PENDAHULUAN
1
kendali pemerintahan, cepat atau lambat harus mengalami pergeseran peran dari
posisi yang serba mengatur dan mendikte ke posisi sebagai fasilitator. Dunia
usaha dan pemilik modal, yang sebelumnya berupaya mengurangi otoritas negara
yang dinilai cenderung menghambat perluasan aktivitas bisnis, harus mulai
menyadari pentingnya regulasi yang melindungi kepentingan publik. Sebaliknya,
masyarakat yang sebelumnya ditempatkan sebagai penerima manfaat harus mulai
menyadari kedudukannya sebagai pemilik kepentingan yang juga harus berfungsi
sebagai pelaku. Oleh karena itu, tata pemerintahan yang baik perlu segera
dilakukan agar segala permasalahan yang timbul dapat segera dipecahkan dan
juga proses pemulihan ekonomi dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar.
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui pengertian Good Governance
2. Mengetahui Bagaimana prinsip-prinsip Good Governance
3. Untuk mengetahui reformasi birokrasi
4. Untuk mengetahui program kementrian kesehatan dalam upaya
pencegahan korupsi
5. Untuk mengetahui Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP)
6. Untuk mengetahui pembangunan zona integritas
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Prinsp-prinsip GOOD GOVERNANCE
4
hukum yang sehat, baik perangkat lunaknya, perangkat kerasnya maupun sumber
daya manusia yang menjalankan sistemnya.
3. Transparansi (Transparancy)
Salah satu karakteristik good governance adalah keterbukaan. Karakteristik ini
sesuai dengan semangat zaman yang serba terbuka adanya revolusi informasi.
Keterbukaan tersebut mencakup semua aspek aktivitas yang menyangkut
kepentingan publik, dari proses pengambilan keputusan, penggunaan dana-dana
publik, sampai pada tahapan evaluasi.
4. Daya tanggap (responsiveness)
Sebagai konsekuensi logis dari keterbukaan, setiap komponen yang terlibat
dalam proses pembangunan good governance harus memiliki daya tanggap
terhadap keinginan atau keluhan para pemegang saham (stake holder). Upaya
peningkatan daya tanggap tersebut, terutama ditujukan pada sektor publik yang
selama ini cenderung tertutup, arogan, serta berorientasi pada kekuasaan. Untuk
mengetahui kepuasan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh sektor
publik, secara periodik perlu dilakukan survei untuk mengetahui tingkat kepuasan
konsumen (customer satisfaction).
5. Berorientasi pada konsensus (consensus orientation)
Kegiatan bernegara, berpemerintahan, dan bermasyarakat pada dasarnya
merupakan aktivitas politik, yang berisi dua hal utama, yaitu konflik dan
konsensus. Dalam good governance, pengambilan keputusan ataupun pemecahan
masalah bersama lebih diutamakan berdasarkan konsensus, yang dilanjutkan
dengan kesediaan untuk konsisten melaksanakan konsensus yang telah diputuskan
bersama. Konsensus bagi bangsa indonesia sebenarnya bukanlah hal yang baru,
karena nilai dasar kita dalam memecahkan persoalan bangsa adalah melalui
musyawarah untuk mufakat.
6. Keadilan (equity)
Melalui prinsip good governance, setiap warga negara memiliki kesempatan
yang sama untuk memperoleh kesejahteraan. Akan tetapi, karena kemampuan
masing-masing warga negara berbeda-beda, sektor publik harus memainkan
peranan agar kesejahteraan dan keadilan dapat berjalan seiring sejalan.
5
7. Efektif dan efisien (efectiveness and efficiency)
Agar mampu berkompetisi secara sehat dalam percaturan dunia, kegiatan
ketiga domain dan governance harus mengutamakan efektivitas dan efisiensi
dalam setiap kegiatan. Tekanan perlunya efektivitas dan efisiensi terutama
ditujukan pada sektor publik karena sektor ini menjalankan aktivitasnya secara
monopolistik. Tanpa kompetisi, tidak akan ada efisiensi.
8. Akuntabilitas (accountability)
Setiap aktivitas yang berkaitan dengan kepentingan publik perlu
mempertanggungjawabkan kepada publik. Tanggung gugat dan tanggung jawab
tidak hanya diberikan kepada atasan saja, tetapi juga pada para pemegang saham
yaitu masyarakat luas. Secara teoritis, akuntabilitas dapat dibedakan menjadi lima
macam, yaitu:
a. Akuntabilitas organisasi
b. Akuntabilitas legal
c. Akuntabilitas politik
d. Akuntabilitas profesional
e. Akuntabilitas moral
9. Visi strategis (strategic vision)
Dalam era yang berubah secara dinamis, setiap domain dalam good
governance harus memiliki visi yang strategis. Tanpa visi semacam itu, suatu
bangsa dan negara akan mengalami ketertinggalan. Visi itu, dapat dibedakan
antara visi jangka panjangm (long time vision) antara 20 sampai 25 tahun serta
visi jangka pendek (short time vision) sekitar 5 tahun. Prinsip-prinsip good
governance pada dasarnya mengandung nilai yang bersifat objektif dan universal
yang menjadi acuan dalam menentukan tolak ukur atau indikator dan
ciri-ciri/karakteritik penyelenggaraan pemrintahan negara yang baik. Prinsip-
prinsip good governance dalam praktik penyelenggaraan negara dituangkan dalam
tujuh asas umum penyelenggaraan negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Berih dan
Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Prinsip atau asas umum dalam
6
penyelenggaraan negara yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 28 tahun
1999 meliputi sebagai berikut:
1. Asas kepastian hukum adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan
landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap
kebijakan enyelenggaraan negara.
2. Asas tertib penyelenggaraan negara adalah asas yang menjadi landasan
keteraturan, keserasian dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggaraan
negara.
3. Asas kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara aspiratif, akomodatif, dan selektif.
4. Asas keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif, tentang
penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi
pribadi, golongan dan rahasia negara.
5. Asas proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara
hak dan kewajiban penyelenggaraan negara.
6. Asas profersionalitas adalah asas yang mengutamakan keahlian yang
berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
7. Asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan
hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Disamping itu, juga terdapat pilar-pilar good governance diantaranya:
1) Negara atau pemerintahan (state), berfungsi dalam hal:
a. Menciptakan kondisi politik, ekonomi dan sosial yang stabil
b. Membuat peraturan yang efektif dan berkeadilan
c. Menyediakan public service yang efektif dan accountable
d. Menegakkan HAM
e. Melindungi lingkungan hidup
7
f. Mengurus standar kesehatan dan standar keselamatan publik.
2) Sektor swasta atau dunia usaha (private sector), berfungsi dalam hal:
a. Menjalankan industri
b. Menciptakan lapangan kerja
c. Menyediakan insentif bagi karyawan
d. Meningkatkan standar hidup masyarakat
e. Memelihara lingkungan hidup
f. Menaati peraturan
g. Transfer ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat
h. Menyediakan kredit bagi pengembangan UKM
3) Masyarakat (society), berfungsi dalam hal:
a. Menjaga agar hak-hak masyarakat terlindungi
b. Mempengaruhi kebijakan public
c. Sebagai sarana cheks and balances pemerintah
d. Mengawasi penyalahgunaan kewenangan sosial pemerintah
e. Mengembangkan SDM
f. Sarana berkomunikasi antar anggota masyarakat
pada negara yang sedang berkembang yang sektor swasta dan sektor
masyarakat relatif belum maju, sektor pemerintah memegang peranan yang sangat
menentukan. Sektor pemerintah harus bertindak sebagai promotor pembangunan.
Pada saatnya apabila sektor swasta dan sektor masyarakat semakin maju karena
pembangunan, peranan sektor pemerintah secara bertahap mulai berkurang. Tarik-
menarik peranan antara sektor pemerintah dan sektor swasta dan sektor
masyarakat apabila tidak dikelola secara bijak akan dapat menimbulkan berbagai
ketegangan sosial. Dalam hal ini diperlukan pimpinan nasional yang memiliki
dukungan legitimasi politik yang kuat, memiliki kharisma, serta kemampuan
mnajerial untuk mengendalikan perubahan.
8
2.3 Pengertian Reformasi Birokrasi
9
Cita No. 5). Hal tersebut hanya dapat diwujudkan apabila seluruh Jajaran
Kemenkes mengedepankan komitmen membangun tata kelola pemerintahan yang
bersih, efektif, demokratis dan terpercaya. Penandatanganan Komitmen tersebut,
merupakan langkah awal yang diharapkan dapat menjadi momentum untuk
meneguhkan kembali semangat dan komitmen seluruh jajaran Kementerian
Kesehatan dalam melaksanakan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih.
“Baik artinya kita harus mencapai sasaran program yang telah ditetapkan, dan
Benar artinya kita harus melaksanakan program sesuai ketentuan perundangan
yang berlaku”, kata Menkes.
5) Turut serta secara aktif untuk melaporkan setiap dugaan penerimaan Suap,
Gratifikasi, Uang Pelicin, Pemerasan melalui Whistle Blowing System (WBS);
10
2.5 Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP)
Pengertian pengadilan
11
2.6 Pembangunan Zona Integritas
Pengertian Zona Integritas
Zona Integritas adalah wilayah yang ada di Kementerian/Lembaga, Instansi
Pemerintah di Pusat/Daerah yang dikembangkan sebagai wujud penerapan usaha-
usaha nyata dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi dengan peningkatan
kualitas sistem kelembagaan dan sumber daya manusia dalam rangka penguatan
komitmen antikorupsi.
Langkah-langkah pedoman ini sesuai dengan PERMENPAN No. 52
Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah
Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di Lingkungan
Instansi Pemerintah.
12
2. Mengelola sumber daya yang cukup besar;
3. Memiliki tingkat keberhasilan Reformasi Birokrasi yang cukup tinggi di
unit tersebut.
Setelah unit kerja yang diusulkan sebagai Zona Integritas menuju WBK/WBBM
ditetapkan, maka hal yang selanjutnya dilakukan adalah menentukan komponen-
komponen yang harus dibangun. Terdapat dua jenis komponen yang harus
dibangun dalam unit kerja terpilih, yaitu komponen pengungkit dan komponen
hasil. Di bawah ini adalah gambar yang menunjukkan hubungan masing-masing
komponen dan indikator pembangun komponen.
1. Manajemen Perubahan
2. Penataan Tatalaksana
13
Penataan sistem manajemen SDM aparatur bertujuan untuk meningkatkan
profesionalisme SDM aparatur pada Zona Integritas Menuju WBK/WBBM.
5. Penguatan Pengawasan
14
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.1 SARAN
Seharusnya pemerintah dan penegak hukum harus lebih sigap dan teliti
dalam menghadapi masalah dan mengatasi krisis ekonomi, KKN yang ada di
Indonesia. agar korupsi , kolusi, nepotisme bisa diberantas , krisis ekonomi
menurun dan terciptanya masyarakat sejahtera.
15