Governance
MAKALAH KELOMPOK 1
TEORI GOVERNANCE
Disusun Oleh :
1. Damaris Intani Nugroho ( 135030501111015 )
2. Fitroni Fauzi ( 135030507111003 )
3. Anggit Ratna Ningtyas ( 135030507111005 )
ADMINISTRASI PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah dari governace merupakan istilah baru, yang baru disebarluaskan oleh badan-
badan internasional seperti Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP), Bank
Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB), yang maknanya adalah upaya yang dilakukan secara
bersama-sama antara pihak dari pemerintah dan lembaga legislative, pelaku usaha dan
masyarakat sipil untuk mengatasi berbagai permasalahan yang timbul dimasyarakat. United
Nations Development Program (UNDP, 1997) mendefinisikan governance ialah sebuah
kepemerintahan adalah pelaksanaan kewenangan atau kekuasaan dibidang ekonomi, politik, dan
administrative untuk mengelola bebrbagai urusan negara pada setiap tingkatnya dan merupakan
instrument atau peralatan kebijakan negara untuk mendorong terciptanya kondisi kesejahteraan
integritas dan kohesivitas social dalam masyarakat. Isu governance mulai memasuki arena
perdebatan pembangunan di Indonesia didorong oleh adanya dinamika yang menuntut
perubahan-perubahan disisi pemerintahan maupun disisi warganegara. Kedepannya, pemerintah
dan pemimpin politik dinegara ini diharapkan menjadi lebih demokratis, lebih efisien dalam
pembangunan, efektif menjalankan fungsi pelayanan publik, lebih tanggap serta mampu
menyusun kebijakan, program dan hukum yang dapat menjamin hak asasi dan keadilan social.
Governance diartikan sebagai tatacara atau mekanisme, praktek ataupun susunan sistem
pemerintahan dan warga negara dalam mengatur sumber daya alam maupun manusianya serta
memecahkan berbagai masalah-masalah publik yang terjadi dimasyarakat. Dalam konsep
governance, pemerintah hanya menjadi salah satu actor dan tidak selalu menjadi actor paling
menentukan. Implikasinya, peranan pemerintah sebagai pembangun maupun penyedia jasa
pelayanan dan infrastruktur akan bergeser menjadi bahan pendorong terciptanya lingkungan
yang mampu menyediakan atau memfasilitasi pihak lain dikomunitas dan sektor swasta untuk
ikut aktif melakukan upaya tersebut. Governance menuntut redifinisi peran dari negara dan
pemerintah dan itu berarti adanya redefinisi pula pada peran dari warga negara, maksudnya
mungkin akan ada tuntutan yang lebih banyak mengacu pada perilaku dan kapasitas pemerintah.
Dalam hal ini intinya governance yang baik hanya dapat tercipta apabila dua kekuatan saling
mendukung misalnya seperti warga yang bertanggung jawab, aktif dan memiliki kesadaran
bersama dengan pemerintah yang terbuka, tanggap, mau mendengarkan aspirasi rakyatnya dan
mau melibatkan masyarakatnya (insklusif) dlam hal ini merupakan basis dari tatanan masyarakat
yang diidamkan dari governance.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam masalah governance ini ada beberapa pertanyaan atau masalah yang ada ialah sebagai
berikut :
1. Bagaimana konsep dari esensi governance dan konsep esensi dari good governance yang ada ?
2. Apakah perbedaan antara governance dan government serta dimesi strategis dari governance ?
1.3 Tujuan Masalah
Dalam pembuatan makalah ini mempunyai tujuan yang ada ialah sebagai berikut :
1. Makalah ini dibuat untuk memenuhi nilai tugas untuk mata kuliah Teori Governance.
2. Makalah ini dibuat untuk mengetahui konsep dari esensi governance dan konsep dari esensi
good governance.
3. Makalah ini dibuat untuk mengetahui perbedaan dari governance dan government serta dimensi
strategis dari governance.
1.4 Manfaat Masalah
Dalam makalah yang kita buat ini kita dapat mengetahui banyak hal yang berkaitan
dengan teori governance. Mulai dari awal munculnya governace ataupun bagaimana
perkembangan governace sendiri di dunia dan khusunya di Indonesia. Dan kita juga dapat
mengetahui aspek-aspek yang terkandung dan ada dalam governance serta good governace
sendiri. Serta kita menjadi tahu apa saja yang membuat adanya perbedaan antara governance dan
government.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Esensi Governance
Governance adalah tentang aturan pengambilan keputusan kolektif dalam pengaturan di
mana ada sejumlah aktor atau organisasi dan di mana tidak ada sistem kontrol resmi yang dapat
mendikte hubungan antara aktor dan organisasi (Stoker, 2009). Dan governance dapat dijelaskan
atau ditafsirkan dengan seperangkat aturan, struktur dan prosedur yang memberikan stakeholder
beberapa kekuatan untuk mempengaruhi keputusan yang akan mempengaruhi kesejahteraan
mereka (Bovaird dan Loeffler, 2001). Selain itu governance juga dapat disebut dengan kekuasaan
negara yang digunakan dalam mengelola sumber daya ekonomi dan sosial untuk pembangunan
dan masyarakat (The World Bank). Dan governance ialah sebuah kepemerintahan adalah
pelaksanaan kewenangan atau kekuasaan dibidang ekonomi, politik, dan administrative untuk
mengelola bebrbagai urusan negara pada setiap tingkatnya dan merupakan instrument atau
peralatan kebijakan negara untuk mendorong terciptanya kondisi kesejahteraan integritas dan
kohesivitas social dalam masyarakat (UNDP, 1997). Sedangkan Rhodes (1996, 653) menyatakan
bahwa governance menegaskan suatu perubahan dalam makna pemerintahan, yang menunjukkan
suatu proses pemerintahan yang baru; atau suatu kondisi yang berubah dari penguasaan yang
tertata; atau metode baru dengan mana masyarakat diperintah. Dan Lefevre (1998) menyatakan
bahwa governance memaparkan sistem aktor dan bentuk baru tindakan publik yang didsarkan
pada fleksibilitas, kemitraan, dan partisipasi sukarela.
Dalam hal ini governance dapat dipandang Sebagai suatu sistem hirarki dalam struktur
organisasi, governance dimaknai sebagai perubahan hirarki yang fleksibel dari pucuk pimpinan
atas ke bawah, sebagai suatu sistem networking menunjuk pada suatu titik dimana pelibatan
semua elemen masyarakat sangat dikedepankan dan munculnya jejaring kebijakan dan sebagai
sistem pasar, governance lebih menekankan terjadinya mekanisme kerjasama
antar stakeholders dalam memecahkan masalah bersama tanpa ada pihak yang dirugikan dan
peran pemerintah tidak mendominasi (John Pierre dan B. Guy Peters, 2000). Ada lima proposisi
penting yang ada dalam dan penting untuk mewujudkan governance ialah menunjuk pada
seperangkat institusi dan aktor yang berasal dari dalam maupun diluar birokrasi pemerintah,
governance mengakui batas dan tanggungjawab yang kabur dalam menangani masalah sosial
ekonomi, governance mengenal adanya saling ketergantungan di antara institusi-institusi yang
terlibat dalam tindakan bersama, governance berkenaan dengan jaringan kerja berbagai aktor
yang mandiri dan otonom, governance memahami kapasitas untuk menyelesaikan semua
masalah yang tidak sepenuhnya tergantung kewenangannya, tetapi governance percaya
pemerintah mampu menggunakan cara-cara dan tehnik-teknik baru untuk mengarahkan dan
membimbing (Stoker, 1998).
Dalam prosesnya, governance dibagi menjadi beberapa prespektif, yang pertama
governance dipandang sebagai suatu sistem hirarki dalam struktur organisasi. Dalam hal
ini governance dimaknai sebagai perubahan hirarki yang fleksibel dari pucuk pimpinan atas ke
bawah. Maksudnya dalam governance mengatur beberapa tatacara dalam struktur dan hierarki
yang ada dalam organisasi yang diatur mulai dari atas sampai paling bawah. Hal ini bertujuan
untuk supaya terciptanya efisiensi dan efektif dari suatu organisasi pemerintahan. Dalam
perspektif yang kedua ialah governance juga sebagai pasar, yang pada dasarnya pendekatan ini
menekankan adanya delegasi fungsi pemerintah yang bekerja sama dengan pihak swasta dan
pengelolaan pasar menggunakan gaya dan mekanisme akuntabilitas. Dalam hal ini pendekatan
ini berkaitan dengan permintaan dan penawaran, yang pada sisi permintaan berhubungan dengan
revisi dan lebih penting adanya interaksi antara pemerintah dan pasar dimana sektor publik ialah
sebagai pelanggan. Dan disisi penawaran, berhubungan dengan peran pemerintah sebagai
penyedia (bukan sebagai konsumen) dalam sistem pasar. Denhardt mengemukakan bahwa
pendekatan ini sebagai manajemen publik baru, dimana masyarakat dikonseptualisasikan sebagai
pasar, yang terdiri dari konsumen yang masing-masing bertindak dengan cara untuk melayani
kepentingan bersama. Pendekatan governance ini dipandang sebagai salah satu solusi untuk
berbagai permasalajan supaya menjadi lebih efisien. Perspektif yang ketiga ialah
governance sebagai suatu sistem networking menunjuk pada suatu titik dimana pelibatan semua
elemen masyarakat sangat dikedepankan dan munculnya jejaring kebijakan. Maksudnya dalam
hal ini pemerintah ingin melibatkan masyarakat dalam pengambilan kebijakan atau keputusan
yang berkaitan dengan kesejahteraan dari masyarakat juga. Selain itu adanya jaringan atau
networking ini dapat mewakili berbagai elemen-elemen yang ada di negara termasuk lembaga
negara, kepentingan terorganisir ataupun pihak swasta. Dan perpektif yang lainnya
ialah pemerintahan sebagai masyarakat. Istilah ini kadang-kadang digunakan sebagai modal
sosial yang mengacu pada kepedulian, kemauan untuk hidup dengan norma-norma
masyarakat. Dalam hal inimasyarakat juga diyakini mampu melakukan apa yang pemerintah dan
pasar gagal untuk melakukannya karena anggota masyarakat seringkali mempunyai informasi
penting karena mereka mempunyai aspirasi yang berkaitan dengan tata pemerintahan yang ada
pada saat ini.
2.2 Konsep Esensi Good Governance
Istilah good governance menjadi begitu banyak dibahas, dikampanyekan dan bahkan
asanya banyak dideklarasikan di awal abad ke 21 pada saat ini. Hal ini dikarenakan pada akhir
abad ke 20 berkembang keyakinan bahwa tata penyelenggaraan yang baik atau good governance
adalah kunci untuk menjamin berlanjutnya perkembangan kehidupan yang ada dalam
masyarakat. Dalam kehidupan yang makin kompleks, perubahan yang semakin cepat akibat
proses globalisasi, saling keterkaitan yang semakin tinggi, sumber daya alam yang semakin
langka, kesenjangan makin melebar dan adanya kecenderungan daya dukung bumi makin
menurun, tidak bisa dan harus diatasi dengan tata penyelenggaraan pemerintahan yang baik pula
atau dapat disebut good governance. Lembaga Admnistrasi Negara (2000, dalam Sedarmayanti,
2004) menjelaskan bahwa untuk mewujudkan good governance sendiri hal yang harus
dibutuhkan adalah penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid atau kuat dan bertanggung
jawab serta efektif dan efisien, dan dengan menjaga kesinergisan interaksi yang konstrutif
diantara domain-domain negara dalam sektor swasta dan masyarakat. Dari definisi yang ada di
atas Sedarmayanti (2004:4) mengelompokkan beberapa unsur yang ada dalam kepemerintahan
menjadi tiga yaitu :
a. Negara atau pemerintah : merupakan konsepsi kepemerintahan pada dasarnya adalah suatu
kegiatan kenegaraan, tetapi lebih jauh dari itu juga melibatkan juga sektor swasta yang ada, suatu
badan kelembagaan dan masyarakat madani.
b. Sektor swasta : pelaku sektor swasta mencakup perusahaan swasta yang aktif dalam interaksi
dalam sistem pasar. Misalnya adanya industry pengolahan perdagangan, perbankan ataupun
koperasi dan termasuk kegiatan di sektor informal.
c. Masyarakat madani : kelompok masyarakat dalam konteks kenegaraan pada dasarnya berada di
antara atau berada di tengah-tengah antara pemerintah dan perseorangan yang mencakup baik
secara perseorangan ataupun secara kelompok masyarakat yang berinteraksi secara social, politik
dan ekonomi.
Good governance juga dapat terwujud apabila semua komponen dan pihak dalam
kehidupan masyarakat bersedia, menerima, berperanserta dan berpartisipasi. Dalam partisipasi
inilah kepentingan perorangan dan kolektif, nilai dari individual dan solidaritas dipertemukan.
Dalam kehidupan yang interelasinya semakin kompleks dan semakin membutuhkan keterpaduan,
kolektivitas dan solidaritas semakin mempunyai arti yang penting. Di lain pihak, tuntutan hak
asasi dan ukuran kualitas hidup lainnya sering menghendaki terjadinya individualisasi dalam
masing-masing individu dan privasi, yang dapat bertentangan dengan kolektivitas dan solidaritas.
Partisipasi tersebut mencoba untuk mempertemukan dan memadukan nilai-nilai yang ada serta
kepentingan yang mungkin bertentangan. Ciri-ciri dari good governance atau tata
penyelenggaraan pemerintahan negara yang baik telah dicoba dirumuskan oleh pihak yang
mempunyai kepentingan langsung dalam pembangunan. Ada empat karakter good governance
yang diusulkan oleh ADB yaitu accountsbility, participation, predictability dan transparency.
Sementara itu UNDP (1997) mengemukakan Sembilan karakteristik atau prinsip yang harus
dianut atau digunakan dan dikembangkan dalam praktek penyelenggaraan kepemerintahan yang
baik yaitu sebagai berikut :
a. Partisipasi (participation) : setiap orang atau warga masyarakat, baik laki-laki maupun
perempuan mempunyai hak suara yang sama dalam proses pengambilan keputusan, yang
dilakukan baik secara langsung maupun melalui lembaga perwakilan yang sesuai dengan
kepentingan dan aspirasi masing-masing masyarakat ataupun warga negara.
b. Aturan hukum (rule of law) : kerangka aturan hukum ataupun perundang-undangan harus
berkeadilan, dapat ditegakkan dan dapat dipatuhi secara utuh atau keseluruhannya, terutama
aturan hukum yang berhubungan dengan hak asai manusia.
Perwujudan good governance harus diimbangi dengan komitmen pemerintah untuk menegakan
hukum yang mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
Supremasi hukum, yaitu setiap tindakan unsur-unsur kekuasaan negara didasarkan pada hukum
dan peraturan yang jelas dan tegas dan dijamin pelaksanaannya secara benar dan independen.
Kepastian hukum, bahwa setiap kehidupan berbangsa dan bernegaradiatur oleh hukum yang jelas
dan pasti, tidak duplikasi dan tidak bertentangan antara satu dengan lainnya.
Hukum yang responsive, yakni aturan-aturan hukum disusun berdasarkan aspirasi masyarakat
luas, dan mampu mengakomodasi berbagai kebutuhan publik secara adil.
Penegakan hukum yang konsisten dan nondiskriminatif, yakni penegakan hukum yang berlaku
untuk semua orang tanpa pandang bulu jabatan maupun status sosialnya sebagai contoh aparat
penegak hukum yang melanggar kedisiplinan dan hukum wajib dikenakan sanksi.
Independensi peradilan, yakni peradilan yang independen bebas dari pengaruh penguasa atau
pengaruh lainnya.
c. Transparansi (transparency) : transparansi harus dapat dibangun dalam rangka kebebasan dalam
mendapatkan aliran informasi. Dalam pengelolaan negara, bahwa terdapat delapan unsur yang
harus dilakukan secara transparan, yaitu :
Penetapan posisi dan jabatan
Kekayaan pejabat publik
Pemberian penghargaan
Penetapan kebijakan yang terkait denganpencerahan kehidupan
Kesehatan
Moralitas para pejabat dan aparatur pelayanan publik
Keamanan dan ketertiban
Kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan masyarakat
d. Daya tanggap (responsiveness) : setiap institusi dan prosesnya harus diarahkan pada upaya untuk
melayani berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders).
e. Berorientasi consensus (consensus orientation) : pemerintahan yang baik akan bertindak sebagai
penengah yang terbaik bagi berbagai kepentingan yang berbeda untuk mencapai consensus atau
kesempatan yang terbaik lagi kepentingan masing-masing pihak, dan jika dimungkinkan juga
dapat diberlakukan terhadap berbagai kebijakan, keputusan dan prosedur yang akan ditetapkan
oleh pemerintah.
f. Efektivitas dan efesiensi (effectiveness and efficiency) : setiap proses kegiatan dan kelembagaan
yang diarahkan untuk menghasilkan suatu yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan yang dapat
dipenuhi melalui pemanfaatan yang sebaik-baiknya dalam berbagai sumber-sumber yang ada dan
tersedia.
g. Akuntabilitas (accountability) : para pengambil keputusan dalam organisasi di sektor publik,
swasta dan masyarakat madani memiliki pertanggungjawaban (akuntabilitas) kepada publik atau
masyarakat umum, sebagaimana halnya kepada para pemilik (stakeholders).
h. Visi strategis (strategic vision) : para pemimpin dan masyarakat mempunyai perpspektif yang
luas dan mempunyai jangka panjang tentang penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan
pembangunan manusia bersamaan dengan dirasakannya kebutuhan untuk pembagunan tersebut.
Dari kesembilan karakteristik di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat empat unsur atau
prinsip utama yang dapat member gambaran tentang administrasi publuk yang mempunyai cirri-
ciri kepemerintahan yang baik ialah sebagai berikut :
Akuntabilitas : adanya kewajiban bagi aparatur pemerintah untuk bertindak selaku penanggung
jawab dan penanggung gugat atas segala tindakan dari kebijakan yang ditetapkan oleh pihak
yang berwenang.
Transparansi : kepemerintahan yang baik akan bersifat transparan terhadap rakyat dan
masyarakatnya baik ditingkat pusat maupun daerah.
Keterbukaan : menghendaki terbukanya kesempatan bagi rakyat dan masyarakatnya untuk
mengajukan tanggapan dan kritik terhadap pemerintah yang dinilai tidak terbuka atau transparan.
Aturan hukum : kepemerintahan yang baik mempunyai karakteristik berupa jaminan tentang
kepastian hukum dan rasa terhadap keadilan masyarakat terhadap setiap kebijakan publik yang
sedang dijalani atau ditempuh.
Dalam hal ini adanya good governance atau tata pemerintahan yang baik di Indonesia
menjadi penting karena selama pada masa orde baru dalam penyelenggaraan pemerintahan hanya
dikembangkan pemerintahan yang baik good governance saja dan belum menyertakan partisipasi
masyarakat dalam pemerintahan sehingga transparansi kepada masyarakat belum ada atau
didapatkan . Artinya pada masa orde baru masih terjadi dominasi pemerintah dalam
penyelenggaraan pemerintahan yang kuat. Keterlibatan pihak swasta dan masyarakat pada masa
itu masih sangat ditentukan oleh pemerintah. Yang kedua, karena pada waktu ini tengah
dilaksanakan otonomi daerah dimana daerah maupun desa dijadikan titik penting dalam otonomi
daerah. Otonomi daerah tanpa adanya penciptaan tata pemerintahan yang baik atau good
governance akan menyebabkan penyelenggaraan pemerintahan baik pusat, daerah dan
pemerintahan desa akan berjalan searah dan timpang, karena mengabaikan aspek lainnya seperti
lembag-lembaga non pemerintah maupun unsur swasta. Hal tersebut akan menyebabkan adanya
dominasi eksekutif dalam penyelenggaraan pemerintahan. Jika tidak dikembangkan pola
hubungan yang baik dari semua kelembagaan penyelenggara negara, maka semua urusan
pemerintah menjadi tidak terkontrol. Dengan adanya penerapan tata pemerintahan yang baik
good governance diharapkan pemerintah daerah terutama yang sudah otonom dari pemerintahan
pusat, masyarakat memiliki tempat atau ruang untuk ikut serta terlibat dan mengawasi jalannya
pengelolaan pemerintahan. Dengan demikian pelaksanaan otonomi daerah adalah adanya
keseimbangan peran antara pemerintah daerah kelembagaan politik, kelembagaan ekonomi dan
kelembagaan sosial dalam pengelolaan pemerintahan daerah. Dengan demikian maka perubahan
paradigma dari yang awalnya dominasi pemerintah sekarang menjadi masyarakat yang menjadi
perhatian utama dalam pewujudan good governance. Kemandirian masyarakat dan
meminimalisasikan keterlibatan pemerintah dalam pembangunan adalah menjadi upaya yang
terus dilakukan. Sehingga pada akhirnya tidak akan lagi terjadi ketergantungan masyarakat
terhadap pemerintah, melainkan akan menjadi mitra sejajar antara pemerintah, sektor swasta dan
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/7142301/Perbedaan_dari_Pemerintah_Government_Dengan_Pemerin
tahan_Governance diakses pada tanggal 03 Oktober 2015
Indri. Good Governance. https://opiindri6.wordpress.com/2014/12/10/good-governance/diakses
pada tanggal 04 Oktober 2015
Hardjanto, Imam. 2014. Entrepreneur Governance. Penerbit : Malang.
Jurnal Gerry Stoker, Governance as Theory : five proposision, UNESSCO : 1998
Jurnal Sudarmono,