Anda di halaman 1dari 7

Nama : Tiara Ananda Rusmana

NIM : 6320121167
Kelas : Administrasi Publik B 4

Good Governance

Governance merupakan pergeseran makna dari government. Dalam government,


negara menjadi aktor tunggal yang mengatur segala aspek kehidupan. Sementara dalam
governance negara hanya berperan sebagai regulator dan administrator.

Governance bisa dikatakan baik atau good apabila sumber daya dan problem yang
dihadapi publik dikelola secara ekeftif dan efisien. Good governance berorientasi kepada
pemenuhan kebutuhan masyarakat.

1. Pengertian Good Governance


Mardiasmo menyatakan Good Governance adalah sebuah konsep
pemerintahan yang baik dan berorientasi kepada pembangunan sektor publik.
Tujuan akhir yang dicapai adalah peningkatan pembangunan dan
kesejahteraan publik. Di mana capaian ini akan terwujud jika pemerintahan
menjalankan fungsinya dengan baik.
Good governance, pada dasarnya merupakan suatu konsep pemerintahan yang
membangun serta menerapkan prinsip profesionalitas, demokrasi, transparansi,
efisiensi, akuntabilitas, efektivitas, pelayanan prima, serta bisa diterima oleh seluruh
masyarakat (Anggara, 2012).
Sementara itu, World Bank mengartikan good governance sebagai manajemen
pemerintah yang solid, akuntabel, berdasarkan pada prinsip pasar yang efisien,
mampu mencegah korupsi baik secara politis maupun administratif.
Dengan kata lain, good governance dapat dianggap sebagai pemerintahan yang
profesional, efektif, efisien, mendahulukan kepentingan masyarakat, dan
berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik serta bersih dari praktik korupsi.

2. Sejarah Good Governance


Paradigma good governance muncul sekitar tahun 1990 atau akhir 1980-
an.Paradigma tersebut muncul karena adanya anggapan dari Bank Dunia bahwa
apapun dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang,
pasti habis tanpa bekas dan tidak dapat membawa negara-negara tersebut ke keadaan
yang lebih baik. Pemahaman umum tentang Good Governance mulai mengemuka di
Indonesia sekitar 15 tahun belakangan ini, terutama setelah berbagai lembaga
pembiayaan internasional mempersyaratkan “Good Governance” dalam berbagai
program bantuannya. Kepemeritahan yang baik banyak diperkenalkan oleh lembaga
donor atau pemberi pinjaman luar negeri seperti World Bank, Asian Development
Bank, IMF maupun lembaga-lembaga pemberi pinjaman lainnya yang berasal dari
Negara-Negara maju. Good Governance dijadikan aspek pertimbangan lembaga
donor dalam memberikan pinjaman maupun hibah.Good governance tidak bisa
diwujudkan antara lain disebabkan adanya sistem kekuasaan yang tersentralisir,
autokratik dengan birokrasi yang tidak efisien; disub-ordinasikannya institusi hukum,
birokrasi, dan lembaga pelayan publik oleh kepentingan elite dan penguasa tertentu,
sehingga mendorong munculnya praktik korupsi dan lemahnya akuntabilitas publik;
kompetensi pengetahuan dan keterampilan para pejabat di berbagai jabatan publik dan
politik amat rendah; serta tidak adanya partisipasi dan organisasi masyarakat sipil
yang cukup kuat dalam proses pembangunan
Konsep good governance di Indonesia mulai muncul setelah era reformasi
dimulai yang dilatarbelakangi oleh masalah-masalah peninggalan pemerintah orde
baru. Seperti pemerintahan yang berpusat pada presiden, lembaga tinggi negara yang
tidak berjalan baik, serta kurangnya partisipasi masyarakat dalam pemerintahan.
Massa reformasi dulu, badan eksekutif serta legislatif berhasil merumuskan 3 undang-
undang yang kemudian mengubah sistem pemerintahan di Indonesia. Undang-undang
tersebut adalah:
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemberian kewenangan yang
lebih besar kepada pemerintahan daerah, baik Kabupaten maupun Kota, untuk
mengelola pemerintahan dan pembangunan. Undang-undang ini berperan penting
dalam mengubah kebijakan serta perencanaan pembangunan di daerah sehingga lebih
sesuai dengan kondisi dan keadaan masyarakatnya.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang pemberian wewenang yang
lebih besar kepada pemerintah daerah untuk mengelola dan mengalokasikan dana
dalam melaksanakan pembangunan.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang pelaksanaan di bidang
pembangunan serta pelaksanaan pemerintahan pada tingkat pusat maupun daerah. UU
Nomor 28 Tahun 1999 inilah yang kemudian menjadi landasan awal dari
penerapan good governance sebagai landasan penyelenggaraan pemerintahan.
ketiga undang-undang di atas adalah pondasi utama penerapan konsep good
governance dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia.
Menurut Salam (2004:220) ada tiga hal melatar belakangi munculnya good
governance yaitu :
 Munculnya fenomena “gelombang demokratisasi berskala global”.
Gelombang inipada mulanya muncul di Korea Selatan dan di beberapa
Negara Amerika Latinyang menenggelamkan politik birokratik otoriter
pada dasawarsa tahun 80-an danberikutnyamenyapu bersih sosialisme
di Eropa padaawaldasawarsatahun90-an.
 Terjadinya kehancuran secara sistematik berbagai dasar institusional
bagi prosespengelolaan distribusi sumber-sumber ekonomi pada
sebagian besar masyarakat dunia ketiga.Institusi bisnis dan politik
yang seharusnya memiliki prinsip.
 Terakumulasinya kegagalan Struktural Adjustment Program yang
diparakarsai oleh IMF dan Bank Dunia. Program ini memiliki dan
menganut asumsi dasar bahwa negara merupakan satu-satunya
lembaga penghambat bagi proses terjadinya globalisasi ekonomi.
3. Prinsip Prinsip Good Governance

Untuk terwujudnya tata kepemerintahan yang baik maka diperlukan prinsip –


Prinsip good governance sebagai tolak ukur kinerja suatu pemerintahan. Menurut
lembaga Administrasi Negara (2003 : 7) prinsip – prinsip Good Governance, sebagai
berikut :
 Partisipasi masyarakat
 Tegaknya Supremasi Hukum
 Transparansi
 Peduli pada Stakeholder
 Berorientasi pada Kasus
 Kesetaraan
 Efektivitas dan Efisien
 Akuntabilitas
 Visi Strategis.
Partisipasi Masyarakat yaitu masyarakat memiliki hak suara baik secara
langsung maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang sah dalam
pengambilan keputusan.
Tegaknya Supremasi Hukum menjelaskan bahwa kerangka hukum yang
dimiliki oleh suatu Negara harus adil dan tidak ada diskriminasi, tegas serta disiplin
sebagai pedoman suatu Negara mengatur jalannya kepemerintahan yang baik.
Transparansi dibangun untuk memberikan informasi secara bebas dan jelas.
Seluruh proses yang terjadi di Pemerintahan harus dapat secara mudah diakses oleh
masyarakat dan mudah dimengerti.
Peduli pada Stakeholder ini yaitu lembaga – lembaga harus melayanai
semua pihak yang berkepentingan sesuai standar yang berlaku.
Berorientasi pada Konsensus yaitu menjadi suatu jembatan untuk
kepentingan – kepentingan atau bidang – bidang yang berbeda guna terbangunnya
masa depan yang baik untuk sekelompok masyarakat terutama dalam kebijakan dan
prosedur.
Kesetaraan yaitu semua masyarakat berhak mendapatkan kesempatan untuk
memperbaiki dan mensejahterahkan diri mereka sendiri.
Efektifitas dan Efisiensi yaitu suatu proses pemerintahan harus mengelola
sumber – sumber daya secara optimal untuk kepentingan masyarakat sesuai
kebutuhan yang diperlukan.
Akuntabilitas yaitu dapat terjadi di semua organisasi yaitu bentuk suatu
pertanggungjawaban yang telah dilaksanakan oleh suatu organisasi.
Pertanggungjawabannya yaitu bisa dalam bentuk laporan yang dibuat oleh
pemerintah setiap tahunnya.
Visi strategis yaitu prinsip ini diutamakan untuk para pemimpin dan
masyarakat untuk memikirkan perspektif yang jauh ke depan untuk tata
kepemerintahan yang baik serta kepekaan untuk mewujudkannya (Lembaga
Administrasi Negara, 2003:7).
Sedangkan menurut United Nation Development Programme (UNDP) dalam
Sedarmayanti (2004) menyimpulkan bahwa terdapat empat unsur atau prinsip utama
yang dapat memberi gambaran administrasi publik yang berciri kepemerintahan yang
baik yaitu akuntabilitas, transparansi, keterbukaan dan aturan hukum.
Prinsip good governance pertama kali dipopulerkan oleh lembaga dana
internasional seperti World Bank dan UNDP. Istilah ini dipopulerkan oleh lembaga
donator dunia dalam rangka menjaga kelangsungan bantuan dana kepada Negara-
negara yang menjadi sasaran.

4. Unsur Good Governance

Suatu pemerintahan yang baik, menurut Anggara (2012) harus empat unsur
utama, yaitu akuntabilitas, transparansi, keterbukaan, dan aturan hukum (rule of law).
 Akuntabilistas
Akuntabilitas berarti pemerintah harus bertanggung jawab atas
semua tindakan serta kebijakan yang ditetapkan.
 Transparansi
Pemerintah, mulai dari tingkat pusat hingga daerah, harus
transparan terhadap rakyatnya.
 Keterbukaan
Pemerintah harus memberikan kesempatan kepada seluruh
masyarakat untuk menyampaikan tanggapan serta kritik terhadap
pemerintah.
 Aturan Hukum (Rule of Law)
Good governance merupakan bagian dari kehidupan yang
demokratis. Salah satu syaratnya adalah penegakan hukum yang adil,
tegas, dan tidak pandang bulu. Tanpa hal ini, kehidupan yang
demokratis hanya impian yang sulit diwujudkan.Tanpa adanya
penegakan hukum yang tegas, orang-orang dapat melakukan apapun
untuk mencapai tujuannya sendiri. Termasuk melakukan tindakan yang
melanggar aturan. Dengan demikian, pemerintahan yang baik harus
mempunyai sistem hukum yang sehat.

5. Tujuan Good Governance


Setiap pemerintah dari negara manapun pasti ingin mempunyai sistem
pemerintahan yang baik demi memastikan negara tetap aman dan damai. Pemerintah
Indonesia mengatur penerapan konsep pemerintahan yang baik melalui Permenpan
Nomor: PER/15/M.PAN/7/2008 tentang Pedoman Umum Reformasi Birokrasi
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara. Dalam permenpan tersebut,
dijelaskan tentang tujuan dari good governance, yaitu:
 Menciptakan birokrasi yang bersih
Tujuan pertama adalah untuk menciptakan birokrasi yang bersih,
artinya bebas dari korupsi, kolusi, dan juga nepotisme.
 Menciptakan birokrasi yang efektif , efisien, dan produktif.
Tujuan kedua adalah untuk menciptakan birokrasi yang efektif, efisien,
dan produktif agar masyarakat dapat merasakan manfaatnya. Contohnya
seperti proses pengurusan administrasi yang lebih praktis, bersih dari pungutan
liar, dan tidak berbelit-belit.
 Menciptakan birokrasi yang transparan.
Tujuan good governance yang ketiga yaitu untuk menciptakan
birokrasi yang transparan dengan tetap melindungi berbagai informasi yang
sifatnya rahasia.
 Membangun birokrasi yang melayani masyarakat.
Pemerintah berkomitmen untuk melayani segala kebutuhan masyarakat
sebaik-baiknya. Seperti memberikan akses yang mudah bagi semua
masyarakat dan sebagainya. Dengan begitu, pelayanan masyarakat dapat
dilakukan dengan prima dan cepat.
 Mewujudkan birokrasi yang akuntabel.
Terakhir adalah mewujudkan birokrasi yang akuntabel atau
bertanggung jawab terhadap semua tindakan yang dilakukan. Ini berarti
pemerintah akan bekerja keras untuk menjalankan setiap kebijakan atau
program. Jika kemudian terjadi kesalahan, pemerintah tidak akan mencari
kambing hitam.

Sedangkan tujuan Good Governance menurut Kurniawan (2005 : 12), sebagai


berikut : “Mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung
jawab, serta efisiensi dan efektif dengan menjaga kesinergisan interaksi yang konstruktif di
antara domain-domain negara, sektor swasta dan masyarakat”.

Referensi:

https://www-gramedia-com.cdn.ampproject.org/

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai