Anda di halaman 1dari 24

Assalamualaikum Wr Wb

Mata Kuliah : PPKN


Dosen Pengampu : Muhammad Haikal Hidayatullah,M.H.

Good and Clear Governance

Oleh: Rizka Khaerun nisa’ (3220009)


Aini Riski Kurnia (3220015)
d And C
1. G oo lear
ce Gover
r na n nance
Gove
- Good Governance adalah pemerintahan
yang baik. Dalam versi World Bank, Good
Governance adalah suatu penyelenggaraan
manajemen pembangunan yang solid dan - Clean Governance adalah
bertanggungjawab yang sejalan dengan pemerintahan yang bersih dan
prinsip demokrasi dan pasar yang efisien,
penghindaran salah alokasi dana investasi berwibawa. Good Corporate adalah
dan pencegahan korupsi baik secara tata pengelolaan perusahaan yang
politik maupun secara administrative baik dan bersih. Governance
menjalankan disiplin anggaran serta without government berarti bahwa
penciptaan legal dan politican framework
bagi tumbuhnya aktifitas usaha. Hal ini
pemerintahan tidak selalu di warnai
bagi pemerintahan maupun swasta di dengan lembaga, tapi termasuk
Indonesia ialah merupakan suatu dalam makna proses pemerintahan.
terobosan mutakhir dalam menciptakan
kredibilitas public untuk melahirkan
bentuk manajerial yang handal.
• Makna dari governance dan good governance pada dasarnya tidak diatur dalam
sebuah undang-undang (UU). Tetapi dapat dimaknai bahwa governance adalah tata
pemerintahan, penyelenggaraan Negara, atau management (pengelolaan) yang
artinya adalah kekuasaan tidak lagi semata-mata dimiliki atau menjadi urusan
pemerintahan. Governance itu sendiri memiliki unsure kata kerja yaitu governing
yang berarti fungsi pemerintah bersama instansi lain (LSM, swasta dan warga
Negara) yang dilaksanakan secara seimbang dan partisipatif. Good governance
adalah tata pemerintahan yang baik dan menjalankan fungsi pemerintahan yang
baik, bersih, dan berwibawa (struktur, fungsi, manusia, aturan, dan lain-lain).

• Clean and good governance juga harus di dukung dengan asas kesetaraan, yakni
kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan. Asas ini harus diperhatikan secara
sungguh-sungguh oleh semua penyelenggara pemerintahan yang di Indonesia
karena kenyataan sosiologis bangsa kita sebagai bangsa yang majemuk, baik etnis,
agama maupun budaya.
2. Prinsip-prinsip Pokok Good
and Clean Governance

Apa saja prinsip-prinsip Good and Clear Governance???


1)   Partisipasi (Participation)

• Semua warga masyarakat berhak terlibat dalam pengambilan


keputusan, baik secara langsung maupun nelalui lembaga
perwakilan yang sah untuk mewakili kepentingan mereka.
Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan
kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat serta
kapasitas untuk berpartisipasi secara konstruktif.
2)   Penegakkan Hukum/ Rule of Law

• Partisipasi dalam masyarakat dalam proses politik dan


perumusan-perumusan kebijakan public memerlukan system
dan aturan-aturan hukum. Tanpa di imbangi oleh sebuah
hukum dan penegakannya yang kuat, partisipasi akan berubah
menjadi proses politik yang anarkis. Ditambahkan pula bahwa
pelaksanaan kenegaraan dan pemerintahan juga harus ditata
oleh sebuah system dan aturan hukum yang kuat serta memiliki
kepastian.
• Dalam proses mewujudkan cita good governance, terdapat
beberapa karakter yang harus dimiliki oleh prinsip penegakan
hukum yaitu: supremasi hukum (the supremacy of law),
• 3)   Transparansi (Transparency)

• Definisi transparansi adalah pelaksanaan tugas dan kegiatan yang bersifat


terbuka bagi masyarakat mulai dari proses kebijakan, perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian yang mudah diakses oleh
semua pihak yang membutuhkan informasi tersebut.

• Salah satu yang dapat menimbulkan dan memberi ruang gerak kegiatan
korupsi adalah manajemen pemerintahan yang tidak transparan. Oleh
karena itu, Michael Camdessus, dalam salah satu rekomendasinya pada
PBB untuk membantu pemulihan (recovery) perekonomian Indonesia
menyarankan perlunya tindakan pemberantasan korupsi dan
penyelenggaraan pemerintahan yang transparan, khususnya transparansi
dalam transasksi keuangan Negara pengelolaan uang negara di Bank
Sentral (BI) serta transparansi sector-sektor public.
Gaffer menyimpulkan setidaknya ada 8 aspek mekanisme
pengelolaan Negara yang harus dilakukan secara transparan
yaitu:
1). Penetapan posisi, jabatan atau kedudukan.
2). Kekayaan pejabat public.
3). Pemberian penghargaan.
4). Penetapan Kebijakan yang terkait dengan pencerahan
kehidupan.
5). Kesehatan.
6). Moralitas para pejabat dan aparatur pelayanan public.
7). Keamanan dan ketertiban.
8). Kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan masyarakat.
• 4)  Responsif (Responsiveness)

• Salah satu asas fundamental menuju cita good governance adalah


responsive, yakni pemerintah harus peka dan cepat tanggap terhadap
persoalan-persoalan masyarakat. Gaffer menegaskan bahwa
pemerintah harus memahami kebutuhan masyarakat, jangan
menunggu mereka menyampaikan keinginan-keinginannya itu, tetapi
seyogianya pemerintah secara proaktif mempelajari dan menganalisis
kebutuhan-kebutuhan mereka, untuk kemudian melahirkan berbagai
kebijakan srategis guna memenuhi kepentingan umum tersebut.
• 5)   Konsensus (Consensus Orientation)

• Asas fundamental lain yang juga harus menjadi perhatian pemerintah dalam
melaksanakan tugas-tugas pemerintahannya menuju cita good governance
adalah pengambilan keputusan secara consensus, yakni pengambilan
keputusan melalui proses musyawarah dan semaksimal mungkin berdasarkan
kesepakatan bersama. Cara pengambilan keputusan tersebut selain dapat
memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak juga dapat menarik
komitmen komponen masyarakat sehingga legitimasi untuk melahirkan
coercive power (kekuasaan memaksa) dalam upaya mewujudkan efektifitas
pelaksaan keputusan. Pelaksanaan prinsip pada praktiknya sangat terkait
dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan pemerinathan, kultur
demokrasi, serta tata aturan dalam pengambilan kebijakan yang berlaku
dalam sebuah system.
6) Kesetaraan dan keadilan (equity)

Terkait dengan asas consensus, transparansi dan responsive, good


governance juga harus di dukung dengan asas equity yakni kesamaan
dalam perlakuan (treatment) dan pelayanan. Asas ini dikembangkn
berdasarkan pada sebuah kenyataan bahwa bangsa Indonesia ini
tergolong bangsa yang plural, baik dilihat dari segi etnik, agama dan
budaya. Pluralisme ini tentu saja pada satu sisi dapat memicu masalah
apabila dimanfaatkan dalam konteks kepentingan sempit seperti
primordialisme, egoism dan sebagainya. Karenanya prinsip equity ini
harus diperhatikan agar tidak muncul ekses yang tidak di inginkan
dalam penyelenggaraan pemerintahan.
• 7) Efektivitas dan Efisiensi (Effectiveness and Efficiency)

• Di samping harus memperhatikan beragam kepentingan dari berbagai


lapisan dan kelompok social sebagaimana ditekankan pada asas equity,
pemerintahan yang baik juga harus memenuhi kriteria efektivitas dan
efisiensi, yakni berdaya guna dan berhasil guna. Kriteria efektivitas
biasanya diukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau
sebesar-besarnya kepentingan masyarakat dari berbagai kelompok dan
lapisan social. Sedangkan efisiensi dapat diukur dengan rasionalitas biaya
pembangunan untuk memenuhi kebutuhan semua masyarakat. Semakin
kecil biaya yang terpakai untuk kepentingan yang terbesar, maka
pemerintahan itu termasuk dalam kategori pemerintahan yang efisien.
Citra itulah yang menjadi tuntunan dalam upaya mewujudkan cita good
governance.
• 8)  Akuntabilitas (accountability)

• Asas akuntabilitas menjadi perhatian dan sorotan pada era reformasi ini,
karena kelemahan pemerintahan Indonesia justru dalam kualitas
akuntabilitasnya itu. Asas akuntabilitas berarti pertanggungjawaban dan
kewenangan untuk mengurusi masyarakat yang memberinya delegasi dan
kewenangan untuk mengurusi berbagai urusan dan kepentingan mereka.
Setiap pejabat public di tuntut untuk mempertanggungjawabkan semua
kebijakan, perbuatan, moral maupun netralitas sikapnya terhadap
masyarakat. Inilah yang dituntut dalam asas akuntabilitas dalam upaya
menuju menuju cita good governance.
• 9) Visi Strategis (Strategic Vision)

• Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi


masa yang akan datang. Kualifikasi ini menjadi penting dalam kerangka
perwujudkan good governance karena perubahan dunia dengan kemajuan
teknologinya yang begitu cepat. Bangsa-bangsa yang tidak memiliki
sensitifitas terhadap perubahan serta prediksi perubahan ke depan, tidak
saja akan tertinggal oleh bangsa lain di dunia, tetapi juga akan terperosok
pada akumulasi kesulitan, sehingga proses recoverynya tidak mudah.
• Oleh sebab itu, sudah saatnya semua komponen bangsa bersatu padu
memikirkan tentang bangsanya ke depan, dan menunda bahkan
mengeliminir sekat-sekat etnik, ras, budaya, agama dan friksi-friksi
keagamaan yang menggiring kearah friksi aliran dan kepentingan politik.
Selama bangsa ini belum menggalang persatuan dan kesatuan, dan terus
menerus dalam konflik, maka energy bangsa akan habis dengan konflik itu,
3. Penerapan Prinsip Good and
Clean Governance dalam
Pemerintahan Negara
• Di Indonesia, substansi wacana Good Governance dapat dipadankan
dengan istilah pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa.
Pemerintahan yang baik adalah sikap dimana kekuasaan dilakukan oleh
masyarakat yang di atur oleh berbagai tingkatan pemerintah Negara yang
berkaitan dengan sumber-sumber social, budaya, politik serta ekonomi.
Dalam praktiknya, pemerintahan yang bersih (clean governance) adalah
model pemerintahan yang efektif, efisien, jujur, transpraran dan
bertanggungjawab.
• Sejalan dengan prinsip tersebut, pemerintahan yang baik itu berarti baik
dalam proses maupun hasil-hasilnya. Semua unsur dalam pemerintahan
bisa bergerak secara sinergis, tidak saling berbenturan, dan memperoleh
dukungan dari rakyat. Pemerintahan juga bisa dikatakan baik jika
pembangunan dapat dilakukan dengan biaya yang sangat minimal namun
dengan hasil yang maksimal. Faktor lain yang tak kalah penting, suatu
pemerintahan dapat dikatakan baik jika produktifitas bersinergi dengan
sebagaimana telah dipaparkan di atas, berikut adalah 5 aspek priotitas
dalam mewujudkan good governance:

a. Penguatan Fungsi dan Peran Lembaga Perwakilan


Lembaga perwakilan rakyat, yakni DPR dan DPRD harus mampu
menyerap dan mengartikulasikan berbagai aspirasi masyarakat dalam
berbagai bentuk program pembangunan yang berorientasi pada
kepentingan masyarakat, serta mendelegasikannya pada eksekutif untuk
merancang program-program operasional sesuai rumusan-rumusan yang
ditetapkan dalam lembaga perwakilan tersebut. Kemudian, lembaga
perwakilan (DPR dan DPRD) terus melakukan fungsi kontrolnya
terhadap lembaga eksekutif, sehingga seluruh gagasan dan aspirasi yang
dikehendaki rakyat melalui para wakilnya itu dapat dilaksanakan dengan
baik oleh seluruh perangkat lembaga eksekutif.
• b. Kemandirian Lembaga Peradilan

• Kesan paling buruk dari pemerintahan orde baru adalah ketidakmandirian


lembaga peradilan. Intervensi eksekutif terhadap yudikatif masih sangat kuat,
sehingga peradilan tidak mampu menjadi pilar terdepan dan menegakkan asas
rule of the law. Hakim, jaksa dan polisi tidak bisa dengan leluasa menetapkan
perkara, sehingga mereka tidak mampu menampilkan dirinya sebagai the
prophet of law.
• Lahirnya UU No. 28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan Negara yang bersih
korupsi, kolusi dan nepotisme pun belum mengubah citra pemerintah menjadi
lebih baik karena belum diikuti oleh political action yang serius dalam
pemberantasan KKN. Sementara konsep peradilan yang bersih dan
professional belum jelas, dan baru menjadi wacana atau diskursus di sekitar
kalangan akademisi serta praktisi hukum yang peduli terdapap judicial
independence. Untuk mewujudkan Good Governance lembaga peradilan dan
aparat penegak hukum yang mandiri, professional dan bersih menjadi
• c. Aparat Pemerintah yang Professional dan Penuh Integritas.

• Birokrasi di Indonesia tidak hanya dikenal buruk dalam memberikan


pelayanan public, tapi juga telah memberi peluang berkembangnya praktik-
praktik kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN). Dengan demikian,
pembaharuan konsep dan mekanisme kerja birokrasi merupakan sebuah
keharusan dalam proses menuju cita good governance. Jajaran birokrasi
harus di isi oleh mereka yang memiliki kemampuan professional baik,
memiliki integritas, berjiwa demokratis, dan memiliki akuntabilitas yang
kuat sehingga memperoleh legitimasi dari rakyat yang dilayaninya. Karena
itu paradigma pengembangan birokrasi ke depan harus di ubah menjadi
birokrasi populis, yakni jajaran birokrasi yang peka terhadap berbagai
aspirasi dan kepentingan rakyat serta memiliki integritas untuk memberikan
pelayanan kepada rakyatnya dengan pelayanan yang prima.
• d. Masyarakat Madani (Civil Society) yang Kuat dan Partisipatif.

• Perwujudan cita good governance juga mensyaratkan partisipasi


masyarakat sipil yang kuat. Proses pembangunan dan pengelolaan Negara
tanpa melibatkan masyarakat madani (civil society) akan sangat lamban,
karena potensi terbesar sumber daya manusia justru ada di kalangan
masyarakat ini. Oleh sebab itu berbagai kebijakan hukum harus memberikan
peluang kepada masyarakat untuk berpartisipasi, tidak hanya dalam sector
ekonomi dan politik, tetapi juga dalam perumusan kebijakan public.
• e. Penguatan Upaya Otonomi Daerah.

• UU No. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah dan telah memberikan


kewenangan pada daerah untuk melakukan pengelolaan sektor-sektor tertentu,
seperti sektor kehutanan, pariwisata, kooperasi, pertanian, pendidikan dll.
Dengan kewenangan itu daerah akan menjadi kuat dan dinamis.
Kesimpulan
• Istilah governance tidak hanya berarti kepemerintahan sebagai suatu kegiatan, tetapi juga
mengandung arti kepengurusan, pengelolaan, pengarahan, pembinaan, penyelenggaraan dan
bisa juga diartikan pemerintahan. Adapun beberapa dari aktor kepemerintahan adalah:
Pertama, Negara dan kepemerintahan yang mempunyai tanggungjawab di bidang hukum,
pelayanan public, desentralisasi, transparansi umum dan pemberdayaan masyarakat. Kedua,
Sektor swasta yang berperan meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Ketiga, Masyarakat madani yang harus diberdayakan agar berperan aktif dalam mendukung
terwujudnya kepemerintahan yang baik.
• Adapun good governance bersenyawa dengan system administrasi Negara, maka upaya untuk
mewujudkan kepemerintahan yang baik merupakan upaya melakukan penyempurnaan system
administrasi Negara yang berlaku pada suatu Negara secara menyeluruh. Wujud
kepemerintahan yang baik (good governance) adalah penyelenggaraan pemerintahan Negara
yang secara solid dan bertanggungjawab, serta efisien dan efektif, dengan mensinergikan
interaksi yang kosntruktif diantara domain-domain Negara, sector swasta dan masyarakat
(society).
•  Pemerintahan yang baik tidak di lihat dari sistem yang berbuat atau rancangan undang-
undang yang di rumuskan, melainkan suatu sikap yang pasti dalam menangani suatu
Thanks For Watching
Wassalamualaikum
Thanks Wr
For Watching
Wb

Assalamualaikum Wr Wb

Anda mungkin juga menyukai