Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan
menerapkan hukum serta undang-undang di wilayah tertentu. Pemerintahan dalam
arti luasnya adalah segala urusan yang dilakukan oleh Negara dalam
menyelenggarakan kesejahteraan rakyatnya dan kepentingan Negara sendiri. Dalam
menjalankan sistem kekuasaan pemerintahan ini diperlukan suatu susunan
manajemen pembangunan yang terencana dan baik. Susunan penyelenggaraan
manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab sejalan dengan prinsip
demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan yang baik (Good Govermance).
Good governance pada dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu kepada
proses pencapaian keputusan dan pelaksanaannya yang dapat
dipertanggungjawabkan secara bersama. Sebagai suatu konsensus yang dicapai oleh
pemerintah, warga negara, dan sektor swasta bagi penyelenggaraan pemerintahan
dalam suatu negara. Dalam mempertanggung jawabkan keputusan dan pelaksanaan
yang sedang atau telah dilakukan maka ada hukum yang bertindak sebagai pengatur
dan pedoman pelaksanaan pemerintahan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Good Govermance (pemerintahan yang baik) ?
2. Apa saja prinsip – prinsip yang dapat digunakan untuk memahami Good
Govermance (pemerintahan yang baik) ?
3. Bagaimana proses atau hasil dari penerapan good govermance di Indonesia?
4. Apa yang dimaksud dengan Supremasi Hukum?
5. Apa tujuan dari adanya Supremasi Hukum?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Dapat Mengetahui akan pengertian maupun definisi Good Govermance
(pemerintahan yang baik).
2. Dapat mengetahui serta memahami prinsip – prinsip yang ada di dalam Good
Govermance (pemerintahan yang baik) guna untuk mengetahui apa saja yang
perlu dilakukan dalam langkah penerapanya.
3. Menjelaskan proses ataupun hasil dari penerapan Good Govermance
(pemerintahan yang baik) di Indonesia.
4. Dapat mengetahui akan pengertian maupun definisi Supremasi Hukum.
5. Dapat mengetahui tujuan dari adanya Supremasi Hukum.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pemerintahan yang baik (Good Governance)


Good Governance adalah suatu peyelegaraan manajemen pembangunan yang
solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang
efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi dan pencegahan korupsi baik
secara politik maupun secara administratif menjalankan disiplin anggaran serta
penciptaan legal dan politican framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha.

Good governance pada dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu kepada
proses pencapaian keputusan dan pelaksanaannya yang dapat
dipertanggungjawabkan secara bersama. Sebagai suatu konsensus yang dicapai oleh
pemerintah, warga negara, dan sektor swasta bagi penyelenggaraan pemerintahan
dalam suatu negara.

Good Governance di Indonesia sendiri mulai benar – benar dirintis dan


diterapkan sejak meletusnya era Reformasi yang dimana pada era tersebut telah
terjadi perombakan sistem pemerintahan yang menuntut proses demokrasi yang
bersih sehingga Good Governance merupakan salah satu alat Reformasi yang mutlak
diterapkan dalam pemerintahan baru. Akan tetapi, jika dilihat dari perkembangan
Reformasi yang sudah berjalan selama 15 tahun ini, penerapan Good Governance di
Indonesia belum dapat dikatakan berhasil sepenuhnya sesuai dengan cita – cita
Reformasi sebelumnya. Masih banyak ditemukan kecurangan dan kebocoran dalam
pengelolaan anggaran dan akuntansi yang merupakan dua produk utama Good
Governance.

2.2 Asas Pemerintahan yang Baik


Dalam praktik penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia pascagerakan
reformasi nasional, prinsip-prinsip penyelenggaraan pemerintahan yang baik tertera
dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Dalam pasal 3 dan

3
penjelasannya ditetapkan asas umum pemerintahan yang baik mencakup hal-hal
berikut.

1. Asas kepastian hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang mengutamakan
landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam
setiap kebijakan penyelenggara negara.
2. Asas tertib penyelenggaraan negara, yaitu asas yang menjadi landasan
keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian
penyelenggaraan negara.
3. Asas kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan
umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.
4. Asas keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif
tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan
atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.
5. Asas proporsionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara
hak dan kewajiban penyelenggara negara.
6. Asas profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian berlandaskan
kode etik dan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
7. Asas akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan
hasil akhir kegiatan penyelenggara negara harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

2.3 Prinsip Pemerintahan Yang Baik (Good Governance)


Kunci utama memahami Good Governance adalah pemahaman atas prinsip-
prinsip di dalamnya. Bertolak dari prinsip-prinsip ini akan didapatkan tolak ukur
kinerja suatu pemerintahan. Baik-buruknya pemerintahan bisa dinilai bila ia telah
bersinggungan dengan semua unsur prinsip-prinsip good governance . Menyadari
pentingnya masalah ini, prinsip-prinsip good governance diurai satu persatu
sebagaimana tertera di bawah ini:

4
1. Partisipasi Masyarakat ( Participation )
Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan,
baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga perwakilan sah yang
mewakili kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun
berdasarkan kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat, serta kapasitas
untuk berpartisipasi secara konstruktif. Partisipasi bermaksud untuk menjamin agar
setiap kebijakan yang diambil mencerminkan aspirasi masyarakat. Dalam rangka
mengantisipasi berbagai isu yang ada, pemerintah daerah menyediakan saluran
komunikasi agar masyarakat dapat mengutarakan pendapatnya. Jalur komunikasi ini
meliputi pertemuan umum, temu wicara, konsultasi dan penyampaian pendapat
secara tertulis. Bentuk lain untuk merangsang keterlibatan masyarakat adalah
melalui perencanaan partisipatif untuk menyiapkan agenda pembangunan,
pemantauan, evaluasi dan pengawasan secara partisipatif dan mekanisme konsultasi
untuk menyelesaikan isu sektoral.

2. Tegaknya Supremasi Hukum ( Rule of Law)


Partisipasi masyarakat dalam proses politik dan perumusan-perumusan
kebijakan publik memerlukan sistem dan aturan-aturan hukum. Sehubungan dengan
itu, dalam proses mewujudkan cita good governance , harus diimbangi dengan
komitmen untuk menegakkan rule of law dengan karakter-karakter antara lain
sebagai berikut: Supremasi hukum (the supremacy of law ), Kepastian hukum (legal
certainty ), Hukum yang responsip, Penegakkan hukum yang konsisten dan non-
diskriminatif, Indepedensi peradilan. Kerangka hukum harus adil dan diberlakukan
tanpa pandang bulu, termasuk di dalamnya hukum-hukum yang menyangkut hak
asasi manusia.

3. Transparansi ( Transparency)
Transparansi adalah keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang
diambil oleh pemerintah. Prinsip transparansi menciptakan kepercayaan timbal-balik
antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin
kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai. Tranparansi
dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh proses pemerintahan,

5
lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-pihak yang
berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti
dan dipantau. Sehingga bertambahnya wawasan dan pengetahuan masyarakat
terhadap penyelenggaraan pemerintahan. Meningkatnya kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintahan, meningkatnya jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam
pembangunan dan berkurangnya pelanggaran terhadap peraturan perundang-
undangan.

4. Peduli pada Stakeholder/Dunia Usaha


Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus berusaha melayani
semua pihak yang berkepentingan. Dalam konteks praktek lapangan dunia usaha,
pihak korporasi mempunyai tanggungjawab moral untuk mendukung bagaimana
good governance dapat berjalan dengan baik di masing-masing lembaganya.
Pelaksanaan good governance secara benar dan konsisten bagi dunia usaha adalah
perwujudan dari pelaksanaan etika bisnis yang seharusnya dimiliki oleh setiap
lembaga korporasi yang ada didunia. Dalam lingkup tertentu etika bisnis berperan
sebagai elemen mendasar dari konsep CSR (Corporate Social Responsibility ) yang
dimiliki oleh perusahaan. Pihak perusahaan mempunyai kewajiban sebagai bagian
masyarakat yang lebih luas untuk memberikan kontribusinya. Praktek good
governance menjadi kemudian guidence atau panduan untuk operasional
perusahaan, baik yang dilakukan dalam kegiatan internal maupun eksternal
perusahaan. Internal berkaitan dengan operasional perusahaan dan bagaimana
perusahaan tersebut bekerja, sedangkan eksternal lebih kepada bagaimana
perusahaan tersebut bekerja dengan stakeholder lainnya, termasuk didalamnya
publik.

5. Berorientasi pada Konsensus (Consensus )


Menyatakan bahwa keputusan apapun harus dilakukan melalui proses
musyawarah melalui konsesus. Model pengambilan keputusan tersebut, selain dapat
memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak, juga akan menjadi keputusan
yang mengikat dan milik bersama, sehingga ia akan mempunyai kekuatan memaksa
( coercive power ) bagi semua komponen yang terlibat untuk melaksanakan

6
keputusan tersebut. Paradigma ini perlu dikembangkan dalam konteks pelaksanaan
pemerintahan, karena urusan yang mereka kelola adalah persoalan-persoalan publik
yang harus dipertanggungjawabkan kepada rakyat. Semakin banyak yang terlibat
dalam proses pengambilan keputusan secara partisipasi, maka akan semakin banyak
aspirasi dan kebutuhan masyarakat yang terwakili. Tata pemerintahan yang baik
menjembatani kepentingan-kepentingan yang berbeda demi terbangunnya suatu
konsensus menyeluruh dalam hal apa yang terbaik bagi kelompok-kelompok
masyarakat, dan bila mungkin, konsensus dalam hal kebijakan-kebijakan dan
prosedur-prosedur.

6. Kesetaraan (Equity )
Kesetaraan yakni kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan. Semua warga
masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau mempertahankan
kesejahteraan mereka. Prinsip kesetaraan menciptakan kepercayaan timbal-balik
antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin
kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai. Informasi
adalah suatu kebutuhan penting masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan
daerah. Berkaitan dengan hal tersebut pemerintah daerah perlu proaktif memberikan
informasi lengkap tentang kebijakan dan layanan yang disediakannya kepada
masyarakat. Pemerintah daerah perlu mendayagunakan berbagai jalur komunikasi
seperti melalui brosur, leaflet , pengumuman melalui koran, radio serta televisi
lokal. Pemerintah daerah perlu menyiapkan kebijakan yang jelas tentang cara
mendapatkan informasi yang dapat diambil oleh masyarakat melalui jalur
komunikasi yang ada. Informasi yang dibagikan ini haruslah akurat dan memadai
agar dapat terciptanya kepercayaan timbal- balik antara masyrakat dengan
pemerintah.

7. Efektifitas dan Efisiensi ( Effectiveness and Efficiency )


Untuk menunjang prinsip-prinsip yang telah disebutkan di atas,
pemerintahan yang baik dan bersih juga harus memenuhi kriteria efektif dan efisien
yakni berdaya guna dan berhasil-guna. Kriteria efektif biasanya di ukur dengan
parameter produk yang dapat menjangkau sebesar-besarnya kepentingan masyarakat

7
dari berbagai kelompok dan lapisan sosial. Agar pemerintahan itu efektif dan efisien,
maka para pejabat pemerintahan harus mampu menyusun perencanaan-perencanaan
yang sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat, dan disusun secara rasional dan
terukur. Dengan perencanaan yang rasional tersebut, maka harapan partisipasi
masyarakat akan dapat digerakkan dengan mudah, karena program-program itu
menjadi bagian dari kebutuhan mereka. Proses-proses pemerintahan dan lembaga-
lembaga membuahkan hasil sesuai kebutuhan warga masyarakat dan dengan
menggunakan sumber-sumber daya yang ada seoptimal mungkin.

8. Akuntabilitas ( Accountability )
Akuntabilitas adalah pertangungjawaban pejabat publik terhadap masyarakat
yang memberinya kewenangan untuk mengurusi kepentingan mereka. Para
pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta dan organisasi-organisasi
masyarakat bertanggung jawab baik kepada masyarakat maupun kepada lembaga-
lembaga yang berkepentingan. Bentuk pertanggungjawaban tersebut berbeda satu
dengan lainnya tergantung dari jenis organisasi yang bersangkutan. Instrumen dasar
akuntabilitas adalah peraturan perundang-undangan yang ada, dengan komitmen
politik akan akuntabilitas maupun mekanisme pertanggungjawaban, sedangkan
instrumen-instrumen pendukungnya adalah pedoman tingkah laku dan sistem
pemantauan kinerja penyelenggara pemerintahan dan sistem pengawasan dengan
sanksi yang jelas dan tegas.

9. Visi Strategis ( Strategic Vision )


Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi masa
yang akan datang. Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan
jauh ke depan atas tata pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, serta
kepekaan akan apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan
tersebut. Selain itu mereka juga harus memiliki pemahaman atas kompleksitas
kesejarahan, budaya dan sosial yang menjadi dasar bagi perspektif tersebut.

8
2.4 Aspek-Aspek Pemerintahan yang Baik
Dari sisi pemerintah, good governance dapat dilihat melalui aspekaspek sebagai
berikut.
a) Hukum/kebijakan, merupakan aspek yang ditujukan pada perlindungan
kebebasan.
b) Administrative competence and transparency, yaitu kemampuan membuat
perencanaan dan melakukan implementasi secara efisien, kemampuan
melakukan penyederhanaan organisasi, penciptaan disiplin, dan model
administratif keterbukaan informasi.
c) Desentralisasi, yaitu desentralisasi regional dan dekonsentrasi di dalam
departemen.
d) Penciptaan pasar yang kompetitif, yaitu penyempurnaan mekanisme pasar,
peningkatan peran pengusaha kecil, dan segmen lain dalam sektor swasta,
deregulasi, dan kemampuan pemerintahan melakukan kontrol terhadap
makro ekonomi.

2.5 Penerapan Good Governance di Indonesia


Good Governance di Indonesia sendiri mulai benar – benar dirintis dan
diterapkan sejak meletusnya era Reformasi yang dimana pada era tersebut telah
terjadi perombakan sistem pemerintahan yang menuntut proses demokrasi yang
bersih sehingga Good Governance merupakan salah satu alat Reformasi yang mutlak
diterapkan dalam pemerintahan baru. Akan tetapi, jika dilihat dari perkembangan
Reformasi yang sudah berjalan selama 12 tahun ini, penerapan Good Governance di
Indonesia belum dapat dikatakan berhasil sepenuhnya sesuai dengan cita – cita
Reformasi sebelumnya. Masih banyak ditemukannya kecurangan dan kebocoran
dalam pengelolaan dana anggaran dan akuntansi yang merupakan dua produk utama
Good Governance .

Akan tetapi, Hal tersebut tidak berarti bahwa penerapan Good Governance di
Indonesia telah gagal untuk diterapkan, banyak upaya yang telah dilakukan oleh
pemerintah dalam menciptakan iklim Good Governance yang baik, diantaranya ialah

9
mulai diupayakannya transparansi informasi terhadap publik mengenai APBN
sehingga memudahkan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam menciptakan
kebijakan dan dalam proses pengawasan pengelolaan APBN dan BUMN. Oleh
karena itu, hal tersebut dapat terus menjadi acuan terhadap akuntabilitas manajerial
dari sektor publik tersebut agar kelak lebih baik dan kredibel kedepannya. Undang-
undang dan lembaga – lembaga penunjang pelaksanaan Good governance pun
banyak yang dibentuk. Hal ini sangatlah berbeda jika dibandingkan dengan sektor
publik pada era Orde Lama yang banyak dipolitisir pengelolaannya dan juga pada
era Orde Baru dimana sektor publik di tempatkan sebagai agent of development
bukannya sebagai entitas bisnis sehingga masih kental dengan rezim yang sangat
menghambat terlahirnya pemerintahan berbasis Good Governance .

Diterapkannya Good Governance di Indonesia tidak hanya membawa


dampak positif dalam sistem pemerintahan saja akan tetapi hal tersebut mampu
membawa dampak positif pula terhadap badan usaha non-pemerintah yaitu dengan
lahirnya Good Corporate Governance . Dengan landasan yang kuat berupa rasa ingin
membangun pemerintahan yang baik ini serta melalui proses penerapannya (Good
Governance) di Indonesia diharapkan akan membawa bangsa Indonesia kedalam
suatu pemerintahan yang bersih dan amanah.

2.6 Pengertian Supremasi Hukum


Supremasi berasal dari bahasa Inggris “supreme” yang berarti “highest in
degree”, yang dapat diterjemahkan “mempunyai derajat tinggi”. Dengan demikian,
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, hukum harus berada di
tempat yang paling tinggi, hukum juga dapat mengatasi kekuasaan lain termasuk
kekuasaan politik. Dengan kata lain, negara yang dapat dikatakan telah mewujudkan
Supremasi Hukum adalah negara yang sudah mampu menempatkan hukum sebagai
panglima, bukannya hukum yang hanya menjadi “pengikut setia kekuasaan” dan
kepentingan politik tertentu yang jauh dari kepentingan rakyat secara keseluruhan.

Supremasi hukum dalam pengertian itu dapat dimaknai bahwa asas legalitas
merupakan landasan yang terpenting di dalam setiap tindakan, baik itu dilakukan

10
oleh individu maupun kelompok. Puncak legalisme ini dapat dicermati pada
pendapat yang menyatakan bahwa yang memiliki kekuasaan tertinggi adalah hukum.

Istilah supremasi hukum juga dikenal dengan istilah “the rule of law” yang
diartikan sebagai pemerintah oleh hukum, bukan oleh manusia, bukan hukumnya
yang memerintah, karena hukum itu hanyalah wadah atau pedoman dan sekaligus
sarana atau alat, tetapi ada manusia yang harus menjalankannya secara konsisten
berdasarkan hukum, dan tidak sekehendak atau sewenang-wenang. Hukum itu
diciptakan atau direkayasa oleh manusia, terutama hukum tertulis. Setelah hukum itu
tercipta maka manusia harus tunduk pada hukum. Hukum harus mempunyai
kekuasaan tertinggi demi kepentingan manusia itu sendiri, tetapi sebaliknya manusia
tidak boleh diperbudak oleh hukum. “Governance not by man but by law” berarti
bahwa tindakan-tindakan resmi (pemerintah) pada tingkat teratas sekalipun harus
tunduk pada peraturan-peraturan hukum. Jadi, supremasi hukum atau rule of law
merupakan konsep yang menjadi tanggung jawab ahli hukum untuk melaksanakan
dan yang harus dikerjakan tidak hanya melindungi dan mengembangkan hak-hak
perdata dan politik perorangan dalam masyarakat bebas, tetapi untuk
menyelenggarakan dan membina kondisi sosial, ekonomi, pendidikan, dan kultural
yang dapat mewujudkan aspirasi rakyat.

Supremasi hukum atau Rule of law dimaksudkan bahwa hukumlah yang


berkuasa. Pengekangan kekuasaan oleh hukum merupakan unsur esensial yang kebal
terhadap kecaman. Dalam tradisi liberal dikatakan bahwa kebebasan sipil dan hak-
hak sipil (yang mencakup kebebasan berpikir dan berpendapat, kebebasan
berkumpul dan berserikat, kebebasan beragama, serta kebebasan pers) akan sangat
sulit diwujudkan jika hukum di sebuah negara tidak diberlakukan secara tegas dan
pada semua orang, termasuk pejabat pemerintah. Dengan kata lain, Supremasi
hukum (rule of law) merupakan unsur utama yang mendasari terciptanya masyarakat
yang demokratis dan adil.

Oleh karena itu, dalam penegakkan Supremasi Hukum memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :

11
a) Hukum harus dapat berperan sebagai panglima. Ini berarti dalam kehidupan
bernegara dan bermasyarakat Law Enforcement harus dapat diwujudkan
dalam Law Enforcement ini tidak ada kamus kebal hukum.
b) Hukum harus dapat berfungsi sebagai Center Of Action. Semua perbuatan
hukum, baik yang dilakukan oleh penguasa maupun individu harus dapat
dikembalikan kepada hukum yang berlaku. Hukum harus mampu berperan
sebagai sentral, bukan hanya sebagai instrumental yang fungsinya
melegitimasi semua kebijakan pemerintah.
c) Berlakunya asas semua orang didepan hukum (Equalty Before The Law).
Untuk menegakkan Supremasi Hukum dengan ciri-ciri tersebut diperlukan
pilar-pilar penyangganya. Semakin kokoh pilar-pilar ini semakin tegak
Supremasi Hukum, dan sebaliknya semakin lemah pilar-pilar tersebut
semakin rapuh Supremasi Hukum. (F. Sugeng Istanto)

Penegakan hukum ( law enforcement) adalah sebuah masalah yang hampir di


hadapi oleh setiap negara di dunia, khususnya bagi negara-negara berkembang
seperti Indonesia yang mempunyai banyak permasalahan hukum baik kualifikasinya
maupun modus operasinya.

Penegakan hukum di Indonesia harus mampu membawa bangsa ini menuju


bangsa yang adil, tidak ada yang dinamakan ketimpangan hukum. Seluruh pihak
terutama para penegak hukum, serta para pengambil kebijakan dapat dengan bijak
menyikapi berbagai kasus hukum yang terjadi di sekitar mereka. Dibutuhkan pula
kepekaan para penegak hukum terkait dengan semakin banyaknya kasus
pelanggaran hukum yang tersaji. Hal ini perlu di dorong oleh political will serta
political action yang mesti diambil oleh para stakeholders atau pemerintah kita
sebagai titik awal menjalankan hukum yang adil bagi segenap bangsa Indonesia, dan
mereka juga merupakan pioneer yang bertanggung jawab apabila terjadi pelanggaran
terhadap hukum.

Pembuatan suatu peraturan pada hakekatnya adalah suatu langkah pertama


dari keseluruhan “aksi yang direncanakan” yang ditujukan untuk mencapai sasaran
tertentu. Faktor berikutnya menyangkut penegakan hukum, yaitu manusia-manusia

12
yang berhubungan dengan pelaksanaan hukum, merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem hukum. Keberhasilannya untuk menjalankan kerangka yang
dibuat oleh peraturan menentukan apakah tujuan yang hendak dicapai oleh hukum
terlaksana. Kebijakan lain yang perlu dijalankan untuk menjamin penyelesaian kasus
hukum yang adil yakni masyarakat hendaknya menjadi orang-orang yang tertib
hukum sehingga hubungan antara penegak hukum itu sendiri tidak terjadi
ketimpangan-ketimpangan di dalamnya. Semua elemen bangsa hendaknya
menggunakan nurani, naluri, serta nalari terhadap penafsiran yang mereka buat
terhadap berbagai situasi dan kondisi.

Untuk dapat menemukan hukum yang benar dan tepat serta dapat
dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan Yang Maha Esa, Hakim harus melihat
kesadaran hukum masyarakat setempat, baik melalui kaca mata ilmu hukum dengan
segala cabang-cabangnya maupun melalui hukum agama yang dianut oleh para
pihak. Dengan demikian, hukum yang ditemukan benar-benar merupakan
pencerminan dari sistem sosial dan budaya hukum yang hidup dalam masyarakat,
dan putusan hakim pun akan dapat menyentuh rasa keadilan yang didambakan.
Dalam pelaksanaan kebijakan penegakan hukum, Hakim harus menyadari bahwa
para pihak yang menghadap adalah manusia. Oleh sebab itu hakim harus
menghadapinya secara manusiawi dengan menerapkan asas manusiawi. Sebagai
manusia hakim harus memberikan pelayanan secara adil dan manusiawi, serta dapat
memberikan pelayanan yang simpatik dan memberikan bantuan sesuai dengan apa
yang diperlukan agar sengketa mereka dapat diselesaikan dengan tuntas dan final.

2.6.1 Tujuan Supremasi Hukum


Supremasi Hukum adalah sebuah pengakuan dan penghormatan penuh
terhadap superioritas hukum sebagai aturan main (rule of the game) dalam seluruh
aktifitas kehidupan berbangsa, bernegara, berpemerintahan dan bermasyarakat yang
dilakukan dengan jujur(fair play). Lantas apa sesungguhnya tujuan dari supremasi
hukum itu sendiri? Jelas secara tinjauan supremasi hukum bertujuan untuk
menjadikan hukum sebuah kepala untuk melindungi dan menjaga stabilitas
kehidupan bangsa.

13
Adapun beberapa tujuan supremasi hukum adalah sebagai berikut:
1) Menjadikan tanggung jawab ahli hukum untuk dilaksanakan dan yang harus
dikerjakan tidak hanya untuk melindungi dan mengembangkan hak-hak
perdata dan politik perorangan dalam masyarakat bebas, tetapi juga untuk
menyelenggarakan dan membina kondisi sosial, ekonomi, pendidikan dan
kultural yang dapat mewujudkan aspirasi rakyat serta meningkatkan
integritas Sumber Daya Manusianya.
2) Menempatkan kebebasan individu sebagai prinsip dasar dari organisasi
sosial, untuk menjamin kemerdekaan individu.
3) Memberi keadilan sosial. Dan perlindungan terhadap harkat martabat
manusia, ketertiban, ketentraman dan kepastian hukum yang padahakikatnya
merupakan jaminan secara formal terhadap “rasa keadilan” bagi rakyat
Indonesia.
4) Menjamin terjaga dan terpeliharanya nilai-nilai moral bangsa Indonesia.
5) Melindungi kepentingan warga.
6) Menciptakan masyarakat yang demokratis
7) Memberikan jaminan terlindunginya hak-hak individu dalam bernegara dan
bermasyarakat.

2.7 Menciptakan Supremasi Hukum yang Ideal


Sejak Indonesia merdeka hingga pemerintahan sekarang masih banyak
terdapat kekurangan-kekurangan maupun penyelewengan hukum dalam
mewujudkan negara hukum di Indonesia. Ini berarti bahwa supremasi hukum belum
tercipta di Negara Indonesia. Penegakan hukum sangat perlu yaitu untuk diarahkan
pada pola pencegahan segala pelanggaran hukum baik yang dilakukan oleh individu
dalam masyarakat ataupun badan hukum. Bukti-bukti nyata yang terjadi dalam
pemerintakan Indonesia, justru pelanggaran hukum banyak dilakukan oleh kalangan
atas, seperti kehakiman, kepolisian dan pejabat-pejabat. Kasus-kasus seperti korupsi,
penyuapan dan bermacam pelanggaran hukum masih sering terjadi. Artinya,
Indonesia adalah negara hukum yang belum sukses mewujudkan supremasi hukum.

14
Keberadaan hukum merupakan posisi yang unik dan dapat memberikan
dampak bagi lingkungan sekitar, terutama bagi dinamisasi kehidupan masyarakat,
antara hukum dengan masyarakat, penjahat dengan pejabat, orang baik-baik, atasan
dan bawahan, seharusnya tidak ada tirai pembatas. Oleh karena itu, sifat hukum
harus dogmatis dan universal. Terdapat beberapa poin penting untuk bisa mencapai
supremasi hukum, bergantung pada bagaimana pelaksanaan hukum itu sendiri. Ada
beberapa pendapat tentang tujuan hukum yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk
mencapai supremasi hukum yang ideal.

a) Teori etis, mengatakan bahwa hukum itu semata-mata menghendaki


keadilan. Isi hukum semata-mata harus ditentukan oleh kesadaran etis kita
mengenai apa yang adil dan apa yang tidak adil.
b) Geny, mengatakan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai
keadilan. Sebagai unsur keadilan, ada kepentingan daya guna dan
kemanfaatan.(Budiyanto, 2004: 54)

Beberapa pendapat di atas menyatakan bahwa tujuan hukum adalah


menciptakan keadilan, maka dengan terciptanya keadilan ini maka supremasi hukum
dapat terwujud. Namun, dengan banyaknya penyelewengan hukum di Indonesia
dapat dikatakan bahwa penerapan keadilan belum terwujud. Untuk dapat mencapai
keadilan hukum, maka penegakan hukum sangat perlu. Hukum dan perundang-
undangan harus berkeadilan, ditegakkan dan dipatuhi secara utuh terutama aturan
hukum tentang HAM. (Sunarso, 2008 : 150)

Hukum harus mampu mencerna segala perubahan secara tenang dan baik-
baik. Globalisasi, dunia tanpa pembatas, skenario elit politik, suksesi, korupsi,
kolusi, nepotisme, supremasi hukum, demokratisasi, HAM, disintergrasi bangsa dan
intrik-intrik politik, semuanya harus dihadapi oleh hukum. Hukum harus mampu
secara langsung berhadapan dengan perilaku yang muncul tersebut. Sehingga hukum
berfungsi sebagai alat kontrol masyarakat dengan segala perundang-undangan yang
berlaku dan harus ditaati masyarakat. Dalam menghadapi perubahan perilaku
masyarakat, maka hukum harus dengan cepat beradaptasi dalam perubahan tersebut.
Jika terjadi keterasingan masyarakat terhadap hukum maka citra terhadap hukum

15
akan menurun, sebagai konsekuensi, maka sangat diperlukan hukum yang selalu
mengikuti konsep, orientasi dan masalah-masalah yang setiap saat bisa berubah
secara cepat. Dengan kata lain, supremasi hukum jangan dijadikan hanya sebagai
simbol dalam suatu pemerintahan. Namun, hukum merupakan unsur kontekstual
yang dapat dilihat dari perspektif yang lebih luas. Dalam suasana perubahan yang
serba cepat ini, perwujudan supremasi hukum akan memenuhi lebih banyak para
pelaksana hukum yang mampu bertanggung jawab, berdedikasi dan bermoral serta
mempunyai intelektual tinggi yang mampu mengatasi berbagai permasalahan.
(http://bataviase.co.id/content/mmbangun-supremasi-hukum)

Hal itulah yang menjadi poin agar supremasi hukum dapat mencapai standar
ideal, unsur-unsur penegak hukum yang seperti itulah yang dibutuhkan untuk
menghadapi segala permasalahan yang terjadi serta telah melanggar nilai-nilai atau
norma yang ada pada negara dan juga masyarakat agar supremasi hukum dapat
terwujud dengan cepat.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Good Governance adalah suatu peyelegaraan manajemen pembangunan yang
solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang
efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi dan pencegahan korupsi baik
secara politik maupun secara administratif menjalankan disiplin anggaran serta
penciptaan legal dan politican framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha.

Supremasi Hukum atau rule of law merupakan konsep yang menjadi


tanggung jawab ahli hukum untuk melaksanakan dan yang harus dikerjakan tidak
hanya melindungi dan mengembangkan hak-hak perdata dan politik perorangan
dalam masyarakat bebas, tetapi untuk menyelenggarakan dan membina kondisi
sosial, ekonomi, pendidikan, dan kultural yang dapat mewujudkan aspirasi rakyat.

Dari hal ini dapat diketahui bahwasanya good govermance mempunyai


keterkaitan dengan Suramsi hukum berupa keterkaitan dalam menyeimbangkan serta
mewujudkan demokrasi dan politik perorangan maupun kelompok yang sesuai
dengan aspirasi rakyat. Supremasi hukum berguna sebagai penertib yang guna
menyeimbangkan dan melindungi hak-hak masyarakat, sedangkan good govermance
berguna sebagai pelaksana perwujudan dalam bentuk administratif yang dimana
alokasi dana atau anggaran Negara kepada masyarakat guna membangun Negara
yang makmur. Keterkaitan ini menimbulkan dampak positif berupa ketertiban dalam
berbagai aspek kegiatan pembangunan Negara.

17
DAFTAR PUSTAKA

http://irwansahaja.blogspot.com/2015/02/pengertian-pemerintahan.html?m=1

https://yanwariyanidwi.wordpress.com/2015/12/15/pengertian-prinsip-dan-
penerapan-good-governance-di-indonesia/

http://pkn-ips.blogspot.com/2016/03/pemerintahan-yang-baik-good-
governance.html?m=1

http://tesishukum.com/pengertian-supremasi-hukum-menurut-para-ahli/

http://samun88.blogspot.com/2016/04/penegakan-supremasi-hukum-di-
indonesia.html?m=1

http://education-generation.blogspot.com/2011/07/penegakan-supremasi-hukum-di-
indonesia.html?m=1

18

Anda mungkin juga menyukai