Anda di halaman 1dari 13

ETIKA BISNIS

PERAN SISTEM PENGATURAN, GOOD


GOVERNANCE

NAMA :
KELAS :

KARTIKA SANDI UTAMI

(14212035)

4EA19

Program Sarjana Ekonomi


Universitas Gunadarma

2015/2016
DEFINISI PENGATURAN

Kamus Besar Bahasa Indonesia


Peraturan adalah ketentuan yang mengikat warga kelompok masyarakat, dipakai
sebagai panduan, tatanan, dan kendalikan tingkah laku yang sesuai dan diterima :
setiap warga masyarakat harus menaati aturan yang berlaku; atau ukuran, kaidah yang
dipakai sebagai tolok ukur untuk menilai atau membandingkan sesuatu.
Lydia Harlina Martono
Peraturan merupakan pedoman agar manusia hidup tertib dan teratur. Jika tidak
terdapat peraturan, manusia bisa bertindak sewenang-wenang, tanpa kendali, dan sulit
diatur.
Jadi definisi dari peraturan adalah suatu perjanjian yang telah dibuat untuk
kepentingan umum, tentang apa saja yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan.

GOOD GOVERNANCE

Terdapat tiga terminologi yang masih rancu dengan istilah dan konsep good governance,
yaitu : good governance (tata pemerintahan yang baik), good government (pemerintahan yang
baik), dan clean governance (pemerintahan yang bersih). Untuk lebih dipahami makna
sebenarnya dan tujuan yang ingin dicapai atas good governance, maka adapun beberapa
pengertian dari good governance, antara lain :
1. Menurut Bank Dunia (World Bank) Good governance merupakan cara kekuasaan
yang digunakan dalam mengelola berbagai sumber daya sosial dan ekonomi untuk
pengembangan masyarakat (Mardoto, 2009).
2. Menurut UNDP (United National Development Planning)
Good governance merupakan praktek penerapan kewenangan pengelolaan berbagai
urusan. Penyelenggaraan negara secara politik, ekonomi dan administratif di semua
tingkatan. Dalam konsep di atas, ada tiga pilar good governance yang penting, yaitu :
a. Kesejahteraan rakyat (economic governance).

b. Proses pengambilan keputusan (political governance).


c. Tata laksana pelaksanaan kebijakan (administrative governance) (Prasetijo, 2009).
3. Kunci utama memahami good governance, menurut Masyarakat Transparansi
Indonesia (MTI), adalah pemahaman atas prinsip-prinsip yang mendasarinya.
Bertolak dari prinsip-prinsip ini didapat tolok ukur kinerja suatu pemerintah.

GOVERNANCE SYSTEM

Istilah sistem pemerintahan merupakan kombinasi dari dua kata, yaitu : "sistem" dan
"pemerintah". Berarti sistem secara keseluruhan yang terdiri dari beberapa bagian yang
memiliki hubungan fungsional antara bagian-bagian dan hubungan fungsional dari
keseluruhan, sehingga hubungan ini menciptakan ketergantungan antara bagian-bagian yang
terjadi jika satu bagian tidak bekerja dengan baik akan mempengaruhi keseluruhan. Dan
pemerintahan dalam arti luas memiliki pemahaman bahwa segala sesuatu yang dilakukan
dalam menjalankan kesejahteraan negara dan kepentingan negara itu sendiri. Dari pengertian
itu, secara harfiah berarti sistem pemerintahan sebagai bentuk hubungan antar lembaga
negara dalam melaksanakan kekuasaan negara untuk kepentingan negara itu sendiri dalam
rangka mewujudkan kesejahteraan rakyatnya.
Menurut Moh. Mahfud MD, adalah pemerintah negara bagian sistem dan mekanisme kerja
koordinasi atau hubungan antara tiga cabang kekuasaan yang legislatif, eksekutif dan
yudikatif (Moh. Mahfud MD, 2001: 74). Dengan demikian, dapat disimpulkan sistem adalah
sistem pemerintahan negara dan administrasi hubungan antara lembaga negara dalam rangka
administrasi negara.

BUDAYA ETIKA
Good governance merupakan tuntutan yang terus menerus diajukan oleh publik dalam
perjalanan roda pemerintahan. Tuntutan tersebut merupakan hal yang wajar dan sudah
seharusnya direspon positif oleh aparatur penyelenggaraan pemerintahan. Good governance
mengandung dua arti yaitu :

1. Menjunjung tinggi nilai-nilai luhur yang hidup dalam kehidupan masyarakat


berbangsa dan bernegara yang berhubungan dengan nilai-nilai kepemimpinan. Good
governance mengarah kepada asas demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
2. Pencapaian visi dan misi secara efektif dan efisien. Mengacu kepada struktur dan
kapabilitas pemerintahan serta mekanisme sistem kestabilitas politik dan administrasi
negara yang bersangkutan.

Untuk penyelenggaraan Good governance tersebut maka diperlukan etika pemerintahan.


Etika merupakan suatu ajaran yang berasal dari filsafat mencakup tiga hal yaitu :
1. Logika, mengenai tentang benar dan salah.
2. Etika, mengenai tentang pe-rilaku baik dan buruk.
3. Estetika, mengenai tentang keindahan dan kejelekan.

KARAKTERISTIK GOOD GOVERNANCE

Dalam hal ini, ada Sembilan karakteristik good governance dari United Nation Development
Program (UNDP), yakni :
1. Partisipasi
Konsep partisipasi tentu sejalan dengan system pemerintahan yang demokrasi yang
diterapkan di Indonesia. Partisipasi secara sederhana berarti adanya peran serta dalam
suatu lingkungan kegiatan. Peran serta disini menyangkut akan adanya proses antara
dua atau lebih pihak yang ikut mempengaruhi satu sama lain yang menyangkut
pembuatan keputusan, rencana, atau kebijakan. Tujuan utama dari adanya partisipasi
sendiri adalah untuk mempertemukan kepentingan yang sama dan berbeda dalam
suatu perumusan dan pembuatan kebijakan secara berimbang untuk semua pihak yang
terlibat dan terpengaruh.
2. Rule of law
Rule of low berarti penegakan hukum yang adil dan tanpa pandang buluh, yang
mengatur hak-hak manusia yang berarti adnya supremasi hukum. Menurut Bargir
manan (1994).
3. Transparansi

Transparansi berarti adanya keterbukaan terhadap publik sehingga dapat diketahui


oleh pihak yang berkepentingan mengenai kebijakan pemerintah dan organisasi badan
usaha, terutama para pemberi pelayanan publik. Transparansi menyangkut kebebasan
informasi terhadap publik. Satu hal yang membedakan organisasi swasta dan publik
adalah dalam masalah transparansi sendiri.
4. Responsif
Responsif berarti cepat tanggap. Birokrat harus dengan segera menyadari apa yang
menjadi kepentingan publik (public interest) sehingga cepat berbenah diri. Dalam hal
ini, Birokrasi dalam memberikan pelayanan publik harus cepat beradaptasi dalam
memberikan suatu model pelayanan.
5. Berorientasi pada konsensus
Berorientasi pada konsensus berarti pembuatan dan pelaksanaan kebijakan harus
merupakan hasil kesepakatan bersama diantara para aktor yang terlibat. Hal ini sejalan
dengan konsep partisipatif dimana adanya keterlibatan dari masyarakat dalam
merumuskan secara bersama mengenai hal pelayanan publik.
6. Keadilan
Keadilan berarti semua orang (masyarakat), baik laki-laki maupun perempuan, miskin
dan kaya memiliki kesamaan dalam memperoleh pelayanan publik oleh birokrasi.
Dalam hal ini, birokrasi tidak boleh berbuat diskriminatif dimana hanya mau melayani
pihak-pihak yang dianggap perlu untuk dilayani, sementara ada pihak lain yang terus
dipersulit dalam pelayanan bahkan tidak dilayani sama sekali.
7. Efektif dan efisien
Efektif secara sederhana berarti tercapainya sasaran dan efisien merupakan bagaimana
dalam mencapai sasaran dengan sesuatu yang tidak berlebihan (hemat). Dalam bentuk
pelayanan publik, hal ini berarti bagaimana pihak pemberi pelayanan melayani
masyarakat seefektif mungkin dan tanpa banyak hal-hal atau prosedur yang
sebenarnya bisa diminimalisir tanpa mengurangi efektivitasnya.
8. Akuntabilitas
Akuntabilitas berarti tanggung gugat yang merupakan kewajiban untuk memberi
pertanggungjawaban dan berani untuk ditanggung gugat atas kinerja atau tindakan
dalam suatu organisasi. Dalam pemberian pelayanan publik, akuntabilitas dapat
dinilai sudah efektifkah prosedur yang diterapkan oleh organisasi tersebut, sudah
sesuaikah pengaplikasiannya, dan bagaimana dengan pengelolaan keuangannya, dan
lain-lain.
9. Strategic vision
Penyelenggara pemerintahan dan masyarakat harus memiliki visi jauh kedepan.
Pemerintah dan masyarakat harus memiliki kesatuan pandangan sesuai visi yang

diusung agar terciptanya keselarasan dan integritas dalam pembangunan, dengan


memperhatikan latar belakang sejarah, kondisi sosial, dan budaya masyarakat.

Dalam proses memaknai peran kunci stakeholders (pemangku kepentingan), mencakup 3


domain good governance, yaitu :
1. Pemerintah yang berperan menciptakan iklim politik dan hukum yang kondusif.
2. Sektor swasta yang berperan menciptakan lapangan pekerjaan dan pendapatan.
3. Masyarakat yang berperan mendorong interaksi sosial, ekonomi, politik dan mengajak
seluruh anggota masyarakat berpartisipasi (Efendi, 2005).
Makna dari governance dan good governance pada dasarnya tidak diatur dalam sebuah
undang-undang (UU). Tetapi dapat dimaknai bahwa governance adalah tata pemerintahan,
penyelenggaraan negara, atau management (pengelolaan) yang artinya kekuasaan tidak
lagi semata-mata dimiliki atau menjadi urusan pemerintah. Governance itu sendiri
memiliki unsur kata kerja yaitu governing yang berarti fungsi pemerintah bersama instansi
lain (LSM, swasta dan warga negara) yang dilaksanakan secara seimbang dan partisipatif.
Sedangkan good governance adalah tata pemerintahan yang baik atau menjalankan fungsi
pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa (struktur, fungsi, manusia, aturan, dan lainlain). Clean government adalah pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Good corporate
adalah tata pengelolaan perusahaan yang baik dan bersih. Governance without goverment
berarti bahwa pemerintah tidak selalu di warnai dengan lembaga, tapi termasuk dalam
makna proses pemerintah (Prasetijo, 2009).
Istilah good governance lahir sejak berakhirnya Orde Baru dan digantikan dengan gerakan
reformasi. Sejak itu pula sering diangkat menjadi wacana atau tema pokok dalam setiap
kegiatan pemerintahan. Namun meski sudah sering terdengar ditelinga legislatif,
pengaturan mengenai good governance belum diatur secara khusus dalam bentuk sebuah
produk, UU misalnya. Hanya terdapat sebuah regulasi yaitu UU No. 28 tahun 1999
tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme yang mengatur penyelenggaraan negara dengan Asas Umum Pemerintahan
Negara yang Baik (AUPB).

Good governance sebagai upaya untuk mencapai pemerintahan yang baik maka harus
memiliki beberapa bidang yang dilakukan agar tujuan utamanya dapat dicapai, yang
meliputi (Efendi, 2005) :
1. Politik
Politik merupakan bidang yang sangat riskan dengan lahirnya masalah karena
seringkali menjadi penghambat bagi terwujudnya good governance. Konsep politik
yang kurang bahkan tidak demokratis yang berdampak pada berbagai persoalan di
lapangan. Krisis politik yang saat ini terjadi di Indonesia dewasa ini tidak lepas
dari penataan sistem politik yang kurang demokratis. Maka perlu dilakukan
pembaharuan politik yang menyangkut berbagai masalah penting seperti :
a. UUD NKRI 1945 yang merupakan sumber hukum dan acuan pokok
penyelenggaraan pemerintahan maka dalam penyelenggaraannya harus
dilakukan untuk mendukung terwujudnya good governance. Konsep good
governance itu dilakukan dalam pemilihan presiden langsung, memperjelas
susunan dan kedudukan MPR dan DPR, kemandirian lembaga peradilan,
kemandirian kejaksaan agung dan penambahan pasal-pasal tentang hak asasi
manusia.
b. Perubahan UU Politik dan UU Keormasan yang lebih menjamin partisipasi dan
mencerminkan keterwakilan rakyat.
c. Reformasi agraria dan perburuhan.
d. Mempercepat penghapusan peran sosial politik TNI.
e. Penegakan supremasi hukum.
2. Ekonomi
Ekonomi Indonesia memang sempat terlepas dari krisis global yang bahkan bisa
menimpa Amerika Serikat. Namun keadaan Indonesia saat ini masih terbilang
krisis karena masih banyaknya pihak yang belum sejahtera dengan ekonomi
ekonomi rakyat. Hal ini dikarenakan krisis ekonomi bisa melahirkan berbagai
masalah sosial yang bila tidak teratasi akan mengganggu kinerja pemerintahan
secara menyeluruh. Permasalahan krisis ekonomi di Indonesia masih berlanjut
sehingga perlu dilahirkan kebijakan untuk segera .
3. Sosial
Masyarakat yang sejahtera dengan terwujudnya setiap kepentingan masyarakat
yang tercover dalam kepentingan umum adalah perwujudan nyata good
governance. Masyarakat selain menuntut merealisasikan haknya tetapi juga harus
memikirkan kewajibannya dengan berpartisipasi aktif dalam menentukan berbagai
kebijakan pemerintahan. Hal ini sebagai langkah nyata menjalankan fungsi

pengawasan yang efektif dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan.


Namun keadaan Indonesia saat ini masih belum mampu memberikan kedudukan
masyarakat yang berdaya di hadapan negara. Karena diberbagai bidang yang
didasari kepentingan sosial masih banyak timbul masalah sosial. Sesuai dengan
UUD NKRI Pasal 28 bahwa Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan
undang-undang. Masyarakat diberikan kesempatan untuk membentuk golongan
dengan tujuan tertentu selama tidak bertentangan dengan tujuan negara. Namun
konflik antar golongan yang masih sering terjadi sangat kecil kemungkinan good
governance bisa ditegakkan. Maka good governance harus ditegakkan dengan
keadaan masyarakat dengan konflik antar golongan tersebut.
4. Hukum
Dalam menjalankan pemerintahan pejabat negara memakai hukum sebagai
instrumen mewujudkan tujuan negara. Hukum adalah bagian penting dalam
penegakan good governance. Setiap kelemahan sistem hukum akan memberikan
influence terhadap kinerja pemerintahan secara keseluruhan, karena good
governanance tidak akan dapat berjalan dengan baik dengan hukum yang lemah.
Penguatan sistem hukum atau reformasi hukum merupakan kebutuhan mutlak bagi
terwujudnya good governance. Hukum saat ini lebih dianggap sebagai komoditi
daripada lembaga penegak keadilan dan kalangan kapitalis lainnya. Kenyataan ini
yang membuat ketidakpercayaan dan ketidaktaatan pada hukum oleh masyarakat.

MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE DI INDONESIA


Mewujudkan konsep good governance dapat dilakukan dengan mencapai keadaan
yang baik dan sinergi antara pemerintah, sektor swasta dan masyarakat sipil dalam
pengelolaan sumber-sumber alam, sosial, lingkungan dan ekonomi. Prasyarat minimal
untuk mencapai good governance adalah adanya transparansi, akuntabilitas, partisipasi,
pemberdayaan hukum, efektifitas dan efisiensi, dan keadilan. Kebijakan publik yang
dikeluarkan oleh pemerintah harus transparan, efektif dan efisien, serta mampu
menjawab ketentuan dasar keadilan. Sebagai bentuk penyelenggaraan negara yang
baik maka harus keterlibatan masyarakat di setiap jenjang proses pengambilan
keputusan (Hunja, 2009).

Konsep good governance dapat diartikan menjadi acuan untuk proses dan struktur
hubungan politik dan sosial ekonomi yang baik. Human interest adalah faktor terkuat
yang saat ini mempengaruhi baik buruknya dan tercapai atau tidaknya sebuah negara
serta pemerintahan yang baik. Sudah menjadi bagian hidup yang tidak bisa dipisahkan
bahwa setiap manusia memiliki kepentingan. Baik kepentingan individu, kelompok,
dan / atau kepentingan masyarakat nasional bahkan internasional. Dalam rangka
mewujudkan setiap kepentingan tersebut selalu terjadi benturan. Begitu juga dalam
merealisasikan apa yang namanya good governance benturan kepentingan selalu
lawan utama. Kepentingan melahirkan jarak dan sekat antar individu dan kelompok
yang membuat sulit tercapainya kata sepakat. Good governance pada dasarnya
adalah suatu konsep yang mengacu kepada proses pencapaian keputusan dan
pelaksanaannya yang dapat dipertanggungjawabkan secara bersama. Sebagai suatu
konsensus yang dicapai oleh pemerintah, warga negara, dan sektor swasta bagi
penyelenggaraan pemerintahaan dalam suatu negara. Negara berperan memberikan
pelayanan demi kesejahteraan rakyat dengan sistem peradilan yang baik dan sistem
pemerintahan yang dapat dipertanggungjawaban kepada publik. Merujuk pada 3 (tiga)
pilar pembangunan berkelanjutan. Dalam pembangunan ekonomi, lingkungan, dan
pembangunan manusia. Good governance menyentuh 3 (tiga) pihak yaitu pihak
pemerintah (penyelenggara negara), pihak korporat atau dunia usaha (penggerak
ekonomi), dan masyarakat sipil (menemukan kesesuaiannya). Ketiga pihak tersebut
saling berperan dan mempengaruhi dalam penyelenggaraan negara yang baik.
Sinkronisasi dan harmonisasi antar pihak tersebut menjadi jawaban besar. Namun
dengan keadaan Indonesia saat ini masih sulit untuk bisa terjadi (Efendi, 2005).
Dengan berbagai statement negatif yang dilontarkan terhadap pemerintah atas keadaan
Indonesia saat ini. Banyak hal mendasar yang harus diperbaiki, yang berpengaruh
terhadap clean and good governance, diantaranya (Efendi, 2005) :
1. Integritas Pelaku Pemerintahan
Peran pemerintah yang sangat berpengaruh, maka integritas dari para pelaku
pemerintahan cukup tinggi tidak akan terpengaruh walaupun ada kesempatan untuk
melakukan penyimpangan misalnya korupsi.
2. Kondisi Politik dalam Negeri

Jangan menjadi dianggap lumrah setiap hambatan dan masalah yang dihadirkan
oleh politik. Bagi terwujudnya good governance konsep politik yang tidak / kurang
demokratis yang berimplikasi pada berbagai persoalan di lapangan. Maka tentu
harus segera dilakukan perbaikan.
3. Kondisi Ekonomi Masyarakat
Krisis ekonomi bisa melahirkan berbagai masalah sosial yang bila tidak teratasi
akan mengganggu kinerja pemerintahan secara menyeluruh.
4. Kondisi Sosial Masyarakat
Masyarakat yang solid dan berpartisipasi aktif akan sangat menentukan berbagai
kebijakan pemerintahan. Khususnya dalam proses penyelenggaraan pemerintahan
yang merupakan perwujudan riil good governance. Masyarakat juga menjalankan
fungsi pengawasan yang efektif dalam pelaksanaan penyelenggaraan
pemerintahan. Namun jika masyarakat yang belum berdaya di hadapan negara, dan
masih banyak timbul masalah sosial di dalamnya seperti konflik dan anarkisme
kelompok, akan sangat kecil kemungkinan good governance bisa ditegakkan.
5. Sistem Hukum
Menjadi bagian yang tidak terpisahkan disetiap penyelenggaraan negara. Hukum
merupakan faktor penting dalam penegakan good governance. Kelemahan sistem
hukum akan berpengaruh besar terhadap kinerja pemerintahan secara keseluruhan.
Good governanance tidak akan berjalan dengan baik di atas sistem hukum yang
lemah. Oleh karena itu penguatan sistem hukum atau reformasi hukum merupakan
kebutuhan mutlak bagi terwujudnya good governance.
Mencari orang yang jujur dan memiliki integritas tinggi sama halnya dengan
mencari jarum dalam tumpukan jerami. Memilih aparatur atau pelaku
pemerintahan yang unggul akan berpengaruh baik dengan penyelenggaraan negara.
Korupsi yang masih tetap eksis sampai saat ini adalah salah satu faktor yang
mempersulit dicapainya good governance. Pemberantasan Korupsi Kolusi dan
Nepotisme (KKN) menjadi agenda wajib yang tidak pernah lelah untuk dilakukan.
Inilah satu hal yang tidak boleh dilewatkan untuk mencapai pemerintahan yang
baik.
Mencegah (preventif) dan menanggulangi (represif) adalah dua upaya yang
dilakukan. Pencegahan dilakukan dengan memberi jaminan hukum bagi
perwujudan pemerintahan terbuka (open government). Jaminan kepada hak publik
seperti hak mengamati perilaku pejabat, hak memperoleh akses informasi, hak
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan hak mengajukan keberatan bila
ketiga hak di atas tidak dipenuhi secara memadai. Jaminan yang diberikan jika

memang benar-benar bisa disosialisasikan dengan baik kepada masyarakat


(Hardjasoemantri, 2003).

COMMISSION OF HUMAN RIGHT (HAK ASASI MANUSIA)


Commission of human right (Hak asasi manusia) adalah hak dasar yang dimiliki setiap
manusia sejak manusia itu dilahirkan. Hak asasi dapat dirumuskan sebagai hak yang
melekat dengan kodrat kita sebagai manusia yang hidup, maka bila tidak ada hak tersebut
mustahil kita dapat hidup sebagai manusia. Hak asasi manusia diperoleh / didapat manusia
dari Penciptanya yaitu Tuhan Yang Maha Esa sebagai sesuatu yang bersifat kodrati.
Karena sifatnya yang demikian, maka tidak ada kekuatan apa pun di dunia yang dapat
mencabut hak asasi setiap manusia, karena HAM bukan pemberian manusia atau lembaga
kekuasaan.
Commission of human right (Hak asasi manusia) ini tertuang dalam UU Nomor 39 Tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia. Menurut UU tersebut, hak asasi manusia adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang. Demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Setelah perang dunia kedua, mulai tahun 1946, disusunlah rancangan piagam hak-hak
asasi manusia oleh organisasi kerja sama untuk sosial ekonomi Perserikatan BangsaBangsa yang terdiri dari 18 anggota. PBB membentuk komisi hak asasi manusia
(commission of human right). Sidangnya dimulai pada bulan januari 1947 di bawah
pimpinan Ny. Eleanor Rossevelt. Baru 2 tahun kemudian, tanggal 10 Desember 1948
Sidang Umum PBB yang diselenggarakan di Istana Chaillot, Paris menerima baik hasil
kerja panitia tersebut. Karya itu berupa UNIVERSAL DECLARATION OF HUMAN
RIGHTS atau Pernyataan Sedunia tentang Hak-Hak Asasi Manusia, yang terdiri dari 30
pasal. Dari 58 Negara yang terwakil dalam sidang umum tersebut, 48 negara menyatakan
persetujuannya, 8 negara abstain, dan 2 negara lainnya absen. Oleh karena itu, setiap
tanggal 10 Desember diperingati sebagai hari Hak Asasi Manusia.
Universal Declaration of Human Rights antara lain mencantumkan, Bahwa setiap orang
mempunyai Hak :

1.
2.
3.
4.

Hidup
Kemerdekaan dan keamanan badan
Diakui kepribadiannya
Memperoleh pengakuan yang sama dengan orang lain menurut hukum untuk
mendapat jaminan hukum dalam perkara pidana, seperti diperiksa di muka umum,

dianggap tidak bersalah kecuali ada bukti yang sah.


5. Masuk dan keluar wilayah suatu Negara
6. Mendapatkan asylum
7. Mendapatkan suatu kebangsaan
8. Mendapatkan hak milik atas benda
9. Bebas mengutarakan pikiran dan perasaan
10. Bebas memeluk agama
11. Mengeluarkan pendapat
12. Berapat dan berkumpul
13. Mendapat jaminan sosial
14. Mendapatkan pekerjaan
15. Berdagang
16. Mendapatkan pendidikan
17. Turut serta dalam gerakan kebudayaan dalam masyarakat
18. Menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan keilmuan

KAITANNYA GOOD GOVERNANCE DENGAN ETIKA BISNIS


1. Code of Corporate and Business Conduct
Kode Etik dalam tingkah laku berbisnis di perusahaan (Code of Corporate and
Business Conduct) merupakan implementasi salah satu prinsip Good Corporate
Governance (GCG). Kode etik tersebut menuntut karyawan & pimpinan perusahaan
untuk melakukan praktek-praktek etik bisnis yang terbaik di dalam semua hal yang
dilaksanakan atas nama perusahaan. Apabila prinsip tersebut telah mengakar di dalam
budaya perusahaan (corporate culture), maka seluruh karyawan & pimpinan
perusahaan akan berusaha memahami dan berusaha mematuhi mana yang boleh dan
mana yang tidak boleh dilakukan dalam aktivitas bisnis perusahaan. Pelanggaran
atas Kode Etik merupakan hal yang serius, bahkan dapat termasuk kategori
pelanggaran hukum.
2. Nilai Etika Perusahaan
Kepatuhan pada Kode Etik ini merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan dan memajukan reputasi perusahaan sebagai karyawan & pimpinan
perusahaan yang bertanggung jawab, dimana pada akhirnya akan memaksimalkan
nilai pemegang saham (shareholder value). Beberapa nilai-nilai etika perusahaan yang

sesuai dengan prinsip-prinsip GCG, yaitu kejujuran, tanggung jawab, saling percaya,
keterbukaan dan kerjasama. Kode Etik yang efektif seharusnya bukan sekedar buku
atau dokumen yang tersimpan saja. Namun Kode Etik tersebut hendaknya dapat
dimengerti oleh seluruh karyawan & pimpinan perusahaan dan akhirnya dapat
dilaksanakan dalam bentuk tindakan (action). Beberapa contoh pelaksanaan kode etik
yang harus dipatuhi oleh seluruh karyawan & pimpinan perusahaan, antara lain
masalah informasi rahasia dan benturan kepentingan (conflict of interest).

Anda mungkin juga menyukai