Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Istilah clean dan good governance (pengelolaan atau tata pemerintahan
yang bersih dan baik) merupakan wacana yang mengiringi gerakan
reformasi.wacana clean dan good governance sering kali dikaitkan dengan
tuntunan akan pengelolaan pemerintah yang professional, akuntabel, dan bebas
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia
antara lain disebabkan oleh tatacara penyelenggaraan pemerintahan yang tidak
dikelola dan diatur dengan baik. Akibatnya timbul berbagai masalah seperti
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang sulit diberantas, masalah penegakan
hukum yang sulit berjalan, monopoli dalam kegiatan ekonomi, serta kualitas
pelayanan kepada masyarakat yang memburuk. Masalah-masalah tersebut juga
telah menghambat proses pemulihan ekonomi Indonesia, sehingga jumlah
pengangguran semakin meningkat, jumlah penduduk miskin bertambah, tingkat
kesehatan menurun, dan bahkan telah menyebabkan munculnya konflik-konflik di
berbagai daerah yang dapat mengancam persatuan dan kesatuan negara Republik
Indonesia. Bahkan kondisi saat inipun menunjukkan masih berlangsungnya
praktek dan perilaku yang bertentangan dengan kaidah tata pemerintahan yang
baik, yang bisa menghambat terlaksananya agenda-agenda reformasi.
Penyelenggaraan pemerintahan yang baik adalah landasan bagi pembuatan
dan penerapan kebijakan negara yang demokratis dalam era globalisasi.
Fenomena demokrasi ditandai dengan menguatnya kontrol masyarakat terhadap
penyelenggaraan pemerintahan, sementara fenomena globalisasi ditandai dengan
saling ketergantungan antarbangsa, terutama dalam pengelolaan sumber-sumber
ekonomi dan aktivitas dunia usaha (bisnis). Kedua perkembangan diatas, baik
demokratisasi maupun globalisasi, menuntut redefinisi peran pelaku-pelaku
penyelenggaraan pemerintahan. Pemerintah, yang sebelumnya memegang kuat

1
kendali pemerintahan, cepat atau lambat harus mengalami pergeseran peran dari
posisi yang serba mengatur dan mendikte ke posisi sebagai fasilitator. Dunia
usaha dan pemilik modal, yang sebelumnya berupaya mengurangi otoritas negara
yang dinilai cenderung menghambat perluasan aktivitas bisnis, harus mulai
menyadari pentingnya regulasi yang melindungi kepentingan publik. Sebaliknya,
masyarakat yang sebelumnya ditempatkan sebagai penerima manfaat harus mulai
menyadari kedudukannya sebagai pemilik kepentingan yang juga harus berfungsi
sebagai pelaku. Oleh karena itu, tata pemerintahan yang baik perlu segera
dilakukan agar segala permasalahan yang timbul dapat segera dipecahkan dan
juga proses pemulihan ekonomi dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian Good Governance?
2. Bagaimana prinsip-prinsip Good Governance?
3. Apa itu reformasi birokrasi?
4. Apa program kementrian kesehatan dalam upaya pencegahan korupsi?
5. Bagaimana Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP)?
6. Bagaimana pembangunan zona integritas?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui pengertian Good Governance
2. Mengetahui Bagaimana prinsip-prinsip Good Governance
3. Untuk mengetahui reformasi birokrasi
4. Untuk mengetahui program kementrian kesehatan dalam upaya
pencegahan korupsi
5. Untuk mengetahui Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP)
6. Untuk mengetahui pembangunan zona integritas

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian GOOD GOVERNANCE


Good governance secara umum dapat dimaknai dengan pemerintahaan
yang baik. Menurut Taylor good governance adalah pemerintahaan yang
demokratis seperti yang dipraktikan dalam Negara-negara demokrasi maju di
Eropa Barat dan Amerika misalnya (saiful mujani, 2001). Good governance
adalah tindakan atau tingkah laku yang didasarkan pada nilai-nilai yang bersifat
mengarahkan, mengendalikan, atau mempengaruhi masalah publik untuk
mewujudkan nilai-nilai itu dalam tindakan dan kehidupan keseharian. Dan dalam
arti yang lebih luas, good governance dapat diartikan “suatu kesepakatan
menyangkut pengaturan Negara yang diciptakan bersama pemerintah, masyarakat
madani (civil society) dan sektor swasta. Kesepakatan tersebut mencakup
keseluruhan bentuk mekanisme, proses dan lembaga-lembaga dimana warga dan
kelompok masyarakat mengutarakan kepentingannya, menggunakan hak hukum,
memenuhi kewajiban dan menjembatani perbedaan diantara mereka.” Good and
clean governance memiliki pengertian akan segala hal yang terkait dengan atau
tingkahlaku yang bersifat mengarahkan,mengendalikan, atau mempengaruhi
urusan publik untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Prinsip demokrasi yang bertumpu pada peran sentral warga negara dalam proses
sosial politik bertemu dengan prinsip-prinsip dasar governance, yaitu pengelolaan
pemerintahan yang bersih dan berwibawa yang dirumuskan bersama oleh
pemerintah dan komponen masyarakat madani. Pemerintahan dikatakan baik jika
pembangunan dapat dilakukan dengan biaya yang sangat minimal namun dengan
hasil yang maksimal.Good and Clean Governance dapat terwujud maksimal jika
ditopang oleh 2 unsur yang saling terkait negara dan masyarakat madani yang di
dalamnya terdapat sektor swasta.

3
2.2 Prinsp-prinsip GOOD GOVERNANCE

Kunci utama memahami good governance adalah pemahaman atas prinsip-


prinsip didalamnya. Bertolak dari prinsip-prinsip ini akan didapatkan tolak ukur
kinerja suatu pemerintahan. Baik-buruknya pemerintahan bisa dinilai bila ia telah
bersinggungan dengan semua unsur prinsip-prinsip good governance. Prinsip-
prinsip itu diantaranya adalah:
1. Partisipasi (Participation)
Sebagai pemilik kedaulatan, setiap warga negara mempunyai hak dan
kewajiban untuk mengambil bagian dalam proses bernegara, berpemerintahan,
serta bermasyarakat. Partisipasi tersebut dapat dilakukan secara langsung ataupun
melalui institusi intermediasi, seperti DPRD, LSM, dan lainnya. Partisipasi yang
diberikan dapat berbentuk buah pikiran, dana, tenaga, ataupun bentuk-bentuk
lainnya yang bermanfaat. Partisipasi warga negara dilakukan tidak hanya pada
tahapan implementasi, tetapi secara menyeluruh, mulai tahapan penyusunan
kebijakan, pelaksanaan, evaluasi, serta pemanfaatan hasil-hasilnya.
Syarat utama warga negara disebut berpartisipasi dalam kegiatan berbangsa,
bernegara, dan berpemerintahan, yaitu:
a. Ada rasa kesukarelaan.
b. Ada keterlibatan secara emosional.
c. Memperoleh manfaat secara langsung maupun tidak langsung dari
keterlibatannya.
2. Penegakan hukum (Rule of Law)
Good governance dilaksanakan dalam rangka demokratisasi kehidupan
berbangsa dan bernegara. Salah satu syarat kehidupan demokrasi adalah adanya
penegakan hukum yang adil dan tidak pandang bulu. Tanpa penegakan hukum
yang tegas, tidak akan tercipta kehidupan yang demokratis, tetapi anarki. Tanpa
penegakan hukum, orang secara bebas berupaya mencapai tujuannya sendiri tanpa
mengindahkan kepentingan orang lain dengan menghalalkan segala cara. Oleh
karena itu, langkah awal penciptaan good governance adalah membangun sistem

4
hukum yang sehat, baik perangkat lunaknya, perangkat kerasnya maupun sumber
daya manusia yang menjalankan sistemnya.
3. Transparansi (Transparancy)
Salah satu karakteristik good governance adalah keterbukaan. Karakteristik ini
sesuai dengan semangat zaman yang serba terbuka adanya revolusi informasi.
Keterbukaan tersebut mencakup semua aspek aktivitas yang menyangkut
kepentingan publik, dari proses pengambilan keputusan, penggunaan dana-dana
publik, sampai pada tahapan evaluasi.
4. Daya tanggap (responsiveness)
Sebagai konsekuensi logis dari keterbukaan, setiap komponen yang terlibat
dalam proses pembangunan good governance harus memiliki daya tanggap
terhadap keinginan atau keluhan para pemegang saham (stake holder). Upaya
peningkatan daya tanggap tersebut, terutama ditujukan pada sektor publik yang
selama ini cenderung tertutup, arogan, serta berorientasi pada kekuasaan. Untuk
mengetahui kepuasan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh sektor
publik, secara periodik perlu dilakukan survei untuk mengetahui tingkat kepuasan
konsumen (customer satisfaction).
5. Berorientasi pada konsensus (consensus orientation)
Kegiatan bernegara, berpemerintahan, dan bermasyarakat pada dasarnya
merupakan aktivitas politik, yang berisi dua hal utama, yaitu konflik dan
konsensus. Dalam good governance, pengambilan keputusan ataupun pemecahan
masalah bersama lebih diutamakan berdasarkan konsensus, yang dilanjutkan
dengan kesediaan untuk konsisten melaksanakan konsensus yang telah diputuskan
bersama. Konsensus bagi bangsa indonesia sebenarnya bukanlah hal yang baru,
karena nilai dasar kita dalam memecahkan persoalan bangsa adalah melalui
musyawarah untuk mufakat.
6. Keadilan (equity)
Melalui prinsip good governance, setiap warga negara memiliki kesempatan
yang sama untuk memperoleh kesejahteraan. Akan tetapi, karena kemampuan
masing-masing warga negara berbeda-beda, sektor publik harus memainkan
peranan agar kesejahteraan dan keadilan dapat berjalan seiring sejalan.

5
7. Efektif dan efisien (efectiveness and efficiency)
Agar mampu berkompetisi secara sehat dalam percaturan dunia, kegiatan
ketiga domain dan governance harus mengutamakan efektivitas dan efisiensi
dalam setiap kegiatan. Tekanan perlunya efektivitas dan efisiensi terutama
ditujukan pada sektor publik karena sektor ini menjalankan aktivitasnya secara
monopolistik. Tanpa kompetisi, tidak akan ada efisiensi.
8. Akuntabilitas (accountability)
Setiap aktivitas yang berkaitan dengan kepentingan publik perlu
mempertanggungjawabkan kepada publik. Tanggung gugat dan tanggung jawab
tidak hanya diberikan kepada atasan saja, tetapi juga pada para pemegang saham
yaitu masyarakat luas. Secara teoritis, akuntabilitas dapat dibedakan menjadi lima
macam, yaitu:
a. Akuntabilitas organisasi
b. Akuntabilitas legal
c. Akuntabilitas politik
d. Akuntabilitas profesional
e. Akuntabilitas moral
9. Visi strategis (strategic vision)
Dalam era yang berubah secara dinamis, setiap domain dalam good
governance harus memiliki visi yang strategis. Tanpa visi semacam itu, suatu
bangsa dan negara akan mengalami ketertinggalan. Visi itu, dapat dibedakan
antara visi jangka panjangm (long time vision) antara 20 sampai 25 tahun serta
visi jangka pendek (short time vision) sekitar 5 tahun. Prinsip-prinsip good
governance pada dasarnya mengandung nilai yang bersifat objektif dan universal
yang menjadi acuan dalam menentukan tolak ukur atau indikator dan
ciri-ciri/karakteritik penyelenggaraan pemrintahan negara yang baik. Prinsip-
prinsip good governance dalam praktik penyelenggaraan negara dituangkan dalam
tujuh asas umum penyelenggaraan negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Berih dan
Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Prinsip atau asas umum dalam

6
penyelenggaraan negara yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 28 tahun
1999 meliputi sebagai berikut:
1. Asas kepastian hukum adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan
landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap
kebijakan enyelenggaraan negara.
2. Asas tertib penyelenggaraan negara adalah asas yang menjadi landasan
keteraturan, keserasian dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggaraan
negara.
3. Asas kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara aspiratif, akomodatif, dan selektif.
4. Asas keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif, tentang
penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi
pribadi, golongan dan rahasia negara.
5. Asas proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara
hak dan kewajiban penyelenggaraan negara.
6. Asas profersionalitas adalah asas yang mengutamakan keahlian yang
berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
7. Asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan
hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Disamping itu, juga terdapat pilar-pilar good governance diantaranya:
1) Negara atau pemerintahan (state), berfungsi dalam hal:
a. Menciptakan kondisi politik, ekonomi dan sosial yang stabil
b. Membuat peraturan yang efektif dan berkeadilan
c. Menyediakan public service yang efektif dan accountable
d. Menegakkan HAM
e. Melindungi lingkungan hidup

7
f. Mengurus standar kesehatan dan standar keselamatan publik.

2) Sektor swasta atau dunia usaha (private sector), berfungsi dalam hal:
a. Menjalankan industri
b. Menciptakan lapangan kerja
c. Menyediakan insentif bagi karyawan
d. Meningkatkan standar hidup masyarakat
e. Memelihara lingkungan hidup
f. Menaati peraturan
g. Transfer ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat
h. Menyediakan kredit bagi pengembangan UKM
3) Masyarakat (society), berfungsi dalam hal:
a. Menjaga agar hak-hak masyarakat terlindungi
b. Mempengaruhi kebijakan public
c. Sebagai sarana cheks and balances pemerintah
d. Mengawasi penyalahgunaan kewenangan sosial pemerintah
e. Mengembangkan SDM
f. Sarana berkomunikasi antar anggota masyarakat
pada negara yang sedang berkembang yang sektor swasta dan sektor
masyarakat relatif belum maju, sektor pemerintah memegang peranan yang sangat
menentukan. Sektor pemerintah harus bertindak sebagai promotor pembangunan.
Pada saatnya apabila sektor swasta dan sektor masyarakat semakin maju karena
pembangunan, peranan sektor pemerintah secara bertahap mulai berkurang. Tarik-
menarik peranan antara sektor pemerintah dan sektor swasta dan sektor
masyarakat apabila tidak dikelola secara bijak akan dapat menimbulkan berbagai
ketegangan sosial. Dalam hal ini diperlukan pimpinan nasional yang memiliki
dukungan legitimasi politik yang kuat, memiliki kharisma, serta kemampuan
mnajerial untuk mengendalikan perubahan.

8
2.3 Pengertian Reformasi Birokrasi

Reformasi birokrasi merupakah salah satu upaya pemerintah untuk


mencapai good governance dan melakukan pembaharuan dan perubahan
mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut
aspek-aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan dan sumber daya manusia
aparatur. Melalui reformasi birokrasi, dilakukan penataan terhadap sistem
penyelangggaraan pemerintah dimana uang tidak hanya efektif dan efisien, tetapi
juga reformasi birokrasi menjadi tulang punggung dalam perubahan kehidupan
berbangsa dan bernegara.

2.4 Program Kementerian Kesehatan dalam Upaya Pencegahan Korupsi

Kementerian Kesehatan berupaya dalam mewujudkan tata kelola


pemerintahan yang baik dan bersih semakin nyata terlihat, dimulai dari opini yang
diberikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI atas Laporan Keuangan
Kemenkes tahun 2013 yang meraih Wajar Tanpa Pengecualian (WTP),
dilakukannya Penandatanganan Komitmen Bersama sebelas stakeholders terkait
upaya pencegahan tindakan gratifikasi, kemudian diterbitkannya Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 14 Tahun 2014 mengenai Pengendalian Gratifikasi,
dan melakukan Penadatanganan Komitmen Melaksanakan Pembangunan
Kesehatan Yang Baik, Bersih dan Melayani Dengan Semangat Reformasi
Birokrasi. Penandatanganan Komitmen tersebut dilakukan Menkes Prof. Dr. dr.
Nila Farid Moeloek, Sp.M (K) beserta delapan pejabat eselon I Kemenkes,
disaksikan oleh Penasehat KPK, Drs. Suwarsono, M.A, Direktur Pengawasan
Lembaga Pemerintah Bidang Politik, Sosial dan Keamanan, Dra. Bea Rejeki
Tirtadewi, MM, Anggota Keuangan Negara ke-IV Novel Anwar, Ak.MSBA,
Komisioner Bidang Pencegahan,Ombudsman Kartini Istikomah, SH, MH. Dalam
sambutannya Menkes mengemukakan mengenai sembilan Agenda Perubahan
“Nawa Cita” Presiden Jokowi-JK, mengamanatkan bahwa Kemenkessebagai
penyelenggara Negaramengemban tugasmemberikan pelayanan terbaik
bagimasyarakatdalam “meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia” (Nawa

9
Cita No. 5). Hal tersebut hanya dapat diwujudkan apabila seluruh Jajaran
Kemenkes mengedepankan komitmen membangun tata kelola pemerintahan yang
bersih, efektif, demokratis dan terpercaya. Penandatanganan Komitmen tersebut,
merupakan langkah awal yang diharapkan dapat menjadi momentum untuk
meneguhkan kembali semangat dan komitmen seluruh jajaran Kementerian
Kesehatan dalam melaksanakan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih.
“Baik artinya kita harus mencapai sasaran program yang telah ditetapkan, dan
Benar artinya kita harus melaksanakan program sesuai ketentuan perundangan
yang berlaku”, kata Menkes.

Adapun bunyi dari komitmen tersebut adalah:

1) Melaksanakan Reformasi Birokrasi secara konsisten;

2) Menjunjung tinggi integritas Aparatur Sipil Kemenkes;

3) Menerapkan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP);

4) Menolak adanya praktik suap, Gratifikasi, Pemerasan, Uang Pelicin dalam


bentuk apapun dan melaporkan setiap penerimaan Gratifikasi yang dianggap suap
kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK);

5) Turut serta secara aktif untuk melaporkan setiap dugaan penerimaan Suap,
Gratifikasi, Uang Pelicin, Pemerasan melalui Whistle Blowing System (WBS);

6) Menghindari adanya benturan kepentingan,

7) melaksanakan pengelolaan keuangan secara transparan dan akuntabel,

8) Membangun zona integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK)/


Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM);

9) Mendorong peningkatan kualitas pelayanan public; dan

10) Mewajibkan semua Aparatur Sipil Kemenkes RI untuk menandatanagni pakta


integritas.

10
2.5 Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP)

Pengertian pengadilan

Pengendalian merupakan suatu tindakan/aktivitas yang dilakukan


manajemenuntuk memastikan (secara memadai ,bukan
mutlak ) tercapainya tujuan dan sasaran organisasi. Pengendalian internal
pemerintah merupakan proses yang integral pada tindakand a n k e g i a t a n y a n g
dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan
s e l u r u h pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan
organisasimelalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan
keuangan, pengamananaset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan.

Tujuan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP)

 Pengendalian dibuat untuk :

a.Mengamankan harta kekayaan


b.Meneliti keakuratan dan dapat dipercayanya data akuntansi
c.Meningkatkan efisiensi operasi
d.Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen yang telah ditetapkan

 Sistem Pengendalian Internal Pemerintah dibuat untuk :

a. mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien

b. memberikan informasi keuangan secara akurat

c. menjaga aset yang dimiliki oleh negara

d. menjaga ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan

11
2.6 Pembangunan Zona Integritas
Pengertian Zona Integritas
Zona Integritas adalah wilayah yang ada di Kementerian/Lembaga, Instansi
Pemerintah di Pusat/Daerah yang dikembangkan sebagai wujud penerapan usaha-
usaha nyata dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi dengan peningkatan
kualitas sistem kelembagaan dan sumber daya manusia dalam rangka penguatan
komitmen antikorupsi.
Langkah-langkah pedoman ini sesuai dengan PERMENPAN No. 52
Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah
Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di Lingkungan
Instansi Pemerintah.

Tahap pertama dalam pembangunan zona integritas adalah dengan pencanangan


zona integritas melalui deklarasi/pernyataan dari pimpinan suatu instansi
pemerintah yang menyatakan bahwa instansinya telah siap untuk membangun
Zona Integritas. Salah satu syarat untuk pencanangan pembangunan zona
integritas adalah dimana pimpinan dan seluruh atau sebagian besar pegawainya
telah menandatangani Dokumen Pakta Integritas. Pencanangan Pembangunan
Zona Integritas secara terbuka dapat dilakukan bersama-sama, bagi instansi pusat
yang berada di bawah koordinasi Kementerian dapat dilakukan bersama-bersama.
Sedangkan bagi instansi daerah dapat dilakukan oleh kabupaten/kota bersama-
bersama dalam satu provinsi.

Tahap kedua adalah pencanangan pembangunan zona integritas adalah proses


pembangunan zona integritas. pimpinan instansi pemerintah menetapkan satu atau
beberapa unit kerja yang diusulkan sebagai Wilayah Bebas Korupsi
(WBK)/Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBK).

Unit yang dipilih memperhatikan beberapa syarat, yakni :

1. Dianggap sebagai unit yang penting/strategis dalam melakukan pelayanan


publik;

12
2. Mengelola sumber daya yang cukup besar;
3. Memiliki tingkat keberhasilan Reformasi Birokrasi yang cukup tinggi di
unit tersebut.

Setelah unit kerja yang diusulkan sebagai Zona Integritas menuju WBK/WBBM
ditetapkan, maka hal yang selanjutnya dilakukan adalah menentukan komponen-
komponen yang harus dibangun. Terdapat dua jenis komponen yang harus
dibangun dalam unit kerja terpilih, yaitu komponen pengungkit dan komponen
hasil. Di bawah ini adalah gambar yang menunjukkan hubungan masing-masing
komponen dan indikator pembangun komponen.

Melalui model tersebut dapat diuraikan bahwa program Manajemen Perubahan,


Penataan Tatalaksana, Penataan Manajemen SDM, Penguatan Akuntabilitas
Kinerja, Penguatan Pengawasan, dan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
merupakan komponen pengungkit yang diharapkan dapat menghasilkan sasaran
pemerintahan yang bersih dan bebas KKN serta peningkatan kualitas pelayanan
publik. Pelaksanaan dari program-program komponen pengungkit tersebutlah
yang menjadi tahap ketiga dalam pembangunan zona integritas:

1. Manajemen Perubahan

Manajemen perubahan bertujuan untuk mengubah secara sistematis dan konsisten


mekanisme kerja, pola pikir (mind set), serta budaya kerja (culture set) individu
pada unit kerja yang dibangun, menjadi lebih baik sesuai dengan tujuan dan
sasaran pembangunan zona integritas.

2. Penataan Tatalaksana

Penataan tatalaksana bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas


sistem, proses, dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien, dan terukur pada
Zona Integritas Menuju WBK/WBBM.

3. Penataan Manajemen SDM

13
Penataan sistem manajemen SDM aparatur bertujuan untuk meningkatkan
profesionalisme SDM aparatur pada Zona Integritas Menuju WBK/WBBM.

4. Penguatan Akuntabilitas Kinerja

Akuntabilitas kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah


untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan program
dan kegiatan dalam mencapai misi dan tujuan organisasi. Program ini bertujuan
untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

5. Penguatan Pengawasan

Penguatan pengawasan bertujuan untuk meningkatkan penyelenggaraan


pemerintahan yang bersih dan bebas KKN pada masing-masing instansi
pemerintah.

6. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

Peningkatan kualitas pelayanan publik merupakan suatu upaya untuk


meningkatkan kualitas dan inovasi pelayanan publik pada masing-masing instansi
pemerintah secara berkala sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat. Disamping
itu, peningkatan kualitas pelayanan publik dilakukan untuk membangun
kepercayaan masyarakat terhadap penyelenggara pelayanan publik dalam rangka
peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan menjadikan keluhan masyarakat
sebagai sarana untuk melakukan perbaikan pelayanan publik.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Clean dan good governance (pengelolaan atau tata pemerintahan yang


bersih dan baik) merupakan wacana yang mengiringi gerakan reformasi.
Penyelenggaraan pemerintahan yang baik adalah landasan bagi pembuatan dan
penerapan kebijakan negara yang demokratis dalam era globalisasi. Oleh karena
itu, tata pemerintahan yang baik perlu segera dilakukan agar segala permasalahan
yang timbul dapat segera dipecahkan dan juga proses pemulihan ekonomi dapat
dilaksanakan dengan baik dan lancar.

3.1 SARAN

Seharusnya pemerintah dan penegak hukum harus lebih sigap dan teliti
dalam menghadapi masalah dan mengatasi krisis ekonomi, KKN yang ada di
Indonesia. agar korupsi , kolusi, nepotisme bisa diberantas , krisis ekonomi
menurun dan terciptanya masyarakat sejahtera.

15

Anda mungkin juga menyukai