Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. DESKRIPSI SINGKAT
B. RELEVANSI
.Dengan belajar mengenai good governance dan otonomi daerah, maka mahasiswa dapat
tentunya memahami bagaimana good governance dan otonomi daerah di Indonesia.
C. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Capaian pembelajaran yang diharapkan dari bahan ajar ini adalah mahasiswa
mampu mendukung kompetensi lulusan untuk menjadi warga negara yang baik dan
bertanggung jawab melalui penanaman moral dan keterampilan sosial sehingga
kelak mereka mampu memahami dan memecahkan persoalan-persoalan aktual
kewarganegaraan serta memahami good governance dan otonomi daerah
I. Good Governance
I. Good Governance
A. Latar Belakang
Harapan yang ingn di wujudkan oleh setiap warganegara melalui proses
pemerintahan adalah berlangsungnya kehidupan secara wajar, dalam semua bidang dan
ukuran kehidupan mereka. Pemerintah pertama-tama di harapkan dapat membentuk
kesepakatan warganegara tentang bingkai kepatutan dalam proses kehidupan kolektif
warganegara. Dengan demikian, kebutuhan akan kehidupan yang wajar mensyaratkan
kewajiban pemerintah untuk membentuk hokum yang adil dan melakukan penegakkan
hokum demi rasa keadilan tersebut pada semua warganegara. Untuk mewujudkan tujuan
dan harapan tersebut, maka di perlukan suatu system pemerintahan yang baik dan efektif
yang sesuai dengan prinsip-prinsip bersifat demokratis. Konsep pemerintahan yang baik
itu di sebut dengan good governance.
Otonomi daerah merupakan kebijakan yang diambil oleh pemerintah pusat agar
pemerintah daerah dapat mengelola pemerintahannya sendiri tanpa campur tangan dari
pemerintah pusat. Otonomi daerah diberlakukan sejak dikeluarkannya UU. No. 32 Tahun
2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dengan Pemerintah Daerah. Dengan otonomi daerah,
pemerintah daerah diharapkan semakin mandiri, mengurangi ketergantungan terhadap
pemerintah pusat, baik dalam hal pembiayaan pembangunan maupun dalam hal
pengelolaan keuangan daerah.
Paling tidak ada dua faktor yang berperan kuat dalam mendorong lahirnya
kebijakan otonomi daerah berupa UU No. 22/1999. Pertama, faktor internal yang
didorong oleh berbagai protes atas kebijakan politik sentralisme di masa lalu. Kedua,
adalah faktor eksternal yang dipengaruhi oleh dorongan internasional terhadap
kepentingan investasi terutama untuk efisiensi dari biaya investasi yang tinggi sebagai
akibat korupsi dan rantai birokrasi yang panjang.
2. Keterbukaan (transparasi)
Affan Gaffar menegaskan bahwa untuk mewujudkan pemerintahan yang
bersih dan berwibawa sesuai dengan cita-cita good governance seluruh mekanisme
pengelolaan negara harus di lakukan secara terbuka. Aspek mekanisme pengelolaan
negara yang harus di lakukan secara terbuka adalah:
a) Penetapan posisi, kedudukan dan jabatan
b) Kekayaan pejabat publik
c) Pemberian penghargaan
d) Penetapan kebijakan yang terkait dengan pencerahan kehidupan
e) Kesehatan
f) Moralitas pejabat dan aparatur pelayanan publik
g) Keamanan dan ketertiban
h) Kebijakan dan ketertiban
i) Kebijakan strategis untuk pecerahan kehidupan masyarakat
3. Partisipasi
Setiap warga negara mempunyai suara dalam pembuatan keputusan,
serta memberi dorongan bagi warga untuk menyampaikan pendapat secara langsung
atau tidak langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memberi manfaat
yang sebesar-besarnya bagi masyarakat luas.
6. Orientasi konsensus/kesepakatan
Good governance menjadi perantara kepentingan yang berbeda untuk
memperoleh pilihan yang terbaik bagi kepentingan yang lebih luas.
2. Landasan Teori
Berikut ini ada beberapa yang menjadi landasan teori dalam otonomi daerah .
a) Asas Otonomi
Berikut ini ada beberapa asas otonomi daerah yang saya tuliskan di sini.Asas-asas
tersebut sebagai berikut:
1) Asas tertib penyelenggara Negara
2) Asas Kepentingan umum
3) Asas Kepastian Hukum
4) Asas keterbukaan
5) Asas Profesionalitas
6) Asas efisiensi
7) Asas proporsionalitas
8) Asas efektifitas
9) Asas akuntabilitas
b) Desentralisasi
Desentralisasi adalah penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah untuk mengurusi urusan rumah tangganya sendiri
berdasarkan prakarsa dan aspirasi dari rakyatnya dalam kerangka negara kesatuan
Republik Indonesia. dengan adanya desentralisasi maka muncullan otonomi bagi
suatu pemerintahan daerah. Desentralisasi sebenarnya adalah istilah dalam
keorganisasian yang secara sederhana di definisikan sebagai penyerahan
kewenangan. Dalam kaitannya dengan sistem pemerintahan Indonesia,
desentralisasi akhir-akhir ini seringkali dikaitkan dengan sistem pemerintahan
karena dengan adanya desentralisasi sekarang menyebabkan perubahan pardigma
pemerintahan di Indonesia. Desentralisasi juga dapat diartikan sebagai pengalihan
tanggung jawab, kewenangan, dan sumber-sumber daya (dana, manusia dll) dari
pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Dasar pemikiran yang
melatarbelakanginya adalah keinginan untuk memindahkan pengambilan
keputusan untuk lebih dekat dengan mereka yang merasakan langsung pengaruh
program dan pelayanan yang dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah. Hal ini
akan meningkatkan relevansi antara pelayanan umum dengan kebutuhan dan
kondisi masyarakat lokal, sekaligus tetap mengejar tujuan yang ingin dicapai oleh
pemerintah ditingkat daerah dan nasional, dari segi sosial dan ekonomi. Inisiatif
peningkatan perencanaan, pelaksanaan, dan keuangan pembangunan sosial
ekonomi diharapkan dapat menjamin digunakannya sumber-sumber daya
pemerintah secara efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan lokal.
c) Sentralisasi
Sentralisasi dan desentralisasi sebagai bentuk penyelenggaraan negara
adalah persoalan pembagian sumber daya dan wewenang. Pembahasan masalah
ini sebelum tahun 1980-an terbatas pada titik perimbangan sumber daya dan
wewenang yang ada pada pemerintah pusat dan pemerintahan di bawahnya. Dan
tujuan “baik” dari perimbangan ini adalah pelayanan negara terhadap masyarakat.
Di Indonesia sejak tahun 1998 hingga baru-baru ini, pandangan politik
yang dianggap tepat dalam wacana publik adalah bahwa desentralisasi merupakan
jalan yang meyakinkan, yang akan menguntungkan daerah. Pandangan ini
diciptakan oleh pengalaman sejarah selama masa Orde Baru di mana sentralisme
membawa banyak akibat merugikan bagi daerah. Sayang, situasi ini mengecilkan
kesempatan dikembangkannya suatu diskusi yang sehat bagaimana sebaiknya
desentralisasi dikembangkan di Indonesia. Jiwa desentralisasi di Indonesia adalah
“melepaskan diri sebesarnya dari pusat” bukan “membagi tanggung jawab
kesejahteraan daerah”.
Sentralisasi dan desentralisasi tidak boleh ditetapkan sebagai suatu proses
satu arah dengan tujuan pasti. Pertama- tama, kedua “sasi” itu adalah masalah
perimbangan. Artinya, peran pemerintah pusat dan pemerintah daerah akan selalu
merupakan dua hal yang dibutuhkan. Tak ada rumusan ideal perimbangan. Selain
proses politik yang sukar ditentukan, seharusnya ukuran yang paling sah adalah
argumen mana yang terbaik bagi masyarakat.
2). LATIHAN
1) Carilah data mengenai indicator pengukuran tata kelola/good governance The World
Governance Index (WGI)
http://www.world-governance.org/IMG/pdf_WGI_full_version_EN-2.pdf
dan tunjukkan peringkat/urutan nya berdasarkan negara-negara di dunia
2) bandingkan kondisi good gvernance yang ada di 34 provinsi di Indonesia
3).RANGKUMAN
Harapan yang ingn di wujudkan oleh setiap warganegara melalui proses
pemerintahan adalah berlangsungnya kehidupan secara wajar, dalam semua bidang dan
ukuran kehidupan mereka. Pemerintah pertama-tama di harapkan dapat membentuk
kesepakatan warganegara tentang bingkai kepatutan dalam proses kehidupan kolektif
warganegara. Dengan demikian, kebutuhan akan kehidupan yang wajar mensyaratkan
kewajiban pemerintah untuk membentuk hokum yang adil dan melakukan penegakkan
hokum demi rasa keadilan tersebut pada semua warganegara. Untuk mewujudkan tujuan
dan harapan tersebut, maka di perlukan suatu system pemerintahan yang baik dan efektif
yang sesuai dengan prinsip-prinsip bersifat demokratis. Konsep pemerintahan yang baik
itu di sebut dengan good governance. Otonomi daerah merupakan kebijakan yang
diambil oleh pemerintah pusat agar pemerintah daerah dapat mengelola pemerintahannya
sendiri tanpa campur tangan dari pemerintah pusat.
4). PUSTAKA
Utami, Ranti Fatya. 2017. Asas Asas Otonomi Daerah. https://guruppkn.com/asas-asas- otonomi-
daerah. Diakses pada 15 Mei 2020.
Ibeng, Parta. 2020. Pengertian Otonomi Daerah, Tujuan, Prinsip, Asas dan Dasar
Hukumnya. https://pendidikan.co.id/pengertian-otonomi-daerah-tujuan-
prinsip-dan-dasar-hukumnya/. Diakses pada 15 Mei 2020.
Anonim. 2020. Pengertian Good Governance.
https://www.dosenpendidikan.co.id/pengertian-good-governance/. Diakses
pada 18 Mei 2020.
Anonim. 2017. Pengertian, Prinsip dan Penerapan Good Governance di Indonesia.
https://bulelengkab.go.id/detail/artikel/pengertian-prinsip-dan-penerapan-
good-governance-di-indonesia-99. Diakses pada 18 Mei 2020.
Mardoto. Mengkritisi Good Governance di Indonesia.
2009. https://mardoto.com/2009/04/30/suara-mahasiswa-009-mengkritisi-
clean-and-good-governance-di-indonesia/. Diakses pada 18 Mei 2020.
Anonim. 2016. Otonomi Daerah. http://www.markijar.com/2016/07/otonomi-daerah-
lengkap-pengertian-dasar.html. Diakses pada 15 Mei 2020.
Buana, Dedek. 2017. Otonomi Daerah Menurut UU No. 22 Tahun 1999.
https://artikelddk.com/otonomi-daerah-menurut-uu-no-22-tahun-1999/.
Diakses pada 19 Mei 2020.
Soal 2
Salah satu prinsip dalam otonomi daerah adalah Prinsip Otonomi yang
Bertanggung Jawab yaitu merupakan prinsip otonomi yang dalam sistem
penyelenggaraannya harus sesuai dengan tujuan dan maksud dari pemberian otonomi,
yang bertujuan untuk memberdayakan daerahnya masing-masing dalam
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Pertanyaan Apa makna dan implementasi dari dari prinsip ini ?