 Tahun 2004, lahirlah local government (pemerintah lokal)
yang diberi kewenangan untuk mengurusi kepentingan daerahnya. Urusan mengenai rumah tangganya
sendiri sering disebut otonomi, sedangkan pemerintahannya disebut local government atau pemerintah
daerah yang mengurus rumah tangganya sendiri. Pengelolaan segala urusannya itu seluruhnya ditangani
atas dasar kebijakan sendiri dan dibiayai dari sumber keuangan sendiri. Sedangkan hubungan pemerintah
pusat dengan pemerintah lokal daerah adalah hubungan pengawasan saja. Dari aspek tanggung jawab
negara, pemerintah lokal daerah merupakan organ pemerintahan negara yang statusnya berada dalam
kerangka sistem pemerintahan Negara Kesatuan Repuplik Indonesia (NKRI).

Local government (pemerintah daerah/lokal) dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan,


pembangunan dan pelayanan publik, harus pula diiringi dengan penerapan prinsip good governance
(kepemerintahan atau tata pemerintahan yang baik). Good governance merupakan proses
penyelenggaraan kekuasaan dalam menyediakan barang dan jasa publik (public goods dan services.).
Prinsip-prinsip good governance antara lain adalah prinsip efektifitas (effectiveness), keadilan, (equity),
Partisipasi (participation), Akuntabilitas (accountability) dan tranparansi (transparency).

Pada sisi lain, pemerintah daerah atau lokal sebagai lembaga negara yang mengemban misi pemenuhan
kepentingan publik dituntut pula pertanggungjawaban terhadap publik yang dilayaninya, artinya
pemerintah lokal harus menjalankan mekanisme pertanggungjawaban atas tindakan dan pekerjaannya
kepada publik yang acapkali disebut menjalankan prinsip akuntabilitas (accountability).

Pemerintah daerah dituntut untuk menerapkan prinsip-prinsip good governance. Dengan menerapkan
prinsip-prinsip good governance, diharapkan dalam menggunakan dan melaksanakan kewenangan politik,
ekonomi dan administratif dapat diselenggarakan dengan baik. Oleh sebab itu dalam prakteknya, konsep
good governance harus ada dukungan komitmen dari semua pihak yaitu negara (state)/pemerintah
(government), swasta (private) dan masyarakat (society).

Good Governance (tata pemerintahan yang baik) merupakan praktek penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Good governance telah menjadi isu sentral, dimana dengan adanya era globalisasi
tuntutan akan penyelenggaraan pemerintahan yang baik adalah suatu keniscayaan seiring dengan meningkatnya pengetahuan
masyarakat.

UNDP mendefinisikan governance sebagai Penggunaan wewenang ekonomi, politik dan administrasi guna mengelola urusan-
urusan negara pada semua tingkat. Tata pemerintahan mencakup seluruh mekanisme, proses, dan lembaga-lembaga dimana
warga dan kelompok masyarakat mengutarakan kepentingan mereka, menggunakan hak hukum, memenuhi kewajiban dan
menjembatani perbedaan-perbedaan di antara mereka.

Dari definisi tersebut governance meliputi 3 (tiga) domain yaitu negara (pemerintah), dunia usaha (swasta) dan masyarakat
yang saling berinteraksi. Arti good dalam good governance mengandung pengertian nilai yang menjunjung tinggi keinginan
rakyat, kemandirian, aspek fungsional dan pemerintahan yang efektif dan efisien.

Istilah governance sebenarnya bukan sesuatu hal baru. Istilah tersebut sudah ada sejak lama seumur
dengan mulainya peradaban manusia. Secara sederhana istilah governance diartikan sebagai suatu
proses pengambilan keputusan dan proses bagaimana keputusan tersebut dijalankan (atau tidak
dijalankan). Governance dapat dipakai dalam berbagai konteks seperti corporate governance,
international governance, national governance, dan local governance (UN ESCAP Website).

Menurut dokumen kebijakan UNDP: governance atau tata pemerintahan adalah penggunaan wewenang
ekonomi, politik dan administrasi guna mengelola urusan-urusan negara pada semua tingkat. Tata
pemerintahan mencakup seluruh mekanisme, proses, dan lembaga-lembaga dimana warga dan kelompok-
kelompok masyarakat mengutarakan kepentingan mereka, menggunakan hak hukum, memenuhi
kewajiban dan menjembatani perbedaan-perbedaan diantara mereka (Dokumen Kebijakan UNDP 1997:
Tata pemerintahan menunjang pembangunan manusia berkelanjutan).
Menurut Erna Witoelar (Ketua dewan kemitraan bagi pembaharuan tata pemerintahan), istilah tata
pemerintahan mempunyai makna yang jauh lebih luas dari pemerintahan. Tata pemerintahan menyangkut
cara-cara yang disetujui bersama dalam mengatur pemerintahan dan kesepakatan yang dicapai antara
individu, masyarakat madani, lembaga-lembaga masyarakat, dan pihak swasta. Ada dua hal penting
dalam hubungan ini, yaitu: (a) semua pelaku harus saling tahu apa yang dilakukan oleh pelaku lainnya
dan (b) adanya dialog agar para pelaku saling memahami perbedaan-perbedaan diantara mereka. Melalui
proses diatas diharapkan akan tumbuh konsensus dan sinergi didalam masyarakat. Perbedaan yang ada
justru menjadi salah satu warna dari berbagai warna yang ada dalam tata pengaturan tersebut (UNDP:
Partnership for Governance Reform in Indonesia).
Pemerintah merupakan salah satu aktor (pelaku) dalam governance. Aktor lain yang terlibat dalam
governance bervariasi tergantung dari tingkatan pemerintahan yang dimaksudkan. Misalnya di daerah
pedesaan, aktor lain selain pihak pemerintah yang ikut serta sebagai aktor dalam governance termasuk
tuan tanah yang berpengaruh, perkumpulan petani, LSM, pemimpin agama, partai politik, militer, dan
sebagainya. Di daerah perkotaan, keterkaitan pihak yang terlibat dalam governance lebih kompleks lagi.
Pada tingkatan nasional, selain semua aktor yang telah disebutkan diatas, media, lembaga donor
internasional, perusahaan multi-nasional, dan sebagainya ikut berperan dalam pengambilan keputusan
atau mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Semua aktor selain daripada pemerintah dan militer
dikelompokkan bersama sebagai bagian dari civil society (masyarakat madani). Di beberapa negara
terutama di wilayah perkotaan dan di tingkat nasional, selain masyarakat madani, sindikat kejahatan yang
terorgansir juga bisa ikut mempengaruhi pengambilan keputusan. Ada 8 karakteristik utama dari GOOD
GOVERNANCE, yaitu: partisipatif, berorientasi pada konsensus, tanggung gugat (accountable),
transparan, responsif, efektif dan efisien, kesetaraan, dan mengikuti aturan hukum. Pelaksanaan Good
Governance menjamin bahwa tingkat korupsi diperkecil, pandangan minoritas diperhatikan, dan suara
dari kelompok marginal didengar dalam proses pengambilan keputusan. Demikian pula, Good
Governance selalu responsif terhadap kebutuhan masyarakat, baik pada saat ini ataupun dimasa
mendatang.
Sumber : (UN ESCAP Website).

Anda mungkin juga menyukai